Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Di Susun Oleh

NURJANAH S.Kep

22.04.039

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………………….)
(……………………………….)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2022/2023
A. PENDAHULUAN
CHF (Congestive Heart Failure) merupakan penyakit
kardiovaskuler penyebab utama dari banyak kematian di dunia, sekitar
13 juta jiwa melayang tiap tahunnya, dan angka tersebut meningkat
dari tahun ke tahun (Marcum, 2008).
CHF (Congestive Heart Failure) atau gagal jantung kongestif di
Amerika menyerang lebih dari 6 juta jiwa. Penyakit ini menjadi
penyebab umum dari pasien diatas 65 tahun (C-Health, 2008).
Di Asia, terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan
industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi
kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok, dan penurunan
aktivitas. Akibatnya terjadi peningkatan insiden hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit vaskular yang berujung pada peningkatan
insiden gagal jantung (Anonim, 2009).
Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh
Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan
bertambah setiap tahunnya. Prevalensi gagal jantung di negara
berkembang cukup tinggi dan makin meningkat (Arjatmo, 2004).
Di Indonesia, data dari Departemen Kesehatan tahun 2008
menunjukan pasien yang diopname dengan diagnosis gagal jantung
(CHF) mencapai 14.449 penderita (Depkes, 2008).
B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM
1. Anatomi Jantung
Berdasarkan gambar diatas, secara anatomi terdapat beberapa bagian
jantung antara lain:

1) Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang


keluar dari ventrikel sinistra.
2) Atrium kanan berfungsi untuk menerima darah kotor dari tubuh
yang dibawa oleh pembuluh darah.
3) Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari
paru-paru melalui keempat vena pulmonari. Darah kemudian
mengalir ke ventrikel kiri.
4) Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium
pulmonari.
5) Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot,
menerima darah kaya oksigen dari paru-paru melalui atrium kiri
dan memompanya ke dalam sistem sirkulasi melalui aorta.
6) Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari
dekstra menuju ke paru-paru, arteri pulmonari membawa darah dari
ventrikel dekstra ke patu-paru (pulmo).
7) Katup trikuspidalis, terdapat diantaranya atrium dekstra dengan
ventrikel dekstra yang terdiri dari 3 katup.
8) Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan
ventrikel sinistra yang terdiri dari 2 katup
9) Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra.

2. Fisiologi kardiovaskuler (Sistem Kardiovaskuler


Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan
dengan barisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada di
dalam thorak, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan
lebih menghadap kekiri dari pada ke kanan. Ukuran jantung kira-kira
sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-260 gram.
Jantung terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu
kiri dan kanan.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh
tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil
metabolisme(karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut
dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dam
memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardum,dimana lapisan perikardium di bagi menjadi 2 lapisan yaitu:
1) Perikardium fibrosa (viseral), yaitu bagian kantung yang
membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada
sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2) Perikardium serosum (parietal), yaitu bagian dalam dari dinding
lapisan fibros.
3. Siklus sistem kardiovaskuler (jantung)
a. Siklus jantung
Jantung mempunyai empat pompa terpisah, dua pompa primer
atrium dan dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi
jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dimanakan siklus
jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh timbulnya potensial aksi
secara spontan. Simpul sinoatrial (SA) terletak pada dinding
posterior atrium dekstra dekat muara vena superior. Potensial aksi
berjalan dengan cepat melalui berkas atrioventrikular (AV) ke
dalam ventrikel, karena susunan khusus penghantar
atriunberkontraksi mendahului ventrikel. Atrium bkerja sebagai
pompa primer bagi ventrikel dan ventrikel menyediakan sumber
tenaga utam bagi pergerakan darah melelui sistem vascular.
b. Curah jantung
Menurut syaifuddin (2012) curah jantung merupakan faktor utama
dalam sirkulasi yang mempunyai peranan penting dalam
transportasi darah yang mengandung berbagai nutrisi. Pada
keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri
dan ventrikel kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan
terjadi penimbunan darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah
darah yang di pompakan ventrikel dekstra lebih besar dari ventrikel
sinistra. Jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke
peredaran darah sistemik sehingga terjadi penumpukan darah di
paru. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, tergantung
pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan meningkat pada
waktu kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, sedangkan
curah jantung menurun ketika waktu tidur
C. PENGERTIAN
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung
gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun
tekanan pengisian cukup (Ongko wijaya & Wantania, 2016). Gagal
jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung
disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung
darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal
sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti
tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart
Association (NYHA), sebagai berikut:

Kelas 1 Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak


menyebabkan dipsnea napas, palpitasi atau keletihan
berlebihan
Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika
beristirahat, tetapi aktivitas biasa
menimbulkankeletihan danpalpitasi
Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa nyaman
ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari
biasa dapat menimbulkangejala
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa
merasa tidak nyaman : gejala gagal jantung kongestif
ditemukan bahkan pada saat istirahat dan
ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan
aktifitas fisik apapun

