Anda di halaman 1dari 231

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG CENDRAWASIH ATAS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJIBARANG

Kelompok 2
Afriyanti,S.Kep : 210104005
Akhmad Sahlan,S.Kep : 210104007
Amrik Guntama,S.Kep : 210104010
Dwi Septi Wulandari,S.Kep : 210104033
Hernowo Budi Santoso,S.Kep : 210104052
Leli Ngatikoh,S.Kep : 210104062
Natalia Jayanti Mandasari,S.Kep : 210104070
Siti Syah Sholati,S.Kep : 210104096
Sri Susanti,S.Kep : 210104099
Sugiyah,S.Kep : 210104100

HALAMAN COVER
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktik stase Manajemen Keperawatan yang diajukan oleh;


Kelompok :2
Nama : Afriyanti,S.Kep (210104005)
Akhmad Sahlan,S.Kep (210104007)
Amrik Guntama,S.Kep (210104010)
Dwi Septi W ulandari,S.Kep (210104033)
Hernowo Budi Santoso,S.Kep (210104052)
Leli Ngatikoh,S.Kep (210104062)
Natalia Jayanti Mandasari,S.Kep (210104070)
Siti Syah Sholati,S.Kep (210104096)
Sri Susanti,S.Kep (210104099)
Sugiyah,S.Kep (210104100)
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Perguruan Tinggi : Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
Telah berhasil diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
memenuhi tugas stase manajemen keperawatan pada Program Studi Pendidikan
Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.
Ditetapkan di :
Tanggal :

Dosen Pembimbing Pembimbing Rumah Sakit


Stase Manajemen Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan

Ns.Indri Heri Susanti, S.Kp., M.Kep Widyandi Kurniasih, S.Kep.Ns


NIK. 2160195 NIP. 19750824 200003 2 004
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, dengan mengucapkan syukur kepada kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta arahan bimbingan dari
berbagai pihak, kami mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto, Dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir stase manajemen yang
berjudul “Laporan Praktek Manajemen Keperawatan Di Ruang Cendrawasih Atas
Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat laporan akhir stase
manajemen keperawatan. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan
tulus ikhlas kami bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. dr.Widyana Grehastuti., Sp.OG., Msi. Med., selaku Direktur RSUD Ajibarang
yang telah memberikan izin kepada kami untuk melakukan praktek Ners di
RSUD Ajibarang.
2. dr. Igun Winarno, Sp.An., selaku Kepala Diklat RSUD Ajibarang yang telah
membantu kami dalam pelaksanaan proses perizinan dalam pelaksanakan
praktek klinik Ners kepada kami di RSUD Ajibarang.
3. Ibu Widyandi Kurniasih, S.Kep., Ns., selaku pembimbing rumah sakit dan
kepala ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang.
4. Ibu Ns.Indri Heri Susanti, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing akademik
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto yang telah membantu memberi
semangat dan dorongan dalam praktek manajemen ini sehingga semua dapat
berjalan dengan lancar.
5. Teman-teman satu kelompok praktek Ners yang dengan kompak memberikan
dukungan, doa dan semangat kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa laporan Stase Manajemen Keperawatan ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan agar dapat menghasilkan laporan yang lebih
baik. Semoga laporan Stase Manajemen Keperawatan ini bermanfaat serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkannya.
Ajibarang, Maret 2022

Kelompok 2
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1

B. TUJUAN PRAKTIK ......................................................................... 3

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ..................................... 4

D. CARA PENGKAJIAN....................................................................... 4

E. MANFAAT ....................................................................................... 5

F. PRAKTIKAN .................................................................................... 6

BAB II ................................................................................................................ 7
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN ................................... 7
RUANG CENDRAWASIH ATAS RSUD AJIBARANG ................................. 7
BAB II AJIBARANG......................................................................................... 7
A. KAJIAN SITUASI RSUD AJIBARANG........................................... 7

B. KAJIAN SITUASI DI RUANG CENDRAWASIH ATAS .............. 11

BAB III ........................................................................................................... 145


PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN .................................... 145
A. HASIL ANALISA DATA ............................................................. 145

B. PRIORITAS MASALAH .............................................................. 147

C. ANALISA SWOT ......................................................................... 150

BAB IV ........................................................................................................... 158


PEMBAHASAN ............................................................................................. 158
A. DATA PRA IMPLEMENTASI ..................................................... 158
iv

B. IMPLEMENTASI ......................................................................... 160

C. EVALUASI ................................................................................... 166

D. HAMBATAN ................................................................................ 167

BAB V............................................................................................................. 169


PENUTUP ...................................................................................................... 169
A. KESIMPULAN ............................................................................. 169

B. SARAN ......................................................................................... 170

C. KESAN ......................................................................................... 171

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 172


BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemenkes, (2019) No. 26 Tahun 2019 menjelaskan bahwa perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik di dalam
maupun di luar negri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, dengan batasan kemampuan minimal berupa
pengetahuan, keterampilan dan perilaku professional yang harus dikuasai dan
dimiliki oleh perawat untuk dapat melakukan praktik keperawatan pada
masayrakat secara mandiri. Perawat terdiri dari dua jenis yaitu perawat vokasi
dengan jenjang Pendidikan D3 Keperawatan dan perawat profesi dengan
jenjang Pendidikan Ners. Pendidikan Ners merupakan Pendidikan lanjutan dari
Pendidikan akademik pada Profesi Studi Ilmu Keperawatan (S1) yang
dilaksanakan selama satu tahun dimana sistem pembelajaran sepenuhnya
dilakukan di lahan praktik yang bertujuan mempersiapkan mahasiswa melalui
penyesuaian professional dalam bentuk belajar klinik dan lapangan secara
komprehensif sehingga memiliki kemampuan professional dalam menerapkan
konsep teori asuhan keperawatan, mendokumentasikan seluruh proses
keperawatan dan mengelola pelayanan keperawatan.
Di dalam profesi Ners, mahasiswa wajib menempuh beberapa stase
yang dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun, salah satunya yaitu stase
manajemen keperawatan. Praktek profesi manajemen keperawatan merupakan
program yang menghantarkan mahasiswa dalam adaptasi profesi untuk dapat
menerapkan konsep-konsep yang berhubungan dengan manajemen dan
kepemimpinan dalan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan keadaan saat
ini (Susanti et al., 2021). Kegiatan dalam manajemen keperawatan mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan
menerapkan berbagai gaya kepemimpinan yang efektif sehingga mewujudkan
inovasi dalam asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Dimana di dalam manajemen

1
2

tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Supardi, 2018). Sistem
manajemen adalah suatu totalitas yang terdiri dari subsistem-subsistem dengan
atributnya yang satu sama yang lain saling berkaitan, saling ketergantungan,
saling berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi dalam penggunaan
sumber daya secara efektif dan efisien sehingga mempunyai peranan, sasaran,
dan tujuan tertentu (Meirawaty & Yudianto, 2019). Proses manajemen
keperawatan merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen yaitu input,
proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses
manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin atau manajer organisasi pelayanan
kesehatan meliputi kemampuan menentukan arah organisasi (visi dan misi),
menentukan tujuan organisasi (goal setting), bekerja berdasarkan rencana
(planning), menggunakan waktu secara efektif (time schedule),
memberdayakan kemampuan staf, kemampuan memotivasi, komunikasi
efektif, pengawasan dan indepensi (Kuntoro, 2010).
Proses manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen diperlukan keterampilan
teknik, keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan konseptual
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk
budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur
yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik (feedback) berupa
laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan
kerja perawat. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka para manajer dan
administrator bekerjasama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta
fungsi-fungsi manajemen lainnya dalam mencapai tujuan bersama (Sihombing
et al., 2021).
3

Dalam manajemen Keperawatan di dalam ruangan yang berperan


melaksanakan manajemen keperawatan yaitu terdiri dari ketua tim, kepala
ruangan atau perawat pelaksana dalam suatu bagian. Sebagai perawat
Profesional, tidak hanya mengola pasien tetapi sebuah proses
secarakeseluruhan yang memungkinkan perawat dapat menyelesaikan
tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan
kesehatan menuju kearah kesembuhan. Dalam hal ini penerapan teori-teori
manajemen keperawatan yang baik diharapkan memberikan tingkat
keberhasilan dan perubahan yang baik sehingga tujuan dari suatu organanisasi
dapat tercapai (Sinambela, 2016).
Salah satu tempat praktek klinik yang bisa digunakan untuk manajemen
keperawatan adalah rumah sakit karena seperti yang kita ketahui bahwa hampir
40-60% pelayanan dalam rumah sakit adalah pelayanan keperawatan. Di
Kabupaten Banyumas, RSUD Ajibarang menjadi salah satu rumah sakit yang
digunakan mahasiswa profesi ners untuk menimba dan menerapkan ilmu
manajemen keperawatan yang telah dipelajari, karena seperti yang kita ketahui
bahwa RSUD Ajibarang telah terakreditasi sebagai rumah sakit pendidikan
utama.
Berdasarkan uraian di atas, mahasiswa program profesi ners
Universitas Muhammadiyah Purwokerto untuk mengaplikasikan langsung
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) di ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang perencanaan, dan pengawasan terhadap
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

B. TUJUAN PRAKTIK
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktik klinik Stase Manajenen Keperawatan selama 3
minggu yaitu yaitu mahasiswa mampu memahami dan mengelola
manajemen keperawatan baik pelayanan asuhan keperawatan profesional,
dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan kepemimpinan yang
4

sudah didapatkan pada saat sarjana, sehingga menghasilkan kualitas


pelayanan professional yan berkualitas tinggi.
2. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan
dalam beberapa hal, yaitu :
a. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah
dalam pengorganisasian asuhan keperawatan di ruang Cendrawasih
Atas.
b. Mampu melakukan analisis situasi, identifikasi masalah dan
menyusun prioritas permasalahan manajemen keperawatan di ruang
Cendrawasih Atas.
c. Melakukan usaha-usaha kordinsi kegiatan keperawatan.
d. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruangan.
e. Mampu menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi masalah yang
ada di ruang Cendrawasih Atas.
f. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana
kegiatan yang telah disusun sesuai prioritas di ruang Cendrawasih
Atas.
g. Memberikan alternatif usulan dan saran sebagai upaya tindak lanjut
untuk perbaikan.

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Praktik stase manajemen keperawatan dilakukan selama 3 minggu dari
tanggal 14 Maret 2022 sampai 1 April 2022 di ruang Cendrawasih Atas Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang.

D. CARA PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk
identifikasi masalah dilakukan dengan metode:
1. Angket
Angket di gunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan.
5

2. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan,
standar operasional prosedur dan inventaris ruangan.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat dan keluarga pasien
untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan
pelayanan pasien
4. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses
pelayanan, keadaan inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang
langsung dilakukan kepasien. Observasi yang dilakukan dengan cara
megikuti operan jaga pada shift pagi dalam pelaporan jumlah pasien,
tindakan yang telah dilakukan dalam perawatan dalam beberapa hari dan
evaluasi yang telah dicapai dalam perawatan di ruang Cendrawasih Atas
RSUD Ajibarang oleh mahasiswa Ners Universitas Universitas Bangsa
Purwokerto.

E. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
a. Membantu sosialisasi MPKP.
b. Meningkatkan pelayanan Rumah Sakit dengan memperhatikan MPKP
khususnya di ruang Cendrawasih Atas.
c. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
d. Sebagai acuan rumah sakit dalam melakukan manajemen pelayanan
kesehatan.
2. Bagi Perawat
a. Media sosialisasi MPKP di Ruang Cendrawasih Atas.
b. Meningkatkan pelaksanaan MPKP di Ruang Cendrawasih Atas sesuai
dengan tugas dan tanggungjawab.
6

c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses asuhan keperawatan


kepada pasien sesuai dengan metode penugasan yang berlaku.
d. Meningkatkan mutu layanan keperawatan yang diberikan ke pasien.
e. Meningkatkan terciptanya patient safety di Ruang Cendrawasih Atas.
3. Bagi Mahasiswa
a. Media pembelajaran dalam melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan kontroling terhadap masalah
manajemen keperawatan yang ditemukan.
b. Menambah pemahaman ilmu mengenai MPKP.
c. Media pembelajaran untuk menganalisis masalah, merumuskan
solusi, melakukan implementasi, dan evaluasi mengenai MPKP.

F. PRAKTIKAN
Mahasiswa profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto stase
manajemen keperawatan kelompok 2 sejumlah 10 orang, yaitu :
1. Afriyanti,S.Kep
2. Akhmad Sahlan,S.Kep
3. Amrik Guntama,S.Kep
4. Dwi Septi Wulandari,S.Kep
5. Hernowo Budi Santoso,S.Kep
6. Leli Ngatikoh,S.Kep
7. Natalia Jayanti Mandasari,S.Kep
8. Siti Syah Sholati,S.Kep
9. Sri Susanti,S.Kep
10. Sugiyah,S.Kep
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG CENDRAWASIH ATAS RSUD AJIBARANG
BAB II AJIBARANG
A. KAJIAN SITUASI RSUD AJIBARANG
1. Visi, Misi, Motto, Tujuan, Filosofi, dan Nilai-nilai Kepegawaian RSUD
Ajibarang
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit unggulan dengan Pelayanan Profesional.
b. Misi
Menyelenggarakan pelayanan bermutu yang berorientasi pada pasien.
c. Motto
Moto Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang adalah CERIA (Cepat,
Efisien, Ramah, Ikhlas dan Aman)
d. Tujuan
Tujuan umum yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna
kepada segenap lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, ras dan
agama atau kepercayaan.
Tujuan khusus yaitu :
□ Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat khususnya masyarakat
Banyumas.
□ Secara terus menerus dan konsekuen meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat sesuiai dengan standar
kesehatan.
□ Meningkatkan serta mengembangkan kualitas melayani setiap pengguna
jasa Rumah Sakit dengan komitmen dan manusiawi.
e. Filosofi
Filosofi Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada seluruh
lapisan masyarakat dan berfokus pada pengguna jasa pelayanan
kesehatan.
f. Nilai-nilai

1
8

1. Pegawai RSUD Ajibarang menyadari bahwa bekerja adalah


ibadah.
2. Kebersamaan :
1. Menyadari bahwa dalam pekerjaan, kerjasama tim merupakan
faktor penting.
2. Melalui kerjasama tim dalam pelayanan akan dapat dicapai
kepuasan pelanggan.
3. Mengutamakan kepentingan rumah sakit dari pada
kepentingan golongan atau kelompok atau pribadi.
4. Profesionalisme:
1. Bekerja sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
2. Bersedia melakukan pekerjaan yang penuh.
3. Memiliki keyakinan atas kemampuan sendiri (kemandirian).
4. Selalu berusaha memberikan kemampuan (ilmu, keterampilan
dan sikap/ attitue) terbaik untuk rumah sakit.
5. Selalu meningkatkan kemampuan secara aktif dengan
mengikuti dan mempelajari perkembangan ilmu dan
teknologi.
6. Memegang teguh rahasia jabatan.
7. Kejujuran :
1. Senantiasa menjunjung tinggi kejujuran.
2. Berani menyatakan kebenaran dan kesalahan berdasarkan data
dan fakta dengan cara bertanggungjawab dan proporsional.
3. Transparan dan akuntabel dalam menjalankan sistem kerja.
4. Keterbukaan.
5. Terbuka dalam mengemukakan dan menerima pendapat secara
bertanggung jawab.
6. Mampu berdaptasi dengan dinamika perubahan yang terjadi.
7. Disiplin :
1. Selalu menegakkan disiplin terhadap diri sendiri dan
lingkungan kerja.
2. Memiliki kesungguhan kerja dalam melaksanakan tugas.
9

3. Wajib mematuhi peraturan yang berlaku.


2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi RSUD Ajibarang Kabupaten Banyumas berdasarkan :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Banyumas sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 27 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Banyumas.
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 16 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Banyumas.
c. Peraturan Bupati Banyumas Nomor : 10 tahun 2011 tentang
penjabaran tugas dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang
Kabupaten Banyumas.
Sejak operasional pada tahun 2007 sampai dengan sekarang,
kepemimpinan di Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang sudah
tiga kali mengalami pergantian, adapun Direktur RSUD Ajibarang
dari Tahun 2007 s.d 2019 adalah sebagai berikut:
3. Struktur Organisasi RSUD Ajibarang
Tabel 2.1 Daftar Direktur RSUD Ajibarang
No Nama Tahun
1. dr. Gatot Budi Saroso 2007 s.d 2010
2. dr. Ar. Siswanto Budi W. 2010 s.d 2012
3. dr. Dani Esti Novia 2012 s.d 2019
4. dr. Widyana Grehastuti, Sp.OG, M.Si.Med. 2019 s.d sekarang
10
DIREKTUR

dr. Widyana Grehastuti, Sp.OG., M.Si

KOMITE SATUAN PEMERINTAHAN INTERNAL KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KABAG ADMINISTRASI DAN KABID PELAYANAN MEDIS KABID PENUNJANG MEDIS DAN KABID SARANA PRASARANA,
KEUANGAN DAN KEPERAWATAN NON MEDIS PENUNJANG PENGEMBANGAN SDM MUTU DAN
KERJASAMA
Ir.Bukhori,MSi dr. Ahmad Hermanto, MM dr. Baiq Arnany Vandari
R.Hermawan,S.Sos

KASUBBAG PERENCANAAN DAN KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


EVALUASI PELAYANAN PENUNJANG MEDIS KASIE SARANA DAN PRASARANA

Aswin,S.Kep.Ns dr. Sugeng Riyadi dr. Teguh Ariyanto


Rijatno,SKm,MM

KASUBBAG KEUANGAN KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KASIE PENGEMBANGAN SDM MUTU
KEPERAWATAN PENUNJANG NON MEDIS DAN KERJASAMA

Agus Setiawan, SE., M.Si Nasim, S.Kep., Ns Esti Siwi Wibowo Murti, SH
Jasun,S.Kep.MM

KASUBBAG UMUM
DAN KEUANGAN

Pandhu rahandika,S.IP
Gambar 2.1 Struktur Organisasi RSUD Ajibarang
11

B. KAJIAN SITUASI DI RUANG CENDRAWASIH ATAS


1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Cendrawasih Atas
Ruang Cendrawasih Atas merupakan salah satu ruangan dari
sebelas ruangan rawat inap yang ada di RSUD Ajibarang Kabupaten
Banyumas. Pelayanan rawat inap di rumah sakit adalah pelayanan kepada
pasien, untuk observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik,
rehabilitasi mental dan pelayanan kesehatan lainnya diruang rawat inap.
Dalam perkembangannya pelayanan rawat inap selalu mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi peralatan kesehatan yang
digunakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara umum, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan harus
dilakukan penyesuaian kebijakan terhadap dinamika perubahan yang
terjadi.
Ruangan Cendrawasih Atas merupakan salah satu ruang perawatan
di RSUD Ajibarang yang memberikan perawatan bagi pasien laki-laki dan
perempuan dengan mencakup usia remaja, dewasa hingga lansia. Ruang
Perawatan Cendrawasih Atas berada dilantai 2 yang merupakan ruang
rawat inap untuk pasien kasus neurologi, mata dan penyakit dalam. Ruang
cendrawasih terdiri dari nurse sttation dan ruang tindakan. Kemudian
terdapat 16 tempat tidur, yang terdiri dari 6 kamar dan dibagi menjadi 3
kelas yaitu:
a. Kelas 1 : 4 bed
b. Kelas 2 : 4 bed
c. Kelas 3 : 8 bed
Lokasi penerapan manajerial keperawatan ini dilakukan pada
Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang dengan uraian denah sebagai
berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Ruang Kepodang Atas
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Ruang Gudang
c. Sebelah barat berbatasan dengan CSSD
d. Sebelah timur berbatasan dengan Apotik Rawat inap
12

DIREKTUR

dr. Widyana Grehastuti, Sp.OG, M.Si.Med.


KABID PELAYANAN MEDIS
DAN KEPERAWATAN

dr. Ahmad Hermanto, MM

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


PELAYANAN MEDIS KEPERAWATAN

dr. Sugeng Riyadi Nasim, S.Kep., Ns.

KEPALA INSTALASI

dr. Dita Wahyu Rahman

KARU CENRAWASIH ATAS

Widyandi Kurniasih, S.Kep., Ns.

KETUA TIM

Primanita Ulfah, S.Kep., Ns

PEMBERI ASUHAN PEMBERI ASUHAN

Sugiyah, Amk Wahyu Lestari, S.Kep., Ns

PEMBERI ASUHAN PEMBERI ASUHAN

Syafiq Saefulhaq, Amk Khitoh Fajar A, Amk

PEMBERI ASUHAN PEMBERI ASUHAN

Leny Indriyati, Amk Nugroho Adi Sakti, S.Kep., Ns

PEMBERI ASUHAN PEMBERI ASUHAN

Neni Triyana, Amk Fajar Indra N, Amk

PEMBERI ASUHAN PEMBERI ASUHAN

Unik Haryanti, Amk Laeli Yuniatin, Amk.

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Ruang Cendrawasih Atas


13

Kepodang B T
Atas
S

Kamar Kamar Kamar Ruang


3 2 1 Tindak
ann
Tangg
wc wc wc
a
CSSD

rawat inap
Apotik
Kama Kamar Kama Ruang
r4 5 r6 Perawa
wc wc wc
t wc

Ruang Gudang Barang

Gambar 2.3 Denah Ruangan Cendrawasih Atas

2. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian Teori
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukakan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah
Sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Menurut DepKes RI Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi II (2006; 33-34),
pasien di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien rawat jalan
(pasien poliklinik dan pasien gawat darurat) dan pasien rawat inap.)
(Hidayah, 2019). Rawat inap (Opname) adalah istilah yang berarti
14

proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan professional akibat


penyakit tertentu, dimana pasien di inapkan disuatu ruangan dirumah
sakit. Ruang inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini
dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang
sekaligus (Andita et al., 2019).
2) Kajian Data
Ruang Cendrawasih Atas adalah ruang rawat inap n melayani
perawatan pasien syaraf dan Mata kelas 1, 2, dan 3 dan pasien dalam
kelas 1 dan 2, ketika kasus Covid 19 melonjak menjadi ruang
discharge covid 19. Jumlah pasien yang dirawat periode januari 2021
- desember 2021 dijelaskan dalam tabel 2.1

Tabel 2.2 Jumlah Pasien Ruang Cendrawasih Atas


Periode Januari-Desember 2021
No Bulan Jumlah
1 Januari 60
2 Februari 71
3 Maret 78
4 April 88
5 Mei 105
6 Juni 103
7 Juli 51
8 Agustus 97
9 September 81
10 Oktober 99
11 November 128
12 Desember 138
13 Jumlah 1.099
Sumber: Rekam Medik RSUD Ajibarang
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.2 menunjukan
bahwa jumlah pasien pada bulan Januari – Desember 2021 adalah
sebanyak 1.099 pasien.
15

Tabel 2.3 Distribusi 10 Besar Penyakit di Ruang Cendrawasih Atas


RSUD Ajibarang Bulan Januari – Desember 2021
No Nama Penyakit Jumlah Persentasi
1 Stroke Non Haemoragic 224 40,5 %
2 KSM 106 19,1%
3 Stroke Haemoragic 40 7,2 %
4 Suspek Covid 19 32 5,7 %
5 KSH 31 5,6 %
6 CKD 30 5,4 %
7 Ptrygium Nasal Gr IV 23 4,1%
8 Anemia 23 4,1 %
9 Stroke 22 3,9 %
10 Dengue Fever 22 3,9 %
Jumlah 553 100%
Sumber: Rekam Medik RSUD Ajibarang

Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.3 diatas


menunjukkan 10 besar penyakit di ruang Cendrawasih Atas Stroke
Non Haemoragic menduduki urutan teratas yaitu sebesar 40,5 % atau
sebanyak 224 pasien dari total jumlah pasien yang masuk atau dirawat
di ruang Cendrawasih atas selama periode Januari sampai dengan
Desember 2021, kemudian di urutan kedua KSM (Katarak Sinilis
Matur) sebesar 19,1 % atau sebanyak 106 pasien dan urutan ketiga
Stroke Haemoragic sebesar 7,2 % atau sebanyak 40 pasien.
3) Analisis
Berdasarkan tabel 2.2 dan 2.3 diperoleh data bahwa ruang
Cendrawasih Atas selama tahun 2021 tidak hanya mengalami pasien
saraf dan mata saja, tetapi juga merawat pasien penyakit dalam. Hal
ini dikarenakan adanya perubahan komposisi ruangan rawat inap
dikarenakan keharusan rumah sakit merawat pasien Covid-19.
Beberapa ruangan yang dijadikan ruang infeksius Covid-19 tidak bisa
menerima pasien selain kasus tersebut. Maka pasien yang tidak
infeksiu akan di titipkan di ruang lain. Salah satu ruangan yang
16

mendapatkan limpahan pasien dengan kasus yang berbeda yaitu ruang


Cendrawasih Atas.
b. Peserta didik
1) Kajian Teori
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal
pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Nurlina et al.,
2021). Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang memiliki salah satu visi
yaitu menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat dibidang kesehatan serta mengembangkan sumber daya
manusia yang kompeten, kreatif, dan inovatif. Dalam rangka
mewujudkan visi tersebut RSUD Ajibarang menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan termasuk SDM
keperawatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang sebagai rumah sakit
pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai
institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan
untuk menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang
berkualitas, perlu adanya pengelolaan bimbingan PKK yang baik,
bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan perkembangan iptek.
2) Kajian data
Tabel 2.4 Distribusi Mahasiswa Praktik di Ruang Cendrawasih
Atas Bulan Januari 2021 - Desember 2021
No Nama Institusi
Bulan Stase Jumlah
1 Profesi Ners 29-3-2021
Universitas S/d Stase
Muhamadiyah 25-4-2021 5
manajemen
Purwokerto
2 Profesi Ners 20-9-2021
Universitas Jendral S/d
Sudirman 6 -11-2021 KMB 6

3 Profesi Ners 29-11-2021


Universitas Harapan S/d KD 5
Bangsa 10-12-2021
17

4 Profesi Ners 13-12-2021


Universitas Harapan S/d KMB 5
Bangsa 31-12-2021
Jumlah 21
Sumber : Daftar Jadwal Praktik Ruang Cendrawsih Atas Periode Januari –
Desember 2021

Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.4 menunjukan


bahwa pada bulan tahun 2021 terdapat mahasiswa praktik dari
Universitas Muhamadiyah Purwokerto Profesi Ners sebanyak 5
Mahasiswa, dan Bulan november. Universitas Jendral Sudirman
Purwokerto sebanyak 6 mahasiswa, Dari Universitas harapan
Bangsa Purwokerto sebanyak 10 Mahasiswa. Jumlah total
mahasiswa praktek dari Januari 2021- Desember 2021 sebanyak 21
orang.
1. Analisis
Pelaksanaan praktik klinik di RSUD Ajibarang Banyumas
sudah sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan praktik klinik
yang dibuat oleh RSUD Ajibarang yaitu mulai dari
penandatanganan perjanjian dengan institusi, pemberian kerangka
acuan oleh institusi pendidikan kehan praktek, penentuan lokasi
praktik, perencanaan penerimaan orientasi dan penyiapan
pembimbing klinik bagi mahasiswa praktik. Institusi pendidikan
sebelum menerjunkan mahasiswanya sudah memberikan uraian
rencana pelaksanaan PKK meliputi tujuan, kompetensi,
penugasan, tata tertib, sanksi, dll, dimana selain mahasiswa,
pembimbing lapangan juga sudah mendapatkan buku panduan dari
institusi pendidikan. Sebelum melaksanakan praktik klinik
mahasiswa dibekali materi oleh pihak diklat RSUD Ajibarang
Bulan april 2021 sampai dengan bulan Agustus 2021 tidak
menerima kegiatan praktek mahasiswa karena pandemi Covid-19.
18

c. Unsur 6M Dalam Manajemen Keperawatan


1) Man (Sumber Daya Manusia)
a) Kebutuhan tenaga perawat
(1) Kajian Teori
(a) Kuantitas
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual
yang ditunjukan pada individu, keluarga dan masyarakat
(Pakpahan et al., 2020).
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan
perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga
yang dibutuhkan dalam suatu ruangan dan kriteria tenaga
yang dipakai untuk suatu ruangan tiap shifnya. Perhitungan
kebutuhan tenaga keperawatan atau staffing merupakan
fungsi manajemen yang merupakan dasar pelaksanaan
kegiatan keperawatan. Perhitungan tenaga perawat
berhubungan dengan beban kerja perawat.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengkaji beban kerja tenaga perawat, yakni rasio pasien
dibanding perawat, rasio tempat tidur, serta perlunya
memperhitungkan tugas non-keperawatan yang dilakukan
oleh perawat seperti transport pasien (Ananta & Dirdjo,
2021). Dalam penetapan jumlah tenaga perawat ada berapa
rumus yang dikembangkan oleh para ahli, selain untuk
menetapkan rumus juga dapat digunakan untuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup
kurang atau lebih. Perhitungan menurut Depkes (2005)
adalah sebagai berikut :

jumlah jam perawatan di ruangan/hari


Kebutuhan tenaga I =
Jam efektif perawat
19

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu


ditambah (faktor koreksi) dengan: hari libur/cuti/hari
besar (loss day).
jml hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar
𝐿𝑜𝑠𝑠 𝐷𝑎𝑦 = X keb. tenaga
Jumlah hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan


non-keperawatan diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
Pekerja non keperawatan = (Kebutuhan tenaga I + loss day) x 25%
Kebutuhan tenaga = keb tenaga I + faktor koreksi (𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦 + pekerja non kep)

(b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau
diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau
pandangan konsumen. Dalam keperawatan, tujuan
kualitas pelayanan adalah untuk memastikan bahwa
jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan
pasien (Meirawaty & Yudianto, 2019).
Tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten
melalui pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan
akan menunjang terpenuhinya standar pendidikan
tenaga keperawatan yang berkualitas yang dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
pula secara profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
20

(2) Kajian Data


(a) Kuantitas
Teori perhitungan kebutuhan tenaga Perawat menurut
Depkes (2005) dasar perhitungannya berdasarkan klasifikasi
pasien, yaitu :
 Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
 Rata-rata pasien perhari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruang/hari
 Jam efektif setiap perawat/bidan adalah 7 jam perhari.
Berikut adalah perhitungan dalam Ruang Cendrawasih Atas
berdasarkan Klasifikasi pasien

Tabel 2.5. Klasifikasi Pasien di Ruang Cendrawasih Atas


Rata-rata Rata-rata jam
Jumlah
No Jenis/Kategori pasien/ha perawatan/pasien/har
perawatan/hari
ri i
1 Pasien Syaraf 8 3,5 28
2 Pasien Dalam 3 3,5 10,5
3 Pasien bedah mata 4 4 16
Jumlah 5

Rumus :
Jumlah jam perawatan
A =
Jam kerja efektif /hari

54,5jam
A =
7

A = 7.78 dibulatkan menjadi 8 orang

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor


koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day) dan jumlah tenaga
keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan (non-
nursing job) seperti membuat rincian pasien pulang, kebersihan
ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain.
21

Loss day
Dasar perhitungannya adalah:
- Jumlah hari minggu dalam satu tahun : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur hari besar : 16 hari
- Jumlah hari kerja efektif : 365 hari

Rumus:
hari minggu dalam 1 tahun + cuti tahunan + libur hari besar
B =∑ XA
hari kerja efektif

52 + 12 + 16
B =∑ X8
285
B = 2,24 orang, dibulatkan menjadi 2 orang

Tugas non keperawatan


Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-
keperawatan (non-nursing jobs), seperti membuat rincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien
dan lain-lain, diperkirakan 25 % dari jam pelayanan keperawatan.
Rumus :
C = Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25 %
C = (8 + 2) x 25 %
= 2,.5 dibulatkan menjadi 2
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan
perhitungan tersebut adalah :
Rumus:
Kebutuhan Tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 8 + (2 + 2)
= 12 orang
Jadi tenaga yang dibutuhkan di Ruang Cendrawasih
Atas sebanyak 12 orang.
(b) Kualitas
Berdasarkan observasi dan wawancara yang di peroleh
langsung, bahwa data di RSUD Ajibarang ruang
22

Cendrawasih Atas telah di uraikan jabatan kepegawaian


sebagai klasifikasi jabatan.Uraian jabatan pegawai
keperawatan di RSUD Ajibarang ruang Cendrawasih Atas
antara lain:
1. Jabatan Kepala Ruang Rawat
Syarat :
a. Jenis pendidikan DIII Keperawatan / S1+Ners
b. Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep
kritis/ PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing
praktek klinik keperawatan, Peltihan keperawatan
klinis sesuai bidang.
c. Pengalaman kerja : pengalaman kerja minimal tahun
d. Memiliki STR / SIK / SIPP
2. Jabatan perawat Primer
Syarat:
a. DIII kep / s1 kep + Ners
b. Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep
kritis/ PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing
praktek klinik keperawatan, Peltihan keperawatan
klinis sesuai bidang.
c. Pengalaman Kerja : Pelaksaan keperawatan sesuai
kelompok klinis kep sesuai dengan latar belakang
pendidikan : DIII Kep 6 tahun, S1+Ners 3 tahun
d. Memiliki STR / SIK / SIPP
e. Di utamakan pernah mengikuti pelatihan klinik
keperawatan fungsional.
3. Perawat Assosiate
Syarat:
a. DIII kep
b. Memiliki STR / SIK / SIPP
c. Lolos seleksi mekanisme rekrutmen bagi yang non
PNS kriteria dan kualifikasi tersebut dapat
23

memperhatikan faktor dedikasi loyalitas dan perilaku


berdasarkan rekomendasi yang di atur internal RSUD
Ajibarang.

Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan


pelatihan dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.6 Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Golongan, Pendidikan Dan


Pelatihan di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang
No Nama Pendidikan Jabatan Pelatihan
1. Widyandi S1 / Ners Karu BTCLS masa berlaku
Kurniasih., S.Kep., sudah expired.
Ns. Pelatihan BHD
STR Masa berlaku
s.d 2026
2. Primanita Ulfah, S1/Ners Katim STR masa berlaku
S.Kep., Ns. sampai 2026
BTCLS masa berlaku
sudah habis.
Pelatihan BHD
3. Sugiyah, Amk D3 Kep Pemberi Pelatihan BHD
Asuhan STR masih berlaku
4. Syafiq saefulhaq, D3 Kep Pemberi BTCLS masa berlaku
Amk Asuhan sudah habis
Pelatihan BHD
STR masih berlaku
5. Leny Indriyati, D3 Kep Pemberi BTCLS masa berlaku
Amk Asuhan sudah habis.
STR masih berlaku
Pelatihan BHD
6. Neni Triyana, D3 Kep Pemberi STR berlaku sampai
Amk Asuhan 2026
24

No Nama Pendidikan Jabatan Pelatihan


BTCLS berlaku
sampai 2015
Pelatihan BHD
berlaku sampai 2014
Pelatihan PPI berlaku
sampai 2015
7. Unik Haryanti, D3 Kep Pemberi STR berlaku sampai
Amk Asuhan 2026
BTCLS masa berlaku
sudah habis
Pelatihan BHD
8. Wahyu Lestari, S1/Ners Pemberi STR masa berlaku
S.Kep., Ns. Asuhan sampai 2024
Pelatihan BHD
9. Khitoh Fajar A, D3 Kep Pemberi Pelatihan BHD
Amk Asuhan STR masih berlaku
10 Nugroho Adi S1/Ners Pemberi BTCLS masih
Sakti, S.Kep., Ns Asuhan berlaku
Pelatihan BHD
STR masih berlaku
11 Fajar Indra N, D3 Kep Pemberi BTCLS sudah
Amk Asuhan expired
STR masih berlaku
Pelatihan BHD
12 Laeli Yuniatin , D3 Kep Pemberi BTCLS masa berlaku
Amk Asuhan sudah habis
Pelatihan BHD
STR masih berlaku
Sumber : Data pegawai di ruang Cendrawasih Atas
25

Untuk pelatihan BHD secara rutin di selenggarakan oleh


Diklat RSUD Ajibarang dikarenakan pelatihan ini merupakan
syarat dari Akreditasi.
(3) Analisis
(a) Kuantitas
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Depkes
didapatkan hasil kebutuhan tenaga perawat yaitu 12 perawat,
dan setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil jumlah
perawat yang ada yaitu 12 orang. Ini menunjukkan tenaga
kesehatan di ruangan Cendrawasih Atas telah melebihi dari
perhitungan. Hal ini melalui perhitungan rumus Depkes
berdasarkan jumlah rata-rata pasien perhari dan lama
perawatan perhari.
(b) Kualitas
Berdasarkan tabel 2.6 dapat disimpulkan bahwa
perawat di ruang Cendrawasih Atas mayoritas berpendidikan
D3 Keperawatan yaitu sebanyak 8 orang dari total 12 orang.
Jenjang Pendidikan sudah sesuai dengan jabatan yang di
pegang di dalam ruangan. Untuk pelatihan BTCLS dari 12
orang perawat yang masih berlaku sertifikat pelatihannya
hanya 1 orang perawat, 8 orang sudah habis masa
berlakunya, dan 2 orang belum pernah mengikuti. Untuk
pelatihan-pelatihan kompetensi tambahan yang sesuai
dengan pasien pengelolaan belum ada. Untuk pelatihan BHD
dikarenakan hal ini merupakan salah satu syarat akreditasi
maka pelaksanaannya di selenggarakan oleh bidang Diklat.
2) Money (UANG)
a) Kajian Teori
Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam institusi. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
26

diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan


berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil
yang akan dicapai dari suatu organisasi (Brension et al., 2022).
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis
merupakan salah satu fungsi rumah sakit, agar pelayanan rumah
sakit tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan atau bahan medis dan jasa pemborongan.
Berdasarkan data subyektif, didapatkan data bahwa sumber
dana operasional RSUD Ajibarang sebagai berikut :
1. Pasien umum dan BPJS
2. Pasien, Asuransi, Jasa Raharja , BPJS TK
b) Kajian Data
(1) Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat merupakan pendapatan operasional rumah
sakit. Pendapatan rumah sakit terdiri dari pelayanan pasien
umum dan pasien dengan penjaminan (BPJS, jasa raharja dan
asuransi lainnya). Pendapatan pasien umum adalah pendapatan
yang diperoleh dari pembayaran langsung pasien. Setelah pasien
dinyatakan / diizinkan pulang maka petugas ruang harus
melakukan rekapan sisa obat ataupun alat kesehatan. Petugas
ruang melakukan verifikasi pada lembar kuning dengan input
data pada SIM RS. Kemudian petugas ruang menyerahkan
berkas kepulangan ke kasir dan sisa obat atau alat kesehatan
ataupun resep tambahan ke farmasi. Petugas kasir akan
memverifikasi jumlah rincian tagihan pembayaran pasien
dengan jumlah tagihan yang ada di SIM RS, jika ada perbedaan
maka petugas kasir melakukan konfirmasi ke petugas ruangan.
Kemudian setelah kasir selesai memverifikasi jumlah rincian
tagihan pembayaran maka petugas kasir menghubungi petugas
27

ruang untuk menyampaikan kepada keluarga pasien untuk


menuuju kasir untuk melakukan pembayaran administrasi rawat
inap.
Setelah keluarga pasien melakukan pembayaran maka akan
diberi kartu pink dari kasir untuk pengambilan obat ke loket
farmasi dan kartu tersebut diserahkan ke petugas ruang sebagai
bukti telah melakukan transaksi pembayaran lunas.
Pendapatan pasien dengan penjaminan adalah pendapatan yang
diperoleh dari pembayaran pasien yang terdiri dari:
Pasien BPJS adalah badan penyelenggaraan jaminan sosial atau
BPJS merupakan lembaga yang terbentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia
menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2004 dan Undang-
Undang No. 24 tahun 2011.
BPJS kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan atau
atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15
hari sejak dokumen klien diterima lengkap, besaran pembayaran
kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara BPJS kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan dengan
mengacu pada standart tarif yang ditetapkan oleh mentri
kesehatan.
Pada pasien BPJS yang sesuai kelas maka seluruh biaya rumah
sakit akan dicover BPJS dan mendapat perhitungan free. Jika
pasien BPJS naik kelas maka akan mendapatkan perhitungan
selisih bayar.
Pendapatan lain-lain, yaitu semua pendapatan yang diperoleh
dan timbul dari kegiatan atau pelayanan selain dari pasien rawat
jalan, pasien rawat inap, dan penunjang medis
(2) Tata cara pembayaran dan penagihan
Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien akan
meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran. Pasien BPJS
melakukan pembayaran dengan melengkapi persyaratan BPJS
28

yang dibuktikan dengan adanya SEP yang pengurusannya


diberikan waktu 2x24 jam , apabila sampai pasien pulang
keluarga belum dapat melengkapi, maka terpaksa pasien harus
membayar seperti pasien umum. Pasien BPJS pada saat
melakukan pembayaran 100% tidak mengeluarkan biaya
perawatan karena pasien BPJS sudah melakukan iuran
kesehatan per bulan. Pada pasien umum biaya perawatan 100%
dibayarkan oleh pasien secara mandiri pada saat akan pulang.
Tarif akomodasi rawat inap di ruang Cendrawasih Atas :
Kelas 1 : Rp. 120.000-/hari
Kelas 2 : Rp. 90.000-/hari
Kelas 3 : Rp. 66.000-/hari
(3) Sistem gaji dan remunirasi
Sumber dana gaji pegawai RSUD Ajibarang berasal dari
pelayanan rumah sakit dan pemerintah. Pegaturan pola
penggajian pegawai diatur sesuai dengan pangkat/golongan,
jabatan, pendidikan, dan masa kerja. PNS dan non PNS.
(4) Sumber pendapatan dari pelayanan rumah sakit
Dari pasien umum: Dibayar secara mandiri keseluruhan oleh
pasien. Dari pasien BPJS: Dibayar dengan kartu pasien
merupakan peserta BPJS aktif
(5) Rancangan pembelanjaan RS
(a) Operasional (kegiatan pelayanan)
(b) Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dll)
(c) Pengembangan, dimana RSUD Ajibarang merupakan
rumah sakit daerah tipe C yang pendanaannya berasal dari
APBN, DAK, APBD.
c) Analisis
Penyelenggaraan perencanaan dan pendanaan yang ada di RSUD
Ajibarang sudah disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan yan berlaku. Hal ini sejalan dengan proses pembayaran
yang ada di Ruang Cendrawasih Atas, kepenguruan jaminan rawat
29

inap yang menggunakan asurani mauoun umum sudah disesuaikan


dengan pelayanan keuangan yang ada di rumah sakit.
3) Machines (Sarana Dan Prasarana)
a) Analisa Teori
Mesin (machine) adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan
tugas manusia. Dengan demikian, mesin digunakan untuk memberi
kemudahan atau menghasilkan keuntunganyang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja (Damanik, 2020) Biasanya
membutuhkan sebuah masukan sebagai pemicu, mengirim energi
yang telah diubah menjadi sebuah keluaran, yang melakukan tugas
yang telah disetel.
Mengingat fungsi mesin adalah untuk mempermudah atau
membantu kerja manusia, mesin sangat dibutuhkan dalam
pemberian perawatan. Adanya mesin yang canggih akan menunjang
hasil kinerja perawat.
b) Analisa Data
Alat mekanik atau elektrik yang ada di ruang Cendrawasih Atas
yang sudah terpilah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7 Daftar Inventaris Alat Kesehatan


Di Ruang Cendrawasih Atas
NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI
1. Ambubag 1 Baik
2. Tensi meter digital 2 Baik
3 Stetoskop 5 Baik
4. Thermometer digital 2 Baik
5. Bed standar 16 Baik
6. Standar Infus 27 Baik
7. Timbangan dewasa 1 Baik
8. Timbangan bayi 1 Perlu perbaikan
9. Tourniquete 2 Baik
30

10. Glukosa test 1 Baik


11 Oksimetri 2 Baik
12 EKG 1 Baik
13 Tensi Jarum 1 Baik
14 Lampu Baca Rontgent 1 Baik
15 Nebulizer 2 Baik
16 Reflex Hammer 2 Baik
17 Senter 1 Baik
18 Tabung Oksigen 9 Baik
18 Kursi roda 2 Baik
19 Bengkok 2 Baik
20 Bak Instumen 2 Baik
21 GV set 2 Baik

22 Easy move 1 Baik

c) Analisis
Berdasarkan tabel 2.7 tentang daftar inventaris sarana dan prasarana
di ruang Cendrawasih Atas , diketahui secara keseluruhan kondisi
alat-alat tersebut dalam kondisi baik.
4) Methods (Metode Atau Tata Cara)
a) Kajian teori
Ada dua pembahsan dalam unsur Method yaitu Standasr Asuhan
Keperawatan (SAK) dan Standar Operasional Prosedur (SOP).
1. Standar asuhan Keperawatan (SAK)
Standar asuhan Keperawatan merupakan pernyataab kualitas
yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan
keperawatan terhadap pasien (Gloria, 2020). Suatu ruang
perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai
prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang
dipahami dan diharapkan oleh seluruh staf di ruangan. Standar
31

keperawatan dipakai pedoman dan dokumentasi penerapan


standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
(a) Standar Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan
secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan asuhan keperawatan higga data keperawatan
harus bermanfaat bagi semua anggota tim.
(b) Standar II Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengannorma kehidupan
pasien, dan omponennya terdiri atas masalah penyebab dan
gejala (PES) bersifat aktualdan potensial dan dapat
ditanggulangi perawat.
(c) Standar III Perencanan Atau Intrvensi
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan
keperawatan dan rencana tindakan
(d) Standar IV Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan.
(e) Standar V Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik,
sistematis, terencana untuk menilai perkembangan.
(f) Standar VI Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukakan secara individu
oleh perawata selama pasien dirawat inap maupun rawat
jalan yang digunakan sebagai infomasi, komunikasi dan
laporan. Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan
32

sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan setiap


mencatat harus mencatumkan inisial atau paraf atau nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, dan disimpan
sesuai peraturan yang berlaku. Ruang perawatan
mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawat dan
SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus
terbanyak penyakit yang ada di ruangan. Standar diperlukan
untuk menentukan mutu, bagaimana kegiatan-kegiatan
akan dikerjakan dan untuk menilai mutu, seberapa baik
kegiatan-kegiatan dikerjakan.
2. SOP (Standar Operasional Prosedur)
Standar operasioal prosedur (SOP) merupakan dokumen yang
berisi serangkaian istruksi tertulis yag dibakukan berisi cara
melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan termasuk siapa yang
berperan (Warashati et al., 2020). Standar Operasional Prosedur
(SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-
indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja,
prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan (Siburian et al., 2020)
b) Kajian Data
(1) Standar asuhan Keperawatan (SAK)
Di ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang dalam pemberian
asuhan keperawatan mengacu pada SAK berdasarkan SK
direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang, SAK di ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada tabel dibawah ini
Tabel 2.8 Daftar Standar Asuhan Keperawatan Di Ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang Tahun 2021

No Standar Asuhan Keperawatan


1 Standar asuhan keperawatan Inafektif Perfusi jaringan cerebral
33

2 Standar asuhan keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik


3 Standar asuhan keperawatan Resiko Jatuh
4 Standar asuhan keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (
Penglihatan )
5 Standar asuhan keperawatan gangguan eliminasi urine
6 Standar asuhan keperawatan gangguan pola tidur
7 Standar asuhan keperawatan cemas
8 Standar asuhan keperawatan Hipertermia
9 Standar asuhan keperawatan intoleransi aktivitas
10 Standar asuhan keperawatan kekurangan volume cairan
11 Standar asuhan keperawatan kelebihan volume cairan
12 Standar asuhan keperawatan Bersihan Jalan nafas tidak efektif
13 Standar asuhan keperawatan kerusakan integritas kulit
14 Standar asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
15 Standar asuhan keperawatan Pola nafas tidak efektif
16 Standar asuhan keperawatan konstipasi
17 Standar asuhan keperawatan kurang pengetahuan
18 Standar asuhan keperawatan nyeri akut/ kronis
19 Standar asuhan keperawatan penurunan curah jantung
20 Standar asuhan keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
21 Standar asuhan keperawatan Diare
22 Standar asuhan keperawatan ketidak efektifan pola nafas
23 Standar asuhan keperawatan Mual
24 Standar asuhan keperawatan resiko infeksi

(2) Standar operasional prosedur


34

Jenis standar operasional prosedur yang ada di ruang


Cendrawasih Atas adalah sebagai berikut :

Tabel 2.8 Daftar SOP di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang


NO Tindakan Yang Dilakukan
1 Serah terima (operan) jaga perawat
2 Pemberian makan lewat NGT
3 Pembuangan sampah benda tajam
4 Pembuangan sampah infeksius
5 Pembuangan sampah
6 Kebersihan tangan
7 Pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanul
8 Memandikan pasien di tempat tidur
9 Mengukur suhu di ketiak
10 Administrasi medikasi parenteral
11 Oral hygiene
12 Memberikan oksigenisasi NRM
13 Melakukan pengkajian nyeri
14 Bantuan perawatan diri
15 Admision care
16 Melakukan pemeriksaan NGT
17 Memberikan obat per oral
18 Perawatan kuku
19 Memberikan obat melalui rectum
20 Perawatan bedrest
21 Pemberian makan: menyapi
22 Pemberian inhalasi melalui nebulizer
23 Pemberian obat enteral
24 Bantu perawatan: makan
25 Kompres demam
26 Bantuan perawatan diri: berpakaian/ berdandan
27 Pemberian obat: oral
28 Pemberian makan melalu selang enteral
29 Menghitung denyut nadi
30 Menghitung pernafasan
31 Mengambil spesimen urine untuk pemeriksaan kultur
32 Pemakaian infus pump
33 Monitor saturasi oksigen
34 Pembuangan sampah
35 Transfer antar ruang perawat
35

NO Tindakan Yang Dilakukan


36 Seragam tugas keperawatan
37 Indikasi masuk ruang unit stroke
38 Indikasi keluar unit stroke
39 Koreksi albumin
40 Pengambilan darah arteri
41 Resusitasi jantung paru
42 Koreksi kalium
43 Pengumpulan linen kotor
45 Penggandaan/ BON linen baru
46 Serah terima linen baru
47 Pemasangan kateter menetap pria
48 Pemasangan infus dewasa
49 Prosedur pasien pulang rawat
50 Identifikasi pasien
51 Pemasangn gelang pasien
52 Pemasangan kateter menetap pada wanita
53 Pemberian produk darah
54 Bledder training
55 Perawatan peralatan pasien
56 Menyuntik aman
57 Pelepasan gelang pasien
58 Pelaksanaan pasien resiko jatuh non psikiatri
59 Prosedur catatan perkembangan pasien
60 Penggunan alat perlindungan diri (APD)
61 Pencegahan dan penendalian infeksi saluran kencing
62 Dekontaminasi tingkat tinggi
Sumber : Data SPO di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang mengacu pada
SPO Komite Kperawatan RSUD Ajibarang
c) Analisis
Standar Asuhan Keperawatan yang ada di ruang Cendrawasih Atas
pada table 2.7 adalah Standar Asuhan Keperawatan yang memakai
pedoman NANDA, NIC, dan NOC. Kementerian Kesehatan RI,
(2020) tentang standar profesi perawat menjelaskan bahwa
sistematika standar kompetensi perawat dalam memberikan standar
asuhan keperawatan menggunakan Standar Diagnosis keperawtan
Indonesi (SDKI), Standar Intervensi Keperwatan Indonesi (SIKI),
dan Standar Luaran indonesi (SLI).
36

Berdasarkan table 2.8 SOP yang ada di Ruang Cendrawasih Atas


sudah di sesuaikan dengan SPO yang di tetapkan oleh Komite
Keperawatan RSUD Ajibarang. Sehingga sudah lengkap dan sesuai
dengan jenis pasien kelolaan. .
5) Materials (Bahan Baku)
a) Kajian Teori
Dalam proses manajemen sangat diperlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai faktor pendukung/ penunjang
terlaksananya pelayanan kesehatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan/
peralatan lain yangdipergunakan untuk memperlancar pelaksanaan
asuhan keperawatan sehingga diperoleh tujuan pelayanan yang
efisien dan efektif (EduNers, 2021)
Jumlah fasilitas dan alat kedokteran maupun keperawatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran,
jenis kegiatan dan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu juga
didasarkan atas pertimbangan bahan yang dipakai, disimpan atau
dicuci. Standar tersebut meliputi: fasilitas alat keperawatan/medis,
alat rumah tangga, alat pencatatan dan pelaporan dan alat tenun.
b) Kajian Data
Berikut ini merupakan data inventaris alat medis dan non medis
yang ada di ruang Cendrawsih atas, yaitu sebegai berikut:

Tabel 2.9
Daftar Inventaris Alat Kesehatan Non Medis Di Ruang Cendrawasih Atas
NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI
1. Lemari linen 1 Baik
2. Lemari file 1 Baik
3. Lemari loker petugas 1 Baik
4. Lemari pasien /nakas 16 Baik
5. Lemari alkes 1 Baik
37

6. Kulkas 1 Baik
8. Kursi bulat hijau 36 Baik
9. Meja kerja 3 Baik
11. Tempat sampah injak 9 Baik
12. Tempat sampah beroda 1 Baik
14. Kotak saran 1 Baik
15. Set computer 2 Baik
16. Laptop 1 Baik
17. Troli 3 Baik
19. Kalkulator 1 Baik
20. Figura 20 Baik
21. AC 3 Baik
23. File box 3 Baik
24. Wastafel 8 Baik
25. Cermin 8 Baik
26. Meja obat 1 Baik
27. Apar 1 Baik
28. Kipas angin 15 Baik
29. Helm code red 4 Baik
31. Jam dinding 5 Baik
32. Printer 1 Baik
33. Bak mandi 7 Baik
34. Gayung 7 Baik
35. Gantungan baju 2 Baik
36. Dispenser 1 Baik
37. Rak sepatu 1 Baik
Sumber : Buku inventaris alat nonmedis diruang cendrawasih Atas

Tabel 2.10
Daftar Inventaris Alat Medis
38

NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI


1. Stetoskop 2 Baik
2. Tensi dewasa 3 Baik
3. Tensi digital 1 Baik
4. Ambubag 1 Baik
5. Gunting perban 1 Baik
7. Bak instrument 2 Baik
8. Bengkok 2 Baik
9. EKG 1 Baik
10. Suction 1 Baik
11. Nebulizer 2 Baik
12. Senter 1 Baik
13. Box obat emergency 1 Baik
14. Troli oksigen 1 Baik
15. Torniquet 2 Baik
16. Box obat pasien 16 Baik, identitas hanya
nomor kamar pasien.
17. Pinset anatomis 2 Baik
18. Pinset sirurgis 2 Baik
19. Kursi roda 2 Baik
20. Lampu baca rontgen 1 Baik
21. Syringe pump 1 Baik
22. Penghalus obat 1 Baik
23. Timbangan injak 1 Baik
24. Troli tindakan 3 Baik
25. Termometer kulkas 1 Baik
26. Pispot 6 Baik
27. GB set 2 Baik
28. GDS stick 20 Baik
Sumber : Buku inventaris alat medis diruang cendrawasih atas

Table 2.11. Daftar Linen Ruang Cendrawasih Atas


39

No Nama Alat Terpakai Stock Jumlah Ket


1 Sprei 9 34 43 Baik
2 Sarung Bantal 9 45 54 Baik
3 Selimut 9 3 12 Baik
4 Perlak 0 5 5 Baik
5 Gown 2 7 9 Baik
Jumlah 123 Baik
Sumber : Buku inventaris alat medis diruang cendrawasih atas

c) Analisa
Data dari table 2.9, 2,10 dan 2.10 untuk fasilitas alat Kesehatan
sudah tercukupi dan dapat digunakan dengan baik. Untuk kondisi
box obat pasien kondisi box baik tetapi untuk identitas box hanya
ada nomor kamar saja. Kondisi ini beresiko terjadinya kesalahan
dalam meberikan obat. Untuk identitas pasien sesuai dengan standar
akredtasi rumah sakit diperlukan minimal nama, nomer Rekam
medis dan tanggal lahir.
6) MARKET (PASAR)
a) Kajian teori
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk
sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi
tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan
pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka
kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan
daya beli (kemampuan) konsumen (Damanik, 2020).

b) Kajian Data
Dari hasil pengkajian secara observasi ruang Cendrawasih atas
merupakan ruang rawat inap pasien dewasa kelas 1,2 dan 3. Ruang
40

kelas 1 terdiri dari 4 ruangan yaitu kamar nomer 1A, !b, 2A, dan 2B.
Fasilitas yang ada di kamar kelas 1 yaitu satu kamar 2 tempat tidur,
1 kamar mandi dan WC, 1 air conditioner, 2 lemari pasien. Ruang
kelas 2 yaitu kamar 3C, 4C, 5C dan 6C. Ruang kelas 3 yaitu kamar
3a, 3B, 4A, B, 5A, 5B, 6a dan 6B. Fasilitas di kamar kelas 2 dan 3
yaitu 1 kamar mandi, 1 WC, 1 kipas angin, lemari pasien ada di
setiap tempat tidur pasien. Kondisi bersih dan peralatan masih dapat
di gunakan dengan baik. Dari data penyebaran kuosiner tingkat
kepuasan pasien dapat dilihat dari table di bawah ini.
Tabel 2.12
Tingkat Kepuasan Pasien Diruang Cendrawasih atas

Tingkat kepuasan Frekuensi Presentase (%)


Puas 14 93,33%
Cukup Puas 1 6.67%
Kurang Puas - -
Tidak Puas - -
Total 15 100%
Sumber : Rekapitulasi kuisioner tingkat kepuasan pasien di
ruang Cendrawasih Atas

Keterangan :
Puas : 76-100%
Cukup Puas : 56-75%
Kurang Puas : 40-55%
Tidak Puas : < 40%

c) Analisa
Kondisi kamar di Ruang Cendrawasih Atas sudah disesuaikan
dengan aturan yang berlaku di rumah sakit. sehingga tidak ada
perbedaan kondisi ruang antara di Ruang Cendrawasih Atas dengan
Ruangan rawat inap yang lain. Hal ini juga sejalan dengan hasil
survey kuosinoer tingkat kepuasan pasien terhadap fasilitas yang ada
di ruang Cendrawasih Atas yang hasilnya yaitu 93,33% mengatakan
puas dan 6,67% mengatakan cukup puas dari 15 kuosioer yang
dibagikan ke pasien.
41

3. Unsur Proses
a) Proses Asuhan Keperawatan
1) Metode Penugasan
(a) Kajian Teori
Praktek keperawatan meliputi observasi, pengkajian, diagnosa,
asuhan atau konseling dan penyuluhan kesehatan kepada
individu yang sakit, cedera atau pemeliharaan kesehatan atau
pencegahan sakit yang dilaksanakan oleh perawat berlisensi.
Pelaksanaannya diterima dan disepakati oleh profesi
keperawatan dan kedokteran (Pangkey et al., 2021). Gillies
(1996) dalam Sumarni & Susanti (2020) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa jenis metode keperawatan yaitu :
(1) Metode Kasus

Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan


yang pertama digunakan. Pada metode ini, satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang
klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat satu perawat tergantung pada kemampuan
perawat dan kompleksnya kebutuhan klien. Sitorus
(2006) menyatakan bahwa setelah Perang Dunia II,
jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusannya bekerja di
rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga tersebut dapat
maksimal dan akibat tuntutan peran yang diharapkan
dari perawat sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran, lalu dikembangkan metode fungsional.
Pada metode kasus, perawat bertanggung jawab
terhadap klien tertentu yang didasarkan pada rasio satu
perawat untuk satu klien dengan pemberian perawatan
konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan untuk perawatan khusus, seperti isolasi,
intensive care unit, dan perawat kesehatan komunitas.
42

Metode ini tidak lepas dari kekurangan dan kelebihan.


Adapun kelebihan dalam penerapan metode ini adalah
perawat lebih memahami kasus per kasus dan sistem
evaluasi dapat dilakukan secara terus-menerus.
Kekurangan dalam penerapan metode ini adalah perawat
penanggung jawab belum dapat diidentifikasi, serta dan
perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan
dasar yang sama.
(2) Metode Fungsional

Metode fungsional ini mrupakan metode praktik


keperawatan yang paling tua. Metode ini dilaksanakan
oleh perawat dan berkembang pada saat Perang Dunia
II. Pada metode fungsional, pemberian asuhan
keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien
di suatu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung
jawab dalam pemberian obat, mengganti balutan,
memantau penggunaan infus, dan kegiatan lain. Dalam
hal ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan pada semua klien yang berada di
ruangan. Sebagai contoh, ada perawat yang bertanggung
jawab untuk pemberian obat-obatan, ada yang
bertanggung jawab untuk tindakan perawatan luka, ada
yang mengatur pemberian intravena, ada yang
ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, dan ada
yang memberi bantuan mandi. Dalam hal ini, tidak
ada perawat yang bertanggungjawab penuh untuk
perawatan seorang klien. Metode fungsional dapat
digunakan ketika ada bencana dan digunakan di ruang
operasi.
43

Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan


fisik dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan
secara holistik. Mutu asuhan sering terabaikan karena
pemberian asuhan terfragmentasi. Komunikasi antar
perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui satu klien secara komprehensif, kecuali
mungkin kepala ruangan. Pada metode itu, kepala ruangan
terlebih perawat yang akan bertanggung jawab melakukan
tindakan keperawatan. Perawat akan melaporkan tugas yang
dikerjakannya kepada kepala ruangan, lalu kepala ruangan
yang bertanggung jawab dalam membuat laporan klien.

Metode fungsional ini tidak dapat terlepas dari


kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dalam
penerapan metode keperawatan ini diuraikan sebagai
berikut:
- Lebih efisien karena dapat menyelesaikan banyak
pekerjaan dalam waktu singkat dengan pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan
tenaga.
- Perawat akan terampil untuk tugas pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat
setelah selesai kerja.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga
yang kurang berpengalamanuntuk tugas sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf
atau peserta didik yang melakukan praktik untuk
keterampilan tertentu.

Sementara itu, kekurangan dalam penerapan metofe


fungsional ini diuraikansebagai berikut:
44

- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak


total sehingga kesulitan dalam penerapan proses
keperawatan.
- Perawat cenderung meninggalkan klien
setelah melakukan tugas atau pekerjaannya.
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilansaja.
- Tidak memberikan kepuasan kepada klien ataupun
perawat lainnya.
- Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat.
- Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.
(3) Metode Tim
Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan
asuhan keperawatan dengan menggunakan tim yang
terdiri dari kelompok klien dan kelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
minimal D-3 keperawatan dan berpengalaman kerja, serta
memiliki pengetahuan dibidangnya. Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh ketua tim dan ketua tim
bertanggung jawab untuk mengarahkan anggota timnya.
Dalam hal ini, ketua tim bertugas memberi pengarahan
dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya, ketua
tim melaporkan kepada kepala ruang tentang kemajuan
pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien. Terdapat
beberapa elemen penting yang harus diperhatikan dalam
penerapan metode tim sebagai berikut.
- Ketua tim diberi otoritas untuk membuat penugasan
bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
45

- Ketua tim diharapkan menggunakan gaya


kepemimpinan demokratis atau partisipatif dalam
berinteraksi dengan anggota tim.
- Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total
yang diberikan kepada kelompok klien.
- Komunikasi dapat dilakukan melalui
pendokumentasian asuhan keperawatan, yang
meliputi penulisan data klien, rencana tindakan
keperawatan, laporan untuk dan dari ketua tim,
pertemuan tim untuk mendiskusikan kasus klien dan
umpan balik informasl diantara anggota tim.
- Komunikasi antaranggota tim sangat penting agar
sukses dalam menjalankan tugas.

Metode tim ini tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan.


Adapun kelebihan dalampenerapan metode keperawatan ini
diuraikan sebagai berikut:

- Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara


komprehensif.
- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
- Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat
dan efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal.
- Memungkinkan peningkatan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda secara efektif.
- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara
anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang
tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan,
memberikan anggota tim perasaan bahwa ia memiliki
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan.
46

- Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang


dapat dipertanggung jawabkan.
- Memberikan motivasi perawat untuk selalu bersama
klien selama bertugas.

Sementara itu kekurangan dalam penerapan metode tim


ini diuraikan sebagai berikut:

- Ketua tim mengahabiskan banyak waktu untuk


melakukan koordinasi dan supervisi anggota tim,
serta harus memiliki keterampilan yang tinggi baik
sebagai perawat manajer maupun perawat klinik.
- Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi
keperawatan bila konsepnya tidak diimplementasikan
dengan total.
- Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi
sibuk rapat tim dapat ditiadakan, sehingga
komunikasi antar anggota tim terganggu.
- Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selau bergantung atau berlindung
kepada anggota tim yang mampu.
- Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.
- Tidak efisien bila digunakan dengan model
fungsional karena membutuhkan tenaga yang
memiliki keterampilan tinggi.

Secara ringkas, tanggung jawab dari tiap komponen


yang terlibat dalam metode keperawatan tim yang
meliputi tanggung jawab kepala ruang, ketua tim dan
anggota tim diuraikan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab kepala ruang meliputi:
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan
b. Mengorganisasikan pembagian tim dan klien
47

c. Memberikan kesempatan pada ketua tim untuk


mengembangkan kepemimpinan.
d. Menjadi narasumber bagi ketua tim
e. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru
tentang metode/ model pemberian asuhan
keperawatan
f. Memberi pengarahan mengenai sleuruh kegiatan
yang ada di ruangannya
g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
yang ada di ruangannya
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim
kesehatan yang lainnya
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan
keperawatan di ruangannya, lalu melakukan tindak
lanjut
j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan
melalui riset keperawatan
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
dengan semua staf.
2. Tanggung jawab ketua tim meliputi :
a. Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam
pengaturan jadwal dinas timnya
b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangan yang didelegasikan oleh kepala
ruangan.
c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dari evaluasi asuhankeperawatan bersama anggota
tim lainnya.
d. Mengoordinasikan rencana keperawatan dengan
tindakan medis.
e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim
dan memberikan bimbinganmelalui konferensi
48

f. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses


maupun hasil yang diharapkan dan
mendokumentasikanya.
g. Memberi pengarahan kepada perawat pelaksana
tentang pelaksanaan asuahnkeperawatan
h. Menyelenggarakan konferensi
i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pelaksanaanasuahan keperawatan
j. Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan
asuhan keperawatan yang menjaditanggung jawab
timnya
k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan
keperawatan.
3. Tanggung jawab anggota tim meliputi :
a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan
b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan
keperawatan. Telah diberikan berdasarkan
respons klien.
c. Berpartisipasi dalam memberikan masukan
untuk meningkatkan asuhankeperawatan
d. Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim
e. Melaporkan perkembangan kondisi klien kepada
ketua tim
f. Memberikan laporan.
(4) Metode Primer
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dengan perawat primer (PP)
bertanggung jawab selama 24 jam atas pelaksanaan asuhan
keperawatan secara holistik, mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi hasil asuhan terhadap satu atau
beberapa klien, yang dimulai sejak klien masuk rumah sakit
49

sampai klien dinyatakan pulang. Pada umumnya, setiap PP


merawat 4-6 klien, bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan klien, serta menginformasikan keadaan klien
kepada kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan.

Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat primer


dalam pelaksanaan keperawatan primer diuraikan sebagai
berikut.

- Perawat primer memiliki tanggung jawab untuk


asuhan keperawatan klien selama 24 jam sehari,
mulai dari penerimaan sampai klien diizinkan pulang.
- Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan
asuhan keperawatan, kolaborasi dengan klien dan
profesi kesehatan lain, serta menyusun rencana
tindakan perawatan.
- Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
didelegasikan kepada perawat pelaksana selama shift
lain.
- Perawat primer berkonsultasi dengan kepala ruang.
- Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada
perawat primer

Metode primer ini tidak terlepas dari kelebihan dan


kekurangan. Adapun kelebihan dalam penerapan metode
keperawatan ini diuraikan sebagai berikut:

- Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang


tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk
pengembangan diri.
- Memberikan peningkatan otonomi pada pihak
perawat, sehingga dapat meningktan motivasi,
tanggung jawab, dan tanggung gugat.
50

- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan


arahan perawt primer dalam memberikan atau
mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
- Membebaskan manajer perawat klinis untuk
melakukan peran manajer operasional dan
administrasi.
- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat
memberikan asuhan keperawatan secara holistik.
Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer
memungkinkan pengembangan diri melalui
penerapan ilmu pengetahuan.
- Staf medik juga merasakan kepuasan karena
senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu
mutakhir dan komprehensif, serta informasi dapat
diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan
kapasitas mereka.
- Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas
koordinasi dan supervisi, serta lebih banyak waktu
untuk aktivitas langsung kepada klien.
- Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa
dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu.
- Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
- Lebih dihargai oleh profesi lain karena dapat
berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui
semua tentang kliennya.
- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
- Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
- Metode ini mendukung pelayanan profesional.
51

- Rumah sakit tidak harus memperkerjakan terlalu


banyak tenaga keperawatan, tetapi harus memiliki
kualitas yang tinggi.

Sementara itu, kekurangan dalam penerapan metode primer


ini diuraikan sebagai berikut:

- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.


- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak
mandiri, memiliki akuntabilitas dan kemampuan
untuk mengkaji, serta merencanakan asuhan
keperawatan untuk klien.
- Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.
- Perlu tenaga cukup banyak dan kemampuan dasar
yang sama.
- Biaya relatif tinggi dibandingkan dengan metode
penugasan yang lain.

Tanggung jawab kepala ruang dalam metode primer


meliputi:

- Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat


primer.
- Mengorganisasikan pembagian klien kepada perawat
primer.
- Menyusun jadwal dinas.
- Melakukan orientasi dan merencanakan karyawan
baru.
- Merencanakan dan menyelenggarakan
pengembangan staf.

Tanggung jawab perawat primer dalam metode primer


meliputi:

- Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara


komprehensif.
52

- Membuat tujuan dan rencana keperawatan.


- Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama
berdinas
- Mengkomunikasikan dan mengoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
oleh perawat lain,
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai,
- Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan klien,
- Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, serta
melakukan kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat.
- Membuat jadwal perjanjian klinis,
- Mengadakan kunjungan rumah.
(5) Metode Modifikasi Tim Primer

Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara


kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitorus (2006)
penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan berikut:
- Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,
karena perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.
- Keperawatan tim tidak digunakan secara murni,
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
- Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena
saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat primer/ ketua
tim.
-
53

1. Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang
Cendrawasih atas, didapatkan data bahwa sistem penugasan
yang diterapkan adalah metode tim. Dalam pelaksanannya,
ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien, serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya, ketua tim melaporkan kepada kepala
ruang tentang kemajuan pelayanan asuhan keperawatan
terhadap klien
2. Analisis
Berdasarkan data di atas pada pelaksanaan penugasan
saat di ruangan Cendrawasih atas menggunakan metode tim dan
pelaksanaannya sudah sesuai dengan teori metode tim. Perawat
di Ruang Cendrawasih atas sudah memnjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing sesuai dengan struktur organisasi
ruangan
b) Sentralisasi Obat
1) Kajian Teori
Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat
dan efektif adalah sistem sentralisasi obat. Alur sentralisasi obat
dimulai saat obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan ke
depo farmasi oleh perawat. Setelah depo farmasi menerima resep
kemudian dilayani oleh petugas farmasi dengan pemberian labeling
sesuai identitas. Obat diserahkan depo farmasi ke perawat dengan
tanda bukti buku serah terima obat. Jumlah obat oral dan injeksi yang
diserahkan adalah dosis obat untuk 2 atau 3 kali pemberian dalam
waktu 24 jam berdasarkan kebutuhan pasien.
54

2) Kajian Data
Alur pelaksanaan sentralisasi obat dapat digambarkan dalam
skema berikut :

Dokter

Klien/keluarga
Koordinasi dengan
perawat
Farmasis
 Surat persetujuan
Klien/keluarga sentralisasi obat dari
perawat
 Lembar serah terima
obat
PN/perawat yang menerima
 Buku serah terima
obat
Pengaturan dan pengelolaan
oleh perawat

Klien/keluarga

Gambar 2.4. Alur timbang terima pasien


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Cendrawasih
atas didapatkan data bahwa di ruangan Cendrawasih atas tersedia
buku serah terima obat dari farmasi, terdapat buku injeksi dan buku
obat oral. Resep yang dituliskan oleh dokter di setorkan ke intalasi
farmasi oleh perawat. Kemudian obat akan disiapkan oleh instalasi
farmasi dan diantar ke ruang Cendrawasih atas. Setelah obat sampai
ke ruangan maka obat akan disimpan di loker penyimpanan obat
pasien.Tetapi loker obat belum terdapat identifikasi pasien sesuai
dengan standar keselamatan pasien (minimal nama,tanggal lahir dan
no RM). Obat akan disiapkan oleh perawat apabila akan diberikan ke
pasien, tetapi untuk obat sediaan sirup langsung diberikan ke pasien.
Tetapi berdasarkan hasil observasi proses menyetoran resep ke
intalasi farmasi kadang dilakukan oleh keluarga.
55

3) Analisis
Berdasarkan data di atas bahwa sentralisasi obat belum berjalan
sesuai alur, terkadang obat masih diambil oleh keluarga pasien, yang
mana seharusnya obat diambil oleh perawat ke instalasi farmasi.
Setelah itu baru dicek oleh perawat sebelum diberikan kepada pasien.
Loker penyimpanan obat belum sesuai dengan standar keselamatan
pasien .
Sentralisasi obat perlu ditingkatkan lagi, terutama pemberian
informasi awal kepada pasien baru mengenai alur sentralisasi obat.
Sentralisasi obat dapat meminimalkan risiko-risiko duplikasi obat
menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat
perlu ditingkatkan agar obat semua pasien di Ruang Cendrawasih atas
dapat dikontrol oleh perawat. Sentralisasi obat pada Ruang
Cendrawasih atas dilakukan pada pagi hari saat dokter visit.
c) Komunikasi Terapeutik
1) Kajian Teori
Komunikasi merupakan hal yang penting dalam keselamatan
pasien. Hal ini dapat disimak pada suatu penelitian yang dilakukan
oleh JCAHO pada tahun 2003, yang mencatat bahwa melalui suatu
root case analysis ditemukan bahwa pada komunikasi yang kurang 60
% (dari 2034 kasus) menyebabkan kesalahan medic (medical error)
dimana 75 % (915 pasien) penyebab kematian disebabkan karena
kesalahan kominikasi. Sampai tahun 2005 komunikasi masih sebagai
penyebab kejadian sentinel pada semua kategori.
(a) Komunikasi melibatkan pembicara (orang yang memberi), proses
penyampaian informasi, isi informasi dan pendengar (orang yang
menerima informasi) (Zumbrum 2006). SBAR merupakan
kerangka komunikasi yang mempermudahkan mengatasi
hambatan dan komunikasi.SBAR mudah diingat dan praktis
untuk komunikasi atau percakapan.
(b) Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
56

pemulihan dan kesembuhan pasien (Suoriyanto, 2010).


Hubungan baik perawat dan pasien terjalin karena adanya
komunikasi yang baik, sehingga pasien akan puas dengan
pelayanan yang diberikan. Hubungan yang terapeutik akan
terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antara
keduanya (Mahdarsari & Rachmah, 2019)
2) Kajian Data
Table 2.13 Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Di Ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang

Pelaksanaan
No Komponen (n=12)

Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSI)
1 Perawat: mengumpulkan data tentang 12 0
pasien (dari RM)
2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 12 0
3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan 10 2
diri perawat
TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI)
4 Memberikan salam, berjabat tangan, dan 11 1
tersenyum pada pasien
5 Melakukan validasi 12 0

6 Mempekenalkan nama perawat 12 0


7 Menanyakan nama panggilan kesukaan 7 5
klien
8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 8 4
9 Menjelaskan peran perawat dan klien 8 4

10 Menjelaskan kegiatan yang akan 12 0


dilakukan
57

Pelaksanaan
No Komponen (n=12)

Ya Tidak
11 Menjelaskan tujuan 12 0
12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan 10 2
untuk kegiatan/lama kegiatan
13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 12 0
TAHAP KERJA
14 Memberikan kesempatan pada klien 12 0
untuk bertanya
15 Menanyakan keluhan pasien 12 0
16 Memulai kegiatan dengan cara yang baik 12 0
17 Melakukan kegiatan sesuai dengan 12 0
rencana kegiatan
18 Mencuci tangan 11 1
TAHAP TERMINASI
19 Menyimpulkan hasil kegiatan 12 0
20 Memberi reinforcement positif 10 2
21 Membuat kesepakatan dengan 11 1
klien/keluarga untuk
pertemuan/kegiatan selanjutnya
22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang 12 0
baik (mengucapkan salam/ tersenyum/
memberikan sentuhan/ berjabat tangan)
Jumlah 202 18
Presentase 242/264x100%
= 91,6%
Sumber: Hasil observasi tanggal 16-17 Mraet 2022 di ruang Di
Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Perhitungan : x 100 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
58

242
: 264 x 100 % = 91,6 %

Kategori:
Baik : ≥ 75 %
Cukup baik : 60-74 %
Kurang : ≤ 59 %
3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait penerapan
komunikasi terapeutik di ruang Cendrawasih atas didapatkan bahwa
komunikasi terapeutik dalam kategori baik dengan persentase 91,6%.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik beberapa perawat
kurang dalam memperkenalkan nama perawat saat bertemu dengan
pasien, menanyakan nama panggilan kesukaan klien pada saat
berkomunikasi dengan pasien, menjelaskan peran perawat dan klien,
, menjelaskan kontrak waktu dan memberikan reinforcement positif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi terapeutik
sangat membantu tenaga medis khususnya perawat dan pasien dalam
membina hubungan saling percaya. Selain itu juga akan meningkatkan
proses kesembuhan pasien secara tidak langsung.
d) Patien Safety
1) Kajian Teori
(a) Sasaran I : Mengidentifikasi pasien dengan benar
Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi disemua aspek
diagnosa dan tindakan , keadaan yang dapat membuat identifikasi
tidak benar adalah jika pasien dalam keadaan terbius, mengalami
disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, dalam keadaan koma, saat
pasien berpindah tempat tidur, berpindah kamar tidur, berpindah
lokasi didalam lingkungan rumah sakit, terjadi disfungsi sensoris,
lupa identitas diri, atau mengalami situasi lainnya. Identifikasi
ini digunakan di semua area layanan rumah sakit seperti di raawat
jalan, rawat inap, unit darurat, kamar operasi, unit layanan
diagnostik, dan lainnya. Bentuk identifikasi harus dilakukan
dalam setiap keadaan terkait intervensi kepada pasien. Misalnya
59

identifikasi pasien dilakukan sebelum memberikan radioterapi,


menerima cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau
pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, prosedur
radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap pasien koma.
Ketepatan identifikasi pasien dapat dilakukan dengan cara:
(1) Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi
terdiri dari tiga identitas: nama pasien (e-KTP), nomor
rekam medik, tanggal lahir. (minimal dua identitas).
Gelang identitas: Biru (laki-laki), Pink (perempuan),
gelang penanada: Merah (Alergi), Kuning (Risiko Jatuh),
Ungu (do not resusitate)
(2) Identifikasi sebelum memberikan obat, darah/produk
darah, mengambil darah/spesimen lainya, pemberian
pengobatan dan tindakan/prosedur
(3) Di RS tersedia kebijakan dan prosedur yang mengarahkan
pelaksanaan identifikasi pasien yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.
(4) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi
pasien.
(5) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
(6) Pasien rawat inap memakai gelang untuk identifikasi
pasien dengan mencamtumkan nama lengkap, nomor RM
dan tanggal lahir
Cara identifikasi pasien
(1) Secara verbal : tanyakan nama pasien
(2) Secara visual : lihat gelang pasien dua dari tiga identitas,
cocokan dengan perintah dokter.
(3) Pertemuan berikutnya secara visual kegelang pasien dua
dari tiga identitas
(4)
60

Pemasangan gelang identifikasi pasien


(1) Pemasangan gelang identitas pasien IGD dilakukan
oleh perawat IGD yang sudah tercetak/tertulis oleh
petugas pendaftaran rawat inap di TPPRI. Semua
pasien IGD yang indikasi rawat inap dan one day care
dilakukan pemasangan gelang identitas.
(2) Pemasangan gelang identitas untuk pasien dari
poliklinik yang indikasi rawat inap dilakukan oleh
perawat rawat inap di ruangan rawat inap
(3) Pemasangan gelang identifikasi pasien dilakukan
dengan tujuan:
- Untuk memastikan identitas pasien dengan benar
dalam mendapatkan pelayanan dan pengobatan
selama di rumah sakit.
- Untuk melakukan konfirmasi identitas pada setiap
pemberian obat, pemberian produk
darah,pemberian tranfusi darah, pengambilan
sampel untuk pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiologi dan bila akan dilakukan
tindakan medis sehingga tidak terjadi insiden
keselamatan pasien
- Pada situasi tertentu dimana pemasangan gelang
identitas pasien tidak dapat dipakaikan
dipergelangan tangan maka gelang identitas dapat
dipakai dipergelangan kaki. Misal : pada pasien
kombustio yang ada luka bakar di kedua
pergelangan tangan
Pelapasan gelang identifikasi pasien dilakukan saat :
(1) pasien sudah dinyatakan pulang oleh DPJP baik di
rawat inap maupun di IGD
(2) pasien yang pulang paksa baik di rawat inap maupun
di IGD
61

(3) pasien yang dirujuk dan gelang dilepas saat setelah


dilakukan operan rujukan
(4) Pasien menolak penggunaan gelang identitas
(5) Gelang identitas menyebabkan iritasi kulit
Petugas yang melepas gelang identitas pasien adalah
perawat yang saat itu bertugas, untuk pasien rujuk yang
melepas adalah perawat yang merujuk. Identifikasi sebelum
pengambilan darah dan specimen lain.
Macam-macam gelang identitas yang digunakan di
RSUD Ajibarang ada 2, yaitu :
1. Gelang biru : laki-laki
2. Gelang Pink : Perempuan
3. Gelang Kuning : Pasien dengan resiko jatuh
4. Gelang Merah : Pasien dengan alergi jenis obat
tertentu
5. Gelang Ungu : Do Not Retutiation (DNR)

Gambar 3.1 Gelang Identitas Pasien


62

(b) Sasaran II : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif


Komunikasi efektif dilaksanakan oleh semua petugas dan
karyawan rumah sakit dalam rangka pelayanan pasien, yaitu
antara :
(1) Dokter Umum (DU) dan Dokter Spesialis (Dr. Spes)
(2) Dokter Spesialis dan Dokter Spesialis
(3) Dokter dan perawat
(4) Antar perawat
(5) Petugas / karyawan rumah sakit dengan pasien
(6) Petugas / karyawan rumah sakit dengan keluarga pasien
Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap
akurasi dari komunikasi lisan/via telepon dengan Catat, Baca
Kembali dan Konfirmasi Ulang (CABAK) terhadap perintah
yang diberikan.agar suatu komunikasi yang efektif dapat tercapai,
maka :
(1) Catat
Perawatan/dokter jaga/petugas medis lain setelah menerima
instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan harus Catat lengkap pada rekam medis
1. Isi Perintah
2. Nama pemberi perintah
3. Nama penerima perintah
4. Tanggal dan jam
(2) Baca kembali :
Instruksi lisan via alat komunikasi telepon atau hasil
pemeriksaan yang disampaikan harus ditulis di CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terpadu) pada berkas rekam
medis dan dikonfirmasi ulang pada saat DPJP visite. Instruksi
harus dicek kembali oleh DPJP kemudian ditanda tangani pada
kolom cap konfirmasi (stempel “read back”). Apabila dokter
DPJP sedang tidak ada ditempat (hari libur, cuti, dinas luar,
ijin sakit) maka cap konfirmasi dapat ditanda tangani oleh
63

dokter jaga bangsal setelah terlebih dahulu dokter jaga bangsal


melakukan konfirmasi lewat telepon kepada DPJP dan dicatat
di buku konfirmasi yang dipegang oleh dokter jaga bangsal
Instruksi lisan dan via alat komunikasi/ telepon dan laporan
hasil pemeriksaan di baca ulang/ di eja, waspadai nama-nama
obat yang NORUM/ LASA ( Nama Obat Rupa Sama/ Look
Like Sound Like ) seperti :
- Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
- Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah/Instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil
pemeriksaan Nama-nama obat atau tindakan yang tidak jelas
akan di eja dengan ejaan alphabet yang sudah di standarisasi
(3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi
atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation). Dalam memberikan pelayanan di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang, antar pemberi layanan
melakukan komunikasi dengan teknik SBAR. Ini merupakan
suatu metode komunikasi yang dipergunakan dalam
melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat dengan
dokter dan perawat dapat memberikan laporan mengenai
kondisi pasien lebih informative dan terstruktur.

Ada 4 unsur SBAR :


(a) Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi
pada pasien

(b) Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis
yang menyebabkan timbulnya keluhan klinis.
64

(c) Assessment
mPenilaian atau pemeriksaan terhadap kondisi pasien
terkini sehingga perlu diantisipasi agar kondisi pasien
tidak memburuk.
(d) Recommendation
Usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
Metode SBAR dalam serah terima pasien :
1. Situation :
1. Diagnose Medis
2. Tanggal masuk rumah sakit
3. Agama dan pendidikan pasien
4. Asal ruangan
5. Ruangan yang dituju
6. Waktu pindah (tanggal dan jam)
7. Background :
8. Keluhan saat masuk
9. Riwayat alergi
10. Assessment :
11. TTV
12. Penggunaan O2
13. Status nyeri
14. Rasiko jatuh
15. Program terapi
16. Alat medis yang terpasang
17. Pemeriksaan penunjang
18. Recommendation :
19. Tindakan medis yang akan dilakukan
20. Hal-hal yang harus diperhatikan
Komunikasi lisan via telepon
1. perawat/dokter jaga yang akan melakukan komunikasi
lisan via telepon menyiapkan rekam medik pasien
2. Menekan nomor ekstensi dokter yang dituju
65

3. Setelah terhubung maka mengucapkan salam


4. Menyebutkan nama perawat/dokter jaga dan unit asal
maupun penunjang, dan tindakan-tindakan medis yang
telah dilakukan serta terapi obat yang telah diberikan
kepada DPJP
Perawat atau dokter jaga melaporkan (teknik SBAR) kondisi
pasien terkini, kondisi pasien terdahulu / riwayat penyakit
terdahulu, hasil pemeriksaan fisik maupun penunjang, dan
tindakan-tindakan medis yang telah dilakukan serta terapi
obat yang telah diberikan kepada DPJP
1. Menanyakan tindak lanjut pengobatan kepada DPJP
2. Setelah DPJP memberikan instruksi maka perawat/dokter
jaga melakukan (CABAK):
- Mencatat secara lengkap perintah dari DPJP pada
form CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terpadu)
- Membaca ulang instruksi yang diberikan oleh
DPJP. Untuk terapi obat yang termasuk dalam
golongan obat LASA/NORUM dieja ulang
perhuruf dengan menggunakan ejaan alfabetik
yang telah distandarisasi.
- Mengkonfirmasi kembali instruksi yang dberikan
oleh DPJP, apakah sudah benar atau ada yang salah
maupun ada yang terlewat
3. Mengucapkan terimakasih dan salam
4. Menelepon ulang DPJP bila laporan belum dibacakan
ulang dan konfirmasikan ulang isi perintah
5. Catatan konsulan yang ada dilembar CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terpadu) di beri cap readback,
ditanda tangani, dan diberi nama lengkap perawat/dokter
jaga yang konsul pada kolom penerima dalam cap
readback serta tanggal dan jam konsul.
66

6. Memintakan tanda tangan DPJP didalam cap readback


dalam waktu 1x24 jam
7. Dalam kondisi DPJP tidak ada ditempat (hari libur/cuti),
memintakan tanda tangan dokter jaga dengan terlebih
dahulu konfirmasi ke DPJP lewat telepon.
8. Menulis nama lengkap, tanda tangan, tanggal dan jam
konfirmasi di kolom pemberi dalam cap readback oleh
dokter jaga

Gambar 3.2 Cap CABAK (Catat, Baca, Konfirmasi)

1. Sassaran III : Meningkatnya Keamanan Obat yang Perlu


Diwaspadai (High Alert Medications)
1. High alert medications memiliki risiko yang lebih tinggi
dalam menyebabkan komplikasi, efek samping, atau
bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya rentang dosis
terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena insidens
yang tinggi akan terjadinya kesalahan.
2. Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi
beberapa strategi seperti:
- Menyediakan akses informasi mengenai high alert
medications
- Membatasi akses terhadap high alert medications
- Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk high
alert medications
67

- Untuk obat High Alert tandai pada tempat


penyimpanannya dengan stiker berwarna merah
dengan tulisan HIGH ALERT
- Untuk obat LASA/NORUM tandai pada tempat
penyimpanannya dengan stiker hijau bertuliskan
LASA
- Penyimpanan terpisah dari obat-obatan lain, untuk obat
dengan kategori LASA/NORUM harus diatur untuk
memisahkan obat-obatan tersebut dengan diberi
jarak/diseling dengan obat lain.
- Obat High Concentrate, narkotika dipisahkan di tempat
tersendiri dan diberi tanda dengan jelas. Untuk obat
High Concentrate, wadah dan area penyimpanan diberi
tanda warna merah yang jelas yang dapat membedakan
dengan obat lain.
- Melakukan prosedur pengecekan ganda (Double
Check)¸untuk semua jenis obat high alert
3. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan
tambahan lainnya akan ditinjau ulang dalam audit dan
revisi high alert medications oleh Komite Farmasi dan
Terapi.
4. Daftar obat kategori High Alert yang tersedia di Rumah
Sakit Umum Daerah Ajibarang dapat dilihat pada
Lampiran :
- Daftar obat High Alert.
- Daftar obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau
NORUM (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip).
5. Pemberian obat high alert pada pasien dengan melihat 7
benar.
68

6. Penyiapan obat high alert sesuai dengan buku panduan


yang sudah ditetapkan.

Gambar 3.3 Label High Alert dan LASA

Gambar 3.4 Tas Emergancy

(c) Sasaran IV : Terlaksananya Proses Tepat-Lokasi, Tepat Prosedur-


Tepat Pasien yang Menjalani Tindakan dan Prosedur
Tata Laksana pada tepat lokasi, tepat prosedur serta tepat pasien
yang akan menjalani suatu operasi dengan menggunakan :
(1) Penandaan lokasi operasi ( marking site)
Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multiple level (tulang belakang)
(2) Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
(3) Pasien yang direncanakan akan dilakukan operasi sebelum
dilakukan penandaan lokasi operasi dilakukan identifikasi
pasien sesuai prosedur
(4) Setelah identifikasi sesuai maka dilakukan konfirmasi
mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan
(5) Penandaan lokasi operasi harus dilakukan oleh dokter
operator yang akan melakukan tindakan operasi
69

(6) Penandaan lokasi operasi harus dilakukan sebelum pasien


masuk kamar operasi / ruang tindakan dan dilaksanakan pada
saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan
(7) Bila pasien akan langsung dilakukan tindakan segera atau
pada hari yang sama, maka dokter operator langsung
menandai lokasi atau tempat yang akan dioperasi
(8) Bila pasien akan dilakukan tindakan elektif, maka penandaan
lokasi operasi dilakukan pada saat pasien datang diruangan
perawatan
(9) Pada saat akan melakukan penandaan lokasi operasi, dokter
operator melakukan konfirmasi lokasi yang akan dilakukan
operasi kepada pasien atau keluarga pasien
Cara penandaan lokasi operasi :
(1) Penandaan dilakukan diarea yang akan dilakukan operasi
(2) Tanda yang digunakan adalah : √
(3) Penandaan lokasi operasi menggunakan tinta permanen
(4) Pendokumentasian dilakukan dilembar catatan medis
pasien atau CPPT
(5) Penandaan lokasi operasi dilakukan pada saat pasien sadar
- Apabila pasien dari poliklinik dan direncana operasi
segera, maka bisa langsung diberi tanda di daerah yang
mau di operasi oleh dokter operator
- Apabila pasien dari IGD dan direncana operasi segera,
maka penandaan lokasi operasi dilakukan oleh dokter
operator di IGD atau dan apabila pasien sudah terpasang
alat seperti spalk atau lain diberi dengan tanda √ √
dengan plaster diatas bagian yang akan di operasi.
- Sebelum masuk kamar oprasi harus sudah diberi tanda
- Libatkan pasien dalam proses penandaan
- Jelaskan prosedur secara tertulis, bila pasien menolak
pemberian tanda
- Maksud dari proses verivikasi praoperatif adalah untuk :
70

- Memverivikasi lokasi, prosedur ], dan pasien yang benar


- Memastikan bahwa semua dokumen, foto (image), dan
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label
dengan baik, dan dipampang
- Memverivikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau
implant-implant yang dibutuhkan
(d) Sasaran V : Dikuranginya Risiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan
(1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoaman hand
hygine terbaru ( 6 langkah) yang diterbitkan dan sudah
diterima secara umum (WHO patien safety)
(2) Di RS tersedia kebijakan dan / atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan secara berkelanjutan risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan
(3) Di RS tersedia fasilitas cuci tangan yang memadai
(4) Tersedia bukti pelakasanan secara konsisten kepatuhan cuci
tangan 5 moment
(5) Cuci tangan (tepung selaci puput)
(6) Penggunaan jembatan keledai enam lengkah area dalam
hand-wash/rub
- Telapak tangan
- Punggung tangan
- Sela-sela jari
- Punggung jari (gerakan kunci)
- Sekeliling ibu jari (putar-putar)
- Kuku dan ujung jari (putar-putar)
(7) Lima momen cuci tangan
- Sebelum kontak pasien
- Sebelum tindakan invasif dan asepsis
- Setelah kontak dengan cairan tubuh
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah kontak lingkungan pasien
71

5 MOMEN MENCUCI TANGAN

HAND WASH

HAND RUB
72

(e) Sasaran VI : Mengurangi Risiko Cedera Karena Pasien Jatuh


Pasien resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh pada
umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis
yang dapat berakibat cidera. Faktor resiko jatuh dapat
dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:
(1) Intrinsik
Berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi
psikologis
(2) Ekstrinsik
Berhubungan dengan lingkungan
Formulir assessmen resiko jatuh :
(1) Morse Fall Scale untuk pasien dewasa
(2) Humpty Dumpty untuk pasien anak
(3) Ontario Modifield Stratify – Sydney Scoring untuk
pasien lanjut usia
Pencegahan dan pengamanan pasien resiko jatuh
(1) Resiko rendah
7. Tempat tidur pasien harus rendah
8. Roda tempat tidur pasien harus terkunci dengan baik
9. Pengaman tempat tidur harus terpasang
10. Luas tempat tidur yang cukup agar tangan dan kaki
atau bagian tubuh lain tidak terjepit
11. Barang-barang disekitar pasien harus rapi
12. Keluarga pasien terlibat secara aktif dalam
pencegahan resiko jatuh
13. Penerangan lampu yang baik
14. Pendokumentasian langkah-langkah pencegahan
resiko pada status rekam medik pasien
73

(2) Risiko Tinggi


15. Penanda resiko jatuh tinggi dengan gelang penanda
warna kuning
16. Tanda segitiga merah terpasang dipengaman tempat
tidur pasien
17. Keluarga pasien terlibat aktif dalam pencegahan
resiko jatuh dengan tidak membiarkan pasien sendirian
18. Luas tempat tidur yang cukup agar tangan dan kaki
atau bagian tubuh lain tidak terjepit
19. Penempatan pasien dengan resiko tinggi dikamar
dekat dengan ruang perawat
20. Barang-barang disekitar pasien harus rapi
21. Tempat tidur pasien harus rendah
22. Penerangan lampu yang baik
23. Pendokumentasian langkah-langkah pencegahan
resiko pada status rekam medik pasien
2) Kajian Data
Pelaksanaan Patien Safety
Di Ruang Cendrawasih atas
RSUD Ajibarang

Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=12)
Ya Tidak
SASARAN I: KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
1. Cara mengindentifikasi pasien yaitu dengan menggunakan 12 0
minimal dua identitas pasien yaitu dengan meminta
menyebutkan nama pasien dan alamat sambil melihat
gelang indentitas pasien
2. Untuk indentifikasi pasien tidak boleh menggunakan nomor 8 4
kamar atau lokasi pasien
3. Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum pemberian 12 0
obat
74

Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=12)
Ya Tidak
4. Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum mengambil 12 0
sampel darah untuk pemeriksaan klinis.
5. Apakah Identifikasi pasien dilaksanakan sebelum 12 0
melakukan tindakan keperawatan.
6. Apakah identifikasi pasien dilaksanakan sebelum 12 0
pemeriksaan penunjang seperti : (Xray,EKG,Echo dll)
7. Apakah Identifikasi pasien dilaksanakan sebelum pemberian 12 0
tranfusi darah
8. Apakah Identifikasi pasien dilaksanakan sebelum 12 0
pengambilan spesimen seperti sputum,urine dan lain lain
untuk pemeriksaan klinis.
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
9. Bila ada perintah secara lisan dan yang melalui telepon atau 12 0
hasil pemeriksaan mencatat secara lengkap perintahnya
(write back)oleh penerima perintah
10. Bila ada perintah secara lisan dan telpon atau hasil 12 0
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap isi dari
perintah (read back) oleh penerima perintah
11. Bila ada perintah secara lisan dan telpon atau hasil 12 0
pemeriksaan dikonfirmasi ulang (repeat back) perintah yang
ditulis oleh penerima perintah
12. Apakah dalam komunikasi efektif saat melapor dan serah 12 0
terima pasien sudah dengan cara SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recomendation)
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
13. Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang pemberian obat 12 0
dengan prinsip 6 benar
14. Apakah sudah ada SPO tentang penyimpanan obat high alert 12 0
75

Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=12)
Ya Tidak
15. Apakah obat high alert tidak boleh disimpan di ruang rawat 12 0
kecuali jika dibutuhkan secara klinis diruangan tertentu
seperti IGD, ICU dan kamar operasi
19. Apakah obat high alert yang disimpan pada unit pelayanan 12 0
pasien harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area
yang diawasi ketat (restricted)
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI
20. Apakah rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas 12 0
dan dimengerti untuk mengidentifikasi lokasi operasi dan
melibatkan pasien di dalam proses penandaan (site marker)
21. Apakah rumah sakit menggunakan lembar checklist untuk 12 0
memverifikasi pada saat serah terima perawat sebelum
tindakan operasi.
22. Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang memastikan lokasi 12 0
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar.
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
23. Apakah perawat saat bertugas dirumah sakit sudah 12 0
melakukan 6 langkah cuci tangan
24. Apakah semua perawat sudah memahami 5 moment cuci 12 0
tangan menurut WHO
25. Apakah sudah dilaksanakan SPO tentang cuci tangan yang 12 60
bertujuan mengurangi resiko infeksi
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
26. Apakah perawat menerapkan proses pengkajian awal resiko 12 0
pasien jatuh
76

Dilakukan
No Aspek Yang Di Nilai (N=12)
Ya Tidak
27. Apakah dilakukan pengkajian ulang bila terjadi perubahan 12 0
kondisi seperti pemberian obat penenang, obat hipertensi,
obat psikotropik
28. Pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien dengan resiko 12 0
jatuh ringan (skore 25-44) yaitu dengan menutup pagar tepat
tidur atau brankar, beri tanda ceklist apabila pagar sebelah
kanan dinaikan, beri tanda ceklist apabila pagar sebelah kiri
dinaikan.
29. Pengkajian ulang risiko jatuh tinggi pada pasien dengan 7 5
resiko jatuh tinggi (skore ≥45 ) yaitu dengan memastikan
tempat tidur atau brankar dalam posisi rendah dan roda
terkunci, menutup pagar tempat tidur atau brankar, beri
tanda ceklist apabila pagar sebelah kanan telah dinaikan,
beri tanda ceklist apabila pagar sebelah kiri telah dinaikan,
orientasi pasien atau penunggu tentang lingkungan atau
ruangan, letakan tanda “Kewaspadaan jatuh” pada panel
informasi pasien, pastikan pasien melakukan stiker warna
kuning penanda risiko tinggi jatuh pada gealng identifikasi,
lakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan
persetujuan keluarga.
Jumlah 303 45
303/348x100%
Presentase
= 87,1%
Sumber: Hasil observasi tanggal 16-17 Maret 2022 di Ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang Perhitungan :
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
x 100 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
303
: 348 x 100 % = 87,1%

Kategori:
Baik : ≥ 75 %
77

Cukup baik : 60-74 %


Kurang : ≤ 59 %
3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi kajian Patient Safety didapatkan
bahwa keselamatan pasien secara global di ruang Cendrawasih atas
masuk dalam kategori baik dengan persentase 87,1%. Hal yang paling
perlu dioptimalkan dalam pelaksanaan Patient Safety adalah dalam
implementasi pasien risiko jatuh tinggi dan ringan belum semuanya
dilakukan pemasangan label pasien resiko jatuh, pemasangan gelang
identifikasi pasien resiko jatuh serta penerapan 5 moment cuci tangan
dengan 6 langkah sebagai upaya pengendalian infeksi di Ruang
Cendrawasih atas.
e) Discharge Planning Ke Keluarga Pasien
1) Kajian Teori
Discharge Planning adalah suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang
merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
keperawatan mandiri di rumah (Nursalam, 2015). Proses yang
digunakan untuk menentukan apa yang dibutuhkan pasien untuk
melakukan perpindahan dari satu tingkat perawatan ke tingkat
perawatan yang selanjutnya Tujuan dari Discharge Planning yaitu :
(a) Meningkatkan kesinambungan pelayanan
(b) Meningkatkan kualitas pelayanan
(c) Memaksimalkan penggunaan sumber daya pelayanan
kesehatan
Sasaran dari Discharge Planning
(a) Pasien lansia yang ditinggal sendiri
(b) Pasien lansia yang telantar
(c) Pasien demensia
78

(d) Pasien yang tidak punya rumah/ penghasilan


(e) Pasien dengan penyakit kronik yang progresif
(f) Pasien dengan keterbatasan dan tidak adanya support system
(g) Pasien dengan kegagalan tumbuh kembang
(h) Pasien dengan malnutrisi, dehidrasi
(i) Pasien yang sering masuk rumah sakit
(j) Pasien dengan perawatan luka
(k) Pasien yang menerima prosedur pembedahan mayor
(l) Pasien dengan ketergantungan ADL
(m) Pasien dengan terminal care
(n) Pasien yang baru didiagnosis penyakit terminal
(o) Pasien dengan ketergantungan obat
Fungsi Perawat dalam Discharge Planing
(a) Menyediakan pelayanan yang terpusat dan terkoordinasi untuk
identifikasi awal klien yang memerlukan discharge planning.
(b) Memfasilitasi transfer klien dari rumah sakit ke komunitasnya.
(c) Mereview dan mengevaluasi penggunaan sumber daya
manusia dan sumber daya fisik yang berhubungan dengan
kualitas pelayanan.
Discharge Planner berfungsi sebagai
(a) Penghubung antar pasien dan komunitas dan menyediakan
pelayanan rujukan yang terkoordinasi ke pelayanan kesehatan
lainnya.
(b) Mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasca rumah sakit dan
melakukan evaluasi harian.
(c) Mempertahankan hubungan dengan staf medis untuk
meningkatkan penggunaan sumber daya fisik.
(d) Familier dan mempertahankan hubungan dengan sumber daya
komunitas (nursing home, home care).
79

Dalam melakukan Discharge Planning, perawat bekerjasama


dengan tim kesehatan yang lain yang masing-masing memiliki
peran dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Petugas
kesehatan tersebut adalah :
(a) Dokter
(b) Perawat/ care manager
(c) Pekerja sosial
(d) Respiratory therapist
(e) Fisioterapi
(f) Occupational therapist
(g) Therapeutic recreation
(h) Ahli gizi
(i) Apoteker
Langkah Discharge Planing
(a) Perawat mengkaji tiap klien dengan mengumpulkan data
untuk mengidentifikasi masalah yang actual dan potensial.
(b) Menentukan tujuan dengan membuat rencana yang
direncanakan bersama klien dan keluarganya.
(c) Mengimplementasikan rencana terutama untuk mengajar
dan membantu individu dalam mempertahankan atau
meraih kembali kesehatan yang optimal.
(d) Melakukan evaluasi secra berkelanjutan.
(e) Berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain untuk
merencanakan, mengimplementasikan,
mengkoordinasikan dan memfasilitasi perawatan pasien
secara keseluruhan dan juga membantu klien meraih
tujuan yang diharapkan
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan kepala
ruang Cendrawasih atas pelaksanaan discharge planning di ruang
Cendrawasih atas dilaksanakan dengan menyampaikan pada pasien
hal-hal di bawah ini:
80

(a) Mengiformasikan kapan pasien pulang


(b) Menginformasikan transfer pasien
(c) Menginformasikan mengenai obat pasien (nama obat,
dosis,interaksi obat, dan efek samping)
(d) Perawatan di rumah/perawatan lanjutan misal ganti balut
(e) Diit pasien
(f) Jadwal control (waktu, tempat, dan dokternya).
(g) Merekomendasikan home care yang dapat di kunjungi terkait
perawatan pasien bedah, misal keperluan ganti balut.
3) Analisis
Pelaksanaan discharge planning di ruang Cendrawasih atas
sudah dilakukan sesuai SPO yang ada, di harapkan proses discharge
planning di pertahankan.
f) PPI
1. Kajian Teori
Rumah Sakit sebagai Institusi penyedia pelayanan kesehatan
berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan
keluargnya serta semua petugas dirumah sakit. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial di Rumah Sakit, sehingga semua kasus infeksi
yang terjadi murni karena infeksi yang terjadi bukan karena perawatan
di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di Rumah Sakit salah satunya adalah
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan PPI.
Program Pendidikan dan Pelatihan PPI mendukung upaya
pengendalian infeksi dalam upaya kualitas lingkungan yang aman dan
nyaman untuk semua pasien dan masyarakat yang dilayani, dengan
menerapkan kegiatan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi,
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian serta biaya
pengobatan yang berhubungan dengan infeksi pada pelayanan
kesehatan Health Care Associated Infection (HAIs)
81

Rumah sakit memberikan pendidikan tentang praktik


pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, dokter, pasien dan
keluarga serta pemberi layanan lainnya ketika ada indikasi
keterlibatan mereka dalam pelayanan.
Pencegahan dan pengendalian Infeksi adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
keluarga, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan (Permenkes RI nomor 27 Tahun 2017).
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatanserta
masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan
berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka
akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
2. Kajian Data
Berdasarkan observasi dan wawancara, diperoleh data bahwa
pelaksanaan beberapa program PPI sudah berjalan dengan baik,
namun ada beberapa yang belum dilakukan misalnya saat akan
menemui pasien untuk tindakan beberapa perawat belum melakukan
cuci tangan, sesuai dengan five moments, beberapa perawat cuci
tangan hanya setelah kontak dengan pasien dan melakukan tindakan,
untuk selebihnya petugas dan perawat sudah menggunakan APD
sesuai dengan kebutuhannya.
Tebel 2.13 Data Kepatuhan Kebersihan Tangan Ruang
Cendrawasih A Tahun 2021
ANGKA
BULAN KEPATUHAN (%)
Januari 83,33
Februari 100
Maret 91
April 85,7
Mei 80
Juni 91,66
82

Juli 90
Agustus 95,6
September 100
Oktober 100
November 87,5
Desember 91,66
Sumber : data IPCN RSUD Ajibarang
3. Analisis
Kesadaran cuci tangan di Ruang Cendrawasiih atas sudah baik.
Dilihat dari table 2.13 terlihat bahwa nilai kepatuhan kebersihan
tangan untuk Ruang Cendrawsih Atas sudah baik rata-rata di atas 90
%. Sehingga tampak bahwa penerapan untuk cuci tangan sudah sangat
baik.
g) Penerimaan Pasien Baru
1. Kajian Teori
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima
kedatangan pasien baru (pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan
keperawatan, khususnya pada rawat inap. Dalam penerimaan pasien
baru, maka sampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruang,
pengenalan ketenagaan ners − medis, dan tata tertib ruang, serta
penyakit (Nursalam, 2015).
83

Gambar 2.5 Penerimaan pasien baru


2. Kajian data
Pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruang Cendrawasih atas
dimulai sejak menerima order pasien baru baik dari IGD, Poli ataupun
dari ruangan lain. Perawat pelaksana menyiapkan tempat tidur,
oksigen (jika diperlukan), lembar assesment awal pasien baru,
edukasi, inform consent dan lain-lain. Saat pasien datang, akan
diterima oleh perawat pelaksana, diantar ke kamar dan diorientasikan
tentang ruangan Cendrawasih atas, perawat dan dokter yang
bertanggung jawab. Sementara timbang terima dilakukan kepada
perawat di ruang Cendrawasih atas.
84

3. Analisis
Pelaksanaan penerimaan pasien baru di Ruang Cendrawasih
atas sudah dilakukan pemberian informasi atau orientasi pasien baru
sesuai SPO.
h) Pre dan Post Conference
1) Kajian Teori
Pre dan post conference asuhan pasien rawat inap adalah suatu
metode pembelajaran klinik yang mengutamakan dan menekankan
pada tehnik konferensi dalam rangka meningkatkan dan
mempertahankan kualitas asuhan pasien selama 24 jam terus menerus
(Sumarni & Susanti, 2020). Koferensi awal (Pre Conference)
merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk persiapan pemberian
asuhan keperawatan yang meliputi mengatasi masalah pasien,
membuat rencana keperawatan, pembagian tugas kepada assosiate
nurse
Konferensi Akhir (Post Conference) merupakan kegiatan
diskusi kelompok untuk mengevaluasi pemberian asuhan
keperawatan yang meliputi perkembangan pasien, pencapaian tujuan
asuhan keperawatan, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya,
kejadian-kejadian lain yang ditemukan selama memberikan askep
kepada pasien. Hasil post conference sebagai dasar untuk operan tugas
pada shift jaga berikutnya. Tujuan Umum pelaksanaan kegiatan ini
yaitu meningkatkan dan mempertahankan kualitas asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam terus menerus selama pasien
dirawat. Sedangkan tujuan khusus yaitu :
(a) Mengenali masalah pasien
(b) Membuat rencana asuhan keperawatan
(c) Pembagian tugas kepada perawat pelaksana
(d) Mengetahui perkembangan pasien
(e) Mengetahui pencapaian tujuan Askep
(f) Mengetahui kendala yang dihadapi selama pemberian Askep
85

(g) Mengetahui kejadian kejadian lain yang ditemukan selama


pemberian Askep dengan cara :
(h) Analisis kritis, penilaian alternatif pemecahan masalah dan
pendekatan kreatif
(i) Memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam
penyelesaian masalah
(j) Menerima umpan balik dari kelompok
(k) Meningkatkan kemampuan memfokuskan ide
(l) Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dalam kelompok
(m) Mengembangkan kemampuan berargumentasi
(n) Mengembangkan ketrampilan kepemimpinan
Waktu pelaksanaan pre dan post conference yaitu Pre
Conference dilakukan secara terjadwal pagi hari segera setelah operan
jaga shift malam ke shift pagi dan sebelum kegiatan dimulai. Post
Conference dilakukan secara terjadwal siang hari sebelum operan jaga
shif pagi ke shif sore pada hari yang sama dilakukan ketika akan
melakukan pre conference hari berikutnya. Tempat Conference yaitu
di Nurse station. Pesertanya itu Kepala ruangan, Perawata Primer
(PP), Perawat Assosiate (PA), Mahasiswa/praktikan bila ada.
Adapun tugas perawat dalam kegiatan Pre dan Post Conference
yaitu :
(a) Tugas PP pada Pre Conference
- Menyiapkan ruangan
- Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
- Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference
- Memandu pelaksanaan pre conference
- Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya
- Membagi tugas kepada PA sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja
86

- Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan


pasien/tindakan
- Memotivasi PA untuk memberi tanggapan dan penyelesaian
masalah yang sedang didiskusikan.
- Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
- Memberikan reinforcement positif pada PA
- Menyimpulkan hasil pre conference
(b) Tugas PP pada post conference
- Menyiapkan ruangan
- Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
- Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
- Menerima penjelasan dari PA tentang tindakan hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
- Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam pemberian
Askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalahnya.
- Memberikan reinforcement pada PA
- Menyimpulkan hasil post conference
- Mengklarifikasi pasien sebelum pasien melakukan operan tugas
jaga shift berikutnya
(c) Tugas Perawat Assosiate (PA)
- Mengikuti pre dan post conference
- Menyiapkan diri untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien
Pelaksanaan urutan kegiatan konferensi adalah sebagai berikut :
1. Hari Pertama Pre Conference
- PP membagikan pasien yang menjadi tanggung jawab PA.
- PP menjelaskan tentang karakteristik pasien.
- PP mengkaji kembali kesiapan PA untuk menghadapi dan
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien baik aspek
perencanaan sampai ke rencana evaluasi.
87

- Hari Pertama Post Conference


- PP melakukan diskusi dengan PA untuk membahas pasien
dan pengalaman yang telah dicapai selama merawat klien
hari pertama.
2. Hari Kedua Pre Conference
- PP membahas tentang perkembangan pasien dan rencana
tindakan untuk hari kedua termasuk cara penulisan catatan
perkembangan klien yaitu SOAP.
- Menyiapkan pasien baru untuk PA yang pasiennya sudah
pulang.
- Pertanyaan yang perlu ditanyakan pada pre conference
adalah apakah diagnose keperawatan hari I masih berlaku,
apakah diagnose keperawatan/masalah keperawatan yang
ditemukan berdasarkan pengkajian yang akurat,apa rencana
dan tindakan keperawatan akan dilakukan pada hari ini.
3. Hari Kedua Post Conference
Mengggali kejelasan tentang asuhan yang telah
diberikan,membagi pengalaman antara PA dan menggali
kualitas PA dalam memberikan asuhan kepada pasien.
2) Kajian Data
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala ruang
Cendrawasih atas didapatkan data bahwa tahap pre conference sudah
dilakukan dengan baik, tetapi untuk post-conference belum
dilaksanakan secara maksimal, karena adanya keterbatasan waktu.
3) Analisis
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat
disimpulkan bahwa proses pre conference sudah dilakukan dengan
baik sedangkan post conference belum dijalankan secara maksimal.
Proses pre dan post conference dilakukan sebagai salah satu langkah
untuk menunjang optimalisasi pelayanan keperawatan. Diharapkan
kegiatan post conference rutin dilakukan di Ruang Cendrawasih atas
untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pelayanan keperawatan,
88

sehingga dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki dalam


pemberian pelayanan keperawatan secara menyeluruh.
i) Proses Manajemen Pelayanan keperawatan
1. Perencanaan
(1) Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang
berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan
dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000).
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
- Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau
bulan)
- Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
- Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :
- Menyusun rencana kerja kepala unit.
- Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang yang bersangkutan.
- Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan
instalasi.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
- Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
- Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
- Membantu membimbing peserta didik keperawatan
- Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
(2) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang mendalam
mengenai pelaksanaan perencanaan di ruang Cendrawasih atas
kepada kepala ruang didapatkan data bahwa Ruang Cendrawasih
atas sudah memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan
jangka panjang. Kepala ruang menyadari perlu adanya suatu
89

perencanaan dalam satu tahun ke depan untuk pelaksanaan tahun


2022.
(3) Analisis Data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisis
bahwa di ruang Cendrawasih atas sudah memiliki perencanaan
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien.
2. Pengorganisasian
(1) Kajian Teori
Pengorganisasian merupakan salah satu bagian dalam tugas
manajemen yang menentukan mengenai tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masing-
masing kegiatan.
Tugas kepala ruang dalam pengorganisasian adalah:
- Merumuskan metode penugasan yang digunakan
- Merumuskan tujuan metode penugasan
- Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
- Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
- Mengatur dan mengendalikan logistik unit
- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
- Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim
- Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
- Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
- Identifikasi masalah dan cara penanganan
90

(2) Kajian Data

(3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruang
diperoleh informasi struktur organisasi ruang Cendrawasih atas
terdiri dari 1 kepala ruang, 1 kepala tim, 4 kepala shift, dan 6
perawat associate. Penerapan MPKP diruang Cendrawasih atas
pada pelaksanaannya menggunakan metode tim. Semua perawat
diberikan surat penugasan dan rincian kewenangan klinis yang
dimiliki oleh masing masing perawat.
91

Dalam proses pengorganisasian yang berkaitan dengan pembagian


tugas dan pendelegasian kerja dibagi menurut jenjang pendidikan
dan lamanya masa kerja, perawat yang menjabat sebagai kepala tim
harus memiliki PK minimal 3, dan sudah bekerja lebih dari 8 tahun
dengan jenjang pendidikan S1 keperawatan ners. Sedangkan
penanggung jawab shift minimal 8 tahun bekerja, memiliki PK 2
dan jenjang pendidikan minimal D3 Keperawatan.
3. Penggerakan
(1) Kajian Teori
Penggerak tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk
bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik
(2) Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kepala ruang
memberikan komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staff.
Ruangan selalu melakukan pertemuan rutin ruangan serta proses
diskusi dan penggerakan kinerja perawat dilakukan secara online
di grup whatsapp, hal ini dilakukan karena masih dalam pandemic
covid-19 dan untuk meningkatkan komukasi yang efektif dan
efisien..
(3) Analisis
Kepala ruang telah melaksanakan fungsinya dengan baik demikian
juga staf yang ada di ruangan. Pertemuan rutin juga sudah
dilakukan dengan baik.
4. Pengawasan
(1) Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar
dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak
sesuai dengan standar (Nursalam, 2002). Pengawasan melalui
komunikasi adalah mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien.
92

(2) Kajian data


Pengontrolan dilakukan oleh kepala ruang secara langsung dan
tidak langsung. Pengawasan secara langsung yaitu dengan cara
menilai pekerja secara langsung. Kemudian mlakukan penilaian
apakah pekerjaan yan dilakukan sudah sesuai SPO atau
tidak,sedangkan tidak langsung dilakukan dengan mendengarkan
masukan dan laporan sedangkan kontrolling secara tidak langsung
dilakukan dengan penilaian dari teman sejawat yang disampaikan
kepada kepala ruang sebangai acuan untuk proses penlaian kerja.
(3) Analisis
Sistem controlling dilakukan secara demokrasi. Yang mana tidak
hanya mengacu pada nilai kepala ruang tapi juga pada penilaian
perawat lain. Pengendalian dilakukan dengan pembinaan segera
setelah adanya masalah atau disampaikan pada pertemuan yang
diadakan. Selain dilakukan pembinaan juga dilakukan arahan
kepada staff bila ada kesalahan. Secara umum fungsi pengawasan
yang dilaksanakan oleh kepala ruang berjalan dengan baik.
4. Unsur Output
a) Efisiensi Ruang Rawat
(1) Kajian Teori
Efisiensi merupakan salah satu parameter/indikator kinerja yang
secara teoritis mendasari seluruh kinerja suatu organisasi yaitu rumah
sakit. Tanpa pengawasan terhadap efisiensi, masalah dapat muncul
dari sisi manajemen yang berujung pada tindakan-tindakan
penyimpangan. Begitu pula efisiensi dapat digunakan untuk
mengalokasikan sumber daya dengan lebih tepat sasaran sehingga
sumber daya yang datang dari pemegang saham dapat dimanfaatkan
secara optimal. Efisiensi mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk
membayar biaya perawatan rumah sakit. Jika masyarakat
mempersepsi rumah sakit tidak efisien, masyarakat akan menghindari
penggunaannya karena khawatir hal ini berpengaruh pada kualitas
pelayanan Kesehatan (Herawati, 2021). Penilaian efisiensi pelayanan
93

berkaitan dengan pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah


sakit, serta efisiensi pemanfaatan penunjang medik rumah sakit. Ada
beberapa indikator untuk menilai efisiensi diantaranya Bed
Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (AvLOS), Turn Over Interval
(TOI) (Darmawan, 2020). Berikut penjelasan mengenai BOR, LOS,
dan TOI.
BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indicator untuk menilai
seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan
atau rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar Depkes dalam
satu tahun adalah sekitar (60-85%).

BOR = Jumlah Hari Perawatan x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu


pasien tinggal. Semakin pendek Length of Stay pasien semakin baik,
menurut standart yang baik adalah sekitar 6-9 hari.

LOS = Jumlah Lama hari perawatan x 100%


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

TOI (Turn Over Interval), merupakan indikator mutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau
waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali.
Standart nasional adalah 1 – 3 hari.

TOI = (Jumlah TTX hari)- hari perawatan


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan


pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu.
94

standar nasional BTO adalah 40-50 kali. Semakin banyak BTO di


suatu rumah sakit akan lebih baik.

BTO= Jumlah pasien keluar


Jumlah tempat tidur

Tabel 2. 1 Indikator Efisiensi Ruang Perawatan Menurut Standar


Nasional Indikator Mutu Pelayanan
No Indikator Standar Depkes
1 BOR 60-85 %
2 LOS 6-9 hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 40-50 kali

(2) Kajian Data


Tabel 2.14 Indikator Efisiensi Ruangan Di Ruang
Cenderawasih Atas RSUD Ajibarang Periode Januari-
Desember 2021

INDIKATOR
NO BULAN
BOR LOS TOI BTO
1 Januari 34.88 3,37 5,98 3,38
2 Februari 37,72 2,77 3,99 4,38
3 Maret 48,99 3,75 4,60 3,44
4 April 47,29 2,70 2,78 5,69
5 Mei 51,81 2,86 2,57 5,81
6 Juni 60,21 3,04 1,74 6,88
7 Juli 26,01 3,07 8,53 2,69
8 Agustus 55,44 3,47 2,60 5,31
9 September 50,00 3,74 3,24 4,63
10 Oktober 48,99 2,77 2,81 5,63
11 November 73,13 3,11 1,13 7,13
12 Desember 84,48 3,22 0,51 9,50
jumlah 51,63 3,13 2,74 64,44
Sumber: Rekam Medik RSUD Ajibarang
95

Table 2.15 Indikator Efisiensi Ruang Cendrawasih Atas Periode


Oktober-Desember 2021

Indikator
No Bulan
BOR LOS TOI BTO
1. Oktober 2021 48,99 2,77 2,81 5,63
2. November 2021 73,13 3,11 1,13 7,13
3 Desember 2021 84,48 3,22 0,51 9,50
Jumlah 206,6 9,1 4,45
Rata-rata 68,86 3,03 1,48
Sumber: Rekam Medik RSUD Ajibarang

(3) Analisis
BOR (Bed Occupancy Rate), di ruang Cendrawasih Atas 3 bulan
terakhir rata-rata 68,86% masuk dalam kategori baik karena nilai
normal dalam depkes 60-85% dengan demikian apabila dibandingkan
dengan standar nasional menunjukkan pemanfaatan tempat tidur
sudah cukup baik hal ini dimungkinkan karena pelayananan diruang
cendrawasih atas sudah cukup baik sehingga pasien yang dirawat puas
dengan pelayanan yang diberikan
LOS (Length Of Stay) pasien di ruang Cebdrawasih Atas dalam 3
bulan terakhir yaitu 3 hari. Dengan demikian data tersebut
menunjukkan jumlah hari perawatan sangat baik. Normalnya standar
nasional yaitu 6-9 hari, hal ini menunjukan kinerja kulitas
keperawatan di Ruang Cenderawasih Atas baik karena pasien akan
lebih cepat untuk masa perawatan di rumah sakit.
TOI (Turn Over Interval) di Ruang Cendrawasih Atas selama 3 bulan
terakhir yaitu 1-2 hari, menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat
tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
pasien sampai dengan diisi lagi belum efisien, dimana standard
96

nasional 1-3 hari. Hal ini terjadi karena adanya perubahan musim
penghujan, sehingga menimbulkan lonjakan kasus penyakit DB
BTO (Bed Turn Over) di ruang Cendrawasih Atas sebanyak 64 kali
dalam setahun, menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah
sakit satu satuan waktu tertentu sangat efisien, karena sesuai dengan
standar nasional (menurut depkes) 40-50 kali setahun.
b) Instrumen A
(1) Kajian Teori
Instrumen A adalah evaluasi terhadap pendokumentasian Standar
Asuhan Keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap
10 data dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat
minimal 3 hari.
Basri et al., (2020) menjelaskan bahwa dokumentasi keperawatan
adalah sistem pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan
asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata, dan
tercatat dan bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien tapi juga jenis,
kualitas, dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu
yang mutlak harus ada untuk perkembangan perawatan, khususnya
proses profesionalisasi keperawatan serta upaya untuk membina dan
mempertahankan akontabilitas perawat dan keperawatan.
Tujuan ditetapkannya standar asuhan keperawatan diantaranya yaitu :
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka
mencatat kebutuhan klien,
2. merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi tindakan,
3. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan
etika
4. Menghindari kesalahan, tumpang tindih dan
ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan
5. Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama
perawat atau pihak lain melalui komunikasi tulisan.
97

6. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan


7. Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan
8. Perawat mendapat perlindungan secara hokum
9. Memberikan data bagi penelitian, penulisan karya ilmiah,
dan penyempurnaan standar asuhan keperawata (Pangkey et al.,
2021)
Komponen dokumentasi keperawatan menurut Basri et al., (2020) :
1. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan
tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk
mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan
pasien. Pengkajian yang komprehensif atau menyeluruh,
sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada
identifikasi masalah-masalah pasien. Asuhan keperawatan
paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan
secara terus-menerus tentang keadaaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen
pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data,
dan perumusan masalah dengan diperoleh dari data subjektif
(hasil pengkajian pasien) dan data objektif ( hasil observasi,
pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan baik aktual maupun
potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
diAnalisis, dan dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan
pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
98

dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri atas


masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial
apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dan
dapat ditanggulangi oleh perawat.
3. Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen rencana perawatan meliputi prioritas
masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Prioritas masalah
ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah yang
mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang
mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah
masalah yang mempengaruhi perilaku.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan,
serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan
keluarga.
Tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,
menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan
pada klien, sesuai waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada. Tindakan perawatan
dilakukan dengan menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,
aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan
keselamatan pasien, dan merapikan pasien dan alat setiap selesai
tindakan. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat pada
format asuhan keperawatan yang berlaku. Perbaikan tindakan
dilakukan berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan
segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
99

5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan
berencana, untuk menilai perkembangan pasien. Evaluasi
dilaksanakan dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal
dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan
rencana perawatan selanjutnya termasuk strategi perawatan
yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien.
6. Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang status kesehatan
dan perkembangan pasien selama dalam perawatan. Pencatatan
dilakukan selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan.
Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
komunikasi. Penulisan harus jelas dan ringkas, serta
menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan
proses perawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan paraf
dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu
pelaksanaan, dan menggunakan format yang tersedia serta
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
103

(2) Kajian Data


Tabel 2.16 Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang
N = 10 Asuhan Keperawatan

NO ASPEK YANG KODE BERKAS REKAM MEDIK PASIEN KETERANGAN


DINILAI 242000 159642 21693 303959 3003969 303953 257486 09868 053790 301069

A Pengkajian a)
1 Mencatat data √ √ √ √ √ √ √ √ b) √ √
yang dikaji c)
sesuai dengan d)
2 pedoman √ √ √ √ √ √ √ √ e) √ √
pengkajian. f)
Data g)
3 dikelompokkan √ √ √ √ √ √ √ √ h) √ √
(bio-psikososial i)
4 spiritual). √ √ √ √ √ √ √ √ j) √ √
Data dikaji k)
sejak pasien
104

masuk sampai
pulang.
Masalah
dirumuskan
berdasarkan
kesenjangan
antara status
kesehatan
dengan norma
dan pola fungsi
kehidupan.
SUB TOTAL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

TOTAL = 40
PRESENTASE = 100%
B Diagnosa
1 Dx. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keperawatan
bedasarkan
105

2 masalah yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
telah
dirumuskan.
3 Dx. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keperawatan
mencerminkan
PE/PES.
Merumuskan
diagnosa
keperawatan
aktual/potensial.
SUB TOTAL 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
TOTAL = 30
PRESENTASE = 100%
106

NO ASPEK YANG KODE BERKAS REKAM MEDIK PASIEN KETERANGAN


DINILAI 242000 159642 21693 303959 3003969 303953 257486 09868 053790 301069 Perencanaan
asuhan
A Perencanaan
keperawatan
1 Bedasarkan Dx √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sudah disusun
keperawatan.
dengan baik.
2 Disusun √ √ 0 √ √ 0 0 0 0 √
Namun ada
menurut urutan
beberapa askep
3 prioritas.
yang
Rumusan tujuan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perencanaannya
mengandung
tidak disusun
komponen
menurut urutan
pasien/subyek,
prioritas.
4 perubahan, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perilaku, kondisi
pasien dan atau
kriteria.
107

Rencana
5 tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengacu pada
tujuan dengan
6 kalimat perintah, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tereinci dan jelas
dan atau
melibatkan
pasien/keluarga.
Rencana
tindakan
menggambarkan
keterlibatan
pasien/keluarga.
Rencana
tindakan
menggambarkan
kerja sama
108

dengan tim
kesehatan lain.

SUB TOTAL 6 6 5 6 6 5 5 5 5 5

TOTAL = 54
PRESENTASE = 90%
B Tindakan Tindakan pada
1 Tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ asuhan
dilaksanakan keperawatan
mengacu pada sudah sesuai.
rencana √ 0 0 √ √ √ √ √ √ Namun ada
2 perawatan. 0 beberapa
Perawat perawat yang
mengobservasi tidak melakukan
respon pasien observasi respon
terhadap pasien dari setiap
109

tindakan tindakan
3 keperawatan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ keperawatan.

4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Revisi tindakan
bedasarkan hasil
evaluasi.
Semua tindakan
yang telah
dilaksanakan
dicatat ringkas
dan jelas.
SUB TOTAL 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
TOTAL = 37
PRESENTASE = 92,5%
110

NO ASPEK YANG KODE BERKAS REKAM MEDIK PASIEN KETERANGA


DINILAI N
242000 159642 21693 303959 300396 303953 257486 09868 05379 30106
9 0 9
C EVALUASI
1 Evaluasi mengacu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada tujuan.
2 Hasil evalasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dicatat.
SUB TOTAL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

TOTAL = 20
PRESENTASE = 100%
D Catatan Asuhan Catatan asuhan
Keperawatan keperawatan
1 Menulis pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ .√ sudah dilakukan
format yang baku sesuai SPO
2 namun masih
111

Pencatatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ada hal yang


dilakukan sesuai terlewatkan
3 dengan tindakan yaitu
yang dilaksanakan. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ pencantuman
Pencatatan ditulis nama / paraf dan
dengan jelas, tanggal jam
4 ringkas, 0 0 0 0 √ √ √ √ √ √ dilakukannya
istilah,yangbaku tindakan.
dan benar.
Setiap melakukan
tindakan/ kegiatan
perawat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 mencantum-kan
paraf/nama jelas,
dan tanggal jam
dilakukannya
tindakan.
Berkas catatan
keperwatan
112

disimpan sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku.
SUB TOTAL 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5
TOTAL = 46
PRESENTASE = 92%

Berdasarkan tabel di atas, di dapat nilai rata-rata: 100+100+90+92,5+100+92= 95,75% (Baik)


Dalam mengkaji administrasi rekam medik kami menggunakan instrumen kelengkapan dokumentasi keperawatan menurut Depkes RI.
113

(3) Analisis
Berdasarkan hasil penilaian dengan instrumen A dapat dianalisa
bahwa proses asuhan keperawatan dalam kategori baik yaitu 95,75%.
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti pada bagian
perencanaan. Pada perencanaan asuhan keperawatan sudah disusun
dengan baik. Tetapi, ada beberapa askep yang perencanaannya tidak
disusun menurut urutan prioritas. Pada bagian tindakan pada asuhan
keperawatan sudah sesuai. Namun ada beberapa perawat yang tidak
melakukan observasi respon pasien dari setiap tindakan keperawatan.
Sedangkan,pada kolom catatan asuhan keperawatan ada hal yang
terlewatkan yaitu pencantuman nama / paraf dan tanggal jam
dilakukannya tindakan.
a) Instrumen B
Tingkat Kepuasan Pasien
(1) Kajian Teori
Instrument B adalah instrument yang mengkaji tingkat kepuasan
pasien terhadap kinerja perawat. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
Kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya
dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan pasien merupakan
keluaran layanan kesehatan. Dengan demikian kepuasan pasien
merupakan salh satu tujuan dati peningkatan mutu layanan Kesehatan
(Artanti & Prajayanti, 2020). Hal ini juga diatur dalam Kemenkes,
(2019b) yang menjelaskan bahwa tingkat kepuasan pasien merupakan
salah satu aspek yang masuk dalam standar pelayanan minimal di
pelayanan kesehatan.
Mutu pelayanan Kesehatan adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan Kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada seetiap
pasien. Ada beberapa aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit
yang berpengaruh terhadap penilaian. Antara lain yaitu
Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
114

Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauh mana suatu


mutu pelayanan kesehatan telah mencapai standar program dan
standar pelayanan kesehatan.
Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan, dan
penampilan petugas, manajer dan staf pendukung. Kompetisi teknis
berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar
pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat
dipertanggungjawabkan atau diandalkan (dependability), ketepatan
(accurancy), ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency).
Akses Terhadap Pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh
keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau
hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas,
transportasi, jarak, waktu perjalanan, dan hambatan fisik lain yang
dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh mana pelayanan
diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik, waktu tunggu.
Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai
dengan standar yang ada.
Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara
petugas kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim
kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik
akan menanamkan kepercayaan dan kreadibilitas dengan cara
menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi
perhatian.
Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
115

Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang


dimiliki.
Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan
yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
Kenyamanan. Kenyamanan mempengaruh kepuasan pasien dan
bersedianya kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh
pelayanan.(Sitorus et al., 2021)
(2) Kajian Data
Berikut akan dipaparkan mengenai tingkat kepuasan pasien
terhadap kinerja perawat menurut DepKes RI . Pelaksanaan evaluasi
menggunakan kuisioner yang berisi 25 soal berbentuk pertanyaan
pilihan yang dilakukan terhadap 10 pasien dengan kriteria inklusi
pasien yang dirawat ≥ 3 hari perawatan.

Table 2.17 Evaluasi Instrumen B1 Di Ruang Cendrawasih Atas


RSUD Ajibarang
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1 Apakah perawat selalu mempekenalkan diri? 6 4
2 Apakah perawat melarang anda/ pengunjung 10 0
merokok di ruangan?
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 9 1
makan anda/ keluarga anda
4 Apakah perawat selalu menanyakan pantangan dalam 5 5
hal makanan anda/keluarga anda?
5 Apakah perawat selalu menanyakan/ memperhatikan 3 7
jumlah makanan dan minumamyang biasa
anda/keluarga anda habiskan?
6 Apakah anda/keluarga anda tidak mampu makan 0 10
sendiri?, apakah perawat membantu menyuapinya?
116

7 Pada saaat anda/keluarga anda dipasang infus, 9 1


apakah perawat selalu memeriksa cairan atau
tetesannya dan area sekitar pemasangan jarum infus?
8 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan 8 2
BAB apakah perawat menganjurkan makan buah-
buahan, sayuran, minum yang cukup banyak
bergerak?
9 Pada saaat perawat membantu anda/keluarga anda 8 2
waktu BAB dan BAK. apakah perawat memasang
sampiran atau selimut, menutup pintu/jendela,
mempersilahkan pengunjung keluar ruangan?
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda selalu 10 0
dijaga kebersihannya dengan disapu dan di pel setiap
hari?
11 Apakah lantai kamar mandi/ WC selalu: bersih, tidak 9 1
licin, tidak berbau, cukup terang?
12 Selama anda/keluarga anda belum mampu 2 8
mandi(dalam keadaan istirahat total) apakah
dimandikan oleh perawat?
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh perawat jika 5 5
tidak mampu: menggosok gigi, membersihkan mulu,
mengganti pakaian, menyisir rambut?
14 Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut, dll 8 2
diganti setiap kotor?
15 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan 9 1
akibat dari: kurang bergerak, berbaring terlalu lama?
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk RS, apakah 8 2
perawat memberikan penjelasantentang fasilitas yang
tersedia dan cara penggunaannya, peraturan atau tata
tertib yang berlaku di RS?
17 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan, apakah 10 0
perawat: memanggil nama dengan benar?
117

18 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan, apakah 9 1


perawat: mengawasi keaadaan secara teratur pada
pagi, ssore, maupun malam hari?
19 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan, apakah 10 0
perawat segera memberi bantuan bila diperlukan?
20 Apakah perawat bersikap: sopan, ramah? 10 0
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat 8 2
yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas?
22 Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum 10 0
melakukan tindakan perawatan atau pengobatan?
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 10 0
memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda?
24 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat 7 3
membantu menyiapkan atau meminumkan obat?
25 Selama anda/keluarga anda dirawat, apakah 10 0
diberikan penjelasan tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaaan lanjutan setelah
anda/keluarga anda diperbolehkan pulang?
TOTAL 193 57
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada pasien ruang LBP

Hasil perhitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori


Arikunto (2010), yaitu:
76-100% : puas
56- 75% : cukup puas
40-55 % : kurang puas
<40% : tidak puas
Sistem penilaian dari kuisioner diatas menggunakan rumus sebagai
berikut :
Jawaban ya
Hasil keperawatan pasien = x 100%
Jawaban ya + jawaban tidak
193
= 𝑥 100% = 77 %
250
118

Berdasarkan hasil perhitungan, maka tingkat kepuasan pasien


terhadap kinerja perawat di ruang Cendrawasih Atas masuk dalam
katagori puas (56% – 75%).
(3) Analisis
Secara umum pasien merasa puas (77%) dengan pelayanan yang
diberikan perawat seperti kebersihan ruangan, perawat selalu
memanggil nama pasien dengan benar, pasien juga merasa puas
karena perawat selalu siaga terhadap pasien, sopan juga ramah, dan
perawat selalu memberi penjelasan sebelum melakukan tidakan
keperawatan dan pengobatan, serta pemberian edukasi kepada pasien
dan keluarga yang dilakukan oleh perawat membuat pasien dan
keluarga mengerti tentang kondisi penyakit dan cara perawatan
selanjutnya.

Tingkat Kepuasan Kerja Perawat


(1) Kajian Teori
Pengertian kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau
tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dnegan
pekerjaan maupun kondisi dirinya, hal ini secara umum
menggambarkan sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya, pekerjaan menruut interaksi dengan rekan kerja dan
atasan , mengikuti aturan organisasi, memnuhi standar kinerja
(Nabawi, 2019). pekerja yang memiliki produktivitas dan motivasi
kerja yang tinggi akan berdampak dengan laju roda suatu
perusahaan yang berjalan kencang. Sama halnya dengan rumamh
sakit, perawat memegang peran penting dalam memberikan
pelayananmaksimal kepada paisen. Pelayanan yang baik akan
tercipta apabila perawat memiliki kepuasaan kerja dalam
menjalankantugas (Siska & Hendri, 2018)
(2) Kajian Data
Data diperoleh dari 12 responden untuk evaluasi tingkat kepuasan
kerja perawat di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang yaitu
119

Tabel 2.18 Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat


Di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang

Jawaban
No Pertanyaan
Puas Tidak Puas
1 Jumlah gaji yang diterima dibanding dengan 9 3
pekerjaan yang saudara lakukan
2 Sistem penggajian yang dilakukan oleh 12 0
institusi tempat saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan 12 0
dengan pendidikan saudara
4 Pemberian insentif tambahan atas suatu 7 5
prestasi atau kerjasama
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang 9 3
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar 12 0
mandi, tempat parkir, dan kantin
7 Kondisi ruang kerja terutama berkaitan dengan 12 0
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan kesehatan atau keslamatan 12 0
kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap 7 5
saudara
10 Hubungan antar karyawan dan kelompok kerja 7 5
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar 12 0
karyawan
12 Sikap teman-teman terhadap saudara 12 0
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar 12 0
belakang pendidikan saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan waktu 12 0
bekerjasama dengan penugasan yang
diberikan
120

15 Kemampuan supervisi atau pengawas dalam 12 0


membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saudara bekerja disini 12 0
17 Kebebasan dalam melakukan metode sendiri 12 0
dalam menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan 4 8
kerja melalui pelatihan dan pendidikan
tambahan
19 Kesempatan untuk mendapatkan posisi yang 12 0
lebih tinggi
20 Kesempatan untuk mendapatkan prestasi dan 9 3
kenaikan pangkat
TOTAL 208 32
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada perawat ruang LBP
Dari perhitungan jawaban dibuat dengan persentasi menurut
kategori Arikunto (2010) yaitu:
76-100% : puas
56- 75% : cukup puas
40-55 % : kurang puas
<40% : tidak puas

Perhitungan kepuasan = Jawaban Puas x 100%


Jawaban Puas
+ Jawaban Tidak Puas
208
Perhitungan = 208+32 x 100% =

86%

(3) Analisis
Dari hasil kuesioner yang diberikan terhadap 12 perawat di
Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang didapatkan kesimpulan
121

dari 12 orang yang mengisi kuisioner bahwa tingkat kepuasan kerja


perawat sebesar 86% dalam kategori puas.
Adapun beberapa poin pertanyaan yang tidak puas dengan skor
tertinggi diantaranya adalah pertanyaan poin 18 yaitu Kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan
pendidikan tambahan yaitu 8 orang yang tidak puas. Hal ini dapat
dijadikan tambahan data untuk pengajuan pelatihan perawt
ruangan ke bagian Diklat, dan harapannya perawat dapat
mendapatkan kesempatan untuk mengupdate atau bertambah
pengetahuan dalam meningkatkan keterampilan individu.
b) Instrumen C
(1) Kajian Teori
Instrument C adalah intrumen kepatuhan perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan yang baik, sesuai dan mengacu
pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan hasil
tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan
standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan
oleh RSUD Ajibarang.
Standar prosedur operasional adalah suatu cara atau alur kerja yang
sudah ter-standarisasi, memiliki kekuatan sebagai petunjuk bersifat
mengikat mencakup Langkah-langkah suatu prosedur yang tertulis
jelas. Dalam melaksanakan suatu tindakan keperawatan seorang
perawat butuh suatu pedoman, panduan dan standar prosedur
operasional yang jelas sehingga dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya (Warashati et al., 2020).
Tujuan dari pembuatan SPO yaitu :
Petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/ pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
122

Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari


petugas/ pegawai terkai
Melindungi organisasi/ unit kerja dan petugas/ pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya

Tabel 2.19 SPO di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang


NO Tindakan Yang Dilakukan
1 Serah terima (operan) jaga perawat
2 Pemberian makan lewat NGT
3 Pembuangan sampah benda tajam
4 Pembuangan sampah infeksius
5 Pembuangan sampah
6 Kebersihan tangan
7 Pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanul
8 Memandikan pasien di tempat tidur
9 Mengukur suhu di ketiak
10 Administrasi medikasi parenteral
11 Oral hygiene
12 Memberikan oksigenisasi NRM
13 Melakukan pengkajian nyeri
14 Bantuan perawatan diri
15 Admision care
16 Melakukan pemeriksaan NGT
17 Memberikan obat per oral
18 Perawatan kuku
19 Memberikan obat melalui rectum
20 Perawatan bedrest
21 Pemberian makan: menyapi
22 Pemberian inhalasi melalui nebulizer
23 Pemberian obat enteral
123

24 Bantu perawatan: makan


25 Kompres demam
26 Bantuan perawatan diri: berpakaian/ berdandan
27 Pemberian obat: oral
28 Pemberian makan melalu selang enteral
29 Menghitung denyut nadi
30 Menghitung pernafasan
31 Mengambil spesimen urine untuk pemeriksaan kultur
32 Pemakaian infus pump
33 Monitor saturasi oksigen
34 Pembuangan sampah
35 Transfer antar ruang perawat
36 Seragam tugas keperawatan
37 Indikasi masuk ruang unit stroke
38 Indikasi keluar unit stroke
39 Koreksi albumin
40 Pengambilan darah arteri
41 Resusitasi jantung paru
42 Koreksi kalium
43 Pengumpulan linen kotor
45 Penggandaan/ BON linen baru
46 Serah terima linen baru
47 Pemasangan kateter menetap pria
48 Pemasangan infus dewasa
49 Prosedur pasien pulang rawat
50 Identifikasi pasien
51 Pemasangn gelang pasien
52 Pemasangan kateter menetap pada wanita
53 Pemberian produk darah
124

54 Bledder training
55 Perawatan peralatan pasien
56 Menyuntik aman
57 Pelepasan gelang pasien
58 Pelaksanaan pasien resiko jatuh non psikiatri
59 Prosedur catatan perkembangan pasien
60 Penggunan alat perlindungan diri (APD)
61 Pencegaha dan penendalian infeksi saluran kencing
62 Dekontaminasi tingkat tinggi
Sumber : Data SPO di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang

(2) Kajian Data


Berdasarkan observasi dari tanggal 14 - 16 Maret 2022 terhadap
7 perawat dengan metode observasi kepatuhan terhadap SPO di
Ruang Cendrawasih Atas didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.20 Standar Prosedur Operasional (Spo)
Admision Care (N : 5 Perawat )
NO Aspek yang dinilai Observasi Ketera
ngan
Persiapan Alat 1 2 3 4 5
1. Alat tulis (ball point,spidol,penghapus) √ √ √ √ √
2. Buku panduan penerimaan pasien baru - - - - -
Tahap Interaksi
1. Perawat mengenalkan diri √ - √ - -
2. Sediakan privasi untuk klien dan keluarga √ √ √ √ √
3. Orientasikan klien dan keluarga pada - - - - -
lingkungan sekitar
4. Orientasikan klien dan keluarga pada fasilitas - - √ - -
yang lain
5. Lakukan pengkajian riwayat √ √ √ √
6. Lakukan pengkajian fisik awal √ √ √ √ √
7. Lakukan pengkajian keuangan awal dengan √ √ - √ -
cara yang tepat
8. Lakukan pengkajian psikososial awal dengan √ - - - -
tepat
9. Lakukan pengkajian religius awal dengan - - - - -
tepat
125

10. Sediakan klien dengan hak dan kewajiban √ √ √ √ √


klien
11. Dokumentasikan informasi yang di dapatkan √ √ √ √ √
12. Pelihara kerahasiaan data klie √ √ √ √ √
13. Kenali resiko klien untuk masuk kembali ke - √ - √ -
unit perawatan
14. Buat diagnosa perawatan √ √ √ √ √
15. Mulai membuat discharge planning - √ - - √
16. Implementasikan pencegahan keamanan √ - √ √ √
dengan cara yang tepat
17. Berikan label pada papan klien √ √ √ √ √
18. Beritahukan dokter tentang klien dan status √ √ √ √ √
klien
19. Dapatkan order dari dokter untuk perawatan √ √ √ √ √
klien
Jumlah 15 14 14 14 13
Presentase 73,68 %

(3) Analisa : Berdasarkan hasil observasi pada SPO admission care di


ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada kategori cukup
(73,68 %).

Tabel 2.21 Standar Prosedur Operasional (Spo)


Pemasangan Infus Dewasa
N: 5 perawat
No Aspek yang Di Nilai Observasi Keter
angan
Fase Pra Interaksi 1 2 3 4 5
1 Melakukan Verifikasi data sebelumnya bila ada √ √ √ √ √
2 Persiapan alat:
Sarung tangan 1 steril √ √ √ √ √
Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip) √ √ √ √ √
Cairan parenteral sesuai program √ √ √ √ √
Jarum iv catether (ukuran 20-16) √ √ √ √ √
Kapas alcohol dalam kom (secukupnya) √ √ √ √ √
127

Desinfektan √ √ √ √ √
Torniquet/manset √ √ √ √ √
Perlak dan pengalas - - - - -
Bengkok 1 buah √ √ √ √ √
Plester / hypafix √ √ √ √ √
Leukomed - - √ √ -
Fase Orientasi
1 Lakukan kebersihan tangan √ √ √ √ √
2 Berikan salam/ selamat pagi/siang/malam - - √ √ √
3 Perkenalkan diri - - - - -
4 Pastikan identitas pasien √ √ √ √ √
5 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan - - - - -
6 Pastikan kesiapan pasien √ √ √ √ √
Fase Kerja
1 Lakukan kebersihan tangan √ √ √ √ √
2 Lakukan desinfeksi tutup botol cairan - - - - -
3 Tutup infus set (klem) √ √ √ √ √
4 Tusukan infus set dengan benar √ √ √ √ √
5 Gantung botol cairan pada standard infus √ √ √ √ √
6 Isi tabung reservoir infus set sesuai batasnya √ √ √ √ √
7 Alirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang √ √ √ √ √
8 Atur posisi pasien dan pilih vena besar dan lurus dari √ √ √ √ √
bawah dorsalis suerfisialis, sefalika, basalika, mediana
antecubiti
9 Pasang perlak dan alasnya - - - - -
10 Bebaskan daerah yang yang akan di insersi √ √ √ √ √
11 Letakkan tourniquet 5 cm prokimal yang akan ditusuk √ √ √ √ √
12 Lakukan kebersihan tangan - - - - -
13 Pakai hand schoon √ √ √ √ √
14 Bersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari √ √ √ √ √
dalam keluar
128

15 Pertahankan vena pada posisi stabil √ √ √ √ √


16 Pegang iv cateter dengan sudut 30o √ √ √ √ √
17 Tusuk vena dengan lobang jarum menghadap keatas √ √ √ √ √
18 Pastikan iv cateter masuk intravena kemudian menarik √ √ √ √ √
manddrin + 0,5
19 Masukan iv cateter secara perlahan √ √ √ √ √
20 Tarik mandarin dan menyambukan dengan selang infuse √ √ √ √ √
21 Lepaskan tourniquet √ √ √ √ √
22 Alirkan cairan infuse √ √ √ √ √
23 Lakukan fiksasi iv cateter √ √ √ √ √
24 Beri desinfek daerahtusukan dan leukomed √ √ √ √ √
25 Atur tetesan sesuai program √ √ √ √ √
26 Bereskan alat √ √ √ √ √
27 Rapikan pasien √ √ √ √ √
Fase Terminasi
1 Lakukan evaluasi - - - - -
2 Sampaikan rencana tindak lanjut √ √ √ √ √
3 Berpamitan √ √ √ √ √
4 Laukuan kebersihan tangan √ √ √ √ √
5 Dokumentasikan tindakan yang dilakukan √ √ √ √ √
Jumlah 40 40 42 4 4
2 1
Presentase 83%
Analisa : Berdasarkan hasil observasi pada SPO pemasangan infus dewasa di ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada kategori baik (83%)
129

Tabel 2.22 Standar Prosedur Operasional (SPO)


Memberikan Oksigen Dengan Nasal Kanul
N : 5 perawat

No PROSEDUR Observasi Keteran


gan
1 2 3 4 5
1. Mencuci tangan sesuai prosedur √ √ √ √ √
2. Ikuti 7 benar pemberian obat √ √ - - √
3. Berikan salam / menyapa klien √ √ √ √ √
4. Perkenalkan Diri - - - - -
5. Jelaskan tujuan tindakan dan prosedur √ √ √ √ √
6. Jelaskan inform concent untuk di tanda tangani √ √ √ √ √
7. Tanyakan kesiapan pasien √ √ √ √ √
8. Pastikan manometer pada tabung oksigen √ √ √ √ √
9. Pasang flowmeter dan pastikan alirannya mati terlebih √ √ √ √ √
dahulu
10. Pasang botol humidifier √ √ √ √ √
11. Sambung selang oksigenasi dengan humidifier √ √ √ √ √
12. Buka aliran flowmeter untuk mengecek aliran oksigen √ √ √ √ √
13. Atur aliran oksigen sesuai indikasi √ √ √ √ √
14. Pasang alat terapi oksigen pada pasien √ √ √ √ √
15. Amati respon pasien √ √ √ √ √
16. Pasang plester untuk fiksasi √ √ √ √ √
17. Rapikan pasien dan alat-alat √ √ √ √ √
18. Lakukan evaluasi - √ - √ -
19. Berpamitan √ √ √ √ √
20. Kebersihan tangan sesuai prosedur √ √ √ √ √
21. Dokumentasi tindakan yang dilakukan √ √ √ √ √
Jumlah 19 20 18 1 1
9 9
Presentase 90,47%
130

Analisa : Berdasarkan hasil observasi pada SPO memberikan oksigen dengan nasal
kanul di ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada kategori baik (90,47 %)

Tabel 2.23 Standar Prosedur Operasional (Spo)


Mengukur Tekanan Darah
N: 5 Perawat
NO Askep yang dinilai Observasi Keterang
an
Persiapan 1 2 3 4 5
1. Tensimeter √ √ √ √ √
2. Stetoskop √ √ √ √ √
3. Buku catatan √ √ √ √ √
4. Mencuci tangan √ √ √ √ √
5. Ucapkan salam, “Assalamu’alaikum / √ √ √ √ √
Selamat pagi / Selamat Sore / Selamat
Malam.
6. Pastikan identitas pasien √ √ √ √ √
7. Perkenalan Diri √ - √ - -
8. Jelaskan prosedur tindakan √ √ √ √ √
9. Buka dan gulung lengan baju pasien √ √ √ √ √
10. Pasang manset tensimeter pada lengan atas √ √ √ √ √
dengan pipa karetnya berada di sisi luar
lengan
11. Pasang pompa tensimeter √ √ √ √ √
12. Pasang pangkal stetoskop di telinga - √ - √ -
13. Raba arteri brachialis, lalu membran √ √ √ √ √
stestoskop ditempatkan pada daerah tersebut
14. Tutup sekrup balon karet, pengunci air raksa - √ - √ -
dibuka, selanjutnya balon pompa sampai
denyut arteri tidak terdengar lagi air raksa
dalam pipa gelas naik
131

15. Buka sekrup balon perlahan-lahan sehingga - √ - √ -


air raksa turun perlahan-lahan. Sambil
memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan
bunyi denyutan pertama.
16. Dengarkan terus sampai denyutan yang - √ - √ -
terakhir
17. Rapikan pasien √ √ √ √ √
18. Bereskan alat √ √ √ √ √
19. Pamitan dengan pasien √ √ √ √ √
20. Kebersihan tangan setelah selesai melakukan √ √ √ √ √
tindakan perawat
21. Dokumentasi hasil Tekanan darah √ √ √ √ √
Jumlah 17 20 17 2 1
0 6
Presentase 85,71%
Analisa : Berdasarkan hasil observasi pada SPO mengukur tekanan darah di ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada kategori baik (85,71%)

Tabel 2.24 Standar Operasional Prosedur (Spo)


Pemberian Obat Melalui Iv
N : 5 Perawat

NO Observasi Keteran
Aspek Yang Di Nilai gan
Tahap Persiapan 1 2 3 4 5
1 Spuit Disposible sesuai kebutuhan √ √ √ √ √
2 Kapas Alkohol 70% √ √ √ √ √
3 Obat yang akan diberikan √ √ √ √ √
4 Pasien diberi penjelasan - - - - -
Kriteria Pelaksanaan
1 Cuci tangan √ √ √ √ √
2 Memperhatikan Prinsip aseptic √ √ √ √ √
132

3 Membaca Etiket obat √ √ √ √ √


4 Membaca dosis obat √ √ √ √ √
5 Memasukkan obat kedalam spuit, √ √ √ √ √
kemudian udara dalam spuit
dikeluarkan
6 Mengatur posisi pasien √ √ √ √ √
7 Menentukan daerah yang disuntik √ √ √ √ √
8 Mendesinfeksi selang yang akan √ √ √ √ √
disuntik sesuai dengan teknik
penyuntikan
9 Memasukkan jarum sesaui dengan √ √ √ √ √
teknik penyuntikan
10 Melakukan aspirasi - - √ √
-
11 Memasukkan obat dengan perlahan √ √ √ √ √
lahan
12 Memperhatikan respon pasien √ √ √ √ √
13 Mencabut jarum perlahan lahan √ √ √ √ √
14 Mendesinfeksi kulit dengan kapas - - - √ √
alkohol 70%
15 Mencatat respon pasien dan pemberian - - - √ √
obat
16 Mencuci tangan √ √ √ √ √
Jumlah 16 16 16 1 1
8 8
Presentase 84%

Analisa : Berdasarkan hasil observasi pada SPO pemberian obat melalui IV di


ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada kategori baik (84%)
133

Tabel 2.25 Standar Prosedur Operasional (Spo)


Pemasangan Ekg
N = 5 perawat
NO ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI Ketera
ngan
Persiapan Alat 1 2 3 4 5
1 Mesin EKG √ √ √ √ √
2 Jelly √ √ √ √ √
3 Kapas Alkohol - √ √ - -
4 Tissue √ √ - √ √
Pra Interaksi
5 Cuci tangan dan memakai sarung tangan - √ - √ √
6 Memperkenalkan diri √ - - - √
7 Menjelaskan tujuan dan prosedur - - - √ -
pemasangan EKG
8 Menanyakan kesediaan pasien √ √ - √ -
Tahap kerja
9 Menjaga privasi √ √ √ √ √
10 Membuka pakaian atas pasien √ √ √ √ √
11 Membersihkan area ekstremitas atas - √ √ - √
bawah dan dada untuk dipasang
elektroda dengan kapas alcohol
12 Memberikan jelly pada area pemasangan √ √ √ √ √
dan pada elektroda
13 Pasang kabel dan elektroda :
Kabel merah R pada lengan kanan √ √ √ √ √
Kabel kuning L pada lengan kiri √ √ √ √ √
Kabel Hijau pada kaki kiri √ √ √ √ √
Kabel Hitam pada kaki kanan √ √ √ √ √
V1 pada ICS 4 kanan √ √ √ √ √
V2 pada ICS 4 kiri √ √ √ √ √
134

V3 pada ICS antara V2 dan V4 √ √ √ √ √


V4 pada ICS 5 mid clavicula kiri √ √ √ √ √
V5 antara V4 dan V6 √ √ √ √ √
V6 pada mid axila √ √ √ √ √
14 Menyalakan power on mesin EKG √ √ √ √ √
15 Melakukan rekaman 12 lead √ √ √ √ √
16 Mematikan power mesin EKG dan √ √ √ √ √
lepaskan kabel atau elektroda pada tubuh
pasien
17 Membersihkan sisa jelly yang menempel √ √ √ √ √
dengan tissue
18 Merapikan pasien √ √ √ √ √
Tahap terminasi
19 Melakukan evaluasi tindakan √ - - - √
20 Berpamitan dengan pasien - √ √ √ -
21 Membereskan alat √ √ √ √ -
22 Mencuci tangan √ √ √ √ √
Jumlah 27 29 26 2 2
8 7
Presentase 76,64%
Analisa : Berdasarkan hasil observasi pada SPO pemasangan EKG di
ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang pada kategori baik (76,64%)

a) Mutu Pelayanan Keperawatan


(1) Keselamatan Pasien
1. Kajian Teori
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system
yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih
aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambi Terbuatnya visi, misi dan falsafah ruangan
135

Setalah dibuatnya visi, misi dan falsafah ruangan, lebih mudah


memetakan secara jelas apa saja yang menjadi dasar tujuan
perawatan pasien diruang Cendrawasih Atas.
l tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2008).
Sedangkan menurut Nursalam 2011, pasien safety adalah
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang
tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses
pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah
adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak
diharapkan pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan pasien maupun rumah sakit itu
sendiri (Cecep, 2013).
Tujuan patiebt safety rumah sakit, menurut depkes RI, 2006:
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
Menurunnya angka kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
Terlaksanya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi penanggulangan kejadian tidak diharapkan
Langkah-langkah pelaksanaan Pasien safety
Lakukan identifikasi pasien setiap akan melakukan tindakan
Lakukan komunikasi efektif dengan sistem SBAR
Lakukan pengelolaan obat kategori LASA dan High alert
Persiapan pasien operasi dengan benar (MARKING SITE)
Stop Infeksi dengan kepatuhan Hand hygiene
Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera dengan
melakukan penilaian dan penandaan resiko jatuh.
2. Kajian Data
Table 2.26 Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
No Indikator Ya Tidak
I Keselamatan Pasien (patient safety)
136

Apakah anda memahami


1 pemakaian gelang (identifikasi 10 0
pasien) ?
Apakah anda memehami SPO
10
2 komunikasi efektif dalam 0
pemberian obat?
Apakah anda memahami tentang
3 prinsip 7 benar dalam pemberian 10 0
obat?
Apakah anda mengetahui tentang
4 penandaan pasien operasi (marking 10 0
site)?
Apakah anda mengetahui
5 pencegahan infeksi dengan cuci 10 0
tangan secara efektif ?
Apakah anda mengetahui
6 10 0
penandaan pasien resiko jatuh?
II Keterbatasan Perawatan diri
Apakah anda memahami tingkat
ketergantungan pasien dalam
7 10 0
memenuhi kebutuhan dasar
manusia ?
III Kecemasan
Apakah anda memahami tentang
8 10 0
perawatan pasien dengan cemas?
IV Kenyamanan( nyeri)
Apakah anda sudah memahami
tentang SPO manajemen nyeri,
9 10 0
untuk memenuhi rasa nyaman
pasien?
V Pengetahuan
137

Apakah anda sudah memahami


10 tentang SPO Discharge planning 10 0
(perencanaan pemulangan pasien) ?
Jumlah 100 0
Sumber : Dari kuesioner yang dibagikan kepada pasien
ruang LBP sebanyak 10 perawat
3. Analisis
Berdasarkan data di atas di dapatkan hasil bahwa 100%
perawat telah mengerti dan memahami mengenai SPO
peningkatan pemberian mutu pelayanan baik dari keselamatan
pasien, keterbatasan perawatan diri, kecemasan, kenyamanan
dan pengetahuan tentang SPO discharge planning.
(2) Pengetahuan pasien
(a) Kajian Teori
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu (Notoatmodjo 2013). Tingkat pengetahuan klien akan
mempengaruhi dalam pemberian/pelaksanaan discharge
planning. Discharge Planning adalah mekanisme yang
menuntun berbagai multidisiplin pelayanan kesehatan untuk
mencapai transfer pasien yang dirawat di institusi pelayanan
kesehatan ke rumah dengan sukses (AARC, 2010).
(b) Kajian Data

Table 2.26 Kuosioner Tingkat Pengetahuan Keluarga


Pasien Dengan Diagnosa Stroke
N = 10 pasien

No Indikator Ya Tidak
1 Apakah anda memahami pengertian 2 8
dari penyakit stroke?
138

2 Apakah anda tau penyebab dari 1 9


penyakit stroke?
3 Apakah anda tau tanda dan gejala 2 8
penyalit stroke?
4 Apakah anda tau perawatan apa yang 2 8
dilakukan jika di rumah nanti?

(c) Analisis
Berdasarkan kuisioner tanggal 3 Juni terhadap 10 pasien
stroke yang dirawat di Ruang Cendrawasih Atas di dapatkan
8 pasien mengatakan belum tau penyebab, pengertian, tanda
dan gejala, dan perawatan jika di rumah nanti.
(3) Kecemasan Pasien
1. Kajian Teori
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa
jerman angst kemudian menjadi anxiety yang berarti
kecemasan, merupakan suatu kata yang digunakan oleh Freud
untuk menggambarkan suatu efek negative dan
keterangsangan (Mulyono et al., 2020)
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas Reality Testing Ability/RTA,masih
baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian /spilitting of personality), perilaku
dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal
(Purwaningsih, 2020)
2. Kajian data
Tabel 2.27 Kuisioner Anxiety Scale
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat
sesuai dengan keadaan anda atau apa yang anda rasakan saat
akan menjalani pre operatif
139

Tidak pernah sama sekali :1


Kadang-kadang saja mengalami demikian : 2
Sering mengalami demikian : 3
Selalu mengalami demikian setiap hari :4
Jawaban
No Pertanyaan
1 2 3 4
Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas 0 2 0 8
1
dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 1 0 9 0
Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau 0 10 0 0
3
hancur
4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic 0 6 4 0
Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala 2 8 0 0
5 sesuatu atau merasa sesuatu yang jelek akan
terjadi
6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar 5 5 0 0
Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri 8 2 0 0
7
leher atau nyeri otot
8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah 7 2 1 0
Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan 0 2 8 0
9
tenang
Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan 0 8 2 0
10
keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing 9 1 0 0
12 Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan 10 0 0 0
13 Saya mudah sesak napas tersengal-sengal 9 1 0 0
Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan 7 3 0 0
14
pada jari-jari saya
15 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan 9 1 0 0
16 Saya sering kencing daripada biasanya 9 1 0 0
140

Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah 10 0 0 0


17
oleh keringat
18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan 10 0 0 0
19 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam 0 7 3 0
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk 10 0 0 0
Keterangan:
Cara Penilaian Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating
Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada
pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung.
Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4
(1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4:
hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah
peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan
kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian
mcdowell, 2006).
Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :
Skor 20-44 : normal./ tidak cemas
Skor 45-59 : kecemasan ringan
Skor 60-74 : kecemasan sedang
Skor 75-80 : kecemasan berat
3. Analisis
Dari Penyebaran kuisioner dan observasi kami dari 10
responden pada tanggal 3 juni 2021 diperoleh data tingkat
kecemasan pasien :
Normal/tidak cemas :4
Cemas ringan :6
Cemas sedang :0
Berdasarkan hasil analisis kuisioner tingkat kecemasan
pasien di ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang Tegal
rata-rata pasien mengalami cemas ringan sebanyak 6
responden, , dimana 4 dari 10 responden tidak mengalami
cemas.
141

(4) Perawatan diri pasien


1. Kajian Teori
Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan
kebutuhan perawatan diri klienuntuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:
Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen,
air, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat
Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh
kembang manusia.
Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya
masalah kesehatan atau penyakit.
Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu
Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat
dengan pasien dengan individu , keluarga, kelompok, sampai
pasien dapat melegitimasi rencana keperawatan.
Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan.
Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan
kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara
langsung dalam bentuk keperawatan.
Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika
dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasi yang dibutuhkan
atau yang akan diterima.
2. Kajian Data
Berdasarkan teori Douglas melalui observasi terhadap 10
pasien pada tanggal 3 juni 2021 terdapat 6 pasien dengan
kategori self care yang memerlukan 1-2 jam dengan perawatan
142

sebagian besar sudah secara mandiri, 2 orang kategori minimal


care dan 2 pasien kategori intermediate care.

Tabel 2.28 Mutu Pelayanan Perawatan Diri Pasien Ruang


Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang Tegal
NO PERNYATAAN YA TIDAK
Perawat membantu saya untuk mandi 0 10
1
ketika keadaan saya kelihatan kotor
Perawat membiarkan saya dalam 6 4
2
keadaan kotor
Perawat mengingatkan saya pada saat 10 0
3
waktunya mandi
Perawat membantu memberikan lotion 0 10
4
kepada saya ketika selesai mandi.
Perawat mengingatkan saya pada saat 0 10
5
waktunya berkeramas
Perawat membantu saya menyisir ketika 0 10
6
rambut saya terlihat tidak rapih/kusut.
Perawat membantu saya berkeramas 0 10
7
menggunakan shampo.
Perawat membantu saya membersihkan 0 10
8
kuku tangan dan kaki ketika kotor.
Perawat membantu saya menggosok 0 10
9
gigi ketika pagi dan malam hari
Perawat mengingatkan saya pada saat 0 10
10
waktunya membersihkan mulut dan gigi
Perawat membantu saya menggunakan 10 0
11
pakaian dan merapihkan tempat tidur.
Perawat mengganti seprai saya sehari 0 10
12
sekali.
143

Perawat mengingatkan saya pada saat 5 5


13 waktunya mengganti pakaian dan seprai
ketika terlihat kotor
Jumlah 31 99
Presentase 23,85% 76,15%
Sumber : Hasil penyebaran kuesioner dan observasi 3 Juni
2021 di ruang LBP RSUD Ajibarang Tegal.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa peran
perawat dalam membantu perawatan diri pasien masih sangat
kurang dengan hasil 76,15% belum tepenuhi dan 23,85% dari
kebutuhan pasien terpenuhi.
3. Analisis
Hasil observasi kepada perawat terhadap perawatan diri
pasien di ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang Tegal
didapatkan bahwa kebanyakan perawat belum membantu
perawatan diri pasien dengan presentasi 76,15%, namun
perawat mengingatkan pasien untuk merawat kebersihan
tubuhnya, sedangkan perawat yang membantu beberapa
perawatan diri pasien dengan prosentasi 23,85%.
(5) Kenyamanan (nyeri pasien)
1. Kajian Teori
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin)
atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada
negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang
menyenangkan. Walaupun demikian,kita semua menyadari
bahwa rasa sakit kerapkali berguna,antara lain sebagai tanda
bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam
diri manusia (Maria, 2017).
144

Klasifikasi Berdasarkan lama / durasinya.


- Nyeri akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai
dengan adanya peningkatan tegangan otot.
- Nyeri kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu
lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan
nyeri psikosomatis
2. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian Numeric Pain Scale pada 10
Orang pasien di ruang Cendrawasih Atas tanggal 3 Juni 2021
didapatkan hasil:
Tabel 2.13 Kenyamanan Pasien Di Ruang Cendrawasih
Atas RSUD Kaardinah Tegal Tahun 2021

Indikator Pasien Presentase


Nyeri Ringan 2 20%
Nyeri Sedang 5 50%
Nyeri Berat 3 30%
Sumber : Hasil pengkajian dan observasi pada pasien tgl 3
juni 2021 di Ruang Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang
3. Analisis
Berdasarkan tabel kenyamanan pasien di Ruang
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang Tegal didapatkan hasil
bahwa pasien yang mengalami nyeri ringan sebanyak 2 pasien
dengan presentase 20%, nyeri sedang 5 pasien dengan
presentase 50% dan nyeri berat sebanyak 3 pasien dengan
presentase 30%, hal ini menunjukan sebagian pasien di ruang
Cenderawasih Atas mengalami kenyamanan diri yang cukup
baik.
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. HASIL ANALISA DATA


Dari hasil pengkajian dari tanggal 14-17 Maret 2022 didapat beberapa data
permasalahan yang ada di Ruang Cendrawasih Atas. Berikut hasil Analisa yang di dapat
:
Tabel 3.1
Hasil Analisa Data Ruang Cendrawasih Atas
RSUD Ajibarang
No Data Masalah

1 Patient Safety Implementasi tanda resiko jatuh


merupakan salah satu indikator dari
1. Terdapat data 41,6% tanda resiko jatuh
pasien safety yang masuk dalam
terpasang dan 59,6% tidak terpasang
akreditasi.
tanda resiko jatuh.
2. Adanya data bahwa pasien kelolaan Pasien stroke non hemoragik dan stroke
yang ada di Ruang cendrawasih Atas hemragik mempunyai gejala salah
adalah pasien saraf yaitu pasien stroke satunya yaitu adanya kelemahan
non hemoragik dan stroke hemoragik naggota gerak hal ini membuat adanya
berjumlah 47,7% dan pasien mata factor resiko jatuh pada paisen.
berjumlah 19,1%.
Untuk pasien mata, gejala uta yaitu
pandangan kabur dikarena adanya
gannguan atau penurunan fungsi
melihat hal ini juga menambah adanya
resiko jatuh pada pasien.

2 SAK (Standar Asuhan Keperawatan): Belum ada SAK yang mengacu pada
Kemenkes RI No
SAK yang digunakan di ruang
HK.01.07/MENKES/425/2020. Yaitu
cendrawasih atas, masih menggunakan
SAK yang memakai SDKI, SIKI, SLI.
NANDA NIC NOC.

145
146

3 Labeling: Pelabelan pada loker obat pasien


belum disertai identitas pasien yang
1. Pelabelan pada loker obat pasien yaitu
lengkap maka akan beriko terjadi salah
hanya nomr kamar.
obat.
2. Menurut peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 11 tahun
2017 tentang Keselamatan pasien
menjelaskan bahwa Pasien
diidentifikasi minimal menggunakan
dua identitas yaitu nama pasien dan
nomer Rekam medis pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien
4 Model Praktek keperawatan Post Conference bertujuan untuk
profesional mengevaluasi tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan
a Pre conferen sudah dilaksanakan
dan untuk mencari solusi atas hambatan
sudah dilaksanakan, sedangkan
yang terjadi dalam asuhan keperawtan
post conference belum terlaksana
dan perkembangan kondisi pasien.
secara rutin.
(Mahdarsari & Rachmah, 2019)
b Metode Tim yang ada di Ruang
Cendrawasih Atas belum sesuai
dikarenakan hanya ada satu ketua
tim saja.

5 Pengetahuan Pasien Tingkat pengetahuan pasien


merupakan salah satu indikator dari
1. Adanya data bahwa pasien
Mutu pelayanan Keperawatan. Hal ini
kelolaan yang ada di Ruang
juga nantinya berpengaruh terhadap
cendrawasih Atas adalah pasien
tingkat keberhasilan keluarga pasien
saraf yaitu pasien stroke non
dalam proses kesembuhan pasien
hemoragik dan stroke hemoragik
berjumlah 47,7%.
2. Dari lembar kuosioner
pengetahuan pasien tentang
147

penyakit stroke, dari 10 orang


keluarga yang menjawab
kuosioner, 8 diantaranya belum
mengetahui tentang penyakit dan
perawatannya di rumah, 2
menjawab menegerti tentang
penyakit dan perawatannya di
rumah.

B. PRIORITAS MASALAH
Metode untuk menentukan prioritas masalah dari hasil analisa data menggunakan
metode CARL. Metode CARL merupakan metode yang berdasarkan pada serangkaian
kriteria yang harus diberi skor 1-10.
Keriteria CARL yaitu :
1. C yaitu Capability, mempunyai arti adanya ketersediaan sumber daya (dana, sarana
dan peralatan).
2. A yaitu Accesbility , mempunyai arti kemudahan, masalah yang ada mudah diatas
atau tidak.
3. R yaitu Readines, mempunyai arti kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahliyan atau kemampuan dan motivasi.
4. L yaitu Laverage, mempunya arti seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Tabel 3.2
Prioritas Masalah Berdasarkan Hasil Analisa Data di Ruang Cendrawasih
Atas RSUD Ajibarang
No Masalah C A R L Skor Prioritas
1 Patient Safety

1. Tidak semua tempat tidur pasien yang beresiko


jatuh terpasang stiker kuning penanda resiko 9 9 7 8 4536 3
jatuh berat
148

2 SAK (Standar Asuhan Keperawatan):


1. SAK yang digunakan di ruang cendrawasih 8 8 7 8 3584 4
atas, masih menggunakan NANDA NIC
NOC.
3 Labeling:
1. Pelabelan pada loker obat pasien belum 9 8 8 8 4608 2
disertai identitas pasien sesuai dengan standar
patien safety (minimal 3 identitas pasien:
nama, tanggal lahir dan no. RM)
4 Model Praktek keperawatan profesional
1. Ronde Keperawatan belum terlaksana 9 9 6 7 3402 5
2. post conference belum terlaksana secaa rutin

5 Pengetahuan pasien
3. pasien kelolaan di cendrawasih atas yaitu pasien
stroke non hemoragik dan stroke hemoragik
berjumlah 47,7%.
4. lembar kuosioner pengetahuan pasien tentang 9 9 9 9 6561 1
penyakit stroke, dari 10 orang keluarga yang
menjawab kuosioner, 8 diantaranya belum
mengetahui tentang penyakit dan perawatannya
di rumah

Dari data prioritas di atas maka dapat terlihat bahwa urutan dari permasalahan yang ada di Ruang
Cendrawasih Atas yaitu :
1. Pengetahuan pasien

a pasien kelolaan di cendrawasih atas yaitu pasien stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik berjumlah 47,7%.
b lembar kuosioner pengetahuan pasien tentang penyakit stroke, dari 10 orang keluarga
yang menjawab kuosioner, 8 diantaranya belum mengetahui tentang penyakit dan
perawatannya di rumah
2. Labeling:
Pelabelan pada loker obat pasien belum disertai identitas pasien sesuai dengan standar
patien safety (minimal 3 identitas pasien: nama, tanggal lahir dan no. RM)
3. Patient Safety
Tidak semua tempat tidur pasien yang beresiko jatuh terpasang stiker kuning penanda
resiko jatuh berat
4. SAK (Standar Asuhan Keperawatan):
149

SAK yang digunakan di ruang cendrawasih atas, masih menggunakan NANDA NIC NOC
5. Model Praktek keperawatan profesional
a Pre dan post conference belum terlaksana secaa rutin
b Metode Tim yang ada di Ruang Cendrawasih atas hanya memiliki satu ketua tim saja.
150

C. ANALISA SWOT
Tabel 3.3
Analisa SWOT
NO ANALISA BOBOT RATING SKOR
(B) (R) (BXR)

Strenght (kekuatan)

1. Perawat sudah mengikuti berbagai pelatihan sehingga


0,15 4 0,6
dapat meningkatkan mutu pelayanan.

2. Proporsi tenaga kesehatan yang ada di ruang


Cendrawasih Atas, sudah mendukung adanya
0,15 4 0,6
keseimbangan antara pelayanan keperawatan baik
secara teoritikal dan praktikal

A 3. Adanya sentralisasi alat 0,15 4 0,6

4. Adanya sentralisasi obat


0,15 4 0,6

5. Ruang Cendrawasih Atas sudah melakukan discharge


0,2 4 0,8
planning pada saat pasien akan pulang

6. Ruang Cendrawasih Atas dalam pengambilan


keputusan sudah menerapkan sistem demokrasi yang 0,2 3 0,6
mana melibatkan semua perawat di ruangan.

Total 1 3,8

Weakness (kelemahan)

1. Belum memiliki visi misi ruangan. 0,2 3 0,6

2. Masih terdapat beberapa SAK yang masih belum


0,2 4 0,8
dituliskan.

3. SOP alat belum terpasang di setiap alat, hanya


beberapa yang sudah terpasang. 0,2 4 0,8
B
151

4. Fasilitas dan alat : Terdapat alat yang rusak, Belum


tersedianya alat pegangan di kamar mandi untuk 0,2 3 0,6
pasien risiko jatuh.

5. Pelabelan obat pada loker belum terpasang identitas


pasien

6. Pre dan Post Conference belum dilakukan secara


0,2 3 0,6
optimal.

Total 3,4
1

Opportunity (Peluang)

1. Ruang Cendrawasih Atas salah satu ruangan untuk


lahan praktik mahasiswa , sehingga RS bisa bekerja
sama dengan institusi pendidikan untuk
meningkatkan mutu pelayanan perawatan dan 0,25 4 1
dengan adanya peluang tersebut maka ruang
Cendrawasih Atas dapat memperbaharui keilmuan
terutama di bidang keperawatan
C 2. Adanya kerjasama dengan pihak asuransi kesehatan
seperti BPJS 0,25 4 1

3. Adanya alokasi dana yang di gunakan untuk


pendidikan dan Pelatihan yang diikuti perawat / 0,25 4 1
tenaga kesehatan

4. Menjadi RS rujukan dengan mengedepankan 0,25 4 1


pelayanan prima

Total 1 4

Threat (Ancaman)
152

1. Semakin bertambuhnya beberapa rumah sakit,


dengan persaingan dalam pemberian pelayanan prima
0,5 3 2
disertai sarana dan prasarana

2. Masyarakat sekarang sudah berpikir kritis dan juga


sudah mengerti mengenai Undang-Undang tentang 0,2 3 0,6
D
perlindungan konsumen.
Total 1 3,5

SKORING SWOT
S = 3,8 W = 3,4

S - W = 0,4

O=4 T = 3,5

O - T = 0,5

III I

W S

IV II

T
Keterangan :

- Bobot : Nilai maksimal masing-masing analisis


1.00 - Rating : Rentang nilai dari 1-4

4 : Sangat penting
3 : Penting
2 : Cukup penting
1 : Tidak penting
153

Berdasarkan diagram kartesius diatas menyatakan bahwa masalah


masuk kedalam kuadran I (Positif – positif ) yang memungkinkan untuk terus
melakukan kegiatan untuk memperbesar pertubuhan dan perkembangan
Rumah Sakit.
154

D. PERENCANAAN

N Masalah Program Sasaran Tujuan Kegiatan Indikator Waktu PJ Tempat


o Keberhasilan

1 Patient Pemasangan Seluruh Meminimal Menuliskan


1. Terpasangnya label Tanggal Kelompok Ruang
Safety identitas ( Nama, petugas di i identitas pasien identitas lengkap 28 2 Cendraw
TTL, RM) pasien Ruang meliputi nama diloker pasien Maret- 1 Mahasisw asih Atas
Cendrawasi sir
pada box obat pasien di setiap April a profesi
h Atas kesalahan 2.
loker obat 2022 Ners di
dalam Ruang
pemberian Cendrawa
obat sih Atas
155

Patient Pemasang Perawat Meminimali Memasang


1. tanda Terpasangnya
1. Tangga Kelompok Ruang
Safety an tanda memasan sir resiko jatuh pada tanda resiko jatuh l 28 2 Cendra
resiko g tanda terjadinya bed
2. pasien pada bed pasien Maret- Mahasiswa wasih
jatuh resiko resiko yang beresiko 1 April profesi Atas
jatuh pasien jatuh jatuh 2022 Ners di
pada bed dari tmpat Ruang
ruangan tidur Cendrawasi
Cendraw h Atas
asih Atas

3 SAK 3S Pembuata Perawat Meningkatka Menyusun SAK Terdapat SAK Tangga Kelompok Ruang
(SDKI, n SAK di Ruang n sesuai SDKI SLKI berdasarkan l 28 2 Cendra
SLKI, berdasark Cendraw standarisasi SIKI dan SDKI SLKI SIKI Maret- Mahasiswa wasih
an SDKI, dalam megkonsultasikan 1 April
SIKI) asih Atas profesi Atas
SLKI, dan pendokumen dengan 2022)
SIKI tasian asuhan pembimbing klinik Ners di
keperawatan Ruang
sesuai Cendrawasi
dengan h Atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
156

4 Model Pembuata Perawat Seluruh Pelaksanaan ronde Terlaksananya Tangga Kelompok Ruang
Praktek n video di Ruang perawat keperawatan ronde l 28 2 Cendra
Keperawa ronde Cendraw ruang keperawatan Maret- Mahasiswa wasih
keperawa Aster 1 April
tan asih Atas profesi Atas
atan dan memaha 2022)
profesiona post mi dan Ners di
l conferenc mampu Ruang
e melaksan Cendrawasi
akan h Atas
ronde
keperawa
tan
6 Tingkat Pmeberia Keluarga Meningka Memberikanpenyul Meningkatnya Tangga Kelompok Ruang
Penngetah n pasien di tnya uhan kepada pengetahuan l 30 2 Cendra
uan pasien Penyukuh Ruag pengetah keluarga pasien pasien tentang Maret Mahasiswa wasih
an tentang uan 2022
Cendraw Melatih Gerakan penyakit stroke profesi Atas
Stroke keluarga
asih Atas ROM pasif dan yang awalnya Ners di
pasien Aktif kepada tidak tau menjadi Ruang
tentang keluarga pasien
cara tau Cendrawasi
merawat h Atas
pasien
dengan
sakit
stroke
157

1. JADWAL KEGIATAN
1. N Nama kegiatan April
o
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1
.
1. Pre conference dengan pembimbing
2. Koordinasi dengan kepala ruangan
3. Pengkajian ruangan
4. Penyatuan data kajian yang didapatkan
5. Perumusan masalah
6. Konsultasi Proposal
7. Desiminasi Awal
8. Pembuatan label identitas pasien pada loker
obat
9. Pembuatan tanda resiko jatuh
10. Pembuatan SAK
11 Pemberian Penkes Tentang Stroke
12 Pembuatan Video pre dan post conferen
12. Evaluasi hasil intervensi
13. Penyusunan Pelaporan
14. Desiminasi Akhir
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian yang dilaksanakan selama kurang lebih 9 hari yaitu dari


tanggan 14 Maret 2022 sampai dengan tanggal 23 Maret 2022. Pengkajian yang
dilakukan menggunaan metode angket, studi dokumentasi, wawancara dan
observasi. Dari hasil pengkajian menghasilkan beberapa analisa data yang diangkat
berdasarkan perbedaan antara kajian teori dan data yang di dapat di Ruangan
Cendrawasih Atas. Adapun Analisa data yang diangkat antara lain yaitu
penggunaan label safety box, pemasangan tanda resiko jatuh, pemantapan teori
MPKP metode tm, pre dan post conference, pembuatan draf SAK menggunakan
SDKI SLI dan SIKI, serta peningkatan pengetahuan keluarga pasien tentang stroke
dan perawatannya di rumah.

A. DATA PRA IMPLEMENTASI


Pengkajian yang dilakukan selama kurang lebih 8 hari menghasilkan
Analisa data. Analisa data tersebut kemudian prioritaskan menggunakan
metode CARL dan dihasilkan permasalahan yang di seusaikan dengan kondisi
ruangan dan waktu pelaksanaan. Ruang Cendrawasih Atas merupakan salah
satu ruangan rawat inap di RSUD Ajibarang yang memiliki beberapa
keunggulan yang kemudian masuk dalam Analisa SWOT. Analisa SWOT ini
juga dijadikan pegangan untuk pelaksanaan implementasi. Hasil kajian Analisa
SWOT Ruang Cendrawasih Atas yaitu bahwa masalah masuk kedalam kuadran
I (Positif – positif ) yang memungkinkan untuk terus melakukan kegiatan untuk
memperbesar pertubuhan dan perkembangan Rumah Sakit.
159

Hasil prioritas masalah dari pengkajian yang dilakukan di Ruang


Cendrawasih Atas, yaitu :
1. Pengetahuan pasien
a. pasien kelolaan di cendrawasih atas yaitu pasien stroke non
hemoragik dan stroke hemoragik berjumlah 47,7%.
b. lembar kuosioner pengetahuan pasien tentang penyakit stroke, dari
10 orang keluarga yang menjawab kuosioner, 8 diantaranya belum
mengetahui tentang penyakit dan perawatannya di rumah
2. Labeling:
Pelabelan pada loker obat pasien belum disertai identitas pasien sesuai
dengan standar patien safety (minimal 3 identitas pasien: nama, tanggal
lahir dan no. RM)
3. Patient Safety
Tidak semua tempat tidur pasien yang beresiko jatuh terpasang stiker
kuning penanda resiko jatuh berat
4. SAK (Standar Asuhan Keperawatan):
SAK yang digunakan di ruang cendrawasih atas, masih menggunakan
NANDA NIC NOC
5. Model Praktek keperawatan profesional
a. Pre dan post conference belum terlaksana secaa rutin
b. Metode Tim yang ada di Ruang Cendrawasih atas hanya memiliki
satu ketua tim saja.
160

B. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sejak tanggal 24 Maret sampai dengan tanggal 1
April 2022. Setiap prioritas masalah di bentuk pokja dan diberi
penanggungjawab dari mahasiswa dan dari perawat Ruang Cendrawsih Atas.
Hal ini dikarenakan setiap persiapan dan pelaksanaan penyelesaian dari
prioritas masalah dapat di evaluasi secara rutin oleh perawat Ruang
cendrawasih Atas.
1. Pengetahuan pasien.
Implementasi dilakukan sejak tanggal 28 Maret 2022 sampai dengan
pelaksanaan penyuluhan kesehatan di tanggal 30 Maret 2022.
Persiapan awal yaitu dengan mempersiapkan satuan acara penyuluhan
(SAP) tentang penyakit stroke dan ROM. Setelah itu diteruskam
dengan pembuatan leaflet tentang stroke dan ROM. Sebagai reward
yang diberikan kepada peserta di siapkan juga hadiah-hadiah.
Penyuluhan Kesehatan tentang stroke dan Rom dilaksankaan pada hari
Rabu tanggal 30 Maret 2022. Pelaksanaannya dimulai sejak pukul
10.30 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB, dengan jumlah peserta 8
keluarga pasien Stroke. Pelaksanaan berjalan dengan lancer, peserta
mendengarkan dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Syamsudddin & Yunus (2020) yang menjelaskan bahwa tingkat
pengetahuan tentang perawatan pada keluarga pasien yang mengalami
stroke akan meningkatkan proses penyembuhan pasien.
2. Labeling
Pelabelan pada loker obat pasien yang ada di Ruang Cendrawsih Atas
hanya tertera nomor kamar tidur pasien,. Hal ini akan berakibat terjadi
kesalahan dalam pemberian obat atau tertukarnya obat pasien satu
dengan pasien yang lain. Kementerian Kesehatan RI, (2020b)
menjelaskan bahwa identita yang dipakai dalam kotak obat pasien
minimal 3 identitas yaitu nama, tanggal lahir dan nomer rekam medik.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kejadian salah pemberian obat pada
161

pasien yang dapat berakibat fatal atau memperparah penyakit yang di


derita oleh pasien.
Implementasi pada labeling diawali dengan mendesain bentuk dari
tempat identitas pasien, mencari bahan baku yang sesuai dengan
tempat obat yang ada di Ruang Cendrawasih Atas, menyusun dan
membuat tempat label identitas pasien. Kegiatan ini juga melibatkan
perawat Ruang Cendrawasih Atas agar pelaksanannya dapat mudah
dan dilanjutkan secara continue. Identitas yang di selipkan pada kotak
obat pasien berisi nama, nomor RM, dan tanggal lahir yang ditulis
dengan ketikan/label pasien. Dan dapat dibuang dan diganti dengan
pasien lain jika pasien pulang.

Gambar 3.1 kotak obat sebelum dilakukan perubahan bentuk identitas.


162

Gambar 3.2 Gambar Kotak obat setelah setelah dilakukan perubahan.

3. Patient Safety
Tidak semua tempat tidur pasien yang beresiko jatuh terpasang stiker
kuning penanda resiko jatuh berat. Secara persentasi sekitar 43,3%
pasien yang dirawat adalah pasien dengan diagnose Stroke Non
Hemoragik atau Stroke Hemoragik yang gejalanya adalah terjadinya
kelemahan anggota gerak. Tanda resiko jatuh penting dikarenakan
tanda ini adalah tanda bagi pasien dengan penangan safety yang lebih
ketat dibandingkan denga pasien tanpa tanda resiko jatuh. Keluarga
pasien juga diberi pengertian tentang hal-hal yang boleh atau tidak
boleh dilakukan oleh pasien dengna tanda resiko jatuh.
Implementasi kegiatan ini diawali dengan pengkajian resiko jatuh
terlebih dahulu kemudian di skor dan hasilnya dapat menjadi indikasi
pemasangan tanda resiko jatuh. Kegiatan ini secara rutin di lakukan
oleh perawat ruangan setiap ada pasien baru yang masuk ke Ruang
Cendrawasih Atas.
163

Gambar 3.3 Bed pasien resiko jatuh tanpa tanda resiko jatuh.

Gambar 3.4 Bed pasien yang telah terpasang tanda resiko jatuh.
4. SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
SAK yang digunakan di ruang cendrawasih atas, masih menggunakan
NANDA NIC NOC. Selaras dengan perkembangan ilmu keperawtan
maka disusunlah standar asuhan keperawatan yang terbaru dengan
menggunakan Standar Diagnosisi Keperawatan Indonesia (SDKI),
Standar Luaran Indonesia (SLI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesi (SIKI) yang telah di sahkan dalam Kemenkes RI No
HK.01.07/MENKES/425/2020. Dengan adanya dasar hukun dalam
164

pemakaiana SAK maka diperlukan perubahan SAK yang ada di Ruang


Cendrwasih Atas.
Implementasi dalam kegiatan ini melalui beberapa proses yaitu
penentuan 10 besar penyakit yang ada di Ruang Cendrawasih Atas,
penentuan diagnose keperawtan yang sesuai dengan 10 besar penyakit
yang ada, penentuan tentang SLI dan SIKI yang sesui dengan kondisi
pasien, penyusunan draf SAK, evaluasi draf SAK yang diajukan oleh
mahasiswa, kemudia terakhir yaitu pengiriman draft SAK kepada
komite keperawatan yang harapannya dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam penyusunan SAK.

Gambar 3,5 Draft SAK yang ada di Ruangan memakai NANDA,


NOC, NIC.
165

Gambar 3.6 Draft SAK menggunakan SDKI, SLI, dan SIKI

5. Model Praktek Keperawatan Profesional

Metode tim yang ada di Ruang Cendrawasih Atas belum maksimal


Metode tim perawat di Ruang Cendrawasih Atas masih dengan satu
tim hal ini dikarenakan jumlah perawat yang ada tidak mencukupi
untuk membentuk dua ketua tim. Kondisi ini berakibat pembagian
tanggungjawab ketua tim dengan jumlah tempat tidur pasien ada
dilimpahkan ke satu ketua tim saja. Sumarni & Susanti (2020)
menjelaskan bahwa erawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua
klien yang ada didalam timnya dan merencanakan perawatan klien.
Tugas ketua tim antara lain mengkaji anggota tim lain, memberi
arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, dan
mengoordinasikan aktivitas klien. Akibatnya akan beresiko terhadap
kinerja yang menurun dikarenakan tanggungjawab yang besar pada
satu ketua tim saja. Kegiatan pre dan post conference belum
dilaksanakan dengan maksimal hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu
adanya kegiatan visite dokter spesialis yang tidak tetap jam nya dan
dengan jumlah serta jenis pasien yang tidak tetap dikarenakan adanya
pelimpahan pasien dari ruangan lain.
166

Implementasi dalam permasalahan ini yaitu dengan mengadakan


seminar internal yang berjudul “sharing session metode tim, pre dan
post conference”. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret
2022 di mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 10.00 secara
oline menggunakan zoom. Dalam kegiatan ini di bahas secara detail
tentang metode tim, pre dan post conference. Dalam sesi diskusi juga
diterangkan oleh narasumber tentang trik, masukan serta saran dalam
menyelesaikan permalahan terkait metode tim, pembagian tugas, dan
kendala keterampilan individu yang ada di Ruang Cendrawasih Atas.
C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan selama 3 hari yaitu sejak tanggal 30 Maret 2022 hingga 1
April 2022. Secra keseluruhan hasil evaluasi dari impelmetasi yang telah
dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pengetahuan Pasien Tentang Stroke, Perawtannya Di Rumah Dan ROM.
Tujuan dari diadakannya impelmentasi penyuluhan kesehatan tentang
penyakit stroke, penangannya di rumah dan ROM diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga pasien dalam merawat pasien di
rumah. Evaluasi dilakukan dengan cara mananyakan Kembali tentang
materi penyuluhan Kesehatan yang telah diadakan serta mengevaluasi
keluarga pasien dalam melaksanakan gerakan ROM pada pasien dengan
kelemahan ektermitas.
2. Pembuatan Tempat Label Identitas Pasien Di Kotak Obat.
Tempat untuk memberi identitas pasien pada kotak obat paisen di buat agar
dapat di ganti ulang jika pasien juga berganti. Pemberianidentitas
dilakukan oleh perawat yang sedang berjaga dengan mengisi nama, nomer
rekam medis dan tanggal lahir. Hal ini diharapkan dapat berlanjut untuk
waktu yang lama dikarenakan fungsinya sangat penting agar tidak terjadi
salah pemberian obat pasien.
3. Pemasangan Tanda Resiko Jatuh
Pemasangan tanda resiko jatuh pada tempat tidur pasien diawali dengan
dilakukan pengkajian resiko jatuh dengan menggunakan format
167

pengkajian yang sudah disediakna di ruangan. Setelah dilakukan


pengkajian jika pasien tersebut masuk dalam kategori resiko jatuh maka
dilakukan pemasngann tanda resiko jatuh pada tempat tidur pasien.
Pemberian informasi kepada keluarga pasien atau yang menungu tentang
tindakan-tindakan yang boeh dan tidak boleh dilakukan dan memantau
pasien jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalkan jatuh dari tempat
tidur maka harus segera melaporkan ke perawt yang sedang bertugas. Hal
ini diharapkan dilakukan berlanjut dikarenakan fungsinya yaitu sebagi
tanda kewaspadaan perawat terhadap pasien.
4. Pembuatan drat SAK
Pembuatan draft SAK yang telah disesuaikan dengan Standar Diagnosis
keperawatan Indonesi (SDKI) diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
proses asuhan keperawatan di Ruang Cendrawasih Atas. Proses SAK
sampai dengan dapat digunakan di rungan tentunya tidak bisa langsung,
hal ini dikarenakan melaui proses pengesahan oleh Komite Keperawatan
yang ada di RSUD Ajibarang.
5. Pemantapan Metode Tim,, pre dan post conference
Pelaksanaan metode tim dengan jumlah tenaga perawat yang ada di Ruang
Cendrawasih dilakukan dengan menggunakan modifikasi-modifikasi
tertentu yang bertujuan untuk memunculkan formulasi yang tepat sehingga
tercipta pelayanan yang komprehensif. Beberapa modifkasi juga bertujuan
untuk membagi tanggungjawab terhadap pelayanan keperawatan kepada
pasien sehingga tidak menunpuk pada satu orang saja. Kegiatan pre dan
post conference dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.

D. HAMBATAN
Hambatan utama pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan di Ruang
Cendrawasih Atas daripengkajian, implemnetasi, dan evaluasi adalah
kurangnya waktu yang tersedia. Hal ini dikarenakan banyaknya data yang
harus dikaji diolah kemudian di simpulkan. Pelaksaan implementasi yang
singkat harapannya dapat mencakup semua kegiatan dalam semua
168

permasalahan yang telah di analisis. Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari


dapat berpotensi terjadinya proses implementasi yang kurang maksimal.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan praktek manajemen keperawatan di Ruangan
Cendrawasih Atas RSUD Ajibarang dimulai pada tanggal 14 Maret 2022
sampai dengan tanggal 1 April 2022. Pengkajian yang dilaksanakan selama
kurang lebih 9 hari yaitu dari tanggan 14 Maret 2022 sampai dengan tanggal
23 Maret 2022. Pengkajian yang dilakukan menggunaan metode angket, studi
dokumentasi, wawancara dan observasi. Dari hasil pengkajian menghasilkan
beberapa analisa data yang diangkat berdasarkan perbedaan antara kajian teori
dan data yang di dapat di Ruangan Cendrawasih Atas. Adapun Analisa data
yang diangkat antara lain yaitu penggunaan label safety box, pemasangan tanda
resiko jatuh, pemantapan teori MPKP metode tm, pre dan post conference,
pembuatan draf SAK menggunakan SDKI SLI dan SIKI, serta peningkatan
pengetahuan keluarga pasien tentang stroke dan perawatannya di rumah.
Masalah-masalah yang ditemukan sudah dilakukan intervensi oleh kelompok,
yaitu:
1. Pelaksanaan penyuluhan Kesehatan tentang stroke, perawatan dan
ROM yang sasarannya adalah keluarga pasien.
2. Pembuatan tempat label identitas pada kotak obat pasien yang
bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian
obat oleh perawat.
3. Perutinan Kembali pemasangan tanda resiko jatuh yang diawali
dengan pengkajian resiko jatuh dan pemberian informasi tambahan
kepada keluarga yang menunggu yang bertujuan menghindari resiko
pasien jatuh.
4. Pembuatan draft SAK yang disesuaikan dengan SDKI, SLI, dan SIKI
yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan yang ada di Ruang Cendrawasih Atas.
170

5. Pemantapan metode tim, kegiatan pre dan post conference


dilaksanakan dengan beberapa modifikasi agas sesuai dengan kondisi
tenaga perawat yang ada di Ruang Cendrawasih Atas.

B. SARAN
1. Bagi rumah sakit
Melakukan evaluasi terhadap system mpkp yang digunakan oleh perawat
di ruang rawat inap
2. Bagi ruang rawat inap
a. Melakukan penggunaan label pada kotak obat
b. Melakukan pengkajian dan perutinan untuk tanda resiko jatuh
c. Kegiatan pre dan post conference untuk melakukan evaluasi
terhadap kegiatan asuhan keperawatan yang t elah dilakukan.
d. Penyuluhan kesehatan terhadap keluarga pasien demi proses
kesembuhan pasien
e. Menggunakan alat sesuai dengan SOP yang telah disediakan

f. Pertahankan/tingkatkan keramahan kepada klien untuk

mempertahankan rasa kepuasan pasien

g. Mengadakan pendidikan kesehatan secara rutin dan terjadwal

terhadap klien dan anggota keluarga dalam rangka

mengoptimalkan mutu asuhan keperawatan yang di berikan.

h. Seluruh warga Rumah Sakit (tenaga medis, dan non medis, pasien

dan keluarga pasien) menjaga fasilitas yang sudah disediakan oleh

Rumah Sakit

3. Bagi mahasiswa
Proses pembelajanran bagi mahasiswa dari teori-teori yang di dapat di
proses akademis ke dalam proses penerapan di lapangan
171

C. KESAN
1. Kelompok mendapatkan pengalaman yang berharga selama dinas di

ruangan Cendrawsih Atas, dimana kelompok mendapat pengetahuan

dan pengalaman bagaimana memenejeman suatu ruangan bedah rawat

inap serta proses-proses yang berjalan dalam sebuah ruangan

2. Perawat di Cendrawasih Atas dapat menerima kehadiran tim

manajemen Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa dengan terbuka,

kepala ruang, katim dan perawat lainnya banyak memberikan

masukan, dukungan dan fasilitas untuk kelompok agar kelompok

dapat menjalankan tugas dengan baik.

3. Perawat di ruang Cendrawasih Atas mengajarkan kepada kelompok

untuk memanajemen waktu dengan baik contoh datang tepat waktu

agar proses keperawatan di lakukan sesuai waktu yang telah di

jadwalkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ananta, G. P., & Dirdjo, M. M. (2021). Hubungan Antara Beban Kerja

DenganKinerja Perawat Di Rumah Sakit Suatu Literature Review. 2(2),

928–933.

Andita, V., Hermawat, W., & Sri, N. (2019). PENGARUH JUMLAH

PELAYANAN RAWAT JALAN, RAWAT IGD DAN RAWAT INAP

TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

(RSUD) CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA. 14(2).

Artanti, S., & Prajayanti, H. (2020). Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan

Puskesmas Buka Sampai Ndalu ( Posdalu ) di Puskesmas Jenggot Kota

Pekalongan Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang

timbul sebagai akibat dari kinerja kesehatan yang diperolehnya setelah

pasien. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 7(1), 46–50.

Basri, B., Utami, T., & Mulyadi, E. (2020). Konsep Dasar Dokumentasi

Keperawatan (1st ed.). Media Sains Indonesia.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=uiwNEAAAQBAJ&oi=fnd

&pg=PA1&dq=Dokumentasi+keperawatan+adalah&ots=VYbkapxgUR&sig

=BUqks7Tij8C1qebINenrA3AcqTo&redir_esc=y#v=onepage&q=Dokument

asi keperawatan adalah&f=false

Brension, R., Afiyanti, Y., & Syafwani, M. (2022). PENGALAMAN KEPALA

RUANGAN DALAM MENGELOLA RUANGAN YANG MERAWAT PASIEN

COVID 19. 4(1).

Damanik, R. K. (2020). PENGEMBANGAN DESAIN SYSTEM INFORMASI


173

MANAJEMEN KEPERAWATAN. Ahlimedia Press.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=u7sPEAAAQBAJ&oi=fnd

&pg=PP1&dq=Mesin+(machine)+adalah+alat+mekanik+atau+elektrik+yang

+mengirim+atau+mengubah+energi+untuk+melakukan+atau+membantu+pel

aksanaan+tugas+manusia.+Dengan+demikian,+mesin+digunakan+untu

Darmawan. (2020). Manajemen Rumah Sakit “Informasi Cakupan Capaian

Target Pelayanan, Manajemen Mutu, Manajemen Efisiensi Pelayanan, Biaya

Ekonomi penyakit, Pendidikan dan Pelatihan Di Rumah Sakit. Penerbit

Adab.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=e0wyEAAAQBAJ&oi=fnd

&pg=PA1&dq=Penilaian+efisiensi+pelayanan+berkaitan+dengan+pemanfaa

tan+tempat+tidur+yang+tersedia+di+rumah+sakit,+serta+efisiensi+pemanfa

atan+penunjang+medik+rumah+sakit.+Ada+beberapa+indikat

EduNers, T. (2021). Buku Pengayaan Uji Kompetensi Manajemen Keperawatan.

Health Book Publishing.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=gzsfEAAAQBAJ&oi=fnd&

pg=PA15&dq=Metode+CARL+dalam+manajemen+keperawatan&ots=ZhDI

tO5pwk&sig=Ege82sR7rO7TbX3wuuLs7Vq5beY&redir_esc=y#v=onepage

&q=Metode CARL dalam manajemen

Gloria, J. T. (2020). KONSEP DIAGNOSA KEPERAWATAN DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN.

Herawati, A. S. (2021). Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap di Rs Ibnu Sina

Makassar Tahun 2016, 2017, dan 2018 (Melalui Pendekatan Barber-


174

Johnson) Analysis. 4(2), 121–127. https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3

Hidayah, A. N. (2019). PENGERTIAN PASIEN.

038a779aa80011ec91b1bba3c7ead983

Kemenkes, R. (2019a). Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 26

Tahun 2019 Tentang Keperawatan. Kemenkes RI, Nomor 65(879), 1–159.

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__26_Th_219_tt

g_Peraturan_Pelaksanaan_UU_Nomor_38_Tahun_2014_tentang_Keperawat

an.pdf

Kemenkes, R. (2019b). PERMENKES NOMOR 4 TAHUN 2019 TENTANG

STANDARTEKNIS PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR PADA

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN. 3, 1–9.

Kementerian Kesehatan RI. (2017a). PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

KESELAMATAN PASIEN DENGAN.

Kementerian Kesehatan RI. (2017b). PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BIDANG KESEHATAN.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN

RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/425/2020 TENTANG

STANDAR PROFESI PERAWAT.


175

Mahdarsari, M., & Rachmah. (2019). Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit.

ICJ (Initium Community Journal) Online ISSN, 2(2), 2798–9143.

https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.22765

Meirawaty, G., & Yudianto, K. (2019). Field Experience : Manajemen Strategis

pada Proses Manajemen Keperawatan. Media Karya Kesehatan, 2(2).

https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.22765

Mulyono, A., Indriyani, P., & Ningtyas, R. (2020). Literatur Review: Pengaruh

Terapi Distraksi Audiovisual Pada Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia

Prasekolah Saat Hospitalisasi. Journal of Nursing and Health, 5(2), 108–115.

https://doi.org/10.52488/jnh.v5i2.124

Nabawi, R. (2019). Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Beban

Kerja Terhadap Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister

Manajemen, 2(2), 170–183. https://doi.org/10.30596/maneggio.v2i2.3667

Nurlina, Anwar, R., & Nurfajianti. (2021). HAKIKAT PENDIDIK DAN ANAK

DIDIK. https://osf.io/6s9tq

Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Frasisca, D. S., Sitanggang, Y. F., Pranata, E. I., &

Daeli, N. E. (2020). Keperawatan Komunitas (A. Karim (ed.); 1st ed.).

Yayasan Kita Menulis.

Pangkey, B. C. A., Hutapea, A. D., Simbolon, Dauli, Sitanggang, & Ferawati, Y.

(2021). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_Dasar_Dokumentasi_Kepera

watan/DowyEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Purwaningsih, K. . (2020). PENGARUH DISTRAKSI AUDIO VISUAL KAJIAN


176

ISLAM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

TOTAL KNEE REPLACEMENT DI RS ORTOPEDI.

Siburian, R., Lukman, S., & Kurniawati, L. (2020). ANALISIS PENERAPAN

STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR

KECAMATAN MENTENG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT

PROVINSI DKI JAKARTA. 3, 1–19.

Sihombing, R. M., Tahulending, Sara, P., Agustine, U., Rumerung, C. L.,

Hutapea, A. D., Manalu, N. V., Simbolon, I., Purba, A. M. V., Patrisia, I.,

Sulung, E. W. S. N., & Purba, D. H. (2021). Manajemen Keperawatan (1st

ed.). Yayasan Kita Menulis.

https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Keperawatan/8QgeEA

AAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Sinambela, L. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun Tim

Kerja yang Solid Untuk Meningkatkan Kinerja. PT Bumi Aksara.

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=_AUlEAAAQBAJ&oi=fnd

&pg=PR19&dq=Pandangan+teori+manajemen+adalah+bagaimana+manaje

men+dapat+berhasil+sehingga+membawa+sebuah+perubahan+atau+dapat+

memperbaiki+dimana+hal+tersebut+merupakan+tujuan+dari+Organisasi+

Siska, D., & Hendri, S. (2018). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kepuasan Kerja Perawat pada RSUD Wamena di Papua , Indonesia.

4(April), 27–42.

Sitorus, N., Ketaren, O., & Sirait, A. (2021). Faktor Yang Berhubungan Dengan

Mutu Pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Tk Iii Tebing Tinggi Tahun


177

2021. Journal of Healthcare …, 7(2), 1299–1308.

http://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/1694

Sumarni, T., & Susanti, I. H. (2020). MANAJEMEN KEPERAWTAN. PROGRAM

STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA.

Supardi. (2018). Pengarahan dan Pelatihan Pengembangan SDM Untuk

Meningkatkan Kinerja Pada PT Simed Prakarsa Indonesia. Jurnal Inovasi

Pendidikan Ekonomi, 8(2), 127–135. Jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi

Available at h

Susanti, I. H., Sumarni, T., & Kurniawan, W. E. (2021). Buku Panduan Profesi

Ners Stase Manajemen Keperawatan Uninversitas Harapan Bangsa.

Syamsudddin, F., & Yunus, P. (2020). Tingkat pengetahuan dan dukungan

keluarga terhadap perawatan lanjutan pada pasien pasca stroke. 4.

Warashati, D., Novieastari, E., & Tuti Afriani, T. (2020). OPTIMALISASI PERAN

DAN FUNGSI KEPALA RUANGAN DALAM PELAKSANAAN SOSIALISASI

REGULASI DAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL KESELAMATAN

PAS. 6, 70–136.
LAMPIRAN
179

LAMPIRAN 1 :
SAP PENYULUHAN KESEHATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT STROKE DAN


PENTINGNYA LATIHAN ROM BAGI PENDERITA PASCA STROKE

DI RUANG CENDRAWASIH ATAS RSUD AJIBARANG

Oleh:

Kelompok 2

Afriyanti,S.Kep : 210104005 Leli Ngatikoh,S.Kep : 210104062


Akhmad Sahlan,S.Kep : 210104007 Natalia JM,S.Kep : 210104070
Amrik Guntama,S.Kep : 210104010 Siti Syah Sholati,S.Kep : 210104096
Dwi Septi,W,S.Kep : 210104033 Sri Susanti,S.Kep : 210104099
Hernowo Budi S,S.Kep : 210104052 Sugiyah,S.Kep : 210104100

PRAKTIK PROFESI NERS STASE MANAGEMEN KEPERAWATAN


PROFESI UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2022
180

SATUAN ACARA PENYULUHAN STROKE DAN PENTINGNYA ROM


UNTUK PEMULIHAN PASCA STROKE
Topik : PENYAKIT STROKE DAN ROM

Sub Topik : PENYAKIT STROKE DAN ROM

Tempat : Ruang Cendrawasih atas


Sasaran : keluarga penderita stroke
Hari/Tanggal : Rabu, 30 Maret 2022
Pukul : 10.00 WIB

Alokasi waktu : 45 Menit


1. Tujuan

a) Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan keluarga penderita


Stroke memahami tentang penyakit stroke dan pentingnya latihan ROM
bagi penderita stroke

b) Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan pasien dan keluarga dapat:


1. Menjelaskan macam-macam stroke
2. Menjelaskan gejala stroke
3. Menjelaskan penyebab stroke
4. Menjelaskan pencegahan stroke
5. Menjelaskan makanan yang harus dihindari oleh penderita stroke
6. Menyebutkan pengertian ROM
7. Menyebutkan tujuan ROM
8. Menyebutkan manfaat ROM
9. Macam-macam gerakan ROM
10. Metode
Metode yang digunakan diskusi dan tanya jawab
11. Materi
Terlampir
181

12. Rencana Kegiatan Penyuluhan


No Acara Kegiatan Waktu

1 Persiapan Mempersiapkan alat dan media 5 menit

2 Pembukaan 1. Memberi salam 5 menit

2. Memperkenalkan diri

3. Membina hubungan saling percaya

4. Menyampaikan kontrak waktu

5. Menyampaikan tujuan
Inti acara 1. Menjelaskan macam-macam stroke 30 menit

2. Menjelaskan gejala stroke

3. Menjelaskan penyebab stroke

4. Menjelaskan pencegahan stroke

5. Menjelaskan makanan yang harus dihindari


oleh penderita stroke

6. Menyebutkan pengertian ROM

7. Menyebutkan tujuan ROM

8. Menyebutkan manfaat ROM

9. Macam-macam gerakan ROM


Penutup 1. Merangkum materi 5 menit

2. Mengajukan pertanyaan untuk evaluasi

3. Memberikan feedback

4. Melakukan terminasi

5. Memberikan salam
182

6. Evaluasi :

1. Evaluasi Struktur

a) Kesiapan mahasiswa memberi materi penyuluhan

b) Media dan alat memadai

c) Pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang penyuluhan

2. Evaluasi proses

a) Kesiapan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal yang direncanakan

b) Mahasiswa berperan aktif selama proses penyuluhan

c) Tidak ada pasien atau anggota keluarga yang meninggalkan tempat saat
penyuluhan

d) Keluarga pasien dan pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab


pertanyaan dengan benar.
3. Evaluasi Hasil

a) Setelah mengikuti penyuluhan maka keluarga pasien mengerti tentang:


harus dihindari oleh
1. macam-macam stroke
penderita stroke
2. gejala stroke
6. Menyebutkan pengertian
3. penyebab stroke ROM
4. Menjelaskan pencegahan 7. Menyebutkan tujuan ROM
stroke
8. Menyebutkan manfaat ROM
5. Menjelaskan makanan yang
9. Macam-macam gerakan ROM
a) Penyaji/ pemberi penyuluhan dapat menjalankan tugas sesuai dengan
kewajibanya.
b) Peserta mampu mengikuti jalanya penyuluhan dengan baik dan antusias.

Lampiran Materi

1. .Pengertian Penyakit Stroke


183

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan


peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian.( Batticaca, Fransisca B.2008 hlm:56)
2. Macam-macam stroke (CVA)
1. CVA INFARK : tersumbatnya pembuluh darah otak yang disebabkan karena
adanya plak

2. CVA BLEDDING : karena adanya pecah pada pembuluh darah otak

3. Gejala Stroke
Kenali gejala stoke dengan kata “WASPADA”
1. Wajah perot
2. Anggota gerak lemah
3. Sensibilitas atau rasa raba terganggu separuh
4. Pelo atau bicara tidak jelas
5. Afasia atau sukar berkomunikasi
6. Disorientasi atau bingung mendadak
7. Apabila ada salah satu gejala diatas segera ke RS
8. Penyebab Stroke
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.

2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.

3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.

4. Faktor resiko medis : hipertensi (tekanan darah tinggi), Kolesterol, Gangguan


Jantung, Diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga.

5. Faktor resiko perilaku : merokok, makanan tidak sehat, alkohol, kurang


olahraga.

6. Pencegahan Stroke

1. Periksa tekanan darah secara rutin. Riset menunjukkan, rajin kontrol


mengurangi 40 persen risiko stroke.

2. Singkirkan tembakau. Hasil studi memperlihatkan, menjauhi tembakau


184

mengurangi risiko stroke sampai 33 persen.

3. Lakukan latihan olahraga. Riset menunjukkan, mereka yang mulai latihan pada
usia antara 25-40 tahun, risikonya terserang stroke berkurang 57 persen.
Sedangkan yang mulai latihan saat usianya 40-55 tahun, kesempatannya 37
persen lebih baik untuk terhindar dari stroke.

4. Konsumsi makanan yang bergizi

5. Kurangi makanan berlemak.

6. Jauhi alkohol.

7. Makanan yang harus dihindari

1. Makanan berlemak

2. Makanan daging asap

3. Minuman bersoda

4. Minuman berkafein

5. Makanan yang neryodium tinggi atau makanan yang terlalu asin

1. Pengertian Rom (Range Of Motion)

Range of motion (ROM) adalah tindakan atau latihan otot dan persendian
yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena
penyakit, disabilitas atau trauma.
2. TUJUAN ROM (Range Of Motion)
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :

1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan


otot

2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan

3. Mencegah kekakuan pada sendi

4. Merangsang sirkulasi darah

5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.


185

1. MANFAAT ROM (Range Of Motion)


Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan

2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot

3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi

4. Memperlancar sirkulasi darah

5. Memperbaiki tonus otot

6. Meningkatkan mobilisasi sendi

7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

1. PRINSIP LATIHAN ROM (Range Of Motion)

Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :

1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali


sehari

2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan


pasien.

3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur


pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.

4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah


leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada


bagian- bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.

6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah


mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

1. JENIS - JENIS ROM (Range Of Motion) ROM dibedakan menjadi


dua jenis, yaitu :

1. ROM Aktif
186

ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)


dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif). Keuatan otot 75 %.Hal ini untuk melatih kelenturan dan
kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di
seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri
secara aktif.

2. ROM Pasif

ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien
pasif). Kekuatan otot 50 %.

Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,


pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008).

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot- otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi
yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh
atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

1. Macam-macam Gerakan ROM

Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :

1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.

2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.


187

3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.

4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.

5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.

6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.

7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak


membentuk sudut persendian.

8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak


membentuk sudut persendian

9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan


bergerak ke bawah.

10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan


tangan bergerak ke atas.

11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari


tangan pada tangan yang sama.
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari
gerakan pada persendian sebagai berikut :
a) Leher, Spina, Serfikal

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

b) Bahu
188

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,

Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°


menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,

Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90


lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala,

Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°


penuh,

c) Siku

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
189

Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°


tangan,

d) Lengan bawah

Gerakan Penjelasan Rentang


Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,

Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-90°


telapak tangan menghadap ke bawah,

e) Pergelangan tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan telapak tangan ke rentang 80-90°
sisi
bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-90°
sehingga jari-jari, tangan, lengan
bawah berada
dalam arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal rentang 89-90°
ke

belakang sejauh mungkin,


Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring rentang 30°
ke

ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring rentang 30-50°
ke

arah lima jari,

f) Jari- jari tangan


190

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30°
satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

7 Ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari menyilangrentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama. -

1. Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°
tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
rentang 30-50°
posisi media dan melebihi jika
mungkin,
191

Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah


rentang 90°
dalam tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi
rentang 90°
tungkai lain.

Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -

2. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang 120-130°
belakang paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
3. Mata kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 20-30°
jari
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 45-50°
jari
kaki menekuk ke bawah,

4. Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Inversi Memutar telapak kaki Rentang 10 °
kesamping dalam
Eversi Menutar telapak kaki Rentang 10 °
kesamping liar

5. Jari-Jari Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang 30-60°
bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi rentang 15°
Menggerakkan jari jari satu denga
yang lain
192

Adduksi Merapatkan kembali bersama- rentang 15°


sama,
193

Daftar Pustaka

Mawarti, H., & Farid. (2012). Pengaruh latihan ROM (Range Of Motion) pasif
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke dengan
hemiparase. http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/eduhealth/article/
diunduh tanggal 29 Agustus 2017.

Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta
: EGC. 2005.

Reese , Nancy Berryman, William D. Bandy, Ph.D. 2009. Joint Range of Motion
and Muscle Length Testing
194

LAMPIRAN 2 :
LEAFLET STROKE

a)
195

LAMPIRAN 3:
BAP PENYULUHAN KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO JL. Raden Patah No.


100 Ledug Kec. Kembaran, Purwokerto Telp (0281) 6843493

BERITA ACARA PELAKSANAAN IMPLEMENTASI MANAGEMEN


KEPERAWATAN KELOMPOK II RUANG CENDRAWASIH ATAS

TENTANG

PENYULUHAN PENYAKIT STROKE DAN MANFAAT ROM PADA


PASIEN PASCA STROKE

Menerangkan bahwa pada hari ini, telah dilaksanakan pendidikan kesehatan


tentang penyakit stroke dan pentingnya ROM pada pasien pasca stroke :
Hari : Rabu
Tanggal : 30 Maret 2022
Jam : 10.30 s/d selesai
Tempat : Ruang Cendrawasih Atas
Materi : Penyakit stroke dan manfaat ROM pada pasien
pasca stroke
Jumlah Peserta yang hadir : 8 keluarga pasien
Jumlah Peserta yang tidak hadir : Tidak ada
Keluarga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan Penyakit stroke dan manfaat
ROM pada pasien pasca stroke
Demikian berita acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya
untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ajibarang, 30 Maret 2022
Penanggung jawab kegiatan

(Hernowo Budi Santoso,S.Kep)


196

LAMPIRAN 4 :
FOTO KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN
197

LAMPIRAN 5 :
NOTULEN ZOOM SHARING SESSION METODE TIM, PRE DAN POST
CONFERENCE
NOTULEN

Hari/Tanggal : Kamis/31 Maret 2022

Acara : “ Zoom Sharing Sessions Metode Tim, Pre dan Post Conference’

SUSUNAN ACARA :

1. PEMBUKAAN
2. PAPARAN MATERI
3. DISKUSI
4. PENUTUP

1. PEMBUKAAN
Pembukaan acara “ Zoom Sharing Sessions Metode Tim, Pre dan Post
Conference’ dengan bacaan Basmalah yang dipimpin oleh pembawa acara.

2. PAPARAN MATERI
Pemaparan materi tentang Metode Tim, Pre dan Post Conference oleh Bu. Indri
Heri Susanti.

3. DISKUSI
Pertanyaan 1 Bagaimana mengatur kegiatan pre dan post conference pada metode
Hernowo BS tim dalam kondisi dokter spesialis visit di jam operan jaga ?
Jawban Bu indri 1. Modifikasi jam pre dan post conference yang di sesuaikan dengan pre dan
post conference
2. Menggunakan motode yang lebih cepat.
198

3. Ketua tim mempunya PA yang sudah di percaya untuk melakukan


kegiatan pre dan post conference
4. Saat operan jaga langsung dibagi jobdes nya
5. Pre dan post conference dilakukan dengan kondisi yang disesuaikan
dengan ruangan dikarenakan petingnya kegiata pre dan post
conference.
Pertanyaan 2 Bagaimana metode tim dapat dilakukan menginat jumlah tenaga
Akhmad sahlan perawat yang terbatas di puskesmas dan metode apa yang pas jika di
lakukan di puskesmas

Jawaban Bu indri 6. Dikaji dulu 5 M ( man, money, method, material, market) untuk lingkup
puskesmas
7. Metode yang tepat adalah metode fungsional jika di puskesmas,
mengingat jenis kegiatan dan jumlah tenaga perawat yang ada.
8. Jika anak menggunakan metode tim maka harus di modifikasi dan
disesuaikan dengan kegiatan yang ada di puskemas.

Pertanyaan 3 Bagaimanna memaksimalkan metode tim dengan kondisi jumlah tenaga


Primanita ulfah perawat yang ada.
Jawaban bu Indri 9. Tentukan tingkat kemempuan dari individu yang ada dengan cara
membuat jadwal yang sama selama kurang lebih 1 bulan.
10. Setelah itu akan terlihat kemampuan masing-masing perawat yang
berjaga.
11. Mencari solusi atas kendala kemampuan individu yang memiliki
keterbatasan dengan cara memberikan TOT secara langsung untuk
mengatasi ketidakmampuannya.
12. Metode tim yang dilaksanakan harus sesuaid dengan teori sehingga beban
kerja dapat terbagi dengan baikd an adil.
13. Memodifikasi anggota shif yang berjaga sesuai dengan kemapuan dari
petugas.
Pertanyaan 4 Bagaimana mengatasi konflik yang terjadi antar PA yang ada di dalam
Sugiyah ruangan.
199

Jawaban bu Indri 14. konsultasikan kepada kepal ruang.


15. Perawat yang sering kinerjanya turun di beri jadwal pagi terus atau perawt
siaga agar terpantau kegitannya.
16. Memberikan punismen dan reward yang sesuai dengan kinerja yamg
tujuannya agar memingkatkan kinerja.

Pertanyaan ke 5 Hal apa yang bisa dimaksimalkan di dalam metode tim dengan kondisi
Bu.widyandi jumlah tenaga perawat yang minimal.
Jawaban Bu indri 17. Membuat jadwal yang sama selama 1 bulan atau lebih agar terlihat
kemampuan dari setiap individu.
18. Memntau dan memberikan pelatihan secara langsung kepada petugas
perawat yang kemampuannya masih kurang.
19. Memaksimalkan kemampuan petugas dengan memberikan pelatihan-
pelatihan yang disesuaikan dengan kondisi ruangan.
20. PENUTUP
Penutupan acara “ Zoom Sharing Sessions Metode Tim, Pre dan Post
Conference’ dilakukan oleh pembawa acara dengan acaan hamdalah.

Ajibarang, 31-3-2022
Notulen Ketua Panitia

Natalia Jayanti mandasari Hernowo Budi Santoso


NIM.210104070 NIM.2101040
200

Dokumentasi foto :

c
201

Lampiran 6
Draft SAK Ruang Cendrawasih Atas

U
NO RM :
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN KEPERAWATAN
BANGSA Nama :............................................................ L/P

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TGL/ DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF
JAM & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
202

RESIKO JATUH . (D.0143) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama


Definisi: ..........x 24 jam, maka tingkat jatuh menurun t PENCEGAHAN JATUH. ( I.14540 )
Berisikomengalamikerusakan fisik dengan Kriteria hasil:
Observasi
dan gangguan kesehatan akibat
TINGKAT JATUH (KODE SLKI L 14138)
terjatuh. □ Identifikasi Faktor risiko jatuh (mis. usia
EKSPEKTASI : MENURUN >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran,
Faktor Risiko
defisit kognitif, hipotensi ortostatik,
□ Usia >65 tahun (pada dewasa) atau KRETERIA CUKU CUKU gangguan keseimbangan, gangguan
< 2 tahun (pada anak) MENUR P SEDA P MENIN penglihatan, neuropati)
□ Riwayat jatuh
UN MENU
RUN
NG MENIN GKAT
GKAT
□ Identifikasi faktor lingkungan yang
□ Penggunaan alat bantu berjalan meningkatkan risiko jatuh (mis. lantai
JATUH DARI 1 2 3 4 5 licin, penerangan kurang)
□ Penurunan tingkat kesadaran TEMPAT TIDUR
□ Perubahan fungsi kognitif □ Monitor kemampuan berpindah dari
JATUH SAAT tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
□ Lingkungan tidak aman BERDIRI
(mis.licin,gelap,lingkungan asing) □ Hitung resiko jatuh dengan
□ Kondisi pasca operasi JATUH SAAT menggunakan skala (fall morse scale
DUDUK
□ Perubahan kadar glukosa darah □ Monitor kemampuan berpindah dari
□ Anemia JATUH SAAT DI tempat tidur ke kursi atau sebaliknya
KAMAR MANDI
□ Kekuatan otot menurun Terapeutik
□ Gangguan penglihatan JATUH SAAT
NAIK TANGGA □ Orientasikan Ruangan pada pasien dan
(mis.glaukoma,katarak,ablasio
JATUH SAAT
keluarga
retina,neuritis optikus)
BERJALAN □ Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
□ Neuropati selalu dalam kondisi terkunci
□ Efek agen farmakologis
□ Pasang handrall tempat tidur
(mis.sedasi,alcohol,anastesi
□ Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh
umum)
dekat dengan pantauan perawat dari
Kondisi Klinis Terkait nurse station
□ Osteoporosis □ Gunakan alat bantu berjalan (mis.kursi
□ Kejang roda,walker)
□ Penyakit sebrovaskuler
203

□ Katarak Edukasi
□ Glaukoma
□ Demensia □ Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
□ Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
NO RM : 204
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TGL/ DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF
JAM &
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
NAMA
205

GANGGUAN PERSEPSI SENSOR Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x 24 jam, maka
fungsi sensori Meningkat dengan Kriteria hasil:
( PENGLIHATAN) MINIMALISASI
FUNGSI SENSORI (KODE SLKI L.06048) RANGSANGANL(I.008241):
(KODE SDKI D. 0085)
EKSPEKTASI : MEMBAIK
OBSERVASI
DEFINISI : Perubahan persepsi
terhadap stimulasi baik internal t. Perksa status mental,status sensori,
KRETERIA CUKUP CUKUP
maupun eksternal yang disertai MENURU
N
MENURU
SEDAN
G
MENINGKA
MENIN
GKAT
dan tingkat kenyamanan
N T
dengan respon yang berkurang, TERAPEUTIK
KETAJAMAN 1 2 3 4 5
berlebihan atau distorsi. PENGLIHATAN u. Diskusikan tingkat beban sensori
Mis ( terlalu terang
PENYEBAB
v. Batasi stimulus lingkungan
g. Gangguan penglihatan w. Jadwalkan aktivitas harian dan
h. Hipoksia serebral waktu Istirahat
i. Penyalahgunaan zat x. Kombinasikan prosedur tindakan
j. Usia lanjut dalam satu waktu ssuai kebutuhan
k. Pemajanan toksin lingkungan EDUKASI
y. Ajarkan cara meminimalisasi
GEJALA DAN TANDA stimulus ( mis .mengatur pencahayaan
ruangan )
l. Distorsi sensori
KOLABORASI
KONDISI KLINIS TERKAIT
z. Kolaborasi dalam meminimalisasi
m. Glaukoma prosedur/ tindakan
n. Katarak aa. Kolaborasi pemberian obat yang
o. Gangguan refraksi (miopia, mempengaruhi persepsi stimulus
hiperopia, astigmatisma, presbiopia)
p. Trauma okuler
206

q. Trauma pada saraf kranialis II, III,


IV akibat stroke aneurima intrakranial,
trauma/tumor otak.
r. Infeksi okuler
s. Presbikusis
NO RM : 207
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA
KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF


L/ & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA
M
208

RESIKO KETIDAKSTABILAN Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x 24 jam, maka
kestabilan gula darah meningkat dengan Kriteria hasil:
GLUKOSA DARAH MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA
KESTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH (KODE SLKI (I.06198):
(KODE SDKI D. 0038) L. 05022)
OBSERVASI
DEFINISI :Risiko terhadap variasi EKSPEKTASI : MENINGKAT
glukosa darah dari rentang normal. KRETERIA CUKUP CUKUP 4. Identifikasi penyebab HIPERGLIKEMIA
MENUR SEDA MENING
FAKTOR RESIKO : UN
MENU
NG
MENIN
KAT 5. Identifikasi situasi yang menyebabkan
RUN GKAT
kebutuhan insulin meningkat (mis.penyakit
□ Kurang terpapar informasi KESADARAN 1 2 3 4 5 kambuhan)
□ Ketidaktepatan pemantauan
KOORDINASI 1 2 3 4 5 6. Monitor kadar glukosa bila perlu
glukosa darah
7. Monitor gejala dan tanda hiperglikemia
□ Kurang patuh pada rencana
(mis.polliuria, polipdipsia,
manajemen diabetes
KRETERIA CUKUP polifagia,kelemahan, melaise,pandangan
□ Manajemen mediakasi tidak MENING MENI SEDAN
CUKUP
KAT NGKA G
MENU MENURUN kabur , sakit kepala
terkontrol T
RUN
8. Monitor intake dan output cairan
□ Kehamilan
MENGANTUK 1 2 3 4 5 9. Monitor keton urin , kadar analisa gas darah
□ Periode pertumbuhan cepat
elektrolit, tekanan darah orstotatik dan
□ Stress berlebihan PUSING 1 2 3 4 5
frekuensi nadi
□ Penambahan berat badan LELAH 1 2 3 4 5 TERAPEUTIK
Kurang dapat menerima diagnosis
KELUHAN 1 2 3 4 5 bb. Berikan asupan cairan oral
LAPAR
cc. konsultasi dengan medis jika tanda gejala
BERKERINGAT 1 2 3 4 5 hiperglikemia tetap ada dan memburuk
GEMETAR 1 2 3 4 5 dd. fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
RASA HAUS 1 2 3 4 5 EDUKASI
MULUT KERING 1 2 3 4 5
ee. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
ff. Anjurkan monitor kadar gula darah secara
mandir
209

KRETERIA CUKUP CUKUP


MEMBU
MEMB
SEDAN
MEMBA MEMBAIK
gg. Ajarakan pengelolaan diabetes
RUK G
URUK IK (mis.penggunaan insulin,obat oral, monitor
KADAR 1 2 3 4 5 asupan cairan , pengganti karbohidrat,dan
GLUKOSA bantuan profesional kesehatan)
DALAM hh. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
DARAH
gula darah lebih dari 250 mg/dl
KADAR 1 2 3 4 5 KOLABORASI
GLUKOSA
DALAM ii. Kolaborasi pemberian insulin,jika.perlu
URINE jj. kolaborasi pemberian Kalium , jika perlu
PALPITASI 1 2 3 4 5

JUMLAH URINE 1 2 3 4 5
NO RM : 210
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF


L/ & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA
M
211

NAUSEA ( D.0076) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x 24


DEFINISI : jam, maka tingkat nausea menurun t dengan Kriteria hasil:
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang MANAJEMEN MUAL (I. 03117)
tenggorokan atau lambung yang dapat TINGKAT NAUSEA (KODE SLKI L.08065)
OBSERVASI
mengakibatkan muntah. □ Identifikasi pengalaman mual
EKSPEKTASI : MENURUN
Penyebab □ Identifikasi faktor penyebab mual
□ Monitor mual
□ Ganguan biokimiawi (mis. Uremia, KRETERIA
MENUR
CUKUP
SEDAN
CUKUP
MENING □ Monitor asupan
ketoasidosis diabetik MENUR MENING
□ Gangguan pada esofagus UN
UN
G
KAT
KAT TERAPEUTIK
□ Distensi lambung □ Kurangi atau hilangkan penyebab
□ Iritasi lambung NAFSU MAKAN 1 2 3 4 5
mual
□ Gangguan pankreas □ Berikan makanan dalam jumlah
□ Peningkatan tekanan intraabdominal (mis.
kecil dan menarik
Peningkatan tekanan intrakranial KRETERIA
MENING
CUKUP
SEDAN CUKUP
□ Peningkatan tekanan intraorbital KAT
MENING
G MENURUN
MENURUN EDUKASI
KAT
(mis.glaukoma) □ Anjurkan istirahat dan tidur yang
□ Mabuk perjalanan KELUHAN MUAL 1 2 3 4 5 cukup
□ Kehamilan □ Anjurkan makanan tinggi
PERASAAN 1 2 3 4 5
□ Rasa makanan/minuman yang tidak enak karbonhidrat dan rendah lemak
INGIN MUNTAH
Gejala dan tanda mayor
□ Kolaberasi pemberian anti emetik
PERASAAN 1 2 3 4 5
Subjectif : ASAM DI MULUT
□ Mengeluh mual
MANAJEMEN MUNTAH ( I. 03118)
JUMLAH SALIVA 1 2 3 4 5 Observasi :
□ Merasa ingin munta
□ Tidak berniat makan FREKUENSI 1 2 3 4 5
Objectif : - MENELAN □ Periksa volume muntah
Teraputik
Gejala dan Tanda Minor SENSASI PANAS
□ Kurangi atau hilangkan keadaan
Subjektif : SENSASI DINGIN
penyebab muntah (mis. Kecemasan
□ Merasa asam di mulut dan ketakutan)
□ Sensasi panas/dingin KRETERIA CUKUP Edukasi
□ Sering menelan MEMBUR
MEMBUR
SEDAN CUKUP
MEMBAIK
UK G MEMBAIK
Objektif : UK
□ Anjurkan memperbaiki istirahat
212

□ Salifa meningkat PUCAT 1 2 3 4 5 Kolaborasi :


TAKIKARDI 1 2 3 4 5
kolaborasi pemberian anti emetik jika
DILATASI PUPIL 1 2 3 4 5 perlu
NO RM : 213
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA
KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF


L/ & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA
M
214

RESIKO PERFUSI SEREBRAL Setelah dilakukan intervensi keperawatan


TIDAK EFEKTIF selama ..........x 24 jam, maka perfusi MANAJEMEN PENINGKATAN
serebral Meningkat dengan Kriteria hasil: TEKANAN INTRAKRANIAL (I.09325):
(KODE SDKI D. 0017))
PERFUSI SEREBRAL (KODE SLKI OBSERVASI
DEFINISI : Berisiko mengalami penurunan L.02014)
sirkulasi darah ke otak □ Identifikasi penyebab peningkatan TIK
FAKTOR RESIKO :
EKSPEKTASI : MENINGKAT □ Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
□ Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Aterosklerosis aorta □ Montoring status pernafasan
KRETERIA
CUKU
CUKU
□ Monitoring intake dan output cairan
Penurunan kinerja ventrikel kiri MENU P SEDA
P MENI
RUN MENU NG
MENI
NGKA
Terapeutik
NGKA
T
RUN
Keabnormalan masa protrombim T
□ Nminimalkan stimulu dengan menyediakan
Fibrilasi atrium TINGKAT 1 2 3 4 5 lingkungan yang tenang
KESADARAN
Stenosis carotis □ Berikan posisi semi fowler
KOGNITIF 1 2 3 4 □5 Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Miksoma atrium □ Pertahankan suhu tubuh normal
Aneurisme serebri KOLABERASI
KRETERIA CUKU
CUKU
P
Cidera kepala MENIN
GKAT
MENI
SEDA
NG
P
MENU
□ Kolaborasi pemberian diuretikosmosis , jika
MENU
RUN
NGKA
T
RUN perlu
Embolisme □ Kolaberasi pemberian pelunak tinja , jika
TEKANAN 1 2 3 4 5
Hiperkolesteroenemia perlu
INTRA
KRANIAL PEMANTAUAN TEKANAN
Hipertensi INTRAKRANIAL (I. 06198)
SAKIT KEPALA 1 2 3 4 5
Infark miokard akut
GELISAH 1 2 3 4
OBSERVASI
5
Neoplasma otak
KECEMASAN 1 2 3 4 □5 Monitor peningkatan TD
Efek samping tindakan □ Monitor tekanan perfusi serebral
DEMAM 1 2 3 4
□5 Monitor penurunan tingkat kesadaran
215

TERAPEUTIK
KRETERIA CUKU CUKU
MEMB P SEDA P □ Pertahankan posisi kepala dan leher netral
MEMB

□ Atur interval pementauan sesuai kondisi


URUK MEMB NG MEMB AIK
URUK AIK
pasien
NILAI RATA 1 2 3 4 5
RATA TEKNAN
□ Dokumentasi hasil pemantauan
DARAH EDUKASI
KESADARAN 1 2 3 4 □5 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
TEKANAN 1 2 3 4
Informasikan
5
hasil pemantauan ,( jika perlu
DARAH
SISTOLIK

TEKANAN 1 2 3 4 5
DARAH
DIASTOLIK

REFLEK 1 2 3 4 5
SARAF
NO RM : 216
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P
BANGSA
(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................
(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARA


L/ F&
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA NAM
M A
217

HIPERTERMIA Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x MANAJEMEN HIPERTERMIA Kode SIKI
24 jam, maka Termoregulasi Membaik dengan Kriteria (I.15506):
(KODE SDKI D.0130) hasil:
OBSERVASI
DEFINISI : Suhu tubuh meningkat diatas rentang TERMOREGULASI (KODE SLKI L.14134)
normal. Identifikasi Penyebab hipertermia (mis dehidrasi,
EKSPEKTASI : MEMBAIK terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)

PENYEBAB/ BERHUBUNGAN DENGAN : Monitor suhu tubuh

Dehidrasi KRETERIA CUKUP Monitor kadar elektrolit


CUKUP SEDAN MENINGKA
MENURUN MENINGKA
MENURUN G T
T Monitor haluaran urin
Terpapar lingkungan panas
MENGGIGIL 1 2 3 4 5
Proses Penyakit (missal Infeksi, kanker) Monitor komplikasi akibat hipertermia
KULIT MERAH 1 2 3 4 5 TERAPEUTIK
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan KEJANG 1 2 3 4 5 Sediakan lingkungan yang dingin
Peningkatan Laju metabolisme
AKROSIANOSIS 1 2 3 4 5 Longgarkan atau lepaskan pakaian
Respon trauma
KONSUMSI 1 2 3 4 5 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Aktivitas berlebih OKSIGEN
Berikan cairan oral
Penggunaan Inkubator PILOREKSI 1 2 3 4 5
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
VASOKONSTRIKSI 1 2 3 4 5 hiperhidrosis (keringat berlebihan)
PERIFER
GEJALA DAN TANDA/ DITANDAI Lakukan pendinginan eksternal (missal selimut
DENGAN: KUTIS MEMORATA 1 2 3 4 5 hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
MAYOR PUCAT 1 2 3 4 5
Berikan oksigen jika perlu
Suhu tubuh diatas nilai normal TAKIKARDIA 1 2 3 4 5
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
MINOR TAKIPNEA strategi meredakan nyeri.
1 2 3 4 5
Kulit Merah
BRADIKARDIA 1 2 3 4 5 EDUKASI
Kejang Anjurkan tirah baring
DASAR KUKU 1 2 3 4 5
Takikardia SIANOSIS
218

Takipnea HIPOKSIA 1 2 3 4 5 KOLABORASI


Kulit terasa hangat Kolaborasi pemberian Antipiretik,
yaitu…………………………………………….
KRETERIA CUKUP
SEDAN CUKUP
MEMBURUK MEMBURU MEMBAIK
K
G MEMBAIK Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intra vena

SUHU TUBUH 1 2 3 4 5
SUHU KULIT 1 2 3 4 5
KADAR 1 2 3 4 5
GLUKOSA
DARAH

PENGISIAN 1 2 3 4 5
KAPILER

VENTILASI 1 2 3 4 5
TEKANAN 1 2 3 4 5
DARAH
NO RM : 219
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA
KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF


L/ HASIL & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Interventions)
JA
(Nursing Outcome)
M
220

HIPERVOLEMIA Setelah dilakukan intervensi MANAJEMEN HIPERVOLEMIA Kode SIKI (I.03114):


keperawatan selama ..........x 24 jam,
maka Keseimbangan cairan OBSERVASI
(KODE SDKI D.0022)
meningkat dengan Kriteria hasil: Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. Ortopnea, dyspnea, edema,
DEFINISI : Peningkatan volume cairan intravascular ,
JVP/CVP meningkat, reflek hepatojugular positif, suara napas tambahan)
interstisial, dan/atau intraselular KESEIMBANGAN CAIRAN
(KODE SLKI L.05020) Identifikasi penyebab hipervolemia
PENYEBAB/BERHUBUNGAN DENGAN:
EKSPEKTASI : MENINGKAT Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan darah)
Gangguan mekanisme regulasi
Monitor intake dan output cairan
Kelebihan asupan cairanl
KRETERIA CUKUP SEDAN
Monitor
CUKUP kecepatan infus secara ketat
MENINGKA
Kelebihan asupan natrium MENURUN MENINGKA
MENURUN G T
T
Monitor efek samping diuretic (mis. Hipotensi ortortastik,hipovolemia,
Gangguan aliran balik vena
ASUPAN CAIRAN 1 2 3 hypokalemia,
4 5hiponatremia)
Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid,
Chlorpropamide, tolbutamide, vincristine, KELUARAN URIN 1 2 3 4 5
tryptilinescarbamazepine) TERAPEUTIK
KELEMBABAN 1 2 3 4 5
MEMBRAN
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
MUKOSA
GEJALA DAN TANDA/ DITANDAI
Batasi asupan cairan dan garam
DENGAN: ASUPAN MAKANAN 1 2 3 4 5
Tinggikan tempat tidur 30-400
MAYOR

Orthopnea KRETERIA CUKUP


MENINGKA SEDAN CUKUP
MENINGKA MENURUN
Dispnea
T
T EDUKASI
G MENURUN

Paroxymal nocturnal dyspnea(PND)


EDEMA 1 2 3 Anjurkan
4 melapor
5 jika haluiaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
DEHIDRASI 1 2 3 Anjurkan
4 melapor
5 jika BB bertambah > 1kg dalam sehari
Edema anasarka dan/atau edema perifer
ASITES Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Berat badan meningkat dalam waktu singkat 1 2 3 4 5
Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau AJarkan cara membatasi cairan
KONFUSI 1 2 3 4 5
Central Venous Pressure (CVP) meningkat

Refleks hepatojugular positif


KOLABORASI
221

MINOR KRETERIA CUKUP Kolaborasi pemberian diuretic


SEDAN CUKUP
MEMBURUK MEMBURU MEMBAIK
G MEMBAIK
K
Distensi vena jugularis Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
TEKANAN 1 2 3 4 5
Terdengar suara napas tambahan DARAH Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika
perlu
Hepatomegali DENYUT NADI 1 2 3 4 5
RATA-RATA
Kadar Hb/Ht turun
MEMBRAN 1 2 3 4 5
Oliguria MUKOSA

Intake lebih banyak dari output (balance MATA CEKUNG 1 2 3 4 5


cairan positif)
TURGOR KULIT 1 2 3 4 5
Kongesti paru
BERAT BADAN 1 2 3 4 5
NO RM : 222
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN
BANGSA
KEPERAWATAN Nama :........................................................

(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :.......................................................


(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


L/
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA
M
223

HIPOVOLEMIA Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x 24 DUKUNGAN MOBILISASI Kode SIKI (I.05173):
jam, maka status cairan membaik dengan Kriteria hasil:
OBSERVASI
(KODE SDKI D.0023) STATUS CAIRAN (KODE SLKI L.03028)
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, n
DEFINISI : Penurunan volume cairan intravascular,
EKSPEKTASI : MENURUN teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor k
interstisial, dan atau intraselular. menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah)

PENYEBAB/ BERHUBUNGAN DENGAN : KRETERIA CUKUP SEDAN


CUKUP
MENINGKA Monitor intake dan output cairan
MENURUN MENINGKA
MENURUN G T
T
Kehilangan cairan aktif
KEKUATAN NADI 1 2 3 4 5
Kegagalan mekanisme regulasi TERAPEUTIK

Peningkatan permeabilitas kapiler Hitung kebutuhan cairan


TURGOR KULIT 1 2 3 4 5
Kekurangan intake cairan Berikan posisi modified Trendelenburg
OUTPUT 1 2 3 4 5
Evaporasi Berikan asupan cairan oral

KRETERIA CUKUP
GEJALA DAN TANDA/ DITANDAI MENINGKA
MENINGKA
SEDAN CUKUP
MENURUN EDUKASI
T G MENURUN
DENGAN: T

PERASAAN Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


MAYOR 1 2 3 4 5
LEMAH
Anjurkan menghindariperubahan posisi mendadakat
Nadi teraba lemah
KELUHAN HAUS 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi meningkat
KONSENTRASI 1 2 3 4 5
URINE
KOLABORASI
Nadi teraba lemah
BERAT BADAN Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Tekanan darah menurun 1 2 3 4 5
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,NaCl 0,4
Tekanan Nadi menyempit
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
Turgor kulit menyempit KRETERIA CUKUP
SEDAN CUKUP
MEMBURUK MEMBURU MEMBAIK
G MEMBAIK Kolaborasi pemberian produk darah
K
Membran mukosa kering
FREKUENSI NADI 1 2 3 4 5
Voluem urin menurun
224

Hemtokrit meningkat TEKANAN 1 2 3 4 5


DARAH

MEMBRAN 1 2 3 4 5
MINOR MUKOSA

Merasa lemah KADAR HB 1 2 3 4 5


Mengeluh haus KADAR HT 1 2 3 4 5
Pengisian vena menurun OLIGURIA 1 2 3 4 5
Status mental berubah INTAKE CAIRAN 1 2 3 4 5
Suhu tubuh meningkat
STATUS MENTAL 1 2 3 4 5
Konsentrasi urine meningkat
SUHU TUBUH 1 2 3 4 5
Berat badan turun tiba-tiba
NO RM : 225
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P
UNIVERSITAS
HARAPAN BANGSA (NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................
(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF


L/ & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA
M
226

GANGGUAN MOBILITAS Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x 24 DUKUNGAN MOBILISASI Kode SIKI
jam, maka mobilitas fisik meningkat dengan Kriteria hasil: (I.05173):
FISIK
MOBILITAS FISIK (KODE SLKI L.05042) OBSERVASI
(KODE SDKI D.0054)
EKSPEKTASI : MENINGKAT Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
DEFINISI : Ketrbatasan dalam gerakan fisik dari satu lainnya
atau lebih ekstremitas secara mandiri
Identifikasi toleransi fisik melakukan
PENYEBAB/BERHUBUNGAN DENGAN: KRETERIA CUKUP SEDAN
CUKUP
MENINGKA pergerakan
MENURUN MENINGKA
MENURUN G T
T
Kerusakan integritas struktur tulang Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
PERGERAKAN 1 2 3 4 5 sebelum memulai mobilisasi
Penurunan kendali otot EKSTREMITAS
Monitor kondisi umum selama melakukan
Penurunan masa otot KEKUATAN OTOT 1 2 3 4 5 mobilisasi
Penurunan kekuatan otot RENTAANG GERAK 1 2 3 4 5
(ROM)
Kekakuan sendi TERAPEUTIK
Gangguan muskuloskeletal Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
KRETERIA CUKUP
Gangguan neuromuskular MENINGKA
MENINGKA
SEDAN CUKUP
MENURUN
bantu (mis. pagar tempat tidur)
T G MENURUN
T
Kontraktur Libatkan keluarga untuk membantu pasien
NYERI 1 2 3 4 5 dalam meningkatkan pergerakan
Program pembatasan gerak
KECEMASAN 1 2 3 4 5
Nyeri
KAKU SENDI 1 2 3 4 5 EDUKASI
Kecemasan
GERAKAN TIDAK 1 2 3 4 5 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Gangguan kognitif TERKOORDINASI
Anjurkan melakukan mobilisasi (mis. duduk
Keengganan melakukan pergerakan GERAKAN 1 2 3 4 5 ditempat tidur,
TERBATAS
Gangguan sensori persepsi duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat
KELEMAHAN 1 2 3 4 5 tidur ke kursi)
Kurang terpapar informasi tentang aktivitas FISIK
fisik
227

GEJALA DAN TANDA/ DITANDAI


DENGAN:
MAYOR

Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas

Kekuatan otot menurun

Rentang gerak (ROM) menurun

MINOR

Nyeri saat bergerak

Enggan melakukan pergerakan

Merasa cemas saat bergerak

Sendi kaku

Gerakan tidak terkoordinasi

Gerakan terbatas

Fisik lemah
NO RM : 228
RENCANA ASUHAN
UNIVERSITAS HARAPAN KEPERAWATAN Nama :............................................................ L/P
BANGSA
(NURSING CARE PLAN) Tgl lahir :................................................................
(Harap diisi atau menempelkan label/stiker bila ada)

TG DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF


L/ & NAMA
(Nursing Diagnosis) (Nursing Outcome) (Nursing Interventions)
JA
M
229

NYERI AKUT Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..........x 24 MANAJEMEN NYERI Kode SIKI (I.08238):
jam, maka Tingkat Nyeri Menurun dengan Kriteria hasil:
OBSERVASI
(KODE SDKI D.0077) TINGKAT NYERI (KODE SLKI L.08066)
Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi,
DEFINISI : Pengalaman sensorik atau emosional yang
EKSPEKTASI : MENURUN frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan Identifikasi respon nyeri non verbal
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan. KRETERIA CUKUP CUKUP Identifikasi factor yang memperberat dan
MENURUN SEDANG MENINGKAT
MENURUN MENINGKAT
memperringan nyeri
KEMAMPUAN 1 2 3 4 5
MENUNTASKAN
AKTIVITAS Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
PENYEBAB/ BERHUBUNGAN DENGAN : nyeri
Agen pencedera fisiologis Identifikasi pengaruh Budaya terhadaprespon
KRETERIA CUKUP CUKUP
MENINGKAT SEDANG MENURUN
MENINGKAT MENURUN nyeri
(misal Inflamasi, iskemia, neoplasma) KELUHAN NYERI 1 2 3 4 5
Agen Pencedera kimiawi MERINGIS 1 2 3 4 5 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
SIKAP PROTEKTIF 1 2 3 4 5
(misal terbakar, bahan kimia iritan) TERAPEUTIK
GELISAH 1 2 3 4 5
Agen Pencedera fisik KESULITAN TIDUR 1 2 3 4 5 Berikan teknik non farmakologis untuk
MENARIK DIRI 1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri (missal TENS, hypnosis,
(misal abses, amputasi, terbakar, terpotong, BERFOKUS PADA akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
1 2 3 4 5
mengangkat berat, proseur operasi, trauma, DIRI SENDIRI pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
latihan fisik berlebihan) DIAFORESIS 1 2 3 4 5 kompres hangat/dingin, terapi bermain)
PERASAAN DEPRESI 1 2 3 4 5 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
ANOREKSIA 1 2 3 4 5 nyeri (missal suhu ruangan, pencahayaan,
GEJALA DAN TANDA/ DITANDAI PUPIL DILATASI 1 2 3 4 5 kebisingan)
DENGAN: MUAL MUNTAH 1 2 3 4 5
Fasilitasi istirahat dan tidur
MAYOR
CUKUP CUKUP Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
KRETERIA MEMBURUK SEDANG MEMBAIK
Mengeluh nyeri MEMBURUK MEMBAIK pemilihan strategi meredakan nyeri.
FREKUENSI NADI 1 2 3 4 5
Tampak Meringis POLA NAFAS EDUKASI
1 2 3 4 5
Berikap protektif (misal waspada, posisi TEKANAN DARAH 1 2 3 4 5 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
menghindari nyeri) PROSES BERFIKIR 1 2 3 4 5
FUNGSI BERKEMIH 1 2 3 4 5 Jelaskan strategi meredakan nyeri
230

Gelisah POLA TIDUR 1 2 3 4 5 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri


NAFSU MAKAN 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi meningkat Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Sulit tidur Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
MINOR
KOLABORASI
Tekanan darah meningkat
Kolaborasi pemberian Analgetik,
Pola nafas berubah yaitu…………………………………………….
Nafsu makan berubah

Proses berfikit terganggu

Menarik diri

Berfokus pada diri sendiri

Diaforesis

Anda mungkin juga menyukai