Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

DENGAN MASALAH KESEHATAN AGGREGAT USIA PRODUKTIF


PADA MASYARAKAT DI DAERAH RW 20 KELURAHAN MILLENIAL
Disusun untuk memenuhi penilaian tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu Ros Endah Happy Patriyani, M.Kep, Athanasia Budi Astuti,
SKp., M. N, Koko Wahyu Tarnoto, S.Kep.,Ns., M.Kep.,Sp. Kep.K, dan By. Tri
Wahyu W,S.Kep.,Ns.

Disusun oleh :

Niken Dewi Ramadani P27220019170


Novia Amanda Dhita Santoso P27220019171
Nurdina Fauziah Firamadhani P27220019171
Nurul Hidayah Kusuma P27220019173
Nusaiba Naufala Zahrah P27220019174
Oktaria Kusuma Prawistian P27220019175
Putri Ayu Harum Kartika Sari P27220019176

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN BERLANJUT NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan
Keperawatan Komunitas dengan sebaik-baiknya. Tugas ini disusun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Komunitas Poltekkes Kemenkkes Surakarta
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan semester 6.
Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam
mempelajari kembali materi Keperawatan Komunitas khusunya tentang kasus
agregat balita. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
terdapat banyak kekurangan, karenanya kami siap menerima kritik maupun saran
dari dosen mata kuliah dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam
pembuatan makalah berikutnya.
Kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
kami ucapkan terima kasih. Semoga kita semua senantiasa dilimpahkan berkat dan
bimbingannya oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Surakarta, 8 Maret 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 5
D. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus .................................................................................................................. 6
B. Pengkajian........................................................................................................... 9
C. Analisis Data ....................................................................................................... 12
D. Diagnosis Keperawatan ....................................................................................... 15
E. Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era industrialisasi di Indonesia dewasa ini mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat. Dengan adanya
perkembangan yang pesat ini akan mendukung meningkatnya penggunaan
peralatan kerja, mesin kerja serta bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi. Serta sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam
perusahaan tidak terlepas dari adanya masalah yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini merujuk pada
perlindungan tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakan akibat
kerja maupun lingkungan kerja. (Wijayanti, & Indarjo, 2018)

Sebagian besar penyakit yang dialamai oleh agregat usia produktif


pada RW. 20 gangguan infeksi pernapasan yang dapat mengganggu
kapasitas vital paru. Hal tersebut disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat
juga disebabkan oleh inhalasi bahan-bahan organik atau uap kimia dan
inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung allergen. Adapun faktor –
faktor yang mempengaruhi resiko pekerja terkena ISPA dapat dibagi
menjadi tiga garis besar yaitu faktor karakteristik individu, perilaku
pekerja, faktor lingkungan. Karakteristik individu seperti umur, jenis
kelamin, lama kerja dan status gizi. Perilaku pekerja yaitu kebiasaan
merokok dan pemakaian APD masker. Faktor lingkungan meliputi
kelembaban, dan pencemaran udara yang di dalamnya meliputi keberadaan
perokok di dalam rumah. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi resiko
kerentanan terhadap penyakit ISPA jika didukung dengan keberadaan
debu di lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap,
gas, dan lainnya disatu pihak akan mengganggu kesehatan dipihak lain.

Beban kerja fisik, Stress Kerja, pola makan, pola aktivitas serta
gaya hidup masyarakat RW. 20 merupakan permasalahan pekerja yang
cukup menjadi perhatian yang menyebabkan peningkatan tekanan darah
dikarenakan semakin berat beban kerja maka tubuh semakin banyak

3
4

membutuhkan energi dan supply oksigen, oleh sebab itu jantung


memompa lebih keras untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga tekanan
darah menjadi meningkat. Selain itu dapat menyebakan berbagai penyakit
lain seperti gangguan sensitifitas terhadap insulin yang disebabkan oleh
nikotin pada orang yang merokok berhubungan dengan peningkatan
jumlah penderita diabetes melitus yang diakibatkan oleh produksi hormon
kortisol yang memicu resistensi insulin, ISPA serta penyakit-penyakit
lainnya.

Pendidikan kesehatan dalam waktu pendek menghasilkan


perubahan atau peningkatan pengetahuan, dan dalam jangka menengah
dapat berpengaruh pada perilaku seseorang. Pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu. Dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilakunya. Pengetahuan individu sangat penting karena merupakan
dominan dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. (Wijayanti, & Indarjo, 2018)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan kepada masalah kesehatan yang
diderita aggregat usia produkti RW. 20 dengan menggunakan
pendekatan proses keperawtan

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada anggregat usia produktif RW.
20
b. Merumuskan masalah dan menegakkan diagnosa pada
anggregat usia produktif RW. 20
5

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada anggregat


usia produktif RW. 20 yang mengalami masalah kesehatan

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas khususnya pada kelompok balita.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana
dalam menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang di alami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan Asuhan Keperawatan ini berdasarkan literatur konsep
dan sistematika penulisan Asuhan Keperawatan Komunitas. Bahan tulisan
di ambil dari berbagai telaah jurnal maupun buku kesehatan dan buku
keperawatan komunitas. Data yang diperoleh berdasarkan observasi dan
wawancara langsung kepada masyarakat RW 20 Kampung Millenial.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Ners


Jurusan Keperawatan Poltekkes Surakarta di RW 20, Kelurahan Millenial,
didapatkan data bahwa RW 20, merupakan salah satu RW yang memiliki
penduduk yang padat, jumlah penduduk 600 jiwa. Data demografi yang
didapatkan: Komposisi penduduk: 30% balita, 20% anak usia sekolah yang
berusia di bawah 15 tahun, 30% usia produktif, sedangkan 20% lansia. Rentang
usia produktif yang ada di RW 20 yaitu 15 s.d. 64 tahun. Lima puluh enam
persen (56%) adalah laki-laki, 44 persen perempuan. Mayoritas (54%)
penduduk memiliki pekerjaan yang bervariasi antara lain: sebagai buruh
pabrik, sopir, wiraswasta, pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, pemilik
rumah kontrakan dan tukang ojek. Namun 46% penduduk tidak memiliki
pekerjaan. Sebagian besar kepala keluarga (KK) memiliki penghasilan lebih
dari UMR kota Depok, yaitu Rp: 1.157.000. Sedangkan sisanya memiliki
penghasilan dibawah UMR. Adapun gambaran tingkat pendidikan masyarakat
adalah: 52 % lulusan SMA, 18,3% lulusan SD, 17,2% berpendidikan SMP,
10,3% berpendidikan Perguruan Tinggi, sementara itu masih terdapat 2,2 %
penduduk yang tidak pernah sekolah.

Pada saat winshield survey didapatkan data: di beberapa lokasi banyak


didapatkan pangkalan ojek, yang sekaligus menjadi tempat berkumpul laki-laki
usia dewasa yang tidak bekerja, mereka tampak ngobrol, sambil merokok dan
minum kopi. Jarak antara RW 20 dengan pasar sangat dekat yaitu 0,5 KM
sehingga orang dan kendaraan yang menuju ke pasar harus melewati wilayah
RW 20. Di sekitar pasar banyak terdapat pedagang makanan seperti gorengan,
bakso, mie ayam, makanan warteg, gado-gado dan pedagang es keliling.
Jumlah pedagang makanan ini sangat banyak sampai masuk ke dalam gang-
gang kecil yang ada di RW. Tampak banyak ibu-ibu yang membeli makanan
7

jadi tersebut. Para ibu yang kebanyakan tidak bekerja, bercerita bahwa
membeli makanan lebih hemat dibandingkan memasak, karena jika memasak
harus membeli minyak tanah, minyak goreng, serta bahan makanan, namun
ketika telah dimasak kadang-kadang makanan tersebut tidak dimakan oleh
anggota keluarga dengan alasan selera yang beda, kurang sedap, ataupun tidak
sempat dimakan. Sehingga menurut ibu lebih praktis membeli dibandingkan
memasak.

Upaya pemerintahan seperti RT dan RW untuk membuat sendiri sumber air


bersih di desanya dan dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar yang juga dapat
mendukung untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan adanya air bersih
tersebut. Di sekitar RW 20 hanya terdapat 1 Taman Kanak-Kanak (TK) yang
jaraknya 1 KM dari RW dan 1 Sekolah Dasar (SD) yang jaraknya 0,5KM dari
RW. Jarak lokasi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) bervariasi mulai 5-7 KM dari RW. Lingkungan RW 20 memiliki
keterbatasan tidak memiliki pelayanan kesehatan dan jarak dari RW 20 ke
puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM yang membuat pekerja di lingkungan RW
20 enggan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut. Lingkungan RW 20
memiliki keterbatasan tidak memiliki pelayanan kesehatan dan jarak dari RW
20 ke puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM yang membuat pekerja di lingkungan
RW 20 enggan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.

Hasil pengkajian terhadap kelompok usia produktif yang ada di RW 20


sebagian besar adalah buruh pabrik dan pekerja swasta. Hasil pengkajian
didapatkan data bahwa jumlah pekerja 80 orang; jam kerja pekerja rata-rata 8 –
10 jam per hari, belum termasuk lembur, jika banyak pesanan. Dengan jam
kerja yang padat, sebagian besar dari pekerja menyatakan tidak pernah berolah
raga dan makan seadanya sesuai penghasilan mereka yang mereka anggap pas-
pas an. Sistem gaji dibayarkan mingguan. Pekerja mengatakan jarang
melakukan rekreasi karena harus berhemat, dikarenakan sebagain besar pekerja
memili tanggungan membayar cicilan minimal sebesar 500 ribu per bulan.
Sebagian besar pekerja menyatakan sering mengeluh pegal-pegal, nyeri otot
dan sendi, batuk-batuk yang hilang timbul bahkan ada pekerja yang
mengatakan sering mengalami nyeri dada. Mayoritas pekerja menyatakan
8

memiliki kebiasaan merokok lebih dari 3 batang per hari. Merokok juga
dilakukan pekerja saat mereka merasa stress. Makanan yang paling disukai
kelompok ini adalah makanan berminyak, bersantan, gulai, dan jeroan
termasuk sop kambing dan nasi goreng, yang banyak ditemukan pedagangnya
di sekitar pabrik. Pekerja mengatakan tidak menggunakan masker dan saat
bekerja.
9

B. Pengkajian
1. Core (Inti)
a. Pengkajian dilakukan di RW 20, Kelurahan Millenial, didapatkan data
bahwa RW 20, merupakan salah satu RW yang memiliki penduduk
yang padat, jumlah penduduk 600 jiwa. Data demografi yang
didapatkan: Komposisi penduduk: 20% anak usia sekolah yang
berusia di bawah 15 tahun, 30% usia produktif, sedangkan 20% lansia.
Rentang usia produktif yang ada di RW 20 yaitu 15 s.d. 64 tahun.
Sebagian besar kelompok usia produktif adalah buruh pabrik dan
pekerja swasta
b. Jumlah pekerja adalah 80 orang; jam kerja pekerja rata-rata 8 – 10 jam
per hari, belum termasuk lembur, jika banyak pesanan.
c. Sebagian besar dari pekerja menyatakan tidak pernah berolah raga dan
makan seadanya sesuai penghasilan mereka yang mereka anggap pas-
pas an.
d. Mayoritas pekerja menyatakan memiliki kebiasaan merokok lebih dari
3 batang per hari. Merokok juga dilakukan pekerja saat mereka
merasa stress
e. Makanan yang paling disukai kelompok ini adalah makanan
berminyak, bersantan, gulai, dan jeroan termasuk sop kambing dan
nasi goreng, yang banyak ditemukan pedagangnya di sekitar pabrik.
f. Sebagian besar pekerja menyatakan sering mengeluh pegal-pegal,
nyeri otot dan sendi, batuk-batuk yang hilang timbul bahkan ada
pekerja yang mengatakan sering mengalami nyeri dada.
g. Pekerja mengatakan tidak menggunakan masker dan saat bekerja.
2. Lingkungan Fisik
a. Di beberapa lokasi banyak didapatkan pangkalan ojek, yang sekaligus
menjadi tempat berkumpul laki-laki usia dewasa yang tidak bekerja,
mereka tampak ngobrol, sambil merokok dan minum kopi.
b. Jarak antara RW 20 dengan pasar sangat dekat yaitu 0,5 KM sehingga
orang dan kendaraan yang menuju ke pasar harus berlalu lalang
10

