Anda di halaman 1dari 161

LAPORAN MANAJEMEN

RUANG PERAWATAN X
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PELITA HARAPAN
KABUPATEN KUNINGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Manajemen Keperawatan


Program Profesi NERS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Dosen Pembimbing :
Ns. Aria Pranatha, S.Kep.,M.Kep
Ns. Aditiya Puspa Negara S.Kep.,M.Kep

Oleh :
Idhar Prayogi JNR0200108 Pujawati JNR0200114
Isnaeni Budi P JNR0200109 Puspa Kartika JNR0200115
Lya Vinalysa JNR0200111 Revita Ayu JNR0200117
Maslikah JNR0200112 Rina Herdiana JNR0200118
Prameswari S JNR0200113

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020/ 2021

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan manajemen yang berjudul “Manajemen Ruang Perawatan X Rumah Sakit
Umum Daerah Pelita Harapan Kabupaten Kuningan”.
Penulis sadar, bahwa laporan manajemen ini dapat terselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan
Pendidikan Bhakti Husada Kuningan (YPBHK).
2. Abdal Rohim, S.Kp., M.H selaku Ketua STIKes Kuningan.
3. Aria Pranatha, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes
Kuningan dan Pembimbing Stase Manajemen.
4. Aditya Puspanegara, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Pembimbing Stase
Manajemen.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan moral dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
menyusun laporan manajemen ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan laporan manajemen ini

Cirebon, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Tujuan Praktik.............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................
A. Manajemen Keperawatan.............................................................
B. Konsep Manajemen Unit..............................................................
C. Metode Fungsional.......................................................................
D. Discharge Planning.......................................................................
BAB III MANAJEMEN RUANGAN RUANG X RUMAH SAKIT
UMUM KUNINGAN MEDICAL CENTER (RSU-KMC)
TAHUN 2021………………………………………………………………...
A. Gambaran Umum Rumah Sakit....................................................
B. Kajian Analisis Situasi.................................................................. 35
BAB VI ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN……………………..
123
A. Analisis Data.................................................................................
B. Prioritas Masalah..........................................................................
C. Analisa penyebab (fish bone).......................................................
D. Planning of Action........................................................................
BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..............................................
A. Implementasi................................................................................
B. Evaluasi........................................................................................
BAB V PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. .....................................................................................................


Tabel 3.2. .....................................................................................................
Tabel 3.3. .....................................................................................................
Tabel 3.4. .....................................................................................................
Tabel 3.5. .....................................................................................................
Tabel 3.6. .....................................................................................................
Tabel 3.7. .....................................................................................................
Tabel 3.8. .....................................................................................................
Tabel 3.9. .....................................................................................................
Tabel 3.10. .....................................................................................................
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. .......................................................................................................


Bagan 2.2. .....................................................................................................
Bagan 3.1. .....................................................................................................
Bagan 4.1. .....................................................................................................
Bagan 4.2. .....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman era globalisasi seperti saat ini, kuantitas (jumlah) rumah sakit

yang ada di Indonesia mengalami peningkatan, baik rumah sakit daerah

(negeri) dalam naungan pemerintah maupun rumah sakit swasta. Peningkatan

jumlah rumah sakit ini terkadang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas

rumah sakit itu sendiri, salah satu contohnya dalam hal mutu pelayanan yang

diberikan oleh rumah sakit. Padahal menurut UU (Undang-Undang) No. 44

Tahun 2009 pasal 29B rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

rumah sakit (Purwanti, 2012).

Dalam menjalankan tanggung jawab RS dalam memberikan mutu

pelayanan yang bermutu, diperlukan penataan dan manajemen yang baik pula,

termasuk manajemen keperawatan di dalamnya. Manajemen keperawatan

yang dikelola dan dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan suatu

pelayanan yang baik pula kepada pasien yang dirawat di rumah sakit.

Pelayanan keperawatan sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan di

rumah sakit merupakan komponen sentral untuk terwujudnya pelayanan


kesehatan yang bermutu (Nindyanto, 2012). Upaya untuk meningkatkan mutu

pelayanan rumah sakit, perawatpun memiliki peran di dalamnya, dimana

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus mampu melaksanakan

proses keperawatan sesuai standar, hal tersebut sesuai dengan Undang-

Undang Keperawatan No. 38 Tahun 2014.

Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan

menuntut perawat sebagai suatu profesi dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal. Indonesia berupaya mengembangkan Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) untuk mewujudkan pelayanan kesehatan

yang berkualitas dan profesional. Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai

salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional yang diwujudkan di

bidang pelayanan kesehatan Rumah Sakit. Pengembangan Model Praktik

Keperawatan Profesional (MPKP) memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menopang pemberian asuhan tersebut.

Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu

lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin

(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2015). Manajemen

keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).

Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara


umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan

(Suarli dan Bahtiar, 2014).

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,

manajerial keperawatanpun harus ditingkatkan. Dimana salah satu upaya

manajerial keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

yaitu dengan peningkatan jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam,

2015). Kuantitas atau jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang

dapat mempengaruhi beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan

diantaranya kepuasan pasien, kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat,

dan sebagainya.

Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen

antara lain sebagai berikut: top manager, middle manager, dan nursing low

manager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari nursing low

manager yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal

atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan bagian dari

manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen keperawatan

yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dalam rangka

untuk memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara professional (Nursalam, 2013).

Konsep yang harus dikuasi adalah konsep tentang pengelolaan

perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa

rencana strategi melalui pendekatan, pengumpulan data, analisa SWOT, dan


menyusun langkah-langkah perencanaan, melakukan pengawasan dan

pengendalian (Nursalam, 2015).

Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah fokus pada

sumber daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen

keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan

keperawatan, untuk kepuasan pasien melalui peningkatan produktifitas dan

kualitas kerja perawat (Nursalam, 2015).

Demi meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan, manajemen

rumah sakit seharusnya lebih memperhatikan sumber daya perawat di rumah

sakit baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Mengingat perawat memberikan

asuhan keperawatan secara holistik (menyeluruh) sehingga perawat memiliki

tanggung jawab lebih dalam merawat pasien terutama di instalasi rawat inap

dimana perawatlah yang merawat pasien selama 24 jam. Oleh karena itu,

peran perawat inilah yang secara langsung dirasakan oleh pasien.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang berkualitas,

manajerial keperawatanpun harus ditingkatkan. Dimana salah satu upaya

manajerial keperawatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

yaitu dengan peningkatan jumlah (kuantitas) sumber daya perawat (Nursalam,

2015). Kuantitas atau jumlah sumber daya perawat merupakan aspek yang

dapat mempengaruhi beberapa hal di dalam pelayanan keperawatan

diantaranya kepuasan pasien, kepuasan kerja perawat, beban kerja perawat,

dan sebagainya.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktik stase manajemen keperawatan

mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan

dengan menggunakan model praktik keperawatan profesional (MPKP),

secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang

professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan kajian situasi melalui 4 pilar manajemen

keperawatan

b. Mengetahui bagaimana cara pre conference dan post conference di

Ruang X

c. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima

dimensi manajemen yaitu man, metode, material, money, marketing

di Ruang X.

d. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian

pelayanan keperawatan di X.

e. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang

ditemukan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efekti

f melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem

manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis bagi pelay

anan keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan metode yang

saling berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar dengan organi

sasi keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit. Teori ini meli

puti pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi masih membut

uhkan pengembangan atau perbaikan keterampilan manajerial hingga ke tin

gkat divisi keperawatan. Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan men

jadi tiga tingkatan yaitu:

1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan t

eori dan keterampilan berfikir.

2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan metode, prosedur atau tekn

ik.

3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dala

m berinteraksi dengan individu atau kelompok (Swanburg, 2013).

Longest (2017) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses ya

ng melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan


untuk mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan

menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan teknolo

gi yang tersedia. Sejalan dengan pemikiran Longest, Wren dalam buku Mo

dern Health Administration (2017) (dikutip dari Massie, 2016) menyatakan

bahwa manajemen adalah seni dan ilmu, atau suatu seni yang punya landas

an ilmu pengetahuan. Menurut Grant dan Massey (2019) manajemen meru

pakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suat

u kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan

POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana,

dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan se

bagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, se

hingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses

keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data,

identifkasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.

2.1.2 Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu

Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegaw

aian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali

dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksana

kan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, membe

rikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya dan memodifika

si rencana yang diperlukan (Swanburg, 2017). Fungsi planning (perenc

anaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi i

ni akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninj

aya, (2017) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi

manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak m

ungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik

Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhad

ap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan,

dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap p

roses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.

Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu men

jamin pasien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mer

eka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar m

endapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan (Swanbu

rg, 2017).

a. Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan dari perencanaan adalah:

- Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan


- Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia

- Membantu koping dengan situasi kritis

- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya

- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan

berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.

- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

b. Tahap dalam perencanaan:

- Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta

- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dic

apai.

- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pe

laksanaan program.

- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Prasyarat perencanaan

Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan da

n hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan prosedur

yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel, ber

kesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode evaluasi.

d. Langkah-langkah dalam perencanaan

- Pengumpulan data
- Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities, t

hreatened)

- Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang me

nghambat

- Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan, pros

edur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode y

ang digunakan.

e. Jenis Perencanaan

- Perencanaan Strategi: Perencanaan strategis merupakan suatu pr

oses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuata

n dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan p

engetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada

masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk

melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan mel

alui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.

- Perencanaan Operasional: Perencanaan operasional menguraika

n aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun j

adwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang

yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Me

nggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan j

uga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.

f. Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan.

- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksan

aan

- Memudahkan kordinasi

- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran oper

asional secara jelas

- Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat

- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipah

ami

- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

- Menghemat waktu dan dana

g. Keuntungan Perencanaan

- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak pro

duktif.

- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya te

rutama fungsi keperawatan

- Memodifikasi gaya manajemen

- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

h. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan infor

masi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.

- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak

- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis

- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu di

ambil

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-ora

ng, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian

rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai s

uatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2016 dalam Nur

hidayah, 2019). Menurut Swanburg (2017), pengorganisasian adalah pe

ngelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif, penug

asan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelo

mpok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat

dengan unit lainya, baik menurut vertikal maupun horizontal, yang bert

anggung jawab untuk mencapai objektif organisasi.

Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat di

ambil kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar

pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara ang

gota organisasi degan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab y


ang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisi

en.

a. Prinsip Pengorganisasian

- Rantai komando (Chain of comand). Kepuasaan anggota, efektif

dan sukses mancapai tujuan, organisasi ditetapkan sesuai denga

n hubungan hierarki dan kewenangan dari atas kebawah.

- Unity of comand. Karyawan mempunyai satu sipervisor dan sat

u pimpinan dengan satu perencanaan untuk sekelompok kegiata

n dengan tujuan yang sama.

- Span of control / rentang kendali. Prinsip pembimbing, dimana s

eorang supervisor dapat membimbing secara efektif dalam hal j

umlah, fungsi, dan geografi

- Specialization. Setiap orang masing-masing memiliki keahlian t

ertentu.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian

- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tert

uang dalam fungsi perencanaan.

- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan.

- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiata

n yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh s

taf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

- Mendelegasikan wewenang.

3. Ketenagaan

Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh i

mbalan, meliputi kegiatan : perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pen

gembangan serta pemeliharaan. Manajemen ketenagaan bukan hanya m

asalah administrasi/pengaturan karyawan tetapi lebih banyak merupaka

n pendekatan integral secara holistik yang meliputi: peningkatan harkat,

menghargai, yakin bahwa semua manusia ingin memperbaiki diri.

a. Tujuan Manajemen Ketenagaan

Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga ke

perawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pela

yanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberha

silan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kema

mpuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat dit

entukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepa

t-tepatnya.

b. Fungsi Manajemen Ketenagaan

Fungsi manajemen ketenagaan ada 2 yaitu:


- Fungsi manajerial meliputi: Perencanaan, Pengorgnisasian, Pe

ngarahan:, Pengawasan

- Fungsi operasional meliputi: Pengadaan tenaga, Pengembanga

n tenaga:

c. Manfaat manajemen ketenagaan

- Tercapainya tujuan

- Dapat meningkatkan efektifitas dan efisien kerja

- Dapat menambah gairah kerja

- Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan

4. Directing (Pembinaan/ pengarahan)

Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiat

an directing, controling dan aktiviting.

a. Fungsi pengarahan

Pengarahan karu pada staf dapat membentuk perilaku staf perawat

secara bertahap, bukan sekaligus. Menurut Timpe (2017) menjelas

kan bahwa jika seseorang menguasai sebuah komponen, kemudian

bergerak maju sampai dengan mengubah tahap berikutnya, sehing

ga semua komponen dikuasai maka akan terbentuk sebuah perilak

u baru yang sangat kompleks.

b. Langkah-langkah pengarahan

- Fasilitas proses perubahan perilaku.

- Tentukan pola-pola perilaku baru dengan rinci.


- Berikan segera umpan balik kepada setiap individu terkait pre

stasi.

- Tanggapi perilaku secepatnya.

- Gunakan pengutan (renfercement) yang ampuh.

- Gunakan pengutan secara berkesinambungan dan bervariasi.

- Hargai kerja tim, bukan menjadi pesaing.

- Kaitkan semua penghargaan dengan prestasi.

- Jangan melalaikan prestasi kerja yang tinggi.

5. Controlling (Pengendalian/ Evaluasi)

Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya t

erjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikel

uarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk men

unjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terj

adi lagi. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untu

k menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, meranc

ang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata deng

an standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan menguk

ur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan yang digun

akan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pe

rusahaan (Mockler, 2018).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala s

esuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi y


ang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwi

ck, 2017). Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu: h

arus menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahan-kesa

lahan dengan segera, harus memandang ke depan, harus menunjukkan

penerimaan pada titik kritis, harus objektif, harus fleksibel, harus menu

njukkan pola organisasi, harus ekonomis, harus mudah dimengerti, sert

a harus menunjukkan tindakan perbaikan. Untuk fungsi-fungsi kontrol

dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencap

aian tujuan-tujuan keperawatan adalah:

- Analisa Tugas

Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersus

un dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hany

a mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat dig

unakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

- Kontrol kualitas

Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat

dari pelayanan keperawatan.

a. Prinsip controlling

Prinsip controlling yaitu:

- Principle of uniformity: dibentuk di awal sampai dengan akhir.


- Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan de

ngan yang dicapai.

- The principle of exception: tidak yang sempurna dari perencanaa

n, yang penting ada umpan balik untuk perbaikan.

b. Pelaksanaan controlling

Pelaksanaan controlling meliputi:

- Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.

- Pre conference, overan, post conference.

- Ronde keperawatan.

- Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah dibua

t.

- Program evaluasi dan peer review

c. Tipe controlling

- Input control.

- Proses control.

- Output control.

d. Langkah-langkah kegiatan controlling

- Menetapkan standar

- Dapat mengukur tujuan.

- Kumpulkan data dengan membandingkan standar yang telah dite

tapkan.

- Lakukan umpan balik.


- Pertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.

e. Manfaat Pengawasan

- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaks

anakan sesuai dengan standar atau rencana kerja.

- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pe

ngertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah me

ncukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bent

uk promosi dan latihan lanjutan.

2.2 Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

2.2.1 Manajemen Unit

1. Manajemen Unit

Menurut Nursalam (2017), manajemen unit terdiri dari:

a. Ruangan

1) Sarana Ruangan: Lingkungan kerja untuk pencapaian proses

manajerial keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara

keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat

tidur dan kamar mandi pasien, ruang peralatan, ruang perawat/nurse

station berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan +

ruang tamu + kamar mandi + ruang peralatan, ruang ganti perawat +


kamar mandi perawat ruang konferensi, mushola, ruang administrasi,

ruang spoolhoek, dapur dan gudang serta depo farmasi.

2) Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan ruang

operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman dan nyaman.

3) Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.

4) Kondisi: pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar ruangan

sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran jendela sesuai

dengan besar ruangan, warna cat lembut, tidak berjamur, bersih, pintu

fleksibel dapat dilalui brankard, bersih, tidak licin. Perbandingan

kamar mandi dengan pasien sesuai, lantai tidak licin, bersih, letak

terjangkau oleh pasien. Kasur bersih, dapat dirubah posisinya,

terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu delivery pasien,

sampiran ada pada setiap tempat tidur pasien. Terdapat papan penunjuk

arah.

b. Alat dan bahan

1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): laken, boven laken, sarung

bantal, sarung guling, perlak, stik laken, selimut, baju pasien,

waslap, taplak meja, alas baki, handuk, sarung buli-buli, sarung

O2, gorden, dan vitrage.

2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): bak instrumen (besar,

sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan chirurgis,


gunting (jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan

tempatnya.

3) Alat-alat tanda vital: tensimeter, stetoscope, termometer,

4) Alat-alat pemeriksaan fisik: refleks hammer, tongue spatel,

timbangan BB, pengukur TB, midline.

5) Irigator, WWZ panas/dingin, waskom mandi.

6) Alat transportasi: brankard, kursi roda

7) Emergency trolley

8) O2 dan manometer

9) Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, savlon, H 2O2, NaCI,

cairan infus, lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa

plester, set infus, kateter, NGT, kondom kateter, urine bag, dan obat-

obatan.

10) Alat-alat rumah tangga: kasur, bantal, guling, meja, jam dinding,

kursi, lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok,

gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum),

kapstok pakaian, rak handuk, keset, telepon dan white board.

11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem,

perforator, spidol, formulir (perencanaan, pengkajian dan

implementasi) resume pasien pulang/meninggal/dirujuk, grafik

suhu nadi, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan

radiologi).
c. Hubungan perawat-pasien

1) Hubungan perawat-pasien dimulai sejak pasien masuk, selama

perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai pasien pulang.

2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena

merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses

keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang diberikan pada

pasien sangat lergantung pada hubungan perawat-pasien.

d. Hubungan perawat-perawat

1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.

3) Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan

berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

a) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.

b) Mengadakan rapat bulanan secara rutin.

c) Media komunikasi antar perawat menggunakan buku laporan,

bukuronde dan whiteboard.

e. Hubungan perawat-profesi lain

1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani

masalah tim

2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik

3) Proses pendelegasian jelas dilakukan secara jelas dan tertulis

4) Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas


5) Saling menghargai antar profesi

2.2.2 Manajemen Pelayanan Keperawatan (Kekuatan Kerja)

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang

keperawatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan rumah sakit,

sedangkan pelayanan keperawatan di ruangan dipimpin oleh seorang

kepala ruangan, dimana pelaksanaannya mengacu kepada visi, misi dan

tujuan pelayanan keperawatan. Telaah Manajemen Pelayanan/unit

meliputi:

1. Man

Dalam pengkajian man termasuk di dalamnya struktur organisasi,

komposisi ketenagaan (perawat, dokter dan tenaga non perawat) dan

menentukan jumlah tenaga perawat yang di butuhkan setiap harinya

sesuai dengan identifikasi jenis kebutuhan perawatan pasien. Untuk alat

ukur dibuat berdasarkan rata-rata pasien membutuhkan perawatan

sehari.

2. Money

Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas,

dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan

pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat,

rincian harga pelayanan jasa pengobatan dan lain- lain.

3. Metode/ model
Menjelaskan tentang metode keperawatan yang ada dalam sebuah

manajemen, terdiri dari penerapan MAKP, ronde keperawatan,

pendokumentasian, discharge planning, visite, pengelolaan nutrisi dan

labolatorium.

4. Material

a. Lingkungan Fisik

a) Fasilitas fisik lokasi:

- Lokasi unit ini harus dekat dengan fasilitas radiology dan

ruang laboratorium untuk kemudahan dan efisiensi

- Lokasi juga harus berdekatan dengan ruang emergensi dan

dekat dengan unit perawatan khusus, untuk mengembangkan

suatu unit pelayanan terpadu.

b) Ukuran

- Ukuran ruangan ditentukan berdasarkan beban kasus dan

kompleksitas rumah sakit. menurut standar Gudelines for

Contraction and Equipment for Hospital and Medical

Vasilities (2015-2017)

c) Ruangan

- Kapasitas ruangan untuk kelas satu maksimum dua pasien,

catatan: dalam konstruksi baru kapasitas ruangan maksimum

seharusnya dapat menampung dua pasien. peraturan


sekarang, kapasitas maksimum ruangan menampung sekitar

empat pasien.

- Dalam konstruksi baru ruang pasien harus mempunyai luas

minimal 9,2 m2, ukuran lantai perbed dan luas area

tergantung dari kebijakan RS setempat dan lahan yang ada,

ukuran lantai perbed sama dengan ruas area single bed.

Ruang toilet, kloset, loker, gudang, ruang depan, susunan

ruangan seharusnya berukuran minimal 0,91 m2 termasuk

dari sisi dan kaki tempat tidur dan dinding. diruang multiple

bed ukuran lantai minimal 1,22 m2, dalam area multiple bed

ruangan pasien berukuran minimal 80 kaki sama dengan

ukuran single bed yaitu 9,29 m2.

- Ruang operator perawat harus mengarah kesemua ruangan

- Dalam konstruksi baru, wastapel harus disediakan di setiap

ruangan pasien. letak wastapel harus berdekatan dengan

tempat tidur dan tempat menyuci peralatan. Toilet harus

dirancang untuk satu tempat tidur atau dua tempat tidur

- Ruang pasien mempunyai jendela pada bagian yang sesuai

diperuntukkan untuk empat tempat tidur atau lebih dari

ruang pasien. Toilet memiliki water closet dan wastapel

yang menggunakan pintu double acting

- Setiap pasien harus terpisah dari lemari pakaian, loker


- Jika dalam ruangan terdapat banyak tempat tidur diperlukan

penghalang untuk menjaga privasi

- Untuk ventilasi, ruang oksigen, ruang oksigen, vakum udara

dan listrik harus sesuai dengan standar

d) Desain Ruangan

- Tata letak ruang rawat inap harus disesuaikan dengan

struktur yang telah ada, tetapi unit berbentuk melingkar atau

persegi empat mungkin yang paling efisien dengan

menempatkan stasiun perawatan di tengah. Desain seperti

ini akan memberikan pengamatan yang maksimal kepada

pasien. selain itu harus mempunyai washtafel dan dapat

dikombinasikan menjadi ruang rapat dan ruang komunikasi,

serta mempunyai pintu darurat.

e) Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis.

- Alat Tenun: (Alas baki, alas brankar, bantal, barak short,

duk bolong, under pad (Pengalas steril), gorden tebal,

gorden vitrase, handuk, kelambu, laken dewasa, selimut

wool, stik laken, sarung bantal, sarung penderita, sampiran,

tutup mayat)
- Alat kedokteran dan kesehatan (alat mandi, alat eliminasi,

alat oksigenasi, pengukuran tanda-tanda vital, alat

transportasi, machine, dressing set)

5. Marketing

Marketing diartikan sebagai pemasaran, sebagai indikator bagi

pemanfaatan rumah sakit dan peningkatan mutu pelayanan bagi para

konsumen, indikator dari tingginya nilai jual rumah sakit dapat dilihat

dari peningkatan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan rumah sakit,

indikator tersebut sebagai berikut :

a. Bed Occupancy Rate (BOR)

Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya

tingkat pemnafaatan tempat tidur rumah sakit (Muninjaya A.A.G,

2016: 2018).

b. Average Length of Stay (ALOS)

Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini dapat

menggambarkan tingkat efisiensi managemen pasien di sebuah

rumah sakit, untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis

penyakit tertentu dijadikan tracernya (sesuatu yang perlu diamati

lebih lanjut) (Muninjaya A.A.G, 2016: 2018).

c. Mutu Pelayanan keperawatan


Merupakan hal penting dalam pemasaran sebuah manajemen rumah

sakit, hal ini dilihat dari pelayanan keperawatan yang ada dalam

sebuah rumah sakit apakah pelayanan keperawatan nya sudah

memenuhi standar operasional atau masih belum mencapai standar.

d. TOI

Menurut Depkes adalah RI (2015) adalah rata-rata hari dimana tem

pat tidur tidak ditempati dari telah diisi kesaat terisi berikutnya. Indi

kator ini memberikan gambaran tingkatan efisiensi penggunaan tem

pat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3

hari.

e. BTO

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, be

rapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (De

pkes RI, 2015), Dalam satu tahun idealnya tempat tidur dipakai rata

– rata sebanyak 40 – 50 kali.

2.3 Konsep SPO dan SAK

2.3.1 Konsep SPO


a) Pengertian SPO

1) Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk

mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai

tujuan organisasi.

2) SPO merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.

b) Tujuan SPO

1) Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja

petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi

dalam organisasi

3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait.

4) Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari

malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan

inefisiensi

c) Fungsi SPO :

1) tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah

dilacak.
4) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam

bekerja.

5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

d) Penerapan SPO

1) SPO harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan

2) SPO digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah

dilakukan dengan baik atau tidak

3) Uji SPO sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan

langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.

e) Keuntungan adanya SPO

1) SPO yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi

alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan

diselesaikan secara konsisten

2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan

tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan

3) SPO juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan

bisa digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai memiliki

kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan

standar-standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh

untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat

mewujudkan visi dan misi perusahaan.


2.3.2 Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nurs

alam, 2017), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meli

puti pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan ev

aluasi, sebagai berikut:

1. Standar 1: Pengkajian keperawatan

Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pas

ien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambunga

n. Data dapat diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan p

enunjang dan kemudian didokumentasikan.

a. Kriteria Pengkajian

Kriteria pengkajian meliputi:

- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,

pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang

- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, ti

m kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi”

- Status kesehatan pasien masa lalu

- Status kesehatan pasien saat ini

- Status biologis-psikologis-sosial-spritual

- Respon terhadap terapi

- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal


- Risiko tinggi masalah

2. Standar 2: Diagnosa Keperawatan

Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumusk

an diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:

- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi m

asalah, perumusan diagnosa keperawatan.

- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan ta

nda/ gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk m

emvalidasi diagnosa keperawatan.

- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan dat

a terbaru.

3. Standar 3: Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masa

lah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :

- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan ren

cana tindakan keperawatan.

- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan kepe

rawatan

- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuha

n pasien mendokumentasikan rencana keperawatan

4. Standar 4: Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :

- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawat

an

- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.

- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga men

genai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien me

modifikasi lingkungan yang digunakan

- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan ber

dasarkan respon pasien.

5. Standar 5: Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Ada

pun kriteria prosesnya:

- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara kompre

hensif, tepat waktu dan terus-menerus

- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke ara

h pencapaian tujuan

- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat


- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi pere

ncanaan keperawatan

- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

2.3.3 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

1. Definisi

Menurut Kozier (2014), dokumentasi keperawatan adalah lapora

n baik komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untu

k menyampaikan informasi kepada orang lain. Merupakan informasi te

rtulis tentang status dan perkembangan kondisi pasien serta semua kegi

atan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fisbach,2018).

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagia

n dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi as

uhan kepada pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap

meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan ke

perawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Den

gan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar

dari catatan klinis pasen yang menginformasikan faktor tertentu atau si

tuasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan j

uga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Int

erdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta a

ktual untuk dipertanggung jawabkan.


Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon

pasien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh p

erawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian

permanen dari rekam medis lain.

2. Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan adalah:

a. Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap da

pat berguna untuk:

- Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dib

erikan oleh tim kesehatan.

- Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggot

a tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama se

kali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningka

tkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidan

an pada pasien.

- Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebai

kbaiknya.

b. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayana

n keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamana

n perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan dih


aruskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen.

Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketid

akpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya

dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya

dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terh

adap pelayanan yang diterima secara hukum.

c. Sebagai Informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat mem

bantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sa

rana, prasarana dan teknis.

d. Sebagai Sarana Pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan s

ecara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebi

danan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar meng

ajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, bai

k teori maupun praktek lapangan.

3. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi

Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan dokumentasi

keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai

aspek:

a. Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepo

erawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebaga

i pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. do

kumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pe

ngadilan.

b. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat, akan memberikan

kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masala

h pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapa

t teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan d

imonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu men

ingkatkan mutu yankep.

c. Komunikasi

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap m

asalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehat

an lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komun

ikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperaw

atan.

d. Keuangan

Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah dibe

rikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan

atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.


e. Pendidikan

Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuha

n keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau refere

nsi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

f. Penelitian

Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandu

ng informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset d

an pengembangan profesi keperawatan.

g. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran

dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada pasien. De

ngan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pe

mberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.

4. Standar Dokumentasi

Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan u

ntuk memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumen

tasi proses keperawatan. Katagori informasi yang biasanya masuk dala

m status (chart) pasien adalah:

a. Data demografik

b. Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

c. Formulir persetujuan

d. Diagnosa
e. Pengobatan

f. Catatan perkembangan /kemajuan

g. Catatan secara berkesinambungan (flow sheet)

h. Catatan perawat

i. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan

akan sangat membantu dalam berkomunikasi baik antara sesama p

erawat/bidan maupun lembaran tindakan (treatment)

j. Catatan laboratorium

k. Laporan rontgen ( X – ray )

l. Ringkasan pasien pulang

5. Metode Pendokumentasian

Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah keseha

tan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan keseha

tan pasien. Kesalahan dalam pendokumentasian:

a. Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas.

b. Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.

c. Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan kepera

watan.
d. Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang bena

r.

6. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian.

Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk memban

dingkan perubahan kesehatan pasien (Carpenito, 2018).

b. Perencanaan

Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah, merumu

skan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan (Car

penito, 2018).

c. Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien, bai

k tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan kolaborasi (Car

penito, 2018).

d. Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan :

pengkajian, perencanaan, dan implementasi (Carpenito, 2018)

e. Catatan perkembangan

Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan sistem yang a

da. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehata


n pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan

(Carpenito, 2018).

f. Informasi kesehatan lain

Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain : berat

badan, tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output cairan

dalam 24 jam, daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian oba

t (kemoterapi, terapi hormon) (Carpenito, 2018).

g. Ringkasan perpindahan pasien

Format ini harus spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien dan me

menuhi ketentuan administrasi dan legalitas perpindahan antar uni

t dan perpindahan antar institusi rumah sakit. Ringkasan format pe

laporan meliputi lembaran : data dasar demografi, orientasi ruanga

n, laporan klinis (Carpenito, 2018).

h. Perencanaan pulang

Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umu

m dan khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat be

rikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan k

esehatan (Carpenito, 2018).

i. Perawatan di rumah

Format pendokumentasian pasien yang akan melanjutkan perawat

an di rumah bertujuan untuk memberikan ringkasan/informasi per

kembangan kesehatan pasien selama di rumah sakit, agar dokter/p


erawat/tim profesional lainnya yang terlibat melanjutkan pengobat

an/perawatan pasien di rumah yang memenuhi syarat medicare (C

arpenito, 2018)

2.3.4 Model Asuhan Keperawatan.

Menurut Marquis & Huston (2019) perlu mempertimbangkan 6 unsur

utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan

yaitu:

- Sesuai dengan visi dan misi institusi

- Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

- Efisien dan efektif penggunaan biaya.

- Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.

- Kepuasan kinerja perawat.

Menurut Grant & Massey (2019) dan Marquis & Huston (2019) ada 5

metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dal

am pelayanan keperawatan, yaitu:

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaa

n asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke

dua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan per

awat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keper

awatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientas


i tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindaka

n) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2017).

Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari p

emisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasie

n dan penugasan masing-masing anggota, staf keperawatan untuk mela

kukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit.

Keuntungan metode penugasan fungsional adalah:

- Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan

satu atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya.

- Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembag

ian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik

- Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

Kelemahan metode fungsional adalah :

- Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan keperawa

tan)

- Menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat.

- Membuat hubungan perawat-pasien sulit terbentuk

- Memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab u

ntuk perawatan pasien.

- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.
Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien, pera

wat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-

obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan tot

al pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang

melakukan tugas yang non keperawatan. Perawat hanya melihat askep s

ebagai keterampilan saja. Selain itu ketika tanggung jawab untuk seora

ng pasien dilakukan oleh beberapa perawat maka seringkali perawat me

nganggap enteng kesalahan/ kelalaian selama perawatan.

Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional

b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan p

asien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk

setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh oran

g yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa ditera
pkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untu

k perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensiv

e care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi kepera

watan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada

pasien tertentu (Nursalam, 2017).

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (2019), perawat yang menggunakan metode ke

perawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawa

t primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kon

tinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggun

g jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 pasien da

n bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien dirawat dirumah sak

it. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi d

an koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan

membuat rencana pulang pasien jika diperlukan. Jika perawat primer se

dang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada pera

wat lain (associate nurse).

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jaw

ab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandiri

an perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaks

ana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan ter
us menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencan

akan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan keperawatan primer”

- Bersifat kontinu dan komprehensif

- Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap ha

sil dan memungkinkan pengembangan diri

- Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara indi

vidu

- Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayana

n yang efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi informasi d

an advokasi

Kelemahan keperawatan primer adalah :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalama

n dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguas

ai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan ber

bagai disiplin.
Skema 2 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan kepera

watan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tena

ga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok pasi

en melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model ti

m didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempun

yai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawat

an sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tin

ggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut

Kron & Gray (2018) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep

berikut:

- Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunaka

n tehnik kepemimpinan.

- Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana kepera

watan terjamin.
- Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

- Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan ber

hasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang be

rbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelomp

ok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri

dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil y

ang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemah

annya yaitu (Nursalam, 2017):

Kelebihan:

- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

- Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

- Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diat

asi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

- Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk k

onferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit un

tuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.


Skema 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

e. Sistem Manejemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana

para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan

kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan

kasus dalam beberapa cara seperti:

- Dengan dokter dan pasien tertentu

- Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-uni

- Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan m

embutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidi

kan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan d

engan budget yang tinggi.


Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus

f. Metode Modular

Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi kep

erawatan tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konse

p keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem nin dipimpin ole

h perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawata

n di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat

memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim se

bagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap seti

ap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah s

akit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu pel

ayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan kep

erawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasi

en. Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan seh

ingga biaya menjadi lebih efektif.

Tugas dan tanggungjawab kepala perawat:

- Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.


- Memberikan motivasi pada staf perawat.

- Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :

- Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesi

onal untuk melaksanakan tindakan perawatan.

- Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, meren

canakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.

- Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.

Tugas dan tanggung jawab anggota tim :

- Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ke

tua tim.

Keuntungan:

- Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.

- Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.

- Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.

- Meningkatnya kepuasan pasien.

- Biaya efektif.

Kerugian :

- Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pa

sien yang tidak diharapkan.

- Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.

- Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.


2.3.5 Discharge Planning

Kozier (2019) mendefinisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada

unit yang lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana

perawatan professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk

memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh

pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu

pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta perawatan rutin yang

sebenarnya (Swanberg, 2018).

Rindhianto (2018) mendefinisikan discharge planning sebagai

perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien

dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan

sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen

sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan pasien secara

berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada pasien dan

membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik,

pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau

(Doenges & Moorhouse, 2019).


Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah komponen

sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien

dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan

untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam

atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan

keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan

dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

a. Tujuan Discharge Planning

Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk

kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.

Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/perencanaan

pulang antara lain sebagai berikut:

1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan

sosial.

2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.

4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain

5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan

status kesehatan pasien

6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan

masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau

discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins

(2019) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien atau

perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan home

care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien :

1) Memahami mengenai penyakitnya

2) terapi obat secara efektif

3) Mengikuti aturan diet secara hati-hati

4) Mengatur level aktivitasnya

5) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan

6) Mengenali kebutuhan istirahatnya

7) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami

8) Mengetahui kapan mencari follow up care

b. Manfaat Discharge Planning

1) Bagi Pasien:

a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien

b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan

sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.

c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan

memperoleh support sebelum timbulnya masalah.

e) Dapat memilih prosedur perawatannya


f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa

yang dapat dihubunginya.

2) Bagi Perawat:

a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan

b) Menerima informasi kunci setiap waktu

c) Memahami perannya dalam system

d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru

e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda

dan cara yang berbeda.

f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

c. Prinsip-Prinsip Disharge Planning

1) Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan

dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang,

nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat

segera antisipasi.

3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan

pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus

saling bekerja sama.

4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas

yang ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah


pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia

maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.

5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan

kesehatan, setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka

perencanaan pulang harus dilakukan.

d. Jenis - Jenis Discharge Planning

1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan

pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat

komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah sakit namun

harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas

terdekat.

2) Absolute discharge (pulangmutlak atau selamanya) cara ini

merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit, namun

apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan

dapat dilakuakan kembali.

3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien

diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak

memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien hrus dipantau dengan

melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas terdekat.


e. Alur Discharge Planning
Gambar 2.2 Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan Pasien:

1. Klinis dan pemeriksaan


penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
Pasien

Perencanaan Pulang

Penyelesaian Administrasi Program Kontol, Obat, dan Lain - Lain


Perawatan
Gizi
Aktivitas dan Istirahat
Perawatan Diri

Monitor (sebagai program


service safety) oleh:
keluarga dan petugas
2.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu

organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang

strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor

kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness). Sementara analisis eksternal

mencakup faktor peluang (opportunity) dan tantangan (threaths).

2.4.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif Matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

kearns menampilkan 8 kotak, yaitu 2 paling atas adalah kotak faktor

eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan 2 kotak sebelah kiri adalah

faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan

kotak isu – isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara

faktor faktor internal dan eksternal.

EKSTERNAL
OPPORTUNITY THREAT
INTERNAL
STRENGTH Comparative Advantage Mobilization
WEAKNESS Divestment/ Invesment Damage Control
Sumber : Hisyam (2010)

Keterangan :

a. Sel A : Comparative Adventages

Sel ini merupakan pertemuan 2 elemen kekuatan dan peluang, sehingga

kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat

b. Sel B : Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. disini

dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan

organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar, bahkan kemudioan

merubah ancaman menjadi sebuah peluang.

c. Sel C : Divestment / Investment

d. Sel D : Damage Control

2.4.2 Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT

Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif

melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan

Robinson (2018) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang

sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah

total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T ;

Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara

saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh

dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor

lainnya. Pilihan rentang besaranskor sangat menentukan akurasi

penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10,

dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti

skor yang paling tinggi.


Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara

saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor

adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point

faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang

telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor)

dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan

faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi

nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y)

selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada

kuadran SWOT.

NO STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Kekuatan

NO WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Kelemahan
Selisih total kekuatan – total kelemahan = S – W = x
NO OPPORTUNIT SKOR BOBOT TOTAL
Y
1.
2.
Total Peluang

NO THREAT SKOR BOBOT TOTAL


1.
2.
Total Ancaman
Selisih total kekuatan – total kelemahan = O – T = y

Keterangan :

a. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,

Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya

organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat

dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar

pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.


b. Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun

menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang

diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam

kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga

diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus

berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,

organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi

taktisnya.

c. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat

berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah

Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi

sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat

menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja

organisasi.

d. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi

tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi

Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan


dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan

strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin

terperosok. Strategi ini dipertahankan sambi terus berupaya

membenahi diri.

BAB III
MANAJEMEN RUANG PERAWATAN UMUM 3
RUMAH SAKIT UMUM KUNINGAN MEDICAL CENTER
TAHUN 2021
Analisis situasional fungsi manajemen dikaji oleh mahasiswa profesi Ners
Kampus 2 STIKes Kuningan untuk mencapai kompetensi praktek manajemen
keperawatan. Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di Ruang
Perawatan X Rumah Sakit Umum Daerah Harapan Pelita Kabupaten Kuningan yaitu
keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di
ruangan X. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan
kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah ‘Pelota Harapan ’ Kabupaten Kuningan
didirikan pada tahun 2010 dengan memiliki visi sebagai Rumah Sakit Rujukan
terbaik di wilayah III Jawa Barat Tahun 2021. Adapun misinya yaitu
memberikan dan mengutamakan kepuasan kepada pelanggan, mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas, menyediakan Prasarana dan Sarana
sesuai dengan standarisasi Rumah Sakit, mengembangkan Rumah Sakit sebagai
tempat Diklat dan Penelitian, meningkatkan kesejahteraan yang memadai bagi
pegawai, meningkatkan hubungan kemitraan dengan skateholder.
Rumah sakit Pelita Harapan merupakan rumah sakit pemerintah sebagai
satuan kerja perangkat daerah yang menetapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.

B. Kajian / Analisis Situasi


1. Kajian Situasi Rumah Sakit
a. Visi Rumah Sakit
“Sebagai Rumah Sakit Rujukan terbaik di wilayah III Jawa Barat Tahun
2021”.
b. Misi Rumah Sakit
1. Memberikan dan mengutamakan kepuasan kepada pelanggan,
2. Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
3. Menyediakan Prasarana dan Sarana sesuai dengan standarisasi Rumah
Sakit
4. Mengembangkan Rumah Sakit sebagai tempat Diklat dan Penelitian
5. Meningkatkan kesejahteraan yang memadai bagi pegawai,
meningkatkan hubungan kemitraan dengan skateholder.
c. Motto Rumah Sakit
“Pelayanan terbaik paling utama bagi kami”
2. Kajian / Analisis Situasi Ruang Rawat
a. Karateristik Unit
1) Visi Ruangan
Menjadi ruang pelayanan yang unggul, mandiri dan terpercaya guna
membuat pasien cepat sembuh dan kembali kemasyarakat.
2) Misi Ruangan
1. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
manusia seutuhnya (bio, psiko, sosial dan spiritual).
2. Mencegah dan mengurangi terjadinya penyakit/komplikasi lebih
lanjut pada pasien.
a) Sifat Kekaryaan Ruangan
- Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang X adalah individu
dengan usia dari 12 tahun sampai dengan 25 tahun dengan
kategori remaja, usia dari 26 tahun sampai dengan 45 tahun
dengan kategori dewasa dan usia dari 46 tahun sampai dengan 65
tahun dengan kategori lansia. Penyakit yang timbul diantaranya
Hipertensi, pneumonia, gastritis, anemia, typhoid, TB, GEA,
stroke, DHF dan CKD.
Dalam bidang pendidikan fokus telaah di ruang X adalah
individu/ kelompok yang membutuhkan pengetahuan dalam
memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan
yang dialami dan dampak yang ditimbulkan.
- Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang X adalah
penyimpangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
khususnya pada anak-anak. Berdasarkan fokus telaah, maka
lingkup garapan ruang X adalah memberi pelayanan secara
aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala aktifitas
untuk mengatasi gangguan hambatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada satu
atau berbagai sistem yang dialami individu.
Secara umum lingkup garapan ruang X adalah:
1) Memberikan pelayanan untuk memberikan kenyamanan pada
pasien selama dirawat.
2) Pemberian bantuan kepada individu dalam meningkatkan dan
memelihara status kesehatan, deteksi dan pencegahan
penyakit.
3) Pemberian bantuan kepada pasien dalam mencapai
kemandirian pasien sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
4) Pemberian bantuan kepada pasien meninggal dengan damai
serta memberikan informasi atau edukasi keluarga.
5) Memanggil code blue jika pasien memerlukan tindakan RJP
dan memanggil dokter untuk menentukan tindakan lanjutan.
- Basis Intervensi
Basis intervensi ruang X dalam bidang pelayanan untuk
memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) akibat dari
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan pasien.
3) Model Layanan
Ruang penyakit dalam (Ruang X) menggunakan model layanan
dengan metode fungsional, dibagi menjadi 4 ketua shift dan setiap shift
dipimpin oleh satu orang.
4) Letak Ruangan
Bagan 3.1. Letak Ruangan

Rubby 1

Koridor
RPA

Area Parkir Rubby 2

Saphire 1

Saphire 2
5) Kapasitas Unit Ruangan
- Ruang perawatan pasien kamar (I) terdapat 10 bed pada ruangan.
Ruang perawatan pasien kamar (III) terdapat 10 bed pada ruangan.
Ruang perawatan pasien kamar (ISO TBC) terdapat 10 bed pada
ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (ISO B20) terdapat 10 bed
pada ruangan.
- Ruang perawat
- Nurse station
- Ruang gudang
- Ruang Toilet
- Ruang cuci alat
b. Analisis Pasien
1) Karateristik
Ruang adalah ruang perawatan anak dalam yang melayani
perawatan pasien khusus anak dengan jumlah 10 diagnosa medis dan
10 diagnosis keperawatan terbanyak di RUANG X Periode Bulan
Januari-Februari 2021.
- 10 Diagnosa Medis Terbanyak di RUANG X :
1. Hipertensi
2. Pneumonia
3. Gastritis
4. Anemia
5. Typhoid,
6. TB
7. GEA
8. Stroke
9. DHF
10. CKD.
- 10 diagnosis keperawatan menurut SDKI terbanyak di Ruang X
1. Gangguan perfusi jaringan selebral(D.0017)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Nyeri akut (D.0077)
4. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
5. Defisit nutrisi (D.0019)
6. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
7. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
8. Intoleransi aktivitas (D.0056)
9. Hipertemia (D.0130)
10. Hipervolemia (D.0022)
c. Analisis Unit Layanan Keperawatan
1) Flow of Care
Tabel 3.4. Flow of Care

No. Aspek Deskripsi situasi

1. Pelayanan Dari hasil observasi yang dilakukan


a. Penerimaan pada tanggal 14 juli 2021 proses
peneriman pasien baru di ruangan
rawat inap di dapatkan data sebagai
berikut :
1. Pasien yang datang atas rujukan
UGD atau sebelumnya telah di
informasikan dan langsung ke
ruang rawat inap.
2. Ruangan rawat inap sudah
memiliki prosedur tetap dan alur
penerimaan pasien baru.
3. Perawat dari UGD atau poliklinik
menanyakan ruangan-ruangan
atau kelas yang akan digunakan
pasien tersebut.
4. Setelah datang ke bagian
administrasi ruangan rawat inap
pasien baru diterima perawat dan
diantarkan ke ruangan atau tempat
tidur yang telah ditentukan.
5. Informasi mengenai biaya
administrasi dan fasilitas yang
tersedia dilakukan oleh bagian
administrasi.
6. Kondisi lingkungan tempat tidur
pasien dalam keadaan bersih
pasien mendapat fasilitas berupa
kasur, lemari dan standar infus.
7. Terdapat fasilitas untuk penunggu
pasien seperti kursi namun hanya
terdapat satu kursi.
8. Setelah pasien masuk ruang rawat
inap pengkajian awal dilakukan
oleh perawat ruangan pada pasien
baru hanya saja sebatas
pengkajian pada keluhan utama
saja dan rencana keperawatan
beserta pendokumentasian pada
format pasien. Sedangkan
melakukan pengkajian fisik
terhadap pasien baru belum
optimal dilakukan oleh perawat di
ruangan.
9. Pasien masuk keruangan laken
telah di siapkan oleh perawat.
10. Perawat melakukan TTV pada
pasien baru
b. Pengelolaan Dari hasil observasi 5 pasien pada
tanggal 14 Juli s/d 18 Juli 2021
didapatkan data sebagai berikut:
1. Perawat UGD
menginformasikan bahwa
pasien boleh dipindahkan ke
ruang perawatan
2. Dilakukan serah terima antara
perawat UGD maupun
poliklinik terhadap perawat
ruangan dengan
menginformasikan diagnosa
medis dan keadaan pasien
terlebih dahulu
3. Biasanya pasien diantar dari
UGD oleh perawat dan bersama
keluarganya dengan
menggendong pasien (anak).
c. discharge 1. Pada pasien dengan kondisi yang
planning sudah membaik diberikan
pendidikan kesehatan pasca
pemulangan oleh perawat
diruangan namun tidak semua
perawat melakukannya
2. Perawat menginstruksikan
keluarga untuk menyelesaikan
administrasi di ruang administrasi
(di gedung depan) dan menebus
obat ke apotek (jika ada obat).
2) Manajemen Unit
Tabel 3.5. Manajemen Unit

No Ruangan Jumlah
.
1. Ruang perawat 0
2. Ruang perawatan pasien 4
3. Ruang cuci alat 1
4. Toilet 1
5. Ruang alat 1
Kapasitas unit ruang Ruang X memiliki ruang perawatan yang
terdiri dari : 4 ruangan yaitu kamar perawatan pasien : kamar
(I) terdapat 10 bed. perawatan pasien kamar (III) terdapat 10
bed. Ruang perawatan pasien kamar (ISO TBC) terdapat 10
bed. Ruang perawatan kamar (ISO B20) terdapat 10 bed.
Berikut ini deskripsi keadaan masing-masing ruangan :
a) Koridor
Keadaan lantai pagi, siang, dan malam bersih. Terdapat 7
(tujuh) tempat sampah didepan kamar inap namun belum
ada pemilahan jenis sampah. Terdapat handsrub di setiap
dinding kamar pasien.
b) Kantor perawat
Terdapat 1 kamar mandi, 1 meja resepsionis, dalam kondisi
baik dengan penataan yang cukup rapih, meja tersebut
digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen dan status
pasien, bersih, botol sabun cuci disi jika sudah habis dan
kran mengalir.
c) Ruang kepala ruangan
Tidak terdapat ruang kepala ruangan.
d) Lingkungan dan ventilasi
Pencahayaan di ruang X ISO TBC dan ISO B20 kurang
baik, karena jendela ruang perawatan pasien tidak di buka,
yang di buka hanya pintu kamar.
3) Manajemen Asuhan Keperawatan
Tabel 3.6. Manajemen Asuhan Keperawatan

NO ASPEK HASIL OBSERVASI


.

