17:10 WIB -
DATA PRIBADI
Nama : By. Ny I
Umur : 2 Hari
Alamat : Hutabaru
1
Contoh Kasus
Seorang bayi baru lahir secara SC diruangan OK dibawa keruangan perinatology RSUD
Sidikalang pada tanggal 06 Oktober 2021, pukul 15.30 WIB, bayi lahir segera menangis,
sianosis perifer (+), sesak (+), retraksi (+) dengan indikasi previous SC sebanyak 2 kali. Hasil
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan ditemukan :
PB : 47 cm KGD : 64 x/i
LK : 35 cm
Kepala
Warna rambut hitam, deformitas tulang (-), caput succedenum (-),conjungtiva
palpebra anemis (-), sklera ikterus (+), sianosis (+), pupil isokor
Thorax
RR : 68 x/i
HR : 140 x/i
Murmur : (-)
Retraksi : (+)
Wheezing : (+)
Abdomen
Peristaltik : (+)
Tali pusat : dalam keadaan dibungkus dengan kassa steril, perdarahan (-), berbau (-)
Ekskremitas
Akral hangat
CRT < 2 detik
Anogenital
♂ : bersih dan tidak ada kelainan
anus (+), BAB (+) dan BAK (+)
2
Laboratorium
3
Lembar Follow-up Pasien:
Tanggal SOAP
06-10-2021 S : Sianosis perifer (+), sesak (+), retraksi (+),
icterus (+)
O: BB: 3.400
PB : 47 cm
LK : 35 cm
SpO2 : 95x/i
KGD :64mg/dl
HR:140 xmenit
RR: 68 x/menit
BAB (+) BAK (+)
A: Respiratory Syndrome
P:
Pemberian O2 3-5 liter/menit
IVFD Dextrose 10% + Ca Glukonas 10gtt/menit
Inj Ceftriaxone 170mg/12jam
Inj Aminophiline
Inj Vitamin K1 1mg/1x/im
Inj Gentamisin 17 mg/24jam
07-10-2021 S : Sianosis perifer (+), sesak (+), retraksi (+),
icterus (+)
O: BB: 3.400
PB : 47 cm
LK : 35 cm
SpO2 : 95x/i
HR: 120 x/menit
RR: 100 x/menit
BAB (+) BAK (+)
A: Respiratory Syndrome
P:
4
BAB I
PENDAHULUAN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan suatu penyakit yang terjadi pada
bayi baru lahir yang paru-parunya belum berkembang sempurna sehingga tidak dapat
menyediakan oksigen yang cukup, menyebabkan kesulitan bernapas. Respiratory Distress
Syndrome (RDS) sebagian besar disebabkan oleh transient tachypnea of the newborn,
aspirasi mekonium dan infeksi bakteri. Penyakit ini juga dikenal sebagai sindrom gangguan
pernapasan bayi, penyakit membran hialin atau penyakit paru-paru defisiensi surfaktan.
Pasien dengan kejadian sindrom gangguan pernapasan umumnya datang dengan gejala :
apnea, sianosis, takipnea, retraksi subkostal dan interkostal dan pembesaran hidung. Dalam
memeriksa fisik konsisten dan maturitas pada neonatus dinilai menggunakan pemeriksaan
Dubowitz atau modifikasinya Ballard score. Mekanisme terjadinya sindrom gangguan
pernafasan pada neonatus paling sering disebabkan oleh defisiensi surfaktan, dimana terjadi
karena paru-paru yang belum matang. Kekurangan surfaktan meningkatkan tegangan
permukaan dalam saluran udara kecil dan alveoli, sehingga paru-paru tidak mampu dalam
mempompa udara ke seluruh tubuh. Keseimbangan tekanan yang halus pada antara udara-
cairan sangat penting untuk mencegah kolapsnya alveolus atau pengisian alveolus dengan
cairan. Insiden terjadinya respiratory distress syndrome (RDS) adalah sekitar 7% bayi setiap
tahun. Penyebab utama kematian pada neonatus adalah komplikasi kehamilan dan persalinan,
seperti asfiksia (68,24%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), postmature (2,8%) dan komplikasi
BBLR (62,7%).1–3
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kegagalan nafas pada bayi disebabkan oleh berbagai faktor yang terdiri dari
faktor ibu, faktor janin, faktor persalinan dan faktor plasenta6.
1. Faktor Ibu
Usia Ibu
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan usia yang terlalu tua
termasuk dalam kriteria kehamilan yang berisiko tinggi. Usia reproduksi
paling aman adalah usia 20-35 tahun, karena pada usia ini rahim wanita sudah
matur dan berdasarkan segi psikologi sudah mampu menerima kehamilan
dengan baik.Pada usia <20 tahun kondisi organ reproduksi dan psikologis
belum siap menjalani masa kehamilan sedangkan pada usia >35 tahun keadaan
fisik ibu mengalami kemunduran untuk proses kehamilan, memiliki risiko
terjadinya perdarahan, plasenta previa dan rupture uteri.
Usia Gestasi
Usia gestasi atau usia kehamilan dapat dihitung dari Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT). Pada bayi yang lahir prematur cenderung mengalami
disfungsi pernafasan karena paru belum matang dengan sempurna.
6
Jenis Persalinan
Persalian Sectio Caesar berisiko mengalami RDN, karena pada
umumnya bayi yang lahir secara SC tidak dapat mengeluarkan dari paru yang
menyebabkan bayi akan kesulitan ketika bernafas karena paru-paru masih
berisi cairan.
Riwayat Penyakit Ibu
Riwayat penyakit ibu seperti diabetes, hipertensi dan anemia dapat
menimbulkan komplikasi untuk ibu dan bayi.
2. Faktor Bayi
Berat Badan Lahir
Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu, defisiensi surfaktan
dan otot pernafasan yang masih lemah sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen6.
Gejala dan tanda klinis meliputi dispnue, merintih (grunting) dapat terdengar
menggunakan stetoskop atau tidak dengan stetoskop, takipnu (>60kali/menit),
terdapat retraksi, cekungan antara iga atau di bawah sternum (intercostal/ sub sternal),
nafas cuping hidung dan sianosis atau kebiruan pada daerah wajah dan ekskremitas7.
Anamnesis
7
Gangguan SSP: tangis melengking, hipertoni, flasiditas, atonic, trauma,
miastenia.
Kelainan kongenital: arteri umbilikalis tunggal, anomali kongenital lain:
anomali kardiopulmonal, abdomen cekung pada hernia diafragmatika, paralisis
erb (paralisis nerves frenikus, atresia khoanae, kongesti nasal obstruktif,
meningkatnya diameter anterior posterior paru, hippoplasi paru,
trakheoesofageal fistula).
Diabetes pada ibu, perdarahan antepartum pada persalinan kurang bulan,
partus lama, kulit ketuban pecah dini, oligohidramnion, penggunaan obat yang
berlebihan.8,9
Pemeriksaan fisik
Peningkatan Heart Rate dan Respiratory Rate serta fase lanjut ditemukan
adanya hipotensi dan penurunan CO.
Merintih atau grunting.
Adanya dyspnea, takipnea, penggunaaan otot tambahan pernapasan yang
semakin meningkat.
Sianosis.
Ditemukan suara napas tambahan crackles.
Pada kondisi paling parah dapat terjadi penurunan kesadaran dan multiple
organ dysfunction syndrome (MODS) termasuk penurunan keluaran urin
(output), melemahnya motilitas lambung dan gangguan koagulasi.8,9
8
Evaluasi Gawat Nafas dengan Skor Downes
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi < 60x/i 60-80x/i >80x/i
nafas
Sianosis Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Retraksi Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walaupun diberi
O2
Aie entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Skor ≥ 6 : Ancaman Gagal Nafas
Pemeriksaan Penunjang
Analisis gas darah : untuk menilai adanya kondisi alkalosis, menilai tekanan
gas darah (PaO2, PaCO2 dan PH) sambil melakukan monitoring dengan
pulse oxymetri. Hipoksemia berat ditandai dengan PaO2 < 50-60 mmHg
dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40% pada
bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat dengan PaCO2 > 55-60 mmHg
dengan pH <7,2-7,25.
X-Ray : pada fase lanjut ditemukan bilateral infiltrate yang menutupi lapang
paru.
Laboratorium : hasilnya tergantung dari faktor penyebabnya. Pada
RDS disertai infeksi dapat ditemukan peningkatan sel darah putih.
Trombositopenia dapat ditemukanpada pasien sepsis dengan adanya
koagulasi intravaskular diseminata (DIC). Hemoglobin (Hb) harus selalu
dipantau sebab jika terjadi anemia kandungan oksigen dalam darah
menurun sebagai akibat efek pemberian intervensi ventilasi mekanik dan
PEEP (Positive End-Expiratory Pressure).
Bronkoskopi dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi kemungkinan
infeksi, perdarahan alveolar, atau pneumonia pada pasien akut dengan
infiltrat paru bilateral.
Echocardiography (untuk menyingkirkan penyebab edema pulmonal).8,9
9
2.5 Diagnosis Banding
Kelainan sistem respirasi : obstruksi saluran nafas atas, transient tachypnea of
the newborn, pneumonia, sindroma aspirasi mekonium, pneumotoraks, efusi
pleura.
Sepsis
Kelainan kardiovaskular : penyakit jantung bawaan, gagal jantung bawaan
kongestif, PDA (Patent Ductus Arteriosus), syok.8,9
2.6 Tatalaksana
1. Terapi Oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah untuk menyediakan oksigen yang
memadai bagi jaringan, mencegah akumulasi asam laktat yang dihasilkan oleh
hipoksiaserta pada waktu yang sama menghindari efek negative yang potensial
dari hiperoksia dan radikal bebas. Jika bayi tidak membutuhkan ventilasi
mekanik, oksigen dapat dipasok menggunakan tudung plastic yang ditempatkan
di atas kepala bayi, menggunakan nasal kanul, atau continuous positive airway
pressure (CPAP) untuk menyediakan konsentrasi dan kelembapan oksigen yang
bervariasi. Ventilasi mekanik (bantuan pernafasan dengan memberikan sejumlah
oksigen yang ditentukan melalui tabung endotrakeal) diatur untuk memberikan
sejumlah oksigen yang telah ditentukan pada bayi selama nafas spontan dan
menyediakan pernafasan mekanik pada saat tidak ada nafas spontan.10,11
2. Resusitasi Neonatal
Pengkajian bayi yang cepat dapat mengidentifikasi bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi : bayi lahir cukup bulan tanpa ada bukti meconium atau
infeksi pada pada cairan amnion, bernafas atau menangis, dan memiliki tonus otot
yang baik. Keputusan untuk melanjutkan langkah tindakan berdasarkan
pengkajian pernafasan, denyut jantung dan warna. Jika salah satu karakteristik
tersebut tidak ada, maka bayi harus menerima tindakan berikut secara berurutan :
1) Langkah awal penstabilan : berikan kehangatan dan menempatkan bayi di
bawah pemancar panas, posisikan kepala pada posisi jalan nafas terbuka,
bersihkan jalan nafas dengan bulb syringe atau kateter pengisap (suction),
keringkan bayi, rangsang untuk bernafas dan ubah posisi bayi 2) Ventilasi 3)
Kompresi dada 4) Pemberian epinefrin atau ekspansi volume atau keduanya.10,11
10
3. Terapi Penggantian Surfaktan
Surfaktan dapat diberikan sebagai tambahan untuk terapi oksigen dan
ventilasi. Pada umumnya, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu
belum mempunyai surfaktan paru yang 26 cukup adekuat untuk kelangsungan
hidup di luar rahim. Penggunaan surfaktan disarankan pada bayi dengan distress
pernafasan sesegera mungkin, setelah kelahiran, terutama bayi BBLR, yang
belum terpapar steroid antenatal pada ibu hamil. Pemberian steroid antenatal pada
ibu hamil dan penggantian surfaktan dapat mengurangi insiden distress
pernafasan dan penyakit penyerta.10,11
4. Terapi Tambahan
Terapi tambahan Nitrat hidup (inhaled nitric oxcide-INO),
extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), dan cairan ventilasi merupakan
terapi tambahan yang digunakan pada digunakan bagi bayi matur/cukup bulan
dan prematur akhir dengan kondisi seperti hipertensi pulmonal, sindrom aspirasi
mekonium, pneumonia, sepsis, dan hernia diafragmatika kongenital untuk
mengurangi atau membalikkan hipertensi pulmonal, vasokontstriksi paru,
asidosis, serta distres pernapasan dan gagal napas bayi baru lahir. Terapi INO
digunakan bersamaan dengan terapi penggantian surfaktan, ventilasi frekuensi
tinggi, atau ECMO. ECMO digunakan pada penatalaksanaan bayi baru lahir
dengan gagal napas akut hebat pada kondisi yang sama seperti yang disebutkan
untuk INO. Terapi sebuah mesin jantung-paru yang dimodifikasi, meskipun
begitu, pada ECMO jantung tidak 27 berhenti dan darah tidak sepenuhnya
melewati paru. Darah didorong dari kateter atrium kanan atau vena jugularis
kanan dengan gaya gravitasi ke sebuah pompa pengatur, dipompa melalui
membran paru di mana darah dioksigenasi, kemudian melalui sebuah mesin
penukar panas yang kecil di mana darah menghangatkan, dan kemudian
dikembalikan ke sistem sirkulasi melalui sebuah arteri utama seperti arteri karotis
ke lengkung menyediakan oksigen untuk sirkulasi, yang memungkinkan paru
beristirahat serta menurunkan hipertensi paru maupun hipoksemia pada kondisi
seperti hipertensi paru menetap bayi baru lahir, hernia diafragmatika kongenital,
sepsis, aspirasi mekonium, dan pneumonia berat.10,11
11
2.7 Prognosis
Prognosis dengan pengobatan sangat baik; kematian < 10%. Dengan
dukungan ventilator yang adekuat akan memproduksi surfaktan dan setelah produksi
surfaktan dimulai bersama dengan timbulnya diuresis, RDS membaik dalam 4 atau 5
hari.12
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14