Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN MAGANG

KESEHATAN RESPRODUKSI REMAJA DAN LANSIA


DI PUSKESMAS KALIJAGA

OLEH :
BAIQ DEWI ASMA SUSILAWATI
NIM: 20282126

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
MATARAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN

KESEHATAN RESPRODUKSI REMAJA DAN LANSIA


DI PUSKESMAS KALIJAGA

OLEH :

BAIQ DEWI ASMA SUSILAWATI


NIM: 20282126

Laporan Magang ini telah diperiksa oleh Pembimbing Magang


Mataram, …… Juni 2022

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Kardi, S.Pd.,M.Biomed ………………………………


NIDN. 0814078801 NIP. ………………………..

Koordinator Magang

Murtiana Ningsih, SKM., M.Kes


NIDN. 0004037703

ii
KATA PENGANTAR

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji syukur kami panjatkan kahadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

laporan yang berjudul “Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia” pada mata

kuliah Magang di Universitas Pendidikan Mandalika ini tepat pada waktunya.

Laporan ini telah penyusun susun berkat dukungan dari berbagai pihak

seperti dosen, dan orang tua sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu dalam

kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu selama penyusunan laporan ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan kemampuan penyusun, sehingga masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penyusun membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang

membaca, sehingga dapat menyempurnakan laporan ini untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik lagi.

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Mataram, ….. Juni 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii


KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................3
C. Ruang Lingkup.................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Konsep Paritas..................................................................................................5
B. Konsep KB........................................................................................................8
C. Konsep Lansia ...............................................................................................10
BAB III HASIL KEGIATAN..............................................................................14
A. Gambaran Umum Institusi Magang................................................................14
B. Struktur Organisasi Institusi...........................................................................18
C. Struktur Organisasi Bidang.............................................................................18
D. Kegiatan Magang............................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................25
A. Kesimpulan.....................................................................................................25
B. Saran...............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Kalijaga................................... 18

Gambar 2. Struktur Organisasi Bidang Kepesertaan................................... 18

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

dalam pasal 71 menyatakan, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat

secara fisik, mental, dan sosial, secara utuh, tidak semata-mata bebas dari

penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses

reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Sedangkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi

menjelaskan bahwa ruang lingkup kesehatan reproduksi yang diatur meliputi

kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Pencegahan dan

Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Saluran

Reproduksi (ISR), termasuk HIV/AIDS, pencegahan dan penanggulangan

komplikasi aborsi, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi usia

lanjut, dan masalah kesehatan reproduksi lainnya.

Pelayanan kesehatan reproduksi saat ini dirasa belum diperhatikan

dengan baik, khususnya pada remaja. Padahal remaja merupakan kelompok

yang paling rentan mengalami berbagai resiko masalah kesehatan reproduksi.

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Kehidupan remaja merupakan fase penentu bagi kehidupan selanjutnya.

Banyak perbedaan dan perubahan yang terjadi dalam fase ini, baik perubahan

secara fisik, biologis, psikis maupun sosial dalam diri remaja itu sendiri.

1
Perubahan psikologis pada remaja dapat dipengaruhi karena ada

perubahan hormonal dalam tubuh. Hasrat untuk menyalurkan nafsu seksual

mengalami lonjakan, hal tersebut tidak dapat dipungkiri dan merupakan sifat

alamiah manusia. Ketertarikan terhadap lawan jenis mengarahkan mereka

pada gaya pertemanan yang menyangkut asmara atau sering kita sebut

berpacaran. Akibat pergaulan yang salah mereka awalnya mencoba merokok,

mencicipi minuman keras dan narkoba, hingga seks bebas. Apabila remaja

tidak dibentengi dengan pengetahuan dan iman yang kuat, berpacaran hanya

akan menyeret mereka pada perilaku negatif ke pergaulan bebas hingga seks

pranikah.

Kerentanan remaja dan lansia dalam menghadapi masalah kesehatan

reproduksi mendorong pemerintah untuk melakukan upaya pelayanan

kesehatan dengan puskesmas sebagai penyelenggranaya. Program tersebut

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kerampilan remaja dam

lansia tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta

memberikan layanan kesehatan yang berkualitas pada remaja dan lansia.

Pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan lansia dilaksanakan

melalui berbagai pendekatan yaitu pendekatan promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif. Program ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yaitu

pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi ; konseling ; serta pelayanan

klinis medis. Kegiatan konseling dengan memperhatikan privasi dari remaja

dan lansia itu sendiri yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, konselor,

2
maupun konselor sebaya. Pendekatan klinik medis diantaranya yaitu termasuk

dalam deteksi dini, penyakit/screening, pengobatan, dan rehabilitasi.

Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya. Kesehatan reproduksi pada lansia dan sering

dikaitkan dengan paritas, penggunaan alat kontrasepsi dan terjadinya

perubahan pada lansia serta permasalahan yang dialaminya.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membuat laporan

magang tentang paritas, penggunaan KB dan perubahan yang terjadi pada

lansia serta permasalahannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui

paritas, penggunaan KB dan perubahan yang terjadi pada lansia serta

permasalahannya di Puskesmas Kalijaga.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui paritas ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijaga.

b. Untuk mengetahui penggunaan KB di Wilayah Kerja Puskesmas

Kalijaga.

c. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia dan

permasaalahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijaga.

3
C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam dalam kegiatan magang ini adalah data tentang

paritas, jumlah penggunaan KB dan perubahan yang terjadi pada lansia serta

permasalahannya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Paritas

1. Definisi

Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari

anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas

yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah

seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai

usia kehamilan 28 minggu atau 15 lebih. Multipara adalah seorang wanita

yang telah mengalalmi kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan

telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau lebih. Sedangkan grande

multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan

usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah

kehamilannya lebih dari 5 kali (Winkjosastro, 2010)

Seorang primipara adalah seorang wanita yang telah pernah

melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,

tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir (Harry &

William, 2010).

Pada primipara perineum utuh dan elastis, sedangkan pada multipara

tidak utuh, longgar dan lembek. Untuk menentukannya dilakukan dengan

menggerakan jari dalam vagina ke bawah dan samping vagina. Dengan

cara ini dapat diketahui pula otot levator ani. Pada keadaan normal akan

teraba elastis seperti kalau kita meraba tali pusat (Wiknjosastro, 2010).

5
Paritas adalah banyak kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang

wanita (BKKBN, 2008). Menurut Manuaba (2008), paritas merupakan

peristiwa dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan lama

masa kehamilan antara 38 hingga 42 minggu.

2. Klasifikasi Paritas

a. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang

cukup besar untuk hidup di dunia luar.

b. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu

kali atau 2 anak atau lebih.

c. Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan

perslainan (Manuaba, 2010)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Paritas

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan

ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan

tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal

adalah 2 orang.

6
b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat.

Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan

yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang

yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

c. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk

mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

d. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat

universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti

pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-

istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-

individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat

memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap

individual. Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara

7
lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka

semakin banyak rejeki.

e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah

anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia

ketahui (Friedman, 2005).

B. Konsep KB (Keluarga Berencana)

1. Pengertian

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan kehamilan dilakukan

dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi (Kemenkes RI,

2014).

Pelayanan KB yang berkualitas dan merata memiliki kedudukan ya

ng strategis, yaitu sebagai bagian dari upaya komprehensif yang terdiri dar

i upaya kesehatan promotif dan preventif perorangan. Implementasi pende

katan life cycle/siklus hidup dan prinsip continuum of care merupakan sala

h satu bagian dari pelayanan KB dalam upaya peningkatan derajat kesehat

an ibu dan anak (KIA). Jenis dan sasaran yang dituju dari pelayanan KB di

8
berikan sesuai dengan kebutuhan melalui konseling dan pelayanan dengan

tujuan merencanakan dan menjarangkan atau membatasi kehamilan, yaitu

bagi remaja, ibu hamil, ibu nifas, wanita usia subur (WUS) yang tidak sed

ang hamil. Suami dan istri memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang

sama dalam melaksanakan KB (Kemenkes RI, 2013).

2. Jenis-jenis KB

Pelayanan kontrasepsi diberikan dengan menggunakan metode

kontrasepsi baik hormonal maupun non hormonal. Menurut jangka waktu

pemakaiannya kontrasepsi dibagi menjadi Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-

MKJP) (Kemenkes RI, 2014).

Jenis-jenis kontrasepsi menurut Affandi dan Albar (2011):

a. Kontrasepsi non-hormonal, terdiri dari:

1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat yaitu senggama terputus

dan pantang berkala.

2) Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki adalah kondom

3) Kontrasepsi sederhana untuk perempuan yaitu pessarium dan

kontrasepsi dengan obat-obat spermitisida

b. Kontrasepsi hormonal, terdiri dari:

1) Metode hormonal kombinasi (estrogen dan progesteron) yaitu pil

kombinasi dan suntik kombinasi (cyclofem)

9
2) Metode hormonal progesteron saja yaitu pil progestin (minipil),

implan, suntikan progestin (Depo Medroksiprogesterone

Asetat/DMPA).

3) Kontrasepsi mantap terdiri dari tubektomi dan vasektomi

C. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak

berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari (Ratnawati, 2017).

2. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan pada Lanjut Usia Menurut Potter & Perry (2009) proses

menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada lansia yang

meliputi :

a. Perubahan Fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada

persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang

memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya

sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau

sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,

penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,

pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.

Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat

10
lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus

menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi

kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

b. Perubahan Fungsional

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif,

dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya

berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan

memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang

lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku

aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk

menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam

ADL merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah

kesehatan.

c. Perubahan Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan

dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar

neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan

kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan

kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan

berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses

penuaan yang normal.

11
d. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan

proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia

seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan

yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh

pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan

keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan

kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan sosial.

3. Permasalahan Lansia

Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008)

usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum

yang dihadapi oleh lansia diantaranya:

a. Masalah ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,

memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain,

usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin

meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang,

pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi.

Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik karena

memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak

memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi

tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga (Suardiman,

2011).

12
b. Masalah Sosial

Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya

kontak sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat.

kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian,

terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,

mengurung diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain

sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro, 2007).

c. Masalah Kesehatan

Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya

masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik

dan rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2011).

d. Masalah psikososial

Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan

gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan

atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang

mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu

biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling

berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat,

atau trauma psikis. (Kartinah, 2008)

13
BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum Institusi Magang


1. Kondisi Geografis

UPT BLUD Puskesmas Kalijaga terletak di Kecamatan Lenek

Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang terdiri

dari 8 (delapan) Desa, dan 57 (Lima Puluh Tujuh) Dusun.

Sedangkan secara Administrasi batas UPT BLUD Puskesmas

Kalijaga adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Bagik Nyaka Santri dan Mamben

b. Sebelah selatan : Desa Suralaga

c. Sebelah Barat : Desa Aikmel dan Lenek Tengah

d. Sebelah Timur : Desa Korleko

Wilayah UPT BLUD Puskesmas Kalijaga beriklim tropis yang di

tandai dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.

2. Kondisi Demografi

Berdasarkan kondisi wilayah UPT BLUD Puskesmas Kalijaga

mempunyai luas wilayah 18,03 Km2, dari 8 (delapan) desa yang memiliki

wilayah terluas adalah desa Lenek Baru yaitu 3,33 Km2, sedangkan

wilayah yang paling kecil adalah desa Kalijaga Selatan yaitu 1.57 km2.

14
Tabel 3.1 Penyebaran Penduduk dan sasaran Posyandu Puskesmas
Kalijaga Kecamatan Aikmel tahun 2021 dapat dilihat
pada tabel berikut :

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jmlah Jumlah


No Jumlah
Nama Desa Penduduk Bumil Bulin Bufas Bayi Balita
KK
1 Kalijaga 7.149 2.097 158 151 151 143 717
2 Klijaga Selatan 2.465 723 54 52 52 49 247
3 Kalijaga Timur 3.859 1.132 85 81 81 77 387
4 Kalijaga Tengah 1.888 554 42 40 40 38 189
5 Kalijaga Baru 3.390 994 75 71 71 68 340
6 Sukarema 2.122 622 47 45 45 43 213
7 Lenek Lauk 5.179 1.519 114 109 109 104 519
8 Lenek Baru 4.825 1.415 106 102 102 97 484
TOTAL 30.877 9.056 681 651 651 619 3.096
(Sumber : (Data Dikes Lotim Th. 2021)

3. Kondisi Sumber Daya Kesehatan

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis Tenaga dan Status


Kepegawaian di UPT BLUD Puskesmas Kalijaga Tahun
2021
STATUS KEPEGAWAIAN
PNS NON PNS
Juml
NO JENIS SDMK
Perjanjia Kelompo Surat PIDI/ ah
n Kerja k Kerja Perintah NS
Kerja
1 Dokter Umum 1 1 2
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 12 3 4 9 28
4 Bidan 13 - 4 8 25
5 Kesmas 1 1 - 1 3
6 Kesling 3 1 4
7 Apoteker - - - - -
8 Asisten - - - 2 2
Apoteker
9 Gizi 2 1 - 1 4
10 Analis (ATLM) 1 - 2 - 3
11 Perawat Gigi 3 1 4
12 Teknik Medik 1 1
13 Rekam Medik 1 1
14 Radiologi
15 Tenaga Non 2 3 2 4 11
Kesehatan
TOTAL 41 10 12 26 89

15
4. Kegiatan Puskesmas

Untuk mencapai visi dan misi, UPT BLUD Puskesmas Kalijaga

telah melaksanakan upaya kesehatan meliputi Upaya Kesehatan

Masyarakat (esensial dan pengembangan), Upaya Kesehatan

Perseorangan (UKP) dan upaya pelayanan kesehatan di jaringan

pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Kalijaga. Pelayanan yang

dilaksanakan di UPT BLUD Puskesmas Kalijaga yaitu sebagai berikut :

a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial meliputi :

1) Pelayanan Promosi Kesehatan

2) Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3) Pelayanan Kesehatan Keluarga yang Bersifat UKM, meliputi:

a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan KB

b) Pelayanan Kesehatan Anak

c) Pelayanan Kesehatan Remaja

d) Pelayanan Kesehatan Lansia

4) Pelayanan Gizi yang Bersifat UKM

5) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P )

6) Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)

b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan meliputi :

1) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat

2) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer

3) Pelayanan Kesehatan Olahraga

16
4) Pelayanan Kesehatan Kerja

c. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) meliputi :

1) Pelayanan Pemeriksaan Umum

2) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

3) Pelayanan Kesehatan Keluarga yang Bersifat UKP

4) Pelayanan Gawat Darurat

5) Pelayanan Gizi Bersifat UKP

6) Pelayanan Persalinan

7) Pelayanan Rawat Inap

8) Pelayanan Kefarmasian

9) Pelayanan Laboratorium

d. Pelayanan di jaringan Puskesmas, meliputi

1) Pustu Kalijaga

2) Pustu Kalijaga Timur

3) Poskesdes Kalijaga

4) Poskesdes Kalijaga Timur

5) Poskesdes Kalijaga Selatan

6) Poskesdes Kalijaga Tengah

7) Poskesdes Lenek Lauk

8) Poskesdes Sukarema

9) Poskesdes Lenek Baru

10) Poskesdes Kalijaga Baru

17
B. Struktur Organisasi Institusi Magang

C. Struktur Organisasi Bidang

18
D. Hasil Kegiatan Magang

Berdasarkan Hasil Kegiatan Magang yang telah dilakukan di

Puskesmas Kalijaga didapat data sebagai berikut:

Tabel 3.1
Data Jumlah Paritas, Pengguna KB dan Lansia di Puskesmas Kalijaga
Per Bulan Mei 2022

Pasangan Wanita Paritas


Akseptor
No Desa Usia Subur Usia Grande MKJP Lansia
Primipara Multipara KB
Subur multipara
1 Kalijaga 5.038 3.752 21 46 3 935 114 997
2 Kalijaga Timur 2.727 2.002 5 31 1 494 101 539
3 Kalijaga Tengah 1.331 1.027 4 11 0 231 18 254
4 Kalijaga Selatan 1.741 1.273 7 11 0 295 40 344
5 Kalijaga Baru 2.392 1.666 11 22 0 459 36 471
6 Sukarema 1.494 1.114 6 25 0 290 83 296
7 Lenek Lauk 3.637 2.747 11 39 1 658 95 720
8 Lenek Baru 3.390 2.501 10 38 4 608 148 670
Total 21.750 16.083 75 223 9 3.970 635 4.301

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah pasangan

usia subur (PUS) sebanyak 21.750 orang, wanita usia subur (WUS) sebanyak

16.083 orang, ibu yang berparitas primipara sebanyak 75 orang, multipara 223

orang dan grandmultipara sebanyak 9 orang. Kemudian untuk akeptor KB

aktif sebanyak 3.970 orang, MKJP sebanyak 635 orang dan jumlah lansia

sebanyak 4.301 orang.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Paritas

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi paritas pada ibu yaitu :

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh dapat mempengaruhi jumlah anak

atau paritas yang dimiliki oleh ibu. Pada dasarnya ibu yang berpendidikan

tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2

orang.

2. Pekerjaan

Status pekerjaan juga turut menentukan jumlah paritas yang dimiliki

oleh ibu.

3. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang juga dapat mempengaruhi jumlah

paritas. Seseorang yang kondisi ekonomi keluarganya cukup akan

mendorong ibu untuk menambah jumlah anak karena merasa mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya juga dapat berpengaruh terhadap jumlah

paritas pada ibu. Namun, ada juga yang beranggapan bahwa semakin

banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki. Ibu-ibu lebih memilih

berfikir realistis dalam menambah jumlah anak.

20
5. Pengetahuan

Dengan pengetahuan yang dimilikinya ibu bisa berfikir lebih rasional

dalam menambah jumlah anak. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham

tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan

apa yang ia ketahui.

B. KB (Keluarga Berencana)

Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode

kontrasepsi dengan tingkat keefektifan yang tinggi dengan tingkat kegagalan

yang rendah serta komplikasi dan efek samping yang lebih sedikit

dibandingkan metode kontrasepsi yang lain. MKJP merupakan jenis

kontrasepsi yang sekali pemakaiannya dapat bertahan selama 3 tahun sampai

seumur hidup. Terdapat berbagai jenis MKJP seperti alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR/IUD), implan, medis operatif wanita (MOP) dan medis operasi

pria (MOP).

AKDR atau biasa disebut intra uterine device (IUD) merupakan alat

kontrasepsi yang yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang dalam rahim.

Efektifitas penggunaan sampai 99,4% (mencegah 1-5 kehamilan per 100

wanita pertahun) dan dapat mencegah kehamilan hingga 5-10 tahun,

tergantung jenis AKDR yang dipilih. Ada 2 jenis AKDR  yaitu yang

mengandung tembaga dan yang mengandung hormone progesteron. AKDR

dapat dipasang setiap waktu dalam siklus haid, pada hari pertama sampai ke-7

siklus haid atau segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah

21
4 minggu pascapersalinan, atau setelah 6 bulan apabila menggunakan metode

amenore laktasi (MAL), atau segera setelah keguguran.

C. Lansia

1. Perubahan Pada Lansia

Berdasarkan temuan yang telah dilakukan dari kegiatan magang di

Puskesmas Kalijaga, ada beberapa perubahan yang dialami oleh Lansia

yaitu :

a. Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia seperti : kulit kering,

penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,

pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.

Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat

lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus

menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi

kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.

b. Perubahan Fungsional

Perubahan fungsional yang terjadi pada lansia meliputi : fisik,

psikososial, kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada

lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat

keparahannya yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan

kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada

kemampuan dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL

sangat penting untuk menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang

22
mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau

perburukan masalah kesehatan.

c. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang sering dialami oleh lansia yaitu :

perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan,

perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan

sosial.

2. Permasalahan Lansia

Ada beberapa permasalahan yang ditemukan pada lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Kalijaga yaitu :

a. Kurangnya pengetahuan pada lansia tentang penyakit

Sebagian besar lansia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

Kalijaga memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga

rentan terhadap berbagai macam penyakit.

b. Komunikasi yang tidak aktif

Tidak adanya komunikasi yang aktif membuat lansia sering lupa

diri dan tidak bersemangat dalam beraktivitas.

c. Tidak adanya PMT (Pemberian Makanan Tambahan) pada lansia

Tidak adanya pemberian makanan tambahan pada lansia

mengakibatkan kebutuhan akan makanan tidak tercukupi dengan baik

sehingga hal ini berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya.

23
d. Masalah Kesehatan

Seiring dengan bertambahnya usia, banyak lansia yang sering

mengalami masalah kesehatan seperti : batuk, demam, mudah lelah

dan lain-lain.

e. Tidak adanya pengobatan pada lansia

Tidak adanya pengobatan yang diberikan kepada lansia membuat

tingkat kesehatannya menjadi menurun dan terganggu.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Kegiatan Magang yang telah dilakukan di

Puskesmas Kaliijaga, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah ibu yang berparitas primipara sebanyak sebanyak 75 orang,

multipara 223 orang dan grandmultipara sebanyak 9 orang. Kemudian

untuk akeptor KB aktif sebanyak 3.970 sedangkan jumlah lansia sebanyak

4.301.

2. Pemakaian alat kontrasepsi IUD memiliki banyak keuntungan, baik dilihat

dari segi program, maupun dari segi klien (pemakai). Disamping

mempercepat penurunan TFR, pengguna kontrasepsi IUD juga lebih

efisien karena dapat dipakai dalam waktu yang lama serta lebih aman dan

efektif.

3. Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi : perubahan fisiologis,

fungsional dan psikososial.

4. Permasalahan yang dialami oleh lansia yaitu : kurangnya pengetahuan

pada lansia tentang penyakit, komunikasi yang tidak aktif, PMT

(Pemberian Makanan Tambahan) tidak ada pada lansia, masalah kesehatan

dan tidak adanya pengobatan pada lansia.

B. Saran

25
Disarankan kepada petugas kesehatan terutama bidan yang ada di

puskesmas kalijaga agar secara kontinue memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat terutama peserta KB aktif dan lansia yang ada di Wilayah

Kerja Puskesmas Kalijaga supaya diberikan informasi yang lengkap yang

berhubungan dengan paritas, penggunaan KB serta perubahan yang terjadi

pada lansia dan permasalahan yang dialaminya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiyawati I. Hubungan Antara Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan Sikap


Lansia dengan Kunjungan Ke Posyandu Lansia. Str J. 2012;

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kematian Ibu Melahirkan


(AKI). 2015. Available from: http:// storage. jakstik. ac.id/ Produk Hukum/
MenPAN/index.php/option=com_docman&task=doc _download &gid= 290
& Itemid = 111.pdf. Accessed 20 June 2016

Abdat AU. Hubungan antara paritas ibu dengan kejadian plasenta previa di rumah
sakit dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010.

Anggraeni, Putri. 2014. Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Tahun 2014. Skripsi. Jakarta: Univeritas Islam Negeri Syarif Hiadayatullah

27

Anda mungkin juga menyukai