1. Pelayanan Hasil pengkajian yang dilakukan dari tanggal 14 Juli


Penerimaan 2021 didapat data sebagai berikut :
Pasien Alur Pasien Masuk
- Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruangan dan observasi selama pengkajian bahwa
pasien masuk dari IGD selanjutnya mengurus
administrasi ke pendaftaran, setelah selesai
pendaftaran, petugas menelpon ruangan untuk
memesan tempat, mengecek kesiapan ruangan
menerima pasien baru dan mengkonfirmasikan
kondisi pasien. Setelah mendapat konfirmasi dari
perawat ruang X (ruang penakit dalam) bahwa
kamar dan tempat tidur telah siap, baru pasien
diantar dari IGD ke ruangan dan hanya mengambil
rekam medis pasien saja.
Hasil observasi saat pengkajian dari tanggal 14 Juli
2021
- Dari 1 orang pasien baru yang masuk ke Ruang X
(ruang penyakit dalam), pasien diantar oleh perawat
dan keluarga. Pasien langsung diantar oleh perawat
ke kamar dan tempat tidur yang dimaksud. Pasien
dipindahkan oleh petugas emergensi dan keluarga
pasien ikut membantu memindahkan pasien
ketempat tidur.
- Pengkajian Tanda-Tanda Vital dilakukan lagi di
ruangan X (penyakit dalam), memberikan
penjelasan tata tertib ruangan tidak dilakukan
dengan baik pada pasien maupun pada keluarga
pasien.
Alur Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan laboratorium (lab) :
Pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan di IGD.
Laboratorium untuk pagi atau siang hari
pengambilan sampel darah dilakukan oleh perawat
mengirimkan sampel pemeriksaan ke laboratorium.
Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan radiologi dilakukan setelah pasien
diperiksa oleh dokter/ pasien yang harus
dikonsulkan kebagian lain, dokter menuliskan
permintaan konsul, kemudian perawat membawa
status pasien tersebut kebagian yang dituju.

Simpulan Masalah :
Perlu ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan alur penerimaan pasien masuk di
Ruang X (ruang penyakit dalam) khususnya dalam pelaksanaan
informconsent pada pasien. Kemudian perlu di tingkatkan dalam melakukan
tindakan sesuai SOP.

2. Pengelolaan Pengelolaan Pasien di Ruangan


Pasien di - Hasil observasi selama 24 jam didapatkan
Ruangan pengelolaan pasien diruangan yaitu: setelah pasien
menempati kamar yang sesuai kemudian perawat
mengecek dokumen pasien terkait pengobatan dan
terapi lain yang telah didapatkan di UGD, kemudian
diresepkan obat dan keperluan lainnya seperti
konsultasi dengan dokter terkait sesuai kebutuhan
pasien.
- Metode Fungsional di Ruang X masih belum optimal
dikarenakan keterbatasan jumlah tenaga perawat dan
kurangnya kemauan dalam diri perawat untuk
menggerakkan metode fungsional.
- Distribusi penyakit di Ruang X sebagai penyakit
pada anak seperti Hipertensi, pneumonia, gastritis,
anemia, typhoid, TB, GEA, stroke, DHF dan CKD.
- Distribusi tenaga perawat diruang Ruang X 12 orang
ditambah dengan 1 kepala ruangan.
- Obat yang tidak di klem oleh BPJS, keluarga hanya
ke apotik untuk administrasi. Pengambilan obat di
lakukan oleh perawat.
- Distribusi perawat : jumlah perawat profesi ners 6
orang, dan perawat D3 6 orang
- Pemeriksaan laboratorium untuk pagi atau siang hari
pengambilan sampel darah dilakukan oleh perawat
dan perawat mengirimkan sampel pemeriksaan ke
laboratorium.
- Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisis pasien,
perawat bekerjasama dengan ahli gizi, yang
sebelumnya perawat sudah menuliskan identitas dan
jenis makanan yang tepat untuk pasien. Selanjutnya
ahli gizi akan mengantarkan makanan setiap pagi,
siang dan sore hari.
- Visit dokter dilakukan sesuai jadwal, jika ada pasien
baru perawat langsung konsultasi ke dokter via
telepon jika dokter yang bersangkutan tidak sedang
berada di rumah sakit. Advise yang didapatkan
didokumentasikan dalam buku catatan.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam pengelolaan pasien di Ruang X.

3. Discharge Alur Pasien Pulang


Planning - Pasien diperbolehkan pulang setelah dinyatakan
sembuh atau rawat jalan diizinkan oleh dokter yang
menangani. Bila pasien pulang paksa, pasien atau
keluarga harus menandatangani format penolakan
rawat tinggal maka pasien diizinkan untuk pulang.
Perawat menjelaskan cara penyelesaian administrasi
dan memeriksa kelengkapan administrasi dan hasil
pemeriksaan penunjang, setelah administrasi
dinyatakan lengkap, perawat memberikan dan
menjelaskan obat yang harus diminum, waktu
kontrol yang telah ditulis secara lengkap dan cara
perawatan luka di rumah.
- Pada saat dilakukan pengkajian selama 10 hari,
pasien pulang diberikan penjelasan tentang syarat
syarat yang harus dilengkapi, fotokopi surat-surat,
setelah surat terlengkapi sebagian perawat belum
memberikan informasi hal apa saja yang diperlukan
guna perawatan di rumah, hanya kepala ruangan
yang memberikan informasi guna perawatan di
rumah. Sementara perawat lain hanya membereskan
dokumentasi dan menjelaskan obat juga waktu untuk
kontrol kembali.

Simpulan Masalah :
Perlu ditingkatkan dalam Discharge Planning di Ruang X, karena belum ada
perencanaan secara terstruktur dan kebutuhan pendidikan kesehatan bagi
pasien dan keluarga pasien yang belum terpenuhi hanya ada surat pengantar
pulang saja.

4. Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi


Kebutuhan - Pasien yang mengalami gangguan oksigenasi dibantu
Dasar dengan pemberian O2 yang sesuai dengan advis
Manusia dokter.
- Upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dengan
pemberian therapy O2 dengan menggunakan nasal
kanul posisi semi fowler, binasal.
- Ventilasi/jendela tiap kamar dibuka sehingga kamar
tidak terasa pengap
- Pada tanggal 15 Juli 2021 berdasarkan observasi
terdapat 1 orang yang terpasang oksigen dengan
menggunakan nasal canul
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam kebutuhan oksigen di Ruang X untuk memenuhi
kebutuhan pasien.

Kebutuhan cairan dan elektrolit


- Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien di Ruang X
dilakukan dengan cara oral dan parenteral.
- Pergantian alat infus hanya dilakukan bila pasien
bengkak. Cairan diganti berdasarkan laporan anggota
keluarga pasien dan observasi perawat.
- Pergantian cairan infus biasanya sama dengan
sebelumnya, tidak dilakukan pengecekan ulang apakah
pasien mendapatkan cairan tersebut.
- Pada tanggal 15 Juli 2021 berdasarkan observasi
terdapat 5 orang yang terpasang cairan infus.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit bagi pasien di
Ruang X dan diperlukan kecermatan perawat dalam mengganti cairan infus
yang habis.

Kebutuhan Nutrisi
- Menu makanan pasien diatur oleh bagian gizi dan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Penyajian makanan diberikan 3 kali sehari.
- Penyajian makan pagi jam 06.30-07.00, makan siang
jam 12.00 dan makan sore jam 16.00-17.00.
- Makanan dan air minum disajikan dalam keadaan
tertutup.
- Perubahan diet pasien didokumentasikan di buku
makanan.
- Dari segi penyajian makanan, kebersihan makanan,
ketepatan waktu pemberian makan hampir seluruh
pasien mengatakan sudah “baik”
- Kontrol makanan atau diet ditentukan oleh dokter dan
dilakukan oleh ahli gizi
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam Pemenuhan Kebutuhan Nurtisi pada pasien di
Ruang X.

Kebutuhan Eliminasi
- Pemenuhan kebutuhan eliminasi dilakukan dengan
bantuan keluarga ke kamar mandi
- Kamar mandi tersedia 1 disetiap kamar dengan
kondisi kotor dan aliran air yang lancar.
Simpulan Masalah :
Perlu ditingkatkan dalam Kebutuhan Eliminasi bagi pasien di Ruang X,
mengenai kebersihan kamar mandi ruang perawatan dan pispot yang tersedia.

Istirahat dan tidur


- Dari hasil observasi, pengaturan tentang tata tertib
jam kunjungan dan batasan jumlah penunggu sudah
terlaksana.
- Tersedia ruang tunggu untuk keluarga pasien.
- Fasilitas tempat tidur : kasur >80% masih layak
pakai, tempat tidur terdapat pengamanan tempat
tidur.
- Dari hasil observasi tingkat kebisingan di Ruang X
dapat disimpulkan tidak bising
- Hasil pengkajian dari 5 pasien, didapatkan sebanyak
5 pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
Simpulan masalah :
Perlu dipertahankan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia istirahat dan
tidur di Ruang X.

Kebutuhan Aktifitas
- Pemenuhan ADL Pasien dilbantu oleh keluarga
- Pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat
melalui lisan, menggunakan alat bantu seperti leaflet.
- Untuk mobilisasi pasien resiko jatuh, dipasang
pengaman tempat tidur dan diberikan edukasi ke
keluarga.
Simpulan Masalah :
Perlu dipertahankan dalam Kebutuhan Aktifitas pasien di Ruang X.

Kebutuhan integritas kulit dan kebersihan diri


- Pasien yang mengalami gangguan integritas kulit
diberikan penjelasan untuk menyarankan sering
mengganti pakaian dan selalu menerapkan kebersihan
pada pasien
- set ganti balutan tersebut dilakukan untuk semua
pasien.
- Menurut perawat sepenuhnya pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri dilakukan oleh pasien atau keluarga
baik dari segi alat, bahan dan tenaga.
- Pemenuhan personal hygiene masih dilakukan oleh
pasien sendiri ataupun dibantu oleh keluarga.
Simpulan masalah :
Perlu dipertahankan dalam kebutuhan integritas kulit di Ruang X dengan
pergantian sprei yang sesuai kebutuhan.

Pencegahan terhadap infeksi


- Upaya pencegahan infeksi pada pasien :
a. Sebagian besar perawat tidak melakukan cuci
tangan sebelum melakukan tindakan kepada
pasien. Perawat hanya melakukan cuci tangan
setelah melakukan tindakan atau kontak dengan
pasien sesuai protap (6 langkah cuci tangan).
b. Petunjuk cuci tangan yang benar terpasang di
sebelah tempat cuci tangan hanya di ruang
perawat. Kamar pasien di pel setiap hari 2x
sehari pada shift pagi dan siang.
c. Terdapat ruangan khusus untuk penyakit paru-
paru.
d. Tidak terdapat tempat sampah di setiap kamar.
e. Penampungan sampah medis dan non medis
sudah terpisah
f. Terdapat tempat sampah untuk sampah medis
dan non medis yang terpisah. Dan segi
penggunaannya sudah sesuai baik infeksius non
ifeksius, safety box, daur ulang, sampah rumah
tangga, serta sampah khusus untuk tissue.
g. Sebagian besar perawat melakukan cuci tangan
sesuai protap ketika akan melakukan
tindakan/kontak dengan pasien tetapi setelah
melakukan tindakan hampir 90% melakukan
cuci tangan.
h. Belum tersedianya tempat cuci tangan di setiap
kamar.
Simpulan Masalah :
Perlu diwujudkan tersedianya handscrub untuk setiap bed pada setiap kamar
perawatan pasien.

5. Aplikasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Proses - Sistem pendokumentasian yang berlaku di
Keperawatan ruangan Ruang X adalah system SOAP,
merupakan singkatan dari Subjective (Subjektif),
Objective (Objektif), Assesment (Penilaian), dan
Plan (Perencanaan); dengan mengikuti format
SOAP, untuk mengumpulkan dan
mendokumentasikan data serta informasi pasien
dengan lebih terorganisasi.
- Sistem asuhan keperawatan belum optimal
karena belum menggunakan SDKI, SLKI dan
SIKI.
- Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 15
Juli 2021, format laporan harian dinas terdiri dari
Nama, No Kamar, status kepesertaan, Diagnosa
penyakit belum diisi secara lengkap.
Pengkajian
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan selama
5 hari terhadap 10 dokumentasi asuhan keperawatan,
didapatkan hasil 80% lengkap dalam pengisian
format pengkajian yang ada, yaitu dengan mencheck
list pada option yang disediakan. Berdasarkan
observasi terhadap perawat, perawat ruangan tidak
melakukan pengkajian secara akurat karena tidak
semua berdasarkan tehnik pemeriksaan fisik yang
ditetapkan terutama palpasi, auskultasi, perkusi
jarang dipergunakan. Perawat sering menggunakan
tehnik inspeksi dalam menginterpretasi pasien. Hal
ini disebabkan karena sudah menjadi rutinitas
sehingga sudah ada deskripsi pasien yang hanya
dilihat dari Diagnosa medis nya.

Diagnosa keperawatan
Pendiagnosaan masalah diambil dari keluhan utama
pasien dan pengkajian observasi perawat.
Perencanaan Keperawatan
Secara keseluruhan perencanaan intervensi
keperawatan sudah sesuai dengan Diagnosa
keperawatan yang muncul tetapi dikarenakan
diagnosa yang diambil hanya berdasarkan keluhan
utama (tidak komprehensif) perencanaan yang
dibuatpun sedemikian minimal buat pasien.
Pelaksanaan Keperawatan
- Sebesar 50 % dari rencana tindakan yang dibuat
oleh perawat belum melibatkan pasien atau
keluarga
- Sebesar 50 % tujuan keperawatan belum terdapat
kriteria hasil.
- Implementasi dilakukan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan, sebagian besar
implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai
kebutuhan pasien, terkadang berdasarkan
kebutuhan pasien saat itu tanpa perencanaan
terlebih dahulu.
- Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 10
dokumentasi ASKEP didapatkan hasil 10
dokumentasi sudah mencantumkan nama,
tanggal, jam dan tanda tangan perawat dalam
melakukan setiap tindakan.
Evaluasi Keperawatan
- Evaluasi yang dilakukan sudah mengacu pada
tujuan dan dilakukan evaluasi hasil dari setiap
tindakan yang diberikan.
- Catatan perkembangan yang digunakan sudah
SOAP/SOAPIER dan sudah sesuai prosedur yang
tepat.
6. Metode Metode yang dipakai adalah metode fungsional
pengelolaan karena masih kekurangan tenaga perawat di ruangan
pasien Ruang X
7. Pendidikan Pendidikan kepada pasien dan keluarga dilakukan
secara pasif oleh perawat yaitu ketika pasien atau
keluarga menanyakan tentang penyakit atau hal lain
yang berkaitan dengan pasien. Menurut perawat
tidak ada rencana rutin memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga. Biasanya
dilakukan berbarengan pada saat tindakan.
8. Penelitian Menurut kepala ruangan belum ada rencana perawat
atau program perawat ruangan untuk melakukan
penelitian terhadap pasien (penyakit) yang ada di
ruangan. Akan tetapi sudah sering dilakukan
penelitian di ruangan oleh mahasiswa.

d. Sumber Daya
1) Manusia
Tabel 3.7. Sumber Daya
MASA

NO. NAMA JABATAN KERJ PENDIDIKAN PELATIHAN


A DI
RS
1. Ns. Lya Kepala >6 Profesi Ners - PPI
Vinalysa.,S. Ruangan tahun - Manajemen
Kep Bngsal
- BTCLS
- Metode
penugasan
2. Ns. Rina Ketua Shift >7 Profesi Ners - PPI
Herdiana.,S. I tahun - BTCLS
Kep - Metode
Penugasan
3. Ns. Ketua Shift >5 Profesi Ners - PPI
Prameswari. II tahun - BTCLS
,S.Kep - Metode
Penugasan
4. Ns. Clinical >3 Profesi Ners - BTCLS
Pujawati.,S. Instruktur tahun
Kep
5. Ns. Revita Perawat <1 Profesi Ners - BTCLS
Ayu.,S.Kep Pelaksana tahun
6. Ns. Perawat >3 Profesi Ners - BTCLS
Maslikah.,S Pelaksana tahun
.Kep
7. Puspa Perawat >1 D3 Kep - BTCLS
Kartika Pelaksana tahun
Amd.Kep
8. Isaneni Perawat >1 D3 Kep - BTCLS
Budi Pelaksana tahun
Amd.Kep
9. Idhar Perawat <1 D3 Kep - BTCLS
Prayogi Pelaksana tahun
Amd.Kep
10. Farida Perawat <3 D3 Kep - PPI
Amd.Kep Pelaksana tahun
11. Putri Ketua Shift >4 D3 Kep - PPI
Amd.Kep III tahun
12 Aprilani Perawat <3 D3 Kep - PPI
Amd.Kep Pelaksana tahun
13. Masrupi ADM >2 SMA -
tahun

No. Nama Kualifikasi

1. dr. Bagus Dokter MCU + Umum

2. dr. Maman SW.,Sp.OG Dokter Kandungan

3. dr. H. R. Gayat RI.,Sp.THT Dokter THT

4. dr. Dian Sri Hartati.,Sp.KK Dokter Kulit dan Kelamin

5. dr. Luhur Artso Nugroho., Sp.KJ Dokter Psikiatri

6. dr. Fajar Kurniawan Dokter MCU + Umum

7. dr. Diah Astarini., Sp.Rad Dokter Radiologi

8. dr. H. Hendi Indiarsa.,Sp.KFR Dokter Rehab Medik

9. dr. Iwan Hermawan Dokter MCU + Umum

10. dr. Mutia A.,Sp.M Dokter Mata

11. dr. Syamsul Arifin Dokter MCU + Umum

12. dr. Rosni Faika., M.Kes.Sp.PK Dokter Laboratorium

13. dr. Ridho Dokter MCU + Umum

14. dr. Irwan Rinaldi Dokter MCU + Umum1

15. dr. Donny Ekuaritno.,Sp.An Dokter Anastesi


16. dr. Tetri.,Sp.M Dokter Mata

17. dr. Sudarsono.,Sp.B Dokter Bedah Umum

18. dr. Rizka.,Sp.PD Dokter Internis

19. drg. Ericka Agustin Latif Dokter gigi dan Mulut

20. Nabila.,M.Psi Dokter Psikologi

2) Non Manusia (5m)


1. MAN
Kuantitas Sumber Daya Manusia
Ruang X adalah ruang perawatan penyakit dalam dengan berbagai
penyakit yang bertujuan memberikan pelayanan asuhan yang
bermutu. Pelayanan ruang perawatan penyakit dalam dilakukan
oleh dokter dan perawat yang memiliki kualifikasi pendidikan dan
pengalaman yang memadai serta memperoleh / memiliki
kewenangan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas atau
tanggung jawabnya. Tenaga keperawatan diruang Perawatan
penyakit dalam:
Tabel 3.8. Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Ruang
Ruang X Tahun 2021

NO. Pendidikan Jumlah

1. D3 6

2. S1 6

Tenaga Non Keperawatan Terdapat 1 orang sebagai petugas


administrasi dan 1 orang cleaning service.
Jumlah Ketenagaan Perawat
Total Tenaga Perawat dilihat dari setiap dinas
Pagi : 3orang
Sore: 3orang
Malam : 2orang
8 orang

Jumlah tenaga perawat diambil dari perhitungan tenaga menurut


Ratna Sitorus (2006).
Rumus jumlah tenaga lepas dinas perhari:
60 x total tenaga perawat = jumlah tenaga lepas dinas perhari
288
Keterangan:
60 = jumlah hari libur atau hari lepas dinas dalam satu tahun
288 = jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
60 x 12 = 720 = 2,5 = 3
288 288

2. MATERIAL & MECHINE

Kuantitas dan Kualitas Sarana dan Prasarana


a. Ruang X
Ruang perawatan pasien kamar (I) terdapat 10 bed pada ruangan.
Ruang perawatan pasien kamar (III) terdapat 10 bed pada
ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (ISO TBC) terdapat 10
bed pada ruangan. Ruang perawatan pasien kamar (ISO B20)
terdapat 10 bed pada ruangan.

Tabel 3.10. Ruang RUANG X


NO. NAMA RUANG / KELAS JUMLAH RUANGAN
1. Ruang Perawatan
a. kamar pasien 2 ruangan
b. kamar pasien ISO 2 ruangan

Ruang X adalah ruangan khusus untuk yang memiliki


yang memiliki keluhan penyakit dalam. Dalam ruangan ini terdapat berbagai
sarana dan
prasarana penunjang untuk memberikan perawatan kepada pasien.
Dibawah ini akan diuraikan mengenai kuantitas dan kualitas sarana dan
prasarana di ruang Ruang X.

3. METHOD
Manajemen asuhan keperawatan di Ruang X menggunakan
metode keperawatan fungsional. Metode ini diterapkan dengan
menggunakan kerjasama tim perawat heterogen, terdiri dari ketua
Tim dan perawat pelaksana yang saling membantu. Selain itu,
kepala ruangan bertanggung jawab dalam merencanakan pekerjaan,
menentukan kebutuhan perawatan pasien, membuat penugasan,
mengarahkan dan melakukan supervisi, mengikuti visite dokter
untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
Adapun hasil observasi pada pendokumentasian proses
keperawatan pada 10 status rekam medis pasien yang sudah pulang
didapatkan.
Tabel 3.14. Pendokumentasian Proses Keperawatan
Pendokumentasian
Kategori
Terisi lengkap Tidak lengkap
Pengkajian awal rawat inap √
Penilaian resiko jatuh √
Lembar pemantauan TTV √
Edukasi √
Catatan perkembangan pasien √
Discharge planning √
Fungsi manajemen keperawatan diuraikan sesuai dengan jabatan dan uraian
tugasnya, yaitu sebagai berikut:
a. Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan
Tabel 3.15. Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan
HASIL
NO. OBJEK OBSERVASI
ADA TIDAK
1. Visi dan Misi Rumah Sakit 
2. Visi dan Misi Bidang Keperawatan 
3. Tujuan Ruangan 
4. Struktur Organisasi Rumah Sakit 
5. Struktur Organisasi Bidang keperawatan 
6. Struktur Organisasi Ruangan 
7. Stándar Asuhan Keperawatan (SAK) 
8. Standar Operasional Prosedur (SOP) 
9. Uraian tugas Kepala Instalasi Rawat 
10. Uraian tugas Kepala Ruangan 
11. Uraian tugas Perawat Pelaksana 
12. Pedoman atau standar pendokumentasian

keperawatan
13. Format pengkajian asuhan keperawatan 
14. Format diagnosa asuhan keperawatan 
15 . Format rencana asuhan keperawatan 
16. Format implementasi asuhan keperawatan 
17. Format evaluasi asuhan keperawatan 
18. Media komunikasi perawat dan teman

sejawat
19. Jadwal dinas 
20. Perencanaan strategi Bidang Keperawatan 
21. Standar kebutuhan tenaga keperawatan 
22. Standar peralatan keperawatan 
23. Pedoman rekruitmen, orientasi dan

bimbingan staf baru
24. Program rotasi dan mutasi tenaga

keperawatan
25. Program pengembangan kompetensi

keperawatan
26. Pola jenjang karir perawat 
27. Pedoman dan program penilaian kinerja

perawat
28. Program peningkatan mutu pelayanan

keperawatan
29. Program supervisi atau audit pelayanan

keperawatan
30. Sistem informasi manajemen keperawatan 
Total Skor 29
Persentase 96,67 %
Interprestasi
Skor: 0 – 15 (Kurang) Baik
Skor: 16 – 30 (Baik)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan manajemen


pelayanan keperawatan yang dilakukan sebanyak 96,67 %
sehingga dapat dikatakan dengan baik.
Manajemen pelayanan keperawatan yang belum optimal
adalah program supervisi atau audit pelayanan keperawatan dari
data pernyataan yang diperoleh.
Peran tugas atau fungsi manajemen pelayanan keperawatan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian
tugas atau fungsinya.
b. Pengkajian Supervisi
Tabel 3.16. Pengkajian Supervisi
HASIL
NO PERNYATAAN
SL DL KD TP
Supervisor menetapkan kagiatan yang
1. 
akan di supervisi
2. Supervisor menetapkan tujuan supervisi 
Superviser ikut dalam pendekomentasian
kegiatan pelayanan bersama-sama ketua
3. 
tim dan perawat pelaksana

Supervisor meneliti dokumentasi status


4. pasien 

Supervisor mendapatkan hal-hal yang


5. 
perlu di lakukan pembinaan
Supervisor memenggil ketua tim dan
6. perawat pelaksana yang perlu dilakukan 
pembinaan
Supervisor mengklasifikasi permasalahan
7. 
yang ada
Supervisor memberikan masukan pada
8. ketua tim dan perawat pelaksana 

9. Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan 


Supervisor memberikan reward atau
umpan balik kepada ketua tim dan perawat
10. 
pelaksana

Total Skor 10
Persentase 25 %
Interprestasi
Skor: 0 – 20 (Negatif) Negatif
Skor: 21 – 40 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan supervisi yang


dilakukan sebanyak 25 % sehingga dapat dikatakan dengan
negatif.
Kegiatan supervisi yang belum optimal rata – rata
keseluruhan dari data pernyataan yang diperoleh.
Peran tugas atau fungsi supervisi perlu ditingkatkan lagi
sesuai dengan uraian tugas atau fungsinya.
c. Pengkajian Tugas Kepala Ruangan
Tabel 3.17. Pengkajian Tugas Kepala Ruangan
Dilakukan
No. Aspek yang dinilai
Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A Perencanaan
1. Karu memiliki rencana harian 
2. Karu memiliki rencana bulanan 
3. Karu memiliki rencana tahunan 
4. Perencanaan tertulis 
5. Apakah staf mengetahui 
B. Pengorganisasian
6. Apakah terdapat struktur organisasi 
7. Karu menyusun jadwal dinas ruangan 
8. Karu memiliki daftar pasien 
C. Pengarahan
9. Karu membuka operan 
10. Karu melakukan pre conference 
11. Karu memimpin post conference 
12. Karu memberi motivasi dan dukungan

kepada stafnya dalam melaksanakan
tugasnya
13. Karu menjadi role model bagi stafnya 
14. Karu melibatkan stafnya dalam

pengambilan keputusan
15. Karu mendelegasikan tugas kepada

perawat yang memiliki kompetensi yang
dibutuhkan.
16. Karu mengevaluasi tugas yang telah

didelegasikan kepada staf
17. Karu memiliki jadwal supervisi untuk 
stafnya
18. Karu melaksanakan supervisi sesuai

dengan kaidah supervisi
19. Karu menyampaikan hasil supervisi 
kepada staf
20. Karu memberikan umpan balik terhadap

hasil supervisi kepada staf
D. Pengendalian
21. Ruangan menjalankan dan memiliki

indicator mutu
22. Karu melakukan audit dokumentasi

asuhan keperawatan
23. Karu mengelola hasil angket kepuasan

pasien/keluarga
II. ASPEK COMPENSATORY REWARD
24. Karu melakukan penilaian kinerja

PP/Katim sesuai jadwal
25. Karu mendokumentasikan hasil penilaian

kinerja perawat PP/katim
26. Karu memiliki program pengembangan 
staf
III. ASPEK PROFESSIONAL
RELATIONSHIP
27. Karu melakukan rapat keperawatan

berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan
28. Karu memimpin kegiatan case 
conference
29. Karu mengikuti visite dokter 
30. Karu melakukan ronde keperawatan dan

journal reading
31. Karu menjalankan clinical pathway 
32. Karu merencanakan dan mengadakan

rapat rutin bulanan dengan PP
33. Karu memonitor kebersihan ruang rawat 
34. Karu mengendalikan patient safety dan

infeksi nosokomial di ruang rawat
35. Karu membuat rekapitulasi mutu, infeksi

nosokomial, serta SAK di ruang rawat
IV. ASPEK ASUHAN KEPERAWATAN
A. Persiapan
36. Mengkaji data subjektif dan objektif

pasien/keluarga
37. Merumuskan masalah keperawatan

pasien/keluarga
38. Merencanakan tindakan keperawatan

untuk pasien
39. Merencanakan tindakan keperawatan

untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
40. Mengucapkan salam 
41. Melakukan evaluasi/validasi masalah

pasien/keluarga
42. Membuat kontrak dengan pasien/keluarga 
43. Mendiskusikan tentang masalah yang 
terjadi
44. Mendiskusikan cara-cara mengatasi 
masalah
45. Melatih pasien/keluarga cara mengatasi 
masalah
46. Memberikan pujian atas keberhasilan

pasien/keluarga
47. Menggunakan teknik komunikasi 
terapeutik
48. Mengevaluasi respon subjektif 
pasien/keluarga
49. Mengevaluasi respon objektif 
pasien/keluarga
50. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya

dengan pasien/keluarga
51. Melakukan pertemuan dengan pasien dan
keluarga minimal setiap dua hari untuk 
membahas kondisi pasien
52. Memberikan pendidikan kesehatan pada

pasien dan keluarga
53. Membuat perencanaan pasien pulang dan

menyiapkan kelengkapan pasien pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
54. Mendokumentasikan data hasil 
pengkajian
55. Mendokumentasikan masalah

keperawatan pasien/keluarga
56. Mendokumentasikan tindakan

keperawatan terhadap pasien/keluarga
57. Mendokumentasikan evaluasi terhadap

tindakan keperawatan pasien/keluarga
(SOAP)
Total Skor 41
Persentase 71,93 %
Interprestasi
Baik
Skor: 0 – 29 (Kurang)

Skor: 30 – 57 (Baik)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan tugas kepala


ruangan yang dilakukan sebanyak 71,93 % sehingga dapat
dikatakan dengan baik.
Tugas kepala ruangan yang belum optimal adalah aspek
manajemen dalam perencanaan dan pengendalian, aspek
compensantory reward, aspek proffesional relationship dan
aspek asuhan keperawatan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dari data pernyataan yang diperoleh.
Peran tugas atau fungsi kepala ruangan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugas
atau fungsinya.

d. Pengkajian Ketua Tim


Tabel 3.18. Pengkajian Ketua Tim
No Dilakukan
Aspek yang dinilai
. Ya Tidak
I. ASPEK MANAJEMEN
A. Perencanaan
Ketua tim memiliki rencana harian 
Ketua tim memiliki rencana bulanan 
B. Pengorganisasian
Ketua tim memiliki jadwal dinas untuk

timnya
Ketua tim memiliki daftar pasien yang

dikelola timnya
Ketua tim menetapkan PA yang
bertanggung jawab pada pasien setaip 
shift
C. Pengarahan
Perawat memimpin pre conference 
Perawat memimpin post conference 
Ketua tim memberi motivasi dan
dukungan kepada PA dalam 
melaksanakan tugasnya
Ketua tim menjadi role model bagi PA 
Ketua tim melibatkan PA dalam

pengambilan keputusan
Ketua tim mendelegasikan tugas
kepada perawat yang memiliki 
kompetensi yang dibutuhkan.
Ketua tim mengevaluasi tugas yang

telah didelegasikan kepada PA
Ketua tim memiliki jadwal supervisi

untuk stafnya
Ketua tim melaksanakan supervisi

sesuai dengan kaidah supervisi
Ketua tim menyampaikan hasil

supervisi kepada PA
Ketua shift memberikan umpan balik

terhadap hasil supervisi kepada PA
D. Pengendalian
Ketua tim memonitor pelaksanaan
dokumentasi pada catatan asuhan 
keperawatan yang dilakukan oleh PA
PP/ Katim menyebarkan angket

kepuasan pasien/keluarga
ASPEK COMPENSATORY
II.
REWARD
Ketua tim melakukan penilaian kinerja

perawat pelaksana sesuai jadwal
Ketua tim mendokumentasikan hasil

penilaian kinerja perawat PA
ASPEK PROFESSIONAL
III.
RELATIONSHIP
Ketua tim mengikuti kegiatan case

conference
Ketua tim mengikuti studi kasus ronde
keperawatan dan jornal reading yang 
dilaksanakan oleh kepala ruang
Ketua tim melaksanakan cinical

pathway
Ketua tim membimbing mahasiswa 
yang sedang praktek keperawatan di
unit kerja dan bekerjasama dengan CI
dan HN
Ketua tim melakukan kolaborasi
dengan dokter dalam hal
perkembangan kesehatan pasien,

program terapi dan evaluasi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada
pasien
Ketua tim mengikuti visite dokter

ASPEK ASUHAN
IV.
KEPERAWATAN
A. Persiapan
Mengkaji data subjektif dan objektif

pasien/keluarga
Merumuskan masalah keperawatan

pasien/keluarga
Merencanakan tindakan keperawatan

untuk pasien
Merencanakan tindakan keperawatan

untuk keluarga
Pelaksanaan Tindakan
B.
Keperawatan
Mengucapkan salam 
Melakukan evaluasi/validasi masalah

pasien/keluarga
Membuat kontrak dengan

pasien/keluarga
Mendiskusikan tentang masalah yang

terjadi
Mendiskusikan cara-cara mengatasi

masalah
Melatih pasien/keluarga cara 
mengatasi masalah
Memberikan pujian atas keberhasilan

pasien/keluarga
Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik
Mengevaluasi respon subjektif

pasien/keluarga
Mengevaluasi respon objektif

pasien/keluarga
Melakukan kontrak pertemuan

berikutnya dengan pasien/keluarga
Melakukan pertemuan dengan pasien
dan keluarga minimal setiap dua hari 
untuk membahas kondisi pasien
Memberikan pendidikan kesehatan

pada pasien dan keluarga
Membuat perencanaan pasien pulang
dan menyiapkan kelengkapan pasien 
pulang
C. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Mendokumentasikan data hasil

pengkajian
Mendokumentasikan masalah

keperawatan pasien/keluarga
Mendokumentasikan tindakan

keperawatan terhadap pasien/keluarga
Mendokumentasikan evaluasi terhadap
tindakan keperawatan pasien/keluarga 
(SOAP)
Total Skor 43
Presentase 89,58 %
Interprestasi Baik
Skor: 0 – 24 (Kurang)
Skor: 25 – 48 (Baik)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan ketua tim yang


dilakukan sebanyak 89,58 % sehingga dapat dikatakan dengan
baik.
Tugas ketua tim yang belum optimal adalah aspek
manajemen dalam perencanaan dan pengarahan dari data
pernyataan yang diperoleh.
Peran tugas atau fungsi ketua tim perlu dipertahankan dan
ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugas atau fungsinya.
e. Pengkajian Tugas Perawat Pelaksana
Tabel 3.19. Pengkajian Tugas Perawat Pelaksana
Dilakukan
No. Aspek yang dinilai
Ya Tidak
I. PENGKAJIAN
Perawat mengenalkan diri pada pasien
1. Perawat melakukan pengkajian terhadap 
pasien:

a. Identitas pasien

b. Alasan pasien masuk RS

c. Riwayat penyakit saat ini

d. Riwayat kesehatan masa lalu

e. Genogram

f. Kebutuhan dasar

g. Riwayat sosial

h. Pemeriksaan fisik head to toe

i. Refleks
j. Pola tumbuh kembang

k. Riwayat imunisasi

Rumusan masalah keperawatan


2. Perawat mendokumentasikan hasil 
pengkajian pada format yang tersedia
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Perawat merumuskan Diagnosa 
keperawatan berdasarkan data
4. Perawat merumuskan Diagnosa 
keperawatan menggunakan format P-E-S
5. Perawat mendokumentasikan rumusan

diagnosa keperawatan pada format yang
tersedia
III. RENCANA KEPERAWATAN
6. Perawat membuat rencana intervensi 
sesuai dengan Diagnosa keperawatan
7. Perawat menentukan tujuan 
8. Perawat menentukan kriteria hasil 
9. Perawat mendokumentasikan rencana 
intervensi pada format yang tersedia
IV. IMPLEMENTASI
10. Perawat melakukan Tindakan 
keperawatan sesuai dengan intervensi
yang direncanakan
11. Perawat melakukan tindakan keperawatan 
sesuai dengan SOP
12. Perawat memberikan penjelasan tentang 
tindakan yang akan dilakukan
13. Perawat melakukan tindakan sesuai 
dengan kebutuhan pasien
14. Perawat membina hubungan baik dengan 
pasien
15. Perawat menjaga privacy pasien dalam 
melakukan tindakan keperawatan
16. Perawat memberikan pendidikan 
kesehatan sesuai kebutuhan
17. Perawat melaksanakan tindakan 
kolaboratif sesuai dengan kebutuhan
18. Perawat mendokumentasikan tindakan 
keperawatan pada format yang tersedia
V. EVALUASI
19. Perawat mengevaluasi tindakan mengacu 
pada kriteria hasil
20. Perawat membuat SOAP 
21. Perawat memodifikasi rencana 
22. Perawat mendokumentasikan evaluasi 
tindakan keperawatan pada format yang
tersedia
Total Skor 22
Presentase 100%
Interprestasi
Skor: 0 – 11 (Kurang) Baik
Skor: 12 – 22 (Baik)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan tugas perawat


pelaksana yang dilakukan sebanyak 100 % sehingga dapat
dikatakan dengan baik.
Peran tugas atau fungsi perawat pelaksana perlu
dipertahankan sesuai dengan uraian tugas atau fungsinya.
f. Sarana dan Prasarana Alat Pelindung Diri (APD)
Tabel 3.20. Sarana dan Prasarana Alat Pelindung Diri (APD)
No Pengamatan Ya Tidak
Perawat mencuci tangan sebelum melakukan
1 70% 30%
tindakan perawatan
Perawat mencuci tangan sesudah melakukan
2 100% 0%
tindakan keperawatan
Perawat mencuci tangan pada air mengalir
3 100% 0%
atau wastafel
Perawat mencuci tangan dengan
4 menggunakan: 100% 0%
a. sabun atau cleanser
b. larutan antiseptic
5 Mencuci tangan dilakukan selama:
a. 10 sampai 15 detik 100% 0%
b. > 120 detik 0% 100%
Perawat menggunakan masker pada pasien
6 100% 0%
yang terindikasi beresiko menular
Perawat memakai masker sebelum mencuci
7 tangan sebelum menggunakan masker dan 0% 100%
memakai gaun
Masker dipakai satu kali untuk merawat satu
8 50% 50%
pasien
Perawat menggantungkan masker dileher
9 0% 100%
untuk digunakan kembali
Perawat melepaskan masker setelah
10 melepaskan sarung tangan dan mencuci 100% 0%
tangan terlebih dahulu
Perawat memakai gaun saat akan melakukan
11 50% 50%
tindakan
Perawat memakai sarung tangan saat
12 50% 50%
melakukan tindakan keperawatan
Sarung tangan di ganti setiap melakukan
13 50% 50%
tindakan pada pasien yang berbeda
Perawat mencuci tangan setelah melepaskan
14 100% 0%
sarung tangan

a. Pengkajian Ronde Keperawatan


Tabel 3.21. Pengkajian Ronde Keperawatan
HASIL
NO. PERNYATAAN
SL DL KD TP
1. Apakah di ruanagan ini dilakukan ronde 
keperawatan
2. Penetapan kasus minimal satu hari 
sebelum waktu pelaksanaan ronde
3. Pemberian informe concent kepada 
pasien atau keluarga
4. Perawat primer atau asosiasi menjelaskan 
keadaan dan data demografi pasien
5. Perawat primer dan asosiasi menjelaskan 
masalah keperawatan utama
6. Perawat primer menjelaskan intervensi 
yang akan dilakukan
7. Perawat primer dan perawat asosiasi 
menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang
akan diambil
8. Ronde keperawan dilakukan sesuai 
dengan langakah-langkah ronde
keperawatan (langkah-langkah ronde
keperawatan terlampir)
9. Dalam pelaksanaan ronde dilakukan 
tindakan keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan
10. Mendiskusikan hasil temuan dan 
tindakan pada pasien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu
dilakukan
Total Skor 19
Presentase 47,5 %
Interprestasi
Skor: 0 – 20 (Negatif) Negatif
Skor: 21 – 40 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan ronde


keperawatan yang dilakukan sebanyak 47,5 % sehingga dapat
dikatakan dengan negatif.
Kegiatan ronde keperawatan yang belum optimal rata –
rata keseluruhan dari sumber data pernyataan yang diperoleh.
Peran tugas atau fungsi ronde keperawatan perlu
ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugas atau fungsinya.
b) Pengkajian Timbang Terima
Tabel 3.22. Pengkajian Timbang Terima
HASIL
NO. PERNYATAAN
SL DL KD TP
Saat timbang terima perawat
1. 
menyiapkan status pasien
Perawat telah menyiapkan buku
2. 
catatan dan peralatan tulis
3. Kedua tim dalam keadaan siap 
Timbang terima di pimpin oleh kepala
ruangan pada pergantian shift dan
malam ke pagi dari pagi ke sore.
4. 
Sedangkan pergantian shift dari sore
ke malam dipimpin oleh ketua tim
atau perawat primer
5. Dilaksanakan setiap pergantian shift 
6. Pelaksanaan dimulai dari nurse station 
Timbang terima di lanjutkan melihat
7. 
langsung kondisi pasien
Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat
8. dan di serah terimakan pada perawat 
shift berikutnya
Perawat shift berikutnya validasi data
9. 
kepasien
Perawat menyapa pasien dan
10. menanyakan kondisi/ keluhan yang 
dirasa saat ini
Waktu untuk timbang terima tidak
11. lebih dari 5 menit kecuali pasien 
kondisi khusus
Penyampaian dilakukan singkat dan
12. 
jelas
13. Perawat menyebutkan identitas pasien 
14. Perawat menyebutkan diagnosa medis 
15. Perawat menyebutkan data obyektif 
Perawat menyebutkan data penunjang
16. 
lain
Perawat menyebutkan tindakan
17. 
keperawatan yang dilaksanakan
Perawat menyebutkan intervensi
kolaboratif dan juga menyebutkan
18. 
persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya
Perawat kembali ke nurse station
19. untuk mendiskusikan hasil validasi 
data langsung
Perawat yang memimpin timbang
terima menyebutkan rencana kerja
bagi shift berikutnya dan
20. 
mendokumentasikan pelaksanaan
timbang terima di buku laporan oleh
ketua tim
Total Skor 78
Presentase 97,5 %
Interprestasi
Skor: 0 – 40 (Negatif) Positif
Skor: 41 – 80 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan timbang terima


yang dilakukan sebanyak 97,5 % sehingga dapat dikatakan
dengan positif.
Kegiatan timbang terima yang belum optimal adalah
timbang terima di lanjutkan melihat langsung kondisi pasien dari
sumber data pernyataan yang diperoleh.
Peran tugas atau fungsi timbang terimna perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugas
atau fungsinya.

c) Pengkajian Discharge Planning


Tabel 3.23. Pengkajian Discharge Planning
HASIL
NO. PERNYATAAN
SL DL KD TP
Setiap pasien yang mau pulang dilakukan
1. 
discharge planning
Setiap pasien yang pulang d berikan healt
2. 
education
Setiap pasien yang mau pulang di ajarkan
3. 
cara perawatan mandiri di rumah
Setiap pasien pulang paksa dilakukan
4. 
discharge planinning
Dorongan untuk melakukan discharge
5. 
planning timbul dari diri anda sendiri
Kepala ruangan memimpin discherge
6. 
planning
Pelaksanaan discharge planning dilakukan
7. 
di nurse station
Discharge planning dilakukan setelah
8. 
pelunasan administrasi
Discharge planning yang anda lakukan
9. sesuai dengan prosedur, kerana 
berpengaruh pada asuhan keperawatan
10. Meskipun anda sibuk dengan urusan anda, 
anda tetap melaksanakan discharge
planning
Total Skor 19
Presentase 47,5% %
Interprestasi
Skor: 0 – 20 (Negatif) Negatif
Skor: 21 – 40 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan discharge


planning yang dilakukan sebanyak 47,5 % sehingga dapat
dikatakan dengan negatif.
Kegiatan discharge planning yang belum optimal adalah
rata – rata keseluruhan dari sumber data pernyataan yang
diperoleh.
Peran tugas atau fungsi discharge planning perlu
ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugas atau fungsinya.
d) Pengkajian Tingkat Kepuasan Pasien
Tabel 3.24. Pengkajian Tingkat Kepuasan Pasien
HASIL
NO. PERNYATAAN K TP
SL DL
D
1. Perawat disini memperkenalkaan diri

kepada anda
2. Perawat disini bersikap sopan dan
ramah dalam melayani anda 

3. Saat pertama kali anda masuk rumah



sakit perawat menjelaskan tata tertip
rumah sakit
4. Parawat menjelaskan tentang fasilitas

yang tersedia di rumah sakit
5. Perawat menjelaskan dimana tempat-
tempat yang pentiang untuk 
melancarkan perawatan (kamar mandi,
ruang perawat, tata usaha dll)
6. Perawat disini menjelaskan tujuan

perawatan pada anda
7. Perawat atau kepala ruangan
menunjukkan kepada anda tentang

perawat yang bertanggung jawab atas
diri anda
8. Perawat disini memperhatikan keluhan 
anda
9. Perawat disini menanggapi keluhan 
anda
10. Perawat memberikan keterangan

tentang masalah yang anda hadapi
11. Pertawat disini memberikan
penjelasan sebelum melakukan tidakan 
keperawatan kepeda anda
12. Perawat meminta persetujuan kepada
anda atau keluarga sebelum 
melakukan tindakan keperawatan
13. Perawat menjelaskan prosedur
tindakan yang akan dilakukan sebelum

melakukan tinndakan keperawatan
kepada anda
14. Perawat menjelaskan bahaya suatu
tindakan pada anda atau keluarga 
sebelum dilakukan tindakan
15. Perawat memberikan penjelasan

dengan lengkap dan jelas kepada anda
16. Perawat disini selalu memantau

keadaan anda dan pasien lain secara
rutin
17. Perawat ikut menjaga kebersihan 
ruangan
18. Perawat melakukan tindakan

keperawatan dengan terampil dan
percaya diri
19. Selam melakukan tindakan

keperawatan perawat selalu berhati-
hati
20. Setelah melakukan tindakan

keperawatan, perawat selalu menilai
kembali kondisi anda
Total Skor 60
Presentase 75 %
Interprestasi
Skor: 0 – 40 (Negatif) Positif
Skor: 41 – 80 (Positif)

Berdasarkan tabel diatas di interprestasikan tingkat


kepuasan pasien yang dilakukan sebanyak 75 % sehingga dapat
dikatakan dengan positif.
Peran tugas atau fungsi tingkat kepuasan pasien perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugas
atau fungsinya.

4. MARKET

a. Indikator Mutu
Rumah Sakit Dalam manajemen, pemasaran salah satu hal yang
penting adalah indikator mutu. Dan mutu RS bisa dilihat dari
hasil pelayanan. Hasil perhitungan BOR, BTO, ALOS dan TOI
tanggal 14-18 Juli 2021 :
- BOR
jumlah hari perawatan
¿¿
87
x 100 %
19 x 5
87
x 100 %
120
= 91,57%
- ALOS
jumlahlama dirawat
¿¿
18
5
= 3,6 atau 4 hari
- TOI
( jumlah tempat tidur x periode ) −hari perawatan
¿¿
( 19 x 5 )−87
5
95−87
5
= 1,6 atau 2 hari

- BTO
¿¿
5
19
= 0,26 kali

5. MONEY
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pendapatan
tiap orang didapatkan dari insentive, yang terdiri dari dana jasa,
umum dan BPJS.
Pendapatan tiap orang juga tergantung dari: masa kerja, golongan,
dan tingkat pendidikan.
Sistem keuangan atau administrasi di Ruangan X dikelola oleh
rumah sakit, dimana dalam Ruang X terdapat tenaga administrasi.
Sumber keuangan di Ruang X berasal dari jasa, pasien BPJS (PBI
dan Non PBI) dan pasien umum.

e. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar,
seperti ruangan, suhu udara, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, kebersihan dan bau-bauan, warna akan
berpengaruh secara signifikan tehadap hasil kerja manusia tersebut
(Wingjosoebroto, 2000).
a) Ruangan

Lingkungan kerja untuk mencapai proses menejerial

keperawatan di ruang rawat inap Ruang X keseluruhan sudah

mempunyai ners station,terdapat ruang mahasiswa, ruang

perawatan lengkap dengan tempat tidur, kamar mandi, gudang,

ruang penyimpanan alat/tindakan sudah ada.

b) Suhu Udara

Di Ruang X yang terdapat 4 kamar perawatan, 1 ruangan

perawat dan 1 gudang kecil. Tidak ada keluhan tentang suhu udara

di Ruang X dikarenakan setiap ruangan terdapat jendela yang masih

bisa di tutup dan di buka terdapat juga adanya pemasangan kipas


angin di tiap kamar perawatan. Oleh karena itu suhu udara di Ruang

X baik dan adem. Produktivitas manusia akan mencapai tingkat

suhu yang paling tinggi pada temperatur sekitar 23-250C.

c) Sirkulasi Udara

Sirkulasi udara di Ruang X baik, dikarenakan setiap kamar

atau ruangan ada ventilasi berupa jendela maupun khusus

ventlasinya yang seimbang dengan luas kamar/ruangan. Apabila

sirkulasi ingin bertambah baik, diluar ruangan langsung

menghadap kehalaman luar yang banyak pohon pohon yang

gunanya untuk sumber oksigen yang cukup dan terdapat 2 pintu

yang selalu terbuka.

d) Pencahayaan

Pencahayaan Ruang X baik, yang terbantu oleh adanya

jendela-jendela setiap kamar/ruangan dan sudah terpasang lampu-

lampu yang membuat terang dan Ruang X telah memenuhi standar

buat ruang perawatan dalam pencahayaannya.

e) Kebisingan

Ruang X jauh dengan parkiran mobil sehingga tidak terdapat

suara suara bising dan polusi yang mengganggu komunikasi,

gangguan tidur, gangguan perilaku, gangguan fisiologis.

f) Kebersihan dan bau-bauan


Dalam segi kebersihan Ruang X terpelihara baik kebersihan

ruangan, kamar pasien, kamar mandi dan halamannya. Akan tetapi

belum ada tempat sampah non medis di setiap kamar pasien. Setiap

hari ruangan X di bersihkan sehari 2 kali (pagi dan sore).

2) Lingkungan Non Fisik


Tabel 3.25. Lingkungan Non Fisik
1. Hubungan Perawat - Interaksi perawat-pasien, terjadi saat perawat
Dengan Pasien melakukan tindakan keperawatan langsung,
seperti: saat perawat mengganti alat tenun,
menyuntikan obat, pengecekan tanda tanda
vital. Hubungan juga terjadi ketika melakukan
asuhan keperawatan tidak langsung seperti
ketika melakukan operan, pengecekan jumlah
pasien dll. Namun lebih sering berinteraksi
dengan pasien pada saat shift pagi karena lebih
banyak tindakan yang dilakukan pada saat pagi
hari.
- Dari hasil observasi, didapatkan bahwa perawat
berkomunikasi dengan pasien pada saat
melakukan tugas keperawatan secara rutin,
seperti ketika mengganti seprai, dan
menyuntikkan obat. Selebihnya komunikasi
terjadi saat pasien membutuhkan bantuan
perawat, seperti memperbaiki infus yang macet
dan mengganti cairan infuse yang habis.
- Hasil kuesioner pada tanggal 11 Februari 2021
pada responden dengan hasil 75% mengatakan
puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
ruangan.
2. Hubungan perawat - Dari hasil pengamatan, proses komunikasi
dengan perawat berjalan dengan baik, pengambilan keputusan
dilakukan dengan musyawarah dan komunikasi
berjalan dua arah, jika keadaan mendesak
keputusan diambil oleh kepala ruangan.
- Serah terima tugas atau timbang terima (operan)
dilakukan oleh perawat shift sebelumnya
dengan shift berikutnya. Dalam serah terima ini
juga dibicarakan mengenai informasi-informasi
terbaru yang perlu diketahui oleh perawat,
termasuk rencana tindakan yang sedang dan
akan dilakukan.
- Serah terima pasien dilakukan secara langsung
dengan melihat kondisi pasien yang rutin
dilakukan setiap pergantian shift terutama
pergantian shift malam ke pagi.
3. Hubungan perawat - Dengan tim medis Komunikasi dengan dokter
dengan profesi lain bersifat sosial dan komunikasi yang
berhubungan dengan pasien bersifat delegatif
dan kolaboratif. Komunikasi terjadi lebih
banyak bersifat delegatif yang tertulis pada
status.
- Dengan tim gizi Komunikasi perawat dengan
tim gizi saling membantu untuk pemenuhan
kebutuhan gizi pasien. Komunikasi dengan tim
gizi lebih banyak berkaitan dengan perubahan
diit. Komuniksi terjadi dua arah antara perawat
dan tim gizi untuk memastikan diit yanng
diberikan pada pasien.
- Dengan petugas laboratorium dan radiologi Dari
hasil observasi, komunikasi perawat dengan
petugas laboratorium jarang terjadi karena
setelah pasien diambil sampel darah, maka yang
mengantar dan mengambil hasilnya adalah
mahasiswa. Komunikasi perawat dengan
petugas radiologi terbatas pada mengatur pasien
untuk pemeriksaan radiologi sesuai instruksi
medis. Mengantar pasien ke radiologi juga tidak
banyak melakukan komunikasi antara petugas
radiologi.
4. Hubungan perawat - Hasil observasi dan pengamatan hubungan
dengan mahasiswa perawat dan mahasiswa sudah baik, dengan
perawat bersikap ramah dan baik. Baik itu
kepala ruangan, perawat pelaksana dan yang
lainnya.
5. Hubungan perawat - Hasil observasi dan pengamatan hubungan
dengan Cleaning perawat dengan CS, POS dan Satpam terjalin
Service, POS dan dengan baik, terlihat dari perawat yang bersikap
Satpam ramah dan sering bersenda gurau. Baik itu
kepala ruangan, Ka Tim ataupun perawat
pelaksana.
f. Pendidikan dan Pelatihan
Tabel 3.26. Pendidikan dan Pelatihan
MASA

NO NAMA JABATAN KERJA PENDIDIKAN PELATIHAN


. DI RS
1. Ns. Lya Kepala >6 Profesi Ners - Assesmen
Vinalysa.,S.Kep Ruangan tahun Kompetens
i Perawat
Praktis I
- Assesmen
Kompetens
i Perawat
Klinik II
- Penatalaksa
naan BBLR
& Metode
Kanguru
- Code Blue
&
Tatalaksan
a
Kegawatda
ruratan
Berdasarka
n American
Heart
Asocciatio
n 2015
- Perlindung
an Hukum
Serta
Aspek
Legal Etik
Praktek
Keperawat
an Mandiri
& Update
New
Concept of
Wound
Care
- Emergency
Assesment
& Update
Manageme
nt of
BurnWoun
d
- Implement
asi Menjadi
Perawat
Pengusaha
- Aplikasi
Virtual
Account
PPNI &
Praktek
Mandiri di
dalam
Lingkup
Keperawat
an
Komunitas
- Tuberculos
is Vs
Pneumonia
: What is
the rule of
nurses?
- Assesing,
monitoring
and
Managing
Abdominal
and
Thoracic
Trauma
and
Emergency
From
Nursing
Perspective
2. Ns. Rina Ketua Shift >7 Profesi Ners - Assesmen
Herdiana.,S.Kep I tahun Kompetensi
Perawat
Klinik I
- Assesmen
Kompetensi
Perawat
Klinik II
- Basic
Trauma
Cardiac Life
Support
(BTCLS)
3. Ns. Ketua Shift >5 Profesi Ners - Assesmen
Prameswari.,S.Kep II tahun Kompetensi
Perawat
Klinik I
- Code Blue &
Tatalaksana
Kegawatdaru
ratan
Berasarkan
American
Heart
Asocciation
2015
- Kiat Sukses
Mengemban
gkan Praktek
Mandiri di
Era Revolusi
Industri 4.0
& Update
New
Concept of
Wound Care
- Komunikasi
Efektif
4. Ns. Clinical >3 S.Kep.,Ners - Management
Pujawati.,S.Kep Instruktur tahun Home Care
Untuk
Dressing dan
Nekrotomi
Sesuai Jenis
Luka
- Cultural
Approach
Holistic
Nursing Care
in
Globalizatio
n Era
- Perawatan
Pasien
Hipertensi
dan Diabetes
di Rumah
- Basic Life
Support
(BLS)
- Assemen
Kompetensi
Perawat
Klinik I
- Update
Kegawatdaru
ratan Trauma
Thorax dan
Abdomen
Pada Pasien
Dewasa, Ibu
Hamil dan
Gagal Nafas
Pada Bayi
Baru Lahir
5. Ns. Revita Perawat <1 Profesi Ners - Assesing,
Ayu.,S.Kep Pelaksana tahun Monitoring
and
Managing
Abdominal
and Thoracic
Trauma and
Emergency
From
Nursing
Prespective
- Basic to
Advance
Trauma and
Cardiac Life
Support
Management
- Update
Kegawatdaru
ratan Trauma
Thorax dan
Abdomen
pada Pasien
Dewasa, Ibu
Hamil dan
Gagal Nafas
Pada Bayi
Baru Lahir
6. Ns. Perawat >3 Profesi Ners
Maslikah.,S.Kep Pelaksana tahun
7. Puspa Kartika Perawat >1 D3 Kep - Basic
Amd.Kep Pelaksana tahun Trauma and
Basic
Cardiac Life
Support
- Pelatihan
Penanganan
Penderita
Gawat
Darurat &
Kegawatdaru
ratan Pada
Kandungan,
- Kiat Sukses
Mengemban
gkan Praltek
Mandiri di
Era Revolusi
4.0 & Update
New
Concept of
Wound Care
- Pediatric
Advance
Life Support
(PALS)
- Perawat di
Garda Depan
Penanganan
Covid-19
- PKB Online
& STR
Online
8. Isaneni Budi Perawat >1 D3 Kep - Basic
Amd.Kep Pelaksana tahun Trauma and
Cardiac Life
Support
(BTCLS)
- Wound Care
Enterpreuner
ship
9. Idhar Prayogi Perawat <1 D3 Kep - Membangun
Amd.Kep Pelaksana tahun Praktik
Keperawatan
Aman dan
Sejahtera
Dalam
Prespektif
Hukum dan
Sosial
- Pediatrik
Advanced
Life Support
(PALS)
- Basic
Trauma &
Cardiac Life
Support
- Pelayanan
Mandiri
Home Care
- Basic to
Advance
Trauma and
Cardiac Life
Support
Management
- Seminar dan
Workshop
Sukses Uji
Kompetensi
2019 Sub
Regional
Cirebon
- Wound Care
Enterpreuner
ship
- Manajemen
Nyeri
- Pengembang
an Soft Skill
Komunikasi
Keperawatan
Sebagai
Media
Keselamatan
Pasien
Dalam
Terwujudnya
Servvice
Excelllence
- Management
Home Care
dan
Perawatan
Luka
10. Farida Amd.Kep Perawat <3 D3 Kep - Sertifikat
Pelaksana tahun Kompetensi
PPNI
- Manajemen
Nyeri
- Emergency,
Disaster and
Trauma
Care: Critical
Hospital
Care Roles
and
Management
- Assesmen
Kompetensi
Prawat
Klinik I
11. Putri Amd.Kep Ketua Shift >4 D3 Kep - Code Blue &
III tahun Tatalaksana
Legawatdaru
ratan
Berdasarkan
American
Heart
Asocciation
2015
- Update
Kegawatdaru
ratan Trauma
Thorax dan
Abdomen
Pada Pasien
Dewasa, Ibu
Hamil dan
Gagal Nafas
Pada Bayi
Baru Lahir
- Assesmen
Kompetensi
Perawat
Klinik I
- Penatalaksan
aan BBLR
(Berat Bayi
Lahir
Rendah) &
Metode
Kangguru
- Assesmen
Kompetensi
Perawat
Klinik II
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

A. Analisa SWOT Kualitatif


Tabel 4.1. Analisa SWOT Kualitatif
Strength (S) Weakness (W)
MAN METHODE
1. Masa kerja Kepala Ruangan di 1. Pada pasien dengan kondisi yang
Rumah sakit > 6 tahun sudah membaik diberikan
2. Adanya kasus yang memerlukan pendidikan kesehatan pasca
perhatian khusus oleh perawat pemulangan melalui surat
dan Kepala Ruangan pengantar pulang oleh perawat
diruangan namun tidak semua
METHODE perawat melakukannya
1. Adanya kemauan untuk 2. Perlu ditingkatkan dalam
memberikan pendidikan Discharge Planning di Ruang X,
kesehatan Discharge Planning karena belum ada perencanaan
kepada pasien dan keluarga secara terstruktur dan kebutuhan
pasien pada setiap perawat pendidikan kesehatan bagi
ruangan pasien dan keluarga pasien yang
2. Perawat menggunakan bahasa belum terpenuhi.
yang mudah dipahami saat 3. Kurang nya program pelatihan
melakukan Discharge Planning dan sosialisasi mengenai
3. Adanya pemahaman tentang supervisi
Discharge Planning oleh 4. Belum adanya motivasi untuk
perawat meningkatkan mutu pelayanan
4. Berdasarkan hasil wawancara, melalui ronde keperawatan
ruang anak (RPU3) 5. Belum berjalannya Ronde
menggunakan metode Keperawatan di ruang Ruang X
fungsional dimana memudahkan
karu untuk mengawasi staff atau MATERIAL
perawat pelaksana yang praktek 1. Hasil observasi discharge
untuk ketermpilan tertentu palnning melalui kuesioner
5. Berdasarkan hasil observasi didapat kan skor 19 dengan
operan diikuti oleh semua persentase 47,5% dengan
perawat yang telah dan akan interpretasi negative
dinas 2. Belum optimalnya
pendokumentasian discharge
MATERIAL planning
1. Ruangan mendukung adanya 3. Belum ada uraian yang jelas
kegiatan ronde keperawatan tentang supervisi
2. Adanya kasus yang memerlukan 4. Belum mempunyai format yang
perhatian khusus oleh perawat baku dalam pelaksanaan
dan Kepala Ruangan supervisi
3. Berdasarkan hasil observasi, 5. Tidak terdapat SOP ronde
wawancara, struktur organisasi keperawatan
ruang anak sudah terbentuk, 6. Dari hasil observasi ronde
yang terbagi menjadi 3 kepala keperawatan melalui kuesioner
shift, yang memiliki perawat didapatkan skor 19 dengan
pelaksana dengan metode presentase 47,5% dengan
fungsional. interpretasi negatif

MAN
1. Latar belakang pendidikan
perawat di Ruang X kebanyakan
D3 sebanyak 8 orang dan S1
sebanyak 3 orang
Opportunity (O) Threat (T)
MAN MAN
1. Dorongan untuk melakukan 1. Pendidikan Kepala Ruangan
discharge planning timbul dari Berlatar Belakang D3
diri anda sendiri
2. Adanya mahasiswa ners stikku MARKET
yang praktik manajemen 1. Meningkatnya persaingan
keperawatan pelayanan kesehatan dengan RS
3. Terbuka kesempatan untuk lain mengenai ketepatan
melanjutkan pendidikan perawatan
2. Semakin tingginya permintaan
METHODE pelayanan kesehatan akibat
1. Perbaikan dari hasil supervisi adanya peningkatan
bisa dijadikan pedoman kekambuhan kondisi pasien
pembelajaran bagi praktek
keperawatan METHODE
2. Adanya kesempatan dari karu 1. Pendokumentasian asuhan
untuk mengadakan ronde keperawatan masih belum
keperawatan pada mahasiswa optimal karena belum mengacu
praktik dan juga perawat yang kepada SDKI, SLKI, SIKI
ada diruangan

MATERIAL
3. Ruang X (merupakan ruangan
kelas 2 dan 3 yang memiliki
potensi tingkat kemajuan yang
lebih baik.
B. Analisis Swot Kuantitatif
Tabel 4.2. Analisa SWOT Kuantitatif
Bobot x
Masalah bobot Rating keterangan
rating
Supervisi S-W
Kekuatan (Strength) = 3,1-2,8
1. Berdasarkan hasil 0,7 4 2,8 =0,3
wawancara, ruang X
menggunakan metode
fungsional dimana
memudahkan karu
untuk mengawasi staff
atau perawat pelaksana
yang praktek untuk
ketermpilan tertent
2. Masa kerja Kepala
Ruangan di Rumah sakit 0,3 1 0,3
> 6 tahun
1 3,1
Kelemahan (weakness)
1. Belum ada uraian yang 0,3 3 0,9
jelas tentang supervisi
2. Belum mempunyai 0,4 4 1,6
format yang baku
dalam pelaksanaan
supervisi 0,15 1 0,15
3. Kurang nya program
pelatihan dan
sosialisasi mengenai 0,15 1 0,15
supervisi
4. Latar belakang
pendidikan perawat di
Ruang X terdapat 6
perawat profesi ners
dan 6 perawat D3
2,8
Peluang (Opportunity) O-T
1. Adanya mahasiswa 0,3 3 0,9 = 3,3-2,8
ners stikku yang =0,5
praktik manajemen
keperawatan
2. Terbuka kesempatan 0,1 2 0,2
untuk melanjutkan
pendidikan
3. Perbaikan dari hasil 0,5 4 2
supervisi bisa
dijadikan pedoman
pembelajaran bagi
praktek keperawatan
4. Ruang X merupakan 0,1 2 0,2
ruangan kelas 2 dan 3
yang memiliki potensi
tingkat kemajuan yang
lebih baik.
1 3,3
Ancaman (Treath)
1. Makin tingginya 0,3 2 0,6
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
kesehatan
2. Tuntutan pasien 0,5 4 2
sebagai konsumen
untuk mendapat
pelayanan yang
profesional dan
bermutu sesuai dengan
peningkatan biaya
perawatan
3. Meningkatnya 0,2 1 0,2
persaingan pelayanan
kesehatan dengan RS
lain mengenai
ketepatan perawatan

1 2,8
- Determine Strategy swot
Bagan 4.1. Determine Strategy SWOT

O
y

Q2 Q1

W S
T

0,5
x
0,3

Q3 Q4

Interpretasi : Hasil analisa terdapat di Quadran 1 (Strategi Agresif) dimana analisis ini
diharapkan dapat membuahkan rencana dalam jangka panjang
C. Analisa Penyebab (FishBone)
Bagan 4.2. Analisa Penyebab (Fishbone)
MATERIAL MAN
MATERIAL MAN
Belum mempunyai format
yang baku dalam pelaksanaan
supervisi elum adanya format Kepala ruangan berlatar
rencana kegiatan harian dan belakang pendidikan D3
Belum mempunyai format yang
bulanan
baku dalam pelaksanaan Kepala ruangan berlatar
supervisi belakang pendidikan profesi
Instrumen Rencana Kegiatan harian KurangNers
nya program
dan bulanan tidak ditemukan pelatihan  dan sosialisasi
mengenai supervisi
Kurang nya program pelatihan Belum
Instrumen Rencana Kegiatan harian dan sosialisasi mengenai optimalnya
dan bulanan tidak ditemukan supervisi Supervisi di
 
Belum
  RPU 3
optimalnya
Supervisi di
Belum ada uraian yang jelas Tuntutan pasien sebagai
tentang supervisi konsumen untuk Ruang X
mmendapat pelayanan yang
Belum ada uraian yang Meningkatnya
profesional persaingan
dan bermutu
jelas tentang supervisi sesuai dengankesehatan
pelayanan peningkatan
dengan
  biaya perawatan
Sosialisai format perencanaan
  RS lain mengenai ketepatan
kegiatan harian dan bulanan perawatan
karu, katim dan pp
Sosialisai format perencanaan
kegiatan harian dan bulanan karu,
katim dan pp

METODE MARKET

METODE MARKET
D. Alternatif Penyelesain Masalah

Tabel 4.3. Alternatif Penyelesaian Masalah


1. Belum optimalnya supervisi di Ruang X

Penyebab Penyelesaian
Belum ada uraian yang jelas tentang Sosialisai SOP pelaksanaan Supervisi
supervisi
Belum mempunyai format yang baku Pembuatan instrumen/format
dalam pelaksanaan supervisi pelaksanaan supervisi

2. Discharge Planning dalam dokumentasi keperawatan belum dilakukan secara

optimal

Penyebab Penyelesaian
Perlu ditingkatkan dalam Discharge Pembuatan SOP Discharge Planning

Planning di Ruang X, karena belum ada

perencanaan secara terstruktur dan

kebutuhan pendidikan kesehatan bagi

pasien dan keluarga pasien yang belum

terpenuhi.
Belum optimalnya pendokumentasian Mensosialisasikan pendokumentasian

discharge planning discharge planning

3. Ronde Keperawatan belum dilakukan secara optimal

Penyebab Penyelesaian
Belum terbentuknya SOP Roonde Pembuatan SOP Ronde Keperawatan
149
Keperawatan.
Belum berjalannya Ronde Keperawatan Mensosialisasikan Ronde Keperawatan

di RUANG X dengan Role Play.


Belum adanya motivasi untuk Memotivasi perawat untuk

meningkatkan mutu pelayanan melalui meningkatkan pelayanan melalui ronde

ronde keperawatan keperawatan

E. Prioritas Alternatif Penyelesain Masalah

Tabel 4.4. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


Agar masalah lebih bisa diselesaikan maka dilakukan pembobotan alternatif
penyelesaian masalah, dengan memperhatikan aspek :

1 Capability(C) Kemampuan melaksanakan alternatif

2 Acessibility(A) Kemudahan melaksanakan alternatif

3 Readiness (R) Kesiapan dalam melaksanakan alternatif

4 Leverage(L) Daya unkit alternatif dalam penyelesaian masalah

KriteriaNilai :
Sangat kurang penting :Bernilai 1
Kurang penting :Bernilai 2
Cukup penting :Bernilai 3
Penting :Bernilai 4
Sangat penting :Bernilai 5

1. Belum optimalnya supervisi di Ruang X

Alternatif penyelesaian
No C A R L Total Urutan
masalah
1 Belum mempunyai format 4 4 3 5 240 1

150
yang baku dalam

pelaksanaan supervisi
2 Belum optimalnya 3 4 4 4 192 2

supervisi di Ruang X

2. Discharge Planning dalam dokumentasi keperawatan belum dilakukan secara

optimal

Alternatif penyelesaian
No C A R L Total Urutan
masalah
1 Perlu ditingkatkan dalam 4 3 3 4 144 2

Discharge Planning di

Ruang X, karena belum

ada perencanaan secara

terstruktur dan kebutuhan

pendidikan kesehatan bagi

pasien dan keluarga pasien

yang belum terpenuhi.


2 Belum optimalnya 4 4 3 4 192 1

pendokumentasian

discharge planning

3. Ronde Keperawatan belum dilakukan secara optimal

Alternatif penyelesaian
No C A R L Total Urutan
masalah
1 Belum terbentuknya SOP 4 3 3 3 108 1

Roonde Keperawatan.
2 Belum berjalannya Ronde 3 3 3 3 81 2

Keperawatan di Ruang X

151
152
F. Planning Of Action
Tabel 4.5. Planning of Action
No Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu PJ
1 Belum optimalnya Mengoptimalkan a. Sosialisai SOP pelaksanaan Kepala ruangan a. Kamis, Mahasiswa
supervisi di Ruang Supervisi 15/07/2021 Ners
supervisi di Ruang
X b. Buat instrumen/format b. Jumat,
X
pelaksanaan supervisi 16/07/202
c. Buat SOP supervisi 1
d. Buat jadwal supervisi c. Senin,
19/07/2021
d. Sabtu,
23/07/202
1
2 Discharge Planning Mengoptimalkan a. Sosialisasi pendokumentasian Kepala ruangan, a. Selasa, Mahasiswa
pendokumentsian discharge planning kepala shift, dan 22/07/2021 Ners
dalam dokumentasi
discharge planing b. Buat SOP Discharge Planning perawat pelaksana b. Senin,
keperawatan belum
19/07/2021
dilakukan secara

optimal

3 Ronde Terbentuknya SOP a. Buat SOP Ronde Keperawatan Kepala ruangan, a. Selasa, Mahasiswa
ronde keperawatan b. Sosialisasi Ronde Keperawatan kepala shift, dan 27/07/2021 Ners
Keperawatan belum
dengan Role Play. perawat pelaksana b. Senin,

153
berjalan 26/07/2021

154
BAB V

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi

Tabel 5.1 Implementasi

No Masalah Tujuan Implementasi Sasaran Waktu PJ


1 Belum optimalnya Mengoptimalkan a. Mensosialisasikan SOP Kepala ruangan e. Kamis, Mahasiswa
supervisi di Ruang pelaksanaan Supervisi 15/07/2021 Ners
supervisi di Ruang
X b. Membuat instrumen/format f. Jumat,
X
pelaksanaan supervisi 16/07/202
c. Membuat SOP supervisi 1
d. Membuat jadwal supervisi g. Senin,
19/07/2021
h. Sabtu,
23/07/2021

154
2 Discharge Planning Mengoptimalkan a. Mensosialisasikan Kepala ruangan, c. Selasa, Mahasiswa
pendokumentsian pendokumentasian discharge kepala shift, dan 22/07/2021 Ners
dalam dokumentasi
discharge planing planning perawat pelaksana Senin,
keperawatan belum
b. Membuat SOP Discharge 19/07/2021
dilakukan secara Planning

optimal

3 Ronde Terbentuknya SOP a. Membuat SOP Ronde Kepala ruangan, c. Selasa, Mahasiswa
ronde keperawatan Keperawatan kepala shift, dan 27/07/2021 Ners
Keperawatan belum
b. Mensosialisasikan Ronde perawat pelaksana a. Senin,
berjalan
Keperawatan dengan Role Play. 26/07/202
1

155
B. Evaluasi

1. Belum Optimalnya Supervisi di Ruang X

Pada hari Senin, tanggal 2 Agustus 2021, dilaksanakannya pembuatan video

role play Sosialisasi SOP pelaksanaan supervisi. Pada tanggal 15 juli s/d 24 juli

mahasiswa membuat instrumen/format pelaksanaan supervisi, SOP supervisi dan

jadwal supervisi yang telah didiskusikan bersama kepala ruangan dan telah disetujui

oleh kepala ruangan Ruang X. Dan kepala ruangan sudah mulai melaksanakan

supervisi setelah mendapat sosialisasi dari mahasiswa. Pelaksanaan supervisi yang

telah dilakukan oleh kepala ruangan kepada perawat pelaksana dilakukan pada tanggal

3 maret 2021 sesuai jadwal yang telah dibuat oleh kepala ruangan.

2. Discharge Planning dalam Dokumentasi Keperawatan Belum Dilakukan Secara

Optimal

Pada hari Rabu, tanggal 24 Februari 2021, dilaksanakannya pembuatan role

play discharge planning. Pada tanggal 1 Maret 2021 mahasiswa membuat SOP

Discharge Planning yang telah didiskusikan bersama kepala ruangan dan telah

disetujui oleh kepala ruangan Ruang X. Pada tanggal 2 Maret 2021 mahasiswa telah

melakukan sosialisasi mengenai pendokumentasian discharge planning.

Tetapi Pendokumentasian Discharge planning masih belum optimal karena

diruangan masih tetap menggunakan surat pengantar pulang saja namun untuk

tindakan yang dilakukan perawat sudah sesuai dengan yang tertera di SOP discharge

planning hanya lembar pendokumentasian nya saja yang berbeda.

3. Ronde Keperawatan Belum Berjalan Optimal

Pada hari Rabu, tanggal 24 Febuari 2021, dilaksanakannya pembuatan role

play ronde keperawatan dengan pasien demam thypoid di RUANG X. Sosialisasi

mengenai ronde keperawatan yang terdiri dari kepala ruangan, ketua tim, perawat

156
pelaksana, pasien dan keluarga pasien yang diperani oleh mahasiswa. Pembuatan

SOP, proposal, dan format pendokumentasian ronde keperawatan yang telah di setujui

kepala ruangan.

157
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian situasi dari manajemen unit terdapat tiga masalah ditemukan,

adapun tiga poin masalah yang muncul di dapatkan berdasarkan hasil urutan CARL

daftar masalah antara lain, belum optimalnya supervisi di Ruang X, kedua Discharge

Planning dalam dokumentasi keperawatan belum dilakukan secara optimal dan yang

ketiga ronde keperawatan belum berjalan.

B. Saran

Saran dari kelompok yang dapat di sampaikan adalah:

1. Rumah Sakit Umum Kuningan Medical Center

a) Mengusulkan dan mewajibkan melakukan supervisi secara optimal.

b) Mengusulkan dan mewajibkan melakukan pendokumentasian discharge planning

sesuai dengan ketentuan.

c) Mengusulkan dan mewajibkan setiap ruangan untuk melakukan ronde

keperawatan sesuai dengan ketentuan.

2. Tenaga Medis Ruang Ruang X

a) Diharapkan optimalnya pelaksanaan Supervisi di ruang Ruang X setelah adanya

sosialisasi SOP pelaksanaan supervisi.

b) Perawat mampu mendokumentasian discharge planning dapat berjalan optimal.

c) Diharapkan ronde keperawatan dapat di terapkan secara optimal di ruang Ruang

X.

158
3. Kepala Bidang Keperawatan

a) Mengusulkan pembuatan SOP pelaksanaan supervisi dan pembuatan

instrumen/format pelaksanaan supervisi.

b) Mengusulkan pembuatan SOP Discharge Planning dan melakukan

pendokumentasian discharge planning sesuai dengan ketentuan.

c) Melakukan ronde keperawatan sesuai dengan ketentuan.

159
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice. (7th
ed). New Jersey: Prentice -Hall, Inc.

Kuntoro, Agus. 2010. Buku ajar manajemen keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan :
teori dan aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Penerbit Salemba


Medika, Jakarta.

Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Keperawatan


Profesional, Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.

Rindhianto (2008). Keperawatan Perioperatif:


http://atherobiansyah.com/2008/1/keperawatanperioperatif.html (Diakses tanggal 22 Februari
2021).
Suarli, S dan Bahtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis.
Jakarta: Erlangga.

Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar


Kementrian Pendidikan Nasional. http://konselingindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view &id=307&Itemid=102. (Diakses tanggal 22 Februari 2021).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai