Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda
dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF dapat disebabkan
oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi distolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo
dkk. 2015).
Menurut Smeltzert & Bare (2013) CHF adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan. CHF merupakan suatu keadaan
patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian
(Muttaqin,2012).
Menurut J. Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi (2013), CHF
adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pemompa untuk mengantarkan
darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Menurut Kasron, 2011. Jantung adalah organ pompa utama tubuh.


Berukuran kira-kira segenggaman tangan manusia, jantung menjaga orang tetap
hidup melalui aktivitas elektrik dan mekanis.Posisi jantung terletak di antara
kedua paru dan berada di tengah-tengah dada, bertumpu pada diafragma thoraxcis
dan berada kira-kira 5 cm di atas processus xiphoideus.
Pericardium yang membungkus jantung terdiri dari dua lapisan: lapisan
dalam (pericardium viseralis) Pericardium viseralis melekat secara langsung pada
permukaan jantung, dan lapisan luar (pericardium parietalis). Pericardium
parietalis melekat ke depan pada sternum, ke belakang pada kolumna vertebralis,
dan ke bawah pada diafragma.

Gambar 2.1. Struktur ruang jantung (sumber : Rizki Mumpun, 2022)


Perlekatan ini menyebabkan jantung terletak stabil ditempatnya.
Pericardium juga melindungi terhadap penyebaran infeksi atau neoplasma dari
organ-organ sekitarnya ke jantung. Ruang jantung terdiri dari : Atrium dextra,
berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan sebagai penyalur darah dari
vena-vena sirkulasi sistemik yang mengalir ke ventrikel dextra. Ventrikel dextra,
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah
ke dalam arteria pulmonalis. Atrium sinistra. Atrium sinistra menerima darah
teroksigenasi dari paru-paru melalui keempat vena pulmonalis. Ventrikel sinistra.
Ventrikel sinistra menghasilkan tekana yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.
Jantung memiliki dua katup, yaitu Katup Atrioventrikularis (AV). Katup
atrioventrikularis terdiri dari dua yaitu trikuspidalis dan bikuspidalis. Katup
semilunaris. Katup semilunaris terdiri dari dua katup yaitu katup aorta dan katup
pulmonalis, katup ini terdiri dari 3 daun katup simetris yang menyerupai corong.
Katup semilunaris mencegah alirah kembali darah dari aorta atau arteria
pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat.
Jantung manusia terdapat tiga lapisan jantung yaitu : lapisan Pericardium.
Pericardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan
mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Pericardium terdiri
dari dua lapisan yaitu pericardium parietalis, pericardium viseralis, danepicardiu. 
Lapisan Miocardium. Miocardium yaitu jaringan utama otot jantung yang
bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung. Miokardium merupakan
lapisan inti dari jantung yang terdiri dari oto-oto jantung yang berkontaksi untuk
memompa darah. Dan lapisan Endocardium. Endocardium merupakan lapisan
terakhir atau lapisan paling dalam pada jantung. Pada lapisan endocardium
ventrikel terdapat serabut Purkinje yang menjadi salah satu penggerak sistem
impuls konduksi jantung, yang membuat jantung bisa berdetak.

2.1.3 Etiologi
Pada CHF, jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah cukup
untuk menjaga lancarnya sirkulasi. Akibatnya terjadi penumpukan darah dan
tekanan ekstra dapat menyebabkan akumulasi cairan ke dalam paruparu. Gagal
jantung terutama berkaitan dengan masalah-masalah pemompaan otot jantung di
bilik jantung, yang mungkin disebabkan oleh penyakit-penyakit seperti infraktus
otot jantung (serangan jantung), endocarditis (infeksi pada jantung), hipertensi
(tekanan darah tinggi), atau valvular insufficiency. Jika penyakit mempengaruhi
jantung sebelah kiri, darah akan kembali ke paru-paru.
Menurut Kasron (2012), ada beberapa penyebab dari gagal jantung
diantaranya :
1. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau infalamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Aterosklerosis Koroner mengakibatkan disfungsi otot jantung karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit otot jantung
degenerative, berhubungan dengan gagal jantug karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada akhirnya mengakibatkan
hipertrophi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot
jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
CHF.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit Jantung Lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang
masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis
katup AV), peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan
darah sistemik (hipertensi malignan) dapat menyebabkan CHF meskipun tidak
ada hipertrofi miokardial.
6. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
CHF meningkatnya laju metabolisme, (demam, tirotoksikosis), hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit
dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung juga dapat terjadi
dengan sendirinya atau secara sekunder akibat CHF menurunkan efisiensi
keseluruhan fungsi jantung.

2.1.4 Klasifikasi
Menurut Kasron, 2012. Gagal jantung di klasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Gagal jantung akut-kronik
a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan
kardiak output dan tidak adekuatnyaperfusi jaringan.
b. Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan ditandai dengan penyakit
jantung iskemik, penyakit paru kronis.
2. Gagal jantung kanan-kiri
a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah
darah secara adekuat.
b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal
jantung kiri yang berlangsung cukup lama.
3. Gagal jantung sistolik-diastolik
a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah.
b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah.

Klasifikasi menurut NYHA berfokus pada pembatasan aktivitas dan gejala


yang ditimbulkan yang pada akhirnya kedua macam klasifikasi ini menentukan
seberapa berat gagal jantung yang dialami oleh pasien.
Kelas Definisi Istilah
I Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa Disfungsi ventrikel yang
pembatasan pada aktivitas fisik. asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung ringan
menyebabkan sedikut pembatasan
III Klien dengan gagal jantung yang Gagal jantung sedang
menyebabkan banyak pembatasan aktivitas
fisik
IV Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung berat
dimanifestasikan dengan segala bentuk
aktivitas fisik akan menyebabkan keluhan
Tabel 2.1. Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA), (2013).

2.1.5 Patofisiologi ( WOC )


Pada CHF dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot
jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload; kontraktilitas dan afterload.
Preload adalah sinonim dengan hukum Starling pada jantung yang menyatakan
bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan
yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas
mengacu pada perubahan kekuatan kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole. (Brunner and Suddarth, 2013)
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah. M, 2012. CHF memiliki manifestasi klinik sebagai
berikut :
1. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoliyang
mengganggu pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun
aktivitas (gejalanya bisa dipicu oleh aktivitas gerak yang minimal atau sedang).
2. Ortopnea, yakni kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
3. Paroximal, yakni noktura dispne. Gejala ini biasanya terjadi setelah pasien
duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah atau setelah pergi
berbaring ke tempat tidur.
4. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan dahak / lendir
(sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai darah dalam jumlah
banyak.
5. Mudah lelah, di mana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang
sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen yang normal,
disamping menurunnya pembuangan sisa hasil metabolisme.
6. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat munculnya rasa
sesak saat bernafas, dan karena pasien mengetahui bahwa jantungnya tidak
berfungsi dengan baik.
7. Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan, dengan tanda dan gejala
berikut:
a. Edema ekstremitas bawah atau edema dependen;
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen;
c. Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan status vena di
dalam rongga abdomen;
d. Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi renal dan
di dukung oleh posisi penderita pada saat berbaring; serta
e. Badan lemah, yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung, gangguan
akibat sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak
adekuat dari jaringan.
2.1.7 Komplikasi
Dampak masalah potensial yang mungkin terjadi pada CHF ini dapat
berupa:
1. Syok Kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan
curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital
(jantung, otak, ginjal).
2. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena akibat stasis
darah.
3. Efusi perkardial dan tamponade jantung
Efusi perikardium mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung
perikardium. Secara normal kantung perikardium berisi cairan sebanyak
kurang dari 50 ml. cairan perikardium akan terakumulasi secara lambat
tanpa menyebabkan gejala yang nyata. Namun demikian perkembangan
efusi yang cepat dapat meregangkan perikardium sampai ukuran maksimal
dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik vena ke
jantung. Hasil akhir dari proses ini adalah tamponade jantung. (Smeltzert &
Bare, 2013)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Nugroho, dkk. 2016
1. EKG (elektrokardiogram)
Untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung EKG : Hipertrofi
atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis iskemia san kerusakan polamungkin
terlihat. Disritmia misalnya takhikardia, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen
ST/T persistensi 6 minggu atau lebih setelah imfrak miokrad menunjukkan
adanya aneurime ventricular.
2. Echokardiogram
Menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung,
serta menilaikeadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung. 20
3. Foto rontgen dada
Untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan diparu-
paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BNP
Untuk mengukur kadar hormon BNP (Brype nattruretic peptide) yang pada
gagal jantung akan meningkat.
5. Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
6. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi san memperkirakan pergerakan dinding.
7. Katerisasi jantung
Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan, sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi, juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikan kedalam ventrikel menunjukkan
ukuran normal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan CHF menurut Kasron (2012), meliputi :
8. Non Farmakologis
c. CHF Kronik
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat dan pembatasan aktivitas.
2. Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
3. Menghentikan obat-obatan yang dapat memperparah kondisi seperti
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air
dan natrium.
4. Pembatasan cairan ( kurang lebih 1200 – 1500 cc/hari ) e) Olahraga
ringan secara teratur.
d. CHF Akut
1. Oksigenasi (ventilasi mekanik)
2. Pembatasan cairan (< 1500 cc/hari)
3. Farmakologis
1) First line drugs (diuretik)
Tujuan pemberian diuretik ini yaitu untuk mengurangi afterload pada
disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi
diastolik. Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop
diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk neningkatkan
pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic.
2) Second Line drugs (ACE inhibitor)
Tujuan pemberian obat ini yaitu meningkatkan COP dan menurunkan
kerja jantung. Obatnya adalah :
a. Digoxin Untuk meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
b. Hidralazin Untuk menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
c. Isobarbide dinitrat Untuk mengurangi preload dan afterload, disfungsi
sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d. Calsium channel bloker Untuk kegagalan diastolik, meningkatkan
relaksasi dan pengisian ventrikel tetapi tidak dianjurkan untuk CHF
kronik.
e. Beta blocker Sering dikontraindikasikan karena menekan respon
miokard. Digunakan pada disfungsi diastolik untuk mengurangi HR,
mencegah iskemi miokard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
2.3.1.1 Pengumpulan Data, Meliputi
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat beraktifitas,
kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada saat beraktivitas. (Wijaya & Yessi,
2013)
3) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
kelemahan fisik pasien secara PQRST. Biasanya pasien akan mengeluh sesak
nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada terasa berat, dan berdebar-
debar.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit
yang mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien CHF biasanya
sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium,
infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Dan juga
memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang lalu dan masih
relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat diuretik,
nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya efek samping
yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering
kali pasien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien Congestive
Heart Failure (CHF) dengan adalah sebagai berikut :
1. Pernafasan (B1 : Breathing)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurungan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na+H2O
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

Anda mungkin juga menyukai