Anda di halaman 1dari 22

GAGAL JANTUNG

(diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1)


Dosen : Monika Ginting S.Kep,Ners,M.Kep

Oleh:

Cindy Meliniar Abigael Br Purba (1420118024)

David Chang Md (1420118062)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak
dalammediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa
darah.Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat. Dalam keadaan
fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA
dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang
irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat
terjadigangguan pada kinerja jantung.

Gagal jantung adalah syndrome klinis (kumpulan tanda dan gejala) yang ditandai dengan
sesak napas dan fatik(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur
atatu fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel-(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas
neukardial(disfungsi sistolik). (Sudoyo aru,dkk 2009). Beberapa istilah gagal jantung ada gagal
jantung sistolik yaitu ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung
menurun menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala
hipoperfusi lainnya. Gagal jantung diastolik adalah gangguan reaksi dan gangguan pengisian
ventrikel. (Sudoyo aru,dkk 2009).

Klasifikaasi menurut gejala dan intensitas gejala: (Morton,2012) Gagal jantung akut yaitu
timbulnya gejala secara mendadak biasanya selama bebeapa hari atau beberapa jam. Gagal
jantung kronik yaitu perkembangan geejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari. Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya
: gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau mengosongkakn
dengan benar dan dapat lebih lanjut diklasifikaikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara adekuat.
Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal
jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan tiidak tidak
menybabkan gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan dapat juga disebabkan oleh penyakit paru
dan hipertensi arteri pulmonary primer.

Menurut derajat sakitnya : derajat 1 yaitu tanpa keluhan-anda masih bisa melakukan
aktivtas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas. Derajat 2 yaitu ringan-
aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi jika aktifitas ini dihentikan
maka keluhan inipun hilang. Derajat 3 yaitu sedang-aktifitas fisik ringa menyebabkan kelelahan
atau sesak napas, tetapi keluh an akan hilang jika aktivitas dihentikan. Derajat 4 yaitu berat-tidak
dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan
semaki berat jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi gagal jantung

Gagal jantung adalah syndrome klinis (kumpulan tanda dan gejala) yang ditandai dengan
sesak napas dan fatik(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur
atatu fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel-(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas
neukardial(disfungsi sistolik).

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Jadi gagal
jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiad output tidak mencukupi kebutuhan
metabolik tubuh) sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi, mekanisme
yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktilitas jantung yang
berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama
diastole. Hal ini menyebabkan volume diastoli akhir ventrikel secara progresif bertambah. Hal
yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung iniadalah jantung tidak dapat men'ukupi
kebutuhan oksigen pada sebagai organ.

B. Anatomi Fisiologi

a)Anatomi .Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dansusunannya sama dengan otot serat
lintang dan cara kerjanya menyerupai otot polos.

1. BentukJantung, berbentuk seperti jantung pisang. Bagian atasnya tumpul dandisebut


basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut apiks kordis.

2. LetakJantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum


mediastinumanterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atasdiafragma dan
pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara kosta V dan VI dua jari dari papilla mamae.
3. UkuranLebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300
gram.

4. Pergerakkan Jantung. Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup karena


adanyarangsangan yang berasal dari syaraf otonom. Dalam kerjanya jantung mempunyai 3
periode :

a)Periode Kontriksi (Periode Sistol)

Suatu keadaan di mana jantung bagian vertikal dalam keadaanmenguncup

b)Periode Dilatasi (Periode Distol)Suatu keadaan di mana jantung mengembang

c)Periode IstirahatWaktu antara kontriksi dan dilatasi di mana jantung berhenti


+1/10detik.5)

5. Siklus Jantung.Merupakan kejadian yang terjadi dalam jaringan selama peredaran


darah.Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontriksi dan pengenduran.Kontriksi dari
kedua atrium terjadi secara serentak yang disebut diatolatrial. Lama kontriksi vertikal + 0,3 detik
dan tahap pengenduran selama 0,5detik. Kontraksi atrium pendek kontraksi vertikal lebih lama
dan kuat dayadorong vertikal kiri terus lebih kuat karena harus mendorong darahkeseluruhan
tubuh untuk mempertahankan keadaan sistolik.

6. Bunyi Jantung.Merupakan pukulan vertikal kiri terhadap dinding arterior yang


terjadiselama kontriksi vertikal dan debaran ini dapat diraba dan sering terlihat pada ruang
interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.7)

7. Kerja Jantung. Jantung disyarafi oleh nervus simpatikus dan nervus akseleratis,
untukmenggiatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikus, khususnya cabangnervus vagus
yang bekerja memperlambat kerja jantung. Mengembang danmenguncupnya jantung disebabkan
oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini diterima
oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya venakava
yang disebut nodus SA. Kemudian rangsangan akan diteruskan kedinding atrium dan juga ke
bagian septum cordis untuk nodus atriumventrikuler atau simpul tawara melalui berkas
wenkebech. Dari simpultawara rangsangan akan melalui berkas his dan seterusnya diteruskan
keapeks cordis melalui berkas purkinye, dan kemudian disebarkan ke seluruhdinding ventrikel.
Dengan demikian jantung dapat berkontraksi

b) fisiologi. Jantung adalah organ yang mensirkulasi dan memompa darah teroksigenasike paru-
paru untuk pertukaran gas. Sirkulasi darah di jantung ada dua yaitu peredaran darah kecil dan
peredaran darah besar. Darah dari seluruh tubuhdibawa ke jantung melalui vena kava superior
dan inferior. Vena inimengalirkan darah ke atrium dekstra. Darah ini melalui katup trichuspidalis
pulmonalis, darah dipompakan ke paru-paru.Setelah di paru-paru, terjadi proses difusi, darah
yang teroksigenasimengalir ke atrium kiri melalui vena purmonalis. Kemudian dengan melalui
katup mitral, darah mengalir ke ventrikel kiri, dan dipompakan ke aorta melaluivalvula
semilunaris aorta, untuk sirkulasi koroner dan sistemik di mana darahyang teroksigenasi di
bawah ke seluruh tubuh.

C. Etiologi

Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan peningkatan volume


plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastoli' akhir meregangkan serat-serat ventrikel
melebihi panjang optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri yang
memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Akibat buruk
darimenurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume darah di ventrikel.

D.Patofisiologi

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. terjadi hipoksia dan
asidosis(akibat penumpukan asam laktan) Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. hipertensi sistemik pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. efek
tersebut(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.Eentrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
ventrikel kanan. gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. karena curah
ventrikel berpasangan sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai
contoh, hipertensi sistemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan melemah.Hipertensi paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan
mengalami hipertofidan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung
yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung.karena ventrikel kiri yang melemah
akan menyebabkan darah kembali ke atrium, lalu kesirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium
kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan.
Pada kenyataanya, penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak
dipompa secara optimum keluar dari sisikanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem
vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan
menurunnya tekanan darah serta perburukan siklus gagal jantung.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG

A. Pengkajian menurut Padila (2012)

1. Pengkajian

Aktivitas dan istirahat, sirkulasi, eliminasi, nutrisi, hygine perseorangan, neuro sensori,
kenyamanan, respirasi, interaksi sosial, pengetahuan.

a. Riwayat Kesehatan

1) Kondisi :

a) Menurunnya kontraktilitas miokard, MCI, kardiomiopati,gangguan konduksi.

b) Meningkatnya beban miokard, penyakit katup jantung, anemia,hipertermia.

2). Keluhan utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan pada
tenaga kesehatan adalah:

a. Dispnea

Keluhan dispnea atau sesak nafas merupakan manifestasikongesti pulmonalis sekunder


akibat kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan kontraktilitas, sehingga akan
mengurangi curah jantung (cardiac output atau banyak darah yang dikeluarkan ventrikel
kiri ke dalam aorta setisp menit)

b. Kelemahan Fisik

Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan kelelahan dalam
melakukan aktivitas.
c. Edema sistemik

Tekanan arteri paru dapat maningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis
terhadap tekanan vena paru.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan memberikan serangkaian


pertanyaan tentang kronologis keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan adanya
gejalagejala kongesti vascular pulmonal, yakni muncul dispnea (yang ditandai oleh pernapasan
cepat, dangkal, dan sensasi sulit dalam mendapatkan udara yang cukup menekan pasien),
tanyakan apakah gejala-gejala itu mengganggu aktifitas penderita. Tanyakan juga jika sekiranya
muncul keluan-keluhan lain, seperti insomnia, gelisah, atau kelemahan yang disebabkan oleh
dispnea.

4. Riwayat penyakit dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu, tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah
menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan
juga mengenai obat-obatan apa yang biasa diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin
masih relevan. Catat jika ada efek samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu, tanyakan pula
sekiranya ada alergi terhadap suatu jenis obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang mungkin
timbul.

5. Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga. Bila ada
anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga perlu ditanyakan. Peyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbul pada usia muda merupakan faktor resiko utama
untuk penyakit jantung iskemik bagi keturunanya.

6. Psikososial

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat
kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan
lebih lanjut dari curah jantung dapat disertai insomnia atau kebingungan.
B. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan umum terhadap pasien gagal jantung, biasanya pasien memiliki
kesadaran yang baik (composmentis). Namun, kesadaran ini akan berubah seiring dengan tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat (Ardiansyah, 2012).

1. B1 (Breathing)

Pengkajian yang di dapatkan dengan adanya tanda kongsti vaskuler pulmonal adalah
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut.

2. B2 (Blood)

a. Inspeksi

Pemeriksaan adanya parut pasca pembedahan jantung dilakukan untuk melihata adanya
dampak penurunan curah jantung. Tekanan darah saat istirahat sistolik arterial dewasa
normalnya <150 mmHg, diastolik <90 mmHg. Pengukuran tekanan vena jugularis (JVP)
dapat dilakukan untuk mengukur tekanan atrium kanan secara tidak langsung, normalnya
6-8 mmH2O jika kurang dari 5 mmH2O dapat berarti hipovolemik sementara dan jika
lebih dari 9 mmH2O terdapat gangguan pada pengisian kardiac.

Pengukuran dengan EKG dapat di lihat pada pasien gagal jantung kongestif pada segmen
ST meninggi, gelombang Q menunjukkan infak sebelum dan kelainan pada segmen ST.

Hipertrofi fentrikel kiri dan gelombang T berbalik menunjukkan stenosis dan penyakit
jantung hipertensi. Aritmia: defiasi aksis kekanan, reigh bundle branch block dan
hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel kanan.

b. Palpasi

Karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respon awal jantung terhadap


stres,irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi kontraksi atrium
prematur, takikardi atrium proksimal, dan denyut ventrikel prematur. Perubahan nadi
selama gagal jantung menunjukkan denyut yang cepat dan lemah.
c. Perkusi

Batas jantung terjadi pergeseran di mana hal ini menandakan adanya hipertrofi jantung
(Cardiomegali).

d. Auskultasi

Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah
dengan dua cara. Pertama, bunyi jantung ketiga dan keempat serta bunyi crakles pada
paru mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan menggunakan bel
stetoskop yang ditempelkan tepat pada apeks jantung. Kedua, bunyi jantung pertama
tidak selalu tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi dapat menurunkan komplain
(peningkatan kekakuan) miokard.

3. B3 (Brain)

Kesadaran penderita biasanya agak terganggu apabila terjadi gangguan perfusi jaringan
dalam skala berat. Pengkajian terhadap pasien ditandai dengan wajah pasien yang terlihat
meringis, menangis, atau merintih.

4. B4 (Bladder)

Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu
perawat perlu memantau adanya oliguria sebagai tanda awal dari terjadinya shock kardiogenik.
Adanya edema ekstremitas mendadak terjadi retensi cairan yang parah.

5. B5 (Bowel)

Pasien biasanya merasakan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran
vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.

6. B6 (Bone)

Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6 adalah sebagai berikut:

a. Kulit dingin

b. Mudah lelah
c. Perubahan bentuk tulang

C. Pemeriksaan Diagnostik

a. EKG : Hipertropi atrial atau ventrikular, penyimpangan aksis, iskemia,

dan kerusakan pola mungkin terlihat. Distrimia, misalkan takikardia,

fibrilasi atrial, mungkin sering terdapat KVP, kenaikan segmen ST/T

persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan

adanya aneurisme ventrikular (dapat menyebebabkan gagal/disfungsi

jantung).

b. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doppler) : Dapat

menunjukkan dimensi perbesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktural katup, atau area penuruan kontraktilitis ventrikular.

c. Skan jantung : (Multigated Acquisition [MUGA]) : Tindakan

penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.

d. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan

stenosis katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner.

Zat kontras disuntikan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran

abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.

e. Rontgen dada : Dapat menunjukkan perbesaran jantungn, bayangan

mencerminkan dilatasi/hipetrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh

darah mencerminkan peningkatan peningkatan tekanan pulmonal.


Kontur abnormal misalkan bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat

menunjukkan aneurisme ventrikel.

f. Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal/kongestif hepar.

g. Elektrolit : Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,


terapi diuretik.

h. Oksimetri nadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika Gagal Jantung
Kongestif akut memperburuk PPOM atau Gagal Jantung Kongestif Kronik.

i. Analisa Gas Darah (AGD) : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

j. BUN, kreatinin : Pengkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

k. Albumin/transferin serum : Mungkin menurut sebagian akibat penurunan masukan


protein atau penurunan sistesis protein dalam hepar yang mengalami kongestif.

l. Artial Septal Defect (ASD) : Mungkin menunjukkan anemia, polisitemia, atau


perubahan kepekatan menandakan retensi air, SDP mungkin meningkat, mencerminkan
MI baru/akut, perikarditis, atau status inflamasi atau infeksius lain.

m. Kecepatan sedimentasi (ESR) : Mungkin meningkat, menandakan reaksi inflamasi


akut.

n. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid


sebagai pre-pencetus Gagal Jantung Kongestif. (Donges Mariyan E. dkk,2001).

D. Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan
masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2012).

1. Penurunan curah jantung


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium.

E. Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses


keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dari arti pada asuhan
keperawatan, karena perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam
asuhan keperawatan pasien. Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama, dan
memelihara kontinuitas asuhan keperawatan pasien bagi seluruh anggota tim (Setiadi, 2012).

1. Penurunan curah jantung

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pompa jantung efektif

Kriteria hasil :

a) Tanda vital dalam rentang normal

b) Dapat mentoleransi aktivitas

c) Tidak ada edema paru

d) Tidak ada penurunan kesadaran

Rencana tindakan :

a) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

b) Evaluasi adanya nyeri dada


c) Monitor balance cairan

d) Monitor toleransi aktivitas pasien

Rasional :

a) Pada gagal jantung tekanan darah dapat meningkat. Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ventilasi dan oksigenasi pada
jaringan adekuat

Kriteria Hasil :

a) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

b) Bebas dari tanda-tanda distress pernafasan

c) Mendemonstrasikan batuk efektif

d) Mampu bernafas dengan mudah

Rencana tindakan :

a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b) Lakukan fisioterapi dada

c) Monitor suara nafas seperti: dengkur

d) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan sesak nafas berkurang dan tidak ada
nyeri

Kriteria Hasil :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif

b) Suara nafas bersih

c) Menunjukkan jalan nafas yang paten

d) Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Rencana Tindakan :

a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b) Keluarkan secret dengan batuk atau suction jika perlu

c) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

d) Monitoring aliran oksigen

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan toleransi

Kriteria Hasil :

a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai penigkatan TD, nadi, dan RR

b) Mampu melakukan aktifitas sehari-hari

c) Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg

Rencana tindakan :

a) Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas

b) Tingkatkan istirahat

c) Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat

d) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari kursi bila
tidak ada nyeri dan istirahat 1 jam setelah makan
5. Kelebihan volume cairan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan yang stabil dengan
keseimbangan antara masukan dan pengeluaran

Kriteria hasil :

Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas
normal, tidak ada distensi vena perifer/vena dan oedema

Rencana tindakan :

a) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

b) Pasang urin kateter jika diperlukan

c) Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan

6. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunya curah jantung

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status sirkulasi efektif

Kriteria hasil :

a) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

b) JVP(Jugular venous pressure) dalam batas normal

c) Tidak ada nyeri dada

d) Nadi perifer kuat dan simetris

Rencana tindakan :

a) Evaluasi adanya nyeri dada

b) Monitor status kardiovaskuler

c) Monitor adanya perubahan tekanan darah


d) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

7. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil :

a) Nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 4

b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang

c) Mampu mengenali nyeri (P,Q,R,S,T)

d) Ekspresi wajah rileks

e) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Rencana Tindakan :

a) Kaji skala nyeri

b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri

d) Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri

e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

f) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

g) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil (Nurarif
& Kusuma, 2013)

F. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi adalah
pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu
pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Tujuan dari implementasi adalah
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping, selama tahap
implementasi perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam,2008).

G. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi perkembangan


kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan.Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Langkah – langkah evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Daftar tujuan – tujuan pasien

b. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu

c. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien


d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak (Tarwoto Wartonah,
2010).
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Doenges, Marilyn, E. (2001) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Morton G.P. 2012, Keperawatan Kritis, Edisi 2, Jakarta: EGC.

Nanda. (2015). Aplikasi asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Nursalam,2008.Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional


Salemba medika, Jakarta

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC

Prof. Dr. Purba. A, dr.,MS.,AIFO. (2017). FISIOLOGI JANTUNG DAN FISIOLOGI


PEMBULUH DARAH. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Setiadi. 2012. Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Sudoyo aru,dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan keperawatan
1 Curah jantung, Mandiri :
menurun Auskultasi

Anda mungkin juga menyukai