Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENGONTROL


RISIKO PERILAKU KEKERASAN DIPOLI RUMAH
SAKIT JIWA KALAWA ATEI
BUKIT RAWI

Disusun Oleh :
Kelompok 1D

Fordianus Candy 2019.C.11a.1029


Kartika Novi Astuti 2019.C.11a.1037
Rahmah Pebrianti 2019.C.11a.1060
Ralin Andari 2019.C.11a.1061

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
PROPOSAL

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENGONTROL


RISIKO PERILAKU KEKERASAN DIPOLI RUMAH
SAKIT JIWA KALAWA ATEI
BUKIT RAWI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Keperawatan Jiwa (PPKJ)

Disusun Oleh :
Kelompok 1D

Fordianus Candy 2019.C.11a.1029


Kartika Novi Astuti 2019.C.11a.1037
Rahmah Pebrianti 2019.C.11a.1060
Ralin Andari 2019.C.11a.1061

Pembimbing :
1. Eva Priskila, Ners, M.Kep
2. Khairina Liyiny Hilma, S.Kep., Ners

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

ii
Proposal pendidikan kesehatan ini disusun oleh :
Kelompok : 1D
Anggota Kelompok : 1. Fordianus Candy
2. Kartika Novi Astuti
3. Rahmah Pebrianti
4. Ralin Andari

Program Studi : Profesi Ners


Judul : “Pendidikan Kesehatan Tentang Cara
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Dipoli
Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi”

Proposal ini telah disetujui pada tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eva Priskila, Ners, M.Kep Khairina Liyiny Hilma, S.Kep., Ners

KATA PENGANTAR

iii
Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Kegiatan
dengan judul “Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Mengontrol Risiko Perilaku
Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi”. Proposal ini
disusun guna melengkapi tugas Praktik Profesi Keperawatan Jiwa (PPKJ).

Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Eva Priskila, Ners, M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan.
4. Ibu Khairina Liyiny Hilma, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan yang
telah banyak memberikan saran, masukkan, dan bimbingan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan proposal ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 29 Februari 2024

Kelompok 1D

DAFTAR ISI

iv
SAMPUL DALAM..............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan........................................................................2
1.4 Manfaat Pendidikan Kesehatan......................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku Kekerasan ...................................................................4
2.2 Penyebab Risiko Perilaku Kkekrasan..........................................................4
2.3 Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan..............................................5
2.4 Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan...............................................6
BAB 3 RENCANA KEGIATAN
3.1 Satuan Acara Penyuluhan...............................................................................8
3.2 Tujan...............................................................................................................8
3.3 Materi.............................................................................................................8
3.4 Metode............................................................................................................8
3.5 Media..............................................................................................................8
3.6 Waktu Pelaksanaan.........................................................................................9
3.7 Tugas Pengorganisasian.................................................................................9
3.8 Denah Pelaksanaan.........................................................................................10
3.9 Materi Penyuluhan.........................................................................................11
3.10 Leaflet............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok
akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien
(Widiyanto dkk, 2016)
Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017). Skizofrenia adalah suatu
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau
tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran
melakukan aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2017).
Hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa diantaranya
skizofrenia (WHO, 2016). Indonesia yang diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, diantaranya adalah skizofrenia.
Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu
penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang, akan
terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta
orang. Pasien dengan diagnosa skizofrenia 70% mengalami halusinasi (Sutinah,
2016). Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami
halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami

1
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami
halusinasi lainnya (Suryenti, 2017).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto, 2016). Risiko
perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak
lingkungan sekitar. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain
(Pardede & Hulu, 2020).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis telah memberikan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan Gangguan Resiko Perilaku Kekerasan
dan komunikasi terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu penulis membuat Pendidikan Kesehatan Tentang
Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei
Bukit Rawi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam proposal ini adalah; Bagaimana pengetahuan, cara memahami dan
Pendidikan Kesehatan Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dipoli Rumah
Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi?
1.3. Tujuan Pendidikan Kesehatan
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan ini adalah untuk
memberikan Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga tentang Cara Mengontrol
Risiko Perilaku Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi.

2
1.3.2. Tujuan Khusus
Kelompok keluarga dan pasien di Poli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit
Rawi mendapatkan Pendidikan kesehatan tentang Cara Mengontrol Risiko Perilaku
Kekerasan.
1.4. Manfaat Pendidikan Kesehatan
1.4.1. Untuk Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Cara
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit
Rawi.
1.4.2. Untuk Institusi Pendidikan
Institusi mampu mengembangkan dan meningkatkan Tentang Cara Mengontrol
Risiko Perilaku Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi.
1.4.3. Untuk Sasaran
Agar kelompok keluarga dan pasien di Poli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei
Bukit Rawi mendapatkan Pendidikan kesehatan tentang Cara Mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi
1.4.4. Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di
bidang kesehatan khususnya pada Pendidikan kesehatan tentang Cara Mengontrol
Risiko Perilaku Kekerasan Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku Kekerasan.


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.
Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan
yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah
akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk
itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi
positif marah.
2.2 Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen penyebab kemarahan (perilaku kekerasan) adalah kombinasi
dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi : sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya
dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

4
3. Kebutuhan akan status dan prestise : Manusia pada umumnya mempunyai
4. keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
2.3 Tanda Dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan
Yosep (2019) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.

5
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
2.4 Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
Cara Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien Yang
Melakukan Perilaku Kekerasan). Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
1. Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat
berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
2. Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan
yang terang,sikap keluarga yang lembut
3. Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap perasaan
marah, melindungi dan melaporkan jika amuk
4. Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg
telah dilatih di rs)pada lingkungan
5. Spritual : bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan
ibadah
Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :
1. Terima marah klien, diam sebentar
2. Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
3. Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai
4. Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
5. Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan
nafas

6
6. Berikan obat sesuai dengan aturan pakai
7. Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan
kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa
8. Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku kekerasan sedapat
mungkin jangan diikat atau dikurung.

7
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Satuan Acara Penyuluhan


Pokok Bahasan : Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
Sasaran : Keluarga
Tempat : Dipoli Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi
Hari, tanggal : Selasa, 5 Maret 2024
Waktu : 20 menit (09.00 – 09.20)
3.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah agar keluarga mampu memahami
Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan.
3.2.2 Tujuan Khusus
3.2.2.1 Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan dalam keluarga tersebut.
3.2.2.2 Menekankan kepada keluarga bahwa keluarga merupakan system
pendukung utama untuk menerapkan Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
3.3 Materi
1. Menjelaskan Pengertian Perilaku Kekerasan.
2. Menyebutkan Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan
3. Menyebutkan Tanda Dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan.
4. Menyebutkan Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan.
3.4 Metode
3.4.1 Ceramah
3.4.2 Tanya jawab
3.5 Media

8
3.5.1 Leaflet
3.5.2 Power Point

3.6 Waktu Pelaksanaan


3.6.1 Hari/Tanggal : Selasa, 5 Maret 2024
3.6.2 Pukul : 90.00-09.20 WIB
3.6.3 Alokasi Waktu : 20 Menit

No Tahap Waktu Kegiatan

1 Pembukaan 5 Menit 1. Memberikan salam


2. Memperkenalkan diri
3. Menyampaikan pokok
bahasan
4. Menyampaikan
tujuan
2 Isi 10 Menit Penyampaian materi
1. Menjelaskan Pengertian Perilaku
Kekerasan.
2. Menyebutkan Penyebab
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Menyebutkan Tanda Dan Gejala
Risiko Perilaku Kekerasan.
4. Menyebutkan Cara Mengontrol
Risiko Perilaku Kekerasan.
3 Penutup 5 menit 1. Diskusi
2. Evaluasi
3. Kesimpulan
4. Memberikan salam penutup

3.7 Tugas Pengorganisasian


3.7.1 Moderator : Kartika Novi Astuti
3.7.2 Penyaji : Rahmah Pebrianti
3.7.3 Fasilitator : Ralin Andari
3.7.4 Dokumentator dan Notulen : Fordianus Candy

9
3.8 Denah Pelaksanaan
Setting Tempat :

P P P

P P P

Keterangan :
: Penyaji

: Moderator

: Fasilitator

: Dokumentator dan Notulen

: Peserta
P

10
3.9 Materi Penyuluhan
A. Pengertian Perilaku Kekerasan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif.
Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan
yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah
akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk
itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi
positif marah.
B. Penyebab Risiko Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen penyebab kemarahan (perilaku kekerasan) adalah kombinasi
dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi : sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya
dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

11
3. Kebutuhan akan status dan prestise : Manusia pada umumnya mempunyai
4. keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.

C. Tanda Dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan


Yosep (2019) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi

12
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
D. Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
Cara Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien Yang
Melakukan Perilaku Kekerasan). Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
1. Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat
berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
2. Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan
yang terang,sikap keluarga yang lembut
3. Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap perasaan
marah, melindungi dan melaporkan jika amuk
4. Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg
telah dilatih di rs)pada lingkungan
5. Spritual : bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan
ibadah
Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :
1. Terima marah klien, diam sebentar
2. Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
3. Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai

13
4. Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
5. Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan
nafas
6. Berikan obat sesuai dengan aturan pakai
7. Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan
kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa
8. Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku kekerasan sedapat
mungkin jangan diikat atau dikurung.

14
3.10Leaflet

1
DAFTAR PUSTAKA

Keliat B, 2020. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC


Stuart dan Sundeen . 2017 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2019. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

1
HASIL OBSERVASI SELAMA PENDIDIKAN KESEHATAN KELOMPOK
1D STASE PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA (PPKJ)
DI POLI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI BUKIT RAWI

Kegiatan telah dilaksanakan pada :


Hari/tanggal : Selasa, 5 Maret 2024
Pukul : 09.00-09.20 WIB
Topik Seminar : “Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan”
Tugas Pengorganisasian :
Moderator : Kartika Novi Astuti
Penyaji : Rahmah Pebrianti
Fasilitator : Ralin Andari
Dokumentator dan Notulen : Fordianus Candy

Pertanyaan yang diberikan dari audience untuk kelompok 1D:

DOKUMENTASI SEMINAR KASUS


Selasa, 5 Maret 2024 pukul 09.00-09.20 WIB

Gambar 1 : Pendidikan Kesehatan Tentang


“Cara Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan”

Anda mungkin juga menyukai