Disusun Oleh :
Weni Shelomita, S.Kep
NIM : 1810105040
1. Definisi
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat
a. Anatomi Jantung
dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara
makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam
rawan konstal.
bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup
ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat
yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis
atau katup mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara atrium
ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini
pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik ke
ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara
b. Fisiologi Jantung
bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya
relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat
sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke
arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber
satu menit. Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit
b) Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung
dari pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang
akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka
jantung. pada keadaan pre- load terjadi pengisian besar pula volume
2. Daya kontraksi
jantung.
3. Beban akhir
b) Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
3. Etiologi
(Aspani, 2016) :
a. Disfungsi miokard
paten
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
kardiomiopati.
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
b. Aterosklerosis koroner
(after load)
e. Faktor sistemik
4. Manifestasi Klinis
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari
sirkulasi vena.
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
5) Kelemahan
5. Klasifikasi Gagal Jantung
6. Patofisiologi
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan
curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir
normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
kontraktilitas jantung.
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel
kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah
ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
Sumber :
SDKI, 2017
0
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal
c. Ekokardiografi
bersama EKG)
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi
h. Analisa gas darah: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
0
merupakan indikasi
8. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi :
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
hemodinamik.
4) Disability
15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal,
lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga
b. Pengkajiann sekunder
1) Keluhan utama
b) Lelah, pusing
c) Nyeri dada
f) Urine menurun
0
ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih
5) Pengkajian
kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat
beraktifitas.
penyakit paru.
d) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
0
kulit/dermatitis
6) Pemeriksaan fisik
b) Tanda-tanda Vital :
c) Nadi
takikkardi)
d) Pernapasan
aktivitas
e) Suhu Badan
kanan
hepertrofi ventrikel
sinistra
permulaan systole
permulaan diastole.
9) Pemeriksaan penunjang
tahap lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan
pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
alveolus-kapiler
iskemia)
d. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI
adalah
2.Pola nafas tidak efektif b.d Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)
hambatan upaya nafas (mis: Setelah dilakukan tindakan 2.1Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
nyeri saat bernafas) keperawatan diharapkan pola usaha nafas)
nafas membaik. 2.2Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gagling, mengi,
Wheezing, ronkhi)
Kriteria hasil : 2.3Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
(pola nafas L.01004) 2.4Posisikan semi fowler atau fowler
1. Frekuensi nafas dalam 2.5Ajarkan teknik batuk efektif
rentang normal 2.6 Kolaborasi pemberian bronkodilato, ekspetoran,
2. Tidak ada pengguanaan mukolitik, jika perlu.
otot bantu pernafasan
3. Pasien tidak menunjukkan
tanda dipsnea
0
e. Implementasi
f. Evaluasi
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
DAFTAR PUTAKA
Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart
Gledis, M., & Gobel, S. (2016). Hubungan Peran Perawat Dengan Tingkat Kepuasan
Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate
Melanie, R. (2012). Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap Kualitas Tidur dan
Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP Dr.
Kualitas Tidur Dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat
https://doi.org/10.32493/informatika.v3i2.1431.
Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2017). Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kiteria Hasil
Kedokteran. EGC.
Pusat Data dan Informasi. (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data
Smeltzer,S. C., Bare, B. G.,2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Brunner &
Starry Homenta, R. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
West, Richard & Lynn H. Turner. (2017). Pengantar Teori Kegawatdaruratan. Jakarta:
Salemba Humanika.
P=Show_Detail&Id=4312&Keywords=Yani+Wulandari
0
FORMAT BIMBINGAN