Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

CONGESTIVE HEART FAILURE

DISUSUN OLEH:

Nama: Vanessa Valensia Lebang

NIM: NS1914901149

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIK STELLA MARIS
MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
CONGESTIVE HEART FAILURE

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi CHF
Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketika jantung tidak
mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,
meskipun tekanan pengisian vena normal (Muttaqin, 2012).
Congestive Heart Failure secara sederhana berarti kegagalan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh (Guyton dan, 2016).
Congestive Heart Failure adalah ketika jantung tidak mampu memompa
darah dengan kecepatan yang sepadan dengan kebutuhan metabolisme
jaringan atau hanya dapat memenuhinya hanya jika ada peningkatan
tekanan pengisian. Meski biasanya di sebabkan oleh defisit kontraksi
miokardium yang terjadi perlahan, sindrom klinis serupa terdapat pada
sebagian pasien gagal jantung akibat keadaan-keadaan saat jantung normal
secara mendadak mendapat beban yang melebihi kapasitasnya (misalnya
kelebihan pemberian cairan, infark miokardium akut, disfungsi katub akut)
atau pengisian ventrikel terganggu (Kumar dkk, 2009).
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Congestive Heart Failure yaitu kondisi dimana jantung tidak mampu
memompa darah dalam jumlah yang cukup dan tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh karena
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jantung mendapat beban yang
melebihi kapasitasnya seperti kelebihan pemberian cairan, disfungsi katub
akut, atau pengisian ventrikel terganggu.
2. Anatomi jantung

Gambar 2.1 Anatomi Jantung


a. Lapisan jantung terdiri dari:
1) Perikardium lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung
terletak di dalam mediastinum minus, terletak di belakang korpus
sterni dan rawan iga II-VI.
2) Miokardium lapisan otot jantung menerima darah dari arteri
koronaria arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri desending
anterior dan arteri sirkumfleks.
3) Endokardium (permukaan dalam jantung). Dinding dalam atrium
diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri dari jaringan endotel
atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula dan bagian depan
sinus vena kava.
b. Ruang-ruang jantung:
1) Atrium dekstra: terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau krista terminalis.
Bagian utama atrium yang terletak posterior terhadap rigi terdapat
dinding halus yang secara embriologis berasal dari sinus venosus.
2) Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikuler dekstrum dan dengan traktur pulmonalis
melalui osteum pulmonalis.
3) Atrium sinistra: terdiri dari rongga utama dan aurikula, terletak di
belakang atrium kanan, membentuk sebagian besar basis (fascies
posterior) di belakang atrium sinistra terdapat sinus oblig
perikardium serosum dan perikardium fibrosum.
4) Ventrikel sinistra: ventrikel kiri berhubungan dengan atrium sinistra
melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui
osteum aorta. Dinding ventrikel sinistra tiga kali lebih tebal dari
ventrikel kanan. Tekanan darah intraventrikuler kiri enam kali lebih
tinggi di banding tekanan dari ventrikel dekstra.
c. Katup jantung
1) Katup atrioventrikularis (AV)
Daun-daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama.
Katup atrioventrikularis terdiri dari dua yaitu trikuspidalis dan
bikupidalis. Katup trikuspidalis yang terletak antara atrium dan
ventrikel dextra mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitralis yang
memisahkan atrium dan ventricular sinistra disebut juga katup
bikuspidalis dengan dua buah daun katup.
2) Katup semilunaris
Katup semilunaris terdiri dari dua katup yaitu katup aorta dan
katup pulmonalis. Kedua katup semilunaris sama bentuknya, katub
ini terdiri dari 3 daun katub simetris yang menyerupai corong yang
terlambat kuat pada annulus fibrosus. Katup aorta terletak antara
ventrikel sinistra dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak
antara ventrikel dextra dan arteri pulmonalis. (Syaifuddin, 2011)

3. Klasifikasi
Menurut Karson, 2016 Congestive Heart Failure dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu:
a. Gagal jantung akut dan kronik
1) Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba di tandai dengan
penurunan cardiac output atau tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini
dapat mengakibatkan edema paru dan kolap pembuluh darah.
2) Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan di tandai dengan
penyakit jantung iskemik, penyakit jantung paru kronis, pada gagal
jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga
menyebabkan hypervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan
hipertrofi.
b. Gagal jantung kanan dan kiri
1) Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa
darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal,
hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral.
2) Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat
gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan
yang terbendung akan terakumulasi secara sistemik di kaki, asites,
hepatomegali, efusi pleura dan lain-lain.
c. Gagal jantung sistolik dan diastolik
1) Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya
kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi.
2) Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah
akibatnya stroke volume cardiac output menurun.

Klasifikasi CHF menurut derajat atau beratnya gejala menurut New York
Heart Association (NYHA).

Tabel 2.1 Klasifikasi CHF menurut NYHA

KELAS DEFINISI ISTILAH


I Klien dengan kelainan Disfungsi ventrikel kiri
jantung tetapi tanpa yang asimtomatik
pembatasan aktivitas fisik.
II Klien dengan kelainan Gagal jantung ringan
jantung yang menyebabkan
sedikit pembatasan aktivitas
fisik.
III Klien dengan kelainan Gagal jantung sedang
jantung yang menyebabkan
banyak pembatasan
aktivitas fisik.
IV Klien dengan kelainan Gagal jantung berat
jantung yang segala bentuk
aktivitas fisiknya akan
menyebabkan keluhan.
Sumber: Muttaqin, 2009

4. Etiologi
a. Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, disebabkan menurunya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup aterosklorosis coroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklorosis coroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jatung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardum (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung
menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencangkup gangguan aliran darah yang masuk ke
jantung (stenosis katub semilunar), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditis, konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
f. Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung. (Kasron, 2016)
5. Patofisiologi
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh
kemampuannya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat ke seluruh
bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami stress
fisiologis. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi
keadaan-keadaan; yang pertama preload (beban awal) jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang timbul oleh
panjangnya regangan serabut jantung. Yang kedua kontaktilitas yaitu
perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya regangan
serabut jantung. Yang ketiga afterload atau beban akhir yaitu besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri. Pada keadaan gagal jantung,
bila satu/ lebih dari keadaan diatas terganggu, menyebabkan curah jantung
menurun, meliputi keadaan yang menyebabkan preload meningkat contoh
regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel. Menyebabkan afterload
meningkat yaitu pada keadaan stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan
kelainan otot jantung.
Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagal jantung
kanan atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan
tidak dapat memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang
darah yang beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium
kanan dan sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan
edema pada ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil untuk
memompa darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan tekanan
di atrium kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan
darah, menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru.
Meskipun setiap jenis menghasilkan perubahan arteri yang berbeda
sistemik/paru, secara klinis tidak biasa untuk mengamati kegagalan semata-
mata gagal jantung kanan atau gagal jantung kiri. Sejak kedua sisi jantung
tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain, kegagalan satu ruang
menyebabkan perubahan timbale balik di ruang berlawanan. Misalnya,
dalam peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vascular paru akan
menyebabkan tekanan meningkat pada ventrikel kanan, sehingga benar
hipertofi ventrikel, penurunan efisiensi miokard, dan akhirnya
mengumpulkan darah dalam sirkulasi vena sistemik. (Syaifuddin, 2011)
6. Manifestasi klinis
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume
intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang
meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai
berikut :

a. Gagal jatung kiri


Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme control pernapasan.
Gejala :
1) Dispnea : keadaan dimana seseorang kesulitan dalam bernapas yang
disebabkan karena suplai oksigen ke jaringan tubuh tidak sebanding
dengan kebutuhan tubuh.
2) Orthopnea : keadaan dimana terjadi sesak napas saat dalam keadaan
berbaring
3) Batuk : disebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.
4) Mudah lelah : keadaan dimana klien merasa kelelahan saat
melakukan aktivitas fisik sehari-hari
5) Ronkhi
6) Gelisah dan cemas : terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress
akibat kesu;itan bernafas dan pengetahuan bahkan jantung tidak
berfungsi dengan baik.
b. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala :
1) Edema perifer: pembengkakan akibat akumulasi cairan dalam
jaringan terutama pada kaki.
2) Peningkatan BB
3) Distensi vena jugularis: merupakan peningkatan tekanan vena
jugularis yang digunakan sebagai indikator kelainan jantung
4) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
5) Asites terjadi peningkatan pembuluh portal akibat pembesaran vena
di hepar sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen.
6) Anoreksia
7) Mual
c. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala :
1) Pusing
2) Kelelahan
3) Tidak toleran terhadap aktivitas
4) Ekstrimitas dingin

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Untuk mengurangi afterload dan preload
1) First line drugs: diuretik untuk mengurangi afterload pada disfungsi
sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolik
2) Second line drugs: ACE inhibitor, membantu meningkatkan COP
dan menurunkan kerja jantung
a) Digoxin: meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolik yang mana di butuhkan
pengembangan ventrikel untuk relaksasi.
b) Hidralazin: menurunkan afterload pada disfungsi sistolik
c) Isobarbide dinitrat: mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d) Calcium channel blocker: untuk kegagalan diastolik
meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel
(jangan dipakai pada CHF kronik). Beta blocker, sering
dikontraindikasikan karena menekan respon miokard.
Digunakan pada disfungsi diastolik untuk mengurangi HR,
mencegah iskemia miocard, menurunkan TD, hipertrofi
ventrikel kiri. (Kasron, 2016)
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istrahat atau pembatasan
aktifitas.
2. Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
3. Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSIDs,
karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
natrium.
4. Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari )

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thorax : dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b. EKG: dapat mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik
jantung dan iskemik,
c. Echocardiogram
d. Pemeriksaan Lab meliputi: elektrolit serum yang mengungkapkan
kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari
adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, Gula darah
e. Pemeriksaan enzim jantung.
f. Ultrasonography (USG) : gambaran cairan bebas dalam rongga
abdomen, dan gambaran pembesaran hepar dan lien.

9. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2008) komplikasi CHF adalah :

a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri


b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)
c. Episode trombolitik : immobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah.
d. Efusi pericardial dan temponade jantung : masuknya cairan
kekantung pericardium.
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian Primer
a. B1 (Breathing)
Pengkajian yang di dapatkan dengan adanya tanda kongesti vascular
pulmonal adalah dyspnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut.
Cracles atau ronchi basah halus secara umum terdengar pada dasar
posterior paru. Hal ini dikendali sebagai bukti gagal ventrikel kiri.
Sebelum cracles dianggap sebagai kegagalan pompa, klien harus
diinstruksikan untuk batuk guna membuka alveoli basialis yang
mungkin dikompresi dibawah diafragma.
b. B2 (Blood)
- Inspeksi
pasien dapat mengeluh lemah, mudah lelah, dan apatis. gejala ini
merupakan tanda dari penurunan curah jantung. Selain itu sulit
berkonsentrasi, defisit memor, dan penurunan toleransi latihan
tanda dari penurunan curah jantung. Pada inspeksi juga
ditemukan distensi vena jugularis akibat kegagalan ventrikel
kanan dalam memompa darah dan tanda yang terakhir adalah
edema tungkai dan terlihat pitting edema.
- Palpasi
Adanya perubahan nadi, dapat terjadi takikardi yang
mencerminkan respon terhadap perangsangan saraf simpatis.
Penurunan yang bermakna dari curah sekuncup dan adanya
vasokontriksi perifer menyebabkan bradikardi. Hipertensi
sistolik dapat ditemukan pada gagal jantung yang lebih berat.
Selain itu pada gagal jantung kiri dapat timbul pulsus alternans
(perubahan kekuatan denyut arteri).
- Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan isi sekuncup.
Tanda fisik yang berkaitan dengan gagal jantung kiri adalah
adanya bunyi jantung ke 3 dan ke empat (S3,S4) serta cracles
pada paru-paru.
- Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya
hipertropi jantung atau kardiomegali.
c. B3 (Brain)
Kesadaran composmentis, di dapatkan soanosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat, wajah meringis, menangis, merintih,
dan meregang.
d. B4 (Bladder)
Adanya oliguria yang merupakan tanda syok kardiogenik dan adanya
edema ekstremitas merupakan tanda adanya retensi cairan yang parah.
e. B5 (Bowel)
Pasien biasanya mual dan mutah, anoreksia akibat pembesaran vena
dan statis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat
badan. Selain itu dapat terjadi hepatomegaly akibat pembesaran vena
di hepar dan pada akhirhirnya menyebabkan asites.
f. B6 (Bone)
Pada pengkajian B6 di dapatkan kulit dingin dan mudah lelah.

2. Pengkajian Sekunder
Riwayat keperawatan
a. Keluhan
- Dada terasa berat
- Palpitasi atau berdebar-debar
- Sesak napas saat beraktivitas, batuk
- Tidak nafsu makan, mual, muntah
- Letargi (keletihan), fatigue (kelelahan)
- Insomnia
- Jumlah urine menurun
- Kaki bengkak dan berat badan bertambah
- Serangan timbul mendadak / sering kambuh
b. Riwayat penyakit : hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,dan
diabetes mellitus
c. Riwayat diet : gula, garam, lemak, kafein, cairan, alcohol
d. Riwayat pengobatan : toleransi obat, obat-obat penekan fungsi
jantung,steroid, alergi terhadap obat tertentu.
e. Pola eliminasi urine : oliguria, nocturia

Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan jantung
memompakan sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan tubuh.
NOC : Dapat menunjukkan curah jantung yang adekuat dibuktikan oleh
efektifitas pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan dan status
tanda vital.
NIC :
1) Pantau tekanan darah
Rasional :
Pada GJK (Gagal Jantung Kongesti) dini, sedang kronis TD dapat
meningkat sehubungan dengan SVR (Sistemik Vaskuler Serebral).
Pada CHF (Congestif Heart Failure) lanjut tubuh tidak mampu lalu
lagi mengompensasi dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
2) Pantau asupan dan haluaran urine.
Rasional :
Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan
cairan dan natrium. Haluaran urine biasanya menurun selama sehari
karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkatkan pada
malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien
tidur.
3) Pantau denyut perifer
R : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi
radial, popliteal, dorsalis pedis dan postibial.
4) Pantau irama dan frekuensi jantung
R : Biasanya terjadi takikardi untuk mengompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikuler.
5) Auskultasi suara paru terhadap bunyi crecle atau suara tambahan
lainnya.
R : Menyatakan adanya kongestif paru pengumpulan sekret.
6) Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula atau sungkup
R : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveola, yang dapat atau
menurunkan hipoksia jaringan.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat furosamide dan
cedocard.
R : Mengurangi kongesti dengan memperbaiki haluaran urine dan
melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot-otot
pernafasan, disfungsi neuromuskular, sindrom hipoventilasi.
NOC : Ventilasi tidak terganggu
NIC :
1) Pantau kecepatan irama, kedalaman dan upaya pernafasan
R/: Frekuensi pernafasan dapat menjadi lebih cepat dari biasanya.
Kedalaman pernafasan dapat sulit dievaluasi, tetapi biasanya
ditunjukkan dengan pernafasan dangkal, normal, atau dalam.
2) Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernafasan (posisi semi
fowler).
R/ : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
inflamasi paru maksimal.
3) Pantau pola pernafasan.
R/ : Dapat terlihat penggunaan otot bantu untuk bernafasan. Pola nafas
yang tidak teratur mungkin patologis (mis, ekspirasibyang lama,
periode apnea)
4) Auskultasi adanya suara nafas tambahan (ronchi)
R/ : Suara nafas yang abnormal mengindikasikan banyak masalah
(mis, obstruksi akibat benda asing, hipoventilasi seperti yang mungkin
terjadi pada dada, atelektasi, atau adanya sekresi.
5) Pertahankan oksigen aliran rendah (1-6 Liter/menit) dengan kanula
nasal.
R/: Untuk kondisi paru yang mendasari dan masalah pernafasan saat
ini.
6) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola pernafasan.
R/: Meningkatkan pernafasan yang lebih efektif.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat ambroxol dan
codein.
R/: Mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan dan mengurangi
staknasi cairan sekresi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan, kelelahan,
perubahan tanda-tanda vital.
NOC : Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
NIC :
1) Kaji penyebab keletihan
R: Indikator dalam penentuan intervensi yang akan diberikan.
2) Observasi respon jantung paru terhadap aktivitas(misalnya takikardi,
dispnea, pucat dan frekuensi pernafasan).
R : Pucat atau sianosis, adanya gawat napas atau konfusi dapat
mengindikasikan kebutuhan oksigen selama aktivitas, terutama jika
terdapat infeksi atau gangguan pernafasan.
3) Anjurkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan.
R: Peningkatan aktivitas secara bertahap menghindari beban kerja
miokardium yang berlebihan dan kebutuhan oksigen terkait.
4) Batasi rangsangan lingkungan untuk memfasilitasi relaksasi
R : Mengurangi intensitas ansietas dan mengatasi ketakutan yang
mungkin muncul.
5) Anjurkan periode untuk istirahat dan aktivitas secara bergantian.
R : Merupakan metode penghemat energi dan mencegah aktivitas
yang berlebih.
6) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sesuai sumber energi.
R : Meningkatkan tingkat aktivitas, stamina, dan kondisi ke tingkat
yang lebih baik atau lebih normal.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
alveolus ditandai dengan sesak nafas.
NOC : Pertukaran gas kembali adekuat
NIC :
1) Atur posisi klien untuk memaksimalkan ventilasi.
R : Memfasilitasi ekspansi paru dan mengurangi konsumsi oksigen
miokard.
2) Auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi atau tidak adanya
ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan.
R : Mengindikasikan kongesti pulmonal, akibat peningkatan tekanan
jantung sisi kiri.
3) Monitor tanda dan gejala hipoksia (perubahan nilai gas darah,
takikardi, peningkatan tekanan darah, gelisah, bingung, pusing, nyeri
dada, sianosis di bibir).
R : Tanda dan gejala hipoksia mengindikasikan tidak adekuatnya
perfusi jaringan akibat kongesti pulmonal dampak dari gagal jantung
kiri.
4) Observasi tanda-tanda kesulitan respirasi, pernafasan chynes stokes
R : pernafasan chynes stokes mengindikasikan kerusakan pusat nafas
di otak, akibat penurunan perfusi otak.
5) Kolaborasi untuk terapi dan tindakan
a) Pemberian oksigen melalui nasal kanul 4-5 liter per menit kecuali
bila klien mengalami hipoksia kronis.
b) Diuretik dan suplemen kalium
R : Diuretik menurunkan volume cairan ekstraseluler, suplemen
kalium mencegah hipokalemia selama terapi diuretic.
c) Bronkodilator
R : Membebaskan jalan nafas, meningkatkan inhalasi oksigen.
5. Volume cairan berlebih berhubungan dengan menurunnya curah
jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air ditandai
dengan oliguria, edema, peningkatan berat badan.
NOC : Kelebihan volume cairan tubuh dapat dikurangi
NIC :
1) Kaji status cairan (edema, palpebra, tungkai dan lengan)
R : Pengkajian merupakan dasar dari data dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
2) Memonitor balance cairan
R : Menentukan fungsi cairan kebututuhan penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan volume cairan.
3) Jelaskan pada pasien rasional dari pembatasan cairan
R : Agar pasien dapat mengerti dan mematuhi pembatasan cairan.
4) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan.
R : Kenyamanan pada pasien dapat meningkatkan kepatuhan terhadap
pembatasan cairan.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi
a) Diuretik : furosemid
R : Meningkatkan laju urine dan dapat menghambat reabsorpsi
natrium atau klorida pada tubulus ginjal.
Discharge Planning
a. Berhenti merokok
b. Berikan instruksi spesifik tentang obat dan efek sampingnya
c. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
d. Batasi konsumsi alcohol
e. Anjurkan pada klien menghentikan aktivitas selama ada serangan dan
istirahat
f. Jika mengalami obesitas turunkan berat badan hingga kisaran normal
g. Menjalani diet sesuai dengan anjuran dokter
h. Olahraga secara teratur.
ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE

KASUS

Tn P umur 65 tahun dengan BB 50 kg datang ke UGD dengan keluhan sesak dan


nyeri pada bagian dada tembus ke punggung sejak 1 minggu yang lalu sebelum
masuk RS dan memberat sejak pagi tadi pasien mengatakan sesak nafas dirasakan
ketika ia melakukan aktifitas ringan seperti berjalan ke kamar mandi dan masih
merasa sesak saat beristirahat. Ia juga mengeluhkan sesak pada malam hari
sehingga sering terbangun dan tidur menggunakan 1-2 bantal. Keluhan lain yang
dirasakan pasien yaitu kedua kaki bengkak, pusing dan mual. Keluarga pasien
mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan diabetes
melitus. Saat pengkajian didapatkan TD: 130/90mmHg, N: 109x/mnt, S:36°C, P:
30x/mnt terpasang oksigen nasal kanul 5 liter, SPO2: 99%, terpasang kateter.
Pemeriksaan paru ditemukan ronki pada kedua lapang paru. Kemudian pasien di
rawat di ICU.

