Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL TESIS

PEMBINAAN KESEHATAN DALAM RANGKA PENINGKATAN


PARTISIPASI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUDIANG MAKASSAR

NUR ULFIAH DARMA PERTIWI


NIM 000310132020

PROGRAM STUDI : MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
PROPOSAL PENELITIAN
HALAMAN JUDUL

PEMBINAAN KESEHATAN DALAM RANGKA PENINGKATAN


PARTISIPASI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUDIANG MAKASSAR

PROPOSAL TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk mecapai gelar Magister

Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat

Diajukan oleh

NUR ULFIAH DARMA PERTIWI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

ii
PROPOSAL PENELITIAN
HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBINAAN KESEHATAN DALAM RANGKA PENINGKATAN


PARTISIPASI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUDIANG MAKASSAR

NUR ULFIAH DARMA PERTIWI


0003. 10.13. 2020

Disetujui untuk diseminarkan

Komisi Pembimbing

Ketua,

Dr. H. Haeruddin, SKM., M.Kes Tanggal

Anggota,

Dr. Alfina Baharuddin, SKM., M.Kes Tanggal

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN..................................................................................i

SAMPUL DALAM..................................................................................ii

PENGESAHAN......................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................8
D. Manfaat Penelitian..............................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................10


A. Tinjaun Teori.......................................................................10
B. Penelitian Terdahulu..........................................................32
BAB III Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian.................38
A. Kerangka Konsep...............................................................38
B. Hipotesis.............................................................................39
BAB IV METODE PENELITIAN............................................................40
A. Pendekatan Penelitian.......................................................40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................40
C. Populasi dan Sampel.........................................................40
D. Jenis dan Sumber Data......................................................42
E. Variabel Penelitian..............................................................44
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif..........................44
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data.....................46
H. Uji Instrumen Penelitian.....................................................48

vi
I. Teknik Analisis Data...........................................................49
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau

arahan terkait program kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh

tingkatan yang lebih tinggi agar dapat terlaksana sesuai kebijakan

dan standar yang ada. Pelayanan kesehatan lanjut usia merupakan

suatu upaya kesehatan yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu wadah dan merupakan upaya

preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif bagi lanjut usia. Dalam

kegiatan ini Sasaran langsung adalah pra lanjut usia (45-59 tahun),

lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia

>70 tahun atau usia >= 60 tahun dengan masalah kesehatan).

Sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga, masyarakat,

lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan,

kelompok khusus, dan swasta, lintas program, dan lintas sektor.

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

World Health Organization (WHO) yang memimpin

implementasi Dekade Penuaan Sehat. Dekade Penuaan Sehat

adalah kolaborasi global yang menyatukan pemerintah, masyarakat

sipil, lembaga internasional, profesional, akademisi, media dan

sektor swasta selama 10 tahun aksi bersama, katalitik dan

kolaboratif untuk mendorong kehidupan yang lebih lama dan lebih

1
sehat. Kondisi umum di usia yang lebih tua termasuk gangguan

pendengaran, katarak dan kesalahan bias, nyeri punggung dan

leher dan osteoarthritis, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes,

depresi dan demensia. Seiring bertambahnya usia, mereka lebih

mungkin mengalami beberapa kondisi pada saat yang bersamaan.

Usia yang lebih tua juga ditandai dengan munculnya beberapa

keadaan kesehatan kompleks yang biasa disebut sindrom geriatri.

Mereka sering merupakan konsekuensi dari beberapa faktor yang

mendasarinya dan termasuk kelemahan, inkontinensia urin, jatuh,

delirium dan ulkus tekanan.(WHO, 2021)

Jumlah orang lanjut usia (Lansia) di Indonesia saat ini

sekitar 27,1 juta orang atau hampir 10% dari total penduduk. Pada

tahun 2025 diproyeksikan jumlah Lansia meningkat menjadi 33,7

juta jiwa (11,8%). Peningkatan jumlah Lansia dengan berbagai

masalah kesehatannya menjadi tantangan bagi kita untuk

mempersiapkan Lansia yang sehat dan mandiri, agar meminimalisir

beban bagi masyarakat dan negara. Isu kesehatan Lansia, menurut

Wamenkes, sudah masuk ke dalam indikator RPJMN dan Renstra

Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Sementara itu, pada

masa pandemi COVID-19, Lansia menjadi sasaran prioritas karena

merupakan salah satu kelompok yang paling rentan mengalami

kondisi berat bila terpapar COVID-19, sehingga harus diupayakan

agar program vaksinasi COVID-19 pada Lansia dapat tercapai

2
dengan maksimal, dengan harapan dapat terbentuk imunitas tubuh

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Focus Group Discussion (FGD) tentang Evaluasi Kebijakan

dan Program Lanjut Usia di Kota atau Kabupaten dalam upaya

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan Lansia di Provinsi

Sulawesi Selatan. Semakin baiknya pelayanan kesehatan, semakin

tinggi umur harapan hidup, maka persentase populasi lansia

semakin bertambah. Proyeksi populasi lansia mencapai 15.77% di

tahun 2035 dengan UHH 72.4 tahun UHH Wajo tahun 2017 pada

66.52, sedangkan pada tahun 2018 pada 66.72. Masalah

kesehatan lansia masih banyak berada PTM seperti hipertensi,

stroke, DM, dan gangguan mental emosional. Payung hukum

kegiatan lansia mencakup UU, Permenkes, dan SPM bidang

kesehatan pada butir Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut, targetnya

adalah 100% lansia mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar

minimal 1 kali dalam 1 tahun Lingkup pelayanan sesuai standar

termasuk edukasi Perilaku Hidup Bersih (PHBS). Strategi

peaksanaan SPM lansia: Memperkuat dasar hokum, Meningkatkan

jumlah dan kualitas fasyankes, Membangun dan mengembangkan

jejaring kemitraan, Meningkatkan ketersediaan data dan informasi,

Meningkatkan peran dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat,

Meningkatkan peran lansia, Sudah ada Pergub pembentukkan

Komda Lansia.(Dinkes Sulsel, 2022)

3
Program kesehatan lansia di Sulsel menargetkan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan santun lansia Poliklinik

geriatri di rumah sakit, Posyandu lansia, Pengembangan peran

lansia, Home care dan long term care, Penyuluhan dan penyebaran

informasi kesehatan lansia, Peningkatan kerjasama dengan, lintas

program, swasta, jumlah puskesmas santun lansia di Sulsel pada

2018 sebanyak 299 dari 458.(Dinkes Sulsel, 2022) Kegiatan

pemberian layanan pemeriksaan kesehatan, pemberian

obat/vitamin serta pemberian bingkisan kepada lansia. Kegiatan

tersebut bertujuan untuk tetap menjaga kesehatan para Lansia

binaannya baik yang ada di dalam Panti maupun yang berada di

masyarakat. Seperti diketahui bahwa lansia merupakan kelompok

paling rentan yang memerlukan perhatian khusus ditengah

pandemi COVID 19 (Kemensos, 2020).

Program pengembangan kesehatan lansia tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan partisipasi yang

baik dari lansia itu sendiri. Berbagai penelitian menunjukkan, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi minat lansia mengunjungi pos

pembinaan kesehatan lansia antara lain umur, jenis kelamin,

pekerjaan, minat, pengetahuan, jarak, dukungan keluarga, tingkat

pendidikan, status perkawinan, sikap lansia dan peran kader

(Wahyuni et al., 2016)

4
Penelitian yang dilakukan oleh Juniardi (2021) dengan

tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

kurangnya partisipasi lansia dalam pembinaan kesehatan yang di

khususkan untuk lansia. Berdasarkan hasil analisis data bahwa ada

beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia

ke posyandu lansia. Faktor-faktor tersebut yaitu pengetahuan

lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana

yang kurang memadai, kurangnya informasi tentang posyandu

lansia, ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga,

sikap dan perilaku lansia yang tertutup, dan adanya fasilitas lain

yang diberikan pemerintah (Juniardi, 2017)

Puskesmas Sudiang sebagai unit pelaksana teknis Dinas

Kesehatan Kota Makassar yang bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas Sudiang

berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Dengan demikian puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata

pertama. Penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan

kepada masyarakat telah di tetapkan melalui keputusan Menteri

5
Kesehatan Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas).

Terdapat 3 Kelurahan yang berada dalam wilayah kerja

Puskesmas Sudiang, yaitu Kelurahan Sudiang, Pai dan Bakung

dengan penduduk lansia sebanyak 4.776 jiwa. Prevalensi lansia di

Puskesmas Sudiang termasuk dalam jumlah yang banyak,

sehingga ini menjadi salah satu tugas penting bagi kader-kader

dalam pelaksanaan pembinaan kesehatan terhadap lansia. Di

Puskesmas Sudiang sendiri, bentuk program pembinaan kesehatan

yang di berikan yaitu senam lansia dan pemeriksaan kesehatan

meliputi cek kadar gula darah, pemeriksaan kolestrol dan tekanan

darah.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik melakukan analisis

tentang partisipasi lansia di Puskesmas Sudiang Kecamatan

Biringkanaya Kota Makassar dengan melihat jumlah cakupan lansia

yang berpartisipasi dalam pembinaan pelayanan kesehatan sangat

jauh dari sasaran. Dari 4.776 hanya sekitar 200 atau (4.2%) lansia

yang mendapat pembinaan.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan

peneliti dilihat dari data rekapitulasi absensi selama 3 bulan terakhir

yaitu bulan Maret sampai dengan Mei, jumlah kunjungan lansia

tidak ada yang mencapai 50% dari total jumlah lansia yang

terdaftar sebagai anggota Posyandu. Hal ini mendorong peneliti

6
untuk mencari tahu alasan lansia yang tidak hadir pada acara

tersebut dengan cara melakukan sedikit wawancara. Dari 5 lanjut

usia yang terdaftar pembinaan kesehatan lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Sudiang di dapatkan 3 lansia (60%) mengatakan kalau

sering lupa dengan jadwal kegiatan posyandu dan menganggap

datang ke posyandu lansia hanya saat merasakan sakit saja. 2

lansia (40%) mengatakan kalau keluarga mengingatkan tentang

jadwal kegiatan posyandu, tetapi lansia mengatakan kalau malas

untuk menghadiri kegiatan posyandu dan tidak mengantar lansia ke

posyandu. Berdasarkan wawancara dengan petugas posyandu

diketahui bahwa lansia belum mengetahui tujuan dan manfaat

diadakannya posyandu lansia. Selain itu kunjungan ke posyandu

masih rendah dikarenakan kondisi fisik dari lansia yang tidak

memungkinkan untuk datang pada saat pelaksanaan posyandu.

Menurut catatan kunjungan lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Sudiang hanya 41,37% lansia yang hadir kegiatan posyandu dalam

satu tahun.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa partisipasi lansia sangat rendah dalam

keikutsertaan pada kegiatan pembinaan kesehatan, sehingg

peneliti tertarik maelakukan analisis penelitian dengan judul

“Pembinaan Kesehatan dalam rangka Peningkatan Partisipasi

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Makassar”.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagaimana berikut :

1. Adakah pengaruh kegiatan pelayanan kesehatan terhadap

partisipasi lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Makassar.

2. Adakah pengaruh kegiatan olahraga terhadap partisipasi lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Pembinaan Kesehatan dalam

rangka Peningkatan Partisipasi Lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Sudiang Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan pelayanan kesehatan

terhadap partisipasi lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Sudiang Makassar.

8
b. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan olahraga terhadap

partisipasi lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bentuk-

bentuk program pembinaan kesehatan yang berhubungan

dengan partisipasi lansia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan partisipasi lansia pada

posyandu lansia sehingga bisa meningkatkan partisipasi lansia

pada kegiatan pembinaan kesehatan lansia.

3. Manfaat bagi peneliti

Hasil peneliti ini diharapkan bisa menjadikan sumber rujukan

dalam penelitian selanjutnya.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauaan Teori

1. Tinjauam Umum Tentang Puskesmas

a. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019)

Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau

masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut

diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan

untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan

10
yang optimal, tanpa mengabaikan kualitas kepada

perorangan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 67 Tahun, 2017).

b. Tujuan Puskesmas

Puskemas adalah unit pelaksana teknis kesehatan di

bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara

umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif,

promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) atau Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan

pelayanan 9 rawat inap selain pelayanan rawat jalan

(Irmawati, 2017). Tujuan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Trihono, 2005).

c. Fungsi Puskesmas

Dalam menyelenggarakan fungsi Puskesmas

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 5 Peraturan

Menteri Kesehatan RI No.75 Tahun 2014, Puskesmas


11
berwenang atau bertugas untukKementerian Kesehatan RI,

“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67

Tahun 2015 III” (2017). :

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis

masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan

pelayanan yang diperlukan;

2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan

kesehatan;

3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan

sektor lain terkait;

5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan

pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya

manusia Puskesmas;

7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan

kesehatan;

12
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi

terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan

Kesehatan; dan

9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan

masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem

kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Bentuk Pelayanan Lansia di Puskesmas

Jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada lanjut

usia di Puskesmas, yaitukementerian Kesehatan RI,

“Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67

Tahun 2015 III” (2017). :

1) Pelayanan Kesehatan

a) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of

daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,

seperti makan/ minum, berjalan, mandi, berpakaian,

naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan

sebagainya untuk menilai tingkat kemandirian lanjut

usia.

b) Pemeriksaan status mental; Pemeriksaan ini

berhubungan dengan mental emosional dengan

menggunakan pedoman metode 2 menit.

13
c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada

grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).

d) Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan

tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut

nadi selama satu menit.

e) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada

keluhan dan atau ditemukan kelainan pada

pemeriksaan.

f) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar

kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan

konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan

atau kelompok usia lanjut.

g) Kunjungan rumah oleh kader dan tenaga kesehatan

bagi anggota kelompok Lanjut usia yang tidak datang,

dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan

masyarakat (home care).

2) Pemberian makan tambahan (PMT) penyuluhan sebagai

contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek

kesehatan dan gizi lanjut usia serta menggunakan bahan

makanan yang berasal dari daerah tersebut.

14
3) Kegiatan olahraga antara lain senam usia lanjut, gerak

jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan

4) Kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sektor lain

seperti:

a) Kegiatan kerohanian

b) Arisan

c) Kegiatan ekonomi produktif

d) Berkebun

2. Tinjauan Umum Tentang Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

Charly (1992) mengatakan partisipasi adalah

keterlibatan mental dan emosional seorang atau kelompok

masyarakat dalam situasi kelompok yang mendorong yang

bersangkutan atas kehendak sendiri (kemauan diri) menurut

kemampuan swadaya yang ada, untuk mengambil bagian

dalam usaha pencapaian tujuan bersama dalam

pencapaiaanya tujuan bersama (Sudiyono, 2016).

b. Tujuan Partisipasi

15
Tujuan utama peningkatan partisipasi (Depdiknas,

2005) adalah untuk :

1) Meningkatkan dedikasi / kontribusi stakeholders terhadap

penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik dalam

bentuk jasa, pemikiran, intelektualitas, ketrampilan,

moral, financial dan matrial / barang.

2) Memberdayakan kemampuan yang ada pada

stakeholders bagi pendidikan untuk suatu tujuan tertentu.

3) Meningkatkan peran stakeholders dalam

penyelenggaraan di suatu kegiatan, baik sebagai

advisor,supporter, mediator, controller, recource linker,

dan education proder (Sudiyono, 2016)

3. Tinjauan Umum Tentang Lansia

a. Pengertian Lansia

Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua merupakan

proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu

anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara

biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti


16
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik, yang

ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang

tidak proporsional (Kholifah, 2016).

Lanjut Usia (Lansia) berasal dari kata Geros,

sedangkan ilmu yang mempelajari tentang lansia adalah

gerontologi. Gerontologi adalah suatu cabang ilmu yang

membahas secara rinci faktor-faktor yang berhubungan

dengan lansia. Gerontologi adalah cabang ilmu yang

mempelajari proses menua dan masalah-masalah

yangmungkin terjadi pada lansia.(Dahlan et al., 2018)

b. Batasan Lanjut Usia

1) Menurut WHO, lanjut usia meliputi :

a) Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia

(45 – 59 tahun).

b) Lanjut usia (eldery) antara (60 – 74 tahun).

c) Lanjut usia (old) antara (75 dan 90 tahun).

d) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.(Kholifah,

2016)

2) Menurut Kemenkes, batasan lansia yait :

a) Pra lanjut usia (45-59 tahun),

b) Lanjut usia (60-69 tahun),

17
c) Lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau

usia > 60 tahun dengan masalah kesehatan)

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

c. Teori-Teori Proses Menua

1) Teori Biologi

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi

akibat adanya progam genetik di dalam nuklei. Jam ini

berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini

sudah habis putarannya maka akan menyebabkan

berhentinya proses miosis. Hal ini ditunjukan oleh hasil

penelitian, dari teori itu ditunjukan dengan adanya teori

membelah sel dalam kultur dengan umur spesies mutasi

somatic (teori errorcatastrophe). Hal penting lainnya yang

perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor penyebab

terjadi proses menua adalah faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Radiasi dan zat

kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi

mutasi progesif pada DNA sel somatik akan

menyebabkan terjadinya penurunan sel fungsional

tersebut (Kholifah, 2016).

2) Teori Psikososial

a) Activity theory

18
Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan

secara langsung.

b) Continitas theory

Adanya suatu kepribadian berlanjut yang

menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang

meningkatkan stress.

c) Dissaggement theory

Putusnya hubungan dengan luar seperti dengan

masyarakat,

d) Theory Strafikasi Usia

Karena orang digolongkan dalam usia tua dan

mempercepat proses penuaan.

e) Theory kebutuhan manusia

Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut

penelitian 5% dan tidak semua orang mencapai

kebutuhan yang sempurna.

f) Jung Theory

Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas

dalam perkembangan kehidupan.

g) Course Of Human Life Theory

Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada

tingkat maksimum.

19
h) Development Task Theory

Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas

perkembangan sesuai dengan usianya hubungan

dengan individu lain (Kholifah, 2016)

d. Tipe Lanjut Usia

1) Tipe arif bijaksana

Lanjut usia ini kaya dengan hikmah, pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,

mempunyai kesibukan, bersikap

ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri

Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang

dengan kegiatan baru, selektif dan mencari pekerjaan dan

teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas

Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,

menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan

kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan

kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak

sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan

pengkritik.

4) Tipe pasrah

20
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,

mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang),

mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa

saja dilakukan.

5) Tipe bingung

Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif dan

acuh tak acuh (Kholifah, 2016).

e. Perubahan Mental pada Lansia

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2) Kesehatan umum.

3) Tingkat pendidikan.

4) Keturunan (hereditas).

5) Lingkungan.

f. Perubahan Psikososial pada Lansia

Nilai seseorang sering diukur melalui produkvitasnya

dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.

Bila mengalami pensiun (purnatugas), seseorang akan

mengalami kehilangan, antara lain(Dahlan et al., 2018) :

1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).

21
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan / posisi yang

cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).

3) Kehilangan teman / kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan / kegiatan dan

5) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan

cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih

sempit).

6) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari

jabatan. Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang

sulit, biaya pengobatan bertambah.

7) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.

8) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan

sosial.

9) Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan

dan ketulian.

10)Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

11)Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan

dengan teman dan famili.

12)Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan

terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri) (Dahlan

et al., 2018).

g. Konsep Lansia Berkualitas

22
Nutrisi dan pola hidup yang kurang sehat berdampak

pada penurunan daya tahan tubuh, yang berakibat

rentannya terhadap berbagai penyakit. Kekurangan gizi

semasa dalam rahim menyebabkan terjadinya beberapa

penyakit pada masa dewasa, seperti penyakit peredaran

darah, diabetes dan gangguan metabolisme. Gizi buruk

pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi pembentukan

struktur tulang yang merupakan predisposisi terjadinya

osteoporosis di masa dewasa. Remaja obesitas atau

kelebihan berat badan akan berisiko terkena penyakit kronis

dalam kehidupan dewasa dan usia tua. Pola hidup dan

paparan asap rokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola

makan yang tidak sehat, atau paparan zat-zat beracun di

tempat kerja juga berpengaruh terhadap kesehatan lanjut

usia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Lanjut usia sehat berkualitas, mengacu pada konsep

Active Ageing WHO yaitu proses penuaan yang tetap sehat

secara fisik, sosial dan jiwa sehingga dapat tetap sejahtera

sepanjang hidup dan berpartisipasi dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

Sementara pemerintah juga harus memfasilitasi dengan

menyediakan fasilitas dan perlindungan yang memadai,

23
keamanan, serta perawatan ketika dibutuhkan (Kalache &

Gatti, 2003).

Pelaksanaannya di Indonesia diterjemahkan dalam

bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut usia baik di

fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Pemberian pelayanan

kesehatan kepada lanjut usia dilakukan mengacu kepada

hasil penapisan dan pengelompokan berdasarkan status

fungsional, dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni: 1)

lanjut usia mandiri/ketergantungan ringan; 2) lanjut usia

dengan ketergantungan sedang; dan 3) lanjut usia dengan

ketergantungan berat dan total, yang masing-masing

kelompok mendapat intervensi program sebagai

berikut:untuk kelompok lanjut usia mandiri dan lanjut usia

dengan ketergantungan ringan, mengikuti kegiatan di

Kelompok Lanjut Usia secara aktif. Untuk lanjut usia sehat

dengan ketergantungan sedang, lanjut usia dengan

ketergantungan berat dan total mendapatkan intervensi

program layanan home care atau dirujuk ke rumah sakit.

Pelayanan kesehatan yang diberikan baik di fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama, maupun fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan akan disesuaikan dengan

kebutuhan kondisi kesehatan lanjut usia sesuai

24
pengelompokan tersebut di atas. Khusus untuk lanjut usia

yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan

mandiri selama mungkin (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019)

4. Tinjauan Umum Tentang Pembinaan Kesehatan Lansia

Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau

arahan terkait program kesehatan lanjut usia yang dilakukan

oleh tingkatan yang lebih tinggi agar dapat terlaksana sesuai

kebijakan dan standar yang ada. Pelayanan kesehatan lanjut

usia merupakan suatu upaya kesehatan yang diselenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah dan

merupakan upaya preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif

bagi lanjut usia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2019).

Posyandu lansia adalah salah satu kegiatan yang

diagendakan pemerintah pusat melalui pemerintah daerah dan

jajaran bawahannya untuk menangani masalah kesehatan

penduduk lanjut usia. Kegiatan ini berupaya untuk mengontrol

keadaan penduduk lansia serta memberikan bimbingan kepada

mereka dalam merawat dan memantau keadaan kesehatan

mereka sendiri. Program Posyandu Lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui

25
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para

lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam

penyelenggaraannya (Ainiah, et. al, 2021).

Salah satu upaya untuk memberdayakan lanjut usia di

masyarakat adalah melalui pembentukan dan pembinaan

Kelompok Lanjut Usia yang di beberapa daerah disebut dengan

Kelompok Usia Lanjut (Poksila), Pos Pelayanan Terpadu Lanjut

Usia (Posyandu Lansia) atau Pos Pembinaan Terpadu Lanjut

Usia (Posbindu Lansia). Pelaksanaan Kelompok Lanjut Usia ini,

selain mendorong peran aktif masyarakat, dan Lembaga

Swadaya Masyarakat, juga harus melibatkan lintas sektor terkait

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

a. Bentuk Pelaksanaan di Indonesia

Pelaksanaannya di Indonesia diterjemahkan dalam

bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut usia baik di

fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Pemberian pelayanan

kesehatan kepada lanjut usia dilakukan mengacu kepada

hasil penapisan dan pengelompokan berdasarkan status

fungsional, dikelompokkan menjadi 3 kelompok yakni: 1)

lanjut usia mandiri/ketergantungan ringan; 2) lanjut usia

dengan ketergantungan sedang; dan 3) lanjut usia dengan

ketergantungan berat dan total, yang masing-masing

26
kelompok mendapat intervensi program sebagai

berikut:untuk kelompok lanjut usia mandiri dan lanjut usia

dengan ketergantungan ringan, mengikuti kegiatan di

Kelompok Lanjut Usia secara aktif. Untuk lanjut usia sehat

dengan ketergantungan sedang, lanjut usia dengan

ketergantungan berat dan total mendapatkan intervensi

program layanan home care atau dirujuk ke rumah sakit.

Pelayanan kesehatan yang diberikan baik di fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama, maupun fasilitas

kesehatan rujukan tingkat lanjutan akan disesuaikan dengan

kebutuhan kondisi kesehatan lanjut usia sesuai

pengelompokan tersebut di atas. Khusus untuk lanjut usia

yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan

mandiri selama mungkin (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019).

Para lanjut usia ini, tidak hanya mendapatkan

pelayanan kesehatan berupa pelayanan promotif dan

preventif serta kuratif dan rehabilitatif sederhana, tetapi juga

dapat berinteraksi dengan peer group yaitukelompok sebaya

(sesama lanjut usia). Dalam peer group, seseorang individu

merasa lebih leluasa untuk memberikan rasa peduli kepada

sesama teman, dan lebih nyaman untuk membahas

berbagai permasalahan, berbagi ide-ide, pikiran-pikiran yang

27
dimiliki. Masing-masing individu merasakan adanya

kesesuaian satu sama lain, seperti sama dalam usia,

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga dapat

memperkuat kelompok tersebut. Kuatnya pengaruh teman

sebaya tidak terlepas dari adanya ikatan batin yang terjalin

kuat dalam kelompok. Dalam peer group, individu juga

merasa menemukan dirinya serta dapat dengan lebih

leluasa mengembangkan rasa sosialnya. Lanjut usia dapat

melakukan kegiatan yang dapat membuat mereka tetap

aktif, antara lain berperan sebagai kader di kelompok lanjut

usia, melakukan pengajian, senam lanjut usia, dan memasak

bersama, termasuk membuat kerajinan tangan yang selain

berperan sebagai penyaluran hobi juga dapat meningkatkan

pendapatan (income generating) (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2019)

b. Kebijakan Program Lansia

Kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia disusun

berdasarkan prinsip-prinsip mewujudkan lanjut usia sehat

sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019) :

1) Pembinaan kesehatan lanjut usia terutama ditujukan

pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan

28
untuk mandiri, tetap produktif dan berperan aktif dalam

pembangunan, selama mungkin.

2) Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan peran

keluarga dan masyarakat, serta menjalin kemitraan

dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi

kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan lanjut usia secara

berkesinambungan.

3) Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui

pendekatan holistik dengan memperhatikan nilai sosial

dan budaya yang ada.

4) Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara

terpadu dengan meningkatkan peran, koordinasi dan

integrasi dengan lintas program dan lintas sektor.

5) Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai

bagian dari pembinaan kesehatan keluarga.

6) Pendekatan siklus hidup dalam pelayanan kesehatan

untuk mencapai lanjut usia sehat, mandiri, aktif dan

produktif.

7) Upaya kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan

rujukan yang berkualitas, secara komprehensif meliputi

29
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

c. Bentuk Pelayanan Pembinaan Kesehatan Lansia

1) Puskesmas santun lansia

2) Pelayanan rujukan di RS (poli geriatri)

3) Pelayanan kesehatan jiwa lansia

4) Pelayanan home care (perkesmas)

5) Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular)

6) Pelayanan gizi bagi lansia posyandu lansia (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

5. Faktor Penyebab Kurangnya Partispasi Lansia

a. Rendahnya kepercayaan

Beberapa rendahnya minat kehadiran lansia menjadi salah

satu bukti bahwa Posyandu Lansia itu sebenarnya penting

karena Posyandu Lansia memberikan pelayanan

kesehatan bagi kaum lansia dan untuk memfasilitasi lansia

untuk tetap aktif, produktif dan mandiri serta meningkatkan

komunikasi antara masyarakat lansia.

b. Sarana dan Prsarana

Sarana dan prasarana menjadi salah satu indikator

kurangnya minat lansia secara produktif dan didukung oleh

sarana prasarana yang memadai, baik petugas dan

30
pengunjung. Apapun organisasinya, sarana dan prasarana

menjadi salah satu yang penting dalam mencapai sebuah

tujuan organisasi (Rizqi et al., 2019).

Status kesehatan lansia masuk kategori baik dinili dari

kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi

yang sehat dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa meminta

bantuan orang lain, atau sesedikit mungkin tergantung kepada

orang lain. Sedangkan responden dengan kondisi kesehatan

tidak baik tidak dapat melakukan aktifitas sendiri, harus dibantu

bahkan sama sekali tidak mampu melakukan aktifitas sehari-

hari. Kondisi fisik yang sudah menurun karena proses penuaan,

dan adanya penyakit yang diderita responden menyebabkan

responden memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan

aktivitas. Selain itu juga karena beberapa aktifitas yang sudah

berbagi dan bahkan diambil alih oleh anak-anak dan keluarga

responden membuat responden tidak semangat lagi dalam

kegiatan sehari-hari (Susanti et al., 2020).

Faktor pendukung dan penghambat partisipasi lanjut usia

dalam Posyandu Lansia yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Internal

1) Lanjut usia banyak yang masih aktif dan bersemangat

dalam mengikuti kegiatan ini

31
2) Adanya keinginan untuk mengetahui kesehatan dan

banyak kegiatan positif

2. Faktor Eksternal

1) Banyak teman, serta kader-kader juga perhatian dengan

lansia

2) Adanya dukungan dari tokoh masyarakat serta kader

yang selalu ingin memajukan Posyandu Lansia

3) Teman-temannya yang masih aktif dalam mengikuti

kegiatan di posyandu lansia serta pengurus-pengurus di

RW maupun RT sangat mendukung dan merespon

postif adanya Posyandu Lansia ini

4) Peran dari Puskesmas dalam pelayanan kesehatan

5) Bantuan dari tokoh masyarakat dalam menyediakan

sarana dan prasarana

Faktor penghambat partisipasi lanjut usia dalam Posyandu

Lansia adalah

a. Faktor Internal

1) Kondisi lansia yang sudah lemah yang terkadang

tidak dapat memungkinkan untuk ikuserta dalam

Posyandu Lansia

2) Ada sebagian pihak keluarga yang tidak mendukung

lanjut usia untuk ikut serta dalam Posyandu Lansia

b. Faktor Eksternal

32
1) Kondisi cuaca yang kadang tidak menentu seperti

hujan

2) Alat-alat kesehatan di Posyandu Lansia kurang

lengkap untuk mengecek kesehatan lanjut usia

(Wulandari, 2017).

B. Penelitian Terdahulu

Nama
Judul Metode
No. Peneliti / Tujuan Penelitian Hasil
Peneltian Penelitian
Tahun
1. Indah Dwi Analisis Untuk mengetahui Penelitian ini Partisipasi lansia dalam
Wahyuni, partisipasi faktor partisipasi merupakan kegiatan pembinaan
Asmaripa lansia dalam lansia dalam penelitian studi kesehatan dipengaruhi
Ainy, Anita kegiatan kegiatan pembinaan observational oleh umur, jenis kelamin,
Rahmiwati pembinaan kesehatan lansia dengan desain pekerjaan, sikap,
(2016) kesehatan Cross kebutuhan, dan dukungan
lansia di Sectional. keluarga. Diharapkan
wilayah kerja Analisis kepada pihak terkait agar
puskesmas menggunakan dapat melakukan berbagai
sekar jaya uji chi-square upaya untuk meningkatkan
kabupaten dan uji regresi partisipasi lansia dalam
ogan logistik ganda. kegiatan pembinaan
komering ulu kesehatan antara lain
melalui promosi dan
penyuluhan kesehatan
tentang manfaat kegiatan
pembinaan kesehatan
lansia.
2. Eva Susanti, Analisis Penelitian ini Metode Jarak rumah dengan
Nursal faktor yang bertujuan untuk penelitian yang Posyandu memiliki risiko
Asbiran, mempengaru mengetahui faktor digunakan paling besar diantara
Nurhayati hi rendahnya yang mempengaruhi yaitu variabel lainnya. Perlunya
(2020) partisipasi rendahnya pendekatan upaya untuk
lansia dalam partisipasi lansia cross memanfaatkan posyandu
pemanfaatan dalam pemanfaatan sectional. lansia agar dapat
posyandu Posyandu Lansia meningkatkan derajat
lansia di kesehatan Lansia
puskesmas
pauh kembar
kabupaten
padang
pariaman
tahun 2019
3. Luthfi Mulya Faktor-Faktor Untuk mengetahui Penelitian ini Faktor kurangnya minat
Rizqi, Slamet Penyebab Faktor-Faktor menggunakan lansia terhadap pelayanan
Muchsin, Kurangnya Penyebab metode di Posyandu Lansia Kresna
Agus Zainal Minat Lansia Kurangnya Minat penelitian 1 yaitu karena minimnya

33
Nama
Judul Metode
No. Peneliti / Tujuan Penelitian Hasil
Peneltian Penelitian
Tahun
Abidin Terhadap Lansia Terhadap deskriptif pengetahuan lansia
(2019) Pelayanan Pelayanan dengan terhadap adanya manfaat
Posyandu Posyandu Lansia pendekatan Posyandu Lansia.
Lansia kualitatif. Kurangnya percaya diri
Kresna 1 di untuk pergi ke Posyandu
Pondok Lansia, dan respon
kesehatan masyarakat yang harus
Desa ditingkatkan agar
(Ponkesdes) mengetahui bahwa adanya
(Studi Kasus Posyandu Lansia di desa
Pada sangat bermanfaat karena
Posyandu kesejahteraan kesehatan
Lansia lansia akan terjaga.
Kresna 1
Desa Kedok
Kecamatan
Turen
Kabupaten
Malang)
4 (Casadei et Coaching as Untuk mengevaluasi Penelitian ini Alat pelatihan yang
al., 2019) a strategy for pengaruh penerapan menggunakan dievaluasi ini untuk
the health pembinaan terhadap metode perubahan gaya hidup dan
promotion of promosi kesehatan penelitian pengurangan risiko
the elderly: a dari orang tua. deskriptif kesehatan bagi lansia.
systematic dengan Hasilnya positif, dengan
review pendekatan signifikan
(Pembinaan kualitatif. peningkatan kualitas hidup
sebagai (mental dan fisik), status
strategi untuk kesehatan, pencapaian
promosi tujuan, efikasi diri dan
kesehatan peningkatan imunisasi
lansia: orang tua yang dievaluasi.
tinjauan Kesimpulan: Penggunaan
sistematis pembinaan dalam promosi
kesehatan pada lansia
masih baru jadi, namun,
berdasarkan hasilnya,
pembinaan kesehatan
terbukti menjadi strategi
yang efektif untuk
memungkinkan lansia
mencapai potensi
maksimum manajemen diri
dalam kesehatan
5 Mufarokhah Effect Of Tujuan dari Subject dan Pembinaan kesehatan
(2019) Health penelitian ini adalah methode : berpengaruh terhadap
Coaching untuk menganalisis penelitian ini aktivitas fisik. Ada
Based On pengaruh menggunakan perbedaan aktivitas fisik
Health Belief pembinaan desain quasy antara kelompok perlakuan
Model Theory kesehatan terhadap experiment dan kontrol. selanjutnya,
To Physical aktivitas fisik. dengan desain aktivitas fisik sebagai
Activity In kelompok pengelola hipertensi.

34
Nama
Judul Metode
No. Peneliti / Tujuan Penelitian Hasil
Peneltian Penelitian
Tahun
Elderly With kontrol pre- Diharapkan pasien
Hypertension post test. hipertensi harus selalu
melakukan aktivitas fisik
yang telah dianjurkan.
6 Siti Nur Implementasi Tujuan penelitian ini Penelitian ini Hasil penelitian ini
Ainiah , Program adalah untuk menggunakan menunjukkan bahwa
Afifuddin& Posyandu mengetahui dan metode implementasi program
Hayat (2021) Lanjut Usia menganalisis penelitian Posyandu Lansia di RW I
(Lansia) Di implementasi kualitatif. Kelurahan Polowijen belum
Rw I kebijakan Posyandu optimal, salah satu
Kelurahan Lansia di RW I penyebabnya adalah
Polowijen Kelurahan Polowijen kurangnya kesadaran
(Studi Kasus dan untuk masyarakat terhadap
Pada Pos mengetahui faktor pentingnya posyandu
Pelayanan yang dapat menjadi lansia sehingga berdampak
Terpadu pendukung dan pada rendahnya partisipasi
Lansia penghambat dalam lansia.
Kelurahan pelaksanaan
Polowijen implementasi
Kecamatan kebijakan Posyandu
Blimbing Lansia
Kota Malang)
7 Elita Pelayanan Mendalami Artikel Review Pelayanan promotif
Halimsetiono Kesehatan pelayanan khusus maupun preventif dapat
pada Warga lansia dilakukan melalui
Lanjut Usia keterlibatan dan partisipasi
aktif masyarakat berupa
posyandu lansia yang
berasal dari puskesmas
atau timbul dari aspirasi
masyarakat itu sendiri.
Dengan adanya pelayanan
kesehatan yang memadai
bagi para lansia,
diharapkan peningkatan
status kesehatan dan
kualitas hidup lansia dapat
tercapai, sehingga lansia
memiliki hari tua yang
berdaya guna dan juga
bahagia sesuai dengan
keberadaannya, dalam
kehidupannya bersama
dengan keluarga dan
masyarakat.
8 Mega Arianti Pembinaan Tujuan pada Metode Hasil pembinaan
Putri, Sri Kader Lansia pengabdian pelatihan yang didapatkan peningkatan
Suhartiningsi Dalam Upaya masyarakat ini diberikan pengetahuan tentang
h (2020) Peningkatan adalah melalui peran kader dan
Pelayanan meningkatkan ceramah dan keterampilan kader tentang
Kesehatan pengetahuan dan tanya pelayanan kesehatan
Lansia pemahaman kader jawab,diskusi, lansia. Keterampilan yang

35
Nama
Judul Metode
No. Peneliti / Tujuan Penelitian Hasil
Peneltian Penelitian
Tahun
tentang pelayanan dan didapat yaitu keterampilan
kesehatan lansia. demonstrasi pengukuran tekanan darah.
keterampilan
dalam
pemeriksaan
tekanan darah
pada lansia.
9 Metkono Strategi Tujuan penelitian Kualitatif Hasil penelitian ini
(2019) Intervensi adalah didapatkan
Kesehatan mendeskripsikan bahwaPosyandu lansia
Lansia Di strategi intervensi diadakan setiap bulan
Posyandu kesehatan lansia melalui lima meja kegiatan
(The dalam meningkatkan yang digerakkan oleh
Strategies status kesehatan tenaga kesehatan dari
Intervention lansia di Posyandu Puskesmas dan kader
Helthyofeldrly yang dipilih dari
inposyandu) masyarakat. Namun masih
terdapat hambatan yaitu
kurangnya kesadaran
lansia untuk melakukan
kunjungan sehingga upaya
penyuluhan dilakukan oleh
tenaga kesehatan kepada
lansia dan keluarga lansia
melalui organisasi –
organisasi masyarakat.
10 Nurvi The Tujuan penelitian Desain Pada analisis multivariat
Susanti dan Associated adalah untuk penelitian menunjukkan bahwa
Mitra (2021) Factors With mengetahui faktor- adalah cross variabel yang paling
Utilization Of faktor yang sectional study dominan berpengaruh
Elderly berhubungan terhadap pemanfaatan
Integrated dengan pelayanan posyandu lansia
Health Post pemanfaatan adalah sikap lansia. Lansia
pelayanaan yang bersikap negatif lebih
posyandu lansia. beresiko 6 kali untuk tidak
memanfaatkan pelayanan
posyandu lansia
dibandingkan dengan
lansia yang bersikap positif
setelah dikontrol oleh
variabel sikap, jarak
tempuh, dukungan
keluarga, motivasi kader
dan pendidikan.
11 Agus Persepsi Tujuan penelitian ini Jenis Terdapat hubungan antara
Sudaryanto Lansia adalah untu penelitian yang persepsi dengan partisipasi
dan Irdawati Terhadap mengetahui Persepsi dilakukan usia lanjut dalam kegiatan
(2018) Kegiatan Lansia Terhadap adalah pembinaan kesehatan di
Pembinaan Kegiatan Pembinaan penelitian non posyandu. Upaya
Kesehatan Kesehatan Lansia. eksperimental peningkatan usaha
Lansia Di dengan cara pembinaan kesehatan usia
Posyandu Cross lanjut dewasa ini telah

36
Nama
Judul Metode
No. Peneliti / Tujuan Penelitian Hasil
Peneltian Penelitian
Tahun
Wilayah Sectional menjadi fokus perhatian
Kerja Survey. dalam pelayanan
Puskesmas kesehatan usai lanjut,
Prambanan 1 sehingga perlu
Yogyakarta dilaksanakan agar dapat
mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu kesehatan
dan kesejahteraan lansia.
12 Nurul Misbah Faktor-Faktor Tujuan penelitian Kualitatif Terdapat hubungan yang
(2015) Yang iniUntuk mengetahui bermanakna antara jenis
Mempengaru faktor-faktor yang kelamin, pengetahuan,
hi mempengaruhi sikap dan dukungan
Pemanfaatan pemanfaatan Pos keluarga dengan
Pos pembinaan terpadu pemanfaatan Posbindu dan
Pembinaan oleh Lansia tidak terdapat hubungan
Terpadu Oleh yang bermanakna antara
Lansia umur dan pendidian
dengan pemanfaatan
Posbindu.
13 Feva Pembinaan Kegiatan pembinaan Observasi Meningkatkan upaya
Tridiyawati Masyarakat Lansia meliputi Promotif dan Preventif
(2020) Usia Lanjut pemeriksaan sehingga para Lansia
Melalui tekanan darah, memiliki pengetahuan dan
Pemeriksaan penyuluhan dan kesadaran untuk
Dan mengajarkan kepada mencegah terjadinya
Penyuluhan para Lansia senam komplikasi
Kesehatan, Antihipertensi.
Serta
Mengajarkan
Senam
Antihipertensi
Di Posyandu
Lansia Di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Pondok
Melati
14 Liesbeth Elder Health Metode pelaksanaan Observasi Pengabdian kepada
(2019) Development yang diterapkan masyarakat menunjukkan
In Gmist adalah tahap bahwa proses sosialisasi
Zaitun persiapan, tahap terlaksana dengan baik,
Paghulu pelaksanaan. lansia memahami materi
Karatung 1 Tahapan persiapan penyuluhan kesehatan dan
Village dilakukan sebelum mengetahui hasil
Manganitu kegiatan PKMS. pemeriksaan kesehatan
District Tahapan sehingga lansia dapat
Sangihe pelaksanaan meliputi merubah pola hidup
Islands tahapan penyuluhan mereka supaya lebih sehat
Regency kesehatan, tahapan dan bahagia.
pemeriksaan dan
konseling.

37
Nama
Judul Metode
No. Peneliti / Tujuan Penelitian Hasil
Peneltian Penelitian
Tahun
15 Afiq Amhar Kesehatan Penelitian ini Metode Hambatan-hambatan
Anwar Warga dimaksudkan untuk penelitian ini dalam upaya-upaya
(2021) Binaan mengetahui bahwa adalah suatu pemberian hak narapidana
Pemasyaraka dalam upaya jenis penelitian yang telah lanjut usia
tan Lanjut pemberian atapun kualitatif khususnya dalam bidang
Usia Didalam pemenuhan hak-hak kesehatan di Lembaga
Lembaga narapidana yang Pemasyarakatan Kelas IIB
Pemasyaraka telah lanjut usia Cilacap, antara lain
tan Kelas Iib dalam pelayanan kurangnya personil tenaga
Cilacap kesehatan belum medis ahli, sarana dan
bisa terpenuhi prasarana dalam bidang
secara baik atau kesehatan,tidak adanya
optimal yang ahli gizi dan nutrisi yang
disebabkan karena bertugas untuk mengawasi
banyak hal seperti pemenuhan gizi kepada
adanya hambatan narapidana khususnya
yang dihadapi narapidana lanjut usia,
berupa sarana dan kekurangan perlengkapan
prasarana yang seharihari bagi narapidana
belum lengkap lanjut usia, keterbatasan
khsususnya untuk anggaran guna memenuhi
narapidana lanjut segala macam hakhak
usia, kekurangan narapidana yang telah
tenaga medis dalam lanjut usia.
perawatan dan
penaganan
narapidana lanjut
usia, tidak adanya
ahli gizi sekaligus
nutrisi, kekurangan
perlengkapan guna
kebutuhan sehari-
hari serta
terbatasnya biaya
yang dimiliki pihak
lembaga
pemasyarakatan.

38
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada

tinjauan pustaka serta masalah penelitian maka dapat disusun

kerangka konsep penelitian dalam skema sebagai berikut :

Pelayanan Kesehatan
1. Skrining Penyakit
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan laboratorium
sederhana, seperti
pemeriksaan asam urat, Partisipasi Lansia
kolesterol dan gula darah. dalam kegiatan
Pembinaan
Kesehatan Lansia
Kegiatan Olahraga
Gerakan senam lansia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel yang diteliti:

39
B. Hipotesis

1. Ha (Hipotesis Alternatif) :

a. Ada pengaruh kegiatan pemeriksaan kesehatan terhadap

peningkatan partisipasi lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Sudiang Makassar.

b. Ada pengaruh kegiatan olahraga terhadap peningkatan

partisipasi lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang

Makassar.

2. Ho (Hipotesi Nol) :

a. Tidak ada pengaruh kegiatan pemeriksaan kesehatan

terhadap peningkatan partisipasi lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Sudiang Makassar.

b. Tidak ada pengaruh kegiatan olahraga terhadap

peningkatan partisipasi lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Sudiang Makassar.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif,

metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode

survei. Metode survei adalah metode penelitian yang mengambil

sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang inti (Maulidia, 2019).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sudiang Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Makassar yang aktif dalam

mengikuti kegiatan pembinaan kesehatan dengan batasan usia

menurut Depkes (2009) yaitu Pra lanjut usia (45-59 tahun), Lanjut

usia (60-69 tahun), Lanjut usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun

41
atau usia >= 60 tahun dengan masalah kesehatan) yang berjumlah

200 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh

jumlah populasi di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya

Makassar. Prosedur pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non-probabilitiy dengan teknik Purposive

sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan

pertimbangan atau tujuan dan nilai guna individu terhadap

penelitian (Sugiyono, 2018). Jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 133 lansia.

Responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini

adalah :

1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dan subjek penelitian

yang layak untuk dilakukan penelitian. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini meliputi :

a. Umur 60-90 tahun

b. Aktif dalam kegiatan pembinaan kesehatan lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang selama 6 bulan terakhir.

c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

42
Kriteria ekslusi adalah subjek penelitian yang tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian. Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:

a. Responden yang sedang rawat intensif di Rumah Sakit

b. Responden yang mengalami pikun

c. Tidak ingin menjadi responden.

Penentuan sampel < 1000 menggunakan rumus :

N
n=
1+N(d)2

Keterangan :

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

D = tingkat signifikan

200

n =1+200 (0,05)2

200

n = 1+200 (0,0025)

200

n = 1+0,5

200

n = 1,5

= 133 orang

D. Jenis dan Sumber Data


43
1) Jenis Data

Jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif. Survei merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif

untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu.

Survei pada penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengambil data.

2) Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data

sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang

diperoleh dari sumber yang telah ada. Data primer merupakan

data yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada

responden.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemeriksaan

kesehatan dan kegiatan olahraga seperti senam lansia.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu partisipasi lansia pada

kegiatan pembinaan kesehatan khusus lansia.

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

44
1. Partisipasi lansia
a. Pelayanan kesehatan

Kehadiran responden berdasarkan absensi kader

dalam kegiatan pelayanan kesehatan yang rutin diadakan

selama 1 kali dalam sebulan selama 12 bulan terakhir

dengan minimal kehadiran sebanyak 7 kali

(Wahyuningtyas, 2019).

Kriteria Objektif:

1) Rutin : jika kehadiran lansia lebih dari > 50%.

2) Tidak rutin : Jika kehadiran lansia kurang dari < 50%.

b. Kegiatan olahraga

Kehadiran responden berdasarkan absensi kader

dalam kegiatan olahraga yang diadakan rutin selama 4 kali

dalam sebulan selama 6 bulan terakhir dengan minimal

kehadiran sebanyak 13 kali (Wahyuningtyas, 2019).

Kriteria Objektif:

1) Rutin : jika kehadiran lansia lebih dari > 50%.

2) Tidak rutin : Jika kehadiran lansia kurang dari < 50%.

2. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah manfaat yang dirasakan lansia setelah mengikuti

pemeriksaan kesehatan yang meliputi skrining penyakit seperti

45
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium

sederhana, seperti pemeriksaan asam urat, kolesterol dan gula

darah. Kriteria Objektif :

a. Baik: Apabila skor jawaban > 50% dari nilai keseluruhan.

b. kurang : Apabila skor jawaban ≤ 50% dari nilai keseluruhan.

3. Kegiatan Olahraga

Kegiatan olahraga yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah manfaat yang dirasakan lansia setelah mengikuti

gerakan senam ringan yang di adakan oleh pengurus

pembinaan kesehatan dengan instruktur terlatih yang di ikuti

khusus oleh lansia.

a. Baik : Apabila skor jawaban > 50% dari nilai keseluruhan.

b. Kurang : Apabila skor jawaban ≤ 50% dari nilai

keseluruhan.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan peneliti mempelajari sikap-sikap, keyakinan,

46
perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam

organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan

atau oleh sistem yang sudah ada (Siregar, 2014). Setiap

indikator dari data yang dikumpulkan terlebih dahulu

diklasifikasikan dan diberi skor atau menggunakan skala Likert.

2. Pengolahan Data

Pada pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

komputerisasi program SPSS versi 26 dengan langkah-langkah

sebagai berikut (Sugiyono, 2018) :

a. Coding

Setelah sekian kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah

data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan

1) Partisipasi lansia.

Untuk jawaban pertanyaan tentang partisipasi lansia, kode

yang digunakan yaitu:

a) Skor 1 = Rutin

b) Skor 0 = Tidak rutin (Wahyuningtyas, 2019).

2) Pelayanan kesehatan lansia dan kegiatan olahraga.

Untuk jawaban pertanyaan kuesioner tentang pelayanan

47
kesehatan dan kegiatan olahraga yang diikuti oleh lansia

a) Skor 1 jika jawaban responden sangat tidak setuju

(STS).

b) Skor 2 jika jawaban rerponden tidak setuju (TS).

c) Skor 3 jika jawaban responden setuju (S).

d) Skor 4 jika jawaban responden sangat setuju (SS)

(Sugiyono, 2018).

b. Editing

Melakuan pemeriksaan pada setiap format data yang di

isi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam

pengisian format.

c. Entry Data

Sebelum memasukkan data ke dalam komputer terlebih

dahulu dibuat program pemasukan data sesuai dengan

karakteristik serta skala masing-masing variabel.

Selanjutnya, data yang sudah ada dalam bentuk daftar

coding dimasukkan dalam program, pemasukan data

sampai selesai dilakukan peneliti. Data di input dalam

lembar kerja program SPSS.

d. Tabulating

Dengan bantuan computer sesuai dengan variabel yang

diteliti dan kebutuhan analisis untuk memudahkan proses

pengolahan data.

48
H. Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas dilakukan menggunakan

metode Pearson Correlation, suatu data akan dikatakan valid

apabila lebih besar dari dapat diketahui melalui jumlah

responden dan dilihat pada distribusi nilai statistik dengan

tingkat signifikansi 0,05 (Ahyar et al., 2020)

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengunakan metode Koefisien Alpa Cronbach yang

dihitung berdasarkan varian-varian skor dari setiap butir dan

varians total butir tersebut. Ukuran reliabilitas dianggap reliabel

berdasarkan pada koefisien alpha 0,60. Jika Cronbach’s Alpha

data lebih besar dari koefisien alpha (α) maka hasil pengukuran

dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat

ketelitian dan konsistensi pemikiran yang baik (Ahyar et al.,

2020).

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

49
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan

distribusi data. Penggunaan uji normalitas karena pada

analisis statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki oleh

data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara

normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah

bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal.

Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu

dengan "Normal P-P Plot" dan "Tabel Kolmogorov

Smirnov“. Sumbu diagonal grafik atau dengan melihat

histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan 64 pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh garis diagonal atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2014).

Dasar pengambilan keputusan Uji normalitas dengan

"Tabel Kolmogorov Smirnov“

1) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka nilai residual

terdistribusi secara normal.

50
2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka nilai residual tidak

terdistribusi secara normal (Ghozali, 2014).

b. Uji Multikolineritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

tidak ortogonal (Ghozali, 2014). Untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas, dapat dilihat dari Value Inflation Factor

(VIF) dan Tolerance. Apabila nilai VIF > 10, terjadi

multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi

multikolinearitas. Dan apabila nilai Tolerance < 0,10, terjadi

multikolinieritas. Sebaliknya, jika Tolerance > 0,10, tidak

terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan metode Glejser dan dengan

metode Scatter Plot. Apabila nilai signifikansi antara variabel

independen dengan absolut residual lebih besar dari > 0,05

maka tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas. Dan

gambar Scatter Plot dikatakan tidak terjadi

heteroskedastisitas apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

51
1) Titik-titik data menyebar di atas atau di sekitar angka 0

2) Titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah

saja

3) Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan

melebar kembali

4) Peyebaran titik-titik data tidak berpola

2. Uji Hipotesis

a. Uji T (Parsial)

Peneliti pada penelitian ini mengunakan uji t untuk

mengetahui pengaruh antara satu variabel independen

(parsial) terhadap variabel independen. Dengan

mengunakan dua ketentuan yaitu:

1) Dengan membandingkan t hitung dan t tabel.

a) Apabila t hitung > t tabel, maka ada pengaruh antara

variabel X masing-masing dengan variabel Y.

(ditolak dan diterima).

b) Apabila t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh

antara variabel X masing-masing dengan variabel Y.

( diterima dan ditolak).

Cara mencari t tabel adalah dengan mengunakan

rumus:

t tabel = t (a/2 ; n-k-1) (3.3)

52
a = Tingkat Kepercayaan 0,05

n = Jumlah Responden

k = Jumlah Variabel Independen

t tabel = t (a/2 ; n-k-1).

2) Dengan menggunakan angka signifikasi

a) Apabila angka signifikasi < 0,05 maka diterima dan

ditolak.

b) Apabila angka signifikasi > 0,05 maka diterima dan

ditolak.

b. Uji F (Uji Simultan)

Peneliti pada penelitian ini mengunakan Uji F untuk

mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan)

antara variabel independen (harga, kualitas pelayanan dan

budaya) terhadap variabel dependen (keputusan

pembelian). Dengan taraf signifikansi sebesar 5 %, maka:

1) Apabila F hitung > F tabel, maka ditolak dan diterima,

berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-

sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat.

2) Apabila F hitung < F tabel, maka diterima dan ditolak,

berarti masing-masing variabel bebas secara bersama-

sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikat.

53
.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, H., Maret, U. S., Andriani, H., Sukmana, D. J., & Mada, U. G.
(2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Issue March).

Ainiah, S. N., Afifuddin, & Hayat. (2021). Implementasi Program Posyandu


Lanjut Usia (Lansia) Di RW I Kelurahan Polowijen (Studi Kasus Pada
Pos Pelayanan Terpadu Lansia Kelurahan Polowijen Kecamatan
Blimbing Kota Malang). Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10), 1–208.

Dahlan, A. K., Umrah, & Abeng, T. (2018). Kesehatan Lansia Kajian Teori
Gerontologi Dan Pendekatan Asuhan Pada Lansia. In Intimedia.

Dinkes Sulsel. (2022). Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi


Selatan Tahun 2022. 7(September), 1–49.

Ghozali, I. (2014). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan


Partial Least Square (PLS). (4th ed.). Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Juniardi, F. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya


Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di Puskesmas Batang Beruh
Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Kalache, A., & Gatti, A. (2003). Active ageing: a policy framework.


Advances in Gerontology = Uspekhi Gerontologii / Rossiiskaia
Akademiia Nauk, Gerontologicheskoe Obshchestvo, 11, 7–18.
https://doi.org/10.1080/tam.5.1.1.37

Kemensos. (2020). Pelayanan Lanjut Usia Ditengah Pandemi. Kementrian


Sosial RI. https://lui.kemsos.go.id/warta/detail/140/Pelayanan-Lanjut-
Usia-Ditengah-Pandemi-

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. In
PERMENKES RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Lansia Bahagia


Bersama Keluarga. Kemenkes RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/21061700001/lansia-bahagia-
bersama-keluarga.html

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 III.
Kholifah, S. N. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1. 283.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/0
8/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf

Maulidia, M. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Pakaian Muslimah Di Banda
Aceh (Studi Kasus Di Pasar Aceh). Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Rizqi, L. M., Muchsin, S., & Abidin, A. Z. (2019). Faktor-Faktor Penyebab


Kurangnya Minat Lansia Terhadap Pelayanan Posyandu Lansia
Kresna 1 di Pondok kesehatan Desa (Ponkesdes) (Studi Kasus Pada
Posyandu Lansia Kresna 1 Desa Kedok Kecamatan Turen Kabupaten
Malang). Jurnal Respon Publik, 13(3), 96–102.
http://www.riset.unisma.ac.id/index.php/rpp/article/view/3709

Siregar, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif (Edisi Ke 3). Kencana.

Sudiyono, L. (2016). Model Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan


Pendidikan (Edisi 1). Penerbit Andi; Yogyakarta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Susanti, E., Susanti, E., Asbiran, N., & Hayati, N. (2020). Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Lansia Dalam
Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Puskesmas Pauh Kembar
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2019. Human Care Journal,
5(4), 915–926.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/view/616

Wahyuni, I. D., Ainy, A., & Rahmiwati, A. (2016). Analisis Partisipasi


Lansia Dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu
Analysis. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(02).

Wahyuningtyas, N. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Partisipasi Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Cek Kesehatan Di
Polindes Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten
Ngawi.

WHO. (2021). Ageing and Health. World Health Organization.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ageing-and-health

Wulandari, D. W. (2017). Partisipasi Lanjut Usia Dalam Posyandu Lansia.


PEMBINAAN KESEHATAN DALAM RANGKA PENINGKATAN
PARTISIPASI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUDIANG MAKASSAR

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Kegiatan Posyandu yang di ikuti :

A. Kuesioner Kegiatan Senam Lansia

Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Saya mengikuti senam lansia karna
1.
menyenangkan
Saya senang mengikuti senam lansia
2.
karna banyak teman
Saya merasa rugi apabila tidak
3.
mengikuti senam lansia
Saya selalu menyempatkan hadir
4.
untuk mengikuti senam lansia
Saya mengikuti senam untuk
5.
menunjukkan kemampuan saya
Saya merasa percaya diri ketika
6.
melakukan senam lansia
Saya memiliki keterampilan dalam
rangkaian gerakan senam yang baik
7.
maka dari itu saya semangat
mengikuti senam
Saya merasa daya tahan jantung dan
8. paru yang baik setelah mengikuti
senam lansia
Saya memiliki fleksibilitas yang baik
9.
setelah mengikuti senam lansia
Saya memiliki komposisi tubuh yang
10.
baik setelah mengikuti senam lansia
Saya merasa keseimbangan tubuh
11.
baik setelah mengikuti senam lansia
12. Saya mengalami penurunan kondisi
fisik, oleh karenanya saya mengikuti
senam lansia
Saya mendapat perlakukan yang baik
13. dari teman saat mengikuti senam
lansia
Saya merasa senang jika mendapat
14.
pujian dari instruktur senam
Saya merasa senam lansia sangat
15.
bermanfaat bagi tubuh saya
B. Kuesioner Kegiatan Pelayanan Kesehatan

Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Saya sangat antusias hadir dalam
setiap kegiatan yang diadakan
posyandu lansia termasuk pelayanan
kesehatan
Saya mengikuti kegiatan pemeriksaan
2. kesehatan meskipun saya dalam
keadaan baik-baik saja.
Saya mengikuti jadwal pemeriksaan
3.
kesehatan tanpa paksaan orang lain
Saya merasa lebih hati-hati dalam
4. mengkonsumsi makanan setelah
mengikuti pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat
5. menghindarkan kita dari penyakit
kronis
Saya merasa terbantu dengan
6.
adanya pemeriksaan kesehatan
Saya dapat bertukar cerita dengan
7. sesama peserta pemeriksaan
kesehatan
Saya bisa mengetahui kondisi
8. kesehatan saya setelah pemeriksaan
kesehatan
Saya menemukan solusi dari
permasalahan kesehatan yang saya
9.
hadapi setelah mengikuti
pemeriksaan kesehatan.
Dengan adanya pemeriksaan
10. kesehatan, motivasi untuk selalu
hidup sehat menjadi lebih tinggi.
Pikiran lebih tenang setelah
11.
mengetahui kondisi kesehatan
Saya senang mengikuti pemeriksaan
kesehatan karena pemeriksaan
12.
dilakukan dengan alat yang lebih
canggih
Saya senang mengikuti pemeriksaan
kesehatan karena pemeriksaan
13.
dilakukan oleh orang-orang yang
berpengalaman.
14. Pemeriksaan tidak memakan waktu
yang lama karena pemeriksaan
bersifat khusus hanya untuk lansia
Saya merasa sangat terbantu
semenjak diadakannya pembinaan
15.
kesehatan khusus lansia dan saya
merasa diperhatikan

Anda mungkin juga menyukai