Anda di halaman 1dari 69

Tugas Akhir

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI


EKSLUSIF SESUAI STANDAR DI PUSKESMAS TALANG
RATU KOTA PALEMBANG TAHUN 2020

Oleh:

Arif Rifai, S. Ked

712019003

Dosen Pembimbing :

Drg. Dientyah Nur Anggina, MPH

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI


EKSLUSIF SESUAI STANDAR DI PUSKESMAS TALANG
RATU KOTA PALEMBANG TAHUN 2020

Dipersiapkan dan disusun oleh

Arif Rifai, S.Ked

712019003

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

Ujian di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Palembang, Juni 2021

Menyetujui :

Drg. Dientyah Nur Anggina, MPH

Pembimbing dan Penguji

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Upaya Peningkatan Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Sesuai Standar di
Puskesmas Talang Ratu Kota Palembang Tahun 2020”, sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian tugas akhir ini,
penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak,
baik yang diberikan secara lisan maupun tulisan. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dinas Kesehatan Kota Palembang, atas kesempatan untuk melaksanakan kegiatan


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. Puskesmas Talang Ratu Palembang.
3. Drg. Dientyah Nur Anggina, MPH selaku Pembimbingdan Penguji Klinik.
4. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin.

Palembang,Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................. vi
DAFTAR DIAGRAM............................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang................................................................................ 1
1.2. RumusanMasalah........................................................................... 2
1.3. TujuanPenelitian............................................................................ 2
1.3.1. TujuanUmum.................................................................. 2
1.3.2. TujuanKhusus................................................................. 2
1.4. ManfaatPenelitian.......................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. ASI Ekslusif................................................................................... 5
2.11. Definisi............................................................................ 5
2.1.2. Manfaat ASI................................................................... 6
2.1.3. Komponen ASI............................................................... 8
2.1.4. Komposisi ASI............................................................... 9
2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI.................. 9
2.2. Puskesmas...................................................................................... 11
2.2.1. Definisi........................................................................... 11
2.2.2. Tujuan............................................................................ 12
2.2.3. Wewenang...................................................................... 13
2.3. Upaya Kesehatan Puskesmas......................................................... 13
2.4. Puskesmas...................................................................................... 14

IV
2.4.1. Definisi........................................................................... 14
2.4.2. Ciri-Ciri Perencanaan..................................................... 15
2.4.3. Macam-Macam Perencanaan......................................... 16
2.4.4.Tujuan Perencanaan......................................................... 17
2.4.5. Manfaat Perencanaan..................................................... 17
2.4.6. Tahap Penyusunan PTP.................................................. 18
2.5. Sustainable Development Goals (SDGs) ……………………….. 19

BAB III. PROFIL PUSKESMAS TALANG RATU PALEMBANG


3.1. Letak Geografi............................................................................... 21
3.2. Gambaran Umum........................................................................... 22
3.3. Keadaan Demografi....................................................................... 24
3.4. Situasi upaya kesehatan ................................................................ 24
3.5. Program yang dilaksanakan........................................................... 25
3.6. Tabel 10 Penyakit Terbanyak........................................................ 26
3.7. Capaian Indikator........................................................................... 27

BAB IV. PEMBAHASAN


4.1. Identifikasi Masalah....................................................................... 32
4.2. Penentu PrioritasMasalah.............................................................. 34
4.3. Rumusan Masalah.......................................................................... 36
4.4. Akar Penyebab Masalah ............................................................... 37
4.4.1. Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Metode Fishbone...... 37
4.4.2. Identifikasi Penyelesaian Masalah Prioritas.......................... 38
4.5. Penentuan PrioritasPenyebab......................................................... 39
4.6. Alternatif Pemecahan Masalah...................................................... 41
4.7. Rencana Usulan Kegiatan.............................................................. 44
4.8. Rencana Pelaksanaan Kegiatan..................................................... 46

V
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 48
5.2. Saran ...........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 39

VI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Millenium Development Goals (MDG ́s) terdiri dari delapan pokok
bahasan, salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB). Pada
tahun 2015 Millenium Development Goals (MDG ś ) Indonesia menargetkan
penurunan sebesar 23 untuk angka kematian bayi dan balita dalam kurun waktu
2009-2015. Oleh sebab itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
angka kematian bayi dari 68 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup dan angka kematian balita dari 97 per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai target Millenium
Development Goals (MDG ́s) tahun 2015 dalam rangka menurunkan AKB, dapat
dilakukan salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif.1
World Health Organization (WHO), United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SKMenkes
No.450/Menkes./SK/IV/2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 0 sampai 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan
bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang
optimal, bayi usia 0 sampai 6 bulan pertama harus diberi ASI eksklusif.
Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu akan mulai memberikan
makanan pendamping ASI dan ASI dapat dilanjutkan hingga bayi berusia sampai
2 tahun.2
Menurut laporan UNICEF tahun 2011 dalam World Breastfeeding Week
(2012), sebanyak 136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya 32,6%
dari mereka yang mendapat ASI secara eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan
pertama. Hal tersebut menggambarkan cakupan pemberian ASI eksklusif di
bawah 80% dan masih sedikitnya ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Cakupan Bayi
dengan ASI Eksklusif, KementrianKesehatan menargetkanpeningkatan target
pemberian ASI eksklusifhingga 80%. Namun pemberian ASI eksklusifdi

1
Indonesia pada kenyataannya masih rendahhanya 74,5%. Dataprofil kesehatan
Indonesia, cakupan bayimendapat ASI eksklusif tahun 2018
sebesar68,74%.Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun
2019 yaitu sebesar 67,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra
tahun 2019 yaitu 50%. Di Sumatera Selatan didapatkan data sebesar 57,79%
cakupan bayi ASI eksklusif.3,4 
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).5
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung
protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari
ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,
protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori
lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan,
ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan
menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga
penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.6
Manfaat ASI begitu besar, namun masih banyak ibu yang tidak mau
memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dengan beragam alasan. Masih
rendahnya cakupan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi, baik di
perkotaan maupun pedesaan, dipengaruhi oleh banyak hal. Diantaranya
rendahnya pengetahuan dan kurangnya informasi pada ibu dan keluarga
mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif, tatalaksana rumah sakit ataupun
tempat bersalin lain yang seringkali tidak memberlakukan bed in (ibu dan bayi
berada dalam satu kasur) ataupun rooming-in (ibu dan bayi berada dalam satu
kamar atau rawat gabung), selain itu 82% ibu bekerja yang menganggap repot
menyusui dalam bekerja.7
Gencarnya promosi dan iklan susu botol memberi pengaruh pada ibu untuk
tertarik membelinya, terutama pada ibu dengan tingkat pengetahuan dan

2
pendidikan yang rendah. Pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi bayi sangat penting dalam menentukan keberhasilan pemberian
ASI eksklusif.1 Dalam suatu penelitian hambatan utama keberhasilan pemberian
ASI eksklusif adalah kurang sampainya pengetahuan tentang ASI dan cara
menyusui yang benar. Pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan cara
pemberian ASI yang benar akan menunjang keberhasilan menyusui.8
Indonesia menargetkan 80 % ibu menyusui memberikan ASI ekslusif selama
6 bulan kehidupan bayi dan diteruskan pemberian ASI bersama makanan
pendamping ASI (MP-ASI) sampai anak berumur 2 tahun. Berdasarkan data
Riskesdas cakupan pemberian ASI ekslusif pada tahun 2013 adalah 30,2 %.
Keberhasilan program pemberian ASI ekkslusif tidak hanya tergantung pada ibu
menyusui saja tetapi perlu dilaksanakan secara lintas sektor secara terpadu,
disamping itu diperlukan peran serta masyarakat. Dukungan dari berbagai pihak
sangat diperlukan diantaranya pihak manajemen, lingkungan kerja, organisasi
profesi termasuk Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dukungan politis, serta
pemberdayaan wanita.9
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin menganalisis masalah
rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Talang
Ratu Tahun 2021 yang belum mencapai target

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif sesuai
standard di Puskesmas Talang RatuTahun 2020?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui upayameningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif sesuai
standard di Puskesmas Talang RatuTahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Talang
Ratu Tahun 2020.

3
2. Mengetahui penyebab masalah rendahnya cakupan pemberian ASI
ekslusif sesuai standar di Puskesmas Talang Ratu tahun 2020.
3. Didapatkan penyelesaian masalah terpilih untuk meningkatkan
pemberian ASI ekslusif sesuai standar di Puskesmas Talang Ratu
tahun 2020.
4. Menyusu RUK unttuk meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif
sesuai standar di Puskesmas Talang Ratu tahun 2020.
5. Menyusun RPK untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif
sesuai standar di Puskesmas Talang Ratu tahun 2020.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu mencari penyebab dan cara pencapaian
pemberian ASI ekslusif sesuai standar di Puskesmas Talang Ratu.
2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ada.
3. Melatih kemampuan dalam menyusun Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) khusunya
mengenai pemberian ASI ekslusif.

1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas


Sebagai bahan kajian bagi Puskesmas dalam penentu kebijakan dalam
meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif sesuai standar di Puskesmas
Talang Ratu tahun berikutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI Ekslusif


2.1.1. Definisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. ASI eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).5,10
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Bayi yang baru lahir biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya.
Semakin bertambah usianya, waktu atau jarak antara menyusui akan meningkat
karena kapasitas perut mereka menjadi lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir
yang hanya mengenal susu formula akan memulai minum susu formula kira-
kira setiap 3 sampai 4 jam selama beberapa minggu pertama kehidupan.11
Pemberikan ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan
bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6
bulan, masa 6 bulan inilah yang di sebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi
memang belum diberi makanan selain susu untuk itu ibu harus memberikan
perhatian yang ekstra pada bayi. Seringkali kesalahan yang terjadi adalah
setelah masa ASI eksklusif dan bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan lain
selain ASI, ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan
dunia, bayi sebaiknya di sapih setelah 2 tahun usianya. Permasalahan ASI
eksklusif juga terjadi pada ibu yang bekerja, untuk itu pemerintah mencoba
memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif
boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya memberi jam
khusus untuk menyusui bayinya.12

5
2.1.2. Manfaat ASI
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu : aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,
neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.13,14
1) Bagi bayi: 14
a. Mengandung zat gizi yang sesuai bagi bayi
b. Mengandung zat protektif (kekebalan bayi yang memperoleh ASI
biasanya jarang mengalami sakit karena ASI mengandung zat
protektif, diantaranya adalah: laktobasilus bifidus, laktoferin,
antibodi, dan tidak menimbulkan alergi.
c. Mempunyai efek psikologis. Kontak langsung antara ibu dan bayi
ketika terjadi proses menyusui dapat menimbulkan efek psikologis
sehingga membangun kedekatan ibu dan bayinya. Hal ini sangat
penting untuk perkembangan psikis dan emosi bayi..
d. Menyebabkan pertumbuhan yang baik. Bayi yang mendapatkan
ASI akan mengalami peningkatan berat badan yang lebih
signifikan dan mengurangi resiko obesitas.
e. Mengurangi kejadian karies gigi. Kejadian karies gigi lebih banyak
ditemukan pada bayi yang menggunakan susu formula. Hal ini
disebabkan adanya kebiasaan menyusui dengan botol sebelum tidur
akan menyebabkan kontak gigi dengan sisa susu formula menjadi
lebih lama sehingga asam yang terbentuk akan menyebabkan
kerusakan pada gigi.
f. Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.
2) Bagi ibu:14
a. Aspek kontrasepsi. Hisapan mulut bayi pada puting susu
merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
b. Aspek kesehatan ibu. Hisapan bayi pada payudara akan
merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.

6
Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan. Mencegah kanker mamae pada ibu.
c. Aspek penurunan berat badan. Ibu yang menyusui eksklusif
ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan
semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui, tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak
yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai sehingga
berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum
hamil.
d. Aspek psikologis. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa
yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3) Bagi keluarga:
a. Aspek ekonomi. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat
digunakan untuk keperluan lain. Bayi yang mendapatkan ASI juga
jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b. Aspek psikologis. Kebahagiaan keluarga bertambah, karena
kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan
dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek kemudahan. Menyusui sangat praktis, karena dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot
menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta
minta pertolongan orang lain.14
4) Bagi Negara:14
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor
protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
b. Menghemat devisa Negara. ASI dapat dianggap sebagai kekayaan
nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat
devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk
membeli susu formula.

7
c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Subsidi untuk rumah sakit
berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat
ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi
nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk
perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang
dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu
formula.
d. Peningkatan kualitas generasi penerus. Anak yang mendapatkan
ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.1.3. Komponen ASI


Kandungan ASI nyaris taktertandingi. ASI mengandung zat gizi yang
secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri
dari:15
1) Laktosa
Merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting
sebagai sumber energi. Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa
dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem syaraf. Zat gizi
ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan
bayi.
2) Lemak
Merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi
utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di
ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam linoleat dan
asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan
DHA. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
3) Oligosakarida
Merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik
karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami
hidup dalam sistem pencernaan bayi.

8
4) Protein
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin,
triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses
ingatan

2.1.4. Komposisi ASI


1) Kolostrum
Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat dari masa laktasi. Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal.
Kolostrum merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan
mekoneum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya, mengandung kadar
protein yang tinggi terutamagama globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi, serta mengandung zat antibodi
sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi.
2) Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Disekresi
dari hari ke 4 sampai dengan hari ke 10 dari masa laktasi.10
3) Air susu matur
ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. Merupakan makanan
yang dianggap aman bagi bayi (Kristiyanasari, 2009)

2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI


1) Umur
Proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli
mengalami regresi yang dimulai pada usia 30 tahun. Sehingga dengan
proses tersebut payudara cenderung kurang menghasilkan air susu. Ibu
yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan
dengan ibu- ibu yang sudah tua.10
2) Tingkat pendidikan

9
Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih
mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Mereka yang
berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan
rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia
lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal yang
berhubungan dengan ASI Eksklusif.16
3) Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi
karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun
berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap
memberia ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang
benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan
lingkungan kerja. Status ibu bekerja tentu saja memilki dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak
tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Adapun jika ditinjau dari segi dampak negatif ibu bekerja dalam
pemberian ASI eksklusif adalah, terjadinya status gizi kurang atau gizi
buruk yang dialami balita sebagai akibat dari memendeknya durasi
pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu karena harus bekerja.17
4) Kepercayaan Ibu
adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan
dapat bersifat rasional dan irasional. Kepercayaan dibentuk oleh
pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan. Hal ini dimaksudkan bahwa
orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai pengetahuan tentang
hal itu.17
5) Penyuluhan / Konseling di Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan penyuluhan kesehatan adalah suatu pemberian
informasi melalui media komunikasi, informasi dan edukasi (panduan
penyuluh, 2003) dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama
dan prinsipil adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi
yang mendukung sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan
dapat menyusui bayinya dengan sukses.18

10
6) Dukungan Keluarga
Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan
tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia
harus menyusui sendiri bayinya.17
7) Inisiasi Menyusu Dini
Insiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setalah lahir. Bayi manusia seperti
halnya bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya
selama satu jam setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini
imi dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Hasil
penelitian Fika dan Syafiq, 2003 menunjukkan bahwa bayi yang diberi
kesempatan untuk menyusu dini hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI
eksklusif.19

2.2 Puskesmas
2.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.20
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatandi suatu
wilayah kerja.21

1.Unit PelaksanaTeknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan
unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.

2.Pembangunan Kesehatan

11
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauandan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.

3.Penanggung jawab Penyelenggaraan


Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan diwilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

4.Wilayah Kerja
S
ecara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
20
bertanggungjawab langsung kepada Dinas KesehatanKabupaten/Kota.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan


22
untuk mewujudkan masyarakat yang:

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baikin dividu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

2.2.2 Tujuan Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang: 21

12
1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3) Hidup dalam lingkungan sehat, dan
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

2.2.3 Wewenang Puskesmas

Dalam menyelenggarakan fungsi maka Puskesmas berwenang untuk:21

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah


kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
danupaya kesehatan berbasis masyarakat
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan, dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
dini dan respon penanggulangan penyakit.

13
2.3 Upaya Kesehatan Puskesmas

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan dua fungsi


utama yaitu upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama.20
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama meliputi :
a) pelayanan promosi kesehatan;
b) pelayanan kesehatan lingkungan;
c) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d) pelayanan gizi; dan
e) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2. Upaya kesehatan perseorangan (UKP)


UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan. tingkat pertama meliputi :
a) Rawat jalan
b) Pelayanan gawat darurat
c) Pelayanan satu hari (one day care)
d) Home care
e) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
 
2.4 Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)

2.4.1 Definisi Perencanaan

14
Perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang
akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan dengan
menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,
mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk
melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan
hasil yang dicapai terhadap target yang ditetapkan melalu pemanfaatan
umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.23

2.4.2 Ciri – Ciri Perencanaan

Perencanaan yang baik mempunyai beberapa ciri yang harus


diperhatikan. Ciri yang dimaksud secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut : 23

1) Bagian dari system administrasi


Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan
pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari system administrasi secara
keseluruhan.Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan
salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting.Pekerjaan
administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan
pekerjaan administrasi yang baik.
2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.Perencanaan yang dilakukan hanya
sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang
bekelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi
lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk
pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi
dengan perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya
telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan.
3) Berorientasi pada masa depan

15
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa
depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila
dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak
hanya pada saat ini tapi pada masa yang akan datang.

4) Mampu menyelesaikan masalah

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan


berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi.Penyelesaian
masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus
disesuaikan dengan kemampuan.

5) Mempunyai tujuan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang


dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian
secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih
spesifik.

6) Bersifat mampu kelola

Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola,


dalam arti bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta
telah disesuaikan dengan sumber daya.Perencanaan yang disusun
tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan
sumberdaya, bukanlah perencanaan yang baik.

2.4.3 Macam-macam Perencanaan

Perencanaan banyak macamnya.Untukkeberhasilan pekerjaan


perencanaan, perlulah dipahami berbagai macam perencaan tersebut. Macam
perencanaan yang dimaksud adalah:23

1) Ditinjau dari jangka waktu berlakukanya rencana


a. Perencanaan jangka panjang

16
b. Perencanaan jangka menengah
c. Perencanaan jangka pendek
2) Ditinjau dari frekuensi penggunaan
a. Digunakan satu kali
b. Digunakan berulang kali
3) Ditinjau dari tingkatan rencana
a. Perencanaan induk
b. Perencanaan operasional
c. Perencanaan harian
4) Ditinjau dari filosofi perencanaan
a. Perencanaan memuaskan
b. Perencanaan optimal
c. Perencanaan adaptasi
5) Ditinjau dari orientasi waktu
a. Perencanaan berorientasi masa lalu-kini
b. Perencanaan berorientasi masa depan
c. Perencanaan kebijakan
6) Ditinjau dari ruang lingkup
a. Perencanaan strategic
b. Perencanaan taktis
c. Perencanaan menyeluruh
d. Perencanaan terpadu

2.4.4 Tujuan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)

a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen di puskesmas dalam
menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azas
penyelenggaraannya.23

b. Tujuan Khusus

17
1. Tersusunnya rencana usulan kegiatan (RUK) puskesmas untuk
tahun berikurnya dalam upaya mengatasi masalah atau
sebagian masalah kesehatan masyarakat.
2. Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) setelah
diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalan
dari berbagai sumber.

2.4.5 Manfaat Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)23

1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan


upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan
potensi yang ada.

2.4.6 Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas

a. Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-
tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :21
1. Kepala puskesmas membentuk tim penyusun perencanaan tingkat
puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas
2. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan
tingkat puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman
tersebut demi keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan
propinsi dan departemen kesehatan.
b. Tahap Analisis Situasi

18
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh infomasi mengenai
keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui
proses analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah
disusun oleh kepala puskesmas melakukan pengumpulan data. Ada
dua kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan
data khusus.23

c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar
masalah yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target,
pencapaian, dan masalah yang ditemukan.22
2. Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi
masalah, ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu
dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila
tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan
kriteria lain. Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat
mempergunakan berbagai macam metode seperti metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat
untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.
Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan
perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10.
Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.22
3. Mencari Akar Penyebab Masalah
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya
dicari akar penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah
agar dikonfirmasi dengan data di Puskesmas. Beberapa metode
yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah
yaitu:21

19
a. Diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/
fish bone).
b. Pohon Masalah (Problem Trees).
4. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului
brainstorming (curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan
dapat digunakan tabel cara pemecahan masalah. Langkah-
langkah pemecahan masalah sebagai berikut: 22
1) Brainstorming (curah pendapat).
Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat
tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap
anggota tim dalam periode waktu yang singkat dan bebas
dari kritik.
2) Kesepakatan di antara anggota tim, berdasarkan hasil dari
curah pendapat (brainstorming).
3) Bila tidak terjadi kesepakatan, digunakan metode Tabel
cara pemecahan masalah.

2.5 Sustainable Development Goals (SDGs)24


Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia tidak hanya dilakukan
dengan misi nasional tetapi juga misi global yang dituangkan dalam
Millenium Development Goals (MDGs). MDGs yang memiliki target untuk
mencapai kesejahteraan rakyat berakhir tahun 2015. Penghujung tahun 2015,
sebagai titik tolak momen peralihan dari Millenium Development Goals
(MDGs) menuju Sustainable Development Goals (SDGs) sampai tahun 2030
yang merupakan kebijakan global yang berkesinambungan. Terlepas dari
telah tercapai atau belum tercapainya target pembangunan MDGs, MDGs
telah memberi banyak pencerahan bagi sistem pembangunan di Indonesia.
Selanjutnya, agenda pembangunan global SDGs merupakan peluang besar
untuk melanjutkan pembangunan.

20
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja meluncurkan program
pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development
Goals (SDGs), menggantikan program sebelumnya Millennium Development
Goals (MDGs) yang selesai pada akhir tahun 2015. SDGs tersebut akan
otomatis berlaku bagi negara-negara maju dan berkembang untuk 15 tahun ke
depan. Tujuan dari agenda baru PBB tersebut tidak berbeda jauh dari
program sebelumnya, yang di antaranya mengakhiri kemiskinan, menjamin
kehidupan sehat, mempromosikan pendidikan dan memerangi perubahan
iklim. Alasan mengapa SDGs akan jauh lebih baik dari MDGs, yakni:
1. SDGs lebih global dalam mengkolaborasikan program-programnya.
MDGs sebelumnya dibuat oleh anggota negara OECD (Organisation for
Economic Co-operation and Development) dan beberapa lembaga
internasional. SementaraSDGs dibuat secara detail dengan negosiasi
internasional yang juga terdiri dari negara berpendapatan menengah dan
rendah.
2. MDGs tidak memiliki standar dasar hak asasi manusia (HAM). MDGs
dianggap gagal untuk memberikan prioritas keadilan yang merata dalam
bentuk-bentuk diskriminasi dan pelanggaran HAM, yang akhirnya
berujung kepada masih banyaknya orang yang terjebak dalam
kemiskinan. Sementara SDGs dinilai sudah didukung dengan dasar-
dasar dan prinsip-prinsip HAM yang lebih baik.
3. SDGs adalah program inklusif. Tujuh target SDG sangat eksplisit tertuju
kepada orang dengan kecacatan, dan tambahan enam target untuk situasi
darurat, ada juga tujuh target bersifat universal dan dua target ditujukan
untuk antidiskriminasi.
4. Indikator-indikator yang digunakan memberikan kesempatan untuk
keterlibatan masyarakat sipil.

Dalam Sustainable Development Goals (SDGs) terdapat :


1. Mengakhiri segala bentuknya kemiskinan di mana-mana
2. Mengakhiri kelaparan , mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan
gizi , serta mempromosikan pertanian berkelanjutan

21
3. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup
untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4. Memastikan kualitas inklusif dan pendidikan yang adil serta
mempromosikan kesempatan pembelajaran seumur hidup bagi semua.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.6.
6. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua orang. 7.
7. Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang 8.
8. Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak
untuk semua orang 9.
9. Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan
industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi 10.
10. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di
antara negara-negara di dunia.
11. Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas,
aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12. Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi. Pastikan
konsumsi dan pola produksi berkelanjutan
13. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber
daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan
pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi
penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta
menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang
termasuk 5 lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan,

22
serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh tingkatan.
17. Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global
untuk pembangunan yang berkelanjutan.

23
BAB III
PROFIL PUSKESMAS

3.1 Geografi Puskesmas Talang Ratu


Puskesmas Talang Ratu terletak di kecamatan Ilir Timur I tepatnya di
kelurahan 20 Ilir D-IV. Puskesmas ini terletak di Jalan Letnan Murod No.986
Rt.13A KM.5, dan mempunyai luas wilayah 96 Ha atau 0,96 KM2.
Lokasinya relatif mudah di jangkau oleh masyarakt dengan berjalan kaki atau
dengan kendaraan ojek dan lain-lain. Pasien yang berobat adalah warga di
sekitar Puskesmas Talang Ratu dan ada juga yang berasal dari luar wilayah
kerja Puskesmas Talang Ratu.

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas di Puskesmas Talang Ratu Tahun
2020

Wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu terdiri dari satu kelurahan yaitu
kelurahan 20 Ilir D-IV yang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Siring Agung
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Ario Kemuning

24
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ariodillah (20 Ilir D-IV

Puskesmas Talang Ratu sebelum menjadi Puskesmas, dahulunya


merupakan balai pengobatan yang berdiri pada tahun 1965. Pada awal
berdiri balai pengobatan dipimpim oleh Bapak Amin sampai tahun 1966.
Kemudian pada tahun 1966 sampai 1970 balai pengobatan tersebut di
pimpin Bapak Tiyo.

Pada tahun 1970 balai pengobatan menjadi Puskesmas Pembantu yang


induknya Puskesmas Dempo, Puskesmas ini dipimpim oleh dr. Ahmad Tiar
1970-1975. Kemudian pada tahun 1975, Puskesmas Pembantu diganti
menjadi Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Talang Ratu yang diresmikan
pada tahun 1984 tetapi tidak membawahi Puskesmas lainnya. Adapun
pimpinan puskesmas dari Tahun 1975 sampai dengan sekarang yaitu
sebagai berikut:

No. Nama PeriodeTahun

1. dr.Aryani 1975-1978

2. dr.Isnawati 1979-1987

3. dr.Habibah 1987-1997

4. dr.Rindang Indah Yani 1997-2000

5. dr.Nurda 2000-2002

6 dr.Winata 2002-2009

7 drg. Indriati 2009-2019

8 dr. Hj. Fitrianti, M. Kes 2019- sekarang

25
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Puskesmas Talang Ratu

3.2 Gambaran Umum Puskesmas Talang Ratu Palembang


Sarana dan Prasarana Puskesmas Talang Ratu Terdiri dari:
Lantai Satu
- Pendaftaran
- Poli umum
- Poli Lansia
- Poli KIA
- Laboratorium
- Apotik
- Promkes / Kesling
- Toilet Pria dan Wanita

Lantai Dua
- Ruangan Tata Usaha
- Ruangan Kepala Puskesmas
- Toilet

26
3.3 Demografi
Tingkat pertumbuhan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari angka
pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Talang Ratu sebanyak 11.730 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
3110 KK.
Tabel 1. Demografi Kependudukandi Wilayah Kerja Puskesmas
Talang RatuTahun 2020
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah Penduduk 11.730
2 Jumlah Kepala Keluarga (KK) 3579
a. KK Gakin 409
b. KK Non Gakin 3170
3 Jumlah Ibu Hamil 218
4 Jumlah Ibu Bersalin (Bulin) 209
5 Jumlah Ibu Meneteki (Buteki) 209
6 Jumlah Ibu Nifas (Bufas) 209
7 Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) 3.285
8 Jumlah Wanita Peserta KB Aktif 2.032
9 Jumlah Bayi 74
10 Jumlah Anak Balita 677
11 Jumlah Anak Batita 52
12 Jumlah Anak Baduta 123
13 Jumlah Remaja 1.611
14 Jumlah Usila 1.127
15 Jumlah Taman Kanak Kanak (TK) 6
16 Jumlah SD / Madrasah Ibtidaiyah
a. Negeri 3
b. Swasta 0
17 Jumlah SMP / Madrasah Tsanawiyah
a. Negeri 1
b. Swasta 1
18 Jumlah SMA / Madrasah Aliyah
a. Negeri 1
b. Swasta 1
19 Jumlah Rumah 2398
20 Jumlah Rumah Sehat 2159

Distrubusi penduduk dilihat menurut golongan umur, maka jumlah


penduduk yang terbesar adalah golongan umur 15-44 tahun, dengan
jumlah laki-laki 1290 dan perempuan 885 orang dari jumlah penduduk.
Pada kelompok umur 0-4 tahun jumlah laki-laki sebanyak 293 orang dan

27
perempuan 283 orang sedangkan kelompok umur 5-14 tahun, laki-laki
berjumlah 2951 orang dan perempuan 2871 orang dari jumlah seluruh
penduduk. Untuk kelompok umur 45-64 tahun, jumlah laki-laki 765 orang
dan perempuan 585 orang dari jumlah penduduk. Sedangkan untuk
kelompok umur lebih dari 65 tahun, jumlah laki-laki 325 orang dan
perempuan 286 orang dari jumlah penduduk. Sehingga dari data diatas
dapat dilihat bahwa penduduk di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu
lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki.
Di Wilayah Kerja puskesmas Talang Ratu, terdapat sarana pendidikan
yang terdiri dari: TK/PAUD, SD/MI dan tidak ada SMP/ SMA dan
perguruan tinggi. Jumlah Siswa- siswi binaan Puskesmas Talang Ratu:

N Nama Sekolah Jumlah Murid


o
1 TK / PAUD Laki-laki Perempuan
1. PAUD Anggrek Delima 11 20
2. PAUD Cahaya Muslimah 22 33
3. PAUD Mawar 18 29
4. PAUD Rossi 16 14
5. TK Panca Bakti 13 20
2 SD / MI Jumlah Murid
Kelas IV Kelas V Kelas VI
L P L P L P
1. SD Negeri 42 90 61 69 62 84 58
2. SD Negeri 43 51 48 72 68 76 66
3. MIN 1 43 63 43 56 51 45

3 SMP / MTS Jumlah Murid Kelas 1-3


Laki-laki Perempuan
1. MTS Negeri 1 489 526
2. SMP Bina Karya 39 24
4 SMA / MA/SMK Jumlah Murid Kelas 1-3
Laki-laki Perempuan
1. SMKN 2 2.427 197
2. SMA Bina Karya 57 27

3.4 Situasi Upaya Kesehatan


Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas Talang
Ratu memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut melalui 6 Program Pokok
Puskesmas beserta Program Spesifik lainnya yang ditentukan berdasarkan

28
banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat setempat serta tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Program unggulan di Puskesmas talang Ratu adalah
TBC.
Untuk mencapai Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat,
Puskesmas Talang Ratu bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Pelayanan Kesehatan Essensial (Wajib)


a. Upaya Promosi Kesehatan
Kegiatan Promosi Kesehatan puskesmas semenjak April 2017
dibantu oleh tenaga kontrak Promosi Kesehatan, kegiatan Promosi
Kesehatan tersebut yaitu sebagai berikut :
1) Penyuluhan langsung baik di luar gedung maupun di dalam
gedung.
2) Penyebaran media informasi (poster dan leaflet)
3) Pemberdayaan masyarakat / Advokasi Stakeholder
4) Kerjasama lintas sektor dalam kegiatan penyuluhan luar
gedung
b. Upaya Kesehatan Sekolah/ UKGS
1) Pembinaan Kesehatan Gigi anak sekolah
2) Pelaksanaan sikat gigi massal di TK/ PAUD
3) Skrining siswa SD, SMP dan SMA
4) Pemeriksaan Kesehatan Anak Sekolah, Lingkungan Sekolah
(PHBS) dan Jajanan di lingkungan sekolah
5) Penjaringan dan pembinaan dokter kecil / Kader Kesehatan
6) Screening PTM di Sekolah untuk tenaga pengajar
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
1) Pengawasankesehatan TTU dan Tempat Pengelolaan Makanan
2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan untuk Sarana Air Minum /
Damiu
3) Monitoring / Pendataan PHBS Pendidikan di sekolah

29
4) Pemeriksaan Jentik Nyamuk dan Pemberantasan Sarang
Nyamuk
5) Pengawasan dan Pembinaan Rumah yang berPHBS
6) Konseling kesehatan lingkungan
d. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
1) KIA
a) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
b) Pemantauan Bumil Resiko Tinggi
c) Pelaksanaan Kegiatan Kelas Ibu Hamil
d) Pendataan terpadu Data Dasar (Bumil, Bufas, WUS, PUS)
e) Pemantauan Bumil KEK
f) Pemantauan Kesehatan Ibu Nifas
g) Kunjungan / pemantauan kesehatan Neonatus termasuk
neonates Resti
h) Kunjungan / pemantauan kesehatan bayi termasuk bayi
resti
i) Pelaksanaan Kelas Ibu Balita
j) Kunjungan / pemantauan balita termasuk balita resti
k) Pelayanan Klinik Laktasi (Pojok ASI)
l) Pelayanan Konseling ASI
2) KB
a) Pelayanan KB Aktif dan Pelayanan KB Baru
b) Pelayanan PUS yang tidak ber-KB (Drop Out KB)
c) Pelayanan Konseling KB dan pelayanan KB bagi Ibu Nifas
(Pasca Bersalin)
d) Pelayanan Konseling Kesehatan Ibu Menyusui (Buteki)
e. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
1) Pemantauan ASI Ekslusif bagi Ibu menyusui
2) Pemantauan Gizi, Kesehatan Balita dan Anak (TK/ PAUD)
3) Pemantauan Gizi, Kesehatan Anak Balita dan Anak (Panti Asuhan)
4) Sweeping Vitamin A (Bulan Februari dan Agustus)
5) Kunjungan / Pemantauan balita termasuk balita resti

30
6) Kunjungan Neonatus, Bayi, Balita dengan Status Gizi Kurang,
Buruk atau lebih.
7) Pemantauan Garam Yodium
8) Pemantauan Garam Yodium di sekolah dan Masyarakat
9) Penyuluhan Gizi seimbang di Posyandu
10) Deteksi dini anemia dan pemberian Tablet Tambah Darah
Remaja Putri
11) Pemberian makanan tambahan pada anak dengan status gizi
kurang pada anak sekolah dasar
12) Monev PMT dengan Puskesmas ke Sasaran
13) Konsultasi laporan ke Dinas

f. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


1) Kegiatan Pelayanan Imunisasi di Puskesmas, Posyandu dan
Kegiatan BIAS di Sekolah Dasar
2) Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi lintas sektor tentang
Imunisasi
3) Sweeping Imunisasi
4) Pelacakan dan pengobatan DBD,TBC,Kusta,Diare,ISPA

2. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari Usaha
Kesehatan Masyarakat (UKM). Kegiatan yang dilakukan, antara lain:
1) Perkesmas terhadap Bumil, Nifas, Neonatal yang beresiko
2) Perkesmas terhadap Lansia Resiko Tinggi

3. Pelayanan Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas Talang Ratu dapat
pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain diluar upaya Puskesmas
Talang Ratu tersebut diatas yang sesuai dengan kebutuhan.

31
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka
mempercepat tercapainya Visi Puskesmas Talang Ratu.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
Puskesmas Talang Ratu bersama Dinas Kesehatan Kota. Upaya
kesehatan telah terlaksana secara optimal untuk meningkatkan mutu
pelayanan. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan
Puskesmas Talang Ratu ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota.
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas Talang Ratu.
Upaya pengembangan untuk puskesmas Talang Ratu yaitu :

a. Upaya Kesehatan Jiwa dan Napza


1) Sosialisasi dan penyuluhan KIE Kesehatan Napza pada
masyarakat
2) Penyuluhan Napza di Sekolah
3) Pendampingan penderita gangguan jiwa dan Napza

b. Upaya Kesehatan gigi masyarakat


1) Pembinaan Kesehatan gigi masyarakat
2) Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu Lansia
c. Upaya Kesehatan Batra (Tradisional Komplementer)
Meliputi pemantauan kesehatan tradisional yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Talang Ratu.
d. Kesehatan Olahraga
1) Pemeriksaan kebugaran anak sekolah
2) Pemeriksaan kebugaran pegawai puskesmas
3) Pembinaan kesehatan olahraga
e. Upaya Kesehatan Indera (Pengelihatan dan Pendengaran)
1) Pelacakan Kasus Katarak dan Kelainan Indera di Posyandu
Lansia

32
2) Screening Kesehatan Indra Pengelihatan dan Pendengaran di
sekolah
3) Deteksi dini gangguan pendengaran di TK/PAUD
f. Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia
1) Pelayanan Kesehatan Lansia di Posyandu Lansia
2) Pemantauan Lansia Resiko Tinggi (Kategori Penyakit Kronis)
3) Penyuluhan kesehatan dan pelaksanaan senam Prolanis
4) Pemeriksaan laboratorium dasar di Posyandu Lansia
g. Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja
1) Pembinaan dan Pemantauan kesehatan di Pos UKK
2) Pemeriksaan tempat kerja dan pekerja
3) Pemeriksaan laboratorium di Pos UKK
4) Pelaksanaan Poliklinik Tradisional di Puskesmas
h. Upaya Program Pengelolaan Penyakit Kronis
1) Pemeriksaan dan pengobatan pasien lansia dengan penyakit
kronis
2) Pelaksanaan senam kesehatan prolanis
3) Pelayanan pemeriksaan darah sederhana
4) Kegiatan penyuluhan

4. Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian, dan Pelayanan


Laboratorium
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas Talang Ratu
dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain diluar upaya
Puskesmas Talang Ratu
a. Upaya Kesehatan Perorang (UKP), meliputi upaya pengobatan
yaitu :
1) Pelayanan Pengobatan Umum
2) Pengobatan Balita (MTBS=Manajemen Terpadu Balita Sakit)
3) Pengobatan Gigi dan Mulut

33
4) Pelayanan Rujukan bagi Peserta BPJS dan Rujukan Pasien
Jamsoskes
5) Pelayanan Gawat Darurat (Emergency)
6) Pelayanan Pengobatan Lansia
7) Pelayanan Prolanis
b. Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium
1) Haemoglobin
2) Gula Darah strip
3) Cholesterol strip
4) Asam Urat strip
5) Pregnency Test
6) Protein Urine
7) Glucosa Urine
8) Sedimen Urine
9) Pemeriksaan BTA
c. Pemeriksaan Laboratorium di Posyandu dan Posbindu meliputi :
1) Hb pada Bumil
2) Protein Urine pada lansia
3) Glucosa Urine pada Lansia
4) Cholesterol strip

5. Kegiatan Manajemen Puskesmas


a. Pertemuan Lintas Sektor dengan ketua RT, Kelurahan, dan
Kecamatan melalui kegiatan Lokakarya Mini Lintas Sektor,
Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), Kegiatan
Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi terkait Program yang ada di
Puskesmas
b. Pertemuan Lintas Sektor dengan Guru UKS/ Kepala sekolah
melalui Kegiatan Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi terkait
Program yang berhubungan dengan Usaha Kesehatan Sekolah

34
c. Orientasi Kader Jumantik dan Refresing Kader Wilayah
Puskesmas Talang Ratu
d. Lokakarya Mini Lintas Program yang dilakukan setiap bulan

3.5 Ketenagaan
Adapun sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Talang Ratu yaitu:
N
Nama NIP Jabatan
o
19610908198912200 Pimp. Puskemas/ Dokter
1 Dr. Fitrianti
1 Madya
19720302200012200
2 dr. Vera Trihandayani Dokter Madya
2
19700608200212200
3 dr. Jeanne Sherly L.D Dokter Madya
4
19670131198903200
4 drg. Indriati Dokter Gigi Madya
8
19700807199103200
5 Hj. Rosnita Perawat Penyelia
5
19750525199803200
6 Haryanti, Am.Kep Perawat Penyelia
2
19670926199203200
7 Lilis Suryani, AMKL Sanitarian Penyelia
7
19800402200701200
8 Asni Aprizah, SKM Penyuluhan Kesmas Muda
6
19731130199702200
9 Elpa Suryati Perawat Penyelia
1
19791031200501200
10 Ariani Susanti, S.ST Bidan Muda
4
19801012200804200
11 Iin Karuniasih, SKM Staf
1
19860729201212200
12 dr. Giszka Putri Dokter Muda
1
19621010198703200
13 Inderawati Staf / Petugas Gizi
6
Synthia Margareta, 19840409200604200
14 Perawat Pertama
S.Kep 8
Linda Marlina, 19781213200604201
15 Perawat Mahir
Am.Kep 9
19810216200501200
16 Indri Febriyanti, SKM Adminkes Ahli Pertama
9
17 Defi Malini Herawati, 19800616200904200 Perawat Ahli Pertama

35
Skep 1
Sonata 19860429201902200
18 Apoter Ahli Pertama
Daniatiek,S.Farm.,Apt 1
Nurfatma 19781006201407200
19 Pelaksana
Oktarina,SKM 2
Widiyah 19860919201101200
20 Perawat
Pratiwi,Amd.Kep 3
19841128201101200
21 Nopikasari, AMAK Pranata Lab. Kes.Pelaksana
6
Hetty Afrida Sinaga, 19890404201001200
22 Pranata Lab. Kes.Pelaksana
Am.Ak 1
Theodora Indriasari, 19830823201001202 Ass. Apoteker Pelaksana
23
AMF 1 Lanjutan
19820318201407200
24 Anita, Am.KG Perawat Gigi
2
19810814201407200
25 Devi Susanti, AMF Ast. Apoteker Pelaksana
2
Etty Daniati Putri, 19820627201407200
26 Perawat Pelaksana
Am.Kep 1
WR. Dewi Darwiana 19770327200701201
27 Bidan Pelaksana
BR 6
19740305200604200
28 Sri Marleni,Am.Keb Bidan Pelaksana lanjutan
7
19931223201902200
29 Kartini Nutrisionis Terampil
8
19940629201902100
30 M Sandi Pratama Perawat Gigi Terampil
5
19881227201902200
31 Lara Dewinta Perawat Terampil
2
Kurnia Hardaliana, 19830208201407200
32 Administrator Kesehatan
SKM 2

Untuk menunjang keberhasikan Puskesmas Talang Ratu dalam rangka


pelayanan kesehatan pada masyarakat, maka seluruh kegiatan harus
berpedoman pada visi, misi, motto, dan nilai Puskesmas Talang Ratu serta
pelaksanaannya harus berpedoman pada SOP (standar operasional pelayanan)
yang telah dilakukan.

36
1. Visi
Masyarakat Sehat
2. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan puskesmas yang bersatandar
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak
3. Motto
Pelayanan Dengan Sepenuh Hati

3.6 Penyakit Tersering Puskesmas Talang Ratu


1. Penyakit Terbanyak Puskesmas Talang RatuTahun 2017
NO NAM A PENYAKIT 2015 2016 2017
1 ISPA 4451 5132 4746
2 Hipertensi 1644 1669 1892
3 Gastritis 1577 1584 1807
4 Gangguan Jaringan Lunak Lainnya - - 1679
5 Dermatitis 1062 1326 1116
6 Diabetes Mellitus 481 628 804
7 HHD 394 666 729
8 Observasi Febris - 473 525
9 Diare 507 374 436
10 Tonsilitis - - 291
6 Penyakit Otot & Jar. Penyakit/RA 1258 1601
9 Gangguan Refraksi 341 -
10 Penyakit Mata Lainnya 330 -
11 Infeksi Kulit & Jar.Subkutan - 434

2. Penyakit Terbanyak Puskesmas Talang RatuTahun 2018

No Nama Penyakit Total


     
1 ISPA 3.401
2 Hipertensi 2.229

37
3 Gangguan Jaringan Lunak Lainnya 1.741
4 Gastritis 1.690
5 Dermatitis 1.062
6 HHD 666
7 Diabetes melitus 1.001
8 Observasi Febris 358
9 Infeksi Kulit dan Jaringan Subkutan 413
10 Diare 444
  Total 13.005

3. Penyakit Terbanyak Puskesmas Talang RatuTahun 2019


NO NAM A PENYAKIT 2019
1 ISPA 3434
2 Hipertensi 2914
3 Gangguan Jaringan Lunak Lainnya 2093
4 Gastritis 1830
5 Dermatitis 830
6 Faringitis 720
7 Diabetes melitus 1111
8 Karies gigi 662
9 Influenza common cold 543
10 Diare 449
Total 14,586

38
1.7 Capaian Indikator di Puskesmas Talang Ratu Tahun 2020

39
40
41
42
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah


1. Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan
menurut jenis program, cakupan, mutu dan ketersediaan sumber daya.
Berdasarkan dari pencapaian cakupan-cakupan program di Puskesmas Talang
Ratu pada tahun 2020, terdapat beberapa upaya program kesehatan yang belum
mencapai target yang merupakan sebuah masalah dimana apabila tidak di
tindak lanjut akan berdampak pada kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut, sehingga perlu identifikasi beberapa masalah cakupan-cakupan
program tersebut seperti:

Tabel 4.1 Masalah-masalah upaya program kesehatan yang belum


mencapai target.

N Program Target Pencapaia Masalah

o n
1 Promkes

Asi Ekslusif 80% 63% Masih rendahnya cakupan bayi


yang mendapatkan asi ekslusif
2 Kesehatan Ibu

Pelayanan 96% 88% Bumil tidak melaksanakan


kesehatan kunjungan ke dikarenakan
Bumil sesuai peralihan ke dokter
standar (K4) praktek/spesialis
3 Upaya
kesehatan
Anak Usia
100% 87% Sekolah SMK memiliki jumlah
Sekolah dan
murid yang terlalu banyak dan
Remaja

43
- Cakupan keadaan sekolah yang banyak
pelayanan kelas
kesehatan remaja

4 Kesling

- Penyehatan
Lingkungan
100% 88% Pola kebiasaan (PHBS kurang)
Pemukiman dan
Jamban Keluarga
5 Perbaikan Gizi 100% 88,1%

- Pemberian tablet Masih kurangnya capaian


besi pada ibu pemberian tablet besi pada ibu
hamil hamil

Berdasarkan masalah-masalah upaya program kesehatan yang belum


mencapai target didapatkan selisih target dan pencapaian pada Bayi Mendapat
ASI Eksklusif adalah 17%, selisih target dan pencapaian pada Pelayanan
Kesehatan Bumil sesuai standar adalah 8%, selisih target dan pencapaian pada
Pelayanan Kesehatan Remaja adalah 13%,selisih target dan pencapaian pada
Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga adalah 12%, selisih
target dan pencapaian pemberian tablet besi pada ibu hamil adalah 11,9%,
sehingga pelayanan kesehatan penderita bayi mendapat ASI eksklusif
merupakan masalah terbesar di Puskesmas Talang Ratu Palembang.

4.2 Penentu Prioritas Masalah


Berdasarkan pembahasan di atas, harus ditetapkan satu prioritas masalah
yaitu dengan menggunakan metode USG yang menggunakan pertimbangan
beberapa aspek yaitu:

44
a. Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
b. Seriousness, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia,
sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut
terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
c. Growth, berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut.

Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan


akan menjadi prioritas masalah.

Tabel 4.2 Matriks Penentuan Prioritas Masalah


No Masalah U S G Total
1 Masih rendahnya cakupan bayi yang mendapatkan asi 3 4 3 36
ekslusif di Puskesmas Talang Ratu

2 Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan remaja di 2 3 2 12


Puskesmas Talang Ratu

3 Masih rendahnyacakupan Kesehatan Lansia di Puskesmas 2 3 2 12


Talang Ratu

4 Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan Bumil 4 4 1 16


sesuai standar (K4) di Puskesmas Talang Ratu

5 Masih rendahnya cakupan Penyehatan Lingkungan 2 3 1 6


Pemukiman dan Jamban Keluarga

Keterangan:

45
1: sangat kecil
2: kecil
3: sedang
4: besar
5: sangat besar

Berdasarkan matriks penentuan prioritas masalah di atas, yang menjadi


prioritas masalah urutan pertama adalah Masih rendahnya cakupan bayi yang
mendapatkan asi ekslusif di Puskesmas Talang Ratu.

4.3 Rumusan Masalah


Tabel 4.3 Rumusan Masalah

N Masalah What Who When Where How


o
1 Bayi mendapat ASI Tidak Bayi Tahun Wilayah Angka cakupan
eksklusif mencapai 2020 kerja Pelayanan
target Puskesmas Kesehatan Bayi
Talang Ratu mendapat ASI
Eksklusiftidak
mencapai target
yaitu 63% dari
target 80%

46
4.4 Akar Penyebab Masalah
4.4.1 Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Metode Fishbone

37
4.4.2 Identifikasi Penyelesaian Masalah Prioritas
Penyebab dari masalah yang ada dapat diidentifikasi dari manusia,
dana, material, metode dan lingkungan. Berikut ini analisis tiap komponen
yang menyebabkan belum tercapainya cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
mendapat ASI eksklusif di Puskesmas Talang Ratu pada tahun 2020.

a. Manusia
Terselenggaranya program Promosi Kesehatan melibatkan kerjasama
dari berbagai pihak. Terkait dengan cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
mendapat ASI eksklusif di posyandumelibatkan kader dan pihak dari
puskesmas dan masyarakat. Adanya faktor psikologis ibu berupa takut
akan perubahan (estetika) dan adanya tekanan batin/emosional berperan
dalam tidak tercapainya cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi mendapat
ASI eksklusif.

Masih ada petugas yang membantu persalinan menyediakan susu


formula, sehingga cakupan untuk Pelayanan Kesehatan Bayi mendapat
ASI eksklusifdiwilayahkerjapuskesmasTalang Ratu belum tercapai pada
tahun2020.

b. Dana
Sumber pembiayaan di program hipertensi berasal dari Puskesmas
berupa BOK (Bantuan Biaya Operasional Kesehatan). Pembiayaan ini
diarahkan untuk meningkatkan kinerja puskesmas melalui upaya kesehatan
promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar
gedung. Namun dengan banyaknya program lain di Puskesmas Talang
Ratu ini, dana untuk melakukan kegiatan Pelayanan Kesehatan Bayi
mendapat ASI eksklusifmasih belum tersedia untuk menyebarkan
informasi ASI.

c. Sarana
Dalam menyelengggarakan program ini, petugas kesehatansudah
banyak bekerja sama dengan berbagai program khususnya bidang promosi
kesehatan untuk melakukan penyuluhan ASI. Namun yang menjadi
kendala, BPS di wilayah kerja masih belum melaksanakan Kerjasama

38
dengan puskesmas, selain itu yang menjadi kendala adalah belum
tersedianya ruang untuk konseling mengenai ASI.

d. Metode
Beberapa upaya yang telah dilakukan petugas kesehatan dalam
meningkatkan cakupan telah dilakukan. Pemberian informasi yang kurang
tepat dari petugas (BPS, DPS) untuk pemberian susu tambahan /
pengganti ASI dan KIE mengenai ASI kurang maksimal merupakan salah
satu penyebab belum tercapainya cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
mendapat ASI eksklusif.

e. Lingkungan
Kurangnya peran suami, adanya perubahan social budaya seperti
ibunya bekerja, dan adanya trend pemberian susu botol susu formula, serta
adanya promosi susu kaleng di media TV, merupakan salah satu penyebab
belum tercapainya cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi mendapat ASI
eksklusif.

4.5 Penentuan Prioritas Penyebab


Dalam menentukan prioritas penyebab dapat menggunakan metode
skoring. Metode skoring menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati
yaitu besarnya penyebab masalah, kepentingan (importance),
kemudahan/kelayakan (feasibility), dukungan untuk perubahan (support of
change), risiko (risk if nothing is done).

39
Tabel 4.5 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab Besaran Kepentingan Kemudahan/ Dukungan Risiko bila tak Nilai akhir/
Masalah Penyebab Kelayakan untuk ditangani peringkat
Masalah Perubahan
Manusia

 Faktor Psikologis 4 4 4 4 3 768


Ibu

 Sikap Ibu 4 4 4 4 4 1.024

 Masih ada petugas


yang membantu 4 4 3 3 3 432
persalinan
menyediakan susu
formula

Metode
 Pemberian Informasi
yang kurang tepat 4 4 3 3 3 432
dari Petugas (BPS,
DPS) untuk
pemberian susu
tambahan /
pengganti ASI
 KIE mengenai ASI
kurang maksimal 3 3 3 3 3 243

Sarana
 BPS di wilayah
kerja masih belum 3 3 3 3 2 162
melakukan
kerjasama dengan
pihak puskesmas
 Belum tersedianya

40
Ruanganuntuk
Konseling 3 3 4 3 4 432
Dana
 Belum 4 4 4 3 3 576
tersedianya dana
untuk
penyebaran
informasi ASI
Lingkungan
 Perubahan Sosial 4 4 3 3 3 432
Budaya
 Promosi susu
kaleng di media
TV, dsb 4 3 4 4 3 576

Keterangan:

Nilai 1: Tidak penting, nilai 2: Kurang penting, nilai 3: Penting, nilai 4:


Sangat penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria.

Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan


yang akan menjadi prioritas masalah. Dari akar penyebab masalah di atas
yang menjadi prioritas masalah adalah sikap ibu.

4.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Pada sesi ini ditentukan pula prioritas dari berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan sehingga kegiatan dapat dikurangi sesuai prioritasnya apabila
anggaran untuk program terbatas. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan
prioritas kegiatan adalah sebagai berikut :

 Konsistensi
Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja
kabupaten/kota yang sudah ada. Makin sesuai dengan strategi/rencana
kerja yang ada, maka makin tinggi skornya.

 Evidence Based

41
Bila kegiatan dipilih termasuk dalam rangkaian kegiatan atau intervensi
yang telah terbukti efektif (evidence based) nilainya makin tinggi
dibandingkan dengan kegiatan yang belum ada bukti.

 Penerimaan
Kegiatan dapat diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat
setempat. Makin mudah diterima, maka makin tinggi skor/nilainya.7

 Mampu Laksana
Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas,
sumber daya manusia dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bisa
didapat, termasuk pembiayaan. Makin mudah disediakan, makin tinggi
nilainya.

42
Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing krteria. Misalnya 1= tidak penting, 2= kurang penting, 3= penting, 4=
sangat penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria

Tabel 4.5 Penentuan Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah

Alternatif Pemecahan Evidence Mampu Total


No Kegiatan Konsistensi Penerimaan
Masalah Based Laksana Nilai
1 Memberikan 1) Penyuluhan 4 4 4 4 256
pemahaman kepada ibu mengenai ASI (I)
mengenai pentingnya Eksklusif dan
pemberian ASI eksklusif manajemen
laktasi saat
ibu pasien
melakukan
kunjungan ke
puskesmas

42
2) Melakukan 3 3 4 4 144
pelatihan (II)
terhadep kader
puskesmas
untuk
memberikan
informasi dan
pemantauan
ASI Eksklusif

43
Dari tabel tersebut untuk penyelesaian masalah terpilih bagi program
Pelayanan Kesehatan Bayi mendapat ASI eksklusif di Puskesmas Talang Ratu
adalah Penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan manajemen laktasi saat ibu
pasien melakukan kunjungan ke puskesmas.

43
4.7 RencanaUsulanKegiatan
Rencana usulan kegiatan puskesmas dibuat dalam tabel 4.6

Tabel 4.6 Rencana Usulan Kegiatan

Indikator Sumber
Kebutuhan Sumber Daya
Kegiatan Tujuan Sasaran Target Keberhasilan Pembiayaan
Dana Alat Tenaga
Penyuluhan Meningkatkan Ibu Dihadiri BOK Mic, laptop, Tenaga Peningkatan BOK
mengenai ASI pengetahuan tentang menyusui oleh brosur/ kesehatan cakupan Pelayanan
pentingnya pemberian beberapa leaflet/ Kesehatan Bayi
Eksklusif dan ASI Eksklusifkepada ibu poster, snack mendapat ASI
manajemen masyarakat dan kader menyusui Eksklusif
laktasi saat ibu sehingga dapat
membantu pihak
pasien melakukan puskesmas dalam
kunjungan ke menemukan kasus
puskesmas hipertensi

44
4.8 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya kesehatan


wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun
upaya kesehatan inovasi dilaksanakan secara bersamaan, terpadu dan
terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, yaitu
keterpaduan. Langkah – langkah dalam meyusun RPK adalah :

1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.


2. Membandingkan alokasi kegiatan yang sudah disetujui antara Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan
RPK
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan dan sumber daya pendukung menurut bulan dana lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
Tahapan dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dalam
Perencanaan Tingkat Puskesmas di Puskesmas 23 Ilir tersebut telah sesuai
dengan Permenkes nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajeman
Puskesmas, bahwa tahapan dalam penyusunan RUK terdiri dari:

1. Analisis masalah: identifikasi masalah prioritas masalah, merumuskan


masalah, mencari akar permasalahan, dan pemecahan masalah;
2. Penyusunan RUK
3. Penyusunan RPK

46
Tabel 4.7 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Upaya Targ Volume Lokasi Tenaga Jadwal


Kegiatan Sasaran Rincian Pelaksanaan
Kesehatan et Kegiatan

Penyuluhan Penyuluhan Ibu menyusui 100% Setiap pagi Memberikan Puskesmas Petugas 10.00 s.d selesai
mengenai ASI mengenai ASI penyuluhan ataupun Kesehatan bagian
Eksklusif mengenai ASI posyandu promosi
Eksklusif dan Esklklusif kesehatan
manajemen
laktasi saat ibu
pasien melakukan
kunjungan ke
puskesmas dan
posyandu

47
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Tahun 2021
adalah ASI Eksklusif.
2. Penyebab rendahnya ASI Eksklusif di Puskesmas Talang Ratu tahun
2020adalah adanya faktor psikologis ibu berupa takut akan perubahan
(estetika) dan adanya tekanan batin/emosional, masih ada petugas yang
membantu persalinan menyediakan susu formula, dana untuk melakukan
kegiatan Pelayanan Kesehatan Bayi mendapat ASI eksklusif masih belum
tersedia, belum tersedianya ruang untuk konseling mengenai ASI,
Pemberian informasi yang kurang tepat dari petugas (BPS, DPS) untuk
pemberian susu tambahan / pengganti ASI dan KIE mengenai ASI kurang
maksimal, Kurangnya peran suami, adanya perubahan social budaya
seperti ibunya bekerja, dan adanya trend pemberian susu botol susu
formula, serta adanya promosi susu kaleng di media TV.
3. Penyelesaian masalah yang dipilih untuk meningkatkan cakupan ASI
Eksklusif di Puskesmas Talang Ratu tahun 2021 adalah melakukan
Penyuluhan mengenai ASI Eksklusif dan manajemen laktasi saat ibu
pasien melakukan kunjungan ke puskesmas.
4. Rencana usulan Kegiatan (RUK) untuk meningkatkan cakupan ASI
Eksklusif di puskesmas Talang Ratu adalah melakukan penyuluhan
mengenai ASI Eksklusif dan manajemen laktasi saat ibu pasien melakukan
kunjungan ke puskesmas.
5. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) untuk meningkatkan cakupan ASI
Eksklusif di puskesmas Talang Ratu adalah penyuluhan mengenai ASI
Eksklusif.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut:

48
1. Meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif di
Puskesmas Talang Ratu.
2. Mencetaksarana penyuluhan leaflet, brosur, dan poster mengenai ASI
Eksklusif yang lebih menarik.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air


Susus Ibu sampai tahun 2005, Jakarta: Kerjasama Depdagri, Depkes,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigran, Kementrian Negara
Pemberdayaan Perempuan, World Health Organization (WHO). 2002.
2. Kementrian Kesehatan RI. Menkes Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di
Indonesia. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004.
3. Balitbangkes. Laporan NasionalRISKESDAS 2018.https://doi.org/ISBN
978-602-373-116-3. 2019.
4. Kemenkes. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Cakupan Bayi
dengan ASI Eksklusif. Retrieved from Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia Cakupan Bayi dengan ASI Eksklusif. 2019.
5. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif.
Presiden RI: Jakarta.2012.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. 2017.
7. Fikawati, S., Syafiq, A. 2010. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan
Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Vol.4 No.3: 120-131. Jakarta, Indonesia
8. Santi, Ratna. 2002. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Tentang ASI dengan Pemberian Kolostrum dan ASI Eksklusif (Studi
Desa Tidu Kecamatan Bikareja). Semarang: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Diponegoro.
9. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, kementerian Kesehatan.
10. Kristiyanasari, W. ASI, menyusui & sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
2009.
11. Purwanti, Sri. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC. 2004.
12. Halwani. 2014. ASI Anugrah Tuhan yang Tak Tergantikan. Warta Gizi
dan KIA. Edisi 1, hlm. 4-7

50
13. Hanim, et.al., 2010. Buku Ajar Managemen ASI Eksklusif Enam Bulan
pada Penderita Tuberkulosis. Surakarta:UNS Press
14. Lindawati R. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Dukungan
Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif. Faletehan Health Journal.
2019. 6 (1) : 30-36.
15. Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
16. Notoatmodjo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
17. Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif &
Kualitatif. Edisi Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.
18. Sumpeno, W (200Menjadi Fasilitator Genius; Kiat Kiat Mendampingi
Masyarakat, Pustaka Pelajar Yogyakarta.
19. Roesli, U. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka
Bunda. 2008.

20. Kementerian Kesehatan RI. PERMENKES RI NO 75 Tahun 2014 Tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
21. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 Tahun 2016 Tentang
Manajemen Puskesmas, Jakarta.

22. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Perencanaan


Tingkat Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat
23. Azwar Azrul, 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga.
Jakarta : Bina Rupa Aksara Publisher.
24. Yekti Rahayu. 2020. SDGs (Sustainable Development Goals) dan 1000
Hari Pertama Kehidupan. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indoonesia.

51
52

Anda mungkin juga menyukai