melewati wilayah RW 20, yang menyebabkan kebisingan dan polusi


udara.
c. Di sekitar pasar banyak terdapat pedagang makanan seperti gorengan,
bakso, mie ayam, makanan warteg, gadogado dan pedagang es
keliling. Jumlah pedagang makanan ini sangat banyak sampai masuk
ke dalam gang-gang kecil yang ada di RW 20.
d. Hampir semua yang ada di RW 20 menggunakan air bersih yang
sumbernya dibuat dan dikelola sendiri oleh warga kelurahan setempat
dan digunakan bersama-sama.
3. Pendidikan
a. Gambaran tingkat pendidikan masyarakat di RW 20 adalah: 52 %
lulusan SMA, 18,3% lulusan SD, 17,2% berpendidikan SMP, 10,3%
berpendidikan Perguruan Tinggi, sementara itu masih terdapat 2,2 %
penduduk yang tidak pernah sekolah.
b. Di sekitar RW 20 hanya terdapat 1 Taman Kanak-Kanak (TK) yang
jaraknya 1 KM dari RW dan 1 Sekolah Dasar (SD) yang jaraknya
0,5KM dari RW. Jarak lokasi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) bervariasi mulai 5-7 KM dari RW 20.
4. Keamanan dan Keselamatan
a. Keadaan lingkungan RW 20 dalam hal keamanan cukup baik karena
kerukunan antar warga sangat baik dan tiap harinya penduduk
berganti untuk berjaga ronda malam.
b. Untuk transportasi disekitar RW 20 cukup ramai apalagi di pagi dan
sore hari, sebagian yang ada berjalan kaki dan naik sepeda motor
untuk pergi ke warung atau toko sekitar.
5. Politik dan kebijakan keselamatan
Upaya pemerintahan seperti RT dan RW untuk membuat sendiri
sumber air bersih di desanya dan dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar
yang juga dapat mendukung untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan
adanya air bersih tersebut.
6. Pelayanan kesehatan
11

a. Lingkungan RW 20 memiliki keterbatasan tidak memiliki pelayanan


kesehatan dan jarak dari RW 20 ke puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM
yang membuat pekerja di lingkungan RW 20 enggan menggunakan
fasilitas kesehatan tersebut.
b. Hasil wawancara dengan Ketua RW 20 didapatkan data bahwa di
lingkungan RW 20 belum pernah diadakan penyuluhan atau sosialisasi
mengenai gangguan kesehatan dan kesehatan. Mereka mengatakan
ingin meningkatkan pengetahuan kesehatan apabila ada tenaga
kesehatan yang melakukan penyuluhan di RW 20.
7. Sistem komunitas
a. Sebagian besar dalam memperoleh dan memberikan informasi masih
menggunakan media komunikasi tradisional yaitu dari mulut ke
mulut.
b. Dalam meningkatkan pengetahuan terkait gangguan kesehatan atau
informasi yang lainnya, masyarakat RW 20 mendapatkan informasi
melalui televisi dan radio.
8. Sistem ekonomi
a. Sebagian besar kepala keluarga (KK) memiliki penghasilan lebih dari
UMR kota Depok, yaitu Rp: 1.157.000. Sedangkan sisanya memiliki
penghasilan dibawah UMR.
b. Sebagian pekerja mengatakan sistem gaji dibayarkan mingguan.
c. Sebagian besar dari pekerja menyatakan makan seadanya sesuai
penghasilan mereka yang mereka anggap pas-pas an.
d. Sebagian besar pekerja memilih tanggungan membayar cicilan
minimal sebesar 500 ribu per bulan.
9. Rekreasi
a. Di sekitar lingkungan RW 20 kurang lebih 3KM terdapat taman
terbuka yang biasa digunakan masyarakat untuk bersantai dengan
keluarga di waktu luang, jogging dan tempat arena bermain anak-
anak.
12

b. Selain itu, sebagian pekerja hanya berdiam diri di rumah dengan


hanya menonton televisi, mendengarkan radio atau tidur siang untuk
mengurangi stressor.
c. Sebagian pekerja mengatakan jarang melakukan rekreasi ke tempat
rekreasi berbayar karena harus berhemat.
10. Persepsi perawat
Derajat kesehatan kelompok usia produktif di lingkungan RW 20
termasuk rendah, karena sebagian besar pekerja menyatakan sering
mengeluh pegal-pegal, nyeri otot dan sendi, batuk-batuk yang hilang
timbul bahkan ada pekerja yang mengatakan sering mengalami nyeri dada.
Disebabkan oleh mayoritas pekerja menyatakan memiliki kebiasaan
merokok lebih dari 3 batang per hari, dan mengatakan tidak menggunakan
masker dan saat bekerja. Selain itu, pekerja kebanyakan makan makanan
berminyak, bersantan, gulai, dan jeroan termasuk sop kambing dan nasi
goreng, yang banyak ditemukan pedagangnya di sekitar pabrik dan saat di
rumah sebagian Ibu rumah tangga mengatakan sering membeli makanan di
luar daripada memasak sendiri dengan alasan lebih praktis dan hemat.

C. Analisis Data

No Data Diagnosa
. Keperawatan

1. Hasil Wawancara Perilaku kesehatan


1. Mayoritas pekerja menyatakan memiliki kebiasaan cenderung beresiko
merokok lebih dari 3 batang per hari dan mengatakan pada kelompok usia
merokok juga dilakukan saat merasa stress. produktif di RW 20
2. Pekerja mengatakan jam kerja rata-rata 8 – 10 jam per hari, Kelurahan Millenial
belum termasuk lembur dan jika banyak pesanan. berhubungan dengan
3. Pekerja mengatakan tidak menggunakan masker dan saat kurang terpaparnya
bekerja. informasi tentang
4. Sebagian besar dari pekerja menyatakan tidak pernah peningkatan
berolah raga dan makan seadanya sesuai penghasilan kesehatan (D.0099)
13

mereka yang mereka anggap pas-pas an.


5. Kelompok ini mengatakan makanan yang paling disukai
adalah makanan berminyak, bersantan, gulai, dan jeroan
termasuk sop kambing dan nasi goreng, yang banyak
ditemukan pedagangnya di sekitar pabrik.
6. Sebagian besar pekerja menyatakan sering mengeluh pegal-
pegal, nyeri otot dan sendi, batuk-batuk yang hilang timbul
bahkan ada pekerja yang mengatakan sering mengalami
nyeri dada.
7. Masyarakat mengatakan bahwa lingkungan RW 20
memiliki keterbatasan tidak memiliki pelayanan kesehatan
dan jarak dari RW 20 ke puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM
yang membuat pekerja di lingkungan RW 20 enggan
menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.
Hasil Observasi

1) Didapatkan data bahwa lingkungan RW 20 terdapat


kelompok usia produktif dengan rentang usia 15 s.d. 64
tahun dan sebagian besar adalah buruh pabrik dan pekerja
swasta. Jumlah pekerja yaitu 80 orang. Mayoritas pekerja
memiliki kebiasaan merokok lebih dari 3 batang per hari
dan dilakukan pekerja saat mereka merasa stress.
2) jam kerja pekerja rata-rata 8 – 10 jam per hari, belum
termasuk lembur dan jika banyak pesanan.
3) Pekerja tidak menggunakan masker dan saat bekerja.
4) Sebagian besar dari pekerja tidak pernah berolah raga dan
makan seadanya sesuai penghasilan mereka yang mereka
anggap pas-pas an.
5) Makanan yang paling disukai kelompok ini adalah
makanan berminyak, bersantan, gulai, dan jeroan termasuk
sop kambing dan nasi goreng, yang banyak ditemukan
pedagangnya di sekitar pabrik.
6) Sebagian besar pekerja sering merasa pegal-pegal, nyeri
14

otot dan sendi, batuk-batuk yang hilang timbul bahkan ada


pekerja yang sering mengalami nyeri dada.
7) Didapatkan data bahwa lingkungan RW 20 memiliki
keterbatasan tidak memiliki pelayanan kesehatan dan jarak
dari RW 20 ke puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM yang
membuat pekerja di lingkungan RW 20 enggan
menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.
2. Hasil Wawancara Manajemen
kesehatan tidak
1. Kelompok ini mengatakan hanya mendapatkan informasi
efektif pada
untuk meningkatkan pengetahuan terkait ganguan
kelompok usia
kesehatan melalui televisi dan radio.
produktif di RW 20
2. Masyarakat mengatakan bahwa lingkungan RW 20
Kelurahan Millenial
memiliki keterbatasan tidak memiliki pelayanan kesehatan
berhubungan dengan
dan jarak dari RW 20 ke puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM
kurang terpaparnya
yang membuat pekerja di lingkungan RW 20 enggan
informasi tentang
menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.
peningkatan
3. Mereka mengatakan ingin meningkatkan pengetahuan
kesehatan (D.0116)
kesehatan apabila ada tenaga kesehatan yang melakukan
penyuluhan di RW 20.
Hasil Observasi

1. Dalam meningkatkan pengetahuan terkait gangguan


kesehatan atau informasi yang lainnya, kelompok ini hanya
mendapatkan informasi melalui televisi dan radio.
2. Didapatkan data bahwa lingkungan RW 20 memiliki
keterbatasan tidak memiliki pelayanan kesehatan dan jarak
dari RW 20 ke puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM yang
membuat pekerja di lingkungan RW 20 enggan
menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.
3. Mereka ingin meningkatkan pengetahuan kesehatan apabila
ada tenaga kesehatan yang melakukan penyuluhan di RW
20.
15

Skoring menurut Stanhope dan Lanchaster

1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan (Bobot = 8)


2. Motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah (Bobot = 7)
3. Kemampuan perawat untuk menyelesaikan masalah (Bobot = 7)
4. Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah (Bobot = 6)
5. Adanya hambatan dalam menyelesaikan masalah (Bobot = 8)
6. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah (Bobot = 5)
No. Diagnosa Komponen skor Total
1 2 3 4 5 6 Skor x
Bobot
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko 4 5 8 6 6 4 227
pada kelompok usia produktif di RW 20
Kelurahan Millenial berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi
tentang peningkatan kesehatan (D.0099)
2. Manajemen kesehatan tidak efektif pada 3 4 8 6 5 3 199
kelompok usia produktif di RW 20
Kelurahan Millenial berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi
tentang peningkatan kesehatan (D.0116)

D. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan skoring masalah, urutan prioritas masalah adalah sebagai berikut :

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada kelompok usia produktif di RW


20 Kelurahan Millenial berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang peningkatan kesehatan (D.0099)
2. Manajemen kesehatan tidak efektif pada kelompok usia produktif di RW 20
Kelurahan Millenial berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang peningkatan kesehatan (D.0116)
E. Intervensi Keperawatan

Diagnosis keperawatan SLKI SIKI


Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Hasil Wawancara D.0099 Perilaku kesehatan L. 12106 Prevensi Primer I.12435 Prevensi Primer
1. Mayoritas pekerja menyatakan cenderung beresiko
Pemeliharaan Edukasi perilaku upaya
memiliki kebiasaan merokok lebih pada kelompok usia
Kesehatan pada kesehatan
dari 3 batang per hari dan mengatakan produktif di RW 20,
kelompok usia produktif  Anjurkan
merokok juga dilakukan saat merasa Kelurahan Millenial
di RW 20, Kelurahan menggunakan fasilitas
stress. berhubungan dengan
Millenial meningkat, layanan kesehatan
2. Pekerja mengatakan jam kerja rata- kurang terpaparnya
dengan kriteria hasil:  Ajarkan latihan fisik
rata 8 – 10 jam per hari, belum informasi tentang
 Menunjukkan perilaku  Beritahu pentingnya
termasuk lembur dan jika banyak peningkatan
adaptif meningkat dari keselamatan
pesanan. kesehatan
skala 1 menjadi skala lingkungan kerja
3. Pekerja mengatakan tidak
menggunakan masker dan saat 5

bekerja.  Menunjukkan
4. Sebagian besar dari pekerja pemahaman perilaku
menyatakan tidak pernah berolah raga sehat meningkat dari

16
17

dan makan seadanya sesuai skala 1 menjadi skala


penghasilan mereka yang mereka 5
anggap pas-pas an.  Kemampuan
5. Kelompok ini mengatakan makanan menjalankan perilaku
yang paling disukai adalah makanan sehat meningkat dari
berminyak, bersantan, gulai, dan skala 1 menjadi skala
jeroan termasuk sop kambing dan nasi 5
goreng, yang banyak ditemukan  Perilaku mencari
pedagangnya di sekitar pabrik. bantuan meningkat
6. Sebagian besar pekerja menyatakan dari skala 1 menjadi
sering mengeluh pegal-pegal, nyeri skala 5
otot dan sendi, batuk-batuk yang  Menunjukkan minat
hilang timbul bahkan ada pekerja meningkatkan perilau
yang mengatakan sering mengalami sehat meningkat dari
nyeri dada. skala 1 menjadi skala
7. Masyarakat mengatakan bahwa 5
lingkungan RW 20 memiliki  Memiliki sistem
keterbatasan tidak memiliki pelayanan pendukung meningkat
kesehatan dan jarak dari RW 20 ke dari skala 1 menjadi
18

puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM skala 5


yang membuat pekerja di lingkungan
RW 20 enggan menggunakan fasilitas
kesehatan tersebut.
Hasil Observasi

1. Didapatkan data bahwa lingkungan


RW 20 terdapat kelompok usia
produktif dengan rentang usia 15 s.d.
64 tahun dan sebagian besar adalah
buruh pabrik dan pekerja swasta.
Jumlah pekerja yaitu 80 orang.
Mayoritas pekerja memiliki kebiasaan
merokok lebih dari 3 batang per hari
dan dilakukan pekerja saat mereka
merasa stress.
2. Jam kerja pekerja rata-rata 8 – 10 jam
per hari, belum termasuk lembur dan
jika banyak pesanan.
3. Pekerja tidak menggunakan masker
19

dan saat bekerja.


4. Sebagian besar dari pekerja tidak
pernah berolah raga dan makan
seadanya sesuai penghasilan mereka
yang mereka anggap pas-pas an.
5. Makanan yang paling disukai
kelompok ini adalah makanan
berminyak, bersantan, gulai, dan
jeroan termasuk sop kambing dan nasi
goreng, yang banyak ditemukan
pedagangnya di sekitar pabrik.
6. Sebagian besar pekerja sering merasa
pegal-pegal, nyeri otot dan sendi,
batuk-batuk yang hilang timbul
bahkan ada pekerja yang sering
mengalami nyeri dada.
7. Didapatkan data bahwa lingkungan
RW 20 memiliki keterbatasan tidak
memiliki pelayanan kesehatan dan
20

jarak dari RW 20 ke puskesmas sangat


jauh yaitu 7 KM yang membuat
pekerja di lingkungan RW 20 enggan
menggunakan fasilitas kesehatan
tersebut.

L. 12107 Prevensi sekunder I.14502 Prevensi Sekunder

Perilaku kesehatan pada Identifikasi risiko


kelompok usia produktif
 Identifikasi risiko
di RW 20, Kelurahan
secara berkala di
Millenial membaik,
masing-masing unit
dengan kriteria hasil:
 Identifikasi risiko
 Kemampuan biologis, lingkungan
melakukan tindakan dan perilaku
pencegahan masalah  Lakukan update
kesehatan akibat perencanaan secara
perilaku merokok regular
meningkat dari skala  Buat perencanaan
1 menjadi skala 5
21

 Kemampuan tindakan
peningkatan
kesehatan meningkat
dari skala 1 menjadi
skala 5
L. 12104 Prevensi tersier I.09282 Prevensi tersier

Manajemen kesehatan Kontrak Perilaku


Positif
pada kelompok usia
produktif di RW 20,  Identifikasi hambatan

Kelurahan Millenial dalam menerapkan

meningkat, dengan perilaku positif.

kriteria hasil:  Monitor pelaksanaan


perilaku
 Melakukan tindakan
ketidaksesuaian dan
untuk mengurangi
kurang komitmen
faktor risiko
untuk memenuhi
meningkat dari skala 1
kontrak.
menjadi skala 5
 Diskusikan
 Aktivitas hidup
pengembangan rencana
22

sehari-hari efektif perilaku positif.


memenuhi tujuan  Fasilitasi meninjau
kesehatan meningkat ulang kontrak dan
dari skala 1 menjadi tujuan, jika perlu.
skala 5  Libatkan keluarga
dalam proses kontrak,
jika perlu

Hasil Wawancara D.0112 Manajemen kesehatan L. 12104 Prevensi primer I.12383 Prevensi primer
tidak efektif pada Manajemen kesehatan
1. Kelompok ini mengatakan hanya Edukasi Kesehatan
kelompok usia pada kelompok usia
mendapatkan informasi untuk
produktif di RW 20 produktif di RW 20,  Identifikasi faktor-
meningkatkan pengetahuan terkait
berhubungan dengan Kelurahan Millenial faktor yang dapat
ganguan kesehatan melalui televisi
kurang terpaparnya meningkat, dengan meningkatkan dan
dan radio.
informasi tentang kriteria hasil: menurunkan motivasi
2. Masyarakat mengatakan bahwa
peningkatan  Melakukan tindakan perilaku hidup bersih
lingkungan RW 20 memiliki
kesehatan untuk mengurangi dan sehat
keterbatasan tidak memiliki pelayanan
faktor risiko  Jadwalkan pendidikan
kesehatan dan jarak dari RW 20 ke
meningkat dari skala kesehatan sesuai
puskesmas sangat jauh yaitu 7 KM
23

yang membuat pekerja di lingkungan 1 menjadi skala 5 kesepakatan


RW 20 enggan menggunakan fasilitas  Aktivitas hidup  Jelaskan faktor risiko
kesehatan tersebut. sehari-hari efektif yang dapat
3. Mereka mengatakan ingin memenuhi tujuan mempengaruhi
meningkatkan pengetahuan kesehatan kesehatan meningkat kesehatan.
apabila ada tenaga kesehatan yang dari skala 1 menjadi  Ajarkan perilaku hidup
melakukan penyuluhan di RW 20. skala 5 bersih dan sehat.
Hasil Observasi  Ajarkan strategi yang

1. Dalam meningkatkan pengetahuan dapat digunakan untuk

terkait gangguan kesehatan atau meningkatkan perilaku

informasi yang lainnya, kelompok ini hidup sehat

hanya mendapatkan informasi melalui


televisi dan radio.
2. Didapatkan data bahwa lingkungan
RW 20 memiliki keterbatasan tidak
memiliki pelayanan kesehatan dan
jarak dari RW 20 ke puskesmas
sangat jauh yaitu 7 KM yang
membuat pekerja di lingkungan RW
24

20 enggan menggunakan fasilitas


kesehatan tersebut.
3. Mereka ingin meningkatkan
pengetahuan kesehatan apabila ada
tenaga kesehatan yang melakukan
penyuluhan di RW 20.

L.12106 Prevensi sekunder I.14502 Prevensi sekunder


Pemeliharaan Identifikasi risiko
kesehatan pada
 Identifikasi risiko
kelompok usia produktif
secara berkala di
di RW 20, Kelurahan
masing-masing unit
Millenial meningkat,
 Identifikasi risiko
dengan kriteria hasil:
biologs, linkungan dan
 Menunjukkan perilaku perilaku
adaptif meningkat dari  Lakukan update
skala 1 menjadi skala perencanaan secara
5 regular (mis bulanan,
25

 Menunjukkan triwulan, tahunan)


pemahaman perilaku  Buat perencanaan
sehat meningkat dari tindakan yang
skala 1 menjadi skala 5 memiliki timeline dan
 Kemampuan penanggung jawab
menjalankan perilaku yang jelas
sehat meningkat dari
skala 1 menjadi skala
5
 Perilaku mencari
bantuan meningkat
dari skala 1 menjadi
skala 5
 Menunjukkan minat
meningkatkan perilau
sehat meningkat dari
skala 1 menjadi skala 5
 Memiliki sistem
pendukung meningkat
26

dari skala 1 menjadi


skala 5
L. 12111 Prevensi tersier I.12471 Prevensi tersier
Tingkat pengetahuan
Promosi literasi
pada kelompok usia
kesehatan
produktif di RW 20,
Kelurahan Millenial  Persiapkan informasi-

meningkat, dengan informasi yang akan

kriteria hasil: diberikan baik secara


verbal maupun
 Perilaku sesuai
nonverbal
anjuran meningkat
 Gunakan beberapa
dari skala 1 menjadi
macam alat untuk
skala 5
berkomunikasi
 Perilaku sesuai
 Fasilitasi untuk
dengan pengetahuan
bertanya dan
meningkat dari skala
mengklarifikasi
1 menjadi skala 5
informasi yang belum
 Persepsi yang keliru
jelas
27

terhadap masalah
menurun dari skala 1
menjadi skala 5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan objek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil pengkajian di wilayah RW 20 Kelurahan Millenial
didapatkan permasalahan kesehatan yaitu perilaku kesehatan cenderung
beresiko pada kelompok usia produktif di RW 20 Kelurahan Millenial
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang peningkatan
kesehatan. Selain itu juga, didapatkan masalah tentang manajemen kesehatan
tidak efektif pada kelompok usia produktif di RW 20 Kelurahan Millenial
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang peningkatan
kesehatan.
Sehingga mahasiswa melakukan asuhan keperawatan, mahasiswa juga
memberikan pendidikan kesehatan (health education) terhadap pengetahuan
dalam menggunakan fasilitas kesehatan, mengetahui pentingnya keselamatan
lingkungan kerja, menganjurkan berhenti merokok, bahaya merokok dan pola
hidup sehat (makanan sehat). Dengan pendekatan ini, peneliti mengharapkan
mampu mengatasi masalah kesehatan khususnya perilaku kesehatan cenderung
beresiko pada kelompok usia produktif di wilayah RW 20 Kelurahan
Millenial.

B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas agar bisa bekerja sama dengan komunitas
masyarakat untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas dapat terlibat dalam koordinasi dan
organisasi dalam merespons isu yang berhubungan dengan kesehatan.

28
29

3. Perawat kesehatan komunitas dapat meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan, dan
perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
4. Masalah yang ada di RW 20 Kelurahan Millenial dapat diatasi dengan
edukasi pada keluarga terutama pada agregat usia produktif agar dapat
menggunakan fasilitas kesehatan, mengetahui pentingnya keselamatan
lingkungan kerja, menganjuran berhenti merokok, bahaya merokok dan
pola hidup sehat (makanan sehat)..
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, T., & Indarjo, S. (2018). Gambaran Karakteristik Dan Pengetahuan


Penderita Ispa Pada Pekerja Pabrik Di Pt Perkebunan Nusantara Ix (Persero)
Kebun Batujamus/Kerjoarum Karanganyar. JHE (Journal of Health
Education), 3(1), 58-64.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/13651
(diakses pada 2 Maret 2022)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai