Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN FIELDTRIP

MK. KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

OLEH KELOMPOK 3

Maulida Hasanah P07124120032


Ni Made Mara K P07124120033
Nihayatul Istiana P07124120034
Ardita Ariestia P07124120035
Astrida Alya Ardan F P07124120036
Siti Istiqomah P07124120037
Hapsari Diva Ayu N. P07124120038
Yuvika Sofyaning Y P07124120039
Tevy Aurrelia P07124120040
Tias Yutianingsih P07124120042
Agustina Ayu Puspita P07124120043
Rizki Ayu Annisa P07124120044

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN FIELDTRIP
MK. KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCARA

Telah Mendapat Persetujuan dan Disahkan pada


Tanggal:………………………………..

Nama Pembimbing Tanda Tangan

Ika Agustina S, S.Tr.Keb. Bdn


NIP. 919880818201001201

ii
KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan


dukungan yang diberikan dalam penyusunan laporan ini kepada:
1. Dr. Yuni Kusmiyati,SST.,MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Laporan
Praktik Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini.
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT., M.Kes., selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk
menyusun Laporan Praktik Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini.
3. Niken Meilani, S.SiT.,S.Pd.,M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam meyusun Laporan Praktik Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana ini.
4. Mina Yumei Santi, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam meyusun Laporan Praktik Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana ini.
5. Faaza Rohmah Fathia, S.Tr.Keb.Bdn selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam meyusun Laporan Praktik Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana ini.
6. Ika Agustina S, S.Tr.Keb. Bdn selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing
Lahan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam meyusun Laporan Praktik
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana ini.
7. Teman-teman anggota kelompok yang telah banyak berkontribusi dalam
menyelesaikan penyusunan Laporan Praktik Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya laporan ini. Kami juga berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami sebagai penyusun.
Yogyakarta, 12 April 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................................5
B. Tujuan Praktikum............................................................................................................7
C. Manfaat Praktikum..........................................................................................................7
BAB II ISI.................................................................................................................................8
LSM Victory Plus dan LSM Rifka Annisa.............................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
LAMPIRAN............................................................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Virus tersebut menyerang dua jenis sel
darah putih (sel CD4 dan T), dimana sel tersebut sangat penting bagi sistem kekebalan
tubuh manusia. Ketika kedua sel tersebut terinfeksi HIV maka sistem kekebalan tubuh
manusia akan melemah dan tidak mampu lagi melawan beragam infeksi penyakit
(Stolley & Glass, 2009). Sedangkan pengertian Acquired Immunodeficiency Down
Syndrome (AIDS) yaitu merupakan kondisi lanjutan dari HIV dimana sistem
kekebalan tubuh tidak dapat lagi berfungsi sama sekali sehingga tubuh tidak mampu
lagi melawan atau menahan infeksi-infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
(AIDS Ina, 2012).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan
bahwa 940.000 orang meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup
dengan HIV pada akhir tahun 2017 dan 30% terjadi di kalangan remaja usia 15 hingga
25 tahun. Diikuti dengan anak-anak yang terinfeksi saat lahir tumbuh menjadi remaja
yang harus berurusan dengan status HIV positif mereka. Menggabungkan keduanya,
ada 5 juta remaja yang hidup dengan HIV (WHO, 2017).
Menurut data dari Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Kemenkes RI menyatakan bahwa jumlah kasus HIV dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kasus HIV di Indonesia pada tahun
2016 tercatat 41.250 kasus dan data terakhir Desember 2017 tercatat 48.300 kasus.
Sedangkan kasus AIDS di Indonesia pada tahun 2016 tercatat 10.146 kasus dan data
terakhir Desember 2017 tercatat 9.280 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69,2%), diikuti kelompok umur 20-24
tahun (16,7%), kelompok umur ≥50 tahun (7,6%), kelompok umur 15-19 tahun
sebesar 4%, dan umur <15 tahun sebesar 2,5%. Kejadian HIV mengalami peningkatan
sementara untuk kejadian AIDS mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut
bukan berarti HIV dan AIDS merupakan penyakit yang tidak berbahaya lagi.
Mengingat dalam kasus ini berlaku Teori Ice Berg atau sering disebut juga Teori
Gunung Es, artinya bahwa angka-angka yang tersaji dari sumber adalah 25% dari
fakta yang ada dan 75% lainnya tersembunyi karena berbagai macam faktor (Dirjen
P2P Kemenkes RI, 2017).
Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan ke-9 sebagai provinsi dengan
penderita HIV dan AIDS terbanyak. Jumlah kasus HIV dan AIDS di DIY pada tahun
2017 meningkat menjadi 2.676 pada laki-laki dan 1.261 pada perempuan, sedangkan
yang sudah positif AIDS adalah 985 pada laki-laki dan 490 pada perempuan. Kasus
HIV paling banyak ditemukan pada penduduk usia 20-29 tahun. Faktor risiko HIV
dan AIDS yang paling banyak ditemukan di DIY adalah heteroseksual sebanyak 48%,
IDU’s (Injecting Drug User’s) 12%, homoseks 6%, biseksual 1%, perinatal 3%,
transfusi 7%, serta 23% lainnya tidak diketahui penyebabnya (Dinas Kesehatan DIY,
2017).
ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. Apabila
seseorang telah dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya fisik yang
menurun, namun juga psikis dan sosialnya turut terpengaruh. Hal ini dikarenakan
ODHA akan dipandang negatif sehingga dijauhi atau dikucilkan oleh lingkungan
sekitarnya bahkan keluarganya. Seringkali dukungan dari lingkungan sekitar dan
keluarga tidak didapatkan oleh ODHA. Oleh karena itu, peran pendamping bagi
ODHA menjadi sangat strategis dalam upaya mengembalikan keadaan dan kondisi
ODHA menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mengacu pada Parson, terdapat beberapa
peran yang dapat dilakukan pekerja sosial dalam melakukan pendampingan terhadap
ODHA. Pertama sebagai fasilitator, pendamping berperan memfasilitasi ODHA agar
mampu menangani tekanan psikis dan sosial yang dialami. Kedua sebagai broker,
pendamping berperan menghubungkan kebutuhan ODHA dengan sumber-sumber
yang ada disekitarnya. Ketiga sebagai mediator, pendamping berperan sebagai
penengah bagi ODHA dengan sistem lingkungan yang menghambatnya. Keempat
sebagai pembela, pendamping berperan dalam membela hak ODHA dalam memenuhi
kebutuhannya. Dan kelima sebagai pelindung, pendamping berperan melindungi
ODHA dari situasi yang rentan dan tidak menguntungkan bagi ODHA.
Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah salah satu yayasan yang bergerak
dalam memberikan dukungan langsung kepada orang yang terdampak dengan HIV
dan AIDS. Yayasan ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan
pemberdayaan ODHA yang berdiri sejak tahun 2004.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok kami yang mana telah melaksanakan
fieldtrip mata kuliah KB Kespro tertarik untuk mengetahui bagaimana peran serta
Yayasan Victory Plus Yogyakarta dalam mendampingi para ODHA.

6
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mengetahui apa itu HIV/ AIDS serta bagaimana upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dapat dilakukan pada kasus HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui bagaimana upaya dalam memberikan dukungan kepada para
ODHA serta mengetahui bagaimana proses pendampingan yang dapat dilakukan
untuk membantu para ODHA.

C. Manfaat Praktikum
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kasus-kasus HIV/AIDS dan
ODHA di sekitar kita terutama di Yogyakarta.
2. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan mengenai apa itu HIV/AIDS dan ODHA serta apa saja
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi menular seksual
tersebut.
3. Bagi Lembaga HIV/AIDS serta Pihak Lain yang Terkait
Memberikan dukungan dan pendampingan kepada para ODHA agar mereka
memiliki semangat untuk sembuh sehingga dapat menjalani kehidupan mereka
sehari-hari tanpa merasa terdiskriminasi melalui organisasi seperti Yayasan
Victory Plus.

BAB II
ISI

7
LSM VICTORY PLUS
A. Sejarah Pendirian Yayasan Victory Plus
Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah salah satu yayasan yang bergerak
dalam memberikan dukungan langsung kepada orang yang terdampak dengan   HIV
dan AIDS. Yayasan ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan
pemberdayaan ODHA yang berdiri sejak tahun 2004. Yayasan Victorry Plus
Yogyakarta berdiri sejak tahun 2004 dengan awal mula berdirinya sebagai Panti
Rehabilitasi Rajawal. Panti Rehabilitasi yang dimaksud adalah Panti Rehabilitasi bagi
korban napza suntik yang kemudian mulai menerima anak dengan HIV/AIDS dan
pecandu narkoba suntik HIV positif. Pendri dari Panti Rehabilitasi itu sendiri tidak
lain adalah Samuel Rachmat Subekti, istri, dan Yan Michael.
Bermula dari beberapa klien/pasien yang telah mengikuti program rehabilitasi
narkoba dan setelah selesai masa rehabilitasi, mereka kembali ketempat masing-
masing. Namun karena hasil tes 8 dari 10 orang positif HIV maka Pak Samuel dan
beberapa teman sepenanggungannya di tempat rehabilitasi membentuk KDS
(Kelompok Dukungan Sebaya) yang diberi nama LSM Victory Plus. Nama Victory
sendiri berarti orang-orang HIV positif yang mendapatkan kemenangan.(Dr. Vladimir,
1967)
LSM Victory Plus merupakan tempat bagi kaum ODHA untuk mendapatkan
pendampingan, mengingat pada saat itu sebagai ODHA pengguna jarum suntik
merupakan orag luar DIY dan kondisi dari sebagian anak-anak tidak bisa pulang ke
tempat asal mereka dikarenakan masih dalam tahap terapi. LSM Victory Plus berubah
menjadi sebuah lembaga bear yang menggagas berdirinya beberapa KDS yang
tersebar diseluruh kabupaten dan kota di Yogyakarta.(Dr. Vladimir, 1967)
Pada awalnya LSM Victory Plus hanya membawahi beberapa KDS yaitu; KDS
untuk waria (KDS violet), perempuan (KDS diajeng), dan laki-laki (KDS dimas),
KDS ini melakukan pertemuan rutin satu bulan sekali. Prinsip yang dibawa Victory
Plus ini bukan pendampingan secara terus-menerus namun dukungan psikososial dan
pemberdayaan ODHA. Ketika ODHA sudah mampu dan berdaya, maka Victory Plus
akan memberi hak penuh kepada ODHA unyuk memilih apa yang akan mereka
lakukan.(Dr. Vladimir, 1967)
Pada tahun 2016, LSM Victory Plus berganti nama menjadi sebuah yayasan,
yaitu Yayasan Victory Plus berganti menjadi sebuah yayasan, yaitu Yayasan Victory
Plus Yogyakarta, dengan No Akta: AHU-0003482.AH.01.12 Tahun 2016 tanggal 21

8
Januari 2016. Saat ini, Yayasan Victory Plus membawahi beberapa KDS diseluruh
kabupten dan kota di Yogyakarta meliputi Diajeng (kelompok dukungan bagi ODHA
perempuan, WPS, pecandu perempuan dan ibu rumh tangga d wilayah kota
Yogyakarta), Violet Community (kelompok dukungan bagi ODHA waria di wilayah
kota Yogyakarta), Metacom/Mtamorphosis Community (kelompok dukungn bagi
ODHA pasien Rumah Sakit Bathesda); Kabupaten Sleman meliputi Dima (kelompok
dukungan bagi ODHA laki-laki, laki-laki pecandu/IDU (Injection Drug User), LSL
dan LDR di wilayah Sleman), Jalinan kasih (kelompok dukungan bagi ODHA
wwaria, perempuan, dan anak jalanan di wilayah Sleman); Kabupaten Bantul meliputi
Bantul Support Group (kelompok dukungan ODHA di wilayah Bantul); Kabupaten
Kulonprogo meliputi Menoreeh Plus (kelompok dukungan bagi ODHA di wilayah
kulonprogo); dan Kabupaten Gunung Kidul meliputi Kendari (keelompok dukungan
bagi ODHA perempuan di wilayah Gunung Kidul). Pendampingan dilakukan sejak
ODHA mengetahui status dan membutuhkan akses layanan kesehatan. (Dr. Vladimir,
1967)

Visi, misi, dan tujuan Yayasan Victory Plus


Visi:
1. Kualitas hidup ODHA dan OHIDHA yang lebih baik
2. Wadah pemberdayaan ODHA dan OHIDHA yang bebas dari STIGMA dan
DISKRIMINASI
Misi:
1. Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA
2. Mendorong keterlibatan ODHA dan OHIDHA dalam penanggulangan HIV dan
AIDS
Tujuan:
1. Memberikan dukungan psikososial
2. Menggagas terbentuknya KDS (Kelompok Dukungan Sebaya)
3. Memberikan wadah bagi ODHA untuk saling berkomunikasi.

Sasaran dan Pogram Yayasan Victory Plus


1. Sasaran
9
Sasaran dari yayasan Victory Plus adalah penderita HIV/AIDS semua
kalangan masyarakat.
2. Program
Untuk mencapai visi dan misinya, Yayasan Victory Plus memiliki enam
macam progam yang harus dijalankan, di antaranya :
a) Kelompok Dukungan Sebaya
Pemberdayaan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) melalui program
kelompok dukungan sebaya. Tujuan progam ini adalah membantu sesama
penderita HIV/AIDS untuk tetap bisa bertahan hidup dengan cara memberikan
dukungan psikologis bagi penderita ODHA.
Program ini telah dijalankan di beberapa daerah di Yogyakarta, meliputi:
1) Kota Yogyakarta:
- Diadjeng (Kelompok dukungan bagi ODHA Perempuan, WPS, Pecandu
Perempuan dan Ibu Rumah Tangga di Wilayah Kota Yogyakarta).
- Violet Community ( Kelompok Dukungan bagi ODHA Waria di Wilayah
Kota Yogyakarta).
- Metacom/Metamorphosis Community (Kelompok Dukungan bagi ODHA
Pasien Rumah Sakit Bethesda).
2) Kabupaten Sleman
- Dimas ( Kelompok dukungan bagi ODHA Laki – laki, Pecandu Laki –
laki, LSL dan LDR di Wilayah Sleman).
- Jogja Family Support ( Kelompok dukungan bagi OHIDHA Di Wilayah
Sleman).
- Talitakun ( Kelompok dukungan bagi ODHA Waria, Perempuan, dan
Anak Jalanan di Wilayah Sleman).
3) Kabupaten Bantul
- Contrast ( Kelompok Dukungan bagi ODHA & OHIDHA Pasangan
Suami – Istri di Wilayah Bantul).
- Bantul Support Group ( Kelompok Dukungan bagi ODHA di Wilayah
Bantul).

4) Kabupaten Kulonprogo

10
- Menoreh Plus (Kelompok Dukungan bagi ODHA di Wilayah Kulon
Progo).
5) Kabupaten Gunung Kidul
- Kendari (Kelompok Dukungan bagi ODHA Perempuan di Wilayah
Gunung Kidul).

b) Pendampingan ODHA dan OHIDHA di Rumah


Pemberdayaan ODHA melalui program pendampingan dengan bentuk
dukungan psikososial yang dilakukan di rumah atau home visit. Bentuk
dukungan berupa support pada penderita, sosialisasi dan mengedukasi
keluarga, pasangan, atau masyarakat.
Tujuan inti dari kegiatan ini adalah melakukan pemantauan yang umunya
dilakukan untuk ODHA yang telah lama menjalani pengobatan.

c) Pendampingan ODHA & OHIDHA di Rumah Sakit/klinik


Pendampingan yang dilakukan di rumah sakit dengan kegiatan kontrol
kesehatan setiap sebulan sekali untuk cek kesehatan, seperti cek gizi, cek
darah, dan ambil obat ARV.
Tujuan inti dari kegiatan ini adalah untuk mengarahkan ODHA yang
belum mengerti maupun belum percaya diri dalam mengakses layanan
kesehatan yang umumnya dialami oleh ODHA baru, sehingga dapat
menumbuhkan kepercayaan diri bagi ODHA agar bisa berbagi perasaan,
kekhawatiran, dan rasa takut dengan diskriminasi yang dilakukan oleh
keluarga maupun masyarakat.

d) Peningkatan Penghasilan ODHA (Income Generating).


Pemberdayaan ODHA dengan cara melakukan dukungan usaha ekonomi
produktif yang bertujuan untuk membantu perekonomian ODHA dalam
memberdayakan diri mereka sendiri.
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah menghubungi pihak-
pihak terkait (pemerintah, LSM/yayasan, swasta) dan memberikan bantuan
stimulan modal usaha baik kepada individu maupun kepada kelompok.

e) Pelatihan/training
11
- Pelatihan Pembentukan KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), bertujuan
untuk mempersiapkan ODHA dan OHIDHA untuk menjadi motor dalam
pembentukan KDS di setiap wilayah dan kelompok.
- Pelatihan Public Speaking (Pelatihan untuk Berbicara di Depan Umum),
bertujuan untuk melatih ODHA dan OHIDHA untuk bisa terampil berbicara
di depan umum.
- Pelatihan Pendidik Pengobatan (Treatment Educator). Kegiatan ini
bertujuan untuk melatih ODHA dan OHIDHA untuk menjadi pendamping
pengobatan terhadap ODHA yang memulai treatment.
- Pertemuan ODHA Provinsi. Dalam pertemuan ini dapat berisi macam-
macam kegiatan yang berbeda disetiap pertemuannya.
- Pelatihan Pembentukan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Tujuan dari
kegiatan ini adalah mempersiapkan ODHA dan OHIDHA untuk menjadi
motor dalam pembentukan KDS disetiap wilayah dan kelompok resiko.

f) Sosialisasi HIV/AIDS
Program ini merupakan sarana untuk memberikan informasi dan
pemahaman mengenai berbagai informasi tentang HIV/AIDS mulai dari cara
penularan virus tersebut, pencegahan dan pengobatan dari virus HIV/AIDS.

B. Profil narasumber dan resume pembahasan dengan narasumber

1. Ibu Magdalena
Ibu Magdalena merupakan koordiantor pendukung sebaya Kabupaten Sleman.
Ibu Magdalena atau kerap dipanggil Ibu Magda menjelaskan mengenai profil LSM
Victory Plus mulai dari tahun berdirinya, alasan berdiri, dan tujuan di dirikannya,
dan dimana saja LSM Victory Plus berada. Selain itu, Victory Plus juga
mempunyai visi dan misi. Ibu Magda juga menjelaskan tentang alur rujukan untuk
pasien HIV yang akan di terima di dalam LSM Victory Plus dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup ODHA. Victory Plus juga mempaparkan data lengkap
mengenai jumlah pasien HIV/AIDS di Yogyakarta. Dengan keikutsertaan pasien
ODHA di LSM Victory Plus ini diharapkan dapat membantu kualitas hidupnya
membaik salah satunya akan menjadi lebih percaya diri karena LSM Victory Plus
akan membantu secara psikologi maupun sosial dengan berbagai macam

12
bimbingan. Ibu Magda juga menjelaskan beberapa kegiatan yang dilaksanakan
LSM Victory Plus sebagai bentuk dukungan sebaya untuk pasien ODHA. LSM
Victory Plus juga menerima beberapa kunjungan mahasiswa maupun tamu
mancanegara.

2. Bapak Hendry Suparman


Salah satu yang termasuk dalam pendukung sebaya KDS Dimas yaitu Bapak
Hendry Suparman. Beliau termasuk dalam tim pendukung sebaya kota Yogyakarta.
Bermula pada tahun 2006, Bapak Hendry Suparman melakukan hubungan seksual
dengan sesama (dengan laki-laki) dan pada saat itu sudah memiliki satu istri. Pada
tahun 2009, Beliau sudah mulai mendapatkan berita tentang HIV/AIDS, tetapi
Beliau masih kurang pemahaman mengenai HIV/AIDS dikarenakan kondisi nya
yang masih sehat dan bugar, sehingga tidak terpikirkan apabila terinfeksi
HIV/AIDS tersebut.
Kemudian pada tahun 2010, Bapak Hendry Suparman menikah kembali untuk
yang kedua kalinya dan mempunyai keturunan. Namun saat anak nya lahir, istrinya
meninggal dunia dikarenakan sakit. Saat bersama istri kedua dan memiliki
keturunan dengan istrinya tersebut, Beliau masih sangat aktif dalam berhubungan
dengan sesama. Masih tetap dalam kondisi sehat sampai kemudian Beliau menikah
kembali untuk yang ketiga kalinya pada tahun 2012.
Sampai pada tahun 2013, kondisi Bapak Hendry Suparman semakin lemah
dan Beliau memberanikan diri untuk memeriksakan atau tes HIV/AIDS ke
pelayanan kesehatan di Kalasan. Hasil dari pemeriksaan tersebut tertera bahwa
Beliau positif HIV. Lebih tepatnya, pada tanggal 13 Maret 2013 angka CD4 Beliau
hanya 32 yang pada normalnya angka CD4 itu sekitar 500-1500. Kondisi nya pun
semakin memburuk, banyak jamur yang tumbuh di mulut, awalnya hanya seperti
sariawan dan juga banyak jamur yang ada di dalam kulit, bintik-bintik muncul di
muka Beliau, rambut rontok dan kulit kepala berjamur dan melakukan pengobatan,
dan juga termasuk pengobatan untuk TBC juga karena Beliau saat itu juga dalam
kondisi mengidap penyakit TBC, jadi saya itu melakukan dua pengobatan.
Pada awal diketahui status positif HIV, Bapak Hendry Suparman masih belum
berani untuk membuka status tersebut kepada istrinya karena khawatir dan paham
bahwa status positif HIV ini tidak akan mudah untuk diterima dan akan
menimbulkan perasaan kecewa, sedih, dan stress. Namun seberapa lama
13
disembunyikan, keberadaan sebuah penyakit akan diketahui. Istrinya tidak lama
menemukan bukti pemeriksaan yang menunjukkan bahwa Bapak Hendry
Suparman dengan status positif HIV. Istrinya merasa sangat kecewa dan tidak bisa
menerima Beliau yang kondisinya sudah sangat lemah dan status nya yang sudah
positif HIV. Namun, Bapak Hendry Suparman tetap tidak mau melepaskan
istrinya, dan berpikiran perlu untuk memeriksakan istrinya juga, dikarenakan
Beliau dan istrinya aktif melakukan hubungan seksual, sehingga kemungkinan
istrinya juga dalam keadaan positif HIV. Dan benar saja, setelah dilakukan
pemeriksaan, istrinya juga dalam status positif HIV.
Bapak Hendry Suparman merasa kecewa, sedih, dan menyesali atas kejadian
ini. Beliau tidak tahu penyakit ini didapatkan dari mana, namun tidak dipungkiri
hal ini terjadi akibat Beliau melakukan hubungan seksual aktif dengan banyak
orang, termasuk dengan sesama. Mulai dari saat itu, perjuangan Bapak Hendry
Suparman sebagai ODHA.
Selain menceritakan mengenai data diri dan pengalamannya pribadi saat
diketahui sebagai ODHA, Bapak Hendry Suparman juga membagikan
pengalaman-pengalaman sebagai ODHA dan pendamping teman sebaya juga
dalam victory plus. Keterlibatannya di Victory plus tentunya menjadikan Bapak
Hendry Suparman memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang luas.
Beliau sering mendapati pengidap HIV yang merasa kurang percaya diri dalam
menjalani kehidupannya setelah mengetahui status positif HIV nya. Sebagai pihak
yang menemani para ODHA, Bapak Hendry Suparman sudah pasti mengetahui
bahwa ODHA tidak akan langsung menerima statusnya dan cenderung menyendiri
serta tertutup dengan orang lain tentang status kesehatannya. Namun, Beliau terus
memberikan edukasi, dorongan atau motivasi, dan selalu menjaga komunikasi
untuk melakukan pendekatan dan sharing pengalaman. Hal tersebut juga tentunya
tidak bisa dengan mudah dilakukan, terutama apabila mendapati pasien dengan
kasus tertutup, tetapi apabila dilakukan dengan pelan-pelan dan sabar, akan
memberikan dan membuat mereka para ODHA lebih percaya diri dan bisa
menerima status kesehatan nya kemudian dapat memberanikan diri untuk mengkuti
kegiatan-kegiatan.
Tidak hanya edukasi kepada ODHA, Beliau juga sering memberikan edukasi
kepada pasutri dengan status kesehatan salah satunya positif HIV. Tidak dapat
dipungkiri, pasutri juga akan merasa khawatir ketika salah satu dari mereka
14
mengidap HIV, terutama dalam hal berhubungan seksual selanjutnya. Sedangkan
dalam sebuah pernikahan, pasangan akan sangat menginginkan untuk memperoleh
keturunan. Edukasi yang diberikan dalam hal seperti ini yaitu tentunya dengan
memberikan pemahaman mengenai HIV dan ODHA agar tidak menimbulkan
ketakutan dan kekhawatiran berlebih yang dapat menganggu hubungan pasutri.
Kemudian setelah diberikan pemahaman, maka perlu untuk menganjurkan pasutri
untuk memeriksakan dan berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat memberikan
solusi bagi keberlangsungan hubungan seksual diantara pasutri tersebut. Selain itu,
juga supaya mendapatkan penanganan atau pengobatan yang sesuai dengan
kondisinya. ODHA juga tetap bisa memiliki anak dengan pasangannya, tentunya
dengan nasihat dan saran dari dokter setelah berkonsultasi.
Selain kasus pada pasutri, banyak juga ditemui pada ibu hamil. Ibu hamil
dengan positif HIV juga dilakukan pendekatan, karena pasti ibu hamil akan merasa
syok dan merasa tidak menerima status kesehatannya, terlebih dalam kondisi
hamil. Namun, hal ini justru perlu dilakukan pendekatan dan penanganan yang
tepat, karena kondisi ini akan berdampak pada bayi yang dilahirkan nanti. Dengan
diketahui nya status positif HIV pada ibu hamil lebih cepat, maka penularan HIV
dari ibu ke bayi akan lebih mudah untuk dicegah dan diantisipasi. Sebagai tenaga
kesehatan, perlu untuk menjunjung tinggi aspek privasi dan menjaga kerahasiaan
data pasien. Sehingga dalam kasus ibu hamil dengan positif HIV tidak akan merasa
dikucilkan dan dijauhi masyarakat akibat status nya.
Proses penstabilan kondisi pada ODHA tergantung pada tingkatan, jika masuk
di stadium 4 prosesnya cukup lambat , ketika pasien bisa menerima statusnya maka
dapat cepat prosesnya antara 2-3 bulan . Jika seandainya pasien menutup diri
biasanya prosesnya cukup lama bisa 2-5 bulan .
Edukasi lain yang dapat dilakukan selain dari pihak Victory plus dalam
pendampingan ODHA, ada juga yaitu melalui Duta HIV. Berbeda dengan
pendampingan ODHA, program dari Duta HIV lebih menekankan pada edukasi
dan sosialisasi terkait HIV terutama pada kalangan remaja yang sebagian besar
masih kurang informasi terkait HIV. Duta HIV ini biasanya dilakukan oleh
mahasiswa yang sudah tergabung dalam Duta HIV dan melakukan sosialisasi
dalam masyarakat.
Hambatan yang terjadi saat melaksanakan program dalam pendampingan
kelompok sebaya yaitu banyak kasus dengan KTP luar jogja yang menyebabkan
15
pasien itu berhalangan dating untuk pemeriksaan atau saat kegiatan yang
menduung bagi ODHA. Tetapi, saat ini, kelompok pendamping sebaya sudah
bekerjasama dengan semua layanan yang ada di Yogyakarta sehingga lebih
membantu .

C. Identifikasi pelaksanaan program (masalah, hambatan, dan pemecahan masalah


yang dihadapi sesuai dalam pendamping sebaya HIV AIDS)
Yayasan Victory Plus yang bergerak dalam memberikan dukungan langsung
kepada orang yang terdampak HIV dan AIDS mempunyai beberapa program dan
kegiatan. Program dan kegiatan Yayasan Victory Plus Yogyakarta meliputi :
1. Pemberdayaan ODHA lewat kelompok dukungan sebaya.
Pemberdayaan ODHA yang dilakukan oleh Victory Plus di DI.Yogyakarta
melalui Kelompok Dukungan Sebaya (KDS)
2. Pendampingan ODHA di rumah
Pendampinngan ODHA merupakan bentuk dukungan psikososial yang
dilakukan oleh Yayasan Victory Plus. Bentuk pendampingan ODHA yang
dilakukan Victory Plus melakukan kegiatan home visit, sebagai bentuk
pendampingan di rumah. Aktifitas home visit yang dilakukan oleh Victory Plus,
tergantung pada kebutuhan klien. Jika klien membutuhkan pendampingan home
visit, maka pendamping akan menbantu sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
klien selama proses home visit. Baik dalam bentuk support, sosialisasi dan
mengedukasi keluarga, pasangan, atau masyarakat.
3. Pendampingan ODHA di Rumah Sakit
Pendampingan ODHA yang dilakukan dirumah sakit merupakan kegiatan
kontrol kesehatan sebulan sekali untuk cek kesehatan, seperti cek darah, cek gizi,
ambil obat ARV, selain itu juga bagi ODHA yang baru saja melakukan tes VCT
juga mendapatkan pendampingan langsung untuk membantu ODHA dalam
menerima status positifnya. Pendampingan ini merupakan awal mula pendamping
melakukan pendekatan dengan ODHA, sehingga tumbuh kepercayaan bagi
ODHA untuk berbagi perasaan, rasa takut dan kekhawatiran akan penolakan serta
deskriminasi dari keluarga maupun masyarakat.

4. Sosialisasi HIV/AIDS

16
Sosialisasi HIV/AIDS merupakan sarana untuk memberikan informasi dan
pemahaman mengenai HIV/AIDS. Mulai dari pengenalan tentang HIV/AIDS, cara
menular, cara bersikap, pencegahan dan pengobatan, serta berbagai macam
informasi terkait dengan virus ini. Sosialisasi HIV/AIDS adalah salah satu
program dukungan psikososial.

PERMASALAHAN
Permasalahan yang dialami oleh ODHA di yasayasan Vicory Plus, satu
halnya seperti penerapan psikologi sosial . Waktu pendampingan yang dibuthkan
oleh pendamping yang saat mendampingi ODHA tidak bisa dipastikan , karena
tergantung kebutuhan. Jika kondisi klinisnya agak jelek biasanya agak lama, tapi
jika saat terapi kondisi klinisnya bagus , masih bisa bekerja itu bisa cepat
maksimal 6 bulan . Kondisi klinis sangat berpengaruh terhadap tingkat
keberfungsian diri ODHA.
Permasalahan yang dialami oleh ODHA di yayasan Victory Plus yakni
rata-rata memiliki pemahaman yang sangat minim terhadap virus HIV/AIDS.
Pandangan hidup bahwa virus HIV/AIDA adalah akhir dari segalanya perlu
diluruskan. Oleh karena itu, dukungan informasi informasi bagi ODHA sangat
penting untuk diberikan. Para tenaga medis juga perlu diberikan pemahaman
karena adanya kecemasan untuk tertular virus HIV/AIDS, padahal para ODHA
memiliki hak yang sama dengan orang pada umumnya.
Dalam hal waktu pendampingan yang dibutuhkan oleh pendamping yang
saat mendampingi ODHA tidak bisa dipastikan, karena tergantung kebutuhan.
Jika kondisi klinisnya kurang baik maka membutukan waktu yang sedikit lebih
lama. Tapi jika saat terapi kondisi klinisnya bagus, maka waktu berkerja bisa
paling cepat maksimal 6 bulan. Sehingga, kondisi klinis sangat berpengaruh
terhadap tingkat keberfungsian diri ODHA.
Hambatan dialami ketika Sebagian ODHA pengguna narkoba jarum suntik
merupakan orang luar DIY dan tidak bisa pulang ke tempat asal mereka
dikarenakan masih dalam tahap terapi, tetapi ketika sudah bekerjasama dengan
semua layanan yang ada membuat pasien lebih terbantu.

17
D. Refleksi
LSM Victory Plus
Selasa,12 April 2022 pukul 08.30 WIB
Dalam mewujudkan kegiatan fieldtrip ini mahasiswa mendaptkan
pengetahuan, ketrampilan dan membentuk sikap positif khususnya dalam pencegahan
dan penangan HIV AIDS dalam hal ini dapat mengidentifikasi serta memahmi
pembeljaran dari narasumber . Narasumber yang telah memaparkan materi dan juga
sharing mengenai penangan HIV AIDS yaitu Yayan Victory Plus Yogyakarta adalah
salah satu yayasan yang bergerak dalam memberikan dukungan langsung kepada
orang yang terdampak dengan HIV AIDS dan victory plus merupakan tempat bagi
ODHA untuk mendaptlan pendampingan.
Dengan adanya kegiatan fieldtrip KB dan Kespro dengan Yayasan Victory
Plus Yogyakarta ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian
mahasiswa terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Bapak Hendry Supraman
sebagai narasumber yang tergabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya (KDS)
Violet mengajarkan bahwa ODHA memiliki hak yang sama dalam bersosialisasi
dengan orang lain ataupun dalam menjalankan kehidupannya.
ODHA juga memiliki hak untuk bisa bersosialisasi dan diterima oleh
masyarakat, sehingga perlu untuk turut serta membangun stigma atau pemikiran-
pemikiran yang benar terkait HIV dan ODHA. Oleh karena itu, sosialisasi menjadi
penting dalam upaya meningkatkan pemahaman terkait hal tersebut. Menjadi motivasi
kami untuk selalu menambah pengetahuan kami dan membuka lebar bahwa orang-
orang yang terkena sebuah penyakit tidak berhak untuk mendapatkan diskriminasi
dalam lingkup sosial, dan justru membutuhkan sebuah dukungan.
Kita sebagai tenaga kesehatan dan sebagai calon bidan harus peka terhadap
ODHA terkhusus pada perempuan. Banyak hal yang harus kita lakukan untuk
mengurangi jumlah ODHA yang ada di DIY. Misalnya pada ibu yang sedang hamil
dan sebagai pengidap HIV AIDS kita harus melakukan tindakan segera sebagai
persiapan yaitu dengan melakukan ANC terpadu, memberikan konseling sejak awal
kehamilan atau bisa juga sebelum ibu tersebut hamil. Memberikan pengobatan ARV
Profilaksis, dan menganjurkan ibu konsumsi secara teratur sesuai anjuran.

18
Mengedukasi tentang bagaimana persalinannya, apakah ibu harus menyusui atau
dengan susu formula, penggunaan alat kontrasepsi, dan memberikan dukungan
kepada ibu penderita HIV AIDS, dan yang terpenting jangan melakukan deskriminasi.

LSM RIKFA ANNISA


Kamis, 14 April 2022 pukul 08.30 WIB
Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu tindakan kejahatan yang
tidak ada henti-hentinya dan selalu terjadi setiap saat walupun hukum indonesia telah
melindungi perempuan, oleh karena itu komnas perempuan sebagai lembaga
pemerintah yang bertanggungjawab atas perlindungan hukum terhadap perempuan,
sangatlah beperan penting untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual serta
menjamin kesetaraan perempuan. Bukan hanya itu saja tetapi lembaga-lembagai lain
seperti lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam melindungi perempuan
sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat indonesia terutama perempuan, salah satu
contohnya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat Rifka Annisa Women’s Crisis
Center Yogyakarta yang sebagai pelayan masyarakat kususnya melindungi
perempuan dari kekerasan baik itu kekerasan seksual ataupun fisik serta melindungi
anak dari ancaman-ancaman seksual serta fisik.
Rifka Annisa merupakan sebuah lembaga sahabat perempuan yang menangani
tentang tindak kekerasan.Rifka Annis didirikan pada tangal 26 Agustus 1993. Kantor
Rifka Annisa berada di di Jln. Jambon IV, Kompelks Jatimulyo Indah 43
Yogyakarta 5542 Indonesia. Daerah operasional Rifka Annisa yaitu seluruh wilayah
yang berada di Yogyakarta.
Rifka Annisa hadir karena keprihatinan yang dalam pada kecenderungan
budaya yang psatu sisi memperkuat posisi laki-laki tetapi di sisi lain memperlemah
posisi perempuan. Akibatnya, perempuan rentan mengalami kekerasan baik fisik,
psikis, ekonomi, sosial, maupun seksual seperti pelecehan dan perkosaan. Adanya
persoalan kekerasan berbasis gender yang muncul di masyarakat
Dengan adanya kegiatan fieldtrip KB dan Kespro dengan Rifka Annisa ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian mahasiswa terhadap
Wanita dan anak, kekerasan seksual terhadap wanita dan anak, kesetaraan gender,
tempat berscerita masalah dan solusi yang dialami wanita, tempat sharing
pengalamansesuai dengan tujuan terbentuknya rifka annisa ini yang dilator belakangi

19
pendirian Rifka Annisa ini dari hal yang disebutkan diatas termasuk dari perjuangan 6
wanita hebat yang ingin membuat lembaga untuk berkomunikasi, curhat, sharing dan
menjadi wadah atau tempat bagi wanita.
Dari Rifka Annisa menyampaikan kekerasan terjadi karena adanya beberapa
faktor miskomunikasi, ekonomi, cemburu, iri, pendidikan, kemiskinan, rool
model/jadi korban kekersan, pernikahan dini. Rifka Annisa mengajarkan disini kita
harus berhati-hati dalam berteman, dengan pasangan jika tidak ingin sesuatu atau jika
tidak nyaman maka harus berani berkata tidak. Oleh karena itu Rifka Annisa ini
sebagai tempat sharing perempuan untuk mendapat menjadi tempat bercerita,
dukungan dan motivasi supaya mereka tidak merasa sendirian, malu, dideskriminasi
oleh lingkungan supaya percaya bahwa dirinya mampu menjalani hari yang baik
kedepannya. Dengan dukungan yang telah diberikan, diharapkan klien bisa
mendapatkan wawasan dan terbuka pikiran bahwa dia istimewa mampu dan bisa
menjalani atas apa yang telah dilewatkan sebelumnya.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin
banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan
diserang berbagai penyakit.
Penularan virus HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita,
seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV
tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau
sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan
menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode
pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat
perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
Narasumber kelompok III (Bapak Hendry Suparman) terinfeksi virus HIV
hingga pada tanggal13 Maret 2013 angka CD4 Beliau hanya 32 yang pada normalnya
angka CD4 sekitar 500-1500. Kondisinya pun semakin memburuk, banyak jamur
yang tumbuh di mulut, awalnya hanya seperti sariawan dan juga banyak jamur yang
ada di dalam kulit, bintik-bintik muncul di muka Beliau, rambut rontok dan kulit
kepala berjamur dan melakukan pengobatan, dan juga termasuk pengobatan untuk
TBC juga karena Beliau saat itu juga dalam kondisi mengidap penyakit TBC.
Namun dengan semangat juang beliau serta keyakinan dalam melawan
penyakit, akhirnya beliau dapat pulih dan luka dalam tubuh beriau hilang dan beliau
bisa kembali melakukan kegiatan seperti sebelumnya dan sekarang beliau menjadi
bagian dari di Victory plus. Bapak Hendry Suparman membagikan pengalaman-
pengalaman sebagai ODHA dan pendamping teman sebaya dalam victory plus.
Keterlibatannya di Victory plus tentunya menjadikan Bapak Hendry Suparman
memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang luas. Beliau sering mendapati
pengidap HIV yang merasa kurang percayadiri dalam menjalani kehidupannya

21
setelahmengetahui status positif HIV nya. Sebagai pihak yang menemani para ODHA,
Beliau terus memberikan edukasi, dorongan atau motivasi, dan selalu menjaga
komunikasi untuk melakukan pendekatan dan sharing pengalaman. Hal tersebut juga
tentunya tidak bisa dengan mudah dilakukan, terutama apabila mendapati pasien
dengan kasus tertutup, tetapi apabila dilakukan dengan pelan-pelan dan sabar, akan
memberikan dan membuat mereka para ODHA lebih percayadiri dan bisa menerima
status kesehatannya kemudian dapat memberanikan diri untuk mengkuti kegiatan-
kegiatan.
B. Saran
1. Hendaknya di setiap institusi pendidikan memberikan bekal pendidikan moral dan
spiritual agar generasi muda tidak mudah terjerumus dalam hal negatif.
2. Sebagai generasi muda hendaknya berhati-hati dalam memilih pergaulan agar
tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
3. Hendaknya setia pada pasangan dan hindari berganti-ganti pasangan.
4. Peran keluarga, lingkungan dan teman sebaya sangat penting untuk mencegah
penyakit HIV dengan di programnya kegiatan positif di lingkungan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Vladimir, V. F. (1967).. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69),


5–24.

https://victoryplusjogja.wordpress.com/about/

23
LAMPIRAN

Gambar 1 : Foto bersama 4 narasumber Yayasan Victory Plus

Gambar 2 : Foto bersama Bapak Hendry Suparman di Break Out Room Zoom Meeting sebagai salah
satu narasumber Yayasan Victory Plus

24
Gambar 3 : Foto bersama Ibu Dewi Julianti sebagai narasumber dari Rifka Annisa

25

Anda mungkin juga menyukai