Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILUER (CHF) DI RUANGAN PJT LT 6 RSUP Dr


WAHIDIN SUDIROHUSODO
Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Anak

Disusun oleh:
Lusia Santika Maturbongs
A1C122114

CI INSTITUSI CI LAHAN

.…............................. ….…..........................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (FKK)

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2023
A. Konsep Dasar Congestive Heart Failuer (CHF)
1. Definisi
Congestive Heart Failure / gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan
jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi
kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran
balik vena adekuat American Heart Association (AHA, 2018). Gagal jantung
adalah sindrom klinis yang komplek, dimana didasari oleh ketidak mampuan
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh yang adekuat, mengakibatkan
gangguan struktual dan fungsional dari jantung (Syahputra, 2017).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejela),
ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelinan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (isfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas myocardial
(disfungsi sistolik).
2. Anatomi fisiologis jantung
a) Anatomi Jantung
Sistem kardiovaskular adalah suatu system transport (peredaran) yang
membawa gas-gas pernafasan, nutrisi hormon-hormon dan zat lain ke dari
dan jaringan tubuh. Sistem kardiovasular di bangun oleh :
1) Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya menyerupai
piramid atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke
seluruh tubuh, terletak dalam rongga thoraks pada bagian mediastinum,
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan
pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di
bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang
disebut iktus korsdis. Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman
tangan kanan dan beratnya kirakira 250-300 gram. Lapisan jantung terdiri
dari :
1) Endokardium
Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula
dan bagian depan sinus vena kava. Terdapat bundelan otot paralel
berjalan ke depan krista, kearah ujung aurikula dari ujung bawah krista
terminalis terdapat sebuah lipatan endokardium yang menonjol dikenal
sebagai valvuva vena kava inverior.
2) Pembuluh darah
a. Pembuluh darah arteri
Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah ke seluruh tubuh dari ventrikel sinistra disebut juga
aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi sifatnya
elastic dan terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
1. Tunika intima/ interna

Lapisan paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri


dari jaringan endotel.
2. Tunika media
Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot, yang terdiri dari
jaringan otot yang polos.
3. Tunika eksterna / adventesia
Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat lembut
yang menguatkan dinding arteri.
3) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop.kepiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh
4) Vena (pembuluh darah balik)
Vena yang akan membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa
vena yang penting :
a. Vena cava superior
Bermuara ke dalam bagian atas atrium kanan. Muara ini tidak
memiliki katub, menembalikan darah dari separoh atas tubuh
b. Vena cava inferior
Lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke dalam bagian bawah
atrium kanan, mengembalikan darah ke jantung dari separoh badan
bagian bawah
c. Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

Gambar 1.1 Anatomi Jantung


(Ramli & Karani, 2018)
b) Fisiologi Jantung
Jantung dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya
sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium- ventrikel kiri
dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut,
pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa
jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh.
Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses
yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen
manusia demi kelangsungan hidupnya.
3. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut
(Aspaiani, 2019) :
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan sampai pembebanan sistolik (sistolic overload)
1. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
2. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3. Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan
kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan
perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu
komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun
5. Klasifikasi
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA), sebagai berikut :
Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak
Kelas 1 menyebabkan dipsnea napas, palpitasi atau keletihan
berlebihan
Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika beristirahat,
Kelas 2 tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan palpitasi.
Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa nyaman ketika
Kelas 3 beristirahat, tetapi aktivitas yang
kurang dari biasa dapat menimbulkan gejala.
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa
tidak nyaman : gejala gagal jantung kongestif ditemukan
Kelas 4 bahkan pada saat istirahat dan
ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan
aktifitas fisik apapun.
Tabel 2.1 : Klasifikasi Fungsional gagal jantung Sumber :
(Aspiani,2016)
6. Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3
atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas, dispnea nocturnal paroksismal
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah)
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan
b. Gagal jantung kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscer menonjol, karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak
dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena.
1) Edema ekstemitas bawah terjadi akibat menurunnya kemampuan
kontraktilitas jantung sehingga darah yang dipompa pada setiap kontaksi
menurundan menyebebkan penurunan darah keseluruh tubuh
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena dihepar
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan
7. Komplikasi
a) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
b) Syok kardiogemik : Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat dari
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan
vital (jantung dan otak).
c) Episode trombolitik Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan
gangguan sirkulasi dengan aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh
darah.
d) Efusi perikardial dan tamponade jantung masuknya cairan ke kantung
perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal. COP menurun dan aliran balik vena kejantung menjadi
tamponade jantung
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien gagal jantung kongestive pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia, distritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.
b) Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.
c) Ekokardiogafi
Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering dipaki dan ditayangkan bersama
EKG)
d) Ekokardiografi dua dimensi (CT-Scan)
Ekokardiografi Dopper (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
e) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
f) Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
g) Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
b) Penetalaksanaan medis
Terapi non farmakologi antara lain : perubahan gaya hidup, tirah baring,
pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta
pencegahan kekambuhan, dan kontrol faktor risiko
c) Penatalaksanaan keperawatan
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, Angiotensin
converting Enyme Inhibotor (ACEI), beta bloker, Antigensis Receptor
Blocker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, serta biridin
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian Keperawatan (Mahardika, 2018)
1. persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan menjelaskan tentang
bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah kesehatan
itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya.
2. pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui
lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang
diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign
merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang
menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
3. pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi,
bau, karakter)
4. Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen. Gejala: lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tanda : penurunan
kekuatan otot, serta mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya
olahraga pada klien.
5. Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
6. Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan
peran diri
7. Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
8. Pola peran & hubungan
9. Pola manajemen & koping stres
10. Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
b) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum (Kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif),
tandatanda vital seperti tekanan darah, pernafasan, nadi dan suhu
Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
a. Kepala
1) Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,
penampilan, depigmentasi
2) Muka atau Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di
pipi Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar
hidung dan mulut
3) Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
4) Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang
telinga, keluar cairan dari telinga, melihat serumen telinga
berkurangnya pendengaran, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran
5) Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri
tekan? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,
jumlahnya?
6) Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
7) Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah
tandatanda infeksi faring, cairan eksudat?
b. Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugularis?
c. Thorax amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekuensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk,
sputum, nyeri dada.
d. Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya?
Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
e. Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar?
f. Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
g. Ekstremitas Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran
masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas?
h. Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?
Apakah ada kesulitan untuk berkemih?
i. Tingkat kesadaran
1) Kuantitatis dengan penilaian Glasgow Coma Scale
2) No Komponen Nilai Hasil
Kualitatif 1 Verbal 1 Hasil Berespon
a. 2 Suara tidak dapat dimengerti
3 Rintihan
Compsa. 4 Bicara Ngawur/tidak nyambung
5 BicaraMembingunkan Orientasi baik

2 Motorik 1 Tidak berespon Ekstensi


2 abnormal Fleksi abnormal
3 Menghindari area nyeri
4 Melokalisasi nyeri
5 Ikut perintah
6
3 Reaksi 1 Tidak berespon
Membuka 2 Dengan ransangan nyeri
Mata (Eye) 3 Dengan perintah (sentuh)
4 Spontan
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya

b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk


berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),


memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,


respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,


tetapi ada respon terhadap nyeri.

f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada


respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya)
2) Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut ini
yang digunakan secara internasional:
a) Kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang, bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, 4
namun
tidak mampu melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak
terkoordinasi
Kelemahan berat, te 3
rangkat sedikit <450, Tidak mampu melawan
Gravitasi
Kelemahan berat, dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Gerakan trace/tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Tidak ada gerakan 0

b) Pemeriksaan refleks fisiologis


1) Reflek bisep Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan
posisi pasien duduk, dengan membiarkan lengan untuk
beristirahat dipangkuan pasien, atau membentuk sudut
sedikit lebih dari 900 di siku, minta pasien memflexikan di
siku sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital, tendon akan terlihat dan terasa seperti tali
tebal, ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk
pada sendi siku, normalnya terjadi fleksi lengan pada sendi
siku.
2) Reflek patella Caranya: pemeriksaan dilakukan dengan
posisi duduk atau berbaring terlentang, ketukan pada
tendon patella, respon: plantar fleksi kaki karena kontraksi
m.quadrisep femoris.
c) Aspek neurologis
1) Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
2) Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia
kehilangan sebagian lapang pandang
3) Perubagan tanda-tanda vital
4) Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
d) Aspek kardiovaskuler
1) Peubahan tekanan darah (menurun atau meningkat)
2) Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
e) System pernafasan
1) Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi), nafas berbunyi stridor, tersedak
2) Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
3) Ronki, mengi positif
f) Nervus cranial
1) N.I : penurunan daya penciuman
2) N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
3) N.III, IV, VI : penurunan lapang pandang, reflek cahaya
menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat
mengikuti perintah,anisokor
4) N.V : gangguan mengunyah
5) N.II, XII : lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa
pada 2/3 anterior lidah
6) N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh 7.)
N.IX, X
g) Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG
2) X-Ray
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul
a. Defisit perawatan diri
b. Pola napas tidak efektif
c. Defisit nutrisi
d. Intoleransi aktifitas
e. Gangguan pola tidur
f. Penurunan curah jantung
g. Hipervilemia
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI INTERVENSI
O

1 Hipervolemia berhubungan dengan Dalam 3x24 jam diharapakan Manajemen hipervolemi


kelebihan asupan cairan dibuktikan keseimbangan cairan meningkat Observasi
dengan adanya pembengkakan pada dengan kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala hipervolemia
ekstremitas atas dan bawah - Membran mukosa lembab (edema)
meningkat - Monitor status hemodinamika (mis.
- Edema menurun Frekuensi jantung, tekanan darah,MAP)
- Intake ,Output membaik - Monitor intake dan output cairan
- Tekanan darah membaik Teraupetik
- Frekuensi nadi membaik - Batasi asupan cairan dan garam
- Kekuatan nadi membaik - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
- Mata cekung membaik Edukasi
- Turgor kulit membaik - Ajarkan cara membatasi cairan
Koloaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
N DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI INTERVENSI
O

2 Defisit perawatan diri berhubungan Dalam 3x24 jam diharapkan status Dukungan perawatan diri
dengan kelemahan dibuktikan dengan perawatan diri meingkat dengan Observasi
tidak mampu mandi, mengenakan pakain, kriteria hasil : - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
makan, ke toilet, berhias secara mandiri, - Kemampuan mandi meningkat diri sesuai usia
minat melakukan perawatan diri kurang - Kemampuan mengenakan pakain - Monitor tingkat kemandirina
meningkat - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
- Kemampuan ke toilet diri, berpakain, berhias, dan makan
(BAB/BAK) meningkat Teraupetik
- Verbilisasi keinginan melakukan - Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum,
perawatan diri meningkat sikat gigi, sabun mandi)
- Mempertahankan kebersihan diri - Dampingi dalam melakukan perawatan diri
meningkat semapai mandiri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

3 Resiko defisit nutrisi berhubungan Dalam 3x24 jam diharapkan status Manajemen Nutrisi
dengan faktor psikologis (mis.stres, nutrisi meningkat dengan kriteria Tindakan
keenganan untuk makan) hasil : Observasi
Faktor resiko - Porsi makan yang dihabiskan - Identifikasi alergi terhadap makanan
- Keenganaan untuk makan meningkat - Monitor asupan makanan
- Menghabiskan makanan ½ porsi maka - Verbalisasi keinginan untuk - Monitor berat badan
dikarenakan tidak ada rasanya meningkatkan nutrisi meningkat Teraupetik
- Perasaan cepat kenyang menurun - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
- Berat badan membaik yang sesuai
- Nafsu makan membaik - Berikan suplemen makanan, jika perlu
N DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI INTERVENSI
O

- Membran mukosa membaik Edukasi


- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri), jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini
terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi, tindakan rujukan yang disesuaikan
dengan rencana tindakan keerawatan (Doengus,2012). Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam memncapai tujuan yang di
harapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah
teratasi sebagian atau belum teratasi (Debora,2011). Dimana pada tahap
evaluasi bisa dilakukan dengan menentukan SOAP diantaranya :
S (Subjektif) :yakni segalah bentuk pernytaan atau keluahan dari pasien
O (Objektif) :yakni data yang diobservasi dari hasi pemeriksaan oleh perawat
atau tenaga kesehatan lain
A (Assesment) :yanki kesimpulan dari data subjektif dan objektif
P (Perencanaan):yakni rencana tindakan yang dilakukan sesui dengan analisa
DAFTAR PUSTAKA

Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7, 103.
Syahputra, F. (2017). Asuhan keperawatan gagal jantung pada Tn.J di ruang sekar
jagad RSUD Bedan . pekalongan: Karya Tulis Ilmiah Stikes Muhammadiyah
Pekajangan.
Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7, 103.
Aspaiani, R. (2019). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien ganggua
karduivaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pengabean,M . (2011). Buku Ilmu Penyakit Dalam Gagal Jantung Volume 2.
Jakarta: ECG.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Kriteria Hasil. DPP PPNI.
Mahardika, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Traumatic Brain Injury
Dengan Masalah Gangguan Sirkulasi (Perfusi Serebral) Di Rsud Labuang Baji
Makassar: A Study Case. Uin Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai