Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG CHF

DI SUSUN OLEH:

Abd.Halid

Nurjayanti

Muh. Afif

Nurfaizah Ns Mapu

Renaldy Lumenteri

Dhanil Dhermawan

Murniyati Ndai

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

TAHUN AJARAN

2021/2022
A. Konsep Medis
1. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan pastofisiologi dimana gagal jantung
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak nafas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebkan
oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(difungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (difungsi sistolik)
(Sudoyo Aru,dkk 2009) di dalam (nurarif,a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompa darah secukupnya dalam memnuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).
2. Anatomi daan Fisiologi Jantung
a. Anatomi jantung
Sistem peredaran darah terdiri dari atas jantung, pembuluh darah, dan
saluran limfe. Arteri membawah darah dari jantung, vena membawah
darah ke jantung. Kapiler menggabungkan asteri dan vena, terentang
diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan
buangan. Dan disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan
ekstraseluler dan interstisial.
Kedudukan jantung berada dalam toraks, antara kedua paru-paru dan
dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke kanan.
Lapisan jantung terdiri atas 3 yaitu:

 Epikardium , yang merupakan lapisan terluar, memiliki struktur


yang sama dengan perikardium viseral.
 Miokardium , merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot
yang berperan dalam menemukan kekuatan kontraksi.
 Endokardium , lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katip jantung.

Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah


melalui bilik jantung, ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan
semilunar. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel.
Yang memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel
saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat systole
ventrikel. Katup ini terbagi atas 2 yaitu:

 Katup triskupidalis, memiliki 3 buah daun katup yang terletak


antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
 Katup biskuspidalis atau katup mitral, memiliki 2 buah katup
dan terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari
ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal, katup yang membatasi ventrikel
kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini memungkinkan
darah mengalir dari masing-masing ventrikel kiri ke arteri pulmonalis atau
aorta selama systole ventrikel dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu
diastole ventrikel.

Ruang jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,


ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara
organ kanan dan organ rongga kiri dipisahkan oleh septum.

b. Fisiologi Jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.
Dalam bentuk sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan
kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya karena
kontraksi bersamaan kedua ventrikel.
Pada siklus jantung, sistole (kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel
sehinggah ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari
ventrikel ke arteri. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun
katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan selama satu
menit. Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit
dan stroke volume. Isi sekuncup ditentukan oleh:
 Beban awal (pre-load)
 Daya kontraksi
 Beban akhir

3. Etilogi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokan sebagai berikut:
a. Disungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolik overload)
 Volume, defek spatum atrial, defek spantum ventrikel, dukus
arteriosus paten
 Tekanan, stenosis aorta, stenosis pulmonal. Koarktasi aorta
 Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolik overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (deman overload)

Menurut smeltzer (2012) dalam buku ajar keperawatan medical bedah,


gagal jantung disebkan dengan berbagai keadaan seperti:

a. Kelainan jantung otot


b. Ateroskloresis koroner
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
d. Penyakit jantung lain
e. Faktor sistemik

4. Manifestasi klinik
a. Gagal jantung kiri
1) Kongesti pulmonal :dispnea (sesak), batuk, krekels paru,
kadar saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung
tambahan bunyi jantung 3S bisah di deteksi melalui
auskultasi.
2) Dispnea saat beraktivitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksimal (PND)
3) Batu kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah)
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih
dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala
seperti: gangguan pemcernaan, pusing, sakit kepala, gelisa,
ansietas, sianosis, kulit pucat dingin dan lembab
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan
b. Gagal jantung kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehinggah tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.

5. Kalsifikasi gagal jantung


 Kelas 1 : tidak ada batasan, aktivitas fisik yang biasa tidak
menyebabkan dipsnea napas, palpitasi atau keletihan berlebihan
 Kelas 2 : gangguan aktivitas ringan, merasa nyaman ketika
beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan
palpitasi
 Kelas 3 : keterbatasan aktifitas fisik yang nyata, merasa nyaman
ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala
 Kelas 4 : tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa
tidak nyaman, gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada
saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika
melakukan aktivitas fisik apapun

6. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat
awal disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika
cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis
tertentu pada penurunan curah jantung.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini
gagal, maka volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Kelainan fungsi otot
jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit otot 21 21 degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik
atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan .

7. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai
berikut :
a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan
diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker,
angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis
aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan
konstipasi.
b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah
baring, perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan
kontrol faktor resiko.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart
Failure (CHF)
a. Pengkajian
i. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn A
2) Tempat/ tanggal lahir : Agam / 02-8-1954
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Status kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMU
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Batu Kambing IV nagari Agam
9) Diagnosa medis : CHF
10) Masuk Rs : 19 mei 2021
11) Dilakukan pengkajian : 20 mei 2021
ii. Identififkasi Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. J
2) Pekerjaan : IRT
3) Alamat : Batu Kambing IV nagari Agam
4) Hubungan : Istri
iii. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Sesak napas dan kelelahan
2. Riwayat keluhan utama
Klien masuk IGD RSUD pada tanggal 19 Mei 2021 pada pukul
13.00 WITA. Pasien mengatakan sesak napas ketika beraktivitas
dan selesai beraktivitas. Keluhan dirasakan sejak ± 1 minggu yang
lalu. Pasien juga mengatakan tubuhnya terasa lemah dan lelah
sebelumnya.

3. Riwayat penyakit
Klien sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit 2 bulan yang lalu
dengan keluhan yang sama. Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarganya yang menderita penyait yang sama dengan dirinya,
klien juga tidak mengetahui apakah keluarganya memiliki
penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes
militus dan asma.

iv. Pola Aktivitas Sehari- hari


1. Pola Nutrisi :
Sehat : makan 3x sehari habis, porsi sedang sedang menu nasi,
sayur, dan lauk seadanya. Klien sering mengkonsumsi gorengan
dan makanan bersantan.Sehari pasien minum 7-8 gelas sedang
( 2000 cc).

Sakit : diet DJ II 1800 kkal ML, 3x sehari berupa nasi lunak,


sayur dan lauk. Pasien hanya menghabiskan setengah dari porsi
makan.Selama sakit pasien minum 6 gelas sehari (1500 cc).
2. Pola Eliminasi :
Sehat : buang air kecil lebih kurang 7 kali sehari, warna putih
kekuningan.Buang air besar 1x sehari warna kuning konsistensi
lembek.
Sakit : saat sakit pasien uang air kecil melalui slank kateter
sebanyak 700 cc/hari, warna kecoklatan. buang air besar 1x sehari
warna kecoklatan, konsistensi agak keras.
3. Pola Istirahat dan Tidur
Sehat : tidur 5-6 jam perhari. Kualitas tidur nyenyak
Sakit : tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam hanya 4- 5
jam/ hari.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat : pasien bekerja sebagai petani di kampungnya. Pasien
kurang berolahraga karena kelumpuhan pada kaki dan tangan
sebelah kanan pasien.
Sakit : pasien bedres total di tempat tidur dan harus di
bantuoleh keluarga dan perawat.
5. Pola Bekerja
Sehat : bekerja sebagai petani, tetapi karena pasien menderita
stroke 11 tahun pasien tidak bisa bekerja seperti biasanya lagi.
Sakit : pasien tidak bisa bekerja.

v. Pemeriksaan Fisik (Secara Head to toe)


1. Keadaan umum : Lemah
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3) TTV : 100/70 mmHg, pernapasan 28x/menit, nadi
88x/menit dan suhu tubuh 36,8⁰ C. terpasang oksigen nasal kanule 3
L/menit
4) Kepala : Bentuk kepala oval simetris rambut tidak terdistribusi
dengan baik, ada sedikit uban, tidak ada benjolan dikepala serta
tidak ada nyeri tekan.

5) Mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran, konjungtiva


anemis, tidak ada edema pada pelpebra mata, tidak ada
gangguan penglihatan, pupil isokor normal apabila diberi
rangsangan cahaya
6) Hidung : simetris, tidak terdapat secret, tidak ada nyeri tekan,
terdapat cuping hidung saat bernapas, fungsi penciuman baik,
terpasang oksigen nasal kanule 3 L/menit.
7) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada cairan dan
serumen berlebih serta tidak ada nyeri tekan dan fungsi
pendengaran baik.
8) Mulut bibir simetris, mukosa bibir kering dan sianosis serta
warna bibir agak kehitaman, gigi tampak rapih, keadaan dalam
mulut tampak sedikit kotor, terdapat sedikit karang gigi,
beberapa gigi sudah copot,
9) Wajah : Simetris, tidak ada lesi, tampak pucat.
10) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, ada
pembesaran vega jugularis.
11) Thorax :
a) Inspeksi : simetris kiri kanan
b) Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
c) Perkusi : terdengar sonor
d) Auskultasi : bronkovesikuler
12) Jantung :
a) Inspeksi : iktus tidak terlihat
b) Palpasi : iktus teraba di RIC V
c) Perkusi : pekak, batas jantung 1 jari di bawah RIC VI
d) Auskultasi : regular, tidak ada bunyi tambahan
13) Abdomen :
a) Inspeksi : tidak asites, tidak ada lesi
b) Auskultasi : bising usus 10x/menit.
c) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba
perbesaran pada limpa dan hepar.
d) Perkusi : tympani
14) Ekstremitas atas : terpasang infus pada tangan kiri, akral
dingin, kemerahan pada telapak tangan, CRT < 3 detik

15) Ekstremitas bawah : edema pada kedua tungkai derajat I


kedalaman 3 mm, akral dingin, CRT <3 detik

vi. Pemeriksaan Penunjang


1. Rontgenthorax.
Berdasarkan hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal
17 Mei 2017 pasien mengalami kardiomegali.
2. Laboratorium
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 20 Mei 2021
menunjukkan nilai :
- Hemoglobin : 11,9 g/dl (N : 14-16)
- Leukosit : 16.360 /mm3(N : 5.000-10.000)
- Trombosit : 90.000/mm3 (N : 150.000-400.000)
- Hematokrit : 36 % (N : 40-48)
- Ph : 7, 43 (N : 7,35-7,45)
- PCO2 : 30 mmol/L(N: 35-45mmol/L)
- PO2 : 140mmol/L (N : 95-10mmil.L)
- HCO3- : 19,9 mmol/L.
vii. Terapi Obat
Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. A yaitu :
 Cairan NaCl 0,3
 Cairan NaCl 0,9 %
 Antaside Syrup
 Aspilet
 Metoclopramide
 Omeprazole
 Alprazolam
 Ranitidine
 Nebucombiven
a. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
DS : Perubahan Penurunan
1.
1. Pasien mengeluh sesak napas. afterload curah jantung

2. Pasien mengeluh kelelahan.


3. Pasien mengatakan terbangun
tidur pada malam hari akibat
sesak napas.
DO :
1. RR = 28 x/m
2. Nadi =88 x/m
3. Nadi perifer dangkal
4. Irama nadi tidak teratur
5. TD =100/70 mmHg
6. Nampak kelelahan
7. CRT >3 detik
Gambaran EKG takikardi
DS : Ketidakseimbang
2. Intoleransi
1. Pasien mengeluh lelah an antara suplai aktivitas
2. Pasien mengeluh sesak napas dan kebutuhan
saat/setelah aktivitas. oksigen.
DO :
1. Sesak napas saat dan setelah
beraktivitas
2. Keadaan umum lemah
3. barthel indeks terdapat
ketergantungan berat
4. ADL di tempat tidur
5. Terpasang oksigen nasal kanul
dosis 3 L/m.
Hemoglobin (HGB)=11,9 g/dl

a. Diagnosa Keperawatan
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
a. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan & kriteria


intervensi
o hasil
1. Penurunan curah setelah dilakukan tindakan  Identifikasi
jantung
keperawatan selama 2x24 sesak,kelelahan,
berhubungan
dengan perubahan jam diharapkan curah ortopnea, tekanan darah
aferload
jantung meningkat dengan dan CRT.
kriteria hasil :  Monitor TD,saturasi
 Lelah menurun. oksigen.
 Dispnea menurun.  Berikan dukungan
 Pucat/sianosis emosional dan spiritual
menurun.  Berikan oksigen untuk
 Tekanan darah mempertahankan saturasi
membaik. oksigen
 Capillary refill time
(CRT) membaik.

2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi defisit tingkat


aktivitas keperawatan selama 2x24
aktivitas
berhubungan jam diharapkan toleransi
dengan aktivitas meningkat dengan  Identifikasi kemampuan
ketidakseimbanga kriteria hasil :
 Frekuensi nadi berpartisipasi dalam
n suplai dan
kebutuhan membaik. aktivitas tertentu
oksigen  Saturasi oksigen
 Sepakati komitmen untuk
meningkat (96-
99%). meningkatkan frekuensi
 Keluhan lelah
dan rentan aktivitas.
menurun
 Dispnea menurun  Fasilitasi memilih
saat beraktivitas
aktivitas dan tetapkan
ringan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis dan sosial.

c. Implementasi Keperawatan
Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
21Mei 2021 Penurunan curah jantung Jam 08:30 WITA S:
berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi sesak, - Pasien
perubahan afterload
kelelahan ortopnea, tekanan mengatakan
darah dan CRT. masih
Jam 08:40 WITA merasakan
2. Memonitor Tekanan darah kelelahan.
dan saturasi oksigen. O:
Jam 08:50 WITA - Pasien masih
3. Memonitor tingkat toleransi terlihat sesak,
aktivitas lelah dan lemah.
Jam 09:00 WITA - Pasien masih
4. memonitor kecepatan aliran terlihat sianosis
oksigen - TD:100/70
Jam 09:10 WITA mmHg
5. Memberikan dukungan - N :86x/m
emosional dan spiritual - RR:26x/m
Jam 09:20 WITA - CRT >3 detik
6. Mempertahankan kepatenan
jalan napas A:
Jam 09:30 WITA Masalah belum teratasi
7. Menyiapkan dan mengatur
peralatan untuk pemberian P:
oksigen Lanjutkan intervensi
Jam 09:40 WITA
8. Memberikan oksigen nasal
kanul kepada pasien dosis
3L/m.
Jam 10:00 WITA
9. Menjelaskan rangkaian
fase-fase rehabilitasi
jantung
Jam 10:30 WITA
10. mengajarkan kepada pasien
cara menggunakan oksigen
yang benar.
Intoleransi aktivitas Jam 13:00 WITA S:
berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi defisit - Pasien
ketidakseimbangan antara tingkat aktivitas dan mengatakan
suplai dan kebutuhan
kemampuan pasien dalam masih lelah
oksigen
aktivitas. - Pasien
mengatakan
Jam 13:05 WITA
masih sesak saat
2. Mengidentifikasi efek aktivitas
perubahan posisi terhadap bertahap
status pernapasan. diberikan yaitu
posisi fowler
Jam 13:10 WITA
30⁰.
3. Memonitor status
O:
pernapasan pasien dan
tingkat toleransinya. - Pasien masih
terlihat sesak
Jam 13:20 WITA
dan lemah
4. Memilih aktivitas dan - Pasien masih
menetapkan tujuan aktivitas nampak sianosis
yang konsisten sesuai - TD : 100/60
kemampuan fisik, mmHg
psikologis dan sosial. - N : 90 x/m
- RR :28 x/m
Jam 13:25 WITA
- SPO2 :97%
5. Memberikan motivasi dan
A:
penguatan positif pada diri
pasien Masalah belum teratasi

Jam 13:40 WITA P:

6. Memberikan posisi semi- Lanjutkan intervensi


fowler 15⁰ dan sekaligus
memberikan terapi deep
breathing exercise pada
pasien selama ±15 menit.

Jam 14:00 WITA

7. Memberikan oksigen nasal


kanul dosis 3L/m setelah
selesai melakukan aktivitas
dan terapi deep breathing
exercise.

Jam 14: 30 WITA

8. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam/deep
breathing exercise.
22 Mei 2021 Penurunan curah jantung Jam 08:30 S:
berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi sesak,
perubahan afterload - Pasien
kelelahan ortopnea, tekanan
mengatakan
darah dan CRT.
kelelahannya
Jam 08:40
menurun.
2. Memonitor Tekanan darah
- Pasien
dan saturasi oksigen.
mengatakan
Jam 08:50
sesaknya
3. Memonitor tingkat toleransi
menurun saat
aktivitas
diberikan posisi
Jam 09:00
semifowler 60⁰.
4. memonitor kecepatan aliran
oksigen O:
Jam 09:10
- Sesak dan lemah
5. Memberikan dukungan
pada pasien
emosional dan spiritual
tidak ada terlihat
Jam 09:20
- Pasien terlihat
6. Mempertahankan kepatenan
tidak sianosis
jalan napas
- TD : 100/80
Jam 09:30
mmHg
7. Menyiapkan dan mengatur
- N : 84 x/m
peralatan untuk pemberian
- RR :24 x/m
oksigen
- SPO2 :98%
Jam 09:40
8. Memberikan oksigen nasal A :
kanul kepada pasien dosis
Masalah teratasi
3L/m.
P:

Pertahankan intervensi

Intoleransi aktivitas Jam 13:00 WITA S:


berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara 1. Mengidentifikasi defisit - Pasien
suplai dan kebutuhan tingkat aktivitas dan mengatakan
oksigen
kemampuan pasien dalam kelelahannya
aktivitas. menurun.
- Pasien
Jam 13:05 WITA
mengatakan
2. Mengidentifikasi efek sesaknya
perubahan posisi terhadap menurun saat
status pernapasan. diberikan posisi
semifowler 60⁰.
Jam 13:10 WITA
O:
3. Memonitor status
pernapasan pasien dan - Sesak dan lemah
tingkat toleransinya. pada pasien
tidak ada terlihat
Jam 13:20 WITA
- Pasien terlihat
4. Memilih aktivitas dan tidak sianosis
menetapkan tujuan aktivitas - TD : 100/80
yang konsisten sesuai mmHg
kemampuan fisik, - N : 84 x/m
psikologis dan sosial. - RR :24 x/m
- SPO2 :98%
Jam 13:25 WITA
A:
5. Memberikan motivasi dan
penguatan positif pada diri Masalah teratasi
pasien
P:
Jam 13:40 WITA
Pertahankan intervensi
6. memberikan posisi duduk
dan sekaligus memberikan
terapi deep breathing
exercise pada pasien selama
±15 menit.

Jam 14:00 WITA

7. Memberikan oksigen nasal


kanul dosis 3L/m setelah
selesai melakukan aktivitas
dan terapi deep breathing
exercise.

Jam 14: 30 WITA

8. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam/deep
breathing exercise.

Anda mungkin juga menyukai