Di susun oleh:
Tanti Wili Wiharti 1420118035
Yesica Novayanti M 1420118020
Yessica Carolina Panjaitan 1420118058
Vina Yunitami Astuty 04320514220117040
C. Etiologi
Menurut Smeltzer (2002) dalam (Austaryani, 2012) penyebab gagal
jantung kongestif yaitu:
1. kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau
inflamasi misalnya kardiomiopati.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmoal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal
jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel
kiri.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabbkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekasnisme biasanya terlihat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstiktif atau stenosis AV), peningkatan
mendadak after load.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Hudak dan Gallo (2000) dalam (Austaryani, 2012) gejala yang
muncul sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan
dan terjadinya di dada karena peningkatan kebutuhan oksigen. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda gejala gagal jantung kongestif
biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
1. Gagal Jantung Kiri
a. Gelisah dan cemas
b. Kongesti vaskuler pulmonal
c. Edema
d. Penurunan curah jantung
e. Gallop atrial (S3)
f. Gallop ventrikel (S4)
g. Crackles paru
h. Disritmia
i. Bunyi nafas mengi
j. Pulsus alternans
k. Pernafasan cheyne-stokes
l. Bukti-bukti radiologi tentang kongesti pulmonal
m. Dyspneu
n. Batuk
o. Mudah lelah
2. Gagal Jantung Kanan
a. Peningkatan JVP
b. Edema
c. Curah jantung rendah
d. Disritmia
e. S3 dan S4
f. Hiperresonan pada perkusi
g. Pitting edema
h. Hepatomegali
i. Anoreksia
j. Nokturia
k. Kelemahan
F. Patofisiologi
Gagal jantung terjadi kerana interaksi kompleks antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kontraktilitas, afterload, preload atau fungsi relaksasi
jantung dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan
untuk menciptakan kompensasi sirkulasi (Nanda, 2015). Pada disfungsi
sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya
penurunan cardiac output. Beberapa mekanisme kompensasi alamiah akan
terjadi pada pasien gagal jantung sebagai respon terhadap menurunnya
curah jantung serta membantu mempertahankan tekanan darah yang cukup
untuk memastikan perfusi organ yang cukup (Diah Y, 2009) dalam
(Pramesty, 2018).
Pathway
Beban jantung
Curah jantung (COP) Tekanan vena pulmo
H. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2001) dalam (Austaryani, 2012) prinsip
penatalaksanaan CHF adalah:
1. Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur
dan mengurangi edema
3. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh
4. Terapi Diuretik
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan pelepasan
air dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume
cairan dan merendahkan tekanan darah.
5. Digitalis
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung
meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi,
eksresi dan volume intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif
Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik
positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
7. Sedatif
Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi
pada klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat
Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat yang ketat merupakan tindakan
penanganan gagal jantung
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo aru, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Tn.A (53 tahun), adalah seorang kepala keluarga di desa bantaran. Tn.A memiliki
istri bernama Ny.B yang mengeidap penyakit gagal jantung yang sudah dirasakan
selama 5 tahun terakhir. Tn. A dan Ny. B dikaruniai dua orang putri yaitu An. C
(18 tahun) dan An. D (15 tahun). Keluarga Tn.A memiliki perilaku yang
cenderung abai dalam kesehatan, terlihat dari perilaku Ny. B yang tidak rutin
meminum obat dan jarang memeriksa status kesehatannya meskipun ada penyakit
yang diderita.
PENGKAJIAN
A. Data umum
1. Nama kepala keluarga : Tn.A
2. Umur : 53 Tahun
3. Alamat dan telepon : Jln. Bantaran II no 15
4. Pekerjaan kepala keluarga : Petani
5. Pendidikan terakhir kepala keluarga : SMP
6. Komposisi keluarga dan genogram :
: Laki-laki hidup
: perempuan hidup
: identifikasi klien
: tinggal serumah
7. Tipe keluarga
Tipe keluarga klien adalah keluarga inti, di dalam keluarga tidak terdapat
permasalahan dengan tipe tersebut karena meskipun dirumah hanya
keluarga inti namun seringkali anggota keluarga berkumpung dengan
orang tuanya (nenek) yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah
keluarga.
8. Latar belakang budaya
- Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga
Keluarga berasal dari suku sunda
- Tempat tinggal keluarga
Keluarga berada pada lingkungan etnis homogen yang sebagian besar
adalah suku sunda
- Kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekrasi, pendidikan
Kegiatan keagamaan seringkali dilaksanan keluarga yaitu dengan
mengikuti pengajian, mengikuti kegiatan di desa seperti gotong royong
- Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana
Keluarga tidak memiliki kebiasaan menghindari makanan tertentu atau
diet, makanan yang dimasak pun bervariasi tergantung selera anggota
keluarga.
Keluarga memiliki kebiasaan berbusana tradisional untuk acara-acara
tertentu dan modern untuk sehari-hari, seadanya sebagai seorang laki-
laki dan perempuan dan tidak berlebihan.
- Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau “modern”
Struktur kekuasaan bersifat tradisional karena pemegang keputusan
didalam keluarga adalah suami dengan melibatkan istri
- Bahasa yang digunakan dirumah
Bahasa daerah juga kadang bahasa indonesia
- Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Keluarga mengunakan jasa pelayana kesehatan seperti bidan
puskesmas jika terjadi permasalahan kesehatannya, namun tidak jarang
keluarga mengobati sendiri permasalahan kesehatannya
9. Identifikasi religius
Setiap anggota keluarga memiliki keyakinan yang sama, Keluarga sering
mengikuti pengajian setiap minggu yang diadakan ibu-ibu pengajian di
sekitar rumah. Agama yang dianut adalah islam dan meyakini segala
bentuk perintah agama seperti solat dan puasa. Tn. E dan keluarga
meyakini bahwa sehat dan sakit semua telah di atur oleh Allah SWT.
10. Status ekonomi
Jumlah pendapatan per bulan Rp. 3000.000, Sumber-sumber pendapatan
perbulan adalah melalui pendapatan bulanan yang di terima suami (Tn.A)
sebagai petani di daerah rumahnya. Jumlah pengeluaran perbulan yaitu Rp.
2.700.000. Keuangan diatur oleh istri (Ny.B) dengan membuat catatan
pengeluaran. Tn. A mengatakan bahwa pendapatan nya di gunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak, dan di simpan untuk
keperluan lain.
11. Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Aktiviras rekreasi hanya di lakukan di rumah menghabiskan waktu
bersama anggota keluarga dengan berkumpul diruang tengah sambil
menonton TV.
C. Pengkajian lingkungan
16. Karakteristik rumah
Keluarga memiliki rumah sendiri, rumah tersebut berbentuk semi
permanen. Bertempat tinggal di daerah yang cukup padat kawasan
perdesaan. Kondisi rumah secara umum baik, rumah satu lantai dengan 2
kamar tidur, dan satu kamar mandi, juga terdapat ruang tengah yang sering
digunakan untuk berkumpul. Secara keseluruhan perabotan yang ada di
rumah cukup lengkap. Pencahayaan rumah cukup, ventilasi kurang
mencukupi karna hanya ada 2 lubang ventilasi. Adapun lantai rumah
menggunakan keramik. Untuk kondisi dapur: suplai air minum berasal dari
air sumur keluarga yang kemudian dimasak, alat-alat masak yang
digunakan dalam kondisi bersih dan setelah digunakan dibersihkan lagi.
Pengamanan untuk pemadam kebakaran tidak ada. Kamar mandi hanya
ada 1, sanitasi baik, air jernih dan tidak berbau, dan dikamar mandi telah
tersedia alat mandi berupa sabun dan handuk dimiliki masing-masing
anggota keluarga, tapi dalam pemakaiannya terkadang bersama. Untuk
pengaturan tidur di dalam rumah orang tua tidur di kamar nya dan kedua
anaknya masih tidur bersama belum memiliki kamar pribadi masing-
masing. Kebersihan rumah cukup, sanitasi rumah baik, terdapat halaman
rumah yang tidak begitu luas. Di lingkungan rumah binatang yang paling
sering hanyalah semut dan kucing liar, keluarga tidak memiliki binatang
peliharaan. Keluarga menyatakan merasa nyaman tingal dirumah mereka
sendiri. Privasi masing-masing anggota keluarga cukup diperhatikan
lantara anak-anak sudah remaja dan beranjak dewasa. Sampah dibuang di
bak sampah yang ada dirumah, setelah penuh akan dibawa keluarga agar
diangkut tukang sampah. Secara umum keluarga merasa puas dengan
penataan rum
R tengah R. Tamu
Kamar tidur
dapur
Pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan intruksi, tapi terkadang
jika kata-katanya terlalu sulit maka harus disederhanakan atau di bantu
oleh anaknya agar klien dapat mengerti. Anggota keluarga dapat
mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka
dengan jelas. Bahasa yang di gunakan dalam keluarga Tn. A adalah
bahasa sunda dan kadang Bahasa Indonesia. Pesan-pesan emosional
disampaikan secara langsung, terutama kepada anak-anak, emosi yang
disampaikan adalah positif, orang tua memberi masukan jika anak
sedang ada masalah begitupun sebaliknya. Frekuensi dan kualitas
komunikasi yang berlangsung dalam keluarga Berjalan lancar dan di
lakukan sepanjang waktu terutama anatar Ny.B dengan anak-anaknya,
sementara Tn.A hanya dapat leluasa pada waktu malam hari selepas
bekerja. Dalam menghadapi suatu masalah selalu di lakukan
musyawarah keluarga sebelum mengambil keputusan
22. Struktur kekuasaan
Di dalam keluarga keputusan berada ditangan suami (Tn.A) sebagai
kepala keluarga melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya.
Sementara penggunakan keuangan keluarga ditentukan bersama-sama
antara istri dan suami. Model kekuasaan yang digunakan dalam membuat
keputusan adalah model pengahrgaan terhadap setiap masukan dari
anggota keluarga
23. Struktur peran
- Struktur peran formal
Tn.A berperan sebagai kepala keluarga, ayah, serta sebagai suami, dan
pemberi nafkah di dalam keluarga. Ny. B berperan sebagai istri bagi
suami dan ibu bagi anak-anakanya, ia mengatur kehidupan rumah
tangga. An.C dan An D berperan sebagai anak dan sebagai pelajar
- Struktur peran informal
Terdapat peran informal dalam keluarga dimana anggota keluarga
sebagai bagian dari masyarakat dan di dalam rumah orang tua berperan
sebagai teman, guru bagi anak anaknya
- Peran-peran informal yang bersifat disfungsional
Peran orang tua yang memberi nasihat kepada anak nya jika terjadi
suatu masalah
- Pengaruh/dampak terhadap otang yang memainkan peran tersebut
Anak lebih tenang dalam menghadapi masalah
- Analisa model peran
Yang menjadi model dalam menjalankan peran keluarga adalah ayah.
Didalam kondisi status sosialnya mempengaruhi peran-peran keluarga,
ayah yang bekerja di luar rumah mengakibatkan anak lebih banyak
bersama ibu. Budaya masyarakat dan agama sangat mempengaruhi
dalam pembagian peran keluarga, dimana yang berperan sebagai
kepala keluarga di dalam keluarga adalah aya sesuai dengan ajaran
islam. Keluarga juga menjalankan peran sesuai dengan tahap
perkembangannya. Adanya masalah-masalah kesehatan mempengaruhi
peran An.C sebagai anak tertua menyatakan ketika Ny.B sakit yang
mengurus rumah tangga di bantu oleh An.C karena Ny.B lebih banyak
beristirahat. Tidak ada konflik yang hebat ketika pergantian peran
tetapi An.C merasa kawatir jika ibunya (Ny.B) sakit.
24. Nilai atau norma keluarga
Terdapat kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok atau
komunitas lebih luas karena mayoritas masyarakat adalah menganut
agama yang sama yaitu islam, dan berasal dari suku yang sama yaitu suku
sunda sehingga kebiasaanpun hampir sama. Pentingnya nilai-nilai yang
dianut bagi keluarga sehingga harus tetap dijaga yaitu seperti kewajiban
menjalankan perintah agama, anak harus berbakti kepada orang tua dan
sebagainya. Kelas sosial keluarga berada pada masyarakat menengah ke
bawah, latar belakang kebudayaan yang berasal dari suku sunda
mempengaruhi nilai-nilai keluarga seperti Tn.A saling menghormati antar
anggota keluarga juga dengan tetangga. Keluarga Tn.A saling
menghormati antar anggota keluarga juga dengan tetangga. Nilai-nilai
yang dianut keluarga tidak bertentangan dengan lingkungan, pengaruh
budaya dan agama mempengaruhi nilai keluarga. Keluarga percaya bahwa
hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan sehat dan sakit
keluarga juag percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga
yang sakit dibawa ke petugas kesehatan
D. Fungsi keluarga
25. Fungsi afektif
Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain. Orang tua cukup mampu
menggambarkan kebutuhan keluarga. Psikologis anggota keluarga dalam
kondisi stabil dan baik. Setiap anggota keluarga memiliki orang yang
dipercaya dalam keluarga, dimana suami percaya dengan istri begitu
sebaliknya, dan anak-anak percaya pada orang tuannya. Dalam memenuhi
kebutuhan psikologisnya masing-masing anggota keluarga bercerita satu
sama lain. Di dalam keluarga anggota keluarga saling menghormati satu
sama lain. Karena keluarga masih dalam lingkup keluarga inti satu sama
lain terutama orang tua sangat peka terhadap permasalahan yang terjadi
pada anak-anaknya. Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu
sama lain, Anggota keluarga saling mendukung satu sama lain. Didalam
anggota keluarga terdapat perasaan saling akrab dan intim. Semua
anggota keluarga menunjukan kasih sayang satu sama lain, orang tua
sangat perhatian pada anak begitu juga sebaliknya.
26. Fungsi sosialisasi
Di dalam keluarga terdapat otonomi bagi setiap anggota dalam hal-hala
tertentu, misalnya pemberian kebebasan pada istri (Ny.B) yang membantu
suami (Tn.A) di sawah, ataupun anak dalam memilih barang yang ia
butuhkan (kebutuhan-kebutuhan sekolah seperti sepatu, buku, dll).
Didalam keluarga terdapat saling ketergantungan. Peran membesarkan
anak dang fungsi sosialisasi dijalankan suami dan istri secara bersama-
sama. Faktor sosial-budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
yaitu kondisi etnis dan suku yang lebih menitikberatkan urusan keseharian
anak lebih banyak ditangain ibu karena waktu terbanyak bersama ibunya.
Saat ini keluarga memiliki masalah dalam pendidikan anak, dimana anak
pertama akan masuk perguruan tinggi namun dikendalai biaya.
27. Fungsi perawatan kesehatan
- Mengetahui keluarga mengenal masalah kesehatan
Nilai-nilai yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan yaitu
keluarga memandang kesehatan sebagai suatu hal yang sangat penting.
Keluarga kurang konsisten menerapkan nilai-nilai kesehatan. Ny.B
sering menolak di bawa ke pelayana kesehatan sekitar jika sakitnya
terjadi karena faktor biaya dan juga kadang lupa meminum obat.
- Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat
Kemampuan keluarga mengidentifkasi tanda-gejala pada anggota yang
sakit termasuk cukup baik, namun kadang keluarga tidak berusaha
memeriksa dan merasa dapat menyelesaikan sendiri (dengan obat-
obatan warung)
- Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan
menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat
Sumber informasi kesehatan yang diperoleh hanya berasal dari
pemberian layanan kesehaan tetapi itu tidak cukup karena sangat
minim, sumber lainnya dapat dilihat keluarga melalui media seperti
TV namun keluarga jarang melihat program untuk kesehatan
- Keluarga kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang makanan
yang bergizi. Riwayat pola-pola makana keluarga selalu menyiapkan
makanan seperti sayur-mayur dan ikan, untuk dagin keluarga hanya
menyiapkan ketika hari-hari besar (lebaran). Anggota yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan penyaiapan
makanan adalah ibu (Ny.B). cara keluarga menyiapkan makanan yaitu
sering digoreng juga di rebus dengan alat masak seadannya. Jadwal
makanan keluarga yaitu pagi (06.30) siang (13.00) dan malam (19.00).
- Waktu tidur keluarga malam (09.30) dan untuk siang tidak tentu,
karena istri dan suami biasanya sibuk dan anak-anak lebih banyak
belajar. Keluarga memiliki waktu tidur yang cukup. Ny.B kadang
kesulitan tidur jika sedang sakit.
- Keluarga menyadari bahwa aktivitas rekreasi sangat penting, dan
untuk olahraga meskipun disadari keluarga jarang melakukanya.
- Kebiasaan keluarga menggunakan obat-obatan tanpa resep, dimana
jika sakit ringan keluarga membeli obat sendiri baik di toko/warung
maupun apotik terdekat. Ny.B tergolong jarang meminum obatnya
walaupun sudah diresepkan oleh dokter karena lupa dan sudah merasa
baik. Kebiasaan keluarga menyimpan obat dalam waktu lama, namun
jika terlalu lama biasanya oleg keluarga tidak digunakan.
- Untuk memmperbaiki status kesehatan, keluarga mencari bantuan
layanan kesehatan seperti memeriksa kondisinya di puskesmas, bidan
dan sebaginya. Pengetahuan keluarga tentang cara perawatan pada
anggota keluarga yang masih minim, tampak pada perawatan jika
Ny.B sakit, jika terjadi sakit pada bagian dada Ny.B masih sering
dianggap sepele dan tidak langsung dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat
- Pengetahuan keluarga tentang cara-cara pencegahan penyakit masih
minim terutama terkait penyakit yang baru diderita keluarga (Ny.B).
kebiasaan keluarga dalam pemeriksaan kesehatan yaitu ketika ada
keluhan/sakit berulang yang tidak dapat ditangani sendiri
- Ny.B memiliki penyakit kronis gagal jantung (chf) selama 10 tahun,
penyakit tersebut juga dimiliki ayah Ny.B. Ny>b sering merasakan
sakit dibagian dada jika sedang sakit, juga mengalami batuk berdahak,
kehilangan seleran makan, juga lemas. Ny.B perna di rawat di RSUD
selama 3 hari karena penyakit yang diderita.Sedangkan anggota
keluarga lain tidak memiliki penyakit kronis adapun penyakit yang
diderita seperti diare, demam, batuk, flu.
- Lembaga pelayanan kesehatan yang pernah mengunjungi keluarga
sebelumnya belum ada, pelyanan kesehatan yang dimanfaatkan
keluarga seperti bidan praktik, puskesmas, dan juga rsud
- Pengetahuan keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan darurat
terdekat cukup, dimana dalam keadaan darurat keluarga kebidan
terdekat atau puskesmas. Keluarga belum mengetahui tentang cara
memanggil ambulans/pelayanan kesehatan darurat
- Jarak fasilitas pelayanan kesehatan darirumah keluarga agak dekat
untuk bidan kurang lebih 500 m dan puskesmas kurang lebih 1km.
Jenis alat transportasi digunakan yaitu sepedah motor
28. Fungsi reproduksi
Keluarga hanya memiliki 2 anak Perencanaan untuk jumlah anggota
keluarga ditentukan bersama antara istri dan suami, metode yang
digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah keluarga yaitu
dengan KB
29. Fungsi ekonomi
Tn.A bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga, istri
(Ny.B) melakukan tugasnya dalam mengatur kebutuhan dengan membuat
rincian kebutuhan baik sandang pangan dan papan. Keluarga kadang
meminta bantuan pada warga sekitar jika terjadi masalah kesehatan
seperti ketua RT setempat.
No Data Masalah
1. Data subjektif: Kurang pengetahuan tentang
Tn. A dan keluarga mengatakan kurang penyakit
mengetahui mengenai pencegahan dan
perawatan gagal jantung
Ny. B mengatakan sering mengabaikannya
saat terasa nyeri bagian dada karena berfikir
hanya sakit sebentar dengan beristirahat pasti
sembuh
Data objektif :
Pada saat kunjungan ke rumah, klien dan
keluarga tidak dapat menjawab saat diajukan
pertanyaan tentang kondisi yang di alami
klien
2. Data subjektif: Perilaku kesehatan cenderung
Keluarga mengatakan Ny. B kadang lupa beresiko
meminum obat dan suka mengulur waktu
pemberian obat
Data objektif:
Obat-obatan klien saat kunjungan terdapat
yang tidak habis
Data objektif:
Pada saat kunjungan klien data yang di dapat
2 bulan yang lalu baru di periksa karena
kondisi parah
4. Data subjektif: Ketidakefektifan pemeliharaan
Keluarga mengatakan selama di rumah, Ny. kesehatan keluarga
B di rawat sebisa dan seadanya karena
keluarga tidak mengerti cara merawat Ny. B
Data objektif:
Keluarga terlihat tidak mampu melakukan
perawatan
Keluarga terlihat bingung pada saat di tanya
tentang cara merawat Ny. B
Keluarga terlihat kurang memahami kondisi
Ny. B saat ini
5. Data subjektif: Gangguan proses keluarga
Ny. B mengatakan sekarang tidak bisa lagi
membantu suaminya untuk bekerja karena
mudah capek dan lemas
Data objektif:
Pada saat kunjungan Ny. B tampak pucat dan
lemah
Rendah 1 pemeliharaan
kesehatan
4. Menonjolnya Masalah
masalah 2/2x1 = 1 perlu di
Masalah berat 2 tangani
harus segera di karena
tangani berkaitan
Ada masalah 1 1 dengan
tapi tidak perlu penyakit
di tangani gagal
Masalah tidak di 0 jantung yang
rasakan di derita oleh
Ny. B
Total 4,6
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah 1/3x1= 0,3 Keluarga dapat
untuk dicegah menerima kondisi
Tinggi 3 1 Ny. B
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya 0/2x1= 0 Keluarga tidak
masalah mengetahuinya
Masalah berat 2
harus segera di
tangani
Ada masalah 1 1
tapi tidak perlu
di tangani
Masalah tidak di 0
rasakan
Total 1,6
Prioritas Masalah
P:
- Lanjutkan intervensi Kurang
pengetahuan keluarga tentang
penyakit
- Lanjutkan intervensi Perilaku
kesehatan cenderung beresiko
- Lanjutkan intervensi
Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
keluarga
- Lanjutkan intervensi
Ketidakefektifan manajemen
kesehatan dalam keluarga
- Lanjutkan intervensi
Gangguan proses keluarga
Di susun oleh
Tanti Wili Wiharti 1420118035
Yesica Novayanti M 1420118020
Yessica Carolina Panjaitan 1420118058
Vina Yunitami Astuty 04320514220117040
Waktu : 30 menit
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan di harapkan keluarga mampu memahami
tentang penyakit gagal jantung dan mampu melakukan perawatan terhadap
penyakit gagal jantung.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan keluarga mampu menjelaskan kembali:
a. Pengertian gagal jantung
b. Penyebab gagal jantung
c. Tanda dan gejala gagal jantung
d. Komplikasi dari gagal jantung
e. Cara pencegahan gagal jantung
mengucapkan salam
C. Metode
Metode yang digunakan adalah:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
E. Materi
1. Pengertian gagal jantung
2. Penyebab gagal jantung
3. Tanda dan gejala gagal jantung
4. Komplikasi dari gagal jantung
5. Cara pencegahan gagal jantung
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Keluarga hadir di tempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah Tn. A
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
b. Keluarga mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
c. Keluarga mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan secara
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian penyakit gagal jantung secara
sederhana
b. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 7 penyebab gagal jantung
c. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 7 tanda dan gejala gagal jantung
d. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 5 komplikasi gagal jantung
e. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 7cara pencegahan gagal jantung
Lampiran Materi
1. Pengertian
Berikut merupakan pengertian penyakit gagal jantung menurut para ahli:
a. Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010) dalam (Sulastini et al,
2020).
b. Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun
tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016) dalam
(Rahmadhani, 2020).
c. Gagal jantung adalah keadaan ketika jantung tidak mampu memompa
darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kegagalan
jantung di bagi atas kegagalan jantung akut yang timbulnya sangat cepat,
sebagai akibat dari serangan infark miokard, di tandai dengan sinkope,
syok, henti jantung, dan kematian tiba-tiba. Kegagalan jantung kronis
berkembang secara perlahan dan di sertai dengan tanda-tanda yang
ringan karena jantung dapat mengadakan kompensasi (Baradero et al,
2008).
2. Penyebab gagal jantung
Menurut Kemenkes RI penyebab gagal jantung adalah:
a. Faktor usia
Semakin bertambah usia seseorang maka makin tinggi resiko terkena
penyakit jantung. Untuk pria biasanya memasuki usia 45 tahun.
sedangkan wanita memasuki usia 55 tahun atau yang mengalami
menopouse dini (akibat operasi)
b. Memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Jika ada salah satu anggota keluarga inti mengidap penyakit jantung,
maka anggota keluarga nya juga akan bersiko mengalami gejala jantung
c. Diabetes
Diabetes dapat menyebabkan penebalan pada dinding pembuluh darah
sehingga dapat menghambat aliran darah. Oleh karena itu penderita
diabetes beresiko lebih tinggi mengidap penyakit jantung
d. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi mampu melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol
LDL masuk saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak
e. Obesitas (kegemukan)
Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidaknormalan
lemak. Hal ini juga beresiko menyebabkan penyakit jantung
f. Pola hidup buruk
Pola hidup buruk menjadi faktor pemicu gejala jantung. Seperti kurang
olahraga, merokok, dan banyak mengkonsumsi makanan berlemak
g. Stress
Ketika seseorang stres, tubuh mereka mengeluarkan hormon kortisol
yang berakibat pada kakunya pembuluh darah. Hormon norepinephirine
yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Sehingga sebaiknya
hindari stress.
3. Tanda dan gejala
Menurut Kemenkes RI tanda dan gejala gagal jantung adalah:
1. Jantung berdebar-debar
Atau dikenal dengan palpitasi. Gejala jantung ini terasa seperti dada
diremas-remas
2. Sesak nafas
Sesak nafas termasuk gejala jantung yang paling umum terjadi. Rasa
sakit ini biasanya disertai dengan keringat dingin, rasa lemas, jantung
berdebar, bahkan mengalami pingsan
3. Berkeringat dingin dan perasaan mudah lelah. Pusing atau sakit kepala
Gejala jantung ini diakibatkan oleh penurunan aliran darah karena
denyut jantung tidak normal
4. Ada rasa mual dan muntah
5. Nyeri dada sebelah kiri
Penderita biasanya merasakan sakit seperti ditimpa beban berat. Rasa
sakit dan perasaan seperti terjepit atau terbakar di dada
4. Komplikasi gagal jantung
Menurut Smeltzer (2002) dalam (Austaryani, 2012) komplikasi dari CHF
adalah :
a. Edema pulmoner akut
b. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
c. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
d. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
e. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
5. Pencegahan gagal jantung
Menurut kemenkes RI pencegahan gagal jantung yaitu:
a. Melakukan kontrol teratur seperti kolesterol dan tekanan darah
b. Memeriksa kesehatan secara berkala
c. Menghindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya
d. Diet dengan gizi seimbang
e. Berolahraga secara teratur
f. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
g. Mengontrol stress
DAFTAR PUSTAKA
Austaryani, N. P. (2012). “Asuhan Keperawatan Pada Tn.J Dengan Congestive
Heart Failure (Chf) Di Ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit
(Icvcu) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta”. Fakultas Ilmu Kesehata
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kemenkes RI. (2019). Faktor Pemicu Gejala Serangan Jantung. Tersedia [online].
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/apa-saja-faktor-pemicu-gejala-serangan-
jantung (di akses 24 maret 2018)