OLEH KELOMPOK 3
LAPORAN FIELDTRIP
MK. KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCARA
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................................5
B. Tujuan Praktikum............................................................................................................7
C. Manfaat Praktikum..........................................................................................................7
BAB II ISI.................................................................................................................................8
LSM Victory Plus dan LSM Rifka Annisa.............................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
LAMPIRAN............................................................................................................................24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. Virus tersebut menyerang dua jenis sel
darah putih (sel CD4 dan T), dimana sel tersebut sangat penting bagi sistem kekebalan
tubuh manusia. Ketika kedua sel tersebut terinfeksi HIV maka sistem kekebalan tubuh
manusia akan melemah dan tidak mampu lagi melawan beragam infeksi penyakit
(Stolley & Glass, 2009). Sedangkan pengertian Acquired Immunodeficiency Down
Syndrome (AIDS) yaitu merupakan kondisi lanjutan dari HIV dimana sistem
kekebalan tubuh tidak dapat lagi berfungsi sama sekali sehingga tubuh tidak mampu
lagi melawan atau menahan infeksi-infeksi yang dapat menyebabkan kematian.
(AIDS Ina, 2012).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan
bahwa 940.000 orang meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup
dengan HIV pada akhir tahun 2017 dan 30% terjadi di kalangan remaja usia 15 hingga
25 tahun. Diikuti dengan anak-anak yang terinfeksi saat lahir tumbuh menjadi remaja
yang harus berurusan dengan status HIV positif mereka. Menggabungkan keduanya,
ada 5 juta remaja yang hidup dengan HIV (WHO, 2017).
Menurut data dari Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Kemenkes RI menyatakan bahwa jumlah kasus HIV dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kasus HIV di Indonesia pada tahun
2016 tercatat 41.250 kasus dan data terakhir Desember 2017 tercatat 48.300 kasus.
Sedangkan kasus AIDS di Indonesia pada tahun 2016 tercatat 10.146 kasus dan data
terakhir Desember 2017 tercatat 9.280 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi
dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69,2%), diikuti kelompok umur 20-24
tahun (16,7%), kelompok umur ≥50 tahun (7,6%), kelompok umur 15-19 tahun
sebesar 4%, dan umur <15 tahun sebesar 2,5%. Kejadian HIV mengalami peningkatan
sementara untuk kejadian AIDS mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut
bukan berarti HIV dan AIDS merupakan penyakit yang tidak berbahaya lagi.
Mengingat dalam kasus ini berlaku Teori Ice Berg atau sering disebut juga Teori
Gunung Es, artinya bahwa angka-angka yang tersaji dari sumber adalah 25% dari
fakta yang ada dan 75% lainnya tersembunyi karena berbagai macam faktor (Dirjen
P2P Kemenkes RI, 2017).
Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan ke-9 sebagai provinsi dengan
penderita HIV dan AIDS terbanyak. Jumlah kasus HIV dan AIDS di DIY pada tahun
2017 meningkat menjadi 2.676 pada laki-laki dan 1.261 pada perempuan, sedangkan
yang sudah positif AIDS adalah 985 pada laki-laki dan 490 pada perempuan. Kasus
HIV paling banyak ditemukan pada penduduk usia 20-29 tahun. Faktor risiko HIV
dan AIDS yang paling banyak ditemukan di DIY adalah heteroseksual sebanyak 48%,
IDU’s (Injecting Drug User’s) 12%, homoseks 6%, biseksual 1%, perinatal 3%,
transfusi 7%, serta 23% lainnya tidak diketahui penyebabnya (Dinas Kesehatan DIY,
2017).
ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. Apabila
seseorang telah dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya fisik yang
menurun, namun juga psikis dan sosialnya turut terpengaruh. Hal ini dikarenakan
ODHA akan dipandang negatif sehingga dijauhi atau dikucilkan oleh lingkungan
sekitarnya bahkan keluarganya. Seringkali dukungan dari lingkungan sekitar dan
keluarga tidak didapatkan oleh ODHA. Oleh karena itu, peran pendamping bagi
ODHA menjadi sangat strategis dalam upaya mengembalikan keadaan dan kondisi
ODHA menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mengacu pada Parson, terdapat beberapa
peran yang dapat dilakukan pekerja sosial dalam melakukan pendampingan terhadap
ODHA. Pertama sebagai fasilitator, pendamping berperan memfasilitasi ODHA agar
mampu menangani tekanan psikis dan sosial yang dialami. Kedua sebagai broker,
pendamping berperan menghubungkan kebutuhan ODHA dengan sumber-sumber
yang ada disekitarnya. Ketiga sebagai mediator, pendamping berperan sebagai
penengah bagi ODHA dengan sistem lingkungan yang menghambatnya. Keempat
sebagai pembela, pendamping berperan dalam membela hak ODHA dalam memenuhi
kebutuhannya. Dan kelima sebagai pelindung, pendamping berperan melindungi
ODHA dari situasi yang rentan dan tidak menguntungkan bagi ODHA.
Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah salah satu yayasan yang bergerak
dalam memberikan dukungan langsung kepada orang yang terdampak dengan HIV
dan AIDS. Yayasan ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan
pemberdayaan ODHA yang berdiri sejak tahun 2004.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok kami yang mana telah melaksanakan
fieldtrip mata kuliah KB Kespro tertarik untuk mengetahui bagaimana peran serta
Yayasan Victory Plus Yogyakarta dalam mendampingi para ODHA.
6
B. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mengetahui apa itu HIV/ AIDS serta bagaimana upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dapat dilakukan pada kasus HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui bagaimana upaya dalam memberikan dukungan kepada para
ODHA serta mengetahui bagaimana proses pendampingan yang dapat dilakukan
untuk membantu para ODHA.
C. Manfaat Praktikum
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kasus-kasus HIV/AIDS dan
ODHA di sekitar kita terutama di Yogyakarta.
2. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan mengenai apa itu HIV/AIDS dan ODHA serta apa saja
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi menular seksual
tersebut.
3. Bagi Lembaga HIV/AIDS serta Pihak Lain yang Terkait
Memberikan dukungan dan pendampingan kepada para ODHA agar mereka
memiliki semangat untuk sembuh sehingga dapat menjalani kehidupan mereka
sehari-hari tanpa merasa terdiskriminasi melalui organisasi seperti Yayasan
Victory Plus.
BAB II
ISI
7
LSM VICTORY PLUS
A. Sejarah Pendirian Yayasan Victory Plus
Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah salah satu yayasan yang bergerak
dalam memberikan dukungan langsung kepada orang yang terdampak dengan HIV
dan AIDS. Yayasan ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan
pemberdayaan ODHA yang berdiri sejak tahun 2004. Yayasan Victorry Plus
Yogyakarta berdiri sejak tahun 2004 dengan awal mula berdirinya sebagai Panti
Rehabilitasi Rajawal. Panti Rehabilitasi yang dimaksud adalah Panti Rehabilitasi bagi
korban napza suntik yang kemudian mulai menerima anak dengan HIV/AIDS dan
pecandu narkoba suntik HIV positif. Pendri dari Panti Rehabilitasi itu sendiri tidak
lain adalah Samuel Rachmat Subekti, istri, dan Yan Michael.
Bermula dari beberapa klien/pasien yang telah mengikuti program rehabilitasi
narkoba dan setelah selesai masa rehabilitasi, mereka kembali ketempat masing-
masing. Namun karena hasil tes 8 dari 10 orang positif HIV maka Pak Samuel dan
beberapa teman sepenanggungannya di tempat rehabilitasi membentuk KDS
(Kelompok Dukungan Sebaya) yang diberi nama LSM Victory Plus. Nama Victory
sendiri berarti orang-orang HIV positif yang mendapatkan kemenangan.(Dr. Vladimir,
1967)
LSM Victory Plus merupakan tempat bagi kaum ODHA untuk mendapatkan
pendampingan, mengingat pada saat itu sebagai ODHA pengguna jarum suntik
merupakan orag luar DIY dan kondisi dari sebagian anak-anak tidak bisa pulang ke
tempat asal mereka dikarenakan masih dalam tahap terapi. LSM Victory Plus berubah
menjadi sebuah lembaga bear yang menggagas berdirinya beberapa KDS yang
tersebar diseluruh kabupaten dan kota di Yogyakarta.(Dr. Vladimir, 1967)
Pada awalnya LSM Victory Plus hanya membawahi beberapa KDS yaitu; KDS
untuk waria (KDS violet), perempuan (KDS diajeng), dan laki-laki (KDS dimas),
KDS ini melakukan pertemuan rutin satu bulan sekali. Prinsip yang dibawa Victory
Plus ini bukan pendampingan secara terus-menerus namun dukungan psikososial dan
pemberdayaan ODHA. Ketika ODHA sudah mampu dan berdaya, maka Victory Plus
akan memberi hak penuh kepada ODHA unyuk memilih apa yang akan mereka
lakukan.(Dr. Vladimir, 1967)
Pada tahun 2016, LSM Victory Plus berganti nama menjadi sebuah yayasan,
yaitu Yayasan Victory Plus berganti menjadi sebuah yayasan, yaitu Yayasan Victory
Plus Yogyakarta, dengan No Akta: AHU-0003482.AH.01.12 Tahun 2016 tanggal 21
8
Januari 2016. Saat ini, Yayasan Victory Plus membawahi beberapa KDS diseluruh
kabupten dan kota di Yogyakarta meliputi Diajeng (kelompok dukungan bagi ODHA
perempuan, WPS, pecandu perempuan dan ibu rumh tangga d wilayah kota
Yogyakarta), Violet Community (kelompok dukungan bagi ODHA waria di wilayah
kota Yogyakarta), Metacom/Mtamorphosis Community (kelompok dukungn bagi
ODHA pasien Rumah Sakit Bathesda); Kabupaten Sleman meliputi Dima (kelompok
dukungan bagi ODHA laki-laki, laki-laki pecandu/IDU (Injection Drug User), LSL
dan LDR di wilayah Sleman), Jalinan kasih (kelompok dukungan bagi ODHA
wwaria, perempuan, dan anak jalanan di wilayah Sleman); Kabupaten Bantul meliputi
Bantul Support Group (kelompok dukungan ODHA di wilayah Bantul); Kabupaten
Kulonprogo meliputi Menoreeh Plus (kelompok dukungan bagi ODHA di wilayah
kulonprogo); dan Kabupaten Gunung Kidul meliputi Kendari (keelompok dukungan
bagi ODHA perempuan di wilayah Gunung Kidul). Pendampingan dilakukan sejak
ODHA mengetahui status dan membutuhkan akses layanan kesehatan. (Dr. Vladimir,
1967)
4) Kabupaten Kulonprogo
10
- Menoreh Plus (Kelompok Dukungan bagi ODHA di Wilayah Kulon
Progo).
5) Kabupaten Gunung Kidul
- Kendari (Kelompok Dukungan bagi ODHA Perempuan di Wilayah
Gunung Kidul).
e) Pelatihan/training
11
- Pelatihan Pembentukan KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), bertujuan
untuk mempersiapkan ODHA dan OHIDHA untuk menjadi motor dalam
pembentukan KDS di setiap wilayah dan kelompok.
- Pelatihan Public Speaking (Pelatihan untuk Berbicara di Depan Umum),
bertujuan untuk melatih ODHA dan OHIDHA untuk bisa terampil berbicara
di depan umum.
- Pelatihan Pendidik Pengobatan (Treatment Educator). Kegiatan ini
bertujuan untuk melatih ODHA dan OHIDHA untuk menjadi pendamping
pengobatan terhadap ODHA yang memulai treatment.