Tn P dirawat di ICU hari ke 3 Kondisi pasien semakin menurun, akral teraba dingin
TD: 90/60mmHg, N:120x/mnt, S:35,8°C, pernapasan dalam 38x/mnt terpasang
NRM 12 ltr tampak penggunaan otot bantu napas SPO2 setelah pemberian oksigen
100%, JVP 5+4 cmH2O. Pada pemeriksaan jantung didapatkan batas kanan jantung
ICS II linea sternalis dextra, batas jantung kiri ICS 6 linea aksilaris anterior sinistra.
Hasil foto radiologi di dapatkan efusi pleura dan kardiomegali.
FORMAT LAPORAN ANALISIS KASUS
RUANG INTENSIVE CARE UNIT

Tanggal Pengkajian :
Nama Pasien/Usia : Tn. P/ 65 tahun
Diagnose Medis : Congestive Heart Failure
A. Pengkajian Primer
Breath (B1) Pergerakan dada - Simetris kiri dan kanan dan
tampak pergerakan dada cepat
Pemakaian otot bantu - Ada: retraksi intercostal, dan
napas substernal
- Tidak Ada
Palpasi - Vocal premitus : getaran dinding
paru kiri dan kanan lemah
- Nyeri tekan : -
- Krepitasi : -
Perkusi - Redup √
- Sonor
- Pekak
Suara nafas - Vesikuler
- Wheezing
- Ronchi √
- Rales
- Froction rub
- Lokasi : kedua lapang paru bagian
basal
Batuk - Produktif √
- Non Produktif
Sputum - Coklat
- Kental
- Berdarah
- Encer √
- Warna lain : Putih
Alat bantu napas - Ada
- Jenis : NRM 12 ltr
Lain – lain Pernapasan: 38x/i,
SPO2 sebelum pemberian oksigen: 90%
Setelah pemberian oksigen : 100%
Blood (B2) Suara jantung S1 S2 S3 S4
- Tunggal √ √
- Gallop √
- Murmur
Irama jantung - Ireguler
- Regular √
CRT - < 3 detik
- > 3 detik √ 4 detik
JPV - Normal
- Meningkat √ 5+4cmH2O
CVP - Ada
- Tidak ada
- Nilai :
Edema - Ada
- Tidak ada
- Lokasi : pada kedua kaki
EKG LVH dan sinus takikardi
Lain – lain TTV: TD: 90/60 mmHg, N: 120x/i, S: 35,8°C
Brain (B3) Tingkat kesadaran - Kualitatif : Apatis
- Kuantitatif
E:3
V:5
M:6
Reaksi pupil : - Ada: tampak reflex pupil mengecil
- Kanan saat diberikan cahaya.
- Tidak ada

- Ada: tampak reflex pupil mengecil


- Kiri saat diberikan cahaya.
- Tidak ada
Refleks fisiologis - Ada : Tricep (+), Bicept (+), Patella
(+), Achiles (+)

Refleks patologis - Tidak ada : Babinsky (-)


Meningeal sign - Ada
- Tidak ada √
Lain – lain
Bladder (B4) Urin - Jumlah : 1000cc/24 jam
- Warna : kuning
Kateter - Ada√
- Jenis : Voley kateter
- Tidak ada
Kesulitan BAK - Ya
- Tidak
Lain – lain
Bowel (B5) Mukosa bibir - Lembab
- Kering √
Lidah - Kotor
- Bersih √
Keadaan gigi - Lengkap √
- Gigi palsu
Nyeri tekan - Ya
- Tidak ada √
Abdomen - Distensi
- Tidak distensi √
Peristaltik usus - Normal √
- Menurun
- Meningkat
- Nilai : 12 x/mnt
Mual - Ya √
- Tidak
Muntah - Ya
- Tidak √
- Jumlah
- Frekuesnsi
Hematemesis - Ya
- Tidak √
- Jumlah
- Frekuensi
Melena - Ya
- Tidak √
- Jumlah
- Frekuensi
Terpasang NGT - Ya
- Tidak √
Terpasang Colostomi Bag - Ya
- Tidak √
- Lokasi
Diare - Ya
- Tidak √
- Jumlah
- Frekuensi
Konstipasi - Ya
- Tidak √
- Sejak
Asites - Ya √
- Tidak
Lain – lain
Bone (B6) Turgor - Baik √
- Jelek
Perdarahan kulit - Ada
- Tidak ada √
- Jenis :
Icterus - Ya
- Tidak ada √
Akral - Hangat
- Kering
- Merah
- Dingin √
- Pucat
- Basah
Pergerakan sendi - Bebas √
- Terbatas
- Skala
Fraktur - Ada
- Tidak ada √
- Jenis
- Lokasi
- Gambar :
Luka - Ada
- Tidak ada √
- Jenis
- Lokasi
- Gambar :
B. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah

Breath (B1) : Perubahan Penurunan volume


Data: kontraktilitas jantung
- Pergerakan dada cepat
- Penggunaan otot bantu napas:
retraksi intercostal, dan
substernal
- Perkusi redup
- Terdengar suara napas Ronchi
- Batuk disertai sputum encer
berwarna putih
- Frekuensi pernapasan 38x/i
- Terpasang NRM 12 L
Blood (B2) : Gangguan mekanisme Kelebihan volume
Data: regulasi cairan
- Suara jantung S1, S2 tunggal S3
gallop
- JVP: 5+4 cmH2O
- TD: 90/60 mmHg, N: 120x/i, S:
35,8°C P:38x/i
- Akral dingin
- Foto Rongen: Kardiomegali +
Efusi Pleura
- EKG: LVH dan sinus takikardi
- Echo: 28%
- Bengkak pada kedua kaki
- Acites
- Lain-lain
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
I Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung

II Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Noc Nic
Penurunan Curah Jantung berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan jantung:
dengan perubahan kontraktilitas jantung dilakukan diharapkan: 1. Kaji dan catat tekanan darah sianosis
Keefektivan Pompa Jantung: irama dan denyut jantung.
1. TD dalam batas normal sistolik 110- 2. Catat tanda dan gejala penurunan curah
140 mmHg diastolik 60-90 mmHg jantung
2. Nadi dalam rentang normal 60-1—x/i 3. Memonitoring sesak napas , kelelahan,
3. JVP dalam batas normal 5+2 cmH2O takipnue, ortopnea
Status Pernafasan: 4. Monitor EKG
1. Frekuensi nafas dalam batas normal 5. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang
16-24 x/i tidak membahayakan curah jantung
2. Suara nafas tambahan ronchi menjadi atau memprovokasi serangan jantung
vesikuler 6. Berikan terapi relaksasi untuk
3. Tidak ada gangguan otot bantu nafas mengurangi stress, jika perlu
4. Tidak ada ortopnea 7. Kolaborasikan inotropik untuk
Tidak ada batuk kontraktilitas (dobutamin)
• meperhatikan 7 benar pemberian
obat
• Selama terapi dobutamine,
monitor EKG, tekanan darah ,
kadar oksigen dan juga curah
jantung jika memungkinkan.
• Hipovolemia harus selalu
dikoreksi sebelum melakukan
terapi dobutamin
8. Kolaborasi Pemberian Aspirin
• Memperhatikan 7 benar
pemberian obat
• Pemberian sebaiknya sebelum
makan karena dapat
menyebabkan ataupun
memperparah gastritis
• Pantau adanya tanda-tanda
perdarahan
Manajemen Jalan Nafas:
• Monitor status pernapasan
• Auskultasi suara napas tambahan
• Pemberian posisi semifowler untuk
memaksimalkan ventilasi
• Ajarkan batuk efektif
• Kolaborasi pemberian oksigen

Kelebihan Volume Cairan berhubungan Kesimbangan Cairan: Manajemen Cairan:


dengan gangguan mekanisme regulasi 1. Keseimbangan intake dan output dalam 1. Monitor TTV/status hemodinamik
24 jam 2. Kaji luas dan lokasi edema
2. Tidak ada edema perifer 3. Batasi intake cairan
3. Tidak ada ascites Kebutuhan cairan : Pria = 30cc x
kgBB/hari
= 30 cc x 50 kg = 1500 cc
Pembatasan cairan per hari yaitu 70%
s/d 80% x 1500 = 1050 – 1200 cc/24
jam.
4. Diit rendah garam
5. Ukur lingkar perut setiap pagi untuk
menilai perubahan ascites
6. Balance cairan 24 jam
7. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral RL 250-500 ml/24 jam
8. Kolaborasi obat sesuai dengan resep
dokter (diuretik)
- Spironolacton
• Memperhatikan prinsip 7 benar
pemberian obat
• Periksa fungsi ginjal sebelum
diberikan
• Periksa serum elektrolit karena
dapat menyebabkan
hyperkalemia
- Furosemide
• Memperhatikan prinsip 7 benar
pemberian obat.
• Mengukur tekanan darah
sebelum diberikan karena dapat
menurunkan tekanan darah
• Pantau tanda-tanda dehidrasi
• Memantau elektrolit pasien
E. Pengkajian Sekunder : (Meliputi Pengkajian Riwayat Keperawatan
dan Head To Toe)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a) Sebelum sakit:
Keluarga pasien mengatakan perokok berat dan tidak menjaga
pola makan sebelum sakit. Pasien mengatakan mempunyai riwayat
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan diabetes melitus. Pasien
mengatakan sudah 4 kali masuk rumah sakit dengan keluhan yang
sama. Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi clopidogrel,
simvastin dan aspilet
b) Sejak sakit:
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak dan nyeri
pada bagian dada tembus ke punggung sejak 1 minggu yang lalu
sebelum masuk RS dan memberat sejak pagi tadi pasien mengatakan
sesak nafas dirasakan terutama ketika ia melakukan aktifitas ringan
seperti berjalan ke kamar mandi dan masih merasa sesak saat
beristirahat. Ia juga mengeluhkan sesak pada malam hari sehingga
sering terbangun dan tidur menggunakan 1-2 bantal. Keluhan lain
yang dirasakan pasien yaitu kedua kaki bengkak, pusing dan mual.
Kondisi pasien semakin menurun, akral teraba dingin TD:
90/60mmHg, N:120x/mnt, S:35,8°C, pernapasan dalam 38x/mnt
terpasang NRM 12 ltr tampak penggunaan otot bantu napas SPO2
setelah pemberian oksigen 100%, JVP 5+4 cmH2O.
Riwayat penyakit sebelumnya:
Hipertensi dan Diabetes melitus
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a). Sebelum sakit:
Keluarga mengatakan pasien makan 3x sehari, nasi dan sayur
serta lauk pauk. Pasien dulu suka minum kopi.
c). Sejak sakit:
Pasien di RS makan 3x sehari bubur dengan diit rendah garam,
dan pembatasan minum karena bengkak pada kaki.
3. Pola Aktivitas dan Latihan
a). Sebelum sakit:
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta.
b). Sejak sakit:
Pasien dibantu dalam beraktivitas, karena merasa sesak yang
dirasakan terutama ketika ia melakukan aktifitas ringan seperti
berjalan dengan jarak ±10 meter dan berkurang saat beristirahat.
1) Observasi:
Tampak pasien dalam posisi semifowler
Aktivitas Harian:
a) Makan :2 0 : mandiri
1 : bantuan dengan alat
b) Mandi :2 2 : bantuan orang
3 : bantuan alat dan orang
c) Pakaian :2 4 : bantuan penuh

d) Kerapihan :2
e) Buang air besar :2
f) Buang air kecil :1
g) Mobilisasi di tempat tidur :2
4. Pemeriksaan Penunjang
4. Echo: EF: 28%
5. EKG: LVH dan sinus takikardi
6. Foto Thorax: Efusi pleura + Kardiomegali
7. Laboratorium
Jenis Pemeriksaaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.8 12-14 gr/dL
Eritrosit 3.9 4-5 106/uL
Hematokrit 31 37-45%
Trombosit 220 150-400 103/uL
Leukosit 8600 5000-10000 /uL
Neutrofil 64.1 50-70 %
Limfosit 14.3 25-40%
Monosit 13.2 2-8 %
Eosonofil 7.4 2-4 %
Basofil 0.6 0-1 %
KIMIA DARAH
GDS 147 70-110 mg/dL
Albumin 3.0 3.5-5.0 g/dL
Ureum 56 19-44 mg/dL
Creatinin 2.9 0.6-1.3 mg/dL
SGOT 56 0-50 u/L
SGPT 52 0-50 u/L
Kalium 4.1 3,6-5.5 mmol/L
Natrium 153 135-155 mmol/L

Terapi
• Furosemid 20mg/24 jam (IV)
• Digoxin 1 x 0,5 tab (oral)
• Spinorolaktone 1 x 25 mg (oral)
• Asetosal 1 x 80 mg (oral)
• Dobutamin 5mg/kgBB/menit (syinge pump/ IV)
F. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Data: Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
1. Pasien dibantu dalam suplai dan kebutuhan
beraktivitas oksigen
2. Pasien merasa sesak saat
melakukan aktifitas ringan
seperti berjalan dengan jarak
±10 meter dan berkurang saat
beristirahat.
3. TD: 90/60mmHg,
N:120x/mnt, S:35,8°C, P:
38x/mnt

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
I Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketikdakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Noc Nic
Intoleransi aktivitas berhubugan Konservasi energi: Manajemen energi:
dengan ketidak seimbangan 1. Mampu menyeimbangkan aktivitas dan istirahat 1. Tentukan pembatasan fisik pada klien
suplay dan kebutuhan oksigen. 2. Mampu menyadari keterbatasan energi 2. Monitoring tanda-tanda vital
3. Mampu mengatur aktivitas untuk konservasi 3. Monitor respon terapi oksigen klien
energi 4. Batasi jumlah pengunjung
5. Ajarkan klien dan keluarga untuk
mengenali tanda dan gejala kelelahan
saat beraktivitas
6. Tahapan Rehabilitas I (inpatient / di
dalam rumah sakit)
• Lakukan latihan meliputi aktivitas
sehari-hari dan latihan pada lengan
untuk mempertahankan tonus otot
dan kapasitas sendi
• Pasien dapat mulai dari berbaring
menuju duduk kemudian berdiri
dengan tetap memonitor status
pernapasan, denyut nadi dan tekanan
darah
• Untuk perencanaan pulang pasien di
berikan edukasi memngenai
penanggulangan faktor resiko,
aktivitas fisik yang aman, tanda dan
gejala yang harus dikonsultasikan
ke dokter.
• Saat pemulangan, sebaiknya hal-hal
perawatan mendasar seperti mandi,
mengenakan baju, makan dan
minum sudah dapat dilakukan
secara mandiri.

Bantuan perawatan diri:


1. Berikan bantuan kepada pasien
dalam melakukan perawatan diri
2. Monitor kemampuan perawatan
diri secara mandiri
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal Dp Waktu Pelaksanaan Keperawatan Nama
Perawat
Senin I,II,III 07.30 Memonitor TTV Vanessa
1/06/20 H/
- TD: 130/90
- N: 100 x/m
- S: 36,30C
- P: 29 x/m
Mengkaji tekanan darah,
sianosis, irama denyut jantung
H/
- TD: 130/90 mmHg
- Tanpak pasien tidak
sianosis
Memonitoring sesak nafas,
kelelahan, takipnue, dan
ortopnea
H/
- Pasien tanpak sesak, P:
29 x/m
- Pasien tanpak takipnue
(pernafasan cepat)
- Pasien mengatakan
kesulitan bernafas ketika
berbaring terlentang
(ortopnea)
Auskultasi suara nafas tambahan
H/
- Terdengar suara nafas
tambahan (ronchi)
Melakukan pemberian posisi
semifowler untuk meminimalkan
ventilasi
H/
- Pasien tanpak sedikit
nyaman saat diberikan
posisi semifoeler
Mementau adanya tanda-tanda
perdarahan
H/
- Pasien tanpak tidak ada
perdarahan
II Mengkaji luas dan luka edema
H/
- Tanpak kaki pasien masih
mengalami bengkak
Kolaborasi pemberian obat
H/
- Spironolacton
- Furosemide
III Menentukan pembatasan fisik
pasien, menganjurkan untuk
tidak beraktitas atau melakukan
gerakan berlebih
H/
- Pasien tanpak mengerti
saat dijelaskan
Memberikan bantuan perawatan
diri kepada pasien
H/
- Memandikan pasien
ditempat tidur
Selasa I,II,III Memonitor TTV
2/06/20 H/
- TD: 120/90 mmHg
- N: 97x/m
- S: 36,7oC
- P: 26x/m
Mengkaji tekanan darah,
sianosis, irama denyut jantung
H/
- TD: 120/90 mmHg
- Tanpak pasien tidak ada
sianosis
Kolaborasi pemberian obat
H/
- Debutamin
- Digoxin
Auskultasi suara nafas tambahan
H/
- Terdengar suara nafas
tambahan (ronchi)
Ajarkan batuk efektif
H/
- Tanpak pasien mengerti
saat diajarkan batuk
efektif
Mengkaji edema pasien
H/
- Tanpak kaki pasien masih
II terlihat edema
Membatasi intake cairan
H/ menyerankan kepada pasien
untuk membatasi minum yang
banyak
Membatasi aktivitas fisik pasien
H/
- Menganjurkan kepada
III pasien untuk tidak terlalu
banyak bergerak
Membantu pasien dalam
melakukan perawatan diri
H/
- Membantu pasien dalam
melakukan perawatan diri
mandi
Rabu I,II,III Memonitor TTV
3/06/20 H/
- TD: 130/80 mmHg
- N: 89 x/m
- S: 36,7oC
- P: 27 x/m
I Menkaji tekanan darah sianosis,
irama denyut jantung
H/
- TD: 130/80 mmHg
- Pasien tanpak tidak ada
sianosis
Memastikan tingkat aktivitas
pasien tidak membahayakan
H/
- Menganjurkan pasein
untuk melakukan
aktivitas seminim
mungkin
Kolaborasi inotropik untuk
kontraktilitas
H/
- Debutamin
- Digoxin
- Asetol
Auskultasi suara nafas
tamabahan
H/
- Terdengar suara nafas
tambahan
Mengajarkan batuk efektif
H/
- Tanpak pasien mengerti
saat diajarkan batuk
efektif
Mengkaji edema pasien
II H/
- Tanpak pasien masih
mengalami edema pada
bagian kaki kanan dan
kiri namun pada bagian
kaki kiri edema sudah
mulai berkurang
Batasi intake cairan
H/
- Menganjurkan kepada
pasien untuk membatasi
intake cairan (
mengurangi minum yang
berlebih)
Kolaborasi pemberian obat
H/
- Spinolacton
- Forosemide
Membatasi aktivitas fisik pasien
III H/
- Menganjurkan kepada
pasien untuk melakukan
aktivitas seminim
mungkin
Membantu paasien dalam
melakukan perawatan diri
H/
- Membantu pasien dalam
melakukan perawatan diri
mandi
J. EVALUASI
Tanggal Evaluasi SOAP Nama
Perawat
Senin DP I : Penurunan curah jantung berhubungan Vanessa
1/06/20 dengan kontraktilitas curah jantung
S:
- Pasien mengatakan masih sesak
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
O:
- Tanpak pasien sesak
- TD : 130/90 mmHg
- N : 100 x/m
- S : 36,3oC
- P : 29 x/m
- Tanapak pasien terbaring lemah
ditempat tidur
- Tanpak terdengar suara nafas tambahan
A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

DP II : Kelebihan Volume Cairan berhubungan


dengan gangguan mekanisme regulasi
S:
- Pasien mengatakan masih terdapat
bengkak pada bagian kaki
O:
- Tanpak kaki pasien masih bengkak
A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
DP III : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
S:
- Pasien mengatakan sesak bila terlalu
banyak bergerak
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
- Pasien mengatakan sebagian besar
kebutuhan dibantu oleh keluaraga dan
perawat
O:
- Pernafasan 25x/m
- Tanpak pasien terbaring lemah ditempat
tidur
- Tanpak pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Selasa DP I : Penurunan curah jantung berhubungan
2/06/20 dengan kontraktilitas curah jantung
S:
- Pasien mengatakan masih sesak
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
O:
- Tanpak pasien sesak
- TD: 120/90 mmHg
- N: 97x/m
- S: 36,7oC
- P: 26x/m
- Tanapak pasien terbaring lemah
ditempat tidur
- Tanpak terdengar suara nafas tambahan
(ronchi)
A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

DP II : Kelebihan Volume Cairan berhubungan


dengan gangguan mekanisme regulasi
S:
- Pasien mengatakan masih bengkak pada
bagian kaki
O:
- Tanpak kaki pasien masih bengkak
A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

DP III : Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
S:
- Pasien mengatakan sesak bila terlalu
banyak bergerak
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
- Pasien mengatakan sebagian besar
kebutuhan dibantu oleh keluaraga dan
perawat
O:
- Pernafasan 25x/m
- Tanpak pasien terbaring lemah ditempat
tidur
- Tanpak pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Rabu DP I : Penurunan curah jantung berhubungan
3/06/20 dengan kontraktilitas curah jantung
S:
- Pasien mengatakan masih sesak
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
O:
- Tanpak pasien sesak
- TD: 130/80 mmHg
- N: 89 x/m
- S: 36,7oC
- P: 27 x/m
- Tanapak pasien terbaring lemah
ditempat tidur
- Tanpak terdengar suara nafas tambahan
(ronchi)
A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
DP II : Kelebihan Volume Cairan berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi
S:
- Pasien mengatakan masih bengkak pada
bagian kaki
O:
- Tanpak kaki pasien masih bengkak
A : Maslah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
DP III : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
S:
- Pasien mengatakan sesak bila terlalu
banyak bergerak
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
- Pasien mengatakan sebagian besar
kebutuhan dibantu oleh keluaraga dan
perawat
O:
- Pernafasan 25x/m
- Tanpak pasien terbaring lemah ditempat
tidur
- Tanpak pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai