N DENGAN
CONGESTIVE HEARTH FAILUR (CHF)
DI RUANG CAMAR ATAS RSUD AJIBARANG
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Hajar Aswad (113120045)
Indri Wahyuni (113120007)
BAB I
LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut Taqiyyah Bararah, dkk (2013:75) gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
Menurut Sudoyo Aru, dkk (2009) gagal jantung adalah sindrome klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi
diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).
Menurut Susan C. Semeltzer, (2016:286) gagal jantung merupakan
sindrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban (overload) cairan dan
perfusi jaringan yang buruk. Mekanisme terjadinya gagal jantung kongestif
meliputi gangguan kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian
jantung (diastol) sehingga curah jantung lebih rendah dari nilai normal.
Menurut Daulat Manurung (2014:1136) heart failure (HF) atau gagal
jantung adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keselruh jaringan tubuh
secara adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari
jantung.
Menurut Ali Ghanie (2014:1148) gagal jantung suatu kondisi
patofisiologi, dimana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang
sesuai dengan kebutuhan jaringan.
B. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2016:286) tanda dan gejala gagal
jantung dapat dihubungkan dengan ventrikel yang mengalami gangguan.
Gagal jantung kiri memiliki manifestasi klinis yang berbeda dari gagal
jantung kanan. Pada gagal jantung kronik, pasien bisa menunjukkan tanda
dan gejala dari kedua tipe gagal jantung tersebut:
Gagal jantung kiri
1. Kongesti pulmonal: disspnea, batuk, krekels paru, kadar saturasi oksigen
yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau
“gallop ventrikel” bisa dideteksi melalui auskultasi.
2. Dispnea saat beraktivitas (DOE), ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal
(PND).
3. Batuk kering dan tidak berdahak di awal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4. Sputum berbusa, banyak, dan berwarna pink (berdarah).
5. Krekels pda kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi krekels di
seluruh area paru.
6. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
7. Oliguria dan nokturia.
8. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala seperti;
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas;
kulit pucat atau dingin dan lembap.
9. Takikardi, lemah, pulsasi lemah; keletian.
Gagal jantung kanan
1. Kongesti pada jaringan viseral dan perifer
2. Edema ekstremitas bawah (edema dependen), hepatomegali, asites
(akumulasi cairan pada rongga peritoneum), kehilangan nafsu makan,
mual, kelemahan, dan peningkatan berat badan akibat penumpukan
cairan.
E. Patofisiologi
Setiap hambatan pada aliran darah (forward flow) dalam sirkulasi akan
menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward
congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan
adanya gejala backward failure dalam sistem srikulasi aliran darah.
Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh
untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal
jantung ialah: dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang
simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi perifer, peninggian kadar
katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan
ekstraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri
bersama-sama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya
bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi
sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal jantung kongestif
(CHF).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel
berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat
meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang
jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium
akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel. Output kardiak pada saat istirahat
masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlngsung
lama/kronik akan dijalarkan ke kedua atriumdan sirkulasi pulmoner dan
sirkulasi sistemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan output kardiak, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasikan beberapa sistem
saraf dan humoral.
Peningkata aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; perubahan yang terakhir ini
akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan
preload.
F. Pathways
G. Komplikasi
Menurut Taqiyyah Bararah (2013:87) komplikasi dapat berupa:
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal.
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal
dari gagal jantung dapat membutuhkan dialisis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung.
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati.
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan
terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkan jaringan
parut yang mengakibatkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada
di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan anda akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan resiko terkena
serangan jantung atau stroke.
H. Pemerikasaan Penunjang
1. Radiogram dada; kongesti vena paru, redistribusi vaskular pada lobus-
lobus atas paru, kardiomegali
2. Kimia darah; hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal
jantung, BUN dan kreatinin meningkat
3. Urine; lebih pekat, BJ meningkat, Na meningkat
4. Fungsi hati; pemanjangan masa protombin, peningkatan bilirubin dan
enzime hati (SGOT dan SPGT meningkat).
Menurut Taqiyyah Bararah (2013:84) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu:
1. Elektro kardiogram (EKG): hipertropi atrial atau ventrikuler,
penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.
Hipertropi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya: takikardi, fibrilasi
atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah
infark miokard menunjukkan adanya aneurime ventrikular.
2. Scan jantung: tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
dinding.
3. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple): dapat menunjukkan
dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau
area penurunan kontraktili tas ventrikular.
4. Kateterisasi jantung: tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan
stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rongent dada: dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
6. Enzim hepar: meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
7. Elektrolit: mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretik.
8. Oksimetri nadi: saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
9. Analisa gas darah (AGD): gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis
respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan 〖PCO〗_2
(akhir).
10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin: peningkatan BUN
menunjukanpenurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kretinin
merupakan indikasi gagal ginjal.
11. Pemeriksaan tiroid: peningkatan aktivitas tiroid menunjukan
hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dibagi atas:
Terapi non farmakologi
Menurut brunner dan suddarth (2016:287) pemilihan terapi sangat
bergantng pada tingkat keparahan dan kondisi pasienndan dapat meliputi
medikasi oral dan IV, perubahan besar pada gaya hidup, pemberian tambahan
oksigen, pemasangan alat bantu, dan dengan pembedahan, meliputi
transplantasi jantung. Perubahan gaya hidup mencakup pembatasan diet
natrium; menghindari konsumsi cairan berlebihan, alkohol, dan merokok;
upaya menurunkan berat badan jika diindikasikan dan olahraga teratur.
Pembedahan pintas koroner, angioplasti koroner transluminal perkutan
(PTCA), dan beberapa terapi inovatif yang diindikasikan (pemasangan alat
bantung jantung, transplantasi).
Terapi farmakologi
Menurut Taqiyyah Bararah, dkk (2013:86)
1. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan: peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan
peningkatan diuresisi dan mengurangi edema.
2. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
3. Terapi vasodilator
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impedansi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Diet
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan
edema.
a. Diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan.
b. Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan
darah dan mengurangi beban kerja jantung.
c. Penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang.
d. Digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung.
e. Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi
perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
f. Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung
meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi
dan ekskresi dan volume intravaskuler menurun.
g. Inotropik positif: dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan
kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan
kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan
denyut jantung (efek kronotropik positif).
h. Sedati: pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi.
Implementasi
Menurut effendy, implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan
pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi juh berbeda
dengan rencana. Hal ini terjadi karena peawat belum terbiasa menggunakan
rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah
rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat
fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan kliensesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengn
tindakan yang akan dilaksanakan. Kutipan dari taqiyyah bararah dan muhammad
jauhar (2013:13-14)
Evaluasi
Menurut Alfaro-LeFevre, evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan,
dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu
proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon segera pada saat dan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.
Hasil yang diharapkan untuk pasien dengan gagal jantung menurut Brunner dan
Suddarth (2016:291)
1. Menunjukkan toleransi terhadap peningkatan aktivitas.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Kecemasan berkurang.
4. Membuat keputusan yang bijaksana terkait perawatan dan pengobatan.
5. Mematuhi regimen perawatan diri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN CONGESTIVE
HEARTH FAILUR (CHF) DI RUANG CAMAR ATAS
RSUD AJIBARANG
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari, 10-11-2020, jam 19.00, di ruang Camar
Atas RSUD Ajibarang
A. Data Umum
1. Identitas Klien :
Nama pasien : Ny. N
Umur : 05-10-1960
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : jawa
Agama : ISLAM
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ajibarang
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 33 Tahun
Alamat : Ajibarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. dengan pasien : Anak
B. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama : Sesak nafas
b. Faktor pencetus : pasien mengatakan kelelahan dan mengkonsumsi
salah satu jenis obat glikemik oral
c. Lamanya keluhan : Sering
d. Timbulnya keluhan : Mendadak
e. Faktor yang memperberat : CHF, Hipoglikemia, Hipertensi, Riwayat
Diabetes Mellitus dan CKD
2. Pernah dirawat :
a. Penyakit : Sesak napas dan edema ekstremitas
b. Waktu : Kurang lebih 1 bulan yang lalu
c. Riwayat operasi : Tidak memiliki riwayat operasi
b. Tanda (obyektif)
1) Suhu tubuh: 36,7OC
Diaphoresis : tidak ada
Berat badan : 56 kg Tinggi badan : 156 cm
2) Turgor kulit : lembab, Tonus otot : teraba
3) Edema : ada
4) Ascites: tidak ada
5) Integritas kulit perut : tidak ada lesi, CRT < 2 detik
6) Distensi vena jugularis : tidak ada
7) Hernia/masa : tidak ada
8) Bau mulut/halitosis : tidak ada
9) Kondisi mulut/gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah : mukosa bibir
kering
b. Tanda obyektif :
1) Respon terhadap aktivitas yang teramati : pasien tampak sesak /
terengah engah
2) Status mental : tampak gelisah
3) Penampilan umum :
a) Tampak lemah : tampak pucat, sesak napas, terpasang O2
GDS : 51 mg/dl dan R : 22 x/menit
4) Kerapian berpakaian : rapi
5) Pengkajian neuromuskuler :
Masa/tonus : teraba
Kekuatan otot : 4
Rentang gerak : terbatas
Deformitas : tidak ada
6) Bau badan : tidak ada , Bau mulut : tidak ada kelainan
Kondisi kulit kepala : bersih
Kebersihan kuku : panjang
5. Istirahat
a. Gejala subyektif :
1). Kebiasaan tidur : tidur habis isya jam 21:00
Lama tidur 8 jam
2) Masalah hubungan dengan tidur
a) Insomnia : ( ) ada,
b) Kurang puas setelah bangun tidur : ( ) ada, pasien
mengatakan sulit tidur
c) Lain lain, sebukan : tidak ada
Tanda obyektif :
1). Tampak mengantuk/mata sayu : ( ) ada, mata tampak sayu
dan mengantuk
Mata merah : ( ) tidak ada (
)
ad
a
3). Sering menguap : ( ) tidak ada (
)
ad
a
4). Kurang konsentrasi : ( ) tidak ada (
)
ad
a
6. Sirkulasi
a. Gejala subyektif :
1). Riwayat hipertensi dan masalah jantung : ( ) tidak ada ()
ada,
Jelaskan : memiliki riwayat hipertensi
2). Riwayat edema kaki : ( ) tidak ada ( ) ada,Jelaskan
3). Flebitis : ( ) tidak ada ( ) ada, Jelaskan
4). Penyembuhan lambat : lambat
5). Rasa kesemutan : ( ) tidak ada ( ) ada,
6). Palpitasi : ada
b. Tanda obyektif :
1). Tekanan darah 160/100 mmHg
2). Mean Arteri Pressure (MAP) : 120
3). Nadi :
a). Karotis : teraba
b). Femoralis : teraba
c). Popliteal : teraba
d). Jugularis : teraba
e). Radialis : teraba
f). Dorsal pedis : teraba
g). Bunyi jantung : lup dup Frekuensi : 85 x/menit
Irama : teratur Kualitas : teraba lemah
h). Murmur : tidak ada, Gallop : t i d a k a d a
i). Pengisian kapiler : > 3 detik
Varises : ada varises, Phlebitis : tidak ada phlebitis
j). Warna membrane mukosa : pucat, Bibir : kering
Konjungtiva : anemis Sklera : putih kemerahan
Punggung kuku : putih pucat, CRT > 2 detik
7. Eliminasi
a. Gejala subyektif :
1) Pola BAB : 0 x
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu,
misal : terpasang kolostomi/ileostomy) : tidak ada
3) Kesulitan BAB : konstipasi : tidak ada
Diare : tidak ada
4) Penggunaan laksatif : tidak ada
5) Waktu BAB terakhir : tidak ada
6) Riwayat perdarahan : ada
Hemorrhoid : tidak ada
7) Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
8) Riwayat penggunaan alat-alat (misalnya kateter) : ada
terpasang DC
9) Riwayat penggunaan diuretik : ada ( furosemid)
10) Rasa nyeri/terbakar saat BAK : tidak ada
11) Kesulitan BAK : tidak ada
b. Tanda obyektif :
1). Abdomen :
a) Inspeksi : tidak ada
b) Auskultasi : bising usus 5 x/menit
Bunyi abnormal : tidak ada
c) Perkusi : Bunyi timpani
d) Palpasi : ada nyeri tekan di ulu hati
Konsistensi : lunak
Massa : tidak ada
Pola BAB : 0 x konsistensi BAB
Pola BAK : ada Frekuensi : sering > 3 x
Distensi kandung kemih : ( ) tidak ada ( ) ada,
jelaskan
1) Adanya nyeri
P = nyeri bertambah saat sesak napas
Q = Nyeri seperti tertusuk tusuk
R = nyeri di ulu hati
S = skala 2-3
T = sering
2) Rasa pusing : ada GDS : 60 mg/dl
3) Kesemutan/kebas/kelemahan : edem di kaki dan tangan
4) Kejang : tidak ada
5) Mata : penurunan penglihatan, tidak ada
6) Pendengaran: penurunan pendengaran, tidak ada
7) Epistaksis : tidak ada
b. Tanda obyektif :
1) Status mental : Kesadaran : CM
2) Skala coma Glasgow (GCS) : E4M6V5
3) Terorientasi/disorientasi :
waktu : pasien mengatakan sekarang sudah malam
Tempat : pasien mengatakan sedang dirawat di RS
Orang : pasien mengatakan di RS Bersama anaknya
4) Persepsi sensori : ilusi : tidak ada, halusinasi : tidak ada
Delusi : tidak ada, Afek : tidak ada
Saat ini : pasien mengatakan saat ini sedang di rawat inap
di RSUD Ajibarang
Masa lalu : pasien mengatakan pernah di Rawat di RS
5) Alat bantu penglihatan/pendengan : tidak ada
6) Reaksi pupil terhadap cahaya : ka/ki : normal, ada reaksi pupil
