Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Tanggal Masuk Dokter Penanggung Jawab Pasien:

06/10/2021 dr. Ahmad Tarmizi Rangkuti, M.Ked, Sp.A


Jam Dokter Obgyn :

17:10 WIB -

Ruang Mahasiswa Co-ass :

Perinatologi Reinata Hutahaean dan Naomi Novita Tampubolon

DATA PRIBADI

Nama : By. Ny I

Umur : 2 Hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Batak Karo

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Hutabaru

1
Contoh Kasus

Seorang bayi baru lahir secara SC diruangan OK dibawa keruangan perinatology RSUD
Sidikalang pada tanggal 06 Oktober 2021, pukul 15.30 WIB, bayi lahir segera menangis,
sianosis perifer (+), sesak (+), retraksi (+) dengan indikasi previous SC sebanyak 2 kali. Hasil
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan ditemukan :

BB : 3.400 gram SpO2 : 95 x/i

PB : 47 cm KGD : 64 x/i

LK : 35 cm

 Kepala
Warna rambut hitam, deformitas tulang (-), caput succedenum (-),conjungtiva
palpebra anemis (-), sklera ikterus (+), sianosis (+), pupil isokor
 Thorax

RR : 68 x/i

HR : 140 x/i

Murmur : (-)

Retraksi : (+)

Wheezing : (+)

 Abdomen
Peristaltik : (+)
Tali pusat : dalam keadaan dibungkus dengan kassa steril, perdarahan (-), berbau (-)
 Ekskremitas
Akral hangat
CRT < 2 detik
 Anogenital
♂ : bersih dan tidak ada kelainan
anus (+), BAB (+) dan BAK (+)

2
Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Haemoglobin* 14,1 g/dl 17-22 g/dl
Leukosit* 24,1 ribu/µL 10-30 ribu/µL
Eritrosit* 4,03 Juta/µL 4,5-6,5 Juta/µL
Trombosit 308 ribu/µL 150-450 ribu/µL
Hematokrit* 41,6% 35-59 %
Nilai-nilai MCV
MCV 103,2 fl 80-97 fl
MCH 35,0 pg 26,5-33,5 pg
MCHC 33,9 g/dl 31,5-36,0 g/dl
RDW-CV 15,1 % 11-15 %
MPV 9,5 fl 7-11 fl
Hitung Jenis Leukosit
Basophil 0,0 % 0-1%
Eosinophil 0.8 % 1-3%
Neutrofil 53,3 % 50-70%
Limfosit 33,1 % 20-40%
Monosit 12,8 % 2-8%
NLR 1,61 Cutoff <3.13 Cutoff
ALC 7984 Juta/L >1500
KGD
Gula darah (strip test) 64 mg/dL

3
Lembar Follow-up Pasien:

Tanggal SOAP
06-10-2021 S : Sianosis perifer (+), sesak (+), retraksi (+),
icterus (+)

O: BB: 3.400
PB : 47 cm
LK : 35 cm
SpO2 : 95x/i
KGD :64mg/dl
HR:140 xmenit
RR: 68 x/menit
BAB (+) BAK (+)
A: Respiratory Syndrome
P:
 Pemberian O2 3-5 liter/menit
 IVFD Dextrose 10% + Ca Glukonas 10gtt/menit
 Inj Ceftriaxone 170mg/12jam
 Inj Aminophiline
 Inj Vitamin K1 1mg/1x/im
 Inj Gentamisin 17 mg/24jam
07-10-2021 S : Sianosis perifer (+), sesak (+), retraksi (+),
icterus (+)
O: BB: 3.400
PB : 47 cm
LK : 35 cm
SpO2 : 95x/i
HR: 120 x/menit
RR: 100 x/menit
BAB (+) BAK (+)
A: Respiratory Syndrome
P:

4
BAB I

PENDAHULUAN

Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan suatu penyakit yang terjadi pada
bayi baru lahir yang paru-parunya belum berkembang sempurna sehingga tidak dapat
menyediakan oksigen yang cukup, menyebabkan kesulitan bernapas. Respiratory Distress
Syndrome (RDS) sebagian besar disebabkan oleh transient tachypnea of the newborn,
aspirasi mekonium dan infeksi bakteri. Penyakit ini juga dikenal sebagai sindrom gangguan
pernapasan bayi, penyakit membran hialin atau penyakit paru-paru defisiensi surfaktan.
Pasien dengan kejadian sindrom gangguan pernapasan umumnya datang dengan gejala :
apnea, sianosis, takipnea, retraksi subkostal dan interkostal dan pembesaran hidung. Dalam
memeriksa fisik konsisten dan maturitas pada neonatus dinilai menggunakan pemeriksaan
Dubowitz atau modifikasinya Ballard score. Mekanisme terjadinya sindrom gangguan
pernafasan pada neonatus paling sering disebabkan oleh defisiensi surfaktan, dimana terjadi
karena paru-paru yang belum matang. Kekurangan surfaktan meningkatkan tegangan
permukaan dalam saluran udara kecil dan alveoli, sehingga paru-paru tidak mampu dalam
mempompa udara ke seluruh tubuh. Keseimbangan tekanan yang halus pada antara udara-
cairan sangat penting untuk mencegah kolapsnya alveolus atau pengisian alveolus dengan
cairan. Insiden terjadinya respiratory distress syndrome (RDS) adalah sekitar 7% bayi setiap
tahun. Penyebab utama kematian pada neonatus adalah komplikasi kehamilan dan persalinan,
seperti asfiksia (68,24%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), postmature (2,8%) dan komplikasi
BBLR (62,7%).1–3

Peningkatan insidensi di sebagian negara paling sering berhubungan dengan


kekurangan surfaktan pada paru-paru neonatus. Di Amerika Serikat, sindrom gangguan
pernafasan diperkirakan terjadi pada 20.000-30.000 bayi baru lahir setiap tahun. Di Indonesia
sendiri insiden terjadinya RDS adalah sekitar 0,3-1% kelahiran hidup dan 15-30% kasus
menyebabkan kematian neonatus setiap tahunnya. Insiden RDS meningkat dengan
menurunnya usia kehamilan saat lahir. Dalam satu penelitian bayi yang lahir antara tahun
2003 dan 2007 di berbagai pusat Jaringan Penelitian Neonatal National Institute of Child
Health and Human Development (NICHD), 98% bayi yang lahir pada 24 minggu mengalami
RDS, sedangkan pada 34 minggu, insidennya adalah 5%, dan pada 37 minggu kurang dari
1%.1,4

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Respiratory Distress Syndrome

Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan disfungsi pernafasan pada


neonatus yang berhubungan dengan kematangan paru . Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti riwayat penyakit pada ibu selama masa kehamilan (hipertensi
atau diabetes), bayi lahir prematur, gemeli, secsio secaria dan bisa disebabkan karena
infeksi Gangguan ini di kenal juga dengan istilah hyaline membrane disease
(HMD) 5,6.

2.2 Faktor Risiko Respiratory Distress Syndrome

Kegagalan nafas pada bayi disebabkan oleh berbagai faktor yang terdiri dari
faktor ibu, faktor janin, faktor persalinan dan faktor plasenta6.

1. Faktor Ibu
 Usia Ibu
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan usia yang terlalu tua
termasuk dalam kriteria kehamilan yang berisiko tinggi. Usia reproduksi
paling aman adalah usia 20-35 tahun, karena pada usia ini rahim wanita sudah
matur dan berdasarkan segi psikologi sudah mampu menerima kehamilan
dengan baik.Pada usia <20 tahun kondisi organ reproduksi dan psikologis
belum siap menjalani masa kehamilan sedangkan pada usia >35 tahun keadaan
fisik ibu mengalami kemunduran untuk proses kehamilan, memiliki risiko
terjadinya perdarahan, plasenta previa dan rupture uteri.
 Usia Gestasi
Usia gestasi atau usia kehamilan dapat dihitung dari Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT). Pada bayi yang lahir prematur cenderung mengalami
disfungsi pernafasan karena paru belum matang dengan sempurna.

6
 Jenis Persalinan
Persalian Sectio Caesar berisiko mengalami RDN, karena pada
umumnya bayi yang lahir secara SC tidak dapat mengeluarkan dari paru yang
menyebabkan bayi akan kesulitan ketika bernafas karena paru-paru masih
berisi cairan.
 Riwayat Penyakit Ibu
Riwayat penyakit ibu seperti diabetes, hipertensi dan anemia dapat
menimbulkan komplikasi untuk ibu dan bayi.

2. Faktor Bayi
 Berat Badan Lahir
Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu, defisiensi surfaktan
dan otot pernafasan yang masih lemah sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen6.

2.3 Gejala Klinis Respiratory Distress Syndrome

Gejala dan tanda klinis meliputi dispnue, merintih (grunting) dapat terdengar
menggunakan stetoskop atau tidak dengan stetoskop, takipnu (>60kali/menit),
terdapat retraksi, cekungan antara iga atau di bawah sternum (intercostal/ sub sternal),
nafas cuping hidung dan sianosis atau kebiruan pada daerah wajah dan ekskremitas7.

2.4 Kriteria Diagnosis Respiratory Distress Syndrome

Anamnesis

Ananmesis tentang riwayat keluarga, maternal, prenatal dan intrapartum


sangat diper-lukan, antara lain tentang hal hal di hawah ini:

 Prematuritas, sindrom gangguan napas, sindrom aspirasi mekonium, infeksi:


pneumonia, displasia pulmoner, trauma persalinan sungsang, kongesti nasal,
depresi susunan saraf pusat, perdarahan susunan saraf pusat, paralisis nervus
frenikus, takikardia atau bradikardia pada janin, depresi neonatal, tali pusat
menumbung, bayi lebih bulan, demam atau suhu yang tidak stabil (pada
pneumonia).

7
 Gangguan SSP: tangis melengking, hipertoni, flasiditas, atonic, trauma,
miastenia.
 Kelainan kongenital: arteri umbilikalis tunggal, anomali kongenital lain:
anomali kardiopulmonal, abdomen cekung pada hernia diafragmatika, paralisis
erb (paralisis nerves frenikus, atresia khoanae, kongesti nasal obstruktif,
meningkatnya diameter anterior posterior paru, hippoplasi paru,
trakheoesofageal fistula).
 Diabetes pada ibu, perdarahan antepartum pada persalinan kurang bulan,
partus lama, kulit ketuban pecah dini, oligohidramnion, penggunaan obat yang
berlebihan.8,9

Pemeriksaan fisik

 Peningkatan Heart Rate dan Respiratory Rate serta fase lanjut ditemukan
adanya hipotensi dan penurunan CO.
 Merintih atau grunting.
 Adanya dyspnea, takipnea, penggunaaan otot tambahan pernapasan yang
semakin meningkat.
 Sianosis.
 Ditemukan suara napas tambahan crackles.
 Pada kondisi paling parah dapat terjadi penurunan kesadaran dan multiple
organ dysfunction syndrome (MODS) termasuk penurunan keluaran urin
(output), melemahnya motilitas lambung dan gangguan koagulasi.8,9

8
Evaluasi Gawat Nafas dengan Skor Downes

Skor
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi < 60x/i 60-80x/i >80x/i
nafas
Sianosis Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Retraksi Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walaupun diberi
O2
Aie entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Skor ≥ 6 : Ancaman Gagal Nafas

Pemeriksaan Penunjang

 Analisis gas darah : untuk menilai adanya kondisi alkalosis, menilai tekanan
gas darah (PaO2, PaCO2 dan PH) sambil melakukan monitoring dengan
pulse oxymetri. Hipoksemia berat ditandai dengan PaO2 < 50-60 mmHg
dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40% pada
bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat dengan PaCO2 > 55-60 mmHg
dengan pH <7,2-7,25.
 X-Ray : pada fase lanjut ditemukan bilateral infiltrate yang menutupi lapang
paru.
 Laboratorium : hasilnya tergantung dari faktor penyebabnya. Pada
RDS disertai infeksi dapat ditemukan peningkatan sel darah putih.
Trombositopenia dapat ditemukanpada pasien sepsis dengan adanya
koagulasi intravaskular diseminata (DIC). Hemoglobin (Hb) harus selalu
dipantau sebab jika terjadi anemia kandungan oksigen dalam darah
menurun sebagai akibat efek pemberian intervensi ventilasi mekanik dan
PEEP (Positive End-Expiratory Pressure).
 Bronkoskopi dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi kemungkinan
infeksi, perdarahan alveolar, atau pneumonia pada pasien akut dengan
infiltrat paru bilateral.
 Echocardiography (untuk menyingkirkan penyebab edema pulmonal).8,9

9
2.5 Diagnosis Banding
 Kelainan sistem respirasi : obstruksi saluran nafas atas, transient tachypnea of
the newborn, pneumonia, sindroma aspirasi mekonium, pneumotoraks, efusi
pleura.
 Sepsis
 Kelainan kardiovaskular : penyakit jantung bawaan, gagal jantung bawaan
kongestif, PDA (Patent Ductus Arteriosus), syok.8,9

2.6 Tatalaksana
1. Terapi Oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah untuk menyediakan oksigen yang
memadai bagi jaringan, mencegah akumulasi asam laktat yang dihasilkan oleh
hipoksiaserta pada waktu yang sama menghindari efek negative yang potensial
dari hiperoksia dan radikal bebas. Jika bayi tidak membutuhkan ventilasi
mekanik, oksigen dapat dipasok menggunakan tudung plastic yang ditempatkan
di atas kepala bayi, menggunakan nasal kanul, atau continuous positive airway
pressure (CPAP) untuk menyediakan konsentrasi dan kelembapan oksigen yang
bervariasi. Ventilasi mekanik (bantuan pernafasan dengan memberikan sejumlah
oksigen yang ditentukan melalui tabung endotrakeal) diatur untuk memberikan
sejumlah oksigen yang telah ditentukan pada bayi selama nafas spontan dan
menyediakan pernafasan mekanik pada saat tidak ada nafas spontan.10,11
2. Resusitasi Neonatal
Pengkajian bayi yang cepat dapat mengidentifikasi bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi : bayi lahir cukup bulan tanpa ada bukti meconium atau
infeksi pada pada cairan amnion, bernafas atau menangis, dan memiliki tonus otot
yang baik. Keputusan untuk melanjutkan langkah tindakan berdasarkan
pengkajian pernafasan, denyut jantung dan warna. Jika salah satu karakteristik
tersebut tidak ada, maka bayi harus menerima tindakan berikut secara berurutan :
1) Langkah awal penstabilan : berikan kehangatan dan menempatkan bayi di
bawah pemancar panas, posisikan kepala pada posisi jalan nafas terbuka,
bersihkan jalan nafas dengan bulb syringe atau kateter pengisap (suction),
keringkan bayi, rangsang untuk bernafas dan ubah posisi bayi 2) Ventilasi 3)
Kompresi dada 4) Pemberian epinefrin atau ekspansi volume atau keduanya.10,11

10
3. Terapi Penggantian Surfaktan
Surfaktan dapat diberikan sebagai tambahan untuk terapi oksigen dan
ventilasi. Pada umumnya, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu
belum mempunyai surfaktan paru yang 26 cukup adekuat untuk kelangsungan
hidup di luar rahim. Penggunaan surfaktan disarankan pada bayi dengan distress
pernafasan sesegera mungkin, setelah kelahiran, terutama bayi BBLR, yang
belum terpapar steroid antenatal pada ibu hamil. Pemberian steroid antenatal pada
ibu hamil dan penggantian surfaktan dapat mengurangi insiden distress
pernafasan dan penyakit penyerta.10,11

4. Terapi Tambahan
Terapi tambahan Nitrat hidup (inhaled nitric oxcide-INO),
extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), dan cairan ventilasi merupakan
terapi tambahan yang digunakan pada digunakan bagi bayi matur/cukup bulan
dan prematur akhir dengan kondisi seperti hipertensi pulmonal, sindrom aspirasi
mekonium, pneumonia, sepsis, dan hernia diafragmatika kongenital untuk
mengurangi atau membalikkan hipertensi pulmonal, vasokontstriksi paru,
asidosis, serta distres pernapasan dan gagal napas bayi baru lahir. Terapi INO
digunakan bersamaan dengan terapi penggantian surfaktan, ventilasi frekuensi
tinggi, atau ECMO. ECMO digunakan pada penatalaksanaan bayi baru lahir
dengan gagal napas akut hebat pada kondisi yang sama seperti yang disebutkan
untuk INO. Terapi sebuah mesin jantung-paru yang dimodifikasi, meskipun
begitu, pada ECMO jantung tidak 27 berhenti dan darah tidak sepenuhnya
melewati paru. Darah didorong dari kateter atrium kanan atau vena jugularis
kanan dengan gaya gravitasi ke sebuah pompa pengatur, dipompa melalui
membran paru di mana darah dioksigenasi, kemudian melalui sebuah mesin
penukar panas yang kecil di mana darah menghangatkan, dan kemudian
dikembalikan ke sistem sirkulasi melalui sebuah arteri utama seperti arteri karotis
ke lengkung menyediakan oksigen untuk sirkulasi, yang memungkinkan paru
beristirahat serta menurunkan hipertensi paru maupun hipoksemia pada kondisi
seperti hipertensi paru menetap bayi baru lahir, hernia diafragmatika kongenital,
sepsis, aspirasi mekonium, dan pneumonia berat.10,11

11
2.7 Prognosis
Prognosis dengan pengobatan sangat baik; kematian < 10%. Dengan
dukungan ventilator yang adekuat akan memproduksi surfaktan dan setelah produksi
surfaktan dimulai bersama dengan timbulnya diuresis, RDS membaik dalam 4 atau 5
hari.12

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Pramanik A. Respiratory Distress Syndrome [Internet]. Medsacape. 2020 [cited 2020


Oct 8]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/976034-overview#a4
2. Agrina MF, Toyibah A, Jupriyono. Tingkat Kejadian Respiratory Distress Syndrome
(RDS) antara BBLR Preterm dan BBLR Dismatur. J Inf Kesehat Indones [Internet].
2017 [cited 2020 Oct 8];3. Available from:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1237793&val=12538&title=Tingkat Kejadian Respiratory Distress Syndrome
RDS Antara BBLR Preterm Dan BBLR Dismatur
3. National Health Service. Newborn respiratory distress syndrome [Internet]. NHS. 2020
[cited 2021 Oct 7]. Available from: https://www.nhs.uk/conditions/neonatal-
respiratory-distress-syndrome/
4. Yadav S, Lee B, Kamity R. Neonatal Respiratory Distress Syndrome [Internet]. NCBI.
2021 [cited 2021 Oct 8]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560779/
5. Jing L, Yun S, Tian Z, Dkk. Chinesee Medical Journal.
2010;123(20080431405):2640–4. Available from:
https://journals.lww.com/cmj/Fulltext/2010/10010/Clinical_characteristics,_diagnosis_
and_management.4.aspx
6. Surasmi A, Handayani S, Nur H. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. EGC; 2003.
7. Mathai SS, Raju U, Kanitkar M. Management of Respiratory Distress in the Newborn.
Med J Armed Forces India [Internet]. 2007;63(3):269–72. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4922755/
8. Pujiati. Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir. Unissula Semarang; 2019.
9. Hermansen C, Lorah K. Respiratory Distress in the Newborn [Internet]. American
Family Physician. 2007 [cited 2021 Oct 8]. Available from:
https://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html
10. Nationwide Children. Respiratory Distress Syndrome (RDS) Newborn [Internet].
Nationwide Children. 2021 [cited 2021 Oct 8]. Available from:
https://www.nationwidechildrens.org/conditions/respiratory-distress-syndrome-
newborn
11. Atika A. Faktor Risiko Kejadian Respiratory Distress Of Newborn di Neonatal
Intensive Care Unit RSUP DR Wahidin Sudirohusodo [Internet]. Universitas
Hssanuddin; 2019. Available from:
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/2495/2/19_C12116511(FILEminimizer) ... ok 1-
2.pdf
12. Baleset A. Respiratory Distress Syndrome in Neonates (Hyaline Membrane Disease)
[Internet]. MSD Manual for The Professional. 2021 [cited 2021 Oct 8]. Available
from: https://www.msdmanuals.com/professional/pediatrics/respiratory-problems-in-
eonates/respiratory-distress-syndrome-in-neonates

13
14

Anda mungkin juga menyukai