Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN INPROFESIIDU KELUARGA BINAAN KOMUNITAS

MAHASISWA PROFESI KEBIDANAN UNIVERSITAS NASIONAL


DI KP. CICADAS RT 003/004 DS. BABAKAN MADANG
KEC. BABAKAN MADANG KAB. BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT

OLEH :

NENI NURAENI
215491517019

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan inProfesiidu Keluarga Binaan Komunitas Mahasiswa Profesi


Kebidanan Keluarga Binaan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Disusun oleh:
Neni Nuraeni
215491517019

Bogor , Juni 2022

Menyetujui,

Pamong Desa Babakan


Madang

Dosen

(Dewi Kurniati, S.SiT, M.Keb)


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semua
umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi rahmat
dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan PKL Individu yang
berjudul “ Pentingnya anggota keluarga memiliki JKN “
Saya menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan terselesaikan
tanpa adanya Rahmat ALLAH SWT, dukungan, bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa
hormat yang besar saya mengucapkan “Alhamdulillah‟ beserta terimakasih yang
sebesar- besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati,
M.Si.
2. Ka. Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional Dr. Vivi Silawati, S.ST, SKM, MKM.
3. Dewi Kurniati,S.SiT.,M.Keb selaku pembimbing Stase Komunitas yang
telah banyak memberikan masukannya.
4. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional yang telah mendidik dan memfasilitasi proses pembelajaran di
Kampus.
5. Teman-teman satu kelompok yang telah bersama-sama menyelesaikan tugas
ini
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan laporan
Individu ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan selanjutnya dan mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ivi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2

1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................... 2

1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................................. 2

1.3.1 Bagi Penulis.................................................................................... 2

1.3.2 Bagi Mahasiswa.............................................................................. 3

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan .................................................................... 3

1.3.4 Bagi Keluarga Binaan ............................................................................ 3

2.1 Konsep Dasar Keluarga ........................................................................... 4

2.1.1 Defisnisi Keluarga .............................................................................. 4

2.1.2 Struktur Keluarga ............................................................................... 4

2.1.3 Ciri – ciri Keluarga............................................................................. 5

2.1.4 Bentuk – Bentuk Keluarga ................................................................. 5

2.1.5 Peran Fungsi Keluarga ....................................................................... 8

2.1.6 Tugas Keluarga ................................................................................ 10

2.1.7 Tahap – Tahap Kehidupan................................................................ 11


2.2 Teori atau Konsep Dasar Komunitas ........................................................ 13

2.2.1 Pengertian Kebidanan Komunitas ..................................................... 13

iv
2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komunitas ..................... 14

2.3.1 Definisi Asuhan Kebidanan Komunitas dalam Kontek Keluarga....... 14

2.3.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Dikomunitas .......................................... 15

2.3.3 Metode Prioritas Masalah ................................................................. 15

2.4 Konsep Dasar Jaminan Kesehatan Nasional ........................................... 16

2.4.1 Definisi Jaminan Sosial ...................................................................... 16

2.4.2 Mengapa Perlu JKN ........................................................................... 16

2.4.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan JKN .................................................. 17

2.5 Manajemen Kebidanan .......................................................................... 24

2.5.1 Pendokumentasian SOAP ................................................................. 24

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 30

5.2 Saran ..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 32

LAMPIRAN ...................................................................................................... 34

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Kepesertaan BPJS .......................................................... 20

Gambar 2.2 : Alur Pelayanan Kesehatan JKN ..................................... 24

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I : Varney
2. Lampiran II : Satuan Acara Penyuluhan
3. Lampiran III : Alur pembuatan BPJS
4. Lampiran V : Surat Pernyataan
5. Lampiran VI : Leaflet
6. Lampiran V : Dokumentasi

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping itu kesehatan juga
merupakan karunia tuhan. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya serta di lindungi dari ancaman yang merugikan.
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah mengkaji
kegiatan masyarakat dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri
dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang
kesehatan dan bidang lain yang berkaitan, agar mampu mencapai sehat
sejahtera.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditunjukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melelui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkuan pelayanan
kesehatan yang dibutukan dan dilibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan. Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat dimana masalah kesehatan dapat
timbul, berupa masalah KIA/KB, KESLING, TUMBANG, PENYAKIT, KRR.
Dalam hal ini penulis mengambil kasus pada keluarga Bayi “F” Di Kp.
Cicadas RT 002/004 Kel. Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor
Prov. Jawa Barat. Sebagai bukti pelaksanaan praktek kebidanan komunitas dan
melaksanakan implementasi sesuai dengan prioritas masalah. Diharapkan
keluarga lebih mengerti dan memahami tentang Jaminan Sosial.

1
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas Tentang Jaminan
Kesehatan Nasional Pada Tn M Di Kp. Cicadas RT 003/004 Ds. Babakan Madang
Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Melaksanakan pengkajian pada Tn “F” Di Kp. Cicadas RT 003/004 Desa.
Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat .
2. Melaksanakan perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan pada Tn.
M Di Kp. Cicadas RT 003/004 Desa. Babakan Madang Kec. Babakan
Madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat.
3. Melaksanakan perencanaan pada Tn. M Di Kp. Cicadas RT 003/004 Ds.
Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Tn. M Di Kp. Cicadas RT 003/004
Ds. Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa
Barat.
5. Melaksanakan evaluasi pada Tn. M Di Kp. Cicadas RT 003/004 Ds.
Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat.
6. Melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan pada Tn. M Di Kp. Cicadas
RT 002/004 Ds. Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor
Prov. Jawa Barat.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
1. Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan sehingga nantinya pada saat bekerja di
lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada akhirnya

2
meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
2. Belajar menerapkan langsung pada masyarakat di lapangan
perkembangan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di dalam kelas.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
Agar tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan kebidanan
telah ada, dan selalu menerapkan teori-teori yang telah didapatkan
dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sehingga tetap tercermin
citra bidan yang profesional.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan


1 Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi pendidikan dalam
pelaksanaan praktik kebidanan komunitas bagi mahasiswa.
2 Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
3 Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan
antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan
praktik kebidanan komunitas yang akan datang.

1.3.4 Bagi Keluarga Binaan


1 Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi
keluarga Tn.M dalam menjalankan program yang telah disusun secara
bersama dan terus dikembangkan guna mewujudkan keluarga yang
sehat, sejahtera dan terwujudnya keluarga yang sehat dan lingkungan
sehat dan nyaman.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Defisnisi Keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Anggota rumah tangga
yang saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan.
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas 2 orang atau lebih adanya
ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga dibawah
asuhan seorang kepala rumah tangga berinteraksi diantara sesama anggota
keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing,
menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
Keluarga adalah satu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang
dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi atau pengakuan
sebagai anggota keluarga yang tinggal bersama, satu kesatuan atau unit yang
membina kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum. Di mana setiap
anggotanya belajar dan melakukan peranannya seperti yang diharapkan. Keluarga
sebagai suatu sistem sosial melakukan beberapa fungsi yang paling dasar seperti
memberikan keturunan, sosialisasi, psikologi, seleksi, proteksi dan sebagainya.

2.1.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga menurut effendi, terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah :
1 Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2 Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.

4
3 Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4 Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.3 Ciri – ciri Keluarga


1. Diikat dalam suatu tali perkawinan.
2. Ada hubungan darah.
3. Ada ikatan batin.
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotnya.
5. Ada pengambilan keputusan .
6. Kerjasama diantara anggota keluarga.
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.
8. Tinggal dalam satu rumah.
9. Suami sebagai pengambil keputusan
10. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
11. Berbentuk monogram
12. Bertanggung jawab
13. Pengambil keputusan
14. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
15. Ikatan kekeluargaan sangat erat
16. Mempunyai semangat gotong-royong

2.1.4 Bentuk – Bentuk Keluarga


a. Tradisional :
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah

5
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll)
6) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)

6
b. Non-tradisional :
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya .
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family

7
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental .
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.5 Peran Fungsi Keluarga

a. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan inProfesiidu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan inProfesiidu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.

8
3) Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

b. Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis : Meneruskan keturunan, Memelihara dan membesarkan
anak , Memenuhi kebutuhan gizi keluarga, Memelihara dan merawat
anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis : Memberikan kasih sayang dan rasa aman,
Memberikan perhatian di antara anggota keluarga, Membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarg, Memberikan identitas
keluarga
3) Fungsi sosialisasi : Membina sosialisasi pada anak, Membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkatperkembangan anak dan
Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4) Fungsi ekonomi : Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarg, Menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan
hari tua).

5) Fungsi pendidikan :
a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
6) Fungsi religious
a) Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota lain dalam kehidupan beragama dan
tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada

9
kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.

7) Fungsi rekreasi
keluarga dalam fungsi rekreasi ini adalah tidak selalu harus pergi ke
tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai
keseimbangan kepribadian masing-masing.

8) Fungsi perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-
tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.

9) Fungsi perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara intitusif merasakan
perasaan dan suasana anak dan anggota lain dalam berkomunikasi
dan interaksi antar semua anggota keluarga, sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.

2.1.6 Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.


2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing- masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

10
2.1.7 Tahap – Tahap Kehidupan
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing inProfesiidu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Kieluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa
aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus
terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga

11
lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk inProfesiidu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

12
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya)

2.2 Teori atau Konsep Dasar Komunitas


2.2.1 Pengertian Kebidanan Komunitas
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan
bidan dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku. Komunitas berasal dari
bahasa latin yaitu kommunis yang berarti kesamaan, publik ataupun banyak.
Istilah comunity dapat di terjemahkan sebagai masyarakat setempat yang
menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Komunitas di
gambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seseoprang tinggal beserta
aspek- aspek sosialnya.

13
Hubungan-hubungan inProfesiidu dalam sebuah komunitas akan
membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti kekuarga , konsep sehat , maupun sakit. Keyakinan
mereka ini akan di cerminkan daklam perilaku keluarga maupun di kelompok
tertentu.Hal ini merupakan dasar pemikiran mereka dalam pemeliharaan
kesehatan maupun perawatan ketika sakit. Masyarakat adalah sekelompok
manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaaan, tradisi, sikap dan
perasaan persatuan yang sama. Kebidanan komunitas adalah upaya
memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat baik inProfesiidu, keluaraga,
kelompok dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan Kesehatan ibu dan anak
(KIA), Keluarga berencana (KB), Kesehatan Reproduksi termasuk usia wanita.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas di dasarkan pada 4 konsep
utama dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat, lingkungan,
kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma
kebidanan dan paradigma sehat sehingga di harapkan tercapainya taraf
kesejahteraan hidup masyarakat.

2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komunitas

2.3.1 Definisi Asuhan Kebidanan Komunitas dalam Kontek Keluarga


Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.
Kebidanan berasal dari kata “Bidan”. Kebidanan adalah mencankup
pengetahuan yang dimilikai dan kegiatan pelayanan untuk menyelamtkan ibu
dan bayi, kebidanan merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban
umat manusia. Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan
kebidanan yang diakui oleh negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (registrasi) atau memiliki ijin yang
sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan.
Komunitas adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi atau daerah
atau area tertentu. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah
konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan masyarakat. Pelayanan

14
kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan
terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga dan masyarakat.

2.3.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Dikomunitas


1. Tujuan umum
Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan
perempuan diwilayah kerja bidan.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tangguang
jawab bidan
b. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan
nifas, dan perinatal secara terpadu Menurunkan jumlah kasus-kasus yang
berkaitan dengan resiko kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak
e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.

2.3.3 Metode Prioritas Masalah


Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau
prioritas masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat
digunakan dalam menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi
atas, Teknik Skoring dan Teknik Non Skoring, sebagai berikut : Teknik
scoring dapat digunakan apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat
terukur dan dapat dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap. Yang
termasuk teknik scoring dalam penetuan prioritas masalah, yakni:
1. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)
2. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)
3. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)
4. Metode Hanlon (nama penemu metode Hanlon)

15
2.4 Konsep Dasar Jaminan Kesehatan Nasional

2.4.1 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional


Jaminan Kesehatan nasional adalah bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. JKN yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan yang bersifat wajib berdasarkan UU No. 40 Tahun
2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Kepersertaannya wajib bagi seluruh penduduk Indonesia, dengan tujuan
agarsemua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
merekadapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
Seluruh penduduk Indonesia termasuk di dalamnya adalah populasi kunci yang
memang hak kesehatannya sesuai mandat UU ditanggung oleh negara. Hal ini
yang selalu ditekankan agar populasi kunci dapat memahami dan mengerti serta
berperanaktif dalam memenuhi hak individunya maupun hak kelompok terkait
kesehatannya.
Diharapkan dengan adanya JKN seluruh rakyat Indonesia dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan dasar. Populasi kunci yang rentan terhadap permasalahan
kesehatan dapat mengakses layanan-layanan yang ada sehingga meningkat
kualitas kesehatannya baik secara individu maupun secara kelompok.

2.4.2 Mengapa Perlu JKN


Dalam perjalanannya biaya kesehatan tiap-tiap penduduk dari hari ke hari
mengalami kenaikan, dan dengan perkembangan saat ini di mana telah terjadi
pergeseran pola penyakit dari infeksi ringan menjadi degeratif kronis (penyakitdi
mana fungsi organ atau struktur dari jaringan tubuh akan semakin memburuk dari
waktu ke waktu).

16
Keadaan atau kondisi sakit tentunya akan berdampak pada aspek sosial dan
ekonomi kehidupan seseorang. Sebagai ilustrasi sederhana jika seseorang
menderita sakit, ini akan menjadi risiko individu di mana ia harus melakukan
pembiayaan sendiri dengan jumlah yang tidak dapat diprediksi dan akan
berdampak pada perekonomian keluarga.
Jika hal itu diubah menjadi resiko kelompok dengan mekanisme asuransi
sosial yang bersifat wajib dengan prinsip gotong-royong dan iuran yang
terjangkau maka dampak manfaatnya akan lebih luas dan berkelanjutan.
Populasi kunci sebagai bagian dari masyarakat dengan asumsi berisiko tinggi
dalam permasalahan kesehatan akan sangat terbantu dengan adanya mekanisme
ini, di mana proteksi sosial ekonomi serta akses dalam masalah kesehatan lebih
terjaga walaupun masih tetap diperlukan perbaikan perbaikan dalam menuju
manfaat layanan kesehatan paripurna.

2.4.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan JKN


Prinsip-prinsip Pelaksanaan JKN mengacu pada prinsip pada SJSN.
1) Prinsip Kegotong-royongan
Prinsip gotong-royong berarti peserta yang mampu membantu peserta
yang kurang mampu. Peserta yang sehat membantu peserta yang sakit
atau berisiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena sistem ini bersifat
wajib bagiseluruh penduduk Indonesia..
2) Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS bukan untuk mencari
laba/keuntungan.Sebaliknya tujuan utama adalah memenuhi kebutuhan
peserta. Dana yangdikumpulkan dari peserta adalah dana amanat
sehingga pengembangannyaakan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta.
3) Prinsip Portabilitas
Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

17
4) Prinsip Kepersertaan Bersifat Wajib
Kepersertaan bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat
wajib, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
BPJS adalah salah satu lembaga sosial yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program-program seperti jaminan sosial yang ada di Indonesia.
Menurut UU No. 24 Tahun 2011 BPJS akan mengganti sejumlah lembaga-
lembaga jaminan sosial yang ada, seperti lembaga asuransi kesehatan PT Askes
Indonesia akan diganti menjadi BPJS Kesehatan. BPJS adalah badan hukum
publik milik negara yang non-profit dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Terdapat dua BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
1. Pertanggungjawaban BPJS
BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan
di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Apabila terjadi ketidaksepakatan atas besaran pembayaran,
Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang
diberikan.
Asosiasi fasilitas kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang
bersifat non medis seperti akomodasi. Misalnya: peserta yang menginginkan
kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya, dapat meningkatkan haknya
dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih
antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar
akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan Iuran biaya tambahan.
Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta Penerima Bantuan Iurna (PBI)

18
2. Undang – Undang (UU) Republik Indonesia:
• UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
• UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
3.2 Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia :
• Perpres RI No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan
• Perpres RI No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
• Perpres RI No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
• Perpres RI No. 108 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan engelolaan
Program Jaminan Sosial
• Perpres RI No. 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepersertaan Program
Jaminan Sosial
• Perpres RI No. 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu
berkaitan dengan Kegiatan
• Perpres RI No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana
Kapitasi JKN
• Perpres RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres No.
12 Tahun 2013
• Perpres RI No. 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Perpres No.12
Tahun 2013
3. Kepesertaan
Perpres RI No. 111 Tahun 2013 Pasal 6 menyatakan: Kepesertaan Jaminan
Kesehatan bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Di
dalamUU SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta
jaminan kesehatan termasuk Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di
Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran
jaminan kesehatan.
Bagi yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan
persentase upah/gaji yang dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja. Bagi yang
tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan dengan nilai nominal

19
tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu membayar iuran
maka iurannya ditanggung oleh pemerintah.

a. Kepesertaan Mandiri
Peserta mandiri adalah bukan penerima bantuan iuran, yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
1) Pekerja Penerima Upah
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi
kerja dengan menerima upah atau gaji:
• Pegawai Negeri Sipil
• Anggota TNI/ Polri
• Pejabat Negara
• Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
• Pegawai Swasta
• Pekerja yang tidak termasuk di atas yang menerima upah.
Pekerja penerima upah dapat menyertakan anggota keluarga yang lain
sepertiyang dijelaskan dalam Perpres No. 12 tahun 2013, Pasal 5, yaitu:
• Suami/istri yang sah dari peserta.
• Anak kandung/anak tiri dan atau anak angkat yang sah dari peserta.
Dengan kriteria:
- Tidak atau belum menikah atau mempunyai penghasilan sendiri.
- Belum berusia 21 tahun atau 25 tahun yang masih melanjutkan

20
pendidikan formal. Bagi pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) atau disabilitas tetap terdapat mekanisme yang telah diatur
yaitu: Bagi pekerja yang dalam masa enam bulan tidak mampu kembali
bekerja akan dimasukkan dalam kategori PBI sedangkan yang dalam
jangka waktu enam bulan dapat bekerja kembali dapat memperpanjang
status dan melanjutkan pembayaran iuran
2) Pekerja Bukan Penerima Upah
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia
paling singkat enam bulan.
• Notaris/Pengacara/LSM dan sebagainya
• Dokter praktik swasta/Bidan swasta dan sebagainya
• Pedagang/Penyedia Jasa dan sebagainya
• Petani/Peternak/Nelayan dan sebagainya
• Pekerja Mandiri lainnya
3) Bukan pekerja
• Investor
• Pemberi kerja
• Penerima pensiun
• Veteran
• Perintis kemerdekaan
• Bukan pekerja yang tidak termasuk kriteria di atas
b. Bayi yang baru lahir
Bayi dapat didaftarkan terhitung sejak terdeteksi adanya denyut jantung bayi
dalam kandungan, yang dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dokter
atau bidan. Surat keterangan dokter paling sedikit mengandung informasi
mengenai deteksi denyut jantung, usia bayi dalam kandungan, dan hari perkiraan
lahir. Mengisi formulir daftar isian peserta seperti pendaftaran perorangan
dan diserahkan ke kantor BPJS terdekat. Iuran pertama dilakukan paling cepat
setelah bayi dilahirkan dalam keadaan hidup dan paling lambat 30 hari kalender
setelah perkiraan lahir.

21
4. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota
keluarganya. JKN terdiri dari dua jenis, yaitu: Manfaat medis berupa layanan
kesehatan yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan dan manfaat
non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk
pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang diatur oleh
BPJS Kesehatan.
Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Termasuk pelayanan obat dan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan medis. Manfaat pelayanan preventif dan promotif meliputi:
• Penyuluhan kesehatan perorangan
• Imunisasi dasar
• Keluarga berencana
• Skrining kesehatan
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a. Pelayanan di luar prosedur
b. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
c. Pelayanan bertujuan kosmetik
d. General check-up/pengobatan alternatif
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan
f. Pelayanan kesehatan saat bencana
g.Percobaan bunuh diri penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa
diri/bunuh diri/narkoba.

Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi:


a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
1) Administrasi kesehatan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

22
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Tranfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan


mencakup:

1. Rawat jalan yang meliputi:


a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialistik
dan subspesial
c. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e. Pelayanan alat kesehatan implan
f. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis
g. Rehabilitasi medis
h. Pelayanan darah
i. Pelayanan dokter forensik
j. Pelayanan jenasah di fasilitas kesehatan
2. Rawat inap yang meliputi :
a. Perawatan inap non intensif
b. Perawatan inap di ruang intensif
c. Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri
Hal yang menjadi dasar dalam penerimaan manfaat disini adalah perbedaan
besaran iuran tidak akan menyebabkan perbedaan dalam menerima layanan medis
termasuk obat-obatan, tetapi yang akan menjadi pembeda hanyalah ruangan atau
kelas dalam fasilitas rawat inap. Alur Layanan JKN Sistem rujukan pelayanan
kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada JKN yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horisontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan dan seluruh fasilitas kesehatan.

23
2.5 Manajemen Kebidanan

2.5.1 Pendokumentasian SOAP

Dokumentasi kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan


oleh bidan setelah memberi asuhan kepada pasien, merupakan informasi
lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan
asuhan keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang
diterimanya. Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan
SOAP. Catatan SOAP terdiri atas 4 langkah yang disarikan dari proses pemikiran
penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien
dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan. SOAP adalah catatan yang
tertulis secara singkat, lengkap, dan bermanfaat buat bidan atau pemberi asuhan
yang lain.

24
Penggunaan SOAP dalam asuhan ibu hamil cacatan SOAP ditulis satu
kali setiap kunjungan. Sementara bagi ibu dengan intrapartum, SOAP dibuat
lebih dari satu catatan untuk satu orang perhari.Langkah-langkah
pendokumentasian SOAP :
1) Subyektif (S) :Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan
klien.
2) Obyektif (O) : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan
oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.
3) Analisa (A) :Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan
obyektif
4) Penatalaksanaan (P) :Perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan
kesimpulan yang telah dibuat. Pendokumentasian dianggap penting
karena metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis
yang mengorganisasi penemuan dan kesimpulan untuk menjadi suatu
rencana asuhan. Metode ini merupakan penyaringan inti sari dari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan urut-urutan yang dapat
membantu dalam mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.

25
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Tn. M di Kp. Cicadas RT 003/004 Ds.


Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat.
3.1 Kunjungan
Pada bab ini penulis melakukan pengkajian data atas nama Tn. M yang
dijadikan sebagai keluarga binaan oleh penulis dalam pelayanan praktek
kebidanan komunitas. Penulis melakukan pengkajian pada klien dengan metode
penulisan pada tinjauan kasus ini menggunakan asuhan kebidanan metode SOAP.
Data Subjektif :
Tn. M sebagai kepala keluarga, agama islam, suku sunda, pekerjaan Petani, alamat di
Kp. Cicadas RT 002/004 Kel. Babakan Madang Kec. Babakan Madang Kab. Bogor
Prov. Jawa Barat. Keluhan utama : Tn M mengatakan ingin memiliki jaminan Kesehatan
nasional, akan tetapi Tn M belum mengerti bagaimana caranya. Riwayat penyakit saat ini
tidak ada, Pada pola eliminasi, BAB lancar 2 kalisehari, konsistensi lembek dan
berwarna kecokelatan, Frekuensi BAK ≥ 6 kalisehari, lancar, warna jernih saat BAK.
Data Objektif :
Dari hasil pemeriksaan umum pada Tn. M terdapat keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, suhu : 36,60C, pernafasan : 23 x/menit, nadi 84x/menit.

26
Analisa :
Dari hasil interprestasi data pada Tn. M penulis mendapatkan diagnosa
kebidanan pada Tn. M usia 43 Tahun, masalah bagaimana mendaftar agar
memiliki jaminan sosial , Asuhan yang diberikan dilakukan pemeriksaan kepada
Tn M dan dilakukan pendataan . Dari hasil yang didapat penulis langsung
melakukan tindakan yaitu penyuluhan mengenai jaminan kesehatan nasional
Perencanaan:
yang bisa dilakukan adalah informasikan kepada Tn. M tentang hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, memberitahu kepada Tn. M penyuluhan
mengenai Jaminan Kesehatan Naional yang akan diikutksertakan serta manfaat
nya. Pelaksanaan yang telah dilakukan, yaitu menginformasikan kepada Tn. M
tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, m e ng ingatkan kepada Tn. M
tentang manfaat jaminan kesehatan. melakukan pendokumentasian. Evaluasi yang
telah didapatkan dari Tn. M, yaitu : telah mengetahui hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan, akan memenuhi persyaratan untuk mendaftar agar memiliki
jaminan kesehatan.

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktek dengan teori


belajar lapangan di Lahan praktek kp Cicadas RT 003/004 Ds. Babakan Madang
Kec. Babakan madang Kab. Bogor Prov. Jawa Barat khususnya pada keluarga Tn.
M. Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil
pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan Langkah - langkah pemecahan
masalah bersama keluarga Tn. M sesuai dengan prioritas masalah.
4.1 Pengumpulan Data
Pada tahap pengkajian ini data diperoleh melalui observasi dan wawancara
yang dilakukan secara kunjungan rumah. Menurut Andreas, (2015) pengumpulan
data diperoleh dari data subjektif dan data objektif.
4.1.1 Data Subjektif
Data subyektif diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada Tn. M.
Menurut Andreas (2015). Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif ini
diperoleh dengan anamnesa terhadap klien. Penulis melakukan pengkajian data
subjektif pada Tn. M berdasarkan proses pengkajian melalui wawancara dan
observasi lingkungan rumah Tn. M Berdasarkan hasil pengkajian data
subjektif pada keluarga Tn M didapatkan bahwa dan didapatkan dari informasi
Tn. M tidak memiliki bpjs Dengan demikian penulis telah melakukan
pengumpulan data subjektif menggunakan metode yang sesuai dengan teori maka
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek Tn M mengerti bagaimana
mengurus bpjs.
4.1.2 Data Objektif
Menurut Andreas (2015) data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan
diukur, fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema,
berat badan, tingkat kesadaran. Penulis melakukan pemeriksaan fisik pada Tn M

28
secara keseluruhan normal. Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan
data objektif menggunakan metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.
4.2 Analisa Data
Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalammelihat
perkembangan kesehatan keluarga, yaitu:
1. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.
2. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan.
3. Karakteristik keluarga.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, langkah berikutnya
yaitu menganalisa data yaitu menentukan masalah yang dialami oleh keluarga
Tn.M Masalah kesehatan yang dialami keluarga Tn. M yaitu tidak memiliki bpjs .
Dengan demikian analisa data dilakukan sesuai dengan teori sehingga
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
4.3 Perumusan Masalah
Setelah analisa data, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
kesehatan dalam keluarga Tn M. Bagian rumusan masalah berisi tentang masalah
masalah yang hendak dipecahkan yaitu:
1. Berikan ibu penyuluhan manfaat jaminan sosial
2. Beritahu ibu untuk melakukan pengecekan dan kelengkapan data
3. Memberitahukan alur pendaftaran bpjs bagi bayi
Dilakukan intervensi terhadap Tn. M yaitu konseling Jaminan kesehatan
dan penyuluhan . Selain itu dilakukannya. Penentuan perumusan masalah sudah
sesuaiteori sehingga tidak ditemukan kesenjang antara teori dengan praktik.

29
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
BPJS adalah salah satu lembaga sosial yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program-program seperti jaminan sosial yang ada di Indonesia.
Menurut UU No. 24 Tahun 2011 BPJS akan mengganti sejumlah lembaga-
lembaga jaminan sosial yang ada, seperti lembaga asuransi kesehatan PT Askes
Indonesia akan diganti menjadi BPJS Kesehatan. BPJS adalah badan hukum
publik milik negara yang non-profit dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Terdapat dua BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mengajukan beberapa saran, antara lain :
1. Untuk Penulis
Mendapatkan pengalaman menerapkan asuhan kebidanan pada keluarga yang
tidak memiliki jaminan Kesehatan sehingga nantinya pada saat bekerja di
lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada akhirnya meningkatkan
mutu pelayanan yang akan d i b e r i k a n perkembangan ilmu pengetahuan
yang diperolehnya di dalam kelas.
2. Untuk Keluarga Binaan
Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi keluarga
Tn M dalam menjalankan program yang telah disusun secara bersama dan
terus dikembangkan guna mewujudkan keluarga yang sehat, sejahtera dan
terwujudnya keluarga yang sehat
3. Untuk Institusi Pendidikan
Agar lebih memperbanyak literatur - literatur khususnya buku - buku
kebidanan menurut Varney sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan
dapat menerapkan asuhan

30
kebidanan pada pasien. Dapat menyatukan persepsi dalam penyusunan asuhan
kebidanan dengan SOAP.
4. Untuk Mahasiswa
Agar tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan kebidanan telah ada,
dan selalu menerapkan teori-teori yang telah didapatkan dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Sehingga tetap tercermin citra bidan yang profesional.

31
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI (Situasi dan Analisis ASI Eksklusif).
Maritalia. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Purwanti, H.S. 2016. Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Bidan.
EGC. Jakarta.
Roesli, U. 2015. Manfaat ASI dan Menyusui. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Wiji, R.N. 2015. ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Nuha
Medika.Yogyakarta
https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/BUKU_PANDUAN_JKN_BAGI_PO

PULASI_KUNCI_2016.pdf

Kumpulan pertanyaan terkait identitas kependudukan dan JKN BPJS, oleh


Edi Sugiarto, Derap Project 2016
- Panduan layanan Bagi peserta BPJS Kesehatan
- Panduan Praktis Program Rujuk Balik Bagi peserta JKN
- Panduan Praktis Sistim Rujukan Berjenjang
- Panduan Teknis Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial , Tahun
2014
- Permenkes No:99, Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan
Nasional, Tahun 2015
- Perpres No: 101 Tentang Penerima Bantuan Iuran Kesehatan , Tahun 2012
- Perpres No: 12 Tahun 2013 Tentang jaminan kesehatan
- Perpres RI Nomor 12, Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Nasional
- Peraturan Pemerintah RI Nomor 76, Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 101, Tahun 2012
- PMK No: 27 Tentang Juknis INA CBGs Tahun 2014
- PMK No: 59 Tentang standart Tarif JKN , Tahun 2014

32
- PMK No: 71 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional,
Tahun 2013
- Presentasi Pelayanan Adminduk Dinas Kependudukan dan catatan sipil DKI,
Tahun 2016
- Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 , Tahun 201

33
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA TN. “F” USIA 5 BULAN

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS (Biodata)

Nama : Tn. M

Umur : 43 Th

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat Rumah : Kp Cicadas RT 003/004 Ds babakan madang


Kec. Babakan madang Kab. Bogor Prov. Jawa
Barat.

34
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
Pada tanggal 15 juni 2022 Pukul 10.00 WIB
1. Keluhan Utama : Tn M mengatakan tidak ada keluhan,

2. Riwayat Penyakit : Tidak Ada

3. Pola Eliminasi
a. BAK : ≥ 6 kali sehari, warna jernih, lancar
b. BAB : 2 kali sehari, lembek, warna
kecokelatan

35
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

• Keadaan Umum : Baik

• Suhu : 36,6 0C

• Pernafasan : 23 x/menit

• Nadi : 83 x/menit

• Pemeriksaan Fisik Secara

Sistematis :

• Kepala : tidak ada kelainan

• Muka : normal, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan

• Mata : normal, simetris, tidak ada kelainan, sklera tidak


ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
tanda infeksi, refleks glabellar +

• Telinga : normal, simetris, tidak ada kelainan, tidak ada


pengeluaran cairan

36
• Mulut : normal, tidak ada kelainan, tidak ada labioskizis,
tidak ada labiopalatoskizis, refleks rooting +,
refleks sucking +

• Hidung : normal, tidak ada pengeluaran cairan

• Leher : normal, tidak kaku, tidak ada pembesaran


kelenjar tiroid, tidak ada kelainan, tidak ada
benjolan, refleks swallowing +, refleks tonic neck
+

• Dada : normal, simetris, tidak ada retraksi dada, tidak


ada wheezing, tidak ada stridor, tidak ada ronchi,
pada payudara simetris kiri dan kanan, tidak ada
gallop, tidak ada benjolan, tidak ada kelainan

• Abdomen : normal, tidak ada massa, tidak ada benjolan

• Punggung : normal, tidak ada benjolan, tidak ada scoliosis,


tidak ada lordosis, tidak ada kifosis, tidak ada
spina bifida, tidak ada kelainan

II. INTERPRESTASI DATA

Identifikasi Diagnosa, masalah dan kebutuhan :

A. Diagnosa : Tn M Usia 43 Tahun

37
B. Masalah : Tidak memiliki jkn

C. Kebutuhan : Konseling mengenai JkN

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

A. Diagnosa : Tn M Usia 43 th

B. Masalah Potensial : Tidak Ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


ATAU KOLABORASI

Tidak Ada

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH

38
kekebalan tubuh bayi terhadap berbagai macam jenis
penyakit yang mungkin dapat menyerang saat usia bayi
masih rawan terkena penyakit, selain untuk kekebalan
tubuh, ASI eksklusif juga bisa membuat perasaan bayi
menjadi nyaman, aman dan meningkatkan tingkat
emosional antara ibu dan bayi

1. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi yaitu seperti tidak


mau menyusu, demam tinggi, sulit bernafas, mata
bengkak atau mengeluarkan cairan, bayi merintih atau
menangis terus menerus, kulit dan mata bayi kuning dan
feses bayi saat BAB berwarna pucat

2. Berikan Ibu Asuhan Komplementer, yaitu

 Afirmasi Positif agar Ibu semangat untuk dapat


memberikan ASI Eksklusif.

 Mengajarkan anggota keluarga untuk melakukan


pijat oksitosin

 Memberitahukan kepada ibu manfaat dan cara


pengolahan daun sintrong ( daun bangun-bangun )
untuk membantu memperbanyak produksi ASI.

3. Lakukan pendokumentasian

VI. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI

1. Melakukan Pemeriksaan Fisik Pada Bayi

2. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


keadaan bayi masih dalam batas normal

39
3. Memberitahu ibu agar menyusui bayinya sesering
mungkin, bila tidak keluar bisa dirangsang dan
mengajarkan cara perawatan payudara

4. Melakukan konseling tentang ASI Eksklusif yaitu ASI yang


diberikan selama 6 bulan tanpa makanan pendamping
dikarenakan dapat membantu menjaga kesehatan dan
kekebalan tubuh bayi terhadap berbagai macam jenis
penyakit yang mungkin dapat menyerang saat usia bayi
masih rawan terkena penyakit, selain untuk kekebalan
tubuh, ASI eksklusif juga bisa membuat perasaan bayi
menjadi nyaman, aman dan meningkatkan tingkat
emosional antara ibu dan bayi

5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi yaitu seperti


tidak mau menyusu, demam tinggi, sulit bernafas, mata
bengkak atau mengeluarkan cairan, bayi merintih atau
menangis terus menerus, kulit dan mata bayi kuning dan
feses bayi saat BAB berwarna pucat

6. Berikan Ibu Asuhan Komplementer, yaitu

 Afirmasi Positif agar Ibu semangat untuk dapat


memberikan ASI Eksklusif.

 Mengajarkan anggota keluarga untuk melakukan


pijat oksitosin

 Memberitahukan kepada ibu manfaat dan cara


pengolahan daun sintrong ( daun bangun-bangun )
untuk membantu memperbanyak produksi ASI.

7. Melakukan pendokumentasian

VII. EVALUASI

40
1. Telah dilakukan Pemeriksaan Fisik pada Bayi

2. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan fisik yang telah


dilakukan pada Bayinya.

3. Ibu telah mengerti anjuran yang diberikan oleh Bidan dan


bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan telah
mengerti cara melakukan perawatan payudara

4. Ibu telah mengerti penjelasan yang diberikan oleh Bidan


dan akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

5. Ibu telah mengerti penjelasan yang diberikan oleh Bidan


tentang tanda bahaya bayi

6. Ibu dan keluraga telah mengerti dan lebih bersemangat


serta yakin bisa menyusui bayinya

secara ASI Eksklusif

7. Telah dilakukan pendokumentasian

41
LAMPIRAN 2 : SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Pokok Bahasan : Jaminan Kesehatan Nasional


Hari/tanggal : 15 Juni 2022
Jam/waktu : 10.00 WIB s/d selesai
Sasaran : Ibu Nifas
Penyuluh : Yayah khoeriah
Tempat : Posyandu

1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah mendapatkan penjelasan tentang JKN ibu nifas selama 10 menit,
diharapkan pasien dapat mengerti dan memahami tentang manfaat JKN

2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mendapatkan penjelasan tentang JKN diharapkan klien mampu:
1. Klien dapat mengerti tentang JKN
2. Klien mengerti dan paham manfaat JKN
3. Klien mengerti dan paham keunggulan JKN
4. Klien dapat mengerti Kerugian bila tidak mengikuti JKN
5. Klien dapat mengerti upaya – upaya alur pendaftaran JKN

3. Metode
- Ceramah

- Tanya jawab

4. Media dan Alat Peraga

- Leaflet

- Lembar balik

42
5. Proses Kegiatan penyuluhan

jam Kegiatan Respon Waktu


10.00 Pendahuluan 5 Menit
Membalas salam Mendengarkan
sd a) Menyampaikan salam
Memberi respon Menjawab soal
10.05 b) Menjelaskan tujuan
c) Kontrak waktu
d) Tes awal

10.05 Inti Mendengarkan dengan penuh 10 Menit

Sd a) Pengertian JKN perhatian


10.15 b) manfaat JKN
c) keunggulan JKN
d) Kerugian tidak
mengikuti JKN

10.15 Penutup 5 Menit

sd a. Tanya jawab a) Menanyakan yang belum jelas


10.20 b. Tes akhir b) Aktif Bersama
c. Menyimpulkan hasil c) Menyimpulkan
penyuluhan
d. Memberi salam d) Membalas salam

penutup

43
LAMPIRAN 3
MATERI PENYULUHAN

2.4.4 Prinsip-prinsip Pelaksanaan JKN


Prinsip-prinsip Pelaksanaan JKN mengacu pada prinsip pada SJSN.
5) Prinsip Kegotong-royongan
Prinsip gotong-royong berarti peserta yang mampu membantu peserta
yang kurang mampu. Peserta yang sehat membantu peserta yang sakit
atau berisiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena sistem ini bersifat
wajib bagiseluruh penduduk Indonesia..
6) Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS bukan untuk mencari
laba/keuntungan.Sebaliknya tujuan utama adalah memenuhi kebutuhan
peserta. Dana yangdikumpulkan dari peserta adalah dana amanat
sehingga pengembangannyaakan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta.
7) Prinsip Portabilitas
Prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan
kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8) Prinsip Kepersertaan Bersifat Wajib


Kepersertaan bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat
wajib, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
BPJS adalah salah satu lembaga sosial yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program-program seperti jaminan sosial yang ada di Indonesia.
Menurut UU No. 24 Tahun 2011 BPJS akan mengganti sejumlah lembaga-
lembaga jaminan sosial yang ada, seperti lembaga asuransi kesehatan PT Askes
Indonesia akan diganti menjadi BPJS Kesehatan. BPJS adalah badan hukum
publik milik negara yang non-profit dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Terdapat dua BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

44
6. Pertanggungjawaban BPJS
BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan
di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Apabila terjadi ketidaksepakatan atas besaran pembayaran,
Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang
diberikan.
Asosiasi fasilitas kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang
bersifat non medis seperti akomodasi. Misalnya: peserta yang menginginkan
kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya, dapat meningkatkan haknya
dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih
antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang harus dibayar
akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan Iuran biaya tambahan.
Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta Penerima Bantuan Iurna (PBI)

7. Undang – Undang (UU) Republik Indonesia:


• UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
• UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
3.2 Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia :
• Perpres RI No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan
• Perpres RI No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
• Perpres RI No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
No. 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
• Perpres RI No. 108 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan engelolaan
Program Jaminan Sosial
• Perpres RI No. 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepersertaan Program

45
Jaminan Sosial
• Perpres RI No. 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu
berkaitan dengan Kegiatan
• Perpres RI No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana
Kapitasi JKN
• Perpres RI No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres No.
12 Tahun 2013
• Perpres RI No. 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Perpres No.12
Tahun 2013
8. Kepesertaan
Perpres RI No. 111 Tahun 2013 Pasal 6 menyatakan: Kepesertaan Jaminan
Kesehatan bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia. Di
dalamUU SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib menjadi peserta
jaminan kesehatan termasuk Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di
Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus membayar iuran
jaminan kesehatan.
Bagi yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan
persentase upah/gaji yang dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja. Bagi yang
tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan dengan nilai nominal
tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu membayar iuran
maka iurannya ditanggung oleh pemerintah.

Gambar 1.1 Kepesertaan BPJS

46
a. Kepesertaan Mandiri
Peserta mandiri adalah bukan penerima bantuan iuran, yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
4) Pekerja Penerima Upah
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi
kerja dengan menerima upah atau gaji:
• Pegawai Negeri Sipil
• Anggota TNI/ Polri
• Pejabat Negara
• Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
• Pegawai Swasta
• Pekerja yang tidak termasuk di atas yang menerima upah.
Pekerja penerima upah dapat menyertakan anggota keluarga yang lain
sepertiyang dijelaskan dalam Perpres No. 12 tahun 2013, Pasal 5, yaitu:
• Suami/istri yang sah dari peserta.
• Anak kandung/anak tiri dan atau anak angkat yang sah dari peserta.
Dengan kriteria:
- Tidak atau belum menikah atau mempunyai penghasilan sendiri.
- Belum berusia 21 tahun atau 25 tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal. Bagi pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) atau disabilitas tetap terdapat mekanisme yang telah diatur
yaitu: Bagi pekerja yang dalam masa enam bulan tidak mampu kembali
bekerja akan dimasukkan dalam kategori PBI sedangkan yang dalam
jangka waktu enam bulan dapat bekerja kembali dapat memperpanjang
status dan melanjutkan pembayaran iuran
5) Pekerja Bukan Penerima Upah
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia
paling singkat enam bulan.
• Notaris/Pengacara/LSM dan sebagainya
• Dokter praktik swasta/Bidan swasta dan sebagainya
• Pedagang/Penyedia Jasa dan sebagainya

47
• Petani/Peternak/Nelayan dan sebagainya
• Pekerja Mandiri lainnya
6) Bukan pekerja
• Investor
• Pemberi kerja
• Penerima pensiun
• Veteran
• Perintis kemerdekaan
• Bukan pekerja yang tidak termasuk kriteria di atas
b. Bayi yang baru lahir
Bayi dapat didaftarkan terhitung sejak terdeteksi adanya denyut jantung bayi
dalam kandungan, yang dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dokter
atau bidan. Surat keterangan dokter paling sedikit mengandung informasi
mengenai deteksi denyut jantung, usia bayi dalam kandungan, dan hari perkiraan
lahir. Mengisi formulir daftar isian peserta seperti pendaftaran perorangan
dan diserahkan ke kantor BPJS terdekat. Iuran pertama dilakukan paling cepat
setelah bayi dilahirkan dalam keadaan hidup dan paling lambat 30 hari kalender
setelah perkiraan lahir.

9. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional


Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota
keluarganya. JKN terdiri dari dua jenis, yaitu: Manfaat medis berupa layanan
kesehatan yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan dan manfaat
non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk
pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang diatur oleh
BPJS Kesehatan.
Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Termasuk pelayanan obat dan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan medis. Manfaat pelayanan preventif dan promotif meliputi:
• Penyuluhan kesehatan perorangan
• Imunisasi dasar

48
• Keluarga berencana
• Skrining kesehatan
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada
manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a. Pelayanan di luar prosedur
b. Pelayanan di luar fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
c. Pelayanan bertujuan kosmetik
d. General check-up/pengobatan alternatif
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan
f. Pelayanan kesehatan saat bencana
g.Percobaan bunuh diri penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa
diri/bunuh diri/narkoba.

Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi:


a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
1) Administrasi kesehatan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Tranfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

Bogor, 15 Juni 2022


Dosen Pamong

(Dewi Kurniati, S.ST, M.Keb)

49
LAMPIRAN 4

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ny U
Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor , 17 Juli 1990
Alamat : Di Kp. Cicadas RT 002/004 Kel. Babakan Madang
Kec. Babakan Madang Kab. Bogor Prov. Jawa
Barat
Dengan ini saya menyatakan SETUJU / MENOLAK untuk dilakukan kegiatan
keluarga binaan yang berhubungan dengan penyuluhan.

Bogor, 15 Juni 2022

Pelaksana Kegiatan Yang Membuat Pernyataan

(Yayah Khoeriah ) ( )

50
LAMPIRAN 5 : LEAFLET

51
LAMPIRAN 6 : DOKUMENTASI

52

Anda mungkin juga menyukai