Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK

TREND KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI MASA YANG AKAN


DATANG

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
NAMA NIM

Anjela : PO.62.10.1.19.002
Annisa : PO.62.20.1.19.003
Erisa Gita Corneliya : PO.62.10.1.19.011
Gracessela Wahyuni Devi : PO.62.10.1.19.013
Hafipuddin : PO.62.10.1.19.014
Riska Sundari : PO.62.10.1.19.033
Tia Andriani : PO.62.10.1.19.036
Wanda Wulandari PO.62.10.1.19.037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa,karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang Trend Kualitas Pelayanan Kesehatan Dibidang
Keperawatan Medikal Bedah.
Kelompok menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu, Kelompok kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada semuanya. Kelompok menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan
yang tak pernah berhenti, oleh karena itu penulis menerima semua saran dan kritik guna
untuk memperbaiki di masa mendatang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
semua amal baik semua yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini,
Amin.

Palangka Raya, 27 September 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................3
1.2 Tujuan………….............................................................................................................3
1.3 Manfaat ..........................................................................................................................3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trend dalam keperawatan medikal bedah.................................................................. 4
2.2 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia............................ 7
2.3 Trend Keperawatan Medikal Bedah di Masa Kini dan Masa yang akan Datang…….11

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik.Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas
dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis
penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi
akan menimbulkan berbagai trend yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan
keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, kami tertarik untuk membahas Trend
Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana trend keperawatan medikal bedah yang ada di Indonesia ?
2. Bagaimana cara mengimpelemntasikan trend keperawatan medikal bedah ?
3. Bagaimana trend keperawatan medikal bedah pada masa yang akan datang ?
1.3. Tujuan
1.Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
2.Mengetahui implikasi trend keperawatan medikal bedah terhadap perawat di
Indonesia
3.Mengetahui trend keperawatan medikal bedah masa kini dan masa yang akan
datang
1.4. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend keperawatan
medikal bedah di Indonesia.
2. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah

4
3. Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend yang
berkembang dalam bidang kesehatan di masa kini dan masa yang akan datang

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Trend Keperawatan Medikal Bedah


Pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dengan sistem yang komplek,
khususnya pada keperawatan medikal bedah, salah satu faktor yang berpengaruh yaitu
perubahan kehidupan sosial masyarakat.Trend dalam keperawatan medikal bedah
merupakan salah satu komponen yang membentuk filosofi keperawatan dan penyedia
layanan keperawatan pada abad 21. Burke and Lemone (1996) menjelaskan beberapa
trend yang berkembang saat ini yaitu:
 Perubahan populasi yang membutuhkan perawatan
Menurut data statistik menunjukkan 50 % pasien yang dirawat di ruang akut
adalah usia>75 tahun dan 45 % yang dirawat di ruang critical care adalah usia 65
tahun.
 Penduduk lansia
Jumlah penduduk lansia meningkat secara tajam sejak tahun 1900.Penduduk
lansia saat ini berjumlah 12 % dari penduduk dunia.Lansia menderita penyakit kronik
dan membutuhkan perawatan jangka lama, perawatan di rumah dan layanan
komunitas. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA)
melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia
7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 jumlah lansia menjadi 19 juta orang
(8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk
lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun.
Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.
 Pasien dengan HIV

5
Jumlah pasien dengan HIV meningkat secara tajam, lebih dari 40 juta jiwa di
Indonesia kasus AIDS sejak 1987 sampai dengan 2004 mencapai jumlah 2683 orang
dan pada tahun 2005 jumlah penderita AIDS tercatat sekitar 2638 orang. Hal ini
menggambarkan bahwa telah terjadi ledakan epidemi pada tahun 2005.
 Penduduk miskin
Pada Maret 2007, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan) di Indonesia sebesar 37,17 juta atau 16,58 persen dari total penduduk
Indonesia saat ini sebesar 224,177 juta .Hal ini dapat dikaitkan dengan
ketidakmampuan penduduk miskin dalam membayar fasilitas layanan kesehatan
sehingga pemerintah ikut bertanggung jawab dalam menyediakan layanan kesehatan
bagi penduduk miskin.
 Tunawisma
Berdasarkan data dari askes Indonesia menyebutkan bahwa sedikitnya 2,6 juta
gelandangan, anak jalanan, dan orang sakit jiwa akan dimasukkan ke skema
kepesertaan program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) tahun 2008. Hal ini
merupakan tantangan bagi perawat medical bedah dalam menyediakan layanan asuhan
keperawatan yang meliputi layanan kep[erawatan emergencyi, layanan kesehatan
masyarakat, rawat jalan dan rawat inap (Burke and Lemone, 1996)
a. Pemakaian Teknologi Komputer dalam Keperawatan
Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan telenursing, dimana asuhan
keperawatan dilakukan jarak jauh .Pengembangan komputer dalam kesehatan meliputi
sistem administrasi keperawatan, sistem diagnosa cepat, sistem jadwal dinas,
pendidikan berkelanjutan, rekam medik, asuhan keperawatan (Burke and Lemone,
1996)
b. Sistem Layanan Kesehatan
Trend dalam sistem layanan kesehatan meliputi sistem upah, sistem rawat jalan,
perawatan intensif dan rehabilitasi, pendidikan keperawatan berkelanjutan untuk
tingkat spesialisasi, penentuan kebijakan dalam hal kualitas mutu rumah sakit dan
berbasis komunitas
c. Peran perawat dalam sistem kebijakan kesehatan

6
Trend dalam kebijakan kesehatan meliputi restrukturisasi sistem pelayanan
keperawatan, meminimalkan biaya kesehatan, managemen kasus, long term care
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan
fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis,
(CHS,1992).Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di
bawah ini:
1. Pelayanan Profesional
Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien, selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-
Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan
standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang
perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi
keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan


Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan
Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus
berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan
Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan terbaru

3. Menggunakan scientific Metode


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam
proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan
standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).

4. Berlandaskan Etika Keperawatan


Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan
asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak
pasien/ kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien),
Veracity (kejujuran), Justice (keadilan).

7
2.2 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan
dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu
mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan,
mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit
kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton,
Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas
interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga
konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional.Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik
informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
b. Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka
Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area
luka. Luka yang lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor yang berperan
dalam proses penutupan luka, antara lain TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain
sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah durasi waktu dalam memberikan
kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat diminimalkan.Selain
itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur penting
lainnya serta merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan

8
replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk
penyembuhan luka. Hal ini akan berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan
kepuasan pasien serta memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian, prinsip
ini belum diterapkan di semua rumah sakit di seluruh Indonesia.
c. Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group
Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini
akan berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan
akan memberikan dampak terjadinya HIV-AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang
dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksinya dengan harapan
suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi kelompok remaja yang lain. Metode
ini telah diterapkan pada lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga
swadaya masyarakat. Adapun angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga
Juni 2008 adalah sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal
ini akan sangat mengancam masa depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan
metode Peer Group dapat menurunkan angka kejadian, karena diyakini bahwa
kelompok remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.
d. Program sertifikasi perawat keahlian khusus
Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam tatanan
layanan keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah misalnya
sertifikasi perawat luka oleh INETNA, sertifikasi perawat anastesi, perawat
emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU, perawat ICCU, perawat instrument
OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap sertifikasi sudah
sesuai dengan kompetensi perawat profesional karena menurut analisa kami program
tersebut berjalan sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan
terkesan hanya proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.
e. Hospice Home Care
Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di rumah
setelah dilakukan perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah tidak perlu
dilakukan lagi.Bidang garapnya meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang
bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan psikis, dukungan moral bagi pasien

9
dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan praktis. Di Indonesia,
metode perawatan ini di bawah pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di
beberapa rumah sakit yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum
dilakukan secara legal.

f. One Day Care


Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebih dari satu hari.Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan,
pasien boleh pulang.Biasanya dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil
analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa metode one day care ini
dapat mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak menimbulkan penumpukkan
pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini
juga dapat berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal
mungkin.
g. Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit pemerintah
maupun swasta. Hal ini dilakukan dalam usaha mendeteksi dini akan HIV dan
mencegah penyebaran HIV di masyarakat. Target penderita adalah kelompok
masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya pekerja sex, penderita HIV-AIDS, remaja,
kelompok IDU (injection drug use).Klinik ini masih terbatas dikembangkan
dibeberapa rumah sakit saja.Hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga
yang kompeten dalam bidang tersebut serta sarana dan prasarana yang masih
minimal.Selain itu masyarakat masih belum siap untuk memanfaatkan klinik ini,
karena ada stigma dimasyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini adalah
penyakit kutukan dan harus dikucilkan.Namun demikian, dalam praktik nyata, telah
ada wadah khusus dari Depkes RI untuk menjaring pengidap HIV/AIDS oleh VCT
(Voluntary Counselling and Testing).Usaha ini telah berhasil menjaring sejumlah
pengidap AIDS dimana hingga bulan Juni 2008 telah terdeteksi 12.686 (Depkes,
2008).Dari sejumlah pasien ini, apabila diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka
sebenarnya disekeliling kita sudah terdapat banyak pasien dengan HIV/AIDS.
h. Klinik Rawat Luka

10
Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh sekelompok
perawat yang minat dalam perawatan luka.Klinik ini tidak lepas dari kolaborasi
dokter-ners. Sifat layanannya dapat berupa home visit atau pasien berkunjung ke
klinik secara langsung.
i. Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan
Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai
bermunculan organisasi profesi perawat kekhususan dalam keperawatan medikal
bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia), InETNA
(Indonesia Enterostomal Therapy Nursing Association), IOA (Indonesia Ostomy
Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat untuk
mengembangkan dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang garapan tertentu,
namun demikian akan timbul permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi
lebih bervariasi dan berdampak lebih luas pada organisasi keperawatan lebih luas
karena akan terkesan terpetak-petak. Selain itu standar dari masing-masing
kekhususnan belum jelas.
j. Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam
Lingkup Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan
keperawatan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut
meliputi membentuk komite riset, menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah,
kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya dan pendidikan berkelanjutan.Akan
tetapi pelaksanaan di Indonesia belum maksimal.Hal ini dibuktikan dengan minimnya
kegiatan ilmiah keperawatan di rumah sakit, hasil penelitian jarang didiseminasikan
dan dimanfaatkan untuk pengembangan praktik klinis keperawatan.

11
2.3 Trend Keperawatan Medikal Bedah di Masa Kini dan Masa Yang Akan Datang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang


kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan
melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan
dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada
pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan
spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada
peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.
Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu
profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan
dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan
pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

1. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.


Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia,
diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka,
Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat
keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka,
Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence Based
Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal
Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam
pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.
2. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara
lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum
ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit
mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah
kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan
sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit
pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan
sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis
belum jelas terlihat.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang kesehatan,
peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak
asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan mengakibatkan
masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.

13
3.2 SARAN
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam
tatanan layanan keperawatan. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan
isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based
Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal
Bedah

14
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen PPM dan PPL Depkes RI (2008). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia
.http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Selasa, 23 september 2008, pukul 11.00
WIB

15

Anda mungkin juga menyukai