Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Child abuse atau perlakuan salah terhadap anak adalah kesalahan atau kesemenaan

memperlakukan anak-anak yang seharusnya diposisikan sebagai amanat Tuhan. Amanat

dari-Nya itu seharusnya dijaga, dilindungi, atau diberi pendidikan agar mereka dapat

menjalani masa depan dengan bekal yang cukup. Tidak hanya orang tua atau keluarga saja

yang melakukan perlakuan salah terhadap anak melainkan masyarakat bahkan pendidik

sekalipun dapat melakukan tindak tersebut. Contohnya adalah kekerasan dalam rumah

tangga, pemerkosaan, sodomi, penculikan, dan berbagai bentuk ancaman yang dapat

menciptakan ketakutan di jiwa mereka. Apabila tidak ditanggulangi, tentunya hal itu akan

menambah panjang daftar korban jiwa anak-anak yang merupakan bibit-bibit harapan

mengeksiskan bangsa, negara,dan agama ke depan.

Pengungkapan tindak perlakuan salah yang dialami korban cenderung tidak

berjalan sebagaimana mestinya,mereka yang menjadi korban cenderung menyembunyikan

perlakuan salah atau tindak kekerasan seperti pemerkosaan yang dialami. Hal ini tentu

akan menyulitkan dalam penyelesaian masalah tersebut. pengungkapan dari tindak

tersebut tertunda sampai korban menginjak dewasa,hal tersebut dilatar belakangi oleh

berbagai alasan. Bagi korban yang berada dekat dengan pelaku cenderung lebih lama

menunda dalam mengungkapkan apa yang dialaminya berbeda dengan korban yang

berada jauh dari pelaku cenderung lebih cepat dalam mengungkapkan apa yang

dialaminya. Pengungkapan dari korban tentunya ada manfaatnya seperti lebih cepat

mendapat pengobatan, menghindari stres, menghindari sakit mental yang berkepanjangan.

Namun tidak semua korban mudah untuk mengungkapkan apa yang dialaminya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perlakuan salah terhadaap anak?


2. Apa faktor faktor yang mendorong terjadinya perlakuan salah terhadap anak ?
3. Bagaimana ciri ciri pelaku dan korban perlakuan salah terhadap anak ?
4. Bagaimana dampak perlakuan kekerasan pada anak ?
5. Bagaimana cara menanggulangi kasus kekerasan pada anak ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian perlakuan salah terhadaap anak.


2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong terjadinya perlakuan salah terhadap anak.
3. Untuk mengetahui ciri dari pelaku dan korban perlakuan salah terhadap anak.
4. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perlakuan salah terhadap anak.
5. Untuk mengetahui cara menanggulangi kekerasan pada anak.

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian perlakuan salah terhadaap anak.


2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mendorong terjadinya perlakuan salah

terhadap anak.
3. Mahasiswa dapat mengetahui ciri pelaku dan korban perlakuan salah terhadap anak.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perlakuan salah terhadap

anak.
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara menanggulangi perlakuan salah terhadap anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kekerasan pada Anak


Menurut Sutanto (2006) kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau

anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak

berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau pengasuh yang

berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat/kematian. Kekerasan pada anak lebih bersifat

sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang

anak.

2
Nadia (2004) mengartikan kekerasan anak sebagai bentuk penganiayaan baik

fiisk maupun psikis. Penganiayaan fisik adalah tindakan kasar yang mencelakakan anak

dan segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya. Sedangkan penganiayaan

psikis adalah semua tindakan merendahkan/meremehkan anak.


Lebih lanjut Hoesin (2006) melihat kekerasan anak sebagai bentuk pelanggaran

terhadap hak-hak anak dan dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan sehingga

untuk mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas hukum.


Kekerasan pada anak dalam arti kekerasan dan penelantaran adalah Semua

bentuk perlakuan menyakitkan baik secara fisik maupun emosional, pelecehan seksual,

penelantaran, eksploitasi komersial/eksploitasi lain yang mengakibatkan cedera atau

kerugian nyata maupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak,

tumbuh kembang anak atau mertabat anak yang dilakukan dalam konteks hubungan

tanggung jawab kepercayaan atau kekuasaan.


Berdasarkan identifikasi dari kasus kekerasan anak, lingkup terjadinya kekerasan

tersebut dapat berasal dari rumah/tempat tinggal, kekerasan dalam komunitas (termasuk

sekolah) dan kekerasan yang berbasis pada kebijakan/tindakan negara.


Menurut WHO (World Health Organization) terdapat beberapa jenis kekerasan

pada anak:
1. Kekerasan Fisik
Tindakan yang menyebabkan rasa sakit/potensi menyebabkan sakit yang dilakukan

orang lain, dapat terjadi satu kali atu berulang kali.


2. Kekerasan Seksual
Kekerasan ketertiban anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya.

Kekerasan seksual dapat berupa perlakuan tidak senonoh dari orang lain, kegiatan

yang menjurus pada pornografi, perkataan porno dan melibatkan anak dalam bisnis

prostitusi.
3. Kekerasan Emosional
Segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional

(mental) anak. Hal ini dapat berupa kata-kata yang mengancam atau menakut-

nakuti.
4. Tindakan Pengabaian/Penelantaran

3
Ketidakpedulian orangtua atau orang yang bertanggung jawab atas anak pada

kebutuhan mereka seperti mengekang anak.


5. Kekerasan Ekonomi
Penyalahgunaan tenaga anak untuk bekerja dan kegiatan lainnya demi keuntungan

orangtua/orang lain seperti menyuruh anak bekerja secara seharian dan

menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya belum dijalaninya.

B. Faktor-faktor dan Ciri-ciri yang menyebabkan Child Abuse


UNICEF (1986) mengatakan ada 2 faktor yang melatar-belakangi munculnya

kekerasan anak oleh orangtuanya. Faktor tersebut masing-masing berasal baik dari

orangtua maupun anak sendiri. 2 faktor tersebut antara lain:


1. Orangtua yang pernah mengalami kekerasan/penganiayaan anak dan terkena

kekerasan dalam rumah, orangtua yang kondisi kehidupannya stress, orangtua

yang menggunakan NAPZA, orangtua yang mengalami gangguan jiwa seperti

depresi psikotik/gangguan kepribadian.


2. Anak yang primitif, anak yang mengalami gangguan mental, cacat fisik/anak

dengan banyak tuntutan.

Faktor penyumbang kekerasan padan anak terinspirasi oleh tayangan televisi

maupun media-media lainnya yang tersebar di lingkungan masyarakat. Sebanyak 62%

tayangan televisi dan media lainnya telah membangun dan menciptakan perilaku

kekerasan (Tempo 2006).

Menurut hasil pengaduan yang diterima oleh Komnas Perlindungan Anak (2006),

pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya:

1. KDRT, kondisi ini kemudian menyebabkan kekerasan terjadi juga pada anak. Anak

sering kali menjadi sasaran empuk kemarahan orangtua.


2. Disfungsi keluarga, yaitu peran orangtua yang tidak berjalan sebagaimana

seharusnya.
3. Faktor ekonomi, kekerasan yang timbul karena tekanan/himpitan ekonomi.

4
4. Pandangan yang keliru tentang seorang anak dalam keluarga. Orangtua menganggap

anak adalah seorang yang tidak tahu apa-apa, dengan demikian pola asuh apapun

berhak dilakukan oleh orangtua.

C. Ciri-ciri Pelaku dan Korban Kekerasan pada Anak


Menurut KPAI (2007) ada beberapa ciri-ciri korban dari kekersan pada anak,

antara lain:
1. Menunjukkan perubahan perilaku pada tingkah laku dan kemampuan belajar di

sekolah.
2. Tidak memperoleh bantuan untuk masalah fisik dan masalah kesehatan yang

seharusnya menjadi perhatian orangtua.


3. Memiliki gangguan belajar atau sulit berkonsentrasi yang bukan merupakan akibat

dari masalah fisik atau psikologi tertentu.


4. Selalu curiga dan siaga, seolah-olah bersikap untuk terjadinya hal yang buruk.
5. Selalu mengeluh, pasif, menghindar.
6. Datang ke sekolah atau tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang terakhir atau

bahkan sering tak mau pulang ke rumah.


Sedangkan ciri umum yang ditunjukkan oleh pelaku atau orangtua yang

melakukan kekerasan pada anak (KPAI,2007),antara lain:


1. Tak ada perhatian pada anak
2. Menyangkal adanya masalah pada anak baik dirumah maupun disekolah dan

menyalahkan anak untuk semua masalahnya


3. Meminta guru untuk memberikan hukuman berat dan menerapkan disiplin pada

anak
4. Menganggap anak sebagai anak nakal, tak berharga, dan susah diatur
5. Menuntut tingkat kemampuan fisik akademik yang tidak terjangkau oleh anak
6. Hanya memperlakukan anak sebagai pemenuhan kepuasan akan kebutuhan

emosional untuk mendapatkan perhatian dan perawatan

Ciri-ciri umum orangtua dan anak yang menjadi pelaku dan korban dari tindak

kekerasan pada anak adalah sebagai berikut:

1. Jarang bersentuhan fisik dan bertatap mata


2. Hubungan diantara keduanya sangat negatif
3. Pernyataan bahwa keduanya tak suka atau membenci satu sama lain

D. Dampak dari Kekerasan pada Anak

5
Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orangtuanya sendiri atau

orang lain sangatlah buruk antara lain:


1. Agresif.
Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan saat

anak merasa tidak ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang

dianggap tidka bisa melindunginya itu ada disekitarnya, anak akan langsung

memukul datau melakukan tindak agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak semua

sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.


2. Murung/Depresi
Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang

memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan.

Ia akan menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang ekspresif.
3. Memudah menangis
Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidka nyaman dan aman dengan

lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya,

kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang

lain.

4. Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain


Dari semua hal tersebut, anak dapat melihat bagaimana ornag dewasa

memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai

dengan apa yang dia alami dan rasakan duli


5. Secara kognitif anak bisa mengalami penurunan

E. Cara Penanggulangan Kekerasan pada Anak


Pemerintah sendiri telah mendirikan Komnas Perlindungan Anak atau biasa yang

disebut KPAI yang tugasnya untuk melindungi hak anak. Pemerintah juga telah membuat

undang-undang negara tentang perlindungan anak dan wanita. Undang-undang yang

telah dibuat pemerintah adalah seperti Pasal 13 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak) yang menyatakan bahwa setiap anak

selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung

jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

6
1. Eksploitasi, baik secara ekonomi maupun seksual
2. Penelantaran
3. Kekerasan, kekejaman, dan penganiayaan
4. Ketidak-adilan
5. Perlakuan salah dan lainnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekerasan pada anak dalam arti kekerasan dan penelantaran adalah Semua

bentuk perlakuan menyakitkan baik secara fisik maupun emosional, pelecehan seksual,

penelantaran, eksploitasi komersial/eksploitasi lain yang mengakibatkan cedera atau

kerugian nyata maupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak,

tumbuh kembang anak atau mertabat anak yang dilakukan dalam konteks hubungan

tanggung jawab kepercayaan atau kekuasaan.

B. Saran

Di harapkan kepada pembaca dengan adanya makalah ini agar dapat mengerti dan

memahami materi tentang perlakuan salah terhadap anak. Semoga makalah ini dapat

membuka pikiran pembaca dan ikut peran serta dalam memerangi kasus kekerasan atau

perlakuan salah pada anak.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Soetjiningsih, SpAK. Tumbuh Kembang Anak : Buku Kedokteran, Jakarta 24 Januari,

1994

Fanny.2013. Kekerasan Pada Anak .http://www.fanny.blogspot.com (diakses pada tanggal 30 April

2015 pukul 13.10 ).

Anda mungkin juga menyukai