Askep Gagal Jantung
Askep Gagal Jantung
5
6
b) Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke
ventrikel kiri.
Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
atrium.
2) Ventrikel
a) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang
kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
b) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian
memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel (Syaifuddin, 2011).
3.5 Katub Jantung
Didalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya
dalam susunan peredaran darah dan pergerakkan jantung manusia.
Ada dua jenis katup yaitu :
1) Katup Atrioventrikularis
Katup atrioventrikularis merupakan katup yang memisahkan
atrium dan ventrikel, yang terdiri atas :
a) Katup trikuspidalis : tersusun atas tiga kuspis atau daun, yang
memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
b) Katup mitral atau bikuspidalis : tersusun atas dua kuspis yang
terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.
Normalnya, ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel akan
mendorong daun-daun katup atrioventrikularis keatas kerongga
atrium. Jika terdapat tekanan cukup kuat untuk mendesak katup,
darah akan disemburkan ke belakang dari ventrikel ke atrium.
2) Katup Semilunaris
Katup semilunaris terletak diantara tiap ventrikel dan arteri
yang bersangkutan , yang terdiri atas :
10
2) Sirkulasi Paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui
katub AV lainnya, yang disebut katub tricuspid. Darah keluar dari
ventrikel kanan dan mengalir melewati katub pulmonalis ke dalam
arteri pulonalis kanan dan kiri ke paru kanan dan kiri. Di paru, arteri
pulmonalis bercabang berkali-kali menjadi arteriol dan kapiler
yang mencapai alveolus, yang merupakan unit pernapasan. Semua
kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan menjadi vena.
Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri
untuk menyelesaikan siklus aliran darah.
3.8 Aliran Darah Arteri Koroner
Dua arteri besar, yang disebut arteri koroner kiri dan kanan,
merupakan cabang dari aorta setelah aorta keluar dari ventrikel kiri dan
menyuplai darah ke jantung (Corwin, 2009).
1) Arteri koroner kiri membentuk cabang arteri desendens anterior
dan arteri sirkumfleks. Arteri desendens anterior kiri menurun ke
bagain anterior alur septum antara ventrikel kanan dan kiri dan
kembali bercabang beberapa kali untuk memperdarahi bagaian
anterior septum dan massa otot anterior ventrikel kiri. Arteri
sirkumfleks kiri melintang dibagaian antara atrium kiri dan
ventrikel kiri untuk memperdarahi dinding lateral ventrikel kiri.
2) Arteri koroner kanan melintang di alur antara atrium kanan dan
ventrikel kiri dan bercabang untuk memperdarahi bagian posterior
jantung, termasuk septum interventrikuler posterior. Pada
sebagaian besar orang, arteri koroner kanan memperdarahi bagian
pelistrikan jantung yang penting: nodus sinoatrium (SA), dan
nodus atrioventrikuler (AV).
3.9 Sistem Konduksi Jantung
Sel-sel jantung mempunyai kerja ritmik inheren (ritmisitas), yang
dapat digambarkan dengan adanya kenyataan bahwa bila satu bagian
miokardium diambil, maka jantung akan tetap berkontraksi secara
14
ritmis jika tetap dijaga dalam kondisi yang memeadai. Tetapi atrium
dan ventrikel harus berkontraksi secara berurutan agar aliran darah
dapat efektif. Kontraksi yang teratur terjadi karena sel-sel khusus dalam
sistem hantaran secara metodis membangkitkan dan menghantarkan
impuls listrik ke sel-sel miokardium (Syaifuddin, 2011).
1) Sinoatrial node (SA node)
Terletak antara sambungan vena kava superior dan atrium kanan.
Disini merupakan awal mula system hantaran dan normalnya
berfungsi sebagai pacu jantung ke seluruh miokardium. SA node
memulai sekitar 60-100 impuls per menit pada saat jantung normal
istirahat, tetapi dapat mengubah frekuensinya sesuai kebutuhan
tubuh.
2) Atrioventrikularis node (AV node)
Sinyal listrik yang dimulai oleh SA node kemudian di hantarkan
dari sepanjang sel miokardium ke AV node. AV node terletak di
dinding atrium kanan dekat katup trikuspidalis. AV node
merupakan kelompok sel-sel otot khusus lainnya yang menyerupai
SA node, namun dengan kecepatan intrinsik sekitar 40-60 impuls
per menit. AV node berkoordinasi dengan impuls listrik yang
datang dari atrium dan, setelah sedikit perlambatan, akan
menghantanya ke ventrikel.
3) Bundel His
Impuls listrik dari AV node akan di hantarkan melalui suatu bundel
serabut otot khusus yaitu Bundel His, yang berjalan di dalam
septum yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan.
4) Serabut Purkinje
Bundel His akan bercabang menjadi cabang bundel kanan dan kiri,
yang kemudian berakhir sebagai serabut yang dinamakan Serabut
Purkinje. Bundel kanan menyebar ke otot ventrikel kanan. Bundel
kiri memisah lagi menjadi cabang bundel anterior sinistra dan
posterior sinistra, yang kemudian menyebar ke otot ventrikel kiri.
15
4. Etiologi
Gagal jantung disebabkan oleh kondisi yang melemahkan atau merusak
miokardium. Gagal jantung dapat disebabkan oleh factor yang berasal dari
jantung (mis. penyakit atau factor patologis intrinsic) atau factor eksternal
yang menyebabkan kebutuhan berlebihan dari jantung (Black, 2014).
4.1 Faktor Intrinsik
Penyakit paling sering menyebabkan gagal jantung adalah penyakit
arteri koroner (PAK). PAK mengurangi aliran darah melalui arteri
18
jantung yang disebut preload dan afterload terjadi dalam kondisi normal
atau abnormal.
Preload dapat didefiniskan sebagai peregangan awal pada serat otot
jantung sebelum kontraksi. Perubahan pada preload ventrikel secara
dramatis mempengaruhi volume sekuncup vetrikel degnan mekanisme
Frank Starling. Peningkatan preload meningkatkan volume sekuncup,
sedangkan penurunan preload menyebabakan penurunan volume
sekuncup dengan mengubah kekuatan kontaksi otot jantung. Indikator
preload yang digunakan yaitu tekanan atau volume akhir diastolic.
Sebagai contoh, ketika aliran balik vena meningkat, tekanan dan
volume akhir-diastolik pada ventrikel meningkat, yang akan
meningkatkan preload.
Hipovolemia akibat hilangnya cairan tubuh karna perdarahan
menyebabkna pengosongan ventrikel yan glebih sedikit sehingga
menyebabkan pengurangan preload. Peningkatan tekanan beban
didalam ventrikel berhubungan dengan afterload, jumlah tegangan
dalam jantung yang harus dihasilkan untuk melawan tekanan sistemik
dan memungkinkan pengosongan ventrikel. Jadi, afterload
mengindikasikan berapa beban jantung harus memompa untuk
mendorong darah ke sirkulasi. Tegangan di arteriol sistemik, elastisitas
aorta dan arteri besar, ukuran dan ketebalan ventrikel, adanya stenosis
aorta dan kekentalan darah menentukan afterload. Tahanan perifer dan
tekanan darah tinggi akan memaksa ventrikel bekerja lebih keras untuk
mengejeksi darah. Akibat tekanan darah yang tinggi jangka panjang,
ventrikel biasanya akhirnya akan mengalami kegagalan (Black, 2014).
5. Patofisiologi
Jantung yang sehat akan mencukupi kebutuhan oksigen melalui
cadangan jantung. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk
meningkatkan curah jantung sebagai respons terhadap stress. Jantung yang
normal dapat meningkatkan keluarannya sampai lima kali lipat tingkat
istirahat. Jantung yang mengalami kegagalan, pada waktu istirahat pun
20
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gagal jantung menurut PERKI (2015), yang disadur
dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure tahun 2008 yaitu :
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan
seperti :
1) Gejala khas gagal jantung : Sesak nafas saat istrahat atau aktifitas,
kelelahan, edema tungkai.
2) Tanda khas Gagal Jantung : Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura,
peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali.
3) Tanda objektf gangguan struktur atau fungsional jantung saat istrahat,
kardiomegali, suara jantung ke tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam
gambaran ekokardiografi, kenaikan konsentrasi peptida natriuretik.
Manifestasi klinis gagal jantung menurut PERKI (2015), yang disadur
dari ESC Guidelines For The Diagnosis And Treatment Of Acute And
Chronic Heart Failure 2012 yaitu :
Gejala Tanda
Tipikal: Spesifik:
✓ Sesak nafas ✓ Peningkatan JVP
✓ Ortopneu ✓ Refluks hepatojugular
✓ Paroxysmal nocturnal Dyspnoe ✓ Suara jantung S3 (gallop)
✓ Toleransi aktifitas yang ✓ Apex jantung bergeser ke lateral
berkurang ✓ Bising jantung
✓ Cepat lelah
✓ Begkak di pergelangan kaki
24
Manifestasi klinis Gagal Jantung Kiri dan Gagal Jantung Kanan menurut
Black (2014) yaitu :
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic test pada klien gagal jantung menurut PERKI
(2015) yang disadur dari ESC Guidelines For The Diagnosis And Treatment
Of Acute And Chronic Heart Failure (2012) yaitu:
1) Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dikerjakan pada semua pasien
diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal
jantung.
2) Foto Toraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen
toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan
dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memperberat sesak nafas.
3) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit,
kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan
urinalisis. Pemeriksaan tambahan laindipertimbangkan sesuai tampilan
klinis. Gangguan hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang
dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum
diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan
penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien dengan
terapi menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis
aldosterone.
4) Peptida Natriuretik
Terdapat bukti - bukti yang mendukung penggunaan kadar plasma
peptide natriuretik untuk diagnosis, membuat keputusan merawat atau
memulangkan pasien, dan mengidentifikasi pasien pasien yang berisiko
mengalami dekompensasi. Konsentrasi peptida natriuretik yang normal
sebelum pasien diobati mempunyai nilai prediktif negatif yang tinggi dan
membuat kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab gejala gejala
27
✓ Ekokardiografi transesofagus
Direkomendasikan pada pasien dengan ekokardiografi transtorakal
tidak adekuat (obesitas, pasien dengan ventlator), pasien dengan
kelainan katup, pasien endokardits, penyakit jantung bawaan atau
untuk mengeksklusi trombus di left atrial appendagepada pasien
fibrilasi atrial
✓ Ekokardiografi beban
Ekokardiografi beban (dobutamin atau latihan) digunakan untuk
mendeteksi disfungsi ventrikel yang disebabkan oleh iskemia dan
menilai viabilitas miokard pada keadaan hipokinesis atau akinesis
berat
Abnormalitas ekokardiografk yang sering dijumpai pada gagal Jantung:
29
8. Komplikasi
Komplikasi Gagal Ventrikel Kiri adalah Edema Paru Akut. Pada klien
dengan dekompensasi jantung berat, tekanan kapiler dalam paru menjadi
sangat meningkat karna cairan didorong dari darah sirkulasi ke interstitium
dan kemudian ke alveoli, bronkiolus dan bronkus. Hasil dari edema paru jika
tidak diterapi adalah kematian karna sulit bernapas.
Komplikasi Gagal Ventrikel Kanan adalah edema perifer dan kongesti
vvena pada organ akan terjadi. Pembesaran hati (hepatomegali) dan nyeri
abdomen dapat terjadi ketika hati mengalami kongesti/terbendung dengan
darah vena. Jika hal ini terjadi dengan cepat maka akan menyebabkan rasa
tidak nyaman yang parah. Klien dapat mengalami rasa sakit yang menetap
atau nyeri tajam di kuadran kanan atas. Pada gagal jantung kronis, sakit perut
biasanya menghilang.
Pada RVF berat, lobulus hati dapat menjadi terbendung oleh darah vena
sehingga menjadi anoksik. Anoksia akan menyebabkan nekrosis tubulus.
Pada gagal jantung jangka panjang, area nekrotik ini menjadi fibrotic dan
sklerotik. Sebagai hasilnya, terjadi suatu kondisi yang disebut sirosis kardiak,
ditandai dengan asites dan ikterus.
Anoreksia, nausea dan perut kembung terjadi sekunder karna kongesti
veena pada saluran gastrointestinal. Kombinasi kebutuhan metabolic yang
meningkat mengakibatkan penurunan massa jaringan yang disebut kaheksia
kardiak. Anoreksia dan nausea juga dapat terjadi akibat toksisitas digitalis.
Edema dependen adalah salah satu manifestasi awal RVF. Kongesti vena
pada dasar kapiler perifer menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler untuk mengatasi tekanan yang membanjiri dari protein plasma dan
pergeseran cairan keluar dari kapiler menuju ruangan interstitial dan
menyebabkan pitting edema. Pada klien yang berbaring, edema dapat terjadi
pada area presakral dan jika memburuk, akan berlanjut ke genitalia dan paha
medial. Distensi vena jugularis yang terjadi bersamaan membedakan edema
akibat gagal jantung dari edema akibat obstruksi limfatik dan sirosis.
Anasarka merupakan manifestasi lanjut dari edema substansial dan
luas/generalisata. Anasarka dapat melibatkan ekstremitas atas, area genitalia
30
dan dinding dada atau abdomen. Sianosis pada dasar kapiler kuku tampak jika
kongesti vena mengurangi aliran darah perifer (Black, 2014).
9. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non Farmakologi (PERKI, 2015):
a) Manajemen Perawatan Mandiri
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam
keberhasilan pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak
bermakna perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional,
kualitas hidup, morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan
mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang
dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan
gagal jantung.
b) Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan
kualitas hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien
yang taat pada terapi farmakologi maupun non-farmakologi
c) Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat
kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan
dosis diuretik atas pertmbangan dokter.
d) Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada
pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi
cairan rutin pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang
tidak memberikan keuntungan klinis.
e) Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan
gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal
jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup
f) Kehilangan berat badan tanpa rencana
31
CONTOH KASUS
1. Pengkajian
Nama Tn. K
Jenis Kelamin Laki-laki
Umur 65 Tahun
Status Perkawinan Menikah
Pekerjaan Buruh
Agama Islam
Pendidikan Terakhir SMP
Alamat Perumahan PGRI no.07 gunung bahagia Kec.
Balikpapan Selatan
Diagnosa Medis CHF + Edema paru + AF RVR + HT
Nomor Register 75.57.XX
MRS/ Tgl Pengkajian 05 Juni 2021 / 07 Juni 2021
Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri dada
41
T: hilang timbul
• inspeksi: bentuk dada normal tidak ada
kelainan CRT < 3detik, tidak ada
sianosis.
• palpasi: ictus cordis teraba di RIC V
(tepat pada posisinya, Akral Hangat.
• perkusi: batas atas bawah, kanan
dan kiri bunyi sonor
• auskultasi : BJ II-Aorta : Normal lup
dup, BJ II- Pulmonal : Normal lup dup.
kedua BJ II Aorta dan Pulmonal
ditimbulkan oleh penutupan katup-
katup aorta dan pulmonal menandakan
fase diastolik ventrikel.
BJ I-Trikuspidalis : Normal lup dup,
BJ I-Mitral Normal lup dup. kedua BJ
I Trikuspidalis dan Mitral ditimbulkan
oleh penutupan katup-katup mitral dan
trikuspidalis menandakan fase sistolik
ventrikel.
Tidak ada bunyi jantung
tambahan, terjadi kesan
kardiomegali .
Pasien tidak terpasang CVP, CRT
>50% Kardiomegali. Hasil
EKG
− sinus ritme ireguler : bisa
menunjukkan adanya hipoksia,
iskemia, dan regangan otot jantung
− QT-Prolangation : menunjukkan
dapat menyebabkan sinkop
− ST-T abnormal : menunjukkanadanya
infarks fase sub akut
46
Pengkajian psikososial
Persepsi pasien terhadap Pasien berpresepsi bahwa penyakitnya
penyakitnya cobaan dari tuhan
Eksresi pasien terhadap Ekspresi pasien terhadap sakitnya biasa
penyakitnya saja, karena pasien telah menerima
keadaannya
Reaksisaat berinteraksi Pasien kooperatif
Gangguan konsep diri Pasien tidak ada gangguan konsep diri
50
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Tanggal 13 November 2023
Hemotologi
Hemoglobin : 14,8
Leukosit : 9,37
Eritrosit : 5,10
Hematokrit : 44,7
Trombosit : 192
Indeks Eritrosit
MCV : 87,6
MCH : 29,0
MCHC : 33,1
RDW-CV : 13,5
Hitung jumlah Leukosit
51
Basofil : 0,5
Eosinofil : 3,8
Neutrofil : 69,1
Limfosit : L 19,4
Monosit : 7,2
Immature Granulocyte : 0,2
Jumlah limfosit : 1,82
NLR : H 3,55
Kimia Darah
Kalsium (ion) : 1,32
Natrium 138
Kalium : 4,2
Glicosa sewaktu : 148
Ureum darah : L 70
Hemotologi
Hemoglobin : 14,8
Leukosit : 9,37
Eritrosit : 5,10
Hematokrit : 44,7
Trombosit 192
Indeks Eritrosit
MCV : 87,6
MCH : 29,0
MCHC: 33,1
RDW-CV : 13,5
Hitung jumlah Leukosit
Basofil : 0,5
Eosinofil : 3,8
Neutrofil : 69,1
Limfosit : L 19,4
52
Monosit : 7,2
Immature Granulocyte : 0,2
Jumlah limfosit : 1,82
NLR : H 3,55
Kimia Darah
Kalsium (ion) : 1,32
Natrium 138
Kalium : 4,2
Glicosa sewaktu : 148
Ureum darah : L 70
Kreatinin darah : 1,15
GFR : L 65
Troponin T (hs) : HH 31,7
EKG Tanggal 7 juni 2021
Hasil :
Sinus Ritme Ireguler : bisa menunjukkan
adanya hipoksia, iskemia, dan regangan
otot jantung
QT – Prolangation : menunjukkan dapat
menyebabkan sinkop
ST-T abnormal : menunjukkanadanya
infarks fase sub akut
Gelombang Q abnormal : menunjukkan
adanya infark.
Radiologi Tanggal 13 Nov 2023
Photo Thorak
Hasil:
Kardiomegali dan edema basal paru
53
Data Objektif:
a. KU : sedang
b. Keadaan compos mentis
c. Tanda-tanda vital:
- TD: 107/77mmHg,
- Nadi : 102x/i,
- Pernafasan :22x/i,
- Suhu : 36,6°C.
- SpO2 : 98%
d. Pemeriksaan penunjang EKG
− Sinus Ritme Ireguler : bisa
menunjukkan adanya
hipoksia, iskemia, dan
regangan otot jantung
− QT - Prolangation :
menunjukkandapat
menyebabkan sinkop
− ST-T abnormal :
menunjukkanadanya
infarks fase sub akut
− Gelombang Q
abnormal :
menunjukkan adanya
infark.
e. Hasil Pemeriksaan
Penunjang
Hasil radiologi :
Kardiomegali dan edema
basal paru
3. Data Subjektif : Agen pencidera Nyeri akut (D.0077)
a. Pasien mengeluh nyeri pada fisiologis (nyeri dada)
Dada kiri
56
Diagnosa keperawatan
NO Diagnosa keperawatan
(SDKI)
1 (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret
yang tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
suara
nafas ronkhi, ortopnea.
2 (D.0008) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas otot jantung, dibuktikan dengan ortopnea, batuk.