- Pertemuan ODHA Provinsi. Dalam pertemuan ini dapat berisi macam-
macam kegiatan yang berbeda disetiap pertemuannya.
- Pelatihan Pembentukan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Tujuan dari
kegiatan ini adalah mempersiapkan ODHA dan OHIDHA untuk menjadi
motor dalam pembentukan KDS disetiap wilayah dan kelompok resiko.
f) Sosialisasi HIV/AIDS
Program ini merupakan sarana untuk memberikan informasi dan
pemahaman mengenai berbagai informasi tentang HIV/AIDS mulai dari cara
penularan virus tersebut, pencegahan dan pengobatan dari virus HIV/AIDS.
1. Ibu Magdalena
Ibu Magdalena merupakan koordiantor pendukung sebaya Kabupaten Sleman.
Ibu Magdalena atau kerap dipanggil Ibu Magda menjelaskan mengenai profil LSM
Victory Plus mulai dari tahun berdirinya, alasan berdiri, dan tujuan di dirikannya,
dan dimana saja LSM Victory Plus berada. Selain itu, Victory Plus juga
mempunyai visi dan misi. Ibu Magda juga menjelaskan tentang alur rujukan untuk
pasien HIV yang akan di terima di dalam LSM Victory Plus dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup ODHA. Victory Plus juga mempaparkan data lengkap
mengenai jumlah pasien HIV/AIDS di Yogyakarta. Dengan keikutsertaan pasien
ODHA di LSM Victory Plus ini diharapkan dapat membantu kualitas hidupnya
membaik salah satunya akan menjadi lebih percaya diri karena LSM Victory Plus
akan membantu secara psikologi maupun sosial dengan berbagai macam
12
bimbingan. Ibu Magda juga menjelaskan beberapa kegiatan yang dilaksanakan
LSM Victory Plus sebagai bentuk dukungan sebaya untuk pasien ODHA. LSM
Victory Plus juga menerima beberapa kunjungan mahasiswa maupun tamu
mancanegara.
4. Sosialisasi HIV/AIDS
16
Sosialisasi HIV/AIDS merupakan sarana untuk memberikan informasi dan
pemahaman mengenai HIV/AIDS. Mulai dari pengenalan tentang HIV/AIDS, cara
menular, cara bersikap, pencegahan dan pengobatan, serta berbagai macam
informasi terkait dengan virus ini. Sosialisasi HIV/AIDS adalah salah satu
program dukungan psikososial.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang dialami oleh ODHA di yasayasan Vicory Plus, satu
halnya seperti penerapan psikologi sosial . Waktu pendampingan yang dibuthkan
oleh pendamping yang saat mendampingi ODHA tidak bisa dipastikan , karena
tergantung kebutuhan. Jika kondisi klinisnya agak jelek biasanya agak lama, tapi
jika saat terapi kondisi klinisnya bagus , masih bisa bekerja itu bisa cepat
maksimal 6 bulan . Kondisi klinis sangat berpengaruh terhadap tingkat
keberfungsian diri ODHA.
Permasalahan yang dialami oleh ODHA di yayasan Victory Plus yakni
rata-rata memiliki pemahaman yang sangat minim terhadap virus HIV/AIDS.
Pandangan hidup bahwa virus HIV/AIDA adalah akhir dari segalanya perlu
diluruskan. Oleh karena itu, dukungan informasi informasi bagi ODHA sangat
penting untuk diberikan. Para tenaga medis juga perlu diberikan pemahaman
karena adanya kecemasan untuk tertular virus HIV/AIDS, padahal para ODHA
memiliki hak yang sama dengan orang pada umumnya.
Dalam hal waktu pendampingan yang dibutuhkan oleh pendamping yang
saat mendampingi ODHA tidak bisa dipastikan, karena tergantung kebutuhan.
Jika kondisi klinisnya kurang baik maka membutukan waktu yang sedikit lebih
lama. Tapi jika saat terapi kondisi klinisnya bagus, maka waktu berkerja bisa
paling cepat maksimal 6 bulan. Sehingga, kondisi klinis sangat berpengaruh
terhadap tingkat keberfungsian diri ODHA.
Hambatan dialami ketika Sebagian ODHA pengguna narkoba jarum suntik
merupakan orang luar DIY dan tidak bisa pulang ke tempat asal mereka
dikarenakan masih dalam tahap terapi, tetapi ketika sudah bekerjasama dengan
semua layanan yang ada membuat pasien lebih terbantu.
17
D. Refleksi
LSM Victory Plus
Selasa,12 April 2022 pukul 08.30 WIB
Dalam mewujudkan kegiatan fieldtrip ini mahasiswa mendaptkan
pengetahuan, ketrampilan dan membentuk sikap positif khususnya dalam pencegahan
dan penangan HIV AIDS dalam hal ini dapat mengidentifikasi serta memahmi
pembeljaran dari narasumber . Narasumber yang telah memaparkan materi dan juga
sharing mengenai penangan HIV AIDS yaitu Yayan Victory Plus Yogyakarta adalah
salah satu yayasan yang bergerak dalam memberikan dukungan langsung kepada
orang yang terdampak dengan HIV AIDS dan victory plus merupakan tempat bagi
ODHA untuk mendaptlan pendampingan.
Dengan adanya kegiatan fieldtrip KB dan Kespro dengan Yayasan Victory
Plus Yogyakarta ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian
mahasiswa terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Bapak Hendry Supraman
sebagai narasumber yang tergabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya (KDS)
Violet mengajarkan bahwa ODHA memiliki hak yang sama dalam bersosialisasi
dengan orang lain ataupun dalam menjalankan kehidupannya.
ODHA juga memiliki hak untuk bisa bersosialisasi dan diterima oleh
masyarakat, sehingga perlu untuk turut serta membangun stigma atau pemikiran-
pemikiran yang benar terkait HIV dan ODHA. Oleh karena itu, sosialisasi menjadi
penting dalam upaya meningkatkan pemahaman terkait hal tersebut. Menjadi motivasi
kami untuk selalu menambah pengetahuan kami dan membuka lebar bahwa orang-
orang yang terkena sebuah penyakit tidak berhak untuk mendapatkan diskriminasi
dalam lingkup sosial, dan justru membutuhkan sebuah dukungan.
Kita sebagai tenaga kesehatan dan sebagai calon bidan harus peka terhadap
ODHA terkhusus pada perempuan. Banyak hal yang harus kita lakukan untuk
mengurangi jumlah ODHA yang ada di DIY. Misalnya pada ibu yang sedang hamil
dan sebagai pengidap HIV AIDS kita harus melakukan tindakan segera sebagai
persiapan yaitu dengan melakukan ANC terpadu, memberikan konseling sejak awal
kehamilan atau bisa juga sebelum ibu tersebut hamil. Memberikan pengobatan ARV
Profilaksis, dan menganjurkan ibu konsumsi secara teratur sesuai anjuran.
18
Mengedukasi tentang bagaimana persalinannya, apakah ibu harus menyusui atau
dengan susu formula, penggunaan alat kontrasepsi, dan memberikan dukungan
kepada ibu penderita HIV AIDS, dan yang terpenting jangan melakukan deskriminasi.
19
pendirian Rifka Annisa ini dari hal yang disebutkan diatas termasuk dari perjuangan 6
wanita hebat yang ingin membuat lembaga untuk berkomunikasi, curhat, sharing dan
menjadi wadah atau tempat bagi wanita.
Dari Rifka Annisa menyampaikan kekerasan terjadi karena adanya beberapa
faktor miskomunikasi, ekonomi, cemburu, iri, pendidikan, kemiskinan, rool
model/jadi korban kekersan, pernikahan dini. Rifka Annisa mengajarkan disini kita
harus berhati-hati dalam berteman, dengan pasangan jika tidak ingin sesuatu atau jika
tidak nyaman maka harus berani berkata tidak. Oleh karena itu Rifka Annisa ini
sebagai tempat sharing perempuan untuk mendapat menjadi tempat bercerita,
dukungan dan motivasi supaya mereka tidak merasa sendirian, malu, dideskriminasi
oleh lingkungan supaya percaya bahwa dirinya mampu menjalani hari yang baik
kedepannya. Dengan dukungan yang telah diberikan, diharapkan klien bisa
mendapatkan wawasan dan terbuka pikiran bahwa dia istimewa mampu dan bisa
menjalani atas apa yang telah dilewatkan sebelumnya.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin
banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan
diserang berbagai penyakit.
Penularan virus HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita,
seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV
tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau
sentuhan fisik.
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan
menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode
pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat
perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
Narasumber kelompok III (Bapak Hendry Suparman) terinfeksi virus HIV
hingga pada tanggal13 Maret 2013 angka CD4 Beliau hanya 32 yang pada normalnya
angka CD4 sekitar 500-1500. Kondisinya pun semakin memburuk, banyak jamur
yang tumbuh di mulut, awalnya hanya seperti sariawan dan juga banyak jamur yang
ada di dalam kulit, bintik-bintik muncul di muka Beliau, rambut rontok dan kulit
kepala berjamur dan melakukan pengobatan, dan juga termasuk pengobatan untuk
TBC juga karena Beliau saat itu juga dalam kondisi mengidap penyakit TBC.
Namun dengan semangat juang beliau serta keyakinan dalam melawan
penyakit, akhirnya beliau dapat pulih dan luka dalam tubuh beriau hilang dan beliau
bisa kembali melakukan kegiatan seperti sebelumnya dan sekarang beliau menjadi
bagian dari di Victory plus. Bapak Hendry Suparman membagikan pengalaman-
pengalaman sebagai ODHA dan pendamping teman sebaya dalam victory plus.
Keterlibatannya di Victory plus tentunya menjadikan Bapak Hendry Suparman
memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang luas. Beliau sering mendapati
pengidap HIV yang merasa kurang percayadiri dalam menjalani kehidupannya
21
setelahmengetahui status positif HIV nya. Sebagai pihak yang menemani para ODHA,
Beliau terus memberikan edukasi, dorongan atau motivasi, dan selalu menjaga
komunikasi untuk melakukan pendekatan dan sharing pengalaman. Hal tersebut juga
tentunya tidak bisa dengan mudah dilakukan, terutama apabila mendapati pasien
dengan kasus tertutup, tetapi apabila dilakukan dengan pelan-pelan dan sabar, akan
memberikan dan membuat mereka para ODHA lebih percayadiri dan bisa menerima
status kesehatannya kemudian dapat memberanikan diri untuk mengkuti kegiatan-
kegiatan.
B. Saran
1. Hendaknya di setiap institusi pendidikan memberikan bekal pendidikan moral dan
spiritual agar generasi muda tidak mudah terjerumus dalam hal negatif.
2. Sebagai generasi muda hendaknya berhati-hati dalam memilih pergaulan agar
tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
3. Hendaknya setia pada pasangan dan hindari berganti-ganti pasangan.
4. Peran keluarga, lingkungan dan teman sebaya sangat penting untuk mencegah
penyakit HIV dengan di programnya kegiatan positif di lingkungan.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://victoryplusjogja.wordpress.com/about/
23
LAMPIRAN
Gambar 2 : Foto bersama Bapak Hendry Suparman di Break Out Room Zoom Meeting sebagai salah
satu narasumber Yayasan Victory Plus
24
Gambar 3 : Foto bersama Ibu Dewi Julianti sebagai narasumber dari Rifka Annisa
25