Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh
karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun.
Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang
timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam
masyarakat (Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998).
Indonesia telah meratifikasi konvensi penghapusan
diskriminasi terhadap wanita, dengan UU No. 7 Tahun 1984. Yang
dimaksud dengan diskriminasi terhadap wanita adalah setiap
perbedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis
kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi
atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-
hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum
wanita, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar
persamaan antara pria dan wanita (Pasal 1). Negara-negara harus
mengutuk diskriminasi terhadap wanita dan melaksanakannya dengan
berbagai kebijaksanaan.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesehatan secara fisik,
mental, dan sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya. Oleh karena itu,
kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai
kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan mereka memiliki

1
kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan
keinginannya, kapan dan frekuensinya. Dalam hal terakhir termasuk,
hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mengakses
terhadap cara-cara KB yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat
diterima sebagai pilihannya, serta metode-metode lain yang dipilih
yang tidak melawan hukum, dan hak untuk memperoleh pelayanan
pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang memungkinkan para
wanita mengandung dan melahirkan anak dengan selamat, serta
kesempatan memiliki bayi yang sehat (ICPD Kairo, 1994).
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai
metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif,
terjangkau serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang
mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-
undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai sehingga para
wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara
aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk
memiliki pasangan yang sehat.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian HAM?

2. Apa pengertian hak reproduksi?

3. Apa pengertian hak-hak reproduksi?

4. Jelaskan macam-macam hak reproduksi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh
karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun.
Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang
timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam
masyarakat (Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998). Yang menjadi
subtansi HAM : hak untuk hidup, hak berkeluarga dan hak
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemerdekaan hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak
kesejahteraan.
Adapun menurut UU, hak asasi manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan kebebasan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 butir 1).
Dalam UU HAM dijelaskan bahwa diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama,
suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi,
jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan,
penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau
penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

3
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan Diskriminasi
terhadap Wanita, dengan UU No. 7 Tahun 1984. Yang dimaksud
dengan diskriminasi terhadap wanita adalah setiap perbedaan,
pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin,
yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak
asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum wanita,
terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara
pria dan wanita (Pasal 1). Negara-negara harus mengutuk
diskriminasi terhadap wanita dan melaksanakannya dengan berbagai
kebijaksanaan. Beberapa ketentuan dalam UU HAM, hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia yaitu:
1. Hak untuk hidup

2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan

3. Hak mengembangkan diri

4. Hak memperoleh keadilan

5. Hak atas kebebasan pribadi

6. Hak atas rasa aman

7. Hak atas kesejahteraan

8. Hak turut serta dalam pemerintahan

9. Hak wanita

10. Hak anak

11. Implikasi hukum

4
B. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesehatan secara fisik,
mental, dan sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya. Oleh karena itu,
kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai
kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan mereka memiliki
kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan
keinginannya, kapan dan frekuensinya. Dalam hal terakhir termasuk,
hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mengakses
terhadap cara-cara KB yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat
diterima sebagai pilihannya, serta metode-metode lain yang dipilih
yang tidak melawan hukum, dan hak untuk memperoleh pelayanan
pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang memungkinkan para
wanita mengandung dan melahirkan anak dengan selamat, serta
kesempatan memiliki bayi yang sehat (ICPD Kairo, 1994)).
Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi.
Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan
dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita mempunyai sistem
reproduksi yang sensitif terhadap kerusakan yang dapat terjdi atau
menimbulkan disfungsi atau penyakit. Wanita adalah subjek dari
beberapa penyakit terhadap fungsi tubuh oleh karna pengaruh laki-laki
karna adanya perbedaan bentuk genetik, hormonal, ataupun perilaku
gaya hidup, penyakit pada sistem tubuh ataupun pengobatan dapat
berinteraksi dengan keadaan sistem reproduksi ataupun fungsinya.
Membicarakan kesehatan reproduksi tak terpisahkan dengan soal hak
reproduksi, kesehatan seksual, dan hak seksual.
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai
kesehatan reproduksi yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks
seseorang itu harus dapat dilakukan secara memuaskan dan sehat
dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya. Terkait
dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi manusia

5
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap
semua hal yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk
kesehatan seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi
dan kekerasan.
Kesehatan reproduksi yang mengandung banyak aspek
mengimplikasikan beberapa hal yang menyangkut pelanggarannya
ataupun masalah-masalah hukum lainnya.
1. Perkawinan
Perkawinan dilaksanakan tanpa paksaan, kedudukan suami-isteri,
harta kekayaan, poligami/poliandri (UU No. 1 tahun 1974, hukum
privat).
2. Kekerasan seksual terhadap wanita dan pelecehan seksual lainnya
Tindakan ini sebagai gender-related violence, seperti: perkosaan
(Pasal 285 KUHP), dan perilaku pelecehan seksual lainnya:
paksaan berbuat cabul (Pasal 289), marital rape, perzinahan
(Pasal 284), bersetubuh dengan wanita yang belum waktunya
kawin (Pasal 287, 290), incest (Pasal 294), homoseks (pasal 292).
3. Pornografi, perdagangan wanita dan prostitusi
Perbuatan menyangut pornografi diatur Pasal 282, baik kejahatan
kesengajaan maupun kealpaan, dengan pemberatan bila sebagai
mata pencaharian yang berhubungan dengan alat-alat pencegah
kehamilan/ penggugugran kandungan (Pasal 383). Perdagangan
wanita (Pasal 297), dan prostitusi (Pasal 296), yang dipidana
germonya, bukan pelacurnya baik yang wanita maupun laki-lakinya.
4. Pembunuhan bayi dan Abortus
Pembunuhan bayi; seorang ibu ketakutan kelahiran bayinya
(Pasal 341,342). Pengguguran kandungan, dilakukan sendiri
(Pasal 346). Oleh orang lain tanpa persetujuan (Pasal 347), orang
lain dengan persetujuan (Pasal 348). Dokter, para medis yang
melakukan atau membantu, diperberat pidananya (Pasal 349).
Perkecualian, dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa
ibu hamil dan atau janinnya, dengan melakukan tindakan medis
tertentu (UU No. 23 Tahun 1992).
5. Teknologi reproduksi dan KB

6
Pemaksaan pelaksanaan KB, menimbulkan akibat luka dan
kematian pengguna. Adanya inseminasi buatan, bayi tabung,
timbul masalah hak dan kedudukan ibu-anak, masalah moral dan
etika, kualitas umat manusia mendatang.

C. Pengertian Hak-hak Reproduksi


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Difinisi
ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan
kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan
lagi (sejak Deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat
baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik
secara ekonomis maupun sosial. Dengan definisi seperti ini,
pengertian kesehatan sangat luas mencakup kualitas kehidupan.
Reproduksi merupakan fungsi dari makhluk hidup untuk
menurunkan generasi penerusnya, dengan secara alamiah dilengkapi
dengan organ-organ yang secara biologis untuk itu. Demikian juga
manusia, penentuan perilaku reproduksi berasal dari hormon-
hormon yang dimilikinya dan juga adanya alat-alat reproduksi, yang
antara betina dan jantan berbeda, untuk memfungsikannya dengan
melakukan hubungan seksual. Secara biologis, cara hormon
berinteraksi dengan perilaku seksual pada manusia tidak berbeda
pada binatang. Yang membedakan adalah manusia dapat melakukan
pengendalian dengan pikirannya.
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai
metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif,
terjangkau serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang
mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-
undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai sehingga para
wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara

7
aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk
memiliki pasangan yang sehat.
1. Prinsip dasar dalam hak seksual dan reproduksi:

2. bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari
siksaan dan kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh
mereka bagi kesehatan, kelahiran, dan kenikmatan seks aman.

3. personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai


aktor dan pengambil keputusan dalam masalah seksual dan
reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait.

4. equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar


perempuan itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan
diskriminasi gender, ras, dan kelas, melainkan juga menjamin
adanya keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi
perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi.

5. diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas


yang dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh
wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota
masyarakat tertentu.
Ruang-lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang
mencakup berbagai aspek, tidak hanya aspek biologis dan
permasalahannya bukan hanya bersifat klinis, akan tetapi non-klinis
dan memasuki aspek ekonomi, politik, dan sosial-budaya.

D. Macam-macam hak-hak reproduksi


Hak-hak reproduksi meliputi hal-hal berikut ini:
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang
jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah

8
kesehatan reproduksi. Contohnya: seorang remaja harus
mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan
perlindungan kehidupan reproduksinya termasuk perlindungan dari
resiko kematian akibat proses reproduksi. Contoh: seorang remaja
yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus tetap
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik agar proses
kehamilan dan kelahirannya dapat berjalan dengan baik.
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan
pikirannya tentang kehidupan yang diyakininya. Perbedaan yang
ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian
atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya
merubah pikiran atau keyakinan tersebut namun tidak dengan
pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya advokasi dan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Contoh: seseorang
dapat saja mempunyai pikiran bahwa banyak anak
menguntungkan bagi dirinya dan keluarganya. Bila ini terjadi maka
orang tersebut tidak boleh serta merta dikucilkan atau dijauhi
dalam pergaulan. Upaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut
boleh dilakukan sepanjang dilakukan sendiri oleh yang
bersangkutan setelah mempertimbangkan berbagai hal sebagai
dampak dari advokasi dan KIE yang dilakukan petugas.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.
Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk
mendapatkan perlindungan dalam arti mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik sehingga terhindar dari kemungkinan
kematian dalam proses kehamilan dan melahirkan tersebut.
Contoh: Pada saat melahirkan seorang perempuan mempunyai
hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya secara cepat
terutama jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk terjadinya

9
komplikasi atau bahkan kematian. Keluarga tidak boleh
menghalangi dengan berbagai alasan.
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang
dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan. Contoh: Dalam
konteks program KB, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan
tidak boleh melakukan pemaksaan jika seseorang ingin memiliki
anak dalam jumlah besar. Yang harus dilakukan adalah
memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya
mengenai dampak negative dari memiliki anak jumlah besar dan
dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit. Jikapun klien
berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus
merupakan keputusan klien itu sendiri.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan
kehidupan reproduksinya.
Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan
sendiri kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh:
Dalam konteks adanya hak tersebut, maka seseorang harus
dijamin keamanannya agar tidak terjadi pemaksaaan atau
pengucilan atau munculnya ketakutan dalam diri individu karena
tidak memiliki hak kebebasan tersebut.
7. Hak untuk bebas dari penganiyaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan
pelecehan seksual.
Remaja laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan
perlindungan dari kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas
karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi.
Contoh: Perkosaan terhadap remaja putrid misalnya dapat
berdampak pada munculnya kehamilan yang tidak diinginkan oleh
yang bersangkutan maupun oleh keluarga dan lingkungannya.
Penganiayaan atau tindakan kekekerasan lainnya dapat
berdampak pada trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat
saja berpengaruh pada kehidupan reproduksinya.

10
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.
Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan
reproduksi, serta mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya
dan sebenar-benarnya dan kemudahan akses untuk mendapatkan
pelayanan informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.
Contoh: Jika petugas mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja, maka petugas berkewajiban untuk memberi informasi
kepada remaja, karena mungkin pengetahuan tersebut adalah hal
yang paling baru untuk remaja.
9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
Setiap individu dijamin haknya: kapan, dimana, dengaan siapa,
serta bagaimana ia akan membangun keluarganya.Tentu saja
kesemuanya ini tidak terlepas dari norma agama,sosial dan
budaya yang berlaku (ingat tentang adanya kewajiban yang
menyertai adanya hak reproduksi). Contoh: Seseorang akan
menikah dalam usia yang masih muda, maka petugas tidak bisa
memaksa orang tersebut untuk membatalkan pernikahannya. Yang
bisa diupayakan adalah memberitahu orang tersebut tentang
peraturan yang berlaku di Indonesia tentang batas usia terendah
untuk menikah dan yang penting adalah memberitahu tentang
dampak negatif dari menikah dan hamil pada usia muda.
10. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam segala
kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif
berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin,
kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya.
Contoh: Orang tidak mampu harus mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang berkualitas (bukan sekedar atau asal-
asalan) yang tentu saja sesuai dengan kondisi yang
melingkupinya. Demikian pula seseorang tidak boleh mendapatkan
perlakuan yang berbeda dalam hal mendapatkan pelayanan

11
kesehatan reproduksi hanya karena yang bersangkutan memiliki
keyakinan berbeda dalam kehidupan reproduksi. Misalnya
seseorang tidak mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan
secara benar, hanya karena yang bersangkutan tidak ber-KB atau
pernah menyampaikan suatu aspirasi yang berbeda dengan
masyarakat sekitar. Pelayanan juga tidak boleh membedakan
apakah seseorang tersebut perempuan atau laki-laki. Hal ini
disebut dengan diskriminasi gender.
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat atau
aspirasinya baik melalui pernyataan pribadi atau pernyataan
melalui suatu kelompok atau partai politik yang berkaitan dengan
kehidupan reproduksi. Contoh: seseorang berhak menyuarakan
penentangan atau persetujuan terhadap aborsi baik sebagai
individu maupun bersama dengan kelompok. Yang perlu diingatkan
adalah dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi tersebut
harus memperhatikan azas demokrasi dan dalam arti tidak boleh
memaksakan kehendak dan menghargai pendapat orang lain serta
taat kepada hokum dan peraturan peraturan yang berlaku.
Penentuan kesehatan secara umum dan kesehatan
reproduksi secara khusus, meliputi beberapa faktor diluar
pelayanan kesehatan. Gaya gidup, perilaku dan keadaan sosial
ekonomi memegang peranan penting dalam mempromosikan
kesehatan reproduksi. Paket pelayanan reproduksi meliputi hal-hal
berikut:
1. Paket pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK),
adalah pelayanan kesehatan reproduksi yang mencakup
semua pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang
terjadi pada semua siklus kehidupan. Komponen PKRK
meliputi:
a. Kesehatan bayi dan anak
b. Remaja

12
c. Infertilitas
d. Kekerasan terhadap perempuan
e. Kesehatan dan kesejahteraan maternal (safe-motherhood)
f. Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV /AIDS
g. Penyakit kanker alat reproduksi
h. Masalah usia lanjut

2. Paket pelayanan kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE)


ditujukan untuk masalah-masalah kesehatan reproduksi yang
menjadi perioritas. Perioritas dari PKRE yaitu:

a. Keluarga Berencana(KB)
b. Kesehatan dan kesejahteraan maternal (safe-motherhood)
c. Pencegahan dan manajemen kompliikasi aborsi
d. PMS dan HIV/AIDS
e. Pencegahan dan manajemen infertilitas
f. Kesehatan reproduksi remaja

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak
berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan, yang oleh
karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun.
Selanjutnya manusia juga mempunyai hak dan tanggungjawab yang

13
timbul sebagai akibat perkembangan kehidupannya dalam
masyarakat (Pembukaan, Tap. No. XVII/MPR/1998).
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan wanita untuk
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai
metode keluarga berencana yang mereka pilih, aman, efektif,
terjangkau serta metode-metode pengendalian kelahiran lainnya yang
mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta perundang-
undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai sehingga para
wanita mengalami kehamilan dan proses melahirkan anak secara
aman, serta memberikan kesempatan bagi para pasangan untuk
memiliki pasangan yang sehat.

B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan juga
pembaca. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan kreativitas
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Dalam
penyusunan makalah ini tentu terdapat kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan, maka kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, guna menyempurnakan kekurangan
dalam makalah ini di masa mendatang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, P. 2010. Hak Asasi dan Hukum Peradilan. Yogyakarta : Graha


Cipta

Irnawati Setyaningsih. 2011. HAM dan HAK Reproduksi.


http://www.irnawatisetyaningsih.blogspot.com (diakses pada
tanggal 06 oktober 2016 pukul 16.00 wita )

Kaimuddin. 2009. Hak-Hak Reproduksi Pria dan Wanita.


http://www.andikaimudding29.blogspot.com (diakses pada tanggal
06 oktober 2016 pukul 16.10 wita )

15

Anda mungkin juga menyukai