E. ETIOLOGI
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
(Aspani, 2016).
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik
(sistolicoverload).
a. Volume :defek septum atrial, defekseptu ventrikel, duktus arterio
suspaten
b. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
c. Disaritmia
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah, gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degenerative atau inflamasi misalnya kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun .
b. Aterosklerosis coroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang
abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri
dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik
dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta
memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial
maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya
terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif
atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi
mitral dan aorta menyebabkan kelebihan beban volume
(peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menyebabkan
beban tekanan (after load).
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik
dapat menurunkan kontraktilitas jantung
F. PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah
dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung.
Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan
perfusi organ vital normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang harus
menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada
setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah
darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah
satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard)
dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan (Aspiani,2016)
G. TANDA DAN GEJALA
1. Gagal jantung Kiri
a. Kongesti pulmonal :dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan
bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisadi deteksi melalui
auskultasi.
b. Dispnea saat beraktifitas, ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal.
c. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
d. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink(berdarah).
e. Perfusi jaringan yang tidak memadai
f. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam
hari).
g. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala- gejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi,
gelisah, ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
h. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
2. Gagal jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.
a. Edema ekstremitas bawah
b. Distensi vena leher dan escites
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena dihepar
d. Anorexia dan mual
e. Kelemahan
H. PATHWAY

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut
1. Echokardiografi
Sebaiknya digunakan sebagai alat pemeriksaan diagnostic yang
pertama untuk manajemen gagal jantung ; sifatnya tidak invasive dan
segera dapat diberikan diagnosis disfungsi jantung. Dengan adanya
kombinasi M-Mode, ekokardiografi 2D, dan Doppler, maka
pemeriksaan invasive lain tidak lagi diperlukan. Gambaran yang paling
sering ditemukan pada gagal jantung akibat
2. Rontgen toraks
Foto rontgen posterior-anterior dapat menunjukan adanya hipertensi
vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti yang menunjukan adanya
peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke
daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
3. Neurofisiologik
Pemeriksaan EKG meskipun memberikan informasi yang berkaitan
dengan penyebab, tetapi tidak dapat memberikan gambaran spesifik.
Pada hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu dicurigai bahwa hasil
diagnosis salah. Pada [emeriksaan EKG untuk pasien dengan gagal
jantung dapat ditemukan kelainan EKG sebagai berikut:
a. Left bundle branch block, kelainan segmen ST/T menunjukan
disfungsi ventrikel kiri kronis.
b. Gelombang Q menunjukan infark sebelumnya dan kelainan
segmen ST menunjukan penyakit jantung iskemik.
c. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang terbalik, menunjukan
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi.
d. Aritmia.
e. Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
ventrikel kanan menunjukan disfungsi ventrikel kanan.
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dapat diberikan antara lain (Umara Af,dkk 2017):
Diuretik, ACE-inhibitor (Angiotensin Converting Enzyme-inhibitor),
ARB (Angiotensin Receptor Bloker), Beta Bloker, Antagonis
Aldosteron, Vasodilator, Glikosida.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diet seimbang.
Titik awal yang baik untuk mengelola gagal jantung kongestif.
Berat badan berlebihan menyebabkan kerja jantung lebih berat.
Walaupun tidak makan terlalu banyak dipastikan pasien makan
cukup untuk memiliki gizi yang baik.
b. Meningkatkan nafsu makan
Nausea dan muntah sering ditemui sebagai efek samping dari
pengobatan gagal jantung. Hal ini juga sebagai pertanda terjadi
peningkatan keparahan dari gagal jantung.
c. Pembatasan aktifitas fisik
Pembatasan aktifitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal
yang sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal
jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan
larangan yang tidak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot
rangka.
d. Terapi oksigen
Pemberian oksigen ditunjukkan pada pasien gagal jantung disertai
dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi
kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan
oksigen.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi  gagal jantung kongestif meliputi:
1. Tromboemboli vena, yang merupakan bekuan darah yang terbentuk
ketika darah mulai menggenang di pembuluh darah. Jika bekuan
pecah dan masuk ke paru-paru, dapat menyebabkan emboli paru. Jika
pecah dan masuk ke otak bisa menyebabkan stroke.
2. Gagal ginjal  dapat terjadi ketika sirkulasi darah berkurang
memungkinkan produk limbah menumpuk di dalam tubuh.
3. Kerusakan hati  biasanya terjadi pada  gagal jantung kanan lanjut
ketika jantung gagal memasok kebutuhan darah ke  hati, yang
menyebabkan hipertensi portal, sirosis, dan kerusakan  hati.
4. Kerusakan paru-paru, antara lain empiema, pneumotoraks, dan
fibrosis paru  yang merupakan komplikasi umum dari efusi pleura.
5. Kerusakan katup jantung, yang dapat terjadi karena jantung  bekerja
lebih keras untuk memompa darah, menyebabkan katup membesar
secara tidak normal. Peradangan yang berkepanjangan dan kerusakan
jantung dapat menyebabkan aritmia parah, serangan jantung, dan
kematian mendadak
L. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien
2. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
a. Keluhan Utama
• (Sesak saat bekerja, dipsnea nocturnal paroksimal, ortopnea
• Lelah, pusing
• Nyeri dada
• Edema ekstremitas bawa
• Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
• Urine menurun
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang
didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni
munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut.
Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga
obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu,
yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
3. Pengkajian data
a. Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat
beraktifitas.
b. Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites,
disaritmia, fibrilasi atrial, kontraksi ventrikel prematur, peningkatan
JVP, sianosis, pucat.
c. Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit
paru.
d. Pola makan dan cairan :hilang nafsu makan, mual dan muntah.
e. Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia,
diare atau konstipasi.
f. Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
g. Interaksisosial : aktifitas social berkurang.
h. Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada
kulit/dermatitis.
M. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
member intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah ( Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi
untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun
persyaratan dari diagnosa keperawatn adalah perumusan harus jelas dan
singkat dari respon pasien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi,
spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan keperawatn, dapat
dilaksanakan oleh perawat dan mecerminkan keadaan kesehatan pasien.
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi Menurut SDKI
1. Penurunan curah jantung (D0008)
2. Gangguan pertukaran gas (D0003)
3. Deficit nutrisi (D0019)
4. Deficit pengetahuan (D.0111)
5. Ansietas (D.0080)
N. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana perawatan terorganisasisehinggah setiap perawat dapat dengan
cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang dirumuskan dengan cepat memfasilitasi
komunitas asuhan keperawat dari satu perawat ke perawat lainnya.
Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Langkha-langkah dalam
membuat perencanaan keperawatn meliputi : Penetapan prioritas,
penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan menentukan intervensi
keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan.

Rencana keperawatan menurut SIKI :


1) Masalah 1 : Penurunan curah jantung
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam,
diharapkan Curah Jantung Meningkat dengan
Kriteria Hasil :
1. Tekanan darah Membaik
2. Kekuatan nadi perifer meningkat
3. Brakikardi amenurun
4. Takikardia menurun
5. Gambaran EKG aritmia menurun

Intervensi Keperawatan
Observasi :
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortpnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah 9termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor berat badan setia hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sandapan
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, NTpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan dara dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
beraktifitas
13. Periksa tekanan arah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
(mis. Beta blocker, ACE inhibitor, calcium channel blokre, digoksin)
Teraupetik :

1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastic atau pneumatic intermiten, sesuai indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk medifikasi gaya hidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk menngurangi stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi :

1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi


2. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu


2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

2) Masalah 2 : Gangguan pertukaran gas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam,
diharapkan pertukaran gas meningkat dengan
Kriteria hasil :
1. Dispnea menurun
2. Bunyi napas tambahan menurun
3. Takikardia menurun
4. PCO2 membaik PO2 membaik pH arteri membaik
Intervensi Keperawatan
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
5. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
7. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
8. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Teraupetik
1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
3) Masalah 3 : Defisit nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam,
diharapkan status nutrisi membaik dengan
Kriteria Hasil:
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik
3. IMT membaik
Intervensi Keperawatan
Observasi

1. Identisikasi status nutrisi


2. Identifikasi makanan yang disukai
3. Identifiksi alergi dan intoleransi makanan
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupetik

Lakukan oral hygiene sebelum makan


Fasilitasi menentukan pedoman diet
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan
1. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi

1. Anjurkan osisi duduk jika mampu


2. Ajarkan diet yang programkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri


antiematik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jeni
nutrien yang dibutuhkan (PPNI, 2019)

4) Masalah 4 : Defisit pengetahuan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan status nutrisi membaik dengan
Kriteria Hasil:
1. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic
meningkat
2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan menurun
3. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi Keperawatan
Observasi

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkat dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik

1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi

1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
5) Masalah 5 : Ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,
diharapkan status nutrisi membaik dengan
Kriteria Hasil:
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2. Perilaku gelisah menurun
3. Tekanan darah menurun
4. Kontak mata membaik
5. Intervensi Keperawatan
Observasi

1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan


berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
4. Perksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5. Monitor respon terdahap relaksasi
Terapeutik

1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan


pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tinakan medis lain, jika sesuai
Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia


(mis. Music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relakssasi (mis. Napas dalam,
peregangan,atau imajinasi terbimbing)
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Bangsal Jantung
RSUP Dr.Djamil Padang.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.

Aspiani ,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien


Gangguan Kardiovaskule r: aplikasinic&noc. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Bararah, Taqiyyah., Jauhar, Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan:


Panduan Lengkap Menjadi Perawat ProfesionalJilid 1. Prestasi
Pustakaraya, Jakarta

Dinarti, & Muryanti,Y.(2017).Bahan Ajar Keperawatan:Dokumentasi


Keperawatan.1–172.

Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of


Heart Rate Variability Identify Patient with Congestive Heart Failure.
Procedia Computer Science, 124,197N
204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standa rLuaran Keperawatan
Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.

Umara Af, Purnamasari E, Usniah U. Hubungan Kepatuhan Minum Obat


dengan Kejadian Rawat Inap Ulang pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif. Tanggerang. J JKFT ; 2017.1(2).77.

Anda mungkin juga menyukai