Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM CURIGA PADA NY. M


DI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI
BUKIT RAWI

Disusun Oleh:

Kelompok 1C

1. Jekicen 2022-04-19401-030
2. Kiki Saputra 2022-04-19401-036
3. Kriswanto Ciko 2022-04-19401-039
4. Lala Veronica 2022-04-19401-041
5. Mariyana Sutrisni 2022-04-19401-045
6. Mewan Tony 2022-04-19401-047
7. Oktavia Nyai Sakti 2022-04-19401-052

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS TAHUN AJARAN
2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal pendidikan kesehatan ini disusun oleh:


Kelompok : IC
Anggota Kelompok :
1. Jekicen 2022-04-19401-030
2. Kiki Saputra 2022-04-19401-036
3. Kriswanto Ciko 2022-04-19401-039
4. Lala Veronica 2022-04-19401-041
5. Mariyana Sutrisni 2022-04-19401-045
6. Mewan Tony 2022-04-19401-047
7. Oktavia Nyai Sakti 2022-04-19401-052

Program Studi : Profesi Ners


Judul :“Pendidikan Kesehatan Pada Keluarga Pasien Dengan
Waham Curiga Di Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei”

Proposal ini telah disetujui pada tanggal, Januari 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Suryagustina, Ners., M.Kep Khairina Liyiny Hilma, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Kegiatan
dengan judul “Pendidikan Kesehatan Pada Keluarga Pasien Dengan Waham
Curiga Di Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei” Proposal ini disusun guna melengkapi
tugas Tugas Pendidikan Kesehatan Stase Keperawatan Jiwa Melalui Program
Studi Profesi Ners.
Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3) Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Klinik Program
Profesi Ners.
4) Ibu Khairina Liyiny Hilma, S.Kep., selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan.
5) Ibu Suryagustina, Ners., M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
6) Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan proposal ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, Januari 2023


Penyusun

Kelompok 1C

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................1ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan...................................................................2
1.4 Manfaat Pendidikan Kesehatan.................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
2.1 Konsep Halusinasi ....................................................................................4
2.1.1 Pengertian Halusinasi................................................................................4
2.1.2 Faese fase halusinasi..................................................................................5
2.1.3 Etiologi Halusinasi ....................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi .................................................................................................6
2.1.5 Fatofisiologi ..............................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................7
2.1.7 Komplikasi .................................................................................................8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................8
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................8
BAB 3 RENCANA KEGIATAN...........................................................................9
3.1 Satuan Acara Penyuluhan..........................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan terganggunya otak yang ditandai oleh perubahan
emosi, gangguan proses berpikir, gangguan pada perilaku, dan gangguan persepsi
atau gangguan penangkapan panca indera. Gangguan jiwa dibedakan menjadi 2
yaitu gangguan mental emosional dan gangguan jiwa berat.Gangguan jiwa berat
disebut psikosis, dan skizofrenia termasuk kedalam salah satu psikosis. Penderita
skizoprenia mengalami penyimpangan pikiran sehingga menyebabkan gangguan
persepsi, emosi dan tingkah laku yang dapat mengarah ke perilaku kekerasan yang
akan merugikan orang lain dan penderita. Risiko perilaku kekerasan ialah rentan
berperilaku yang individu menunjukan bahwa ia dapat membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain secara fisik, emosional, dan seksual. Risiko perilaku
kekerasan merupakan respon emosi yang diungkapkan dengan kemarahan,
ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain, mondar mandir, tidak bisa
diam, gelisah, nadabicara tinggi dan keras, agresif, dan bergembira secara
berlebihan.
Menurut data dari WHO (World Healthy Organization,2017) tercatat
sebanyak 21.000.000 jiwa mengalami gangguan jiwa berat skizofrenia. National
Alliance of Mental illness (NAMI) mengatakan penelitian pada penduduk amerika
serikat yang dilakukan tahun 2013, terdapat 61,5 jiwa yang usianya 18 tahun ke
atas mengalami gangguan kesehatan mental, 13,6 juta jiwa diantaranya
mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, serta di eropa terdapat
250.000 jiwa pertahun. Terdapat hasil penelitian dari WHO sekitar 450 juta jiwa
mengalami masalah gangguan kejiwaan berat seperti skizofrenia ini
menjadikannya masalah kejiwaan yang paling banyak dibandingkan dengan
masalah kejiwaan lainnya. Penderita kejiwaan ini sepertiganya tinggal di Negara
Asia dan 8 dari 10 jiwa yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan
penanganan medis (Ashturkar & Dixit, 2013).Berdasarkan data dari Riskesdas
2018 menunjukkan bahwa jumlah gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai
236 juta orang dengan persentase 0,17% yang mengalami gangguan jiwa berat
dan 6% mengalami gangguan jiwa ringan, serta 14,3% diantaranya mengalami
pemasungan. Orang yang mengalami ODGJ kebanyakan berusia 15-24 tahun.
Dengan meningkatnya gangguan pada kejiwaan ini maka dapat menimbulkan
masalah baru yang diakibatkan karena ketidaktahuan dan gejala yang ditimbulkan
oleh penderita. Di Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60% yang terdiri dari pasien
resiko perilaku kekerasanDi Indonesia berdasarkan hasil Riskesdes (2018)
didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di
Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk
Peran perawat sangat penting karena salah satunya ialah melakukan asuhan
keperawatan terhadap klien secara langsung melalui pendekatan dengan proses
asuhan keperawatan seperti menjalin hubungan saling percaya dengan klien,
membantu klien dengan memberikan strategi pelaksanaan keperawatan yang
sesuai dengan resiko perilaku kekerasan. Ada berbagai macam cara untuk
mengontrol marah dengan cara fisik 1 dan fisik 2, social atau verbal, spiritual serta
melatih cara patuh obat seperti susun jadwal minum obat secara teratur. Perawat
juga berperan sebagai motivator, educator dan konselor untuk meningkatkan
derajat kesehatan pada klien.
Dari uraian diatas, penulis terinsipirasi untuk membuat studi kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. P dengan Diagnosis Gangguan
Jiwa: Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Kalawa
Atei Bukit Rawi”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Jiwa Jiwa pada Tn. P dengan
Diagnosis Gangguan Jiwa: Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada Ny. M dengan Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham Curiga
dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melangkapi Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Ny. M dengan Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham
Curiga di Ruang Rawat poli RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Ny. M
dengan Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham Curiga di Ruang Poli RSJ
Kalawa Atei Bukit Rawi
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Ny. M dengan Diagnosis
Gangguan Jiwa: Waham Curiga Kekerasan di Ruang Rawat Inap RSJ
Kalawa Atei Bukit Rawi
1.3.2.4 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah pada Ny. M dengan Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham Curiga di
Ruang Rawat Inap RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Ny. M dengan Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham Curiga di Ruang
Rawat Inap RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan
yang dilakukan pada Ny. M dengan Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham
Curiga di Ruang Rawat Inap RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Ny. M dengan
Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham Curiga di Ruang Rawat Inap RSJ
Kalawa Atei Bukit Rawi
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi
Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit Ny. M dengan
Diagnosis Gangguan Jiwa: Waham Curiga secara benar dan bisa melakukan
perawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Untuk Insitusi
Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan
mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian
proses keperawatan khususnya bagi mahasiswa STIKes Eka Harap dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diagnosis Gangguan Jiwa :
Waham Curiga sehingga dapat diterapkan di masa yang akan datang.
1.4.4 Untuk IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan terutama pengembangan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep pendekatan proses keperawatan
yang dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan dengan Diagnosis
Gangguan Jiwa : Waham Curiga yang berguna bagi status kesembuhan klien.
1.4.5 Bagi Penulis
Sebagai salah satu pengalaman berharga dan nyata yang didapat dari
lapangan praktik yang dilakukan sesuai dengan ilmu yang didapatkan sertasebagai
acuan dalam menghadapi kasus yang sama sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Waham


2.1.1 Definisi
Waham adalah keyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang
salah tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat & Akemat,
2007; Sadock, 2010; SDKI, 2016; Erawati, Keliat, & Moritz, 2017).
Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita
yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang
tidak nyata (Victoryna, 2020).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Rusdi,
2020).

2.1.2 Etiologi
Menurut WHO (2016) secara medis ada banyak kemungkinan penyebab
waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan sistem saraf pusat,
penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit metabolisme, gangguan
endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan, racun, dan zat psikoaktif.
1) Faktor Predisposisi
a) Biologis
Pola keterlibatan keluarga relative kuat yang muncul di kaitkan dengan
delusi atau waham. Dimana individu dari anggota keluarga yang di
manifestasikan dengan gangguan ini berada pada resiko lebih tinggi
untuk mengalaminya di bandingkan dengan populasi umum. Studi pada
manusia kembar juga menunjukan bahwa ada keterlibatan factor (Yosep,
2019).
b) Teori Psikososial
(1) System Keluarga
Perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak.
Bayaknya masalah dalam keluarga akan mempengaruhi
perkembangan anak dimana anak tidak mampu memenuhi tugas
perkembangan dimasa dewasanya. Beberapa ahli teori menyakini
bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin,
perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan, perasaan
mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan tidak percaya pada
individu. Klien menjadi orang dewasa yang rentan karena
pengalaman awal ini (Yosep, 2019)
c) Teori Interpersonal
Dikemukakan oleh Priasmoro (2018) di mana orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang penuh
dengan ansietas tinggi. Hal ini jika di pertahankan maka konsep diri
anak akan mengalami ambivalen
d) Psikodinamika
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan atau
perhatian ibu,dengan ini seorang bayi mengalami penyimpangan rasa
aman dan gagal untuk membangun rasa percayanya sehingga
menyebabkan munculnya ego yang rapuh karena kerusakan harga diri
yang parah,perasaan kehilangan kendali,takut dan ansietas berat.Sikap
curiga kepada seseorang di manifestasikan dan dapat berlanjut di
sepanjang kehidupan. Proyeksi merupakan mekanisme koping paling
umum yang di gunakan sebagai pertahanan melawan perasaan (Yosep,
2019).
Menurut Damayanti (2017) Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya
waham adalah:
1) Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2) Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3) Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4) Perpisahan dengan orang yang di cintainya
5) Kegagalan yang sering di alami
6) Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7) Menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat misalnya
menyalahkan orang lain
(2) Faktor Presipitasi
1) Biologi
Menurut Direja (2018) Stress biologi yang berhubungan dengan respon
neurologik yang maladaptif termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku (Direja, 2018).
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat
pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan
kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2018)
2.1.3 Rentang Respon Waham
Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Disorientasi Pikiran Gg. Pikiran/Waham


Persepsi Akurat Ilusi Sulit Berespon
Emosi Konsisten Reaksi Emosi (+/-) Perilaku Kacau
Perilaku Sesuai Perilaku Aneh/Tidak Biasa Isolasi Sosial
Berhubungan Sosial Menarik Diri

2.1.4 Proses Terjadinya Waham


(1) Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat
ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon
genggam.
(2) Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
(3) Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi
pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain
(4) Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan
pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
(5) Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
(6) Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan
yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan
dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

2.1.5 Klasifikasi Waham


Menurut Prakasa (2020) bahwa klasifikasi waham yaitu:
(1) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho!” atau,
“Saya punya tambang emas.”
(2) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
(3) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari.”
(4) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya
pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
(5) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.
(6) Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya
(7) Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut
(8) Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.
(9)
2.1.6 Pohon Masalah/Pathway

Risiko Kerusakan Komunikasi Verbal

Perubahan Proses Pikir: Waham

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah:


Kronis
2.1.7 Manifestasi Klinis
Menurut Prakasa (2020) bahwa tanda dan gejala gangguan proses pikir
waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan, perawatan diri, emosi,
gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai, menghindar, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar.
1) Waham Kebesaran
DS : Klien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artis dan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.
DO :
1) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
2) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti
3) Klien mudah marah
4) Klien mudah tersinggung
2) Waham Curiga
DS :
1) Klien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu
2) Klien mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya.
DO :
1) Klien tampak waspada
2) Klien tampak menarik diri
3) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
4) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
3) Waham Agama
DS : Klien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung karena harus melakukan isi wahamnya
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
4) Waham Somatik
DS :
a) Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
5) Waham Nihilistik
DS : Klien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
6) Waham Bizzare Sisip Pikir :
DS :
a) Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam
pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
b) Klien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
(1) Siar Pikir
DS :
a. Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik
c. Klien tidak mampu mengambil keputusan
DO :
a. Klien tampak bingung
b. Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
c. Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d. Klien tampak waspada
e. Klien kehilangan selera makan
(2) Kontrol Pikir
DS :
a) Klien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar
b) Klien tidak mampu mengambil keputusan
DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung
c) Klien tampak menarik diri
d) Klien mudah tersinggung
e) Klien mudah marah
f) Klien tampak tidak bisa mengontrol diri sendiri
g) Klien mengalami perubahan pola tidur
h) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain :
(1) Psikofarmalogi
1. Litium
Karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi
gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif
dalam menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang
pasien bipolar dengan riwayat mania.
2. Haloperidol
Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon.
Mekanisme kerja yang tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk
pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering
membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan
jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebih memiliki kelainan tingkah laku seperti: Impulsif, sulit
memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan
frustasi
3. Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,
dan neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain atau obat lain yang
digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal
1) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien. Hal ini menggunakan penggunaan obat
anti psikotik untuk pasien waham
2) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine
tablet 25mg, 100mg. Keuntungan
3) Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25-100mg.
Efektif untuk menghilangkan gejala positif.
4) Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami waham.
Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan
cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya
sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham
adalah penarikan diri yang potensial, Hal ini berarti
penatalaksanaannya penekanankan pada gejala dari waham itu
sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya sewaktu-waktu sebelum waktu yang berikutnya,
penarikan diri dari lingkungan sosial
5) ECT tipe katatonik
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah sebuah prosedur dimana
arus listrik melewati otak untuk pelatihan kejang singkat. Hal ini
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat
mengurangi penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik.
ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-
obatan tidak membantu meredakan episode katatonik.
6) Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham,
namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai
untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat
dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang
termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok,
terapi keluarga, terapi supportif
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan
Proses Pikir: Waham
2.2.1 Pengkajian
Menurut Damaiyanti (2017) hal-hal yang harus dikaji pada klien waham
adalah:
(1) Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
(2) Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
(3) Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
a) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien
b) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan
anak-anak.
c) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk
(4) Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada
keluhan.
(5) Aspek psikososial
(1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
(2) Konsep diri
1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki-
laki/perempuan
3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut
4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya
5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah
(3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat
(4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
(6) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian
dan daya tilik diri
(7) Proses pikir
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari
satu topik ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan (flight ofideas) kadang-kadang klien mengulang
pembicaraan yang sama (persevere) Masalah keperawatan: Gangguan
Proses Pikir
(8) Isi Pikir
Contoh isi pikir klien saat diwawancara :
a. Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan
pacarnya orang kaya dan bos batu bara Masalah keperawatan : waham
kebesaran.
b. Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver. Masalah
keperawatan : waham somatik
(9) Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
(10) Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
(11) Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian
tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
(12) Aspek medic
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2) Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diberikan pada klien tidak hanya berfokus
pada masalah waham sebagai diagnosa penyerta lain. Hal ini dikarenakan
tindakan yang dilakukan saling berkontribusi terhadap tujuan akhir yang akan
dicapai. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa gangguan
proses pikir : waham yaitu (Keliat, 2009):
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
(1) Mengucapkan salam terapeutik
(2) Berjabat tangan
(3) Menjelaskan tujuan interaksi
(4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
6) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
7) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
8) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
9) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
10) Berdiskusi tentang obat yang diminum
11) Melatih minum obat yang benar

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana hal ini terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan Dalami (2019). Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan
jiwa dilakukan berdasarkan Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan
masing-masing maslaah utama. Pada masalah gangguan proses pikir : waham
terdapat 4 macam SP yaitu:
(1) SP 1 : Latihan orientasi realita : orientasi orang, tempat, dan waktu serta
lingkungan sekitar.
(2) SP 2 : Mengajarkan cara minum obat secara teratur
(3) SP 3 : Melatih pemenuhan kebutuhan dasar
(4) SP 4 : Melatih kemampuan positif yang dimiliki

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Dalami, 2019). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua jenis
yaitu : evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan.
Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.
Menurut Yusuf (2015) evaluasi yang diiharapkan pada asuhan keperawatan
jiwa dengan gangguan proses pikir adalah:
a. Pasien mampu melakukan hal berikut:
1) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
2) Berkomunikasi sesuai kenyataan
3) Menggunakan obat dengan benar dan patuh
b. Keluarga mampu melakukan hal berikut:
1. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan.
2. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien.
3. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : Meranti


Tanggal Dirawat : 19 Januari 2023

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. M (perempuan)
Umur : 47 tahun
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2023
Informan : Klien

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Dari buku status klien menurut anak, klien kurang lebih sudah 5 bulan putus
minum obat, klien sering berbicara sendiri, sering keluyuran ke rumah keluarga,
sering tidak mandi, susah tidur, memukul diri sendiri, menempel rokok panas ke
tangan kadang berbicara sendiri mengatakan untuk membunuh anaknya sehingga
anaknnya ketakutan. Saat pengkajian tanggal 23 januari 2023, jam 10.00 WIB
pasien mengatakan bahwa dirimya di guna-guna oleh orang melalui media social
klien juga mengatakan bayangan tersebut berwujud laki-laki dan berusaha
menyakiti dirinya dan keluarganya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya  Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : Berhasil kurang berhasil tidak berhasil 

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
2. Klien pernah melakukan pengobatan sebelumnya tapi setelah berobat ke
poli dirujuk kembali ke ruang rawat inap
3. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan
dalam keluarga serta tindakan kriminal.

Masalah Keperawatan : Rigemen terapi tidak efektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Ya Tidak


Hubungan keluarga Gejala Riwayat


Pengobatan / perawatan
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .
.......................................... .......................................... ..........................................
. . .

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Jelaskan :
Klien tidak mengatakan tidak memiliki pengalaman masalalu yang tidak
menyenangkan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110/ 80 mmHg N : 80 x/menit
S : 36.6 c RR : 20 x/menit
2. Ukur
TB : 149 cm BB : 43 kg
3. Keluhan fisik : Ya / Tidak ada keluhan fisik
Jelaskan :
Tanda- tanda vital normal, Imt ideal 19,3
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSAL
1. Genogram

Keterangan :
= Laki-laki = Klien = Garis keturunan

= Perempuan = Tinggal serumah = Meninggal

= Cerai = Garis pernikahan

Jelaskan : klien tinggal bersama ketiga anaknya, klien anak ke 2 dari 4


bersaudara 2 perempuan 2 orang laki-laki klien mempunyai 2 anak laki-laki
dan 2 anak perempuan, klien tinggal bersama 1 orang anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai semua anggota tubuhnya

b. Identitas : Klien mengetahui namanya, dan menyebut nama


Merlina klien mengatakan agamanya Kristen dan
seorang perempuan
c. Peran : Klien mengatakan diriny seorang istri dan ibu dari 4
orang anak.
d. Ideal diri : Klien berharap ingin cepat sembuh ingin kembali
berkumpul dengan keluarganya
e. Harga diri : Klien mengatakan bahwa klien merasa di anggap oleh
perawat, teman serta lingkungan sekitar

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


3. Hubungan Sosial

a. Orang yang : Klien mengatakan orang yang berate adalah anak klien
berarti
b. Peran serta : Klien mengatakan selama dirumah jarang
dalam kegiatan
kelompok / mengikuti kegiatan dimasyarakat
masyarakat
c. Hambatan dalam : Selama diruangan klien bisa berbicara/ngobrol
berhubungan
dengan orang bersama temannya tetapi kadang tidak nyambung
lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual

a. Nilai dan : Klien mengatakan beragama kristen dan klien


keyakinan
mengatakan tidak ada yang bertentangan dengan
keyakinannya
b. Kegiatan ibadah : Selama dirumah dan dirumah sakit klien jarang
berdoa

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak


seperti
tidak sesuai biasanya

Jelaskan :
Rambut klien tampak rapi dan klien bisa mengikat rambutnya, memakai
pakaian yang disediakan oleh RSJ, pakaian tampak rapi, badan klien tampak
bersih mandi 2x sehari
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap  Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

Loghorea Echolalia

Jelaskan :
Pada saat diajak berbicara jawaban klien tidak nyambung, berbicara
mengatakan ada bisikan dan melihatan bayangan dan sering mengatakan
anaknya keluar dari foto.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi

3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang  Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor


Kompulsif

Jelaskan :
Klien tampak mondar-mandir serta sering memegang rambutnya pada saat
melihat banyangan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi

4. Alam Perasaaan

 Sedih  Ketakutan Putus asa  Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan :
Klien mengatakan merasa khawatir dan merasa ketakutan saat bayangan laki-laki
tua ingin menyakiti dirinya serta merasa sedih saat bayangan laki- laki tua tersebut
ingir menyakiti keluarganya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi

5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Interaksi Selama Wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

 Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan :
Pada saat diajak berbicara mata klien kesana kemari
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Persepsi : Halusinasi

Pendengaran  Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan :
Klien mengatakan ada banyangan laki-laki tua yang berusaha menyakiti
dirinya dan keluarga klien, serta klien mengatakan suara itu muncul 4-5 x
pada siang hari selama 5 menit, pada malam hari 1-3 x dengan frekuensi 5
kurang lebih 5 menit.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi
Penglihatan

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi 

neologisme
Jelaskan :
Pada saat dikaji klien sering mengulang kata-kata bahwa klien mengatakan
bahwa dirinya diguna-guna serta melihat bayangan laki-laki tua yang ingin
menyakiti dirinya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait  pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran  Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol


pikir

Jelaskan : klien mengatakan bahwa dirinya di guna – guna oleh orang lain
melalui media sosisal.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir : waham curiga

10. Tingkat Kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan :
Pada saat ditanya waktu klien mengetahui pagi, siang, malam, klien juga
mengetahui dimana ia berada, pada saat diajak berkenalan 2 menit ditanya
kembali klien mengingatnya kembali, tingkat kesadaran compos mentis, klien
mampu melakukan aktifitas secara mandiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka


pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan :
Klien mampu menceritakan apa yang dialami dimasalalunya,klien mampu
mengingat dimana klien bersekolah di SDN 1 Tumbang Nango, klien mampu
menyebutkan dimana klien bersekolah di SMP 1 Palangka Raya, klien
mampu mengingat apa yang ia dengar dan yang dilakukan beberapa saat 5
menit ketika ditanya kembali.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung

mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung


sederhana

Jelaskan :
Klien mampu menjawab apa yang ditanyakan dan berani, klien mampu
berhitung 1-10.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan
Klien mampu mengetahui perawat ketika ditanyakan dinilai dengan melihat
baju dan kerapian perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawataN
14. Daya Tilik Diri

 Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :
Klien mengatakan tidak mengetahui dirinya dibawa kesini dengan alasan apa
serta klien mengatakan dirinya tidak sakit
Masalah Keperawatan : -

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan

 Bantuan minimal Bantuan total


Jelaskan :
Klien mampu secara mandiri untuk makan dan mampu ikut serta dalam
makan bersama dengan yang lain, klien makan 3x sehari,tetapi masih
diarahkan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. BAB/BAK

 Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :
Klien secara mandiri BAB/BAK, saat ingin BAB/BAK klien pergi ke toilet
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Mandi

 Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :
Klien mampu menggunakan pakaian secara mandiri misalnya menggunakan
pakaian, tetapi klien bisa memasang baju terbalik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian / Berhias

 Bantuan minimal Bantual total


Jelaskan :
Klien mampu menggunakan pakaian secara mandiri misalnya menggunakan
pakaian, tetapi klien bisa memasang baju terbalik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Istirahat Dan Tidur

 Tidur siang lama : pukul 09.00 s/d 11.00 WIB

 Tidur malam lama : pukul 19.00 s/d 05.00 WIB

 Kegiatan sebelum / sesudah tidur

Jelaskan :
Klien mandi dan sikat gigi sebelum tidur, klien mandi serta sikat gigi setelah
bangun tidur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Penggunaan Obat

 Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :
Klien mampu minum obat yang diberikan tanpa bantuan dari perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
8. Kegiatan Di Dalam Rumah

Mempersiapkan makanan  Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah  Ya Tidak

Mencuci pakaian
 Ya Tidak

Pengaturan keuangan  Ya Tidak

Jelaskan :
Sebelum sakit klien bisa mencuci baju sendiri, membersih rumah dan uang
yang didapatkan waktu bekerja disimpan sendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya ......................... lainnya .................................

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Masalah dengan : Klien mengatakan keluarganya mendukung untuk
dukungan kelompok,
spesifik kesembuhannya
Masalah berhubungan : Klien tampak aktif berbaur dengan teman sekitar
dengan lingkungan,
spesifik
Masalah dengan : Pendidikan klien terakhir SMP
pendidikan, spesifik
Masalah dengan : Klien mengatakan tinggal bersama dengan anaknya
pekerjaan, spesifik
Masalah dengan : Klien sering di rumah saja dan jarang ikut kegiatan
perumahan, spesifik kelompok
Masalah ekonomi, : Tidak ada masalah
spesifik
Masalah dengan : klien jarang mengunjungi pelayan kesehatan karena
pelayanan kesehatan, jarak tempuh jauh dari tempat tinggal
spesifik
Masalah lainnya, : Tidak ada masalah
spesifik

Masalah Keperawatan : Rigemen terapi tidak efektif

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

 Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

 Koping  obat-obatan
Lainnya :

Jelaskan :
1. Obat-obatan
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang obat-obatan yang
digunakannya dan kegunaannya, pasien tampak belum mengerti ketika
ditanya kegunaan obat yang diberikan
2. Penyakit jiwa
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang gangguan jiwanya
3. Koping
Klien mengatakan ketika halusinasinya muncul klien akan
mengikutinya, pasien sering tampak bingung dan mondar-mondir.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Palangka Raya , 23 Januari 2023

Mahasiswa,

Oktavia Nyai Sakti


2022-04-14901-052

ANALISA DATA

Data Masalah
Data Subjektif :
1. klien mengatakan bahwa dirinya di
guna – guna oleh orang lain
melalui media sosisal.
Gangguan Proses Pikir : waham
Data Objektif :
Curiga
1. pasien tampak curiga
2. pasien tampak waspada
3. isi pikiran klien sama seperti isi
wahamnya
4. Pembicaraan inkoheren ( gagasan
satu dengan lain tidak logis, tidak
dapat dimengerti )
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan ada banyangan
laki-laki tua yang berusaha
menyakiti dirinya dan keluarga
klien, serta klien mengatakan suara
itu muncul 4-5 x pada siang hari
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
selama 5 menit, pada malam hari 1-
3 x dengan frekuensi 5 kurang lebih penglihatan
5 menit, klien mengatakan jika
mendengar serta melihat bayangan
klien merasakan takut, khawatir,
dan sedih.

Data Objektif :
1. Klien tampak gelisah
2. Pembicaraan inkoheren
3. Klien tampak sedih, ketakutan dan
khawatir.
4. Klien sering mengulangi kembali
pembicaraan yang sama.
5. Kontak mata klien (-) mata klien
tidak focus saat di ajak bicara
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan pernah
melakukan pengobatan sebelumnya
tapi setelah berobat ke poli dirujuk
kembali ke ruang rawat inap. Rigemen terapi tidak efektif
2. klien jarang mengunjungi pelayan
kesehatan karena jauh dari tempat
tinggal
Data Objektif :
1. Pengobatan klien tidak berhasil
2. Klien tampak gelisah

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik :
-
Terapi Medik :
1. Haloperidol 5 mg
2. Chlorpromazine 100 mg

XII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Gangguan Proses Pikir : waham Curiga
2. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan
3. Rigemen terapi tidak efektif

XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )


1. Gangguan Proses Pikir : waham Curiga

XIV Pohon Masalah

Effect Gangguan Proses Pikir : waham Curiga

Core Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Promblem Penglihatan

Rigemen terapi tidak efektif


Cause
CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ

Nama : Ny. M RM No.:-

DIAGNOSIS TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Gangguan proses 1) SP 1 : Latihan orientasi realita S :
piker : waham : orientasi orang, tempat, dan 1. klien mengatakan bahwa
curiga waktu serta lingkungan dirinya di guna – guna oleh
sekitar. orang lain melalui media
2) SP 2 : Mengajarkan cara sosisal.
minum obat secara teratur
3) SP 3 : Melatih pemenuhan O :
1) pasien tampak curiga
kebutuhan dasar
2) pasien tampak waspada
4) SP 4 : Melatih kemampuan
3) isi pikiran klien sama
positif yang dimiliki
seperti isi wahamnya
4) Pembicaraan inkoheren
( gagasan satu dengan lain
tidak logis, tidak dapat
dimengerti )

A: gangguan proses pikir :


Waham Curiga

P:
1. Lakukan bina hhubungan
saling percaya
2. Masalah belum teratasi,
ulangi sp 1-4
3. Evaluasi kegiatan
- Latihan orientasi realita :
orientasi orang, tempat, dan
waktu serta lingkungan
sekitar.
- Mengajarkan cara minum
obat secara teratur
- Melatih pemenuhan
kebutuhan dasar
- Melatih kemampuan positif
yang dimiliki
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kasus yang dikaji serta membandingkan
dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh mana faktor pendukung,
faktor penghambat dan solusinya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan pada
klien Ny. M dengan Waham Curiga diruang Meranti RSJ. Kalawa Atei Palangka
Raya. Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan
dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data dengan cara wawancara dan
observasi secara langsung dengan klien, informasi dari catatan perawat, catatan
medis dan perawat ruangan.
Secara teori pengkajian pada klien dengan risko Waham Curiga meliputi
faktor predisposisi dan presipitasi diantaranya faktor predisposisi mencakup faktor
biologis, psikologis, sosiokultural pada kasus yang penulis temukan beberapa
ketidaksamaan atau perbedaan dengan pada teori, yaitu faktor biologis dimana
anggota keluarga klien tidak ada yang menderita skizofrenia. Sedangkan faktor
presipitasi pada teori mencakup, yang pertama dari dalam individu, kehilangan
relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar,
perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit
fisik, dan lain-lain. Yang kedua dari luar individu meliputi serangan terhadap
fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan, dan
tindakan kekerasan. Sedangkan pada kasus menyatakan bahwa terjadinya
gangguan jiwa disebabkan oleh stressor baik dari internal maupun eksternal,
misalnya pengaruh lingkungan sekitar yang dimana menurut pasien orang jawa
tidak mau kalah dalam hal pekerjaan dan selalu menjadi bos dan riwayat klien
yang sering mengkonsumsi alkohol yang membuatnya mabuk dan sering marah-
marah.
Pohon masalah pada teori terdapat tiga diagnosa keperawatan, yaitu Waham
Curiga yang disebabkan oleh gangguan konsep diri: harga diri rendah
mengakibatkan risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain , dan
lingkungan). Pada kasus ini terdapat kesesuaian sehingga antara teori dan kasus
sesuai. Pada kasus klien mendapatkan therapy oral Trifluoperazin dan Lorasepam.
Faktor pendukung yang mempermudah penulis dalam melakukan
pengkajian adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan,
data klien lengkap, klien mau berinteraksi dan terlihat tenang dan kooperatif.
Faktor penghambat yang ditemukan penulis adalah kurangnya data yang didapat
karena penulis tidak bertemu dengan keluarga sehingga data yang didapatkan
kurang lengkap. Dan penulis lakukan untuk mengatasi faktor penghambat yaitu
bekerja sama dengan perawat ruangan, melihat Medical Record klien dan
mengkaji klien lebih dalam dengan komunikasi singkat dan sering untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan masalah klien untuk melengkapi
data.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada teori, diagnosa keperawatan yang ditemukan ada tiga, yaitu Waham
Curiga, gangguan konsep diri: harga diri rendah, dan risiko perilaku kekerasan.
Sedangkan pada kasus terdapat 3 diagnosa keperawatan yang berbeda dimana
ditemukan diagnosa keperawatan Regiment terafeutik tidak efektif, Waham
Curiga, Risiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Diagnosa yang
menjadi prioritas adalah risiko perilaku kekerasan sesuai pohon masalah yang
dapat terjadi adalah munculnya Waham Curiga yang membahayakan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sekitar.
Factor pendukung yang mempermudah penulis dalam menegakan diagnosa
keperawatan karena berdasarkan data yang didapat sesuai dengan respon yang
muncul pada Ny.M dan adanya hubungan baik antara mahasiswa dengan perawat
ruangan untuk mendapatkan data dari medical record klien selain itu juga adanya
referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam negakan diagnosa
keperawatan.
Faktor penghambat yang ditemukan penulis adalah kurangnya data yang
didapat karena penulis tidak bertemu dengan keluarga sehingga data yang
didapatkan kurang lengkap.
4.3 Perencanaan Keperawatan
Penulis menyusun rencana keperawatan berdasarkan yang muncul dan
sesuai dengan teori yang ada yakni berdasarkan prioritas masalah, tujuan dan
kriteria hasil, dan intervensi.
Diagnosa yang menjadi prioritas adalah Waham Curiga. Dari diagnosa
tersebur terdapat kriteria hasil. Kriteria hasil yaitu Klien mengedalikan Waham
Curiga fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal, Klien mampu
mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak diminum sesuai program,
akibat putus obat), Klien mampu mengontrol Waham Curiga secara verbal (3 cara,
yaitu mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar), Klien mampu
mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (2 kegiatan).
Dalam penyusun rencana tindakan penulis menemukan hambatan karena
penulis tidak dapat bertemu dengan keluarga klien sehingga SP keluarga tidak
dapat dilaksanakan, sehingga dilimpahkan kepada perawat ruangan, sedangkan
faktor pendukung terjadinya sumber referensi yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam membuat perencanaan yaitu Medicasion Record.
4.4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini, penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan teori
yang berdasarakan dari strategi pelaksanaan, yaitu diagnosa I pada strategi
pelaksanaan ke I, yaitu membina hubungan saling percaya, Mengidentifikasi
penyebab, tanda dan gejala Waham Curiga yang dilakukan akibat perilaku
kekerasan, Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan : fisik, obat, verbal,
dan spiritual, Melatih cara mengontrol Waham Curiga secara fisik : tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal, Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik. Strategi pelaksanaan ke II, yaitu Mengevaluasi kegiatan latihan fisik,
beri pujian, Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar
obat, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak
diminum sesuai program, akibat putus obat), Memasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan fisik dan minum obat. Strategi pelaksanaan ke II modifikasi , yaitu
Mengevaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian, Melatih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat, akibat jika obat tidak diminum sesuai program, akibat putus obat),
Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat. Strategi
pelasanaan ke II modifikasi, yaitu Mengevaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian,
Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak diminum
sesuai program, akibat putus obat), Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik dan minum obat.
Factor pendukung yang mempermudahkan penulis dalam melakukan
tindakan keperawatan adalah klien yang mau berinteraksi dan kooperatif.
Sedangkan factor penghambat yang ditemukan pada saat melakukan tindakan
keperawatan adalah perasaan klien sering berubah-ubah serta tidak dapat
melanjutkan strategi pelaksanaan keluarga dan untuk mengatasi hal tersebut
mahasiswa meminta bantuan kepada perawat ruangan untuk meneruskannya.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan. Maka
penulis menggunakan pendokumentasian dalam bentuk catatan keperawatan
berupa respon hasil setiap tindakan yang dilakukan dan evaluasi akhir yang
berupa catatan perkembangan (SOAP) berdasarkan strategi pelaksanaan mulai
dari strategi risiko perilaku kekerasan yang tercapai hanya strategi pelaksanaan I
sedangkan untuk strategi pelaksanaan keluarga tidak bisa dilakukan evaluasi
karena penulisan tidak dapat bertemu dengan keluarga klien dan melakukan
tindakan strategi pelaksanaan keluarga. Evaluasi yang didapat Ny. M mampu
membina hubungan saling percaya, membina hubungan saling percaya,
Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan
akibat perilaku kekerasan, mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal.
BAB 5
PENUTUP
Waham Curiga merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala Waham Curiga dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain.
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Ny.M dengan
masalah utama Waham Curiga di ruangan Maranti Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei
Bukit Rawi pada tanggal 26 Januari 2023 maka pada BAB 5 ini membahas
tentang kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1.1 Kesimpulan:
Ditemukan perbedaan faktor predisposisi dan faktor presipitasi pada teori
dengan kasus. Secara teori pengkajian pada klien dengan risiko perilaku kekerasan
meliputi faktor predisposisi dan presipitasi diantaranya faktor predisposisi
mencakup faktor biologis, psikologis, sosiokultural. Pada faktor predisposisi,
yaitu faktor biologis dimana anggota keluarga klien tidak ada yang menderita
skizofrenia. Sedangkan faktor presipitasi pada teori mencakup, yang pertama dari
dalam individu, kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau
berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran
terhadap penyakit fisik, dan lain-lain. Yang kedua dari luar individu meliputi
serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, dan tindakan kekerasan. Sedangkan pada kasus menyatakan
bahwa terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh stressor baik dari internal
maupun eksternal, misalnya pengaruh lingkungan sekitar yang dimana menurut
pasien orang jawa tidak mau kalah dalam hal pekerjaan dan selalu menjadi bos
dan riwayat klien yang sering mengkonsumsi alkohol yang membuatnya mabuk
dan sering marah-marah.
Menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul dan sesuai dengan teori yang ada berdasarkan prioritas masalah, tujuan
umum maupun khusus, intervensi, kriteria evaluasi, dan didukung dengan sumber
referensi yang tersedia.
Diagnosa yang menjadi prioritas adalah Waham Curiga. Dari diagnosa
tersebut terdapat kriteria hasil. Kriteria hasil yaitu Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal,
Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak diminum
sesuai program, akibat putus obat), Klien mampu mengontrol Waham Curiga
secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar),
Klien mampu mengontrol Waham Curiga secara spiritual (2 kegiatan).
Pada tahap ini penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan teori,
yaitu diagnosa 1 dengan strategi pelaksanaan ke I sampai II, namun strategi
pelaksanaan keluarga tidak dapat dilakukan karena penulis tidak bertemu dengan
keluarga klien.
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam memberikan asuhan keperawatan
yang bertujuan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan,
berdasarkan strategi pelaksanaan mulai dari I sampai dengan strategi pelaksanaan
II untuk klien. Dimana penulis melakukan sesuai dengan diagnosa prioritas yaitu
Waham Curiga yang tercapai hanya strategi I sampai II untuk klien, sedangkan
strategi pelaksanaan untuk keluarga belum tercapai dan dievaluasi.
1.2 Saran
1.2.1 Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa harus lebih menguasai materi Waham Curiga.
2) Mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa harus
menggunakan komunikasi terapeutik.
3) Mahasiswa harus mengoptimalkan waktu yang tersedia dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien Waham Curiga.
4) Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan secara
komprehensif ke Waham Curiga.
5) Mahasiswa harus lebih meningkatkan komunikasi dengan klien sehingga
dapat memperoleh data dan memberikan asuhan keperawatan yang
optimal ke Waham Curiga.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna,dkk. 2022. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf, A, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Prakasa, A. (2020). Analisis Rekam Medis melalui Implementasi Data Mining
Algoritma C4. 5 dalam Menentukan Keputusan Jenis Waham Pasien
dengan Skizofrenia di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Pakpahan, E. R. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. a Dengan
Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesaran Di Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera.
Tumanggor, J. A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn, Y Dengan
Masalah Gangguan Proses Pikir: Waham Kebesaran.

Anda mungkin juga menyukai