Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAK-HAK REPRODUKSI YANG BERKAITAN DENGAN


KESEHATAN MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :

1. HESTI SURYANI 9. RINA SULISTIANI


2. SRI MARYANI 10. LIZA IZWARI
3. RISTI TIARINI 11. HJ. ISMAYANTI
4. MARIANI 12. ZURIATUN TOYYIBAH
5. ISMIATUN ZAHRAENI 13. BQ. HENI SUSILAWATI
6. SULASTRI 14. SOLATIAH
7. SAHURIATI 15. FITYATUN HASANAH
8. LAILI FITRIANI 16. RAEHANA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-NYA tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
akhirat nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Hak-hak Reproduksi
Yang Berkaitan dengan Kesehatan Masyarakat”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.

Lombok Timur, Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
A. Konsep HAM.................................................................................. 4
B. Pengertian Hak-hak Reproduksi..................................................... 4
C. Macam-macam Hak-hak reproduksi............................................... 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9
A. Kesimpulan..................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara
kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak
kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang
timbul sebagai  akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat
(Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998). Yang menjadi subtansi HAM : hak
untuk hidup, hak berkeluarga dan hak melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan. Adapun menurut UU  HAM, HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan kebebasan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat  dan martabat
manusia (Pasal 1 butir 1).
Dalam UU HAM dijelaskan  bahwa diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi  Penghapusan Diskriminasi
terhadap Wanita, dengan UU No. 7 Tahun 1984. Yang dimaksud dengan
diskriminasi terhadap wanita adalah setiap perbedaan, pengucilan, atau

1
pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh
atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan
atau penggunaan hak-hak asasi manusia  dan kebebasan-kebebasan pokok di
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum
wanita, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara
pria dan wanita (Pasal 1). Negara-negara harus mengutuk diskriminasi
terhadap wanita dan melaksanakannya dengan berbagai kebijaksanaan.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesehatan secara fisik, mental, dan
sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsi serta proses-prosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti
bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman,
dan  mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk
menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya. Dalam hal terakhir
termasuk, hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mengakses
terhadap cara-cara KB yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima
sebagai pilihannya, serta metode-metode lain yang dipilih  yang tidak
melawan hukum, dan hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan
kesehatan yang tepat, yang memungkinkan para wanita  mengandung dan
melahirkan anak dengan selamat, serta kesempatan memiliki bayi yang sehat 
(ICPD –  Kairo,  2012).
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana
yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau serta metode-metode
pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan
dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini
mencakup hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai
sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak
secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk
memiliki pasangan yang sehat.

2
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini
yaitu untuk mengetahui bagaimakaah, HAM, Hak Reproduksi dan macam-
macam hak reproduksi.

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian HAM?
2. Menjelaskan pengertian hak reproduksi?
3. Menjelaskan macam-macam hak reproduksi?
 
 

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara
kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak
kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang
timbul sebagai  akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat
(Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998).
Subtansi HAM : hak untuk hidup, hak berkeluarga dan hak melanjutkan
keturunan, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan. Adapun menurut UU 
HAM, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
kebebasan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat  dan martabat manusia (Pasal 1 butir 1).
Dalam UU HAM dijelaskan  bahwa diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
B. Pengertian Hak-hak Reproduksi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis  (UU 

4
No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).  Difinisi ini sesuai dengan WHO,
kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan
mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak  Deklarasi Alma Ata-WHO dan
UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu 
hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.  Dengan definisi seperti
ini, pengertian kesehatan  sangat luas mencakup kualitas kehidupan.
Reproduksi merupakan fungsi dari makhluk hidup untuk menurunkan
generasi penerusnya, dengan secara alamiah dilengkapi dengan organ-organ
yang secara biologis  untuk itu. Demikian juga manusia,  penentuan perilaku
reproduksi  berasal dari hormon-hormon  yang dimilikinya dan  juga  adanya
alat-alat reproduksi, yang antara betina dan jantan berbeda, untuk
memfungsikannya dengan melakukan hubungan seksual. Secara biologis, cara
hormon berinteraksi dengan perilaku seksual pada manusia tidak berbeda pada
binatang. Yang membedakan adalah  manusia dapat melakukan pengendalian 
dengan pikirannya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesehatan secara fisik, mental,
dan sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsi serta proses-prosesnya. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti
bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman,
dan  mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk
menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya. Dalam hal terakhir
termasuk, hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mengakses
terhadap cara-cara KB yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima
sebagai pilihannya, serta metode-metode lain yang dipilih  yang tidak
melawan hukum, dan hak untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan
kesehatan yang tepat, yang memungkinkan para wanita  mengandung dan
melahirkan anak dengan selamat, serta kesempatan memiliki bayi yang sehat 
(ICPD –  Kairo,  1994)).
Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi. Wanita
memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi

5
seksual dan reproduksi. Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitif
terhadap kerusakan yang dapat terjdi atau menimbulkan disfungsi atau
penyakit. Wanita adalah subjek dari beberapa penyakit terhadap fungsi tubuh
oleh karna pengaruh laki-laki karna adanya perbedaan bentuk genetik,
hormonal, ataupun perilaku gaya hidup, penyakit pada sistem tubuh ataupun
pengobatan dapat berinteraksi dengan keadaan sistem reproduksi ataupun
fungsinya. Membicarakan kesehatan reproduksi tak terpisahkan dengan soal
hak reproduksi, kesehatan seksual, dan hak seksual.
Kesehatan seksual yaitu  suatu keadaan agar tercapai kesehatan
reproduksi yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus
dapat dilakukan secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit
dan gangguan lainnya.  Terkait dengan ini  adalah hak seksual, yakni bagian
dari hak asasi manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab
terhadap semua hal yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan
seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana
yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau serta metode-metode
pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan
dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini
mencakup hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai
sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak
secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk
memiliki pasangan yang sehat.
C. Macam-macam Hak-hak reproduksi
Hak-hak reproduksi meliputi hal-hal berikut ini:
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas
dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan
reproduksi. Contohnya: seorang remaja harus mendapatkan informasi dan
pendidikan kesehatan reproduksi.

6
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan
perlindungan kehidupan reproduksinya termasuk perlindungan dari resiko
kematian akibat proses reproduksi. Contoh: seorang remaja yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus tetap mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik agar proses kehamilan dan kelahirannya
dapat berjalan dengan baik.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya
tentang kehidupan yang diyakininya. Perbedaan yang ada harus diakui dan
tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian atas diri yang bersangkutan.
Orang lain dapat saja berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut
namun tidak dengan pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya
advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Contoh:
seseorang dapat saja mempunyai pikiran bahwa banyak anak
menguntungkan bagi dirinya dan keluarganya. Bila ini terjadi maka orang
tersebut tidak boleh serta merta dikucilkan atau dijauhi dalam pergaulan.
Upaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut boleh dilakukan sepanjang
dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan setelah mempertimbangkan
berbagai hal sebagai dampak dari advokasi dan KIE yang dilakukan
petugas.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk
mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkan pelayanan kesehatan
yang baik sehingga terhindar dari  kemungkinan kematian dalam proses
kehamilan dan melahirkan tersebut. Contoh: Pada saat melahirkan seorang
perempuan mempunyai hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya
secara cepat terutama jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk
terjadinya komplikasi atau bahkan kematian. Keluarga tidak boleh
menghalangi dengan berbagai alasan.

7
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta
jarak kelahiran yang diinginkan. Contoh: Dalam konteks program KB,
pemerintah, masyarakat, dan lingkungan tidak boleh melakukan
pemaksaan jika seseorang ingin memiliki anak dalam jumlah besar. Yang
harus dilakukan adalah memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan
sebenar-benarnya mengenai dampak negative dari memiliki anak jumlah
besar dan dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit. Jikapun klien
berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan
keputusan klien itu sendiri.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.
Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri
kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh: Dalam
konteks adanya hak tersebut, maka seseorang harus dijamin keamanannya
agar tidak terjadi” pemaksaaan” atau “pengucilan” atau munculnya
ketakutan dalam diri individu karena tidak memiliki hak kebebasan
tersebut.
7. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam segala kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan
dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial
ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya. Contoh: Orang tidak
mampu harus mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas (bukan sekedar atau asal-asalan) yang tentu saja sesuai dengan
kondisi yang melingkupinya. Demikian pula seseorang tidak boleh
mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam hal mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi hanya karena yang bersangkutan memiliki keyakinan
berbeda dalam kehidupan reproduksi. Misalnya seseorang tidak

8
mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan secara benar, hanya
karena yang bersangkutan tidak ber-KB atau pernah menyampaikan suatu
aspirasi yang berbeda dengan masyarakat sekitar.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara
kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak
kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun. Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang
timbul sebagai  akibat perkembangan kehidupannya dalam masyarakat
(Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998).
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berencana
yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau serta metode-metode
pengendalian kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan
dengan hukum serta perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini
mencakup hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai
sehingga para wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak
secara aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk
memiliki pasangan yang sehat.

B. Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi perempuan,
agar dapat meningkatkan kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan
sempurna. Dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan
kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar
dalam menjaga kesehatannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh N., 2010. Jurnal : Kesehatan Reproduksi Remaja. Semarang :


Universitas Sultan Agung. Jurnal.

Amanah S., 2007. Jurnal Penyuluhan : Makna Penyuluhan dan Transformasi


Perilaku Manusia. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Jurnal.

Arliani, S.T., 2013. Fenomena Hubungan Seksual Pranikah Pada Kalangan


Mahasiswa Kost di Gerkalokang Bandung. Bandung : UPI.

Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja
dan Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Info
Kesehatan

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B., 2004. Adolesence. In : Nelson


Textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia : Saunders.

Kairo 2012. Hak-hak Reproduksi

Anda mungkin juga menyukai