P
DENGAN APPENDISITIS DENGAN MENGAAPLIKASIKAN
TERAPI TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI DI RUANGAN
WIJAWA KUSUMA RUMAH SAKIT TK.III WIRASAKTI
KUPANG
OLEH
NIM: 68202821
KUPANG
2022
i
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Nn.P
DENGAN APPENDISITIS DENGAN MENGAAPLIKASIKAN
TERAPI TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI DI RUANGAN
WIJAWA KUSUMA RUMAH SAKIT TK.III WIRASAKTI
KUPANG
OLEH
NIM: 68202821
KUPANG
2022
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dengan baik. Penulis KIAN
ini dilakukan dalam rangka memenuhi satu syarat untuk mencapai gelar Ners, Penulis menyadiri
bahwa, tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya menyelesaikan
karya ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ketua Yayasan Maranatha NTT, Bapak Alfred Selan Atas dukungannya
2. Stefanus M. Kiik. S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.,Kep.Kom selaku Ketua STIKes Maranatha
Kupang yang telah memfasilitas.
3. Wakil ketua I,II,III STIKes yang telah memfasilitasi
4. Ketua Program Studi Profesi Ners Ni Made Merlin. S.Kep.Ns.,M.Kep yang telah
memfasilitasi keberlangsungan KIAN ini.
5. Pembimbing akademik saya Ibu Irlin Falde Riti. S.Kep.,Ns.,M.kes yang selalu memotivasi
penulis.
6. Serly Sani Mahoklory. S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya selama penyusunan KIAN.
7. Koenelis Nama Beni. S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Penguji yang telah memberikan masukan
yang kritis.
8. Seluruh pengajar yang selalu memberikan motivasi serta dukungan
9. Tenaga Pendidikan yang selalu memberikan motivasi serta dukungan.
10. Kedua Orang tua saya, saudara-saudara dan keluarga besar yang senantiasa memberikan
dukungannya.
11. Teman-teman seangkatan Profesi Ners yang senantiasa memberikan dukungan kepada
saya.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis
vi
vii
ABSTRAK
Nama : Kornelia Paskarika Jenggo Sala
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN :Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Nn.P dengan
Appendisitis dengan Mengaplikasikan Terapi Teknik Relaksasi
Genggam Jari Di Ruangan Wijaya Kusuma Rumah Sakit Tk. III
Wirasakti Kupang
Latar Belakang : Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mangakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun. Tujuan
dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk mengaplikasikan terapi non-
farmakologis teknik relaksasi genggam jari untuk mengurangi nyeri Appendistis. Metode:
penulisan ini menggunakan Studi kasus desain deskriptif dengan pendekatan studi kasus
berdasarkan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisis data, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluai. Intervensi: keperawatan yang dilakukan
pada pasien Appendisitis adalah mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri
yaitu menganjurkan klien untuk melakukan teknik geggam jari. Hasil: Hasil menunjukkan adanya
penurunan skala nyeri setelah dilakukan intervensi pemberian teknik relaksasi genggam jari.
Dengan selisih penurunan yaitu skala nyeri 1 dari hari pertama hingga hari ketiga setelah
pemberian intervensi. Kesimpulan dan Rekomendasi: pemberian intervensi keperawatan dengan
teknik genggam jari pada pasien Appendisitis dapat memberikan perasaan nyaman, lebih rileks
sehingga mampu membebaskan mental dan fisik dari ketegangan stress dan dapat meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Rekomendasi Hasil karya ilmiah ini adalah dengan terapi teknik
genggam jari untuk menurunkan nyeri pada pasien Appendisitis
viii
ABSTRACT
Title KIAN :Medical Surgical Nursing Care for Ms.P with Appendicitis by
Applying Finger Clasp Relaxation Technique Therapy in the Wijaya Kusuma
Room, Tk Hospital. III Wirasakti Kupang
infection can cause acute inflammation and require immediate surgery to prevent complications.
This disease can affect all ages, both men and women, but more often affects men aged 10-30
years. The purpose of writing this final scientific paper is to apply non-pharmacological therapy
with finger grip relaxation techniques to reduce appendicitis pain.. Method: This writing uses a
descriptive case study design with a case study approach based on nursing care which includes
evaluation. Nursing interventions: performed on patients with appendicitis are teaching non-
techniques. Results: The results showed a decrease in the pain scale after the intervention of
giving finger grip relaxation techniques. With the difference in the decrease, namely the pain
scale 1 from the first day to the third day after the intervention. Conclusions and
appendicitis patients can provide a comfortable, more relaxed feeling so as to free mental and
physical stress from tension and can increase pain tolerance. Recommendations The results of this
scientific work are finger gripping technique therapy to reduce pain in appendicitis patients
KATA PENGANTAR............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKAS ......................................................................... vii
x
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................................... 13
2.2.1 Pengkajian .......................................................................................................... 13
2.2.2 Diagnosa ............................................................................................................. 14
2.2.3 Intervensi ............................................................................................................ 15
2.2.4 Implementasi....................................................................................................... 17
2.2.5 Evaluasi .............................................................................................................. 17
2.3 Konsep Evidence Based Nursing Yang Diterapkan .................................................... 17
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULAN
1
Gejalanya mencakup demam dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi, dan nyeri abdomen
atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Ridwan, 2013).
Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan teknik non farmakologi. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Sulung da Dian (2017) teknik relaksasi genggam jari dapat
mengurangi nyeri. Menggenggam jari mampu menghangatkan titik-titik keluar dan
masuknya energi pada meridian yang ada pada jari-jari tangan. Intensitas nyeri akan
mengalami perubahan akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang telah mencapai
otak (Sulung & Dian, 2017)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
“ Tujuan umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah
untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada Klien dengan
Appendisitis yang mengalami masalah nyeri dengan mengaplikasikan
terapi teknik relaksasi genggam jari di Ruangan Wijaya Kusuma Rumah
Sakit Wirasakti Kupang tahun 2022
2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Melalui kegiatan penulisan Karya Ilmiah Akhr Ners ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
penulis tentang asuhan keperawatan dengan masalah appendisitis,
selain itu Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat menjadi
salah satu cara penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
di dalam perkuliahan khususnya Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Appendisitis.
1.4.2 Bagi Lahan Praktik
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada bidang pelayanan kesehatan mengenai Asuhan
Keperawatan pada pasien berdasarkan penerapan evidence based
nursing sehingga dapat menjadi perantara untuk mengatasi masalah
klien dalam proses penyembuhan
1.3.3 Bagi instutusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan
dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang
1.5 Metode
Studi kasus ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan studi kasus
berdasarkan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisis data,
perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi . Subjek
studi kasus sebanyak 1 pasien yaitu pasien post op Appendictomy H+1, skala nyeri
dengan rentang skala 5 Studi kasus ini dilakukan di ruang Wijaya Kusuma Rumah
Sakit Wirasakti Kupang tahun 2022.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mangakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi ( Hardhi K, Amin
H,N. 2015) . Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Wedjo,
2019).
Apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut
kuadran kanan bawah. Laki-laki lebih banyak terkena daripada wanita, remaja
lebih banyak dari orang dewasa, insiden tertinggi adalah mereka yang berusia 10
sampai 30 tahun (Baughman, Hackley, 2016). Appendisitis hanya dapat
disembuhkan dengan mengobati usus buntu melalui pembedahan appendiks yang
terinfeksi. Appendiktomi dilaksanakan segera mungkin untuk mengurangi resiko
perforasi lebih lanjut, seperti peritonitis atau abses (Waisani & Khoiriyah, 2020).
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya Appendisitis sebenarnya masih dalam
perdebatan, namun diyakini bahwa penyebab utama terjadinya Appendisitis
adalah sumbatan di lumen apendiks. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh
fekalit, hyperplasia kelenjar limfoid, benda asing, parasit dan tumor.
Tersumbatnya apendiks menyebabkan penumpukan cairan di dalam lumen,
karena kapasitasnya yang kecil maka terjadi peningkatan tekanan
intraluminal dan dilatasi dengan cepat (Bhangu et al.,2015; Petroianu dan
Barroso, 2016). Saat tekanan intraluminal mencapai lebih dari 85 mmHg,
terjadi peningkatan tekanan pada vena sedangkan aliran dari arteri masih
berlanjut.
4
Hal ini mengakibatkan gangguan pada aliran vaskular dan limfatik
yang menyebabkan pembengkakan dan iskemia pada apendiks. Mukosa
mengalami hipoksia dan mulai membusuk, mengakibatkan invasi dari
bakteri intraluminal pada dinding apendiks. Bakteri yang biasa
mengakibatkan Apendisitis adalah Escherichia coli (76%), Enteroccocus
(30%), Bacteroides (24%) dan Pseudomonas (20%) (Petroianu danBarroso,
2016).
Infeksi menyebabkan peradangan yang dapat meluas ke serosa,
peritoneum parietal, dan organ lain yang berdekatan. Peradangan ini
menstimulasi ujung saraf aferen dari T8-T10 menghasilkan nyeri alih di
daerah epigastrik dan periumbilikus. Nyeri ini biasanya akan bergeser dan
kemudian menetap di kuadran kanan bawah. Jika hal ini terus dibiarkan
aliran darah pada arteri akan terganggu dan menyebabkan infark.
(Petroianu dan Barroso, 2016). Apendsitis akut diklasifikasikan menjadi 2
kelompok, yaitu :
1) Non complicated : peradangan pada apendiks tanpa disertai
perforasi, abses, gangrene, maupun abses disekitar apendiks.
2) Complicated : peradangan pada apendiks yang disertai perforasi,
abses atau gangrene, atau adanya abses periapendikular (Bhangu et al.,
2015; Petroianu dan Barroso, 2016).
2.1.3 Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
appendiks, hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding
appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
5
saat inilah terjadi appendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
appendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
appendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi appendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah appendiks hingga
timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate appendikularis.
Peradangan pada appendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Pada anak-anak omentum lebih pendek appendiks lebih
panjang, maka dinding appendiks lebih tipis, ditambah dengan daya tahan
tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah (Ariawan, 2014).
6
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan
appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah
1. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-
mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung
pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau mikroperforasi
ditutupi oleh omentum. Operasi appendektomi untuk kondisi abses
apendiks dapat dilakukan secara dini (appendektomi dini) maupun tertunda
(appendektomi interval). Appendektomi dini merupakan appendektomi
yang dilakukan segera atau beberapa hari setelah kedatangan klien di
rumah sakit. Sedangkan appendektomi interval merupakan appendektomi
yang dilakukan setelah terapi konservatif awal, berupa pemberian
antibiotika intravena selama beberapa minggu.
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga
bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam
pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam setelah 24 jam. Perforasi
dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang
timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak
toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya peritonitis. Perforasi
memerlukan pertolongan medis segera untuk membatasi pergerakan lebih
lanjut atau kebocoran dari isi lambung ke rongga perut. Mengatasi
peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk memperbaiki perforasi, mengatasi
sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus mengangkat bagian dari organ
yang terpengaruh.
7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium untuk Apendisitis terdiri dari pemeriksaan
darah lengkap dan pemeriksaan protein reaktif. Pada pemeriksaan darah
lengkap yang dijadikan penanda untuk apendisitis akut adalah
leukositosis dan neutrofilia. Peningkatan sel darah putih lebih dari
10.000/ml menandakan Apendisitis sederhana, sedangkan peningkatan
lebih dari 18.000/ml menandakan Apendisitis dengan perforasi.
Peningkatan C-reactive protein (CRP) biasanya terjadi pada Apendisitis
yang gejalanya telah timbul lebih dari 12 jam. Dari kombinasi ketiga
temuan tersebut dapat meningkatkan sensitifitas diagnosis untuk
Apendisitis akut sebesar 97%- 100% (Petroianu, 2012; Sevinc, 2016).
2. Pemeriksaan Radiologi
a) Apendikogram
Pemeriksaan apendikogram dilakukan dengan meminta pasien
untuk meminum cairan kontras kemudian dilakukan pengambilan
hasil X-ray
b) USG
Alat yang paling sering digunakan sebagai
penunjang diagnosis Appendisitis adalah USG. (Hussain et al.,
2014)
9
Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.Tindakan pembedahan dapat menimbulkan
luka insisi sehingga pada klien post operatif apendiktomi dapat terjadi
resiko infeksi luka operasi.
3. Pasca Operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan. Klien
dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila dalam 12
jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal.
11
2.2.3. Intervensi Keperawatan
Terapeutik :
4. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Fasilitasi istirahat dan tidur.
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Edukasi :
7. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri .
Kolaborasi :
9. Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314).
dengan kurang keperawatan tingkat Observasi :
terpapar informasi ansietas (L.01006) 1. Identivikasi saat tingkat ansietas
(D.0080) menurun dengan Kriteria berubah.
Hasil : 2. Monitor tanda tanda ansietas
1. Verbalisasi kebingungan verbal non verbal.
menurun. 3. Temani klien untuk mengurangi
2. Verbalisasi khawatir kecemasan jika perlu.
akibat menurun. 4. Dengarkan dengan penuh
3. Prilaku gelisah menurun. perhatian.
4. Prilaku tegang menurun 5. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan.
6. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami.
13
2.3 Konsep Evidence Based Nursing Yang Diterapkan (Teknik Relaksasi Genggam
Jari)
2.3.1 Pengetian
Teknik relaksasi genggam jari merupakan upaya tindakan non farmakologis
dalam manajemen nyeri. Teknik genggam jari merupakan kombinasi antara
relaksasi nafas dalam dan genggam jari tangan.
2.3.2 Manfaat
Teknik relaksasi genggam jari memberikan perasaan nyaman, lebih rileks
sehingga mampu membebaskan mental dan fisik dari ketegangan stress dan
dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Hasaini, 2019)
2.3.3 Langkah-langkah
Langkah-langkah terapi relaksasi genggam jari yaitu dangan cara ciptakan
lingkungan yang tenang, mengatur posisi pasien, lalu menggenggam jari satu
persatu mulai dari ibu jari sampai jari kelingking Genggam jari dilakukan
selama 3 menit perjari. Teknik Relaksasi Genggam Jari dilakukan sebelum 1
jam pemberian obat anti nyeri Ketorolac
2.3.4 Metode
Studi kasus ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan studi
kasus berdasarkan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, analisis
data, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi . Subjek studi kasus sebanyak 1 pasien yaitu pasien post op
Appendictomy H+1, skala nyeri dengan rentang skala 5 Studi kasus ini
dilakukan di ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Wirasakti Kupang tahun
2022.
2.3.5 Hasil
Hasil menunjukkan adanya penurunan skala nyeri setelah dilakukan
intervensi pemberian teknik relaksasi genggam jari. Dengan selisih penurunan
yaitu skala nyeri 1 dari hari pertama hingga hari ketiga setelah pemberian
intervensi. Pada hari peratama pemberian terapi pasien mengatakan skala
nyeri 4, tetapi setelah 3 hari terjadi penurunan skala nyeri dengan skala nyeri
1
14
BAB III
Telp/Fax : 0380-8552971
IDENTITAS
Nama Pasien : Nn.P Penanggung jawab Biaya : BPJS
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Alamat : Naikolan
15
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengatakan nyeri sejak 3 hari sebelum MRS, pasien
merasa nyeri di perut kanan bawah, pada malam ke-3 pasien
merasa sangat nyeri, nyeri seperti tertusuk benda tajam, nyeri
hilang timbul sehingga keluarga pasien mengantar pasien ke UGD
RST.Wirasakti Kupang
P: Apendisitis
S: 4
T: Hilang timbul
16
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya tidak
Genogram (3 generasi):
Ket:
Laki-laki
Perempuan
Garis Perkawinan
Garis Keurunan
Meninggal
Pasien
Koma
17
2. Sistem Pernapasan
Sekret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau :-
Ronki Wheezing
Lain-lain :
gallop
18
e. Akral hangat panas dingin kering basah
Lain-lain :
4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 15 , E= 4, V= 5 , M= 6
5. Sistem perkemihan
19
Gross hematuri :- Poliuria : -
Disuria :- Oliguria:-
Retensi :- Hesistensi :-
Anuria :-
6. Sistem pencernaan
e. Peristaltik :. 15 x/menit
Lain-lain:
b. Kekuatan otot 5 5
5 5
e. Fraktur ya tidak
8.Sistem Endokrin
21
Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Lain-lain:
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Lain-lain:
22
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
d. Merokok : ya tidak
e. Alkohol : ya tidak
lain-lain :
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
lain-lain :
23
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium )
24
TERAPI
25
B. ANALISA DATA pre Op
26
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Pre OP
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238).
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
agen pencedera diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi ,
fisiologi (inflamasi nyeri (L.08066) dapat karakteristik, durasi,
appendicitis).(D.0077) menurun dengan frekuensi, kulaitas nyeri,
Kriteria Hasil : skala nyeri, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi respon nyeri non
menurun. verbal.
2. Meringis menurun Terapeutik :
3.Sikap protektif 3. ajarkan teknik
menurun. nonfarmakologis untuk
4. Gelisah menurun. mengurangi rasa nyeri.
4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
.
Edukasi :
5. Jelaskan strategi meredahkan
nyeri
6. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
27
lama dan sulit pencahar jika perlu
menurun
-Mengejan saat
defekasi menurun
-Nyeri abdomen
menurun
-Konsestensi feses
membaik
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pre Op
No Hari/Tggl Diagnosa Impelementasi Evaluasi
Keperawatan (SOAP)
1. Senin, Nyeri akut 08.30: Identifikasi lokasi S:pasien
berhubungan dengan karakteristik,durasi,
29/08/22 mengatakan
agen pencedera frekuensi, kulaitas nyeri,
fisiologi (inflamasi skala nyeri, intensitas nyeri pada perut
appendisitis).(D.0077) nyeri
kanan bawah
09.00: Identifikasi berkurang
respon nyeri non verbaL O:Pasien
mengeluh nyeri
09.30 Menelaskan Pasien tampak
peneyebab dan pemicu meringis
nyeri TD : 110/80
mmHg
N : 108x/menit
10.00 Mengajarkan RR : 20x/menit
teknik relaksasi utuk S : 36,6°c
28
mengurangi nyeri ( SpO2 : 99%
genggam jari) Skala nyeri 3
A : Nyeri belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
-identifikasi
skala nyeri
-identifikasi
respon nyeri
nonverbal
-ajarkan teknik
ralaksasi untuk
megurangi
nyeri( genggam
jari)
-kolaborasi
pemberian
analgetik dan
antibiotic
2 Senin, Konstipasi b.d 10.30 Memeriksa tanda S: Pasie
dan gejala konstipasi
29/08/22 Ketidakcukupan mengatakan
asupan serat d.d 11.00 Mengidentifikasi sudah BAB
faktor risiko konstipsi
feses keras, BAB (diet rendah serat) Feses lembek
1X/ 3 hari, perut 12.00 Menganjurkan diet O: Perut teraba
teraba kencang tinggi serat lunak
12.30 Menganjurkan
asupan peningkatan A: Masalah
cairan
Teratasi
12.45 Melayani obat P: Intervensi
pencahar ( Dulcolax)
dihentikan
29
BAB III
Telp/Fax : 0380-8552971
IDENTITAS
Nama Pasien : Nn.P Penanggung jawab Biaya : BPJS
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Alamat : Naikolan
30
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Pasien mengatakan sakit di luka operasi perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengatakan sakit di luka operasi perut kanan bawah, sakit
seperti teriris benda tajam, sakit pada saat bergerak
P: Post Op Appendisitis
S: 4
T: Hilang timbul
31
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya tidak jenis…………………......
Genogram (3 generasi):
Ket:
Laki-laki
Perempuan
Garis Perkawinan
Garis Keurunan
Meninggal
Pasien
Koma
32
2. Sistem Pernapasan
Sekret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau :-
Ronki Wheezing
gallop
33
d. CRT : < 2 detik
Lain-lain :
4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 15 , E= 4, V= 5 , M= 6
j. Isitrahat/Tidur : 8 Jam/Hari
lain-lain :
34
5. Sistem perkemihan
Disuria :- Oliguria:-
Retensi :- Hesistensi :-
Anuria :-
Lain-lain :
6. Sistem pencernaan
e. Peristaltik :. 15 x/menit
Lain-lain:
b. Kekuatan otot 5 5
5 5
e. Fraktur ya tidak
36
Tidak ada gangguan pada kulit
8.Sistem Endokrin
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Lain-lain:
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
d. Merokok : ya tidak
e. Alkohol : ya tidak
lain-lain :
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
lain-lain :
38
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium )
39
TERAPI
40
B. ANALISA DATA Post Op
2 30/08/2022 DS: Pasien mengatakan luka operasi masih Tindakan Risiko Infeksi
basah Invasif
41
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Post OP
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238).
berhubungan dengan keperawatan diharapkan Observasi :
agen pencedera fisik tingkat nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi , karakteristik,
(prosedur dapat menurun dengan durasi, frekuensi, kulaitas nyeri,
operasi).(D.0077) Kriteria Hasil : skala nyeri, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun. 2. Identifikasi respon nyeri non
2. Meringis menurun verbal.
3.Sikap protektif menurun. Terapeutik :
4. Gelisah menurun. 3. ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
.
Edukasi :
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Post Op
No Hari/Tggl Diagnosa Impelementasi Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
1. Seasa Nyeri akut 13.30 : Mengidentifikasi 16.00
berhubungan lokasi , karakteristik,
30/08/22 S : pasien mengatakan nyeri pada
dengan agen durasi, frekuensi, kulaitas
pencedera fisik nyeri, skala nyeri, luka operasi berkurang
(prosedur intensitas nyeri
O : Pasien mengelu nyeri
operasi)
Pasien tampak meringis
14.00: Mengidentifikasi
TD : 120/80 mmHg
respon nyeri non verbal
N : 100x/menit
RR : 20x/menit
14.15 Menjelaskan
S : 36,6°c
peneyebab dan pemicu
SpO2 : 99%
nyeri
Skala nyeri 3
14.30 Mengajarkan
A : Masalah belum teratasi
teknik relaksasi utuk
P Intervensi dilanjtkan
mengurangi nyeri (
-identifikasi skala nyeri
genggam jari)
-identifikasi respon nyeri
nonverbal
16.00 : Melayani
-ajarkan teknik ralaksasi untuk
pemberian Ketorolac
megurangi nyeri( genggam jari)
-kolaborasi pemberian analgetik
dan antibiotic
2 Selasa Risiko infeksi 15.00:Memonitor tanda 18.20
dengan faktor dan gejala infeksi lokal
30/08/22 dan sistemik S: Paien mengatakan luka
risiko tindakan
invasif (insisi operasi masih basah
post 15.25: Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi O: Luka tampak basah
pembedahan)
15.30:Mengajarkan cara Tampak kemerahan
memeriksa kondisi luka A: Masalah belum teratasi
operasi
18.00:Melayani P: Intervensi dilanjukan
pemberian Cefotaxime
43
CATATAN PERKEMBANGAN
44
2 Rabu Risiko infeksi 20.30:Memonitor tanda 06.00
dengan faktor dan gejala infeksi lokal
31/09/22 S: Pasien mengatakan luka
risiko tindakan dan sistemik
invasif (insisi operasi belum kering
post 06.00:Pemberian
O: Luka post op tampak basah
pembedahan) Antibiotik
Luka tampak kemerahan
A: Risiko infeksi
P: Dalam waktu 3x24 jam
masalah teratasi
I:- Memonitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
-Melayanipemberian
Cefotaxime
E: Pasien mengatakan
memahami cara memeriksa tanda
dan gejala infeksi
45
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tggl Diagnosa Evaluasi (SOAPIE) TTD
Keperawatan
1. Kamis Nyeri akut S : pasien mengatakan sudah tidak nyeri
berhubungan
01/09/22 dengan agen O : Pasien tampak rileks
pencedera fisik TD : 120/80 mmHg
(prosedur
operasi) N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6°c
SpO2 : 99%
Skala Nyeri 0
A : Masalah teratasi
P Intervensi dihentikan
2, Kamis Risiko infeksi S: Pasien mengatakan luka operasi
01/09/22 dengan faktor sudah kering
risiko O: Luka post op tampak kering
tindakan A: Masala teratasi
invasif (insisi P: Intervensi dihentikan
post
pembedahan)
46
BAB IV
ANALISIS SITUASI
47
dinyatakan lulus survey terakreditasi tingkat Madya Bintang 3 (tiga) berlaku s.d
tanggal 26 Mei 2022.
48
Gejala dan Tanda Mayor adalah, Subjektif: Defekasi kurang dari 2 kali
semingu, pengeluaran feses lama dan sulit. Objektif: Feses keras, peristaltik usus
menurun Gejala dan Tanda Minor adalah, Subjetif: Mengejan saat defekasi.
Objektif: Distensi abdomen, kelemahan umu, teraba massa pada rektal ( PPNI
2016). Standar Diagnosis Keperawata Indonesia
3. Risiko Infeksi
Berisisko mengalami peningkatan terserang organisme patogennik
Faktor Risiko: Penyakit kronis (diabetes melitus), efek prosedur invasif,
malnutrisis, Penigkatan paparan organisme pattogen ligkungan ( PPNI 2016).
Standar Diagnosis Keerawata Indonesia
Berdasarkan teori diatas bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus di lapangan karena dibuktikan dengan tanda dan gejala pada penyakit
Appendisitis
49
Hasil menunjukkan adanya penurunan skala nyeri setelah dilakukan intervensi
pemberian teknik relaksasi genggam jari. Dengan selisih penurunan yaitu skala nyeri 1
dari hari pertama hingga hari ketiga setelah pemberian intervensi. Pada hari peratama
pemberian terapi skala nyeri 4, tetapi setelah 3 hari terjadi penurunan skala nyeri
dengan skala nyeri 1
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
skala nyeri 1 dari hari pertama hingga hari ketiga setelah pemberian terapi.
5.2 Saran
1. Bagi Pasien
Teknik relaksasi genngam jari ini diharapkan dapat diterapkan
sebagai tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai sumber imformasi dan referensi dalam
melakkan tindakan komplemeter untuk mengrangi rasa nyeri
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dharapkan dapat memberikan pelajaran dalam rangka
mengembangkan teori tentang relaksasi genggam jari terhadap
penurunan nyeri
51
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. MediAction : Jogjakarta
Baughman, C., Diane, and JoAnn Hackley. C. 2016. Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku
Dari Brunner & Suddarth. Ed. Monica ester s.kp. Jakarta : Egc
Sulung, Neila, Rani, Sarah, & Dian (2017)) Teknik Relksasi genggam Jari Terhadap Intennsitas
nyeri pada Pasien Post Appendiktomi
Wijaya A. S dan Putri. Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Aaskep. Yogyakarta: Nuha Medika
Sifia & Wiwik. (2017). Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Post Op Apppendiktomi
dengan Risiko Infeksi di RSUD Kota Jakarta Utra. 8(2), 1-10
Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien Appendisitis Akut
dengan Appendisitis Perforasi di RSUP DR
Fitria Wati, Ernawati (2020) Penurunan Skala Nyeri Pasien Post-Op Appendictomy
Mengunakan Teknik Relaksasi Genggam Jari. Jurnal Ners Muda, Vol 1 No 3, DOI:
https://doi.org/10.26714/nm.v1i3.6232
Salis Nur, Hanafi. Eko Julianto, & Sudiarto ( 2020). Literature Review Pengaruh Teknik
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi.
https://ejournal.stikesjypr.ac.id. DOI 1052646 p-ISSN 2615-286X
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat persatuan Perawat Indonesia
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat persatuan Perawat Indonesia
52
LEMBAR OBSERVASI NYERI APENDIKTOMI
Keterangan :
1. 0 : Tidak Nyeri
2. 1-3: Nyeri Ringan
3. 4-6 :Nyeri Sedang
4. 7-9 : Nyeri Berat
5. 10 : Nyeri Sangat Berat
53
Pathway
Apendiks
Apendiks
Obstruksi
Mukosa Terbendung
Apendik Teregang
Appendisitis
Perforasi
54
55
56
57