7) Fascial drop : tidak ada, Postur : tidak ada kelainan
8) Penampilan umum tampak kesakitan : tidak ada
9) Respon emosional gelisah, penyempitan fokus : berfokus pada
9. Keamanan
a. Gejala subyektif :
1). Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik) :
Obat-obatan : Tidak ada alergi obat
Makanan : Tidak ada alergi makanan/minuman
2). Riwayat penyakit hubungan seksual : tidak ada
3). Riwayat tranfusi darah : tidak pernah
4). Riwayat cedera : tidak ada
5). Riwayat kejang : tidak ada
b. Tanda Obyektif :
1) Suhu tubuh : 37OC
Diaforesis : Tidak ada
2) Integritas jaringan : baik
3) Jaringan parut : tidak ada
4) Kemerahan : tidak ada
5) Adanya luka : tidak ada
Peningkatan nyeri pada luka : tidak ada
Ekimosis/tanda perdarahan lain : tidak ada
6). Faktor resiko terpasang alat invasive : tidak ada
7). Gangguan Keseimbangan : tidak ada
8). Gangguan keseimbangan ada pasien mengatakan lemas dan
sesak napas (GDS:60 mg/dl
9). Kekuatan umum : 4, tonus otot : teraba
Parese/paralisa : tidak ada
10. Seksual dan reproduksi
a. Gejala subyektif :
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual : pasien mengatakan
memahami tentang fungsi seksual
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi
(fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian
alat kontrasepsi atau kondisi sakit) : tidak ada
3) Permasalahan selama aktivitas seksual : tidak ada
4) Pengkajian pada perempuan
a) Gangguan menstruasi (keturunan/keluhan) : Tidak ada
b) Riwayat kehamilan : memiliki 2 anak
c) Riwayat pemeriksaan ginekologi (pap smear) : tidak ada
b. Tanda obyekti :
1) Pemeriksaan payudara/penis/testis : simetris kanan dan kiri
simetris, tidak ada lesi
2) Kutil genital, lesi : Tidak ada
b. Tanda obyektif :
1) Kemampuan berbicara : jelas dan dapat dimengerti
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan : pola bicara biasa/tidak ada
kerusakan
3) Penggunaan alat bantu bicara : Tidak ada
4) Adanya trakeostomi : Tidak ada
5) Komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang lain :
menggunakan komunikasi verbal
6) Perilaku menarik diri : tidak ada
2. Rontgen (Thorax)
Kesan :
a. Borderline kardiomegali (LV) disertai klasifikasi aorta
b. Gambaran bronkopneumoni
c. Limfadenopati hilus kana
3. EKG : Iskemik Miocard Old
4. Terapi Obat
Tanggal Obat Dosis
9-11 November 2020 Obat Injeksi
Furosemid 2x1
Ranitidine 2x1
D40% *ekstra
Obat Oral
Spronolocton 1 x 25 mg
Valsartan 1 x 160 mg
OMZ 2x1
Sulcrafat Syrup 3x1
Domperidon 3x1
Aminoral 3x1
Albuforce 3x1
Infus
D5% 10 tpm
D10% 10 tpm
II. ANALISA DATA
No Waktu Data Fokus Masalah Etiologi
1 10/11/2020 DS : Pasien mengatakan sesak Pola Napas Tidak Hambatan Upaya
(19.00) napas Efektif (D. 0005) Napas
DO : Ku : CM
Penurunan Energi
Respirasi : 26 x/menit
SPO2 : 96
Tampak penggunaan
otot bantu pernapasan
Tampak pernapasan
cuping hidung
1. Meningkat nafas
5. Menurun Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat
sederhana setiap saat
2. Anjurkan memakai identitas
darurat yang tepat
3. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah
4. Anjurkan berdiskusi dengan tim
5. 10/11/2020 SLKI : Status Nutrisi (L. 02030) SIKI: Manajemen Nutrisi (I. 03119)
(19.00) Ekspektasi: Membaik Observasi
Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam, 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
maka status nutrisi membaik, makanan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor asupan makanan
Kriteria Awal Nilai 4. Monitor hasil pemeriksaan
Porsi makan 3 5 Teraupetik
yang dihabiskan 1. Lakukan oral hyegiene sebelum
Sikap terhadap 3 5
makan, jika perlu
makanan/minum
2. Berikan suplemen makanan, jika
an sesuai
perlu
dengan tujuan
Edukasi
kesehatan
Keterangan : 1. Anjurkan posisi duduk, jika
1. Menurun mampu
2. Cukup menurun 2. Ajarkan diit yang diprogramkan
3. Sedang Kolaborasi
4. Cukup meningkat 1. Kolaborasi pemberian medikasi
5. Meningkat sebelum makan, jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi, jika
perlu
6. 10/11/2020 SLKI : Tingkat Pengetahuan SIKI: Edukasi Kesehatan (I. 12383)
(19.00) (L. 12111) Tindakan
Ekspektasi: Meningkat Observasi
Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kesiapan dan
keperawatan selama 2x24 jam, kemampuan menerima informasi
maka tingkat pengetahuan 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
meningkat, dengan kriteria hasil: meningkatkan dan menurunkan
Kriteria Awal Nilai motivasi perilaku hidup bersih dan
Pertanyaan 3 5 sehat
tentang masalah
yang dihadapi Teraupetik
Persepsi yang 3 5
1. Sediakan materi dan media
keliru terhadap
Pendidikan Kesehatan
masalah
Keterangan : 2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
1. Meningkat sesuai kesepakatan
2. Cukup meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Sedang
Edukasi
4. Cukup menurun 1. Jelaskan factor resiko yang dapat
5. Menurun mempengaruhi Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
Kriteria Awal Nilai sehat
Perilaku 3 5 3. Ajarkan strategi yang dapat
1. Memburuk
digunakan untuk meningkatkan
2. Cukup memburuk
perilaku hidup bersih dan sehat
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
7. 10/11/2020 SLKI : Status Spiritual (L. 01006) SIKI: Dukungan Spiritual (I. 09276)
(19.00) Ekspektasi: Membaik Tindakan
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x24 jam, 1. Identifikasi perasaan khawatir,
maka status spiritual membaik kesepian dan ketidakberdayaan
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi pandangan tentang
Kriteria Awal Akhir hubungan antara spiritual dan
Verbalisasi 3 5 Kesehatan
makna dan 3. Identifikasi harapan dan kekuatan
tujuan hidup pasien
Verbalisasi 3 5
4. Identifikasi ketaatan dalam
perasaan tenang
Keterangan : beragama
1. Menurun Teraupetik
2. Cukup Menurun 1. Berikan kesempatan
3. Sedang mengekspresikan perasaan tentang
4. Cukup Meningkat penyakit dan kematian
5. Meningkat 2. Berikan kesempatan
IV. IMPLEMENTASI
No Waktu Tindakan Respon pasien/hasil Perawat
keperawatan
1 (19.00) Monitor pola napas S : Pasien mengatakan sesak napas Indri
O : R : 26 Spo2 : 96%
Kelemahan,terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan & pernapasan cuping hidung
2 (19.05) Pemasangan nasal S : Pasien mengatakan sesak sudah Aswad
kanul berkurang
( O2 3L )& O : Terpasang nasal kanul
memposisikan semi ( O2 3L )
fowler Tampak posisi semi fowler
R : 22 Spo2 : 97%
3 (19.15) Identifikasi tanda & S : Pasien mengeluh sesak, merasa lelah, Aswad
gejala primer & kulit pucat & edema pada bagian tangan
sekunder penurunan dan kaki
curah jantung O : Ku lemah
- CRT > 3 detik, akral dingin
- Edema pada lengan & kaki
4 (19.20) Monitor tanda dan S : Pasien mengatakan lemas & keluar Indri
gejala hipoglikemi & keringat dingin
pemberian dextros O : Ku lemah , warna kulit pucat, akral
40% teraba dingin & berkeringat
- Injeksi bolus D 40%
Monitoring pemberian S : Pasien mengatakan sudah di suntik Indri
D 40% ( cek GDS ) O : GDS : 60 mg/dl
5 (19.30) Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan sudah minum teh Indri
tirah baring & minum manis
teh manis O : Pasien tampak minum teh manis disuapi
oleh anaknya
6 (19.35) Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan tidak nafsu makan Aswad
makan sedikit tapi O : pasien hanya makan 4 sendok
sering -
7 19.40 Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan sudah minum obat Aswad
minum obat yang telah O : Obat oral
diberikan oleh perawat - Volsatran
ruangan - Omz
- Sul crafat syrup
- Domperidon
- Aminoral
- Albuforce
8 19.50 Edukasi pasien untuk S : pasien mengatakan bersedia Indri
menggunakan pempes O : Pasien kooperatif
& jangan ke kamar
-
mandi dulu
9 20.00 Monitor ku & S : Pasien mengatakan lebih enakan dari Indri
anjurkan pasien untuk sebelumnya
istirahat, perbanyak O : R : 20 Spo2 : 98%
berdo’a & berdzikir ( terpasang nasal kanul 3L)
Ku : CM
1 11-11- Monitoring vital sign S : Pasien mengatakan lebih nyaman Aswad
2020 O:
07.30 - TD : 167/86 mmHg
- Nadi :89 x/menit
- S : 36,4 oC
- Respirasi : 20 x/menit
- Spo2 : 98%
- ( terpasang O2 3L)
2. 08.00 Monitoring hasil GDS S : Pasien mengatakan jam 06.00 sudah di Aswad
cek sama perawat ruangan
O : GDS jam 06.00 : 39 mg/dl
Lapor dokter & pemberian D 40%
-
3. 08.15 Anjurkan untuk S : Pasien mengatakan sudah makan,sudah Indri
makan sedikit tapi minum teh manis & makan permen
sering, anjurkan O : Pasien menghabiskan ¼ porsi makan
minum teh manis & pagi, 1 gelas teh manis & beberapa permen
makan permen
4. 08.00 Edukasi pasien S : Pasien mengatakan ingin lebih Indri
tentang PHBS memahami & menerapkan kebiasaan-
kebiasaan baik untuk meningkatkan
kesehatan
O : pasien & keluarga pasien kooperatif
saat diskusi
5. 10. 15 Identifikasi tentan S : Pasien mengatakan ada hubungan Aswad
hubugan antara antara spiritual & kesehatan
sepiritual & kesehatan O : Pasien kooperatif saat di tanya
Identifikasi ketaatan S : Pasien mengatakan selamasakit pasien
dalam beragama tidak sholat
( menanyakan O : Pasien tampak gelisah
pasien sholat tidak
selama di rawat di
RS)
S : Pasien mengatakan sudah memahami
Mengajarkan cara tayamum & cara sholat saat sakit
tayamum & sholat O : Pasien kooperatif saat melakukan
saat sakit tayamum
6. 11.00 Cek GDS S : Pasien mengatakan bersedia Indri
O : GDS : 102 mg/dl
7 (12.00) TTV Pasien S : Pasien mengatakan bersedia untuk di Indri
TTV
O : TD : 105/93 S : 36,4
R : 20X/mnt N : 89X/mnt
Terpasang O2 Spo2: 98%
8 (12.15) Monitor asupan nutrisi S : Pasien mengatakan sudah makan Indri
O : Pasien habis ½ porsi makan
Pasien tampak lebih bertenaga
9 (12.40) Injeksi obat S : Pasien mengatakan mau di suntik Aswad
O : Obat oral
-Valsertan -Domperidon
-OMZ -Aminoral
-Sulorafat syrup -Albuforce
10 (13.30) Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan akan Aswad
istirahat & membatasi memperbanyak istirahat di atas tempat tidur
aktivitas O : pasien tampak di atas tempat tidur
11 (13.40) Monitor pola napas & S : Pasien mengatakan sesak sudah Indri
Spo2 berkurang
O : Posisi semi fowler
- Terpasang nasal kanul 2-3L
- Spo2 : 98%
- R : 20 x/menit
1. 12-11- Monitor Ku & Vital S : Pasien mengatakan sudah lebih nyaman Indri
2020 sign & sudah tidak sesak
14.00 O : TD : 187/86 S : 36,3
N : 89X/mnt RR : 22
Tidk terpasang O2 Spo2 : 98%
2. 14.30 Melakukan ROM S : Pasien mengatakan bengkak di tangan Indri
& kaki sudah berkurang & merasa lebih
nyaman & rileks setelah di ROM
O : Pasien kooperatif saat di lakukan ROM
3. (15.00) Monitoring tanda & S : pasien mengatakan masih merasakan Aswad
gejala hipoglikemia & sedikit lemas & alhamdulillah lebih nyaman
penurunan curah O : Ku CM
jantung -Akral sudah teraba hangat
-CRT < 2 detik
-Warna kulit sudah tidak pucat
4. (16.00) Injeksi obat S : Pasien mengatakan bersedia untuk Aswad
dikasih dan minum obat
O : Oral
-OMZ
-Selorafat syrup
-Domperidon
-Aminoral & Albuforce
Injeksi
-Furosemid
-Ranitidin
5. (18.30) Cek GDS S : pasien mengatakan bersedia untuk Indri
dicek GDS
O : GDS : 227 mg/dl
6 (18.40) Monitoring asupan S : pasien mengatakan sudah makan dan Indri
nutrisi anjurkan makan sekarang sudah tidak minum teh lagi
sedikit tapi sering dan O : pasien tampak sudah nafsu makan,
batasi minum teh habis, dan lebih dari setengah porsi makan
manis dan makan RS
permen KU : CM
7. (19.20) Monitoring kegiatan S : Pasien mengatakan sudah tau cara Aswad
spiritual tayamum dan sholat saat sakit, namun
sekarang belum sholat
O : pasien tampak di tidur
8. (19.30) Anjurkan pasien untuk S : Pasien mengatakan sudah berdoa Aswad
memperbanyak doa O : pasien tampak lebih tenang dan kurang
dan berdzikir dan kooperatif saat dianjurkan untuk shoat
motivasi pasien untuk
mengerjakan shoat
9. (19.45) Anjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan sudah bisa berjalan Indri
melakukan aktifitas kekamar mandi
secara bertahap O : pasien tampak dibantu oleh anaknya
KU : CM
10. (20.00) Anjurkan pasien utuk S : Pasien mengatakan mulai mengatuk dan Indri
beristirahat dan berdoa akan beristirahat
sebelum tidur O : pasien tampak tidur ditempat tidur
V. EVALUASI
- R : 22 x/menit
- SPO2 : 97 %
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 85 x/menit
- Suhu : 36,7 0C
- R : 22 x/menit
- SPO2 : 97 %
- GDS : 60 mg/dL
- Riwayat DM Tipe II
A : Masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hipoglikemia
(penggunaan insulin/obat glikemik oral) teratasi sebagian, dengan kriteria hasil :
Kriteria Awal H1 Akhir
Mengantuk 3 4 5
Pusing 3 4 5
Lelah/lemas 3 4 5
Berkeringat 3 4 5
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Kriteria Awal H1 Akhir
Kadar glukosa darah 3 4 5
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor tanda-tanda hipoglikemia
2. Monitor vital sign dan GDS
3. Anjurkan minum the manis dan makan permen
4. 10/11/2020 S : pasien mengatakan kelelahan sudah berkurang, merasa lebih nyaman dan Indri
sesak napas sedikit berkurang
(20.00)
O:
- KU : CM
- SPO2 :
- Respirasi :
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Anjurkan tirah baring dan batasi aktivitas
3. Fasilitasi duduk di samping tempat tidur
5. 10/11/2020 S : pasien mengatakan tidak nafsu makan dan merasa nyeri di ulu hati Indri
O:
(20.00)
- KU : CM
- Habis ¼ porsi RS
- Pasien dan keluarga tampak sudah memahami dan tidak bingung perihal
kondisi saat ini
A : Masalah keperawatan deficit pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat teratasi sebagian, dengan kriteria hasil :
Kriteria Awal H1 Akhir
Pertanyaan tentang masalah yang 3 4 5
dihadapi
Persepsi yang keliru terhadap masalah 3 4 5
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
Kriteria Awal H1 Akhir
Perilaku 3 4 5
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
P : Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
7. 10/11/2020 S : pasien mengatakan merasa lebih tenang dan belum mengerti bagaimana cara Indri
tayamum dan shalat
(20.00)
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- R : 22 x/menit
- SPO2 : 97 %
- Tidak terpasang O2
- TD : 185/93 mmHg
- Nadi : 89 x/menit
- Suhu : 36,4 0C
- R : 20 x/menit
- SPO2 : 98 %
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
Kriteria H1 H2 Akhir
Palpitasi 4 5 5
Takikardi 4 5 5
Lelah 4 5 5
Edema 4 5 5
Dispnea 4 5 5
Pucat 4 5 5
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
- Tampak lemas
- Riwayat DM Tipe II
A : Masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hipoglikemia
(penggunaan insulin/obat glikemik oral) teratasi sebagian, dengan kriteria hasil :
Kriteria H1 H2 Akhir
Mengantuk 4 5 5
Pusing 4 4 5
Lelah/lemas 4 4 5
Berkeringat 4 5 5
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Kriteria H1 H2 Akhir
Kadar glukosa darah 3 4 5
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor vital sign dan GDS
2. Anjurkan minum the manis dan makan permen
4. 11/11/2020 S : pasien mengatakan sudah merasa lebih nyaman, sudah tidak telalu lemas Aswad
dan tidak sesak
(14.00)
O:
- KU : CM
- SPO2 : 98%
- Respirasi : 20 x/menit
P : Lanjutkan Intervensi
1. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
5. 11/11/2020 S : pasien mengatakan sudah makan sedikit dan merasa nyeri di ulu hati sudah Aswad
berkurang
(14.00)
O:
- KU : CM
- Habis ½ porsi RS
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
P : Hentikan Intervensi
7. 11/11/2020 S : pasien mengatakan sudah mengetahui cara tayamum dan shalat saat sakit Aswad
O:
(14.00)
- Pasien tampak lebih tenang
- SPO2 :
- Respirasi :
- Habis 1 porsi RS
4.. 12/11/2020 S : pasien mengatakan sudah berdo’a, sudah mengetahui cara bertayamum dan Indri
shalat saat sakit
(20.00)
O:
- Pasien tampak lebih tenang
JURNAL I
A. Judul
Pengaruh Terapi Latihan terhadap Congestive Heart Failure NYHA III-IV e.c
Mitral Regurgitation, Trikuspidal Regurgitation, Pulmonal Hipertensi
B. Analisis
1. Problem
Congestive Heart Failure (CHF) atau sering disebut gagal jantung
kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Diperkirakan tahun
2030 bahwa 23,6 juta orang di dunia akan meninggal karena penyakit
cardiovaskula. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh terapi latihan terhadap penderita Congestive Heart Failure
NYHA III-IV e.c Mitral Regurgitation, Trikuspidal Regurgitation dan
Pulmonal Hypertensi di RSUD Dr. Adyatma, Semarang sebanyak 8
pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian.
2. Intervention
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Adyatma, Semarang bulan
November 2015. Adapun tindakan terapi pada kasus Congestive Heart
Failure NYHA III-IV e.c Mitral Regurgitation, Trikuspidal Regurgitation
Regurgitation dan Pulmonal Hypertensi berupa terapi latihan diantaranya
breathing exercise, mobilisasi sangkar thorax dan latihan aktif.
3. Comparation
Analisa data berupa deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan data
kualitatif dan data kuantitatif yang menggunakan uji t untuk membuktikan
adanya pengaruh tiap- tiap variabel. Variabel terikat berupa terapi latihan
(breathing exercise, mobilisasi sangkar thorax, gerak aktif anggota gerak
atas dan bawah), sedangkan variabel bebas berupa sangkar thorax dan
potensial tirah baring lama.
4. Outcome
Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti sesak sebelum dan sesudah tindakan terapi
latihan (breathing exercise, mobilisasi sangkar thorax, gerak aktif anggota
gerak atas dan bawah). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa : Terapi latihan dapat mengurangi derajat
sesak napas, spasme otot pernapasan dan meningkatkan ekspansi sangkar
thorax pada penderita Congestive Heart Failure NYHA III-IV e.c Mitral
Regurgitation (MR), Trikuspidal Regurgitation (TR) dan Pulmonal
Hypertensi (PH).
JURNAL II
A. Judul
Pemberian Terapi Oksigenasi Dalam Mengurangi Ketidakefektifan Pola
Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure (Chf) Di Ruang Icu/Iccu
Rsud Dr. Soedirman Kebumen
B. Analisis
1. Problem
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung yaitu
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk melakukan metabolisme memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrient dengan kata lain, diperlukan peningkatan
tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan. Masalah utama pada klien dengan gagal jantung
kongestif yaaitu ketidakefektifan pola nafas. Desain penelitian ini adalah
deskriptif, dalam bentuk studi kasus.Penelitian diarahkan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di
ruangan ICCU selama 3 hari. Subyek dalam penelitian ini adalah dua
orang klien yang mengalami gagal jantung kongestif dengan kriteria
mengalami sesak nafas dan kesadaran composmentis
2. Intervensi
Penelitian ini dilakukan di ruang ICU/ICCU RSUD Dr. Soedirman
Kebumen dengan memberikan intervensi pemberian terapi oksigen.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan pemberian terapi
oksigenasi dalam mengurangi ketidakefektifan pola nafas pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).
3. Comparation
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan
triangulasi observasi, yaitu hasil pengukuran respiratory ratepost test dan
triangulasi waktu, yaitu dilakukan dengan mengukur respiratory rate
setelah diberikan terapi oksigenasi. Hasil menunjukkan bahwa ada
perubahan pola nafas menjadi lebih baik, tidak mengalami sesak dan
frekuensi pernafasan normal setelah diberikan terapi oksigenasi.
4. Outcome
Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hiperventilasi dapat teratasi dengan terapi pemberian oksigen dan
peningkatan oksigen.
JURNAL 3
A. Judul
Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler 45° terhadap Kenaikan Nilai Saturasi
Oksigen pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUD Loekmono Hadi
Kudus
B. Analisis
1. Problem
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu kondisi
fisiologis ketika jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh yang menimbulkan beberapa
gejala klinis yang dirasakan klien beberapa diantaranya dispnea,
ortopnea, paroxysmal nocturnal dispnea (PND) sesak nafas pada malam
hari. Posisi yang paling efektif bagi klien dengan penyakit gagal jantung
kongestif adalah posisi semi Fowler dengan derajat kemiringan 45°, yaitu
dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan
paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma. Penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh posisi tidur semi Fowler 45° terhadap
kenaikan nilai saturasi oksigen pada pasien gagal jantung kongestif di
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.
2. Intervensi
Jenis penelitian ini adalah Pra Experimental dengan rancangan Pre
and Post Test One Group Design. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan nilai SpO2 sebelum dan setelah diberikan
perlakuan posisi tidur semi Fowler 45°. Pemilihan sampel
menggunakan teknik Non Probability Sampling. Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling total.
Populasi penelitian ini adalah total keseluruhan pasien rawat inap
yang mengalami gagal jantung kongestif atau Congestive Heart
Failure (CHF) di ruang Melati 1 dan Melati 2 RSUD Dr.
Loekmono Hadi Kudus Pada bulan Januari – Februari 2017,
populasi sebanyak 16 pasien gagal jantung kongestif . Data
penelitian di analisa menggunakan uji dependent t–test.
3. Comparation
Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.
Loekmono Hadi Kudus didapatkan median SpO2 sebelum
dilakukan pemberian posisi tidur semi Fowler 45° adalah 96%
dan setelah dilakukan pemberian posisi tidur semi Fowler 45°
didapatkan median nilai SpO2 adalah 98%, hal ini menunjukan
adanya selisih kenaikan sebesar 2%. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori bahwa Intervensi posisi semi Fowler perlu
diberikan karena pemberian posisi semi Fowler ini adalah
tindakan yang sederhana dan paling efektif untuk mengurangi
resiko penurunan pengembangan dinding dada. Posisi semi
Fowler biasanya diberikan kepada pasien dengan sesak nafas
yang beresiko mengalami penurunan saturasi oksigen seperti
kardiopulmonari dengan derajat kemiringan 30 –45°.
4. Outcome
Berdasarkan analisis uji alternatif Wilcoxon didapatkan nilai
p 0,006 (p <0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian
posisi tidur semi Fowler 45° terhadap kenaikan nilai saturasi
oksigen pada pasien gagal jantung kongestif di RSUD dr.
Loekmono Hadi Kudus dengan selisih median saturasi oksigen
sebelum dan setelah diberikan perlakuan adalah 2%.
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi institusi
rumah sakit dan dapat dijadikan acuan untuk membuat Standar
Operasional Prosedur (SOP) tentang pemberian posisi tidur semi
Fowler 45° bagi pasien gagal jantung kongestif sehingga setiap ada
pasien gagal jantung kongestif dapat diberikan posisi tidur semi
Fowler 45° untuk mencegah terjadinya penurunan saturasi oksigen.