Dosen Pengampu
Ns. Priyanto, M.Kep., Sp.Kep.MB.
PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2023
1. Definisi
Gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Kasron, 2012).
Menurut Nurkhalis and Adista, (2020) gagal jantung merupakan keadaan dimana
jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure) atau kemampuan
tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi (backward failure)
atau dapat pula keduanya.
Gagal jantung (Heart Failure) merupakan sindrom yang kompleks dimana jantung tidak
dapat memompa darah ke seluruh tubuh Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Menurut (Brunner & Suddarth (2017) gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi jaringan (Novela, 2019). Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif
adalah suatu kondisi patofisiologis dicirikan oleh adanya bendungan (kongesti) di paru atau
sirkulasi sistemik yang disebabkan karena jantung tidak mampu memompa darah yang
beroksigen secara cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Khairul &
Bachtiar, 2019).
2
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya diatas, dan
puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300
gram. Jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan
lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan. Jantung memiliki lapisan, terdiri dari 3 lapisan
yaitu:
a. Epikardium, merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang samma dengan perikardium
viseral.
b. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan dalam
menentukan kekuatan kontraks.
c. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel
yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.
Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, dan ventrikel
kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel
dipisahkan oleh katup satu arah. Antara organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
3
stress fisiologis. Menurut Kasron (2016) terdapat mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung meliputi keadaan-keadaan:
a. Preload (beban awal)
Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung.
b. Kontraktilitas
Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya regangan serabut jantung.
c. Afterlood (beban akhir)
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri. Pada keadaan gagal jantung, bila salah
satu/lebih dari keadaan diatas terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi
keadaa yang menyebabkan preload meningkat contoh regurgitasi aorta, cacat septum
ventrikel. Menyebabkan afterlood meningkat yaitu pada keadaan stenosis aorta dan
hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada Infark miokardium dan kelainan
otot jantung. Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi menurunnya
kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi
menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang
ke ginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya
terbentuk angiotensin II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan
menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan
ektraintravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan
selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang
interstial. Proses ini timbul masalah seperti nokturia dimana berkurangnya vasokontriksi
ginjal pada waktu istirahat dan juga terdistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring.
Gagal jantung berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat menimbulkan
gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia.
Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak masuk ke jantung),
menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan
CO2 antara udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi
peningkatan CO2, yang
akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu
4
gejala sesak napas (dyspenea), ortopnea (dyspenea saat berbaring) terjadi
apabila aliran darah dari ekstremitas meningkatkan aliran balik vena ke
jantung dan paru-paru. Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan
hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan. Suplai darah yang kurang di daerah otot
dan kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta timbul gejala letih, lemah, lesu
(Kasron, 2016).
5
4) Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif
atau stenosis AV),peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis
aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
5) Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagaljantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia
dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik
ataumetabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
5. Manisfestasi Klinis Gagal Jantung Menurut Kasron (2012), manifestasi klinik dari CHF
tergantung ventrikel mana yang terjadi (Damayanti, 2021).
1. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
a) Dispnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu pertukaran gas dan dapat
mengakibatkan ortopnea (kesulitan rnafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal
nokturnal dispnea (PND).
b) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
c) Sianosis
Terjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad failure) pada ventrikel kiri
menimbulkan tandatanda berkurangnya perfusi ke organ-organ seperti : kulit, dan otot-
otot rangka.
d) Batuk
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu
batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai
6
bercak darah. Batuk ini disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan
pada bronki.
e) Denyut jantung cepat (Takikardi)
Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk menutupi fungsi pompa yang hilang,
irama gallop umum dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
7
ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan aktifitas fisik apapun
(NYHA,2016)
8
jarang terjadi pada pasien yang tidak diobati dengan gejala ringan sampai sedang, hal itu
dapat terjadi, terutama pada mereka yang menggunakan diuretik dan/atau ACE-
inhibitor. ARB (angiotensin receptor blocker), ARNIs (angiotensin receptor nephrin
inhibitors),inhibitor enzim, antagonis aldosteron, atau I (angiotensin converting agents).
4) Ekokardiografi
Semua metode pencitraan ultrasound jantung, seperti Doppler warna, Doppler jaringan,
dan Doppler gelombang berdenyut dan kontinu, secara kolektif disebut sebagai
ekokardiografi (TDI). Ketika seorang pasien memiliki kecurigaan mengalami gagal
jantung, ekokardiografi harus digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis gagal jantung
dan/atau insufisiensi jantung. Pengukuran fungsi ventrikel digunakan untuk
membedakan antara HFREF dan HFPEF.Saat menentukan penyebab gagal jantung
dengan fraksi ejeksi normal, ekokardiografi sangat penting. Tiga persyaratan harus
dipenuhi oleh diagnosis :
Menampilkan gejala atau tanda gagal jantung
Fungsi sistolik ventrikel kiri yang normal atau hanya sedikit terganggu (fraksi
ejeksi > 45-50%)
Gejala disfungsi diastolik (kelainan pada diastol ventrikel kiri atau kekakuan
diastolik)
Peningkatan konsentrasi peptida natriuretik (PERKI, 2020).
Penatalaksanaan Gagal Jantung
9. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis.
a. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat / pembatasan aktivitas.
b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung :
Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema,
dan aritmia.
Digitalisasi.
i. Dosis digitalis
a. Digoksin oral untuk digitaliasi cepat 0,5 mg dalam 4-6 dosis
selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2-4 hari.
b. Digoksin IV 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c. Cedilanid IV 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
ii. Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.
Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
9
iii. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut
yang berat :
Digoksin 1-1,5 mg IV perlahan-lahan.
Cedilanid 0,4-0,8 mg IV perlahan-lahan.
c. Terapi diuretic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hipontremi dan hipokalemia.
d. Terapi vasodilator : obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap pemompaan darah.oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri
dapat diturunkan.
a.
11
Pasien dengan CHF, bisa mengalami pusing, disorientasi, penurunan
kesadaran.
d. Bladder (B4)
Penderita CHF umumnya akan terjadi penurunan volume urine, urine berwarna
pekat, dan nokturia.
e. Bowel (B5)
Penderita CHF biasanya mengalami kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
penambahan berat badan signifikan.
f. Bone (B6)
Penderita CHF, biasanya mengalami kelemahan serta penurunan aktivitas (Sari,
2018).
12
10. Perencanaan Keperawatan (menggunakan SIKI dan SLKI).
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
Dx
1 SLKI : Pola Nafas SIKI : Manajemen Jalan Nafas.
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas.
keperawatan selama 1 x 60 menit 2. Monitor bunyi nafas.
pola nafas efektif dengan kriteria 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
hasil 4. Posisikan semifowler.
1. Penggunaan otot bantu 5. Berikan oksigen jika perlu.
nafas menurun. 6. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
2. Frekuensi nafas 20-26 x/ jika perlu.
menit. 7. Kolaborasi pemberian
3. Pernafasan cuping hidung diuretic jika perlu.
tidak ada.
13
5. Berikan teknik non farmakologis (teknik
nafas dalam).
6. Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri.
7. Fasilitasi istirahat dan tidur.
8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
9. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu.
14
3 SLKI : Pertukaran gas. Setelah SIKI : Terapi Oksigen F
i
dilakukan tindakan 1. Monitor kecepatan aliran oksigen.
l
keperawatan selama 1x24 jam, 2. Monitor posisi alat terapi oksigen. a
pertukaran gas efektif dengan 3. Monitor efektifitas terapi oksigen
kriteria hasil : dengan oxymetri dan
1. PCO2 membaik. cek AGD.
2. PO2 naik. 4. Monitor tanda hipoventilasi.
3. Dispnea menurun. 5. Monitor tingkat kecemasan.
4. Takikardi membaik. 6. Monitor tanda toksikasi oksigen.
5. Sianosis menurun. 7. Pertahankan kepatenana jalan nafas.
8. Bersihkan sekret jika perlu.
9. Berikan oksigen tambahan jika
perlu.
10. Ajarkan keluarga
menggunakan oksigen dirumah.
11. Kolaborasi penentuan
11. dosis oksigen.
15
4 SLKI : Curah jantung SIKI : Perawatan Jantung Fila
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda primer
keperawatan selama 3 x 24 penurunan curah jantung
jam, penurunan curah jantung (dispnea, kelelahan,
teratasi dengan kriteria hasil : peningkatan CVP).
1. Takikardia membaik. 2. Identifikasi tanda
2. Distensi vena jugularis sekunder penurunan
menurun. curah jantung
3. Edema berkurang (kapiler (peningkatan berat
refil kurang dari 2 detik). badan, hepatomegali,
4. Sianosis berkurang. oliguria, distensi vena
5. Orthopnea berkurang. jugularis).
3. Monitor tekanan darah.
4. Monitor intake dan
output.
5. Monitor berat badan
setiap hari.
6. Monitor saturasi
oksigen.
7. Monitor keluhan nyeri
dada.
8. Monitor EKG 12 LEAD.
9. Monitor aritmia.
10. Monitor enzim jantung.
11. Posisikan semifowler.
12. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres,
jika perlu.
13. Berikan dukungan
16
emosional dan spiritual.
14. Berikan oksigen.
15. Anjurkan berhenti
merokok.
16. Anjurkan membatasi
cairan.
17. Kolaborasi pemberian
antiaritmia.
18. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung.
17
5 SLKI : Keseimbangan SIKI : Pemantauan Fila
cairan Cairan.
Setelah dilakukan tindakan 2 x 1. Monitor frekuensi dan
24 jam, cairan seimbang kekuatan nadi.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi nafas.
1. Edema menurun. 3. Monitor tekanan darah.
2. Asites menurun. 4. Monitor berat badan.
3. Berat badan membaik. 5. Monitor pengisian
4. Turgor kulit elastis. kapiler refil.
6. Monitor elastisitas
turgor kulit.
7. Monitor jumlah, warna,
dan berat jenis urine.
8. Monitor kadar albumin.
9. Monitor intake dan
output cairan.
10. Identifikasi tand-tanda
hipervolemia.
11. Dokumentasi hasil
pemantauan.
12. Jelaskan tujuan dan
prosedure pemantauan.
13. Informasikan hasil
18
pemantauan, jika perlu.
3. Evaluasi.
1) Pola nafas tidak efektif teratasi.
2) Nyeri akut teratasi.
3) Gangguan pertukaran gas teratasi.
4) Penurunan curah jantung teratasi.
5) Hipervolemia teratasi.
6) Resiko perfusi serebral tidak efektif teratasi.
7) Intoleransi aktivitas teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
1
Aritonang, Yanti Anggraini. 2019. “Gambaran Frekuensi Pernafasan Pada Pasien
Gagal Jantung Fungsional Kelas Ii & Iii Di Jakarta.” Jurnal Ilmiah
Widya 6:1–6.
Kemenkes RI. 2014. “Situasi Kesehatan Jantung.” Pusat data dan informasi
kementerian kesehatan RI: 3. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-jantung.pdf.
2
Munirwan, Haris, and Onna Januaresty. 2020. “Penyakit Jantung Hipertensi Dan
Gagal Jantung.” Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 3(80): 4.
Nurkhalis, and Rangga Juliar Adista. 2020. “Manifestasi Klinis Dan Tatalaksana
Gagal Jantung.” Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 3(3): 36–46.
Purwowiyoto SL. Obstructive Sleep Apnea dan Gagal Jantung. J Kedokt Yars.
2017;25(3):172–83.
Saida, Haryati, and La Rangki. 2020. “Kualitas Hidup Penderita Gagal Jantung
Kongestif Berdasarkan Derajat Kemampuan Fisik Dan Durasi Penyakit.”
Faletehan Health Journal 7(02): 70–76.
Sari, Dewi Ita. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Congestive Heart
Failure (CHF) di Ruang Flamboyan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Poltekkes Riau: Laporan Tugas Akhir
Savarese, G. & Lund, L. H. 2017. Global Public Health Burden of Heart Failure.
73 Cardiac Failure Review, 3 (1). 7–11.doi: 10.15420 /cfr. 2016:25:2
3
Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan. 1st ed. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.