Anda di halaman 1dari 111

LAPORAN PRAKTEK KLINIK STASE KEPERAWATAN MANAJEMEN

DI RUANG HASANAH RS HAJI JAKARTA

Disusun Oleh:

Fera Marlian Sari 220516


Poppy Indahyani Maulana 220516052
Ros Rosidah 22051657
Sanhaji 220516058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES ABDI NUSANTARA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya kami
dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun untuk memenuhi sistem pembelajaran
untuk Stase Management Keperawatan di STIKES ABDI NUSANTARA Program Studi
Profesi (Ners).
Dalam pembuatan tugas ini kami mendapatkan hambatan dan kesulitan namun berkat
kerja sama dan usaha dalam kelompok serta dukungan dari semua pihak, akhirnya kami
dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam
dalamnya kepada:
1. Ibu Ns. Siti Anisah, Sp.Kep, M.Kep Selaku Dosen Pembimbing Stase Managemet
Keperawatan di STIKES ABDI NUSANTARA Program Studi Profesi (Ners).
2. Ibu Ns. Aam Sumadi, S.Kep, M.Kep selaku Koordinator Pembimbing Stase
Managemet Keperawatan di Rumah Sakit Haji Jakarta
3. Bapak Ns. Nurlaela, Sp.Kep Selaku Kepala Ruangan Hasanah RS Haji Jakarta.
4. Ibu Ns. Dwi Winarni, S.Kep dan Ibu Ns. Yuningsih, S.Kep Selaku Ketua TIM Ruang
Hasahah RS Haji Jakarta
Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada kami, kiranya Allah SWT,
akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta memberikan motivasi
untuk kedepannya.
Jakarta, 1 Januari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
A. Latar Belakang.............................................................................................................5
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................................6
C. Tujuan Pelaksanaan....................................................................................................6
1. Tujuan Umum.............................................................................................................6
2. Tujuan Khusus............................................................................................................6
D. Cara Pengumpulan Data.............................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................8
A. Manajemen Keperawatan..........................................................................................8
1. Definisi Manajemen Keperawatan..............................................................................8
2. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan...................................................................8
3. Tujuan Manajemen Keperawatan.............................................................................10
4. Peran dan Tugas Manajemen Keperawatan..............................................................10
B. Keselamatan Pasien..................................................................................................15
C. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)..........................................................24
D. SDKI, SLKI, dan SIKI.............................................................................................27
BAB III ANALISA SITUASI............................................................................................31
A. Gambaran Umum Rumah Sakit..............................................................................31
B. Gambaran Ruang Hemodialisa................................................................................33
C. Hasil Assesment.........................................................................................................37
1. Hasil Kuesioner Kepala Ruangan.............................................................................37
2. Hasil Kuesioner Kepala Tim....................................................................................41
3. Hasil Kuesioner Perawat Pelaksana..........................................................................44
4. Hasil Kuesioner Kepuasan Pelayanan......................................................................46
5. Gambaran Umum Prasarana di Ruang Hemodialisa................................................48
6. Gambaran Umum Sarana di Ruang Hemodialisa.....................................................50
7. Gambaran Umum Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Pasien............................55
8. Gambaran Umum Ruang Hemodialisa Terkait Standar Keselamatan Pasien..........56

3
D. Analisa SWOT...........................................................................................................63
E. Analisa Data dan Perumusan Masalah...................................................................72
F. Prioritas Masalah......................................................................................................75
BAB IV PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN...............................77
A. Plan Of Action............................................................................................................77
BAB V EVALUASI............................................................................................................79
5.1 Evaluasi........................................................................................................................79
BAB VI PENUTUP............................................................................................................81
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................81
6.2 Saran.............................................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................106
LAMPIRAN DOKUMENTASI.......................................................................................107
1. Penerapan Five Moment dalam Hal Mencuci Tangan...................................................107
2. Pengelolaan Risiko Jatuh...............................................................................................108
3. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI) di Unit Hemodialisa...108

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang wajib menerapkan
keselamatan pasien karena bersifat kompleks, sehingga memberikan lebih banyak
kesempatan untuk terjadinya kesalahan. Kesalahan di rumah sakit dapat terjadi
ketika tidak memberikan pelayanan yang seharusnya dilakukan, ataupun memberikan
pelayanan yang seharusnya tidak dilakukan. Berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 menjelaskan tentang pengertian
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat
Pemberian pelayanan di rumah sakit harus memprioritaskan pada keselamatan
pasien yang merupakan elemen penting dari sistem pelayanan kesehatan yang efektif
dan efisien untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Pengertian rumah sakit menurut
Supartiningsih (2017) adalah sebagai suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga
medis professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Luasnya ruang lingkup pelayanan rumah sakit menjadi penyebab
insiden keselamatan pasien rentan terjadi, sehingga dapat menimbulkan kerugian
yang besar.
Pelayanan anak rumah sakit merupakan salah satu unit yang memiliki
kejadian insiden keselamatan pasien terbesar dikarenakan anak rentan terhadap
bahaya yang terkait dengan perawatan medis. Anak-anak memerlukan perhatian
khusus terhadap keselamatan dirinya karena masih berada pada tahap pertumbuhan
dan perkembangan Selain itu, tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan
khusus dalam melakukan perawatan pasien anak terbatas jumlahnya karena
mereka lebih banyak dipersiapkan untuk merawat pasien dewasa (American
Academy of Pediatric, 2011). Menurut studi yang dilakukan di Kanada mengenai
adverse event tahun 2008-2009, terjadi rata-rata Kejadian Tidak diharapkan (KTD)
di rumah sakit sebanyak 9,2% dari 3669 anak. KTD terjadi pada bayi sebanyak 75%
dikarenakan prosedur medis, pasien anak usia >1 tahun sebanyak 75%
dikarenakan pemberian obat, pasien anak usia >5tahun sebanyak 64% karena
5
pembedahan, 47% karena pemeriksaan diagnostik, dan 43% karena pemberian obat.
Jumlah insiden keselamatan pasien di Indonesia berdasarkan spesialisasi paling
banyak disebabkan oleh unit anak sebesar 6,17% pada periode Januari-April 2010
dan sebesar 8% pada periode Mei sampai Agustus 2010 (KKPRS, 2010).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji
Medan,diketahui jumlah insiden keselamatan pasien paling banyak terdapat di
pelayanan anak dibandingkan dengan unit lain yaitu sebanyak 37 insiden yang
terdiri atas 16 KTD, 7 KNC, 7 KPC dan 7 KTC. Kasus KTD yang didapatkan berupa
infeksi phlebitis yang terjadi pada 7 pasien anak. Data insiden keselamatan pasien
hanya sebatas data, semua kasus yang tercatat hanya kasus yang diketahui secara
kebetulan, masih ada kasus-kasus yang tidak dilaporkan karena petugas kurang
memahami pelaporan insiden keselamatan pasien dan tidak menyadari jika suatu
kesalahan telah terjadi karena kurangnya kemampuan mengidentifikasi insiden
keselamatan pasien.
Petugas di pelayanan anak sudah memahami pelaksanaan keselamatan pasien
sesuai dengan standar dan sasaran keselamatan pasien, namun peran petugas
kesehatan masih belum terlihat dalam pelaksanaan keselamatan pasien di pelayanan
anak. Insiden keselamatan pasien masih tetap ada, padahal seharusnya insiden
keselamatan pasien berada pada nilai zero defect (tingkat insidensi 0%).
Mutu pelayanan kesehatan di ruang perawatan anak tergantung pada manajemen,
salah satunya manajemen pelayanan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi di mana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasana
dalam mencapai tujuan organisasi.
Keperawatan merupakan bagian yang mempunyai peran penting sebagai bagian
dari pemberi pelayanan yang ada di rumah sakit. Layanan keperawatan dapat
diberikan dengan baik perlu adanya perhatian yang serius agar dapat berjalan secara
optimal melalui pengelolaan berdasarkan lima fugsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengawasan, sedangkan manajemen
asuhan merupakan asuhan langsung di lakukan oleh perawat kepada pasien
berdasarkan standar praktek keperawatan (Marquis, 2012). Pengelolaan pelayanan
keperawatan yang tepat akan mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu.
6
Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas. pengelola pelayanan keperawatan haruslah dilakukan secara
komprehensif. Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan layanan rumah sakit
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut harus dapat di kelola secara
efektif dan efisien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya menajemen
keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan proses kegiatan pelayanan keperawatan
melalui tahap-tahap pengkajian (kajian situasi), perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan. Manajemen
keperawatan ini suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Keberhasilan menjalankan manajemen secara optimum, seorang manajer
keperawatan dituntut untuk melakukan suatu proses manajemen mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Praktek kepaniteraan
manajemen merupakan aplikasi konsep manajemen keperawatan dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan pada berbagai area/unit pelayanan di rumah sakit atau klinik.
Proses pelaksanaan kepaniteraan ini dengan melalui pengelolaan unit pelayanan
keperawatan dan pengelolaan asuhan dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi dan
langkah-langkah manajemen guna tercapainya pelayanan keperawatan yang bermutu.
Oleh karena itu, Mahasiswa Program Profesi Ners STIKES Abdi Nusantara
tertarik untuk melihat secara langsung manajemen yang diimplementasikan di ruang
Hasanah Rumah Sakit Haji Jakarta untuk kemudian dapat dievaluasi sebagai salah satu
upaya peningkatan mutu pelayanan di ruang Hasanah Rumah Sakit Haji Jakarta.

7
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan STIKES
Abdi Nusantara dilaksanakan di Ruang Hasanah RS Haji Jakarta, berlangsung mulai 1
Januari 2024 sampai 11 Januari 2024.

C. Tujuan Pelaksanaan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu melakukan dasar pengelolaan unit pelayanan keperawatan
sesuai dengan penerapan konsep, teori dan prinsip kepemimpinan dan manajemen
keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan asuhan
keperawatan di ruang Anak secara profesional di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajamen keperawatan di Ruang Hasanah
selama 8 hari diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menerapakan konsep Kepemimpinan dalam mengelola Unit pelayanan
Keperawatan
b. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan sebagai dasar penyusunan rencana
c. Membuat perencanaan pelayanan keperawatan dan Asuhan Keperawatan di
Tingkat Unit pelayanan Keperawatan
d. Mengorganisasikan pelayanan keperawatan di tingkat unit pelayanan
keperawatan
e. Melakukan pengelolaan staf
f. Menerapkan fungsi pengarahan pada tingkat unit pelayanan keperawatan yang
dikelolanya
g. Melakukan fungsi Pengendalian dalam Pelayanan keperawatan dan Asuhan
Keperawatan
h. Melakukan Evaluasi program

D. Cara Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah
dilakukan dengan metode:
1. Observasi
8
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses

9
pelayanan, keadaan inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim, keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang pelayanan.
3. Kuesioner
Kuesioner diberikan kepada perawat pelaksana untuk mengumpulkan data tentang
pelayanan.
4. Studi Dokumentsi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap
ruangan, dan inventaris ruangan.

10
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan "bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan".
Proses manajemen dibagi 14 menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan "bahwa manajemen keperawatan
adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana
perawat manajer menjalankan profesi mereka" (Achmad, 2022).
2. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
Agar manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai tujuan
organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen sangatlah
dibutuhkan. Ada & (tujuh) prinsip manajemen yang harus diketahui, yaitu
perencaan, penggunaan waktu yang harus diketahui, yaitu perencanaan,
penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin,
tujuan sosial, pengirganisasian dan perubahan. Berikut ini akan dijelaskan maksud
dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the first
function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari
perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental
untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus
berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang
diharapkan (Swanburg dan Swanburg 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal
penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan sumber daya

11
manusia (SDM) dan sumber daya lain yang relevan. Perencanaan yang baik
akan meningkatkan capaian tujuan dan pembiyayaan yang efektif
b. Penggunaan Waktu Efektif (Effective Utillization of time)
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pernapasan
waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan
tercapainya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung dan kegiatan perawat
dikendalikan
c. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang
tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat
untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau implementasi dari pilihan
keputusan yang diambil.
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/Leader)
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan keahlian dan
tindakan nyata agar para anggota menjalankantugas dan wewenang dengan
baik. Adanya manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan
mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan
e. Tujuan Sosial (Social Goal)
Manajemen yang baik harus memilik tujuan yang jelas dan di tetapkan dalam
bentuk visi, misi, dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal
maupun secara vertikal (Swanburg dan Swanburg 1999)
g. Perubahan (Change)
Perubahan adalah proses pergantian dari satu hal dengan yang lainnya yang
berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Di dalam manajemen keperawatan
perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan dilayani.

12
3. Tujuan Manajemen Keperawatan
Adapun tujuan manajemen keperawatan adalah:
a. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
b. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
c. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efesien dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada
d. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih
efektif dan efesien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia serta mengurangi
duplikasi tenaga dan upaya.
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:
a. Terselenggaranya pelayanan
b. Asuhan keperawatan yang berkualitas
c. Pengembangan staf
d. Budaya riset bidang keperawatan
4. Peran dan Tugas Manajemen Keperawatan
a. Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a) Menunjuk perawat primer dan perawat asosiet serta tugasnyamasing-
masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu perawat primer
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas
dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat primer
e) Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan
f) Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakanmedis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan
 Menilai asuhan keperawatan
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien/keluarga yang baru masuk

13
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik Keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
a) Merumuskan tujuan metode penugasan
b) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat asosiet secara jelas
c) Membuat rencana kendali, kepala ruangan membawahi 2 perawat primer
dan perawat primer membawahi 2 perawat asosiet
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari
e) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
f) Mengatur dan mengedalikan logistik ruangan
g) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada tempat kepada
perawat primer
h) Mengembangkan kemampuan anggota
i) Menyelenggarakan konferensi

Manfaat didalam proses manajemen pengorganisasian bermanfaat untuk:


a) Penjabaran terinci semua kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan
b) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau
kelompok
c) Mengatur mekanisme kerja dan komunikasi antar masing-masing
anggota kelompok
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer
b) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan
baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien

14
e) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
f) Meningkatkan kolaborasi
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien
b) Melalui supervisi:
(1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan- kelemahan yang ada saat ini.
(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilakukan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari perwat primer.
Manfaat pengawasan: Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian
dapat dilaksanakan dengan tepat maka akan diperoleh manfaat:
 Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja
 Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
 Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar
 Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan kerja
5) Evaluasi
a) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disususn bersama.
b) Audit keperawatan Menurut. Ratna Sitorus (2015) ada beberapa
komponen yang harus dimiliki sebagai seorang manajer diantaranya
adalah:

15
 Kepemimpinan Sebagai seorang manajer dibutuhkan sebuah
ketrampilan dalam memimpin hal ini dikarenakan seorang manejer
akan bekerja melalui orang lain
 Perencanaan. Perencanaan merupakan komponen manajemen yang
efektif namun paling sulit dilakukan serta paling sering diabaikan
 Pengarahan. Staf perlu mengetahui apa yang diharapkan oleh
seorang manejer serta bagaimana cara untuk melakukannya.
Pengarahan artinya memberikan penugasan yang jelas, menetapkan
deskripsi tugas serta menetapkan ketenagaan yang dibutuhkan.
 Monitoring Menejer perlu memonitoring staf secara individual
tentang performa mereka, apakah mereka memberikan asuhan
dengan baik sehingga pasien mendapat asuhan yang bermutu tinggi.
 Penghargaan. Menejer yang efektif akan menggunakan sebuah
penghargaan untuk mendorong dan memotivasi stafnya dalam
melakukan pekerjaan.
 Pengembangan Manejer yang efektif akan memberikan kesempatan
bagi staf untuk mengembangkan diri melalui pelatihan, simposium,
atau mengikuti pendidikan yang lebih tinggi hal ini dikarenakan
manejer yang efektif akan mampu melihat stafnya sebagai aset yang
sangat berharga sehingga perlu untuk dikembangkan secara
individual.
 Representasi Menejer yang efektif akan mampu membawa suara
anggota stafnya pada diskusi atau rapat dengan manejer tingkat
puncak
b. Ketua Tim
1) Pengkajian: Mengumpulkan data kesehatan klien
2) Perencanaan
a) Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
b) Menyusun rencana asuhan keperawatan
c) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan Keperawatan
d) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
e) Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
f) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

16
3) Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim Keperawatan
b) Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
c) Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
d) Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama tim
kesehatan lain
e) Mengatur waktu istirahat anggota tim
f) Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
g) Fungsi pengarahan:
h) Memberikan pengarahan kepada anggota tim
i) Memberikan bimbingan pada anggota tim
j) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
k) Mengawasi proses pemberian asuhan keperawatan
l) Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
m) Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
n) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
Fungsi pengendalian:
a) Mengevaluasi asuhan keperawatan
b) Memberikan umpan balik pada pelaksana
c) Memperhatikan aspek legal dan etik
d) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
c. Perawat Pelaksana
Keperawatan primer (primary nursing) adalah sistem pemberian asuhan
keperawatan di tingkat rawat inap yang dapat mempermudah realisasi praktek
keperawatan profesional. Sistem ini menyediakan asuhan yang berfokus pada
pasien yang secara individualdan komprehensif, berkesinambungan sejak pasien
dirawat di rumah sakit sampai keluar pindah ke institusi lain (Modul pelatihan
manajemen bangsal keperawatan, 2009).
Tugas pokok perawat pelaksana:
a. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang

17
1) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun
2) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
3) Mencatat dan melaporkan semua tindakan keperawatan dan respon
klien dancatatan keperawatan.
b. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab
1) Memberi obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan di operasi.
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, dan spiritual dari klien
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman
danketenangan.
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan secara diagnostic
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuan.
f. Memberi pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut.
g. Membantu kepala ruang dalam pelaksanaan ruangan secara administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal dunia.
2) Sensus harian dan formular
3) Rujukan atau penyuluhan PKMRS
h. Mengantar dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan.
j. Melaksanakan tugas dinas pagi, siang atau malam secara bergantian.
k. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya.
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
m. Membuat laporan harian.

B. Keselamatan Pasien
1. Definisi Keselamatan Pasien
Pemberian pelayanan kesehatan merupakan kerja sistem yang berpotensi

18
mengalami error, maka atas dasar itu mendorong penyusunan sistem yang lebih
aman agar potensi kesalahan dapat diminimalkan. Masyarakat mendapat pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan mulai dari PPK ( Pemberi Pelayanan Kesehatan)
tingkat pratama, kedua dan ketiga. Pemberian pelayanan kesehatan harus berfokus
pada pasien. Perawat dan semua tenaga kesehatan harus terus menjaga keselamatan
pasien.
Menurut National Health Performance Committee (NPHC, 2001, dikutip
dari Australian Institute Health and Welfare (AIHW, 2009) mendefinisikan
keselamatan pasien adalah menghindari atau mengurangi hingga ketingkat yang
dapat diterima dari bahaya aktual atau risiko dari pelayanan kesehatan atau
lingkungan dimana pelayanan kesehatan diberikan.
Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit
cedera fisik/sosial/psikologis, cacat, kematian dll) terkait pelayanan yang lebih
aman. Termasuk di dalamnya asesmen resiko, identifikasi dan manajemen resiko
terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya resiko. (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2015)
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi :
a. Assesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes
RI Nomor 11, 2017)
2. Tujuan Keselamatan Pasien
a. Aman ( Safety), yaitu pasien yang menerima pelayanan kesehatan terbebas dari
luka atau cedera
b. Efektif ( Effective), yaitu memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi
dan ilmu pengetahuan

19
c. Berfokus pada pasien ( Patient–centered ) yaitu memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan pasien
d. Menurunkan waktu tunggu (timely), yaitu petugas kesehatan harus bekerja
dengan cepat dan tepat agar pasien tidak menunggu lama untuk menerima
pelayanan
e. Efisien ( Efficient), yaitu menggunaan bahan dan alat sesuai dengan keperluan
f. Pelayanan sesuai stndar (Equitable), yaitu petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien harus sesuai dengan standar pelayanan
yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan utama dari keselamatan pasien adalah:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di fasilitas kesehatan
Tujuan utama diadakannya pasien safety adalah untuk menciptakan
Adanya kebudayaan keselamatan yang terdapat pada rumah sakit. Dengan
adanya kebudayaan keselamatan inilah seseorang yang berada di lingkungan
rumah sakit akan lebih sadar terhadap para pasien yang membutuhkan.
b. Menurunkan kejadian yang tidak diharapkan di fasilitas kesehatan
KTD atau kejadian tidak diinginkan akan semakin menurun di
lingkungan rumah sakit karena seseorang di lingkungan rumah sakit akan lebih
sadar terhadap keselamatan. Oleh karena itu, risiko kejadian tidak diinginkan
akibat dari kesalahan pengobatan ataupun kesalahan jenis obat yang dikonsumsi
akan banyak berkurang.
c. Meningkatnya akuntabilitas fasilitas kesehatan
Tidak hanya adanya penurunan kejadian tidak diinginkan di rumah sakit,
dengan adanya kesadaran keselamatan di rumah sakit juga akan meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit pada pasien maupun masyarakat sehingga seseorang
akan lebih percaya terhadap Rumah Sakit tersebut.
d. Terlaksananya program program keselamatan pasien di fasilitas kesehatan
Mencegah hal-hal yang tidak diinginkan memang cukup penting untuk
dilakukan di lingkungan rumah sakit dan dengan adanya pasien safety di rumah
sakit juga akan melaksanakan program program tersebut sebagai upaya untuk
mencegah kejadian yang tidak diinginkan lagi.

20
3. Standar Keselamatan Pasien
Menurut Kemenkes RI (2015), dalam keselamatan pasien terdapat tujuh standar,
yaitu:
a. Hak pasien
Pasien dan keluarga berhak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan, serta kemungkinan kejadian yang tidak
diharapkan.
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarga tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien terkait asuhan yang diberikan.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antartenaga kesehatan dan unit pelayanan.
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
sudah ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien,
menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi rsiko
keselamatan pasien dan mengurangi kejadian yang tidak diharapkan,
menumbuhkan komunikasi antar unit dan individu tentang keselamatan
pasien, mengalokasikan sumber daya untuk meningkatkan kinerja rumah sakit
dan meningkatkan keselamatan pasien, dan mengkaji efektivitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup ketertarikan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas, dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

21
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal, dan transmisi data serta informasi harus tepat waktu dan akurat.
h. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
sudah ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
i. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien,
menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi rsiko
keselamatan pasien dan mengurangi kejadian yang tidak diharapkan,
menumbuhkan komunikasi antar unit dan individu tentang keselamatan pasien,
mengalokasikan sumber daya untuk meningkatkan kinerja rumah sakit dan
meningkatkan keselamatan pasien, dan mengkaji efektivitas kontribusinya
dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
4. Langkah Penerapan Keselamatan Pasien
Menurut Kemenkes RI (2015), dalam menerapan standar keselamatan
pasien, rumah sakit harus melaksanakan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
sebagai berikut.
Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
a. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
b. Pimpinan dan dukung staf
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang penerapan
program keselamatan pasien di rumah sakit.
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang berpotensi timbulnya masalah.
d. Kembangkan sistem pelaporan
Memastikan staf agar dengan mudah dalam melakukan pelaporan kejadian atau
insiden, serta mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah

22
Sakit (KKP-RS)
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien Mendorong staf
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu bisa terjadi.
g. Cegah cedera melalu implementasi sistem keselamatan pasien Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan
5. Sasaran Keselamatan Pasien
Setiap rumah sakit wajib melakukan upaya pemenuhan sasaran keselamatan
pasien. Menurut (Joint Commission, 2020) sasaran keselamatan pasien terdiri dari:
a. Identifikasi pasien dengan benar
Menggunakan setidaknya dua cara untuk mengidentifikasi pasien. Misalnya,
gunakan nama pasien dan tanggal lahir. Hal ini dilakukan untuk memastikan
setiap pasien mendapatkan obat dan pengobatan yang tepat.
b. Meningkatkan komunikasi staf
Meningkatkan komunikasi efektif antar staf untuk menghindari
miscommunication dan kesalahan tindakan.
c. Gunakan obat-obatan dengan aman
1) Sebelum prosedur, beri label obat yang tidak berlabel. Misalnya, obatobatan
di spuit, gelas, dan baskom. Lakukan ini di area tempat obatobatan dan
persediaan yang telah disiapkan.
2) Berhati-hatilah dengan pasien yang minum obat untuk mengencerkan darah.
3) Mencatat dan menyampaikan informasi yang benar tentang obatobatan
pasien, mencari tahu obat apa yang diminum pasien, membandingkan obat
tersebut dengan obat yang baru diberikan pasien, memberikan informasi
tertulis kepada pasien tentang obat-obatan yang perlu mereka minum dan
memberi tahu pasien bahwa penting untuk membawa daftar obat terbaru
mereka setiap kali mengunjungi dokter.
4) Menggunakan alarm dengan aman Melakukan perbaikan untuk memastikan
bahwa alarm pada peralatan medis terdengar dan direspon tepat waktu.
5) Identifikasi risiko keselamatan pasien

23
Mengurangi risiko bunuh diri dengan mengidentifikasi setiap pasien yang
berisiko.
6) Mencegah kesalahan dalam pembedahan
a) Memastikan bahwa pembedahan yang benar dilakukan pada pasien
yang benar dan di tempat yang benar pada tubuh pasien.
b) Tandai tempat yang benar pada tubuh pasien pada lokasi pembedahan
yang akan dilakukan
c) Jeda sebelum operasi untuk memastikan bahwa kesalahan tidak
dilakukan
6. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Pembahasan 9 Solusi Keselamatan Pasien
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names)
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan
staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan
obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan
potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik
serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan
perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi kepada

24
bukan keluarganya, dan sebagainya. Rekomendasi ditekankan pada metode
untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam
proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam
suatu sistem layanan kesehatan, dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini,
serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama
yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi. Komunikasi akan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien
antara unit- unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak
tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera. terhadap pasien. Rekomendasi
ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan
protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan
kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan pada saat serah terima, dan melibatkan para pasien serta keluarga
dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-
kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh
yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak
kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan
proses verifikasi pra-pembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah
oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat

25
dalam prosedur "Time out" sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi
dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk / bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik. Selain itu untuk obat-obatan
sitostatika harus ditangani dengan hati-hati oleh setiap petugas yang
menyimpan dan mendistribusikan.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/ pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi
pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap
dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut
sebagai "home medication list", sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi; dan komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan
yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
Selang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah terjadinya KTD (Kejadian Tidak kemungkinan
terjadinya Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau
cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan
perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan
bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan
sambungan & slang yang benar).
Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai Salah satu keprihatinan global terbesar
adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang
(reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai

26
ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip
pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai
penularan infeksi melalui darah; dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit.
Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk
menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi
penggunaan cairan "alcohol-based hand-rubs" tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik
kebersihan tangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih
ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan
melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

C. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


1. Definisi Pencegahan Pengendalian Infeksi
Infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana terdapat respons imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adaya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respons imun dan gejala klinik.
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan
untuk mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan.
2. Proses Pencegahan Pengendalian Infeksi
Proses terjadinya bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas penjamu, agen
infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor
risiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi
insiden terjadinya infeksi (HAIs) baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.
3. Tujuan Pencegahan Pengendalian Infeksi
Tujuan dari pencegahan dan pengendalian infeksi adalah untuk membantu
mengurangi penyebaran infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan, dengan
penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi oleh National Infection Control
Policies. Tujuan utama adalah untuk mendukung promosi kualitas pelayanan

27
kesehatan yang aman bagi pasien, petugas kesehatan, dan orang lain dalam
perawatan kesehatan dan lingkungan dengan cara yang hemat biaya.
4. Strategi Pencegahan Pengendalian Infeksi
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
a. Peningkatan daya tahan penjamu. Daya tahan penjamu dapat meningkat dengan
pemberian imunisasi aktif, pemberian imunisasi pasif (immunoglobulin), dan
nutrisi yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan
dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan
(pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode
kimiawi termasuk klorinasi air, dan disinfeksi.
c. Memutuskan rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah
untuk mencegah penularan penyakit infeksi, akan tetapi hasilnya sangat
tergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu isolation
precautions (kewaspadaan isolasi) yang terdiri dari dua pilar yaitu standard
precautions (kewaspadaan standa) dan transmission-based precautions
(kewaspadaan berdasarkan cara penularan)
d. Tindakan pencegahan paska pajanan (post exposure prophylaxis/PEP) terhadap
petugas kesehatan. Hal ini berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang
ditularkan melalui darah dan caiaran tubuh lainnya, yang sering terjasi karena
luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya.
e. Standar Kepatuhan Kewaspadaan Infeksi
Berdasarkan Association for Professionals in Infection Control and
Epidemiology (APIC) kepatuhan kewaspadaan Standar terdapat 8 (delapan)
indikator yang terdiri dari:
1) Mencuci tangan sebelum memberikan perawatn kepada pasien.
2) Gunakan sarung tangan apabila kontak dengan darah/caiaran tubuh,
membrane mukuso atau kulit yang tidak utuh pada semua pasien.
3) Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan area perawatan pasien.
4) Mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan.
5) Buang jarum pada tempat pembungan tanpa menutup kembali.

28
6) Gunakan gaun, kacamata atau pelindung wajah ketika adanya percikan atau
semprotan dari caiaran tubuh.
7) Ketika menggunakan sarung tangan kotor jangan menyentuh area bersih
dari ruangan/pasien.
8) Needleboxes tidak terisi dengan penuh.
f. Cakupan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (Murti dkk,2022).
(Kemenkes RI (2011) menulisakan bahwa ada sepuluh hal yang perlu dilakukan
dalam pelaksanaan PPI, yaitu:
1) Kebersihan tangan.
2) Penggunaan alat pelindung diri.
3) Penatalaksaan peralatan pasien dan linen.
4) Pengelolaan limbah.
5) Pengendalian lingkungan rumah sakit.
6) Kesehatan karyawan/perlindungan pada petugas kesehatan.
7) Penempatan/isolasi pasien.
8) Hygiene respirasi/etika batuk.
9) Praktik menyuntik yang aman.
10) Praktik lumbal Pungsi.
g. Prinsip Pencegahan Infeksi (Murti dkk,2022)
Menurut Dartiwen dkk (2020) dalam pencegahan infeksi ada prinsip-prinsip
dasar yang harus diketahui oleh penolong persalinan, yaitu:
1) Setiap orang dianggap berpotensi menularkan penyakit. Hal ini diakibatkan
beberapa kasus infeksi yang dialami sering tidak menunjukkan gejala.
2) Setiap orang dianggap dapat terkena infeksi.
3) Setiap benda maupun peralatan yang digunakan saat melakukan tindakan
dianggap telah terkontaminasi dan perlu dilakukan pencucian dan
pembersihan kembali sesuai dengan prosedur yang tepat.
4) Jika belum yakin dengan proses aseptik terhadap lingkungan maupun
peralatan yang terkontaminasi maka dianggap masih terkontaminasi.
5) Meskipun resiko mengalami infeksi selalu ada dan bukan merupakan hal
yang dapat dihilangkan, tetapi dengan pelaksanaan prosedur pencegahan

29
infeksi yang benar dan tepat dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
resiko infeksi

D. SDKI, SLKI, dan SIKI


a. Definisi SDKI, SLKI, dan SIKI
SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI
dan merupakan gabungan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA, ICNP dan
Carpenito. Terdapat 148 diagnosa keperawatan dalam SDKI dengan label diagnose
sesuai dengan NANDA 2015-2017 disusun oleh PPNI sebagai organisasi profesi
perawat yang bertanggung jawab secara nasional untuk meningkatkan
profesionalisme perawat dan kualitas asuhan keperawatan (SDKI, 2016). Diagnosa
ini sudah disesuaikan dengan budaya Indonesia serta karakteristik pasien yang
dirawat di Indonesia (SDKI, 2016).
SLKI adalah luaran keperawatan akan menjadi acuan bagi perawat dalam
menetapkan kondisi atau status kesehatan seoptimal mungkin kepada klien yang
diharapkan dapat dicapai oleh klien seteah pemberian intervensi keperawatan
(PPNI, 2019; AkhuZaheya et al., 2018 ).
SIKI adalah segala bentuk terapi yang dikerjakan perawat yang diberikan
kepada klien di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu , keluarga dan
komunitas (PPNI, 2019; AkhuZaheya et al., 2018 ).
b. Tujuan ditetapkan SDKI,SLKI,SIKI
1. Meningkatkan otonomi perawat
2. Acuan dalam menegakkan diagnosis, luaran dan rencana intervensi
3. Meningkatkan Komunikasi interprofesional
4. Meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan
5. Mengukur beban kerja dan reward perawat
c. Tahapan Penegakan Diagnosis dan Penentuan Luaran Serta Intervensi Keperawatan
Tahapan ada 5 (Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley,
Ladwig & Makic (2017); Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry
(2013) :
1. Analisis data : Bandingkan data dengan nilai normal dan pengelompokkan
data.

30
2. Identifikasi masalah : Masalah Aktual, Risiko, Promkes.
3. Perumusan diagnosis : Three part (Aktual) dan Two part (Risiko dan Promkes).
4. Penentuan luaran : Label Luaran dan Kriteria Hasil.
5. Penentuan intervensi : Label Intervensi dan Tindakan
d. Proses Penegakan Diagnosis dan Penentuan Luaran Serta Intervensi Keperawatan
1. Proses menarik kesimpulan dari masalah yang dialami pasien dengan
menggunakan clinical judgement (penilaian klinis).
2. Penetapan luaran dan intervensi di dasarkan pada diagnosis keperawatan.
3. Penulisan label merujuk pada SDKI, SLKI dan SIKI.
e. Kekeliruan dalam Menuliskan Diagnosis Keperawatan
1. Menggunakan diagnosis medis.
2. Menghubungkan masalah dengan situasi yang tidak dapat diubah.
3. Etiologi kurang spesifik.
4. Menggabungkan dua diagnosis keperawatan.
5. Menghubungkan satu diagnosis dengan diagnosis lainnya.
6. Menulis pernyataan yang tidak bijaksana secara hukum.
f. Penulisan Intervensi Keperawatan
1. Setiap kalimat diawali dengan kata kerja (verb) bentuk perintah.
2. Hindari menggunakan kata kaji, observasi dan evaluasi. Dianjurkan
menggunakan periksa, identifikasi, monitor.
3. Hindari mengkombinasikan dua ide dalam satu tindakan.
4. Susun tindakan-tindakan keperawatan secara sistematis.
5. Dapat dilakukan 3 hal (addition, deletation, modification) berdasarkan kondisi
pasien
g. Landasan Hukum Keperawatan
1. Pasal 13 UU No. 44 tahun 2009 tentang RS Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
RS, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak
pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien.
2. Pasal 66 UU No. 36 tahun 2014 tentang Nakes Setiap tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar
pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional, (SDKI,SIKI,SLKI).

31
3. Pasal 36 UU No. 36 tahun 2014 tentang Nakes Standar profesi dan standar
pelayanan Profesi untuk masing-masing tenaga kesehatan ditetapkan oleh
organisasi profesi dan bidang kesehatan dan disahkan oleh menteri
4. Pasal 28 No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan Praktik Keperawatan harus
didasai pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur
operasional, (SDKI,SIKI,SLKI).
5. Pasal 30 UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan Dalam menjalankan
tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat berwewenang, untuk
menegakkan diagnosis keperawatan.
h. Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan (Standar Praktik Keperawatan (PPNI, 2005);
International Classification of Nursing Practice-Diagnosis Clafication (ICNP,
2015).
1. Negatif : Aktual/Tanda dan gejala mayor dan minor, Resiko/Faktor resiko.
2. Positif : Promosi kesehatan/Tanda dan gejala mayor dan minor.
i. Komponen Diagnosis Keperawatan
Masalah yaitu label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dan
respon klien terhadap kondisi kesehatan. Indikator Diagnostik Terdiri atas
penyebab, tanda atau gejala dan factor risiko. penyebab (etiologi) merupakan factor
yang mempengaruhi perubahan yang mencakup 4 hal:
1. Fisiologis, biologis atau psikologi,
2. Efek terapi atau tindakan,
3. Situasional (lingkungan atau personal),
4. Maturasional. Tanda (sign) dan gejala (symptom) tanda merupakan data
obyektif dari hasil pemeriksaan sedangkan gejala merupakan data subyektif
dari anamnesa.
Tanda dan Gejala ada 2 yatu:
1. Mayor yaitu tanda atau gejala ditemukan sekitar 80-100% untuk validasi
diagnosis.
2. Minor yaitu tanda atau gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan
dapat mendukung penegakkan diagnosis.
j. Jenis Luaran dan Intervensi Kepeawatan
1. Jenis Luaran Positif (Arahnya meningkatkan atau memperbaiki) yaitu

32
a) Bersihan Jalan Nafas,
b) Keseimbangan Cairan,
c) Integritas Kulit dan Jaringan,
d) Citra Tubuh
2. Jenis Luaran Negatif (Arahnya menurunkan ) yaitu
a) Tingkat Nyeri
b) Tingkat Keletihan
c) Tingkat Anxietas
d) Tingkat Berduka
3. Komponen Luaran :
a) Label: Kondisi, perilaku atau persepsi pasien yang dapat diubah atau diatasi
dengan intervensi keperawatan, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 jam, maka bersihan jalan nafas meningkat.
b) Ekspektasi: Penilaian terhadap hasil yang diharapkan tercapai, ada 3
penilaian yaitu Meningkat Digunakan untuk luaran positif,Menurun
digunakan untuk luaran negative, membaik digunakan luaran yang tidak
dapat diekspektasikan menurun atau meningkat.
c) Kriteria Hasil: Indikator/Karakteristik dari masing-masing kriteria hasil
dapat dalam bentuk skor dengan skala 1 sampai dengan 5.
4. Komponen Intervensi
a) Label : Ada 18 Deskriptor Intervensi yaitu dukungan, edukasi, kolaborasi,
konseling, konsultasi, latihan, manajemen, pemantauan, pemberian,
pemeriksanaan, pencegahan, pengontrolan, perawatan, promosi, rujukan,
resusistasi, skrining, terapi.
b) Definisi : Ada 4 Jenis yaitu tindakan observasi, tindakan terapeutik,
tindakan edukasi, tindakan kolaborasi.
c) Tindakan

33
BAB III
ANALISA SITUASI

A. Gambaran Umum Rumah Sakit


1. Sejarah Singkat RS Haji Jakarta
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan salah satu dari empat Rumah Sakit
Haji di Indonesia setelah Rumah Sakit Haji Medan, Rumah Sakit Haji Ujung
Pandang, Rumah Sakit Haji Surabaya. Keempat Rumah Sakit Haji ini dibangun
sebagai wujud dari gagasan di lingkungan masyarakat, khususnya para
Hujjaj/Persaudaraan haji untuk mendirikan suatu "Monumen" untuk mengenang
tragedi terowongan Al - Muaisin Mina yang menelan lebih dari 600 jemaah Haji
indonesia pada tahun 1990/1410 H.
Penandatanganan Prasasti Pendirian Rumah Sakit Haji dilakukan oleh
Bapak Presiden Soeharto di Jakarta pada 28 Februari 1992 sebagai kelanjutan Surat
Keputusan Bersama tiga Menteri (Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan
Menteri Kesehatan) tentang pembentukan Panitia Pembangunan Rumah Sakit Haji
Jakarta di empat Embarkasi.
Tanggal 1 Oktober 1993 dimulai dari proses pembangunan Rumah Sakit
Haji jakarta yang ditandai dengan dilakukannya pengeboran pertama pondasi
"Bored File" dan penekanan tombol bersama oleh Menteri Agama (Dr. H. Tarmizi
Taher) dan gubernur DKI jakarta (Soerjadi Soedirja).
Pembangunan Rumah Sakit Haji Jakarta diselenggarakan oleh sebuah
panitia daerah sesuai SK Gubernur DKI jakarta nomor 645 tahun 1993. Rumah
Sakit yang dibangun dengan standar C+ berlokasi bersebelahan dengan Asrama
Haji Jakarta pondok gede Jalan Raya Pondok Gede No. 4 Jakarta Timur diatas
lahan seluas 1 ha dengan luas bagunan 14.000 m2 ini terdiri dari 6 (enam) lantai,
diresmikan penggunaannya oleh Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 12
november 1994. Pembangunan monumen bersejarah ini meghabiskan dana kurang
lebih Rp. 23,9milyar.
2. Visi Misi RS Haji Jakarta
Visi
Menjadikan rumah sakit pendidikan yang islami dan terbaik dalam pelayanan
internasional 2025

34
Misi
n. Menyelenggarakan Good Corporate Governance
o. Meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup manusia secara akuntable
p. Melaksanakan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan islami,paripurna
dan berkualitas
q. Mempersiapakan dan meningkatkan sumber daya manusia dan sumber
dayalainnya untuk mencapai rumah sakit berkelas dunia. Mengembangkan
sistem rumah sakit yang handal.
3. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
Rawat Inap Rawat Jalan Layanan 24 Jam Layanan Khusus
Rawat Inap VVIP Poliklinik Umum IGD (Instalasi Layanan
Gawat darurat) Perawatan Luka
Rawat Inap VIP Poliklinik THT Laboratorium Kamar Operasi
Rawat Inap Utama Poliklinik Penyakit Radiologi
Dalam
Rawat Inap Anak Poliklinik Syaraf Kamar Operasi
VIP
Rawat Inap Kelas I Poliklinik Kulit Kamar Bersalin
dan Kelamin

Rawat Inap Kelas Poliklinik Anak Farmasi


II
Ruang Isolasi Poliklinik Gigi ICU (Intensive
Kelas I Care Unit)
Ruang Isolasi Poliklinik NICU (Neonatal
Kelas II intensive Care
Unit)
Ruang Isolasi Akupuntur PICU (Pediatric
Kelas III Intensive Care
Unit)
Rawat Inap Kelas Poliklinik Jantung Ambulan
III

35
LAYANAN Poliklinik Bedah Bank Darah
ISOLASI COVID-
19
Poliklinik Psikiater Pemulasaraan
Jenazah
Poliklinik Paru
Poliklinik
Rehabilitasi Medik
Poliklinik
Kandungan dan
Kebidanan
Poliklinik
Endoscopy
Poliklinik Gizi
Poliklinik Medical
Chek Up
Klinik Kesehatan
Haji dan Umroh
Anestesi
Poliklinik
Psikologi

B. Gambaran Ruang Hemodialisa


1. Fungsi Perencanaan
1. Visi
Ruangan Visi ruangan mengikuti visi dari RS, tidak ada visi khusus
tiapruangan.
2. Misi
Ruangan Misi ruangan mengikuti misi dari RS, tidak ada misi khusus tiap
ruangan.
3. Kapasitas tempat tidur

36
Ruang HD ini terletak di lantai 1. Letak Ruang HD dekat dengan ruang
IGD. Ruang HD terdiri dari 1 kamar VIP dan 1 kamar isolasi, untuk ruang
gabung terdiri 28 bed. Untuk total bed yang bisa diguakan di ruang Hemodialisa
berjumlah 30 bed. Ruang hemodialisa memiliki ruang reus untuk pengolahan
alat kesehatan yang reusable. Ruang hemodialisa memiliki mesin hemodialisa
35 mesin yang terdiri dari 30 mesin hemodialisa yang digunakan dan 5 mesin
untuk cadangan. Ruang hemodialisa dilengkapi dengan nurse station, ruang
tunggu pasien, dan pantry.
4. Pendokumentasian
Hasil observasi akan didokumentasikan di dalam rekam medis.
5. Fasilitas untuk pasien
1) Tempat tidur pasien
2) Kasur, bantal, dan selimut
3) Meja laci
4) AC
5) Toilet
6) Ruang tunggu
7) Tempat cuci tangan/wastafel
8) TV
9) Oksigen
10) Tiang infus
11) Mesin hemodialisa
12) handsanitizer
13) Tempat sampah
14) Pengukuran berat badan

37
2. Fungsi Pengorganisasian
STRUKTUR ORGANISASI
RUANG HEMODIALISA RS HAJI JAKARTA

Keterangan :
 Ruang hemodialisa terdiri dari 2 Katim yang bertugas sebagai penanggung
jawab tim
 Jumlah perawat pelaksana di ruang hemodialisa berjumlah 20 orang
3. Fungsi Pengarahan
a. Penghitungan Ketenagaan
 Kepala Ruangan : 1 orang
 Kepala Tim : 2 orang
 Perawat Pelaksana : 18 orang

38
Maka didapatkan hasil:
Rata-Rata Jumlah pasien perhari 55
Jumlah jam perawatan : 4 jam
Jam efektif/hari : 7 jam
Kebutuhan tenaga perawat di HD :

Koreksi 15% = 31 x 0,15 = 4,65 = 5 orang


Total kebutuhan perawat HD adalah 31 + 5 = 36 orang
b. Pendelegasian
Pendelegasian tugas di ruang hemodialisa dilakukan oleh kepala ruangan
kepada seluruh perawat, dengan kategori 1 perawat mahir yang telah memilki
sertifikat pelatihan akan menaungi 3 perawat yang belum mahir dan
bertanggung jawab kepada pasien dengan keadaan umum yang berat.
c. Supervisi dan Ronde Keperawatan
Supervisi dan ronde keperawatan di ruang HD dilakukan oleh komite
keperawatan. Namun, tidak terjadwal dan dapat dilakukan satu sampai dua kali
dalam setahun.
d. Handover
Ruang Hemodialisa merupakan unir rawat jalan yang perawatnya
bertanggung jawab dengan pasien berbeda disetiap shiftnya sehingga tidak
dilakukan handover. Namun, handover dilakukan jika terdapat pasien yang
dilakukan jika ada pasien yang belum selesai di shift tersebut sehingga harus
dilanjutkan oleh shift berikutnya.
4. Fungsi Pengendalian
Indikator Mutu
a. BOR (Bed Occupancy Rate)
Rumus : Jumlah Tindakan Hemodialisis x 100 %
Target Pencapaian
BOR Harian : 50 x 100 % = 78 %
64
BOR Januari 2023 : 1284 x 100 % = 84,9 %
1512

39
C. Hasil Assesment
1. Hasil Kuesioner Kepala Ruangan
Table 1 Hasil Kuesioner Kepala Ruangan
Jawaban
No. Tugas yang dinilai Keterangan
Ya Tidak
A. Fungsi Perencanaan
1. Apakah karu telah menyusun  Rencana harian
rencana jangka pendek, seperti (rekap absen),
rencana harian, bulanan dan tahunan rencana bulanan
(rapat bulanan dan
supervise setiap 3
bulan)
2. Apakah karu mengadakan rapat rutin  Rapat bulanan
dengan perawat ruangan dilakukan setiap
hari rabu pada
minggu ke 2
3. Apakah karu merencanakan dan 
melaksanakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan
4. Apakah karu telah menyusun 
indicator mutu pelayanan
5. Apakah karu terlibat dalam 
penyusunan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK), Standar
Operasional Prosedur (SOP)
6. Apakah Karu terlibat dalam 
kebijakan dan ketentuan yang
mengatur tentang jenjang karir
perawat
7. Apakah Karu terlibat dalam 
rencana programpengembangan
tenaga keperawatan baik melalui

40
program pendidikan maupun
pelatihan
8. Apakah Karu terlibat dalam 
perencanaan sarana dan prasarana
untuk menunjang pelayanan
keperawatan
9. Apakah ada rincian tugas klinis 
yang digunakan?(kasus) Jelaskan
B. Pengorganisasian
1. Apakah ada cara pemilihan kepala 
ruangan, kepala tim dan perawat
pelaksana? Dan jelaskan
2. Apakah struktur organisasi yang 
ada sekarang cukup memadai dalam
memberikan danmenjalankan
pelayanan keperawatan
3. Apakah struktur yang ada 
memudahkan anda dalam
berkomunikasi
4. Apakah wewenang dan tanggung 
jawab setiap jabatan dalam struktur
cukup jelas?
5. Apakah ada uraian tugas bagi setiap 
jabatan dalam struktur? Jika ya,
apakah anda paham tentang uraian
tugas tersebut?
C. Staffing/Ketenaga Kerjaan
1. Apakah Karu membagi jadwal dinas 
staf perawat bersama Katim
2. Apakah Karu rutin membuat daftar 
klien bersama Katim

41
3. Apakah jumlah tim yang 
dibutuhkan ruanganterpenuhi? Dan
berapa jumlah tim yang dibutuhkan
setiap shift dan per hari? Jelaskan
4. Adakah yang bertugas untuk 
melapor kepada DPJP? sebutkan
5. Apabila dalam 6 jam ruang rawat 
belum tersedia, apakah terdapat ruang
tunggu untuk pasien?
D. Pengarahan
1. Apakah Karu memimpin operan di 
ruangan
2. Apakah karu memimpin doa sebelum 
dan setelah conference
3. Apakah Karu ikut serta dalam setiap 
kegiatan pre conference
4. Apakah Karu ikut serta dalam setiap 
kegiatan post conference
5. Apakah Karu memberikan motivasi 
kepada tim perawat di ruangan
6. Apakah Karu mendelegasikan 
tugas ke tim perawat dengan jelas
7. Apakah Karu memfasilitasi 
kolaborasi dengan anggota tim
kesehatan yang lain dalam
pelaksanaanpelayanan keperawatan
8. Apakah karu mengawasi perawat 
dalam mengelola klien dengan
komunikasi langsung
9. Apakah karu dan katim 
memberikan supervisi kepada
perawat pelaksana di ruangan

42
10. Apakah karu mengecek kedisiplinan 
staf perawat setiap hari
11. Apakah Karu membimbing 
mahasiswa di ruangan
12. Apakah karu mengingatkan 
tentang indikator mutu syariah
kepada tim perawat di ruangan
E. Pengendalian
1. Apakah Karu melakukan 
pengendalian dan pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan di
ruangan
2. Apakah Karu ikut serta dalam 
memecahkan permasalahan di
ruangan
3. Apakah Karu menerapkan 
indikator mutu pelayanan di
ruangan
4. Apakah Karu melakukan audit 
dokumentasi di ruangan
5. Apakah Karu ikut serta dalam survei 
kepuasaan terhadap klien atau
keluarga, perawat dan dokter
6. Apakah Karu melakukan pemeriksan 
kelengkapan persediaan stastus
keperawatan setiap hari

Hasil analisis : Berdasarkan hasil analisa dari kuisioner, observasi dan wawancara
yang kami lakukan kepada Kepala Ruangan Hemodialisa, didapatkan bahwa kepala
ruangan : Tidak mengecek kedisiplinan staft perawat setiap hari. Hal ini terjadi karena
dengan adanya kesibukan kepala ruangan di jam shit pada hari itu seperti sedang
mengatur dan mengendalikan logistik untuk ruangan. Namun kepala ruangan tidak
mengabaikan kedisiplinan tersebut dengan cara pengawasan tidak langsung yaitu

43
mengecek daftar hadir, membaca dan memeriksa catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan. Kepala ruangan juga dapat mendengar laporan dari
perawat primer.

2. Hasil Kuesioner Kepala Tim


Table 2 Hasil Kuesioner Kepala Tim
Jawaban
No. Tugas yang dinilai Keterangan
Ya Tidak
A. Perencanaan
1. Apakah Katim melakukan 
pengkajian terhadap klien baru
2. Apakah Katim menetapkan 
renpra berdasarkan SDKI, SLKI,
dan SIKI sesuaidengan hasil
pengkajian
3. Apakah Katim membuat 
perencanaan klien pulang
B. Pengorganisasian
1. Apakah Katim membuat daftar klien 
bersama kepala ruangan
2. Apakah Katim menetapkan perawat 
pelaksana yang bertanggung jawab
pada setiap klien
3. Apakah Katim menjelaskan renpra 
yang sudah ditetapkan kepada
perawat pelaksana di
bawah tanggung jawabnya
sesuai klien yang dirawat pada
saat pre
conference
4. Apakah Katim melakukan pre 
conference di ruangan
5. Apakah Katim melakukan post 
conference di ruangan

44
6. Apakah katim ikut serta dalam rapat 
berkala yang dilakukan dengan
kepala ruangan
C. Staffing
1. Apakah katim membuat jadwal dinas 
bersama kepala ruangan
2. Apakah katim mendelegasikan 
tugas kepada perawat pelaksana
dengan sesuai
3. Bagaimana cara Katim 
mendelegasikan tugaskepada setiap
perawat pelaksana berdasarkan
jenjang karir PK (perawat klinis)
D. Pengarahan
1. Apakah Katim ikut serta dalam 
kegiatan ronde keperawatan dan
atau
konfrensi kasus
2. Apakah katim memberikan 
pengarahan pada perawat
pelaksana masing-masing
secara individual
3. Apakah Katim memberikan 
motivasi kepada perawat pelaksana
4. Apakah Katim mendelegasikan 
tugas kepada perawat pelaksana
secara jelas
E. Asuhan Keperawatan
1. Apakah katim melakukan kontrak 
denganklien/keluarga pada awal
masuk ruangan sehingga tercipta
hubungan terapeutik

45
2. Apakah Katim melakukan 
bimbingan dan evaluasi perawat
pelaksana dalam melakukan
tindakan keperawatan yang sesuai
dengan SOP
3. Apakah Katim memonitor 
dokumentasi yang dilakukan oleh
perawat pelaksana
4. Apakah Katim membantu dan 
memfasilitasi terlaksananya kegiatan
yang dilakukan oleh perawat
pelaksana
5. Apakah Katim melakukan tindakan 
keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan
keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh perawat pelaksana
6. Apakah Katim mengatur 
pelaksanaan konsul dan pemeriksaan
laboratorium
7. Apakah katim melakukan 
kegiatan serah terima klien
dibawah tanggung jawabnya
bersama dengan perawat pelaksana
8. Apakah katim melakukan evaluasi 
asuhan keperawatan dan
membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
9. Apakah katim melakukan pertemuan 
dengan klien/keluarga untuk
membahasa kondisi keperawatan
klien

46
10. Apakah katim memberikan 
pendidikan kesehatan kepada
klien/keluarga

Hasil analisis : Berdasarkan jawaban kuesioner dan observasi selama praktik dari tanggal
14-18 Februari 2022 bahwa kepala tim membagi perawat pelaksana berdasarkan keahlian
perawat yang berada di HD, kepala tim masih menerapkan NANDA NIC NOC dalam
pembuatan asuhan keperawatan, katim mendelegasikan tugas setiap perawat berdasarkan
pengalaman atau kemampuan kerja selama di HD.

3. Hasil Kuesioner Perawat Pelaksana


Table 3 Hasil Kuesioner Perawat Pelaksana
Jawaban
No Pernyataan S Sr Kd TP
N % n % n % n %
1. Saya melakukan cuci tangan sebelum 9 64 5 35
kontak dengan pasien
2. Saya melakukan cuci tangan sebelum 13 92 1 7,1
tindakan aseptik
3. Saya melakukan cuci tangan setelah 13 92 1 7,1
terkena cairan tubuh pasien
4. Saya melakukan cuci tangan setelah 12 85 2 14
kontak dengan pasien
5. Saya melakukan cuci tangan setelah 12 85 2 14
kontak dengan lingkungan sekitar pasien
6. Saya memberikan kesempatan dan 14 100
memfasilitasi klien untuk beribadah
menurut agamanya
7. Saya melakukan dokumentasi dan 14 100
evaluasi dari tindakan sesuai dengan
intervensi keperawatan
8. Saya menjaga privasi klien dalam 12 85 2 14
kegiatan asuhan keperawatan

47
9. Saya memperkenalkan diri saat 12 85 2
mengawali interaksi dengan pasien
10. Saya memberikan penjelasan tindakan 13 92 1 7,1
yang akan saya lakukan kepada pasien
11. Saya berpenampilan rapih dan 10 71 2 14 2 14
menggunakan identitas yang berlaku di
institusi
12. Saya memberikan informasi dan 11 78 3 21
menjawab pertanyaan klien dan keluarga
sesuai dengan kewenangan saya
13. Saya jujur, ramah dan menepati janji 13 92 1 7,1
dalam kegiatan praktik keperawatan
14. Saya meningkatkan kompetensi klinis 7 50 7 50
sesuai lingkup praktik melalui
(berbagai) kegiatan ilmiah berdasarkan
IPTEK terkini
15. Saya mengambil keputusan klinis dan 14 100
melaksanakan sesuai level tanggung
jawab saya
16. Saya menjaga mutu asuhan merujuk 11 78 3 21
pada indikator atau standar mutu yang
berlaku
17. Saya bertanggung jawab terhadap mutu 14 100
RS
18. Saya melaporkan bila menemukan 11 78 4 28
aktifitas pelayanan yang tidak sesuai
standar mutu untuk ditindak lanjuti
19. Saya meminta pendapat kepada perawat 11 78 2 14 1 7,1
dengan kompetensi/kewenangan yang
lebih tinggi bila diperlukan
20. Saya menunjukkan perilaku hidup sehat 11 78 3 21
di lingkungan tempat tinggal

21. Saya memberikan edukasi kepada pasien 8 57 6 42

48
22. Saya menghargai dan menghormati 12 85 2 14
sesama perawat sebagai teman sejawat
23. Saya bersikap terbuka dan menerima 11 78 3 21
kritik dari teman sejawat
24. Saya mengingatkan teman sejawat yang 10 71 3 21 1 7,1
berpotensi melanggar aturan dan etika
yang berlaku pada lingkup praktiknya
25. Saya memfasilitasi mahasiswa magang 11 78 2 14 1 7,1
praktik di ruangan
26. Saya bekerjasama secara setara dengan 12 85 2 14
mitra profesi dalam melaksanakan
asuhan klien
27. Saya berkontribusi dalam penyelesaian 11 78 3 21
konflik di lingkungan profesional

Hasil analisis : Berdasarkan data dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 14 orang
perawat pelaksana di Ruang HD RS Haji Jakarta pada tanggal 15-16 Februari 2023,
didapatkan hasil bahwa sebagian besar perawat pelaksana (100%) selalu melakukan
tugasnya sesuai dengan uraian tugas yang disepakati oleh ruangan yaitu dalam hal
memfasilitasi beribadah untuk klien, melakukan dokumentasi dan evaluasi sesuai dengan
intervensi keperawatan, mengambil keputusan klinis sesuai level dan bertanggung jawab
pada mutu RS. Sedangkan untuk perawat yang menjawab terbanyak dalam kategori
sering (42 %) dan kadang-kadang (50%) yaitu dalam hal mengedukasi pasien, dan juga
kurang dalam meningkatkan kompetensi klinis yang sesuai lingkup praktik berdasarkan
IPTEK terkini.
4. Hasil Kuesioner Kepuasan Pelayanan
Luar Sangat Cukup
Baik Buruk
KRITERIA biasa baik baik
N % N % N % N % N %
Perawat RS Haji Jakarta sangat 7 46,7 7 46,7 1 6,6
ramah dan baik hati kepada

saya

49
Perawat RS Haji Jakarta sangat 8 53,4 6 40 1 6,6
menghargai saya dan keluarga
Perawat RS Haji Jakarta 7 46,7 6 40 2 13,3
berusaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan fisik
saya seperti makan/minum,
bernafas, bergerak, bebas nyeri
dan lain-lain
Saya mendapatkan informasi 7 46,7 5 33,3 3 20
tentang kondisi, perawatan dan
pengobatan saya
Perawat RS Haji Jakarta 6 40 8 53,4 1 6,6
mengecek dan memonitor
perkembangan kondisi saya
sesuai kebutuhan
Perawat RS Haji Jakarta 6 40 8 53,4 1 6,6
mampu membuat saya merasa
aman dan nyaman
Selama dirawat disini, mereka 7 46,7 7 46,7 1 6,6
memberikan semangat dan
dukungan spiritual kepada
saya
Perawat RS Haji Jakarta 6 40 8 53,4 1 6,6
mampu menciptakan suasana
yang damai dan tenang
Saya diingatkan shalat oleh 6 40 8 53,4 1 6,6
Perawat RS Haji Jakarta
Saya diajarkan dan dibimbing 3 20 10 66,7 2 13,3
shalat selama dirawat
Perawat RS Haji Jakarta 8 53,4 6 40 1 6,6
mengajak saya untuk berdoa

50
dan membaca bismillah
sebelum dilakukan tindakan
(seperti pasang infus, makan,
mandi, injeksi dll)
Privasi/aurat saya selalu dijaga 8 53,4 6 40 1 6,6
oleh perawat RS Haji Jakarta
ketika harus membuka area
aurat saat melakukan prosedur

Hasil analisa : Berdasarkan hasil observasi terdapat kesenjangan pada poin


pertanyaan ke 10 yaitu “Saya diajarkan dan dibimbing shalat selama dirawat”,
bahwa perawat diruang hemodialisa tidak memfasilitasi (menawarkan) pasien untuk
shalat selamat proses hemodialisa. Tetapi dari keseluruhan pertanyaan, hampir semua
pasien mengatakan bahwa pelayanan di ruang hemodialisa sangat baik dan luar biasa
puas dengan pelayanan yang diberikan perawat selama proses hemodialisa.
5. Gambaran Umum Prasarana di Ruang Hemodialisa

Ketersediaan
No Standar Prasarana Keterangan
Ya Tidak

1. Ruangan Hemodialisis 

2. Ruangan pemeriksaan /  Ruang konsultasi


konsultasi digabung dengan
ruang dokter

3. Ruangan Dokter 

4. Ruangan Perawat (Nurse 


Station)

5. Ruangan Reuse 

6. Ruangan Pengolahan Air 


(Water Treatment)

51
7. Ruangan Sterilisasi Alat 
Gabung dengan
ruang reuse

8. Ruangan Penyimpanan Obat 


Gabung dengan
gudang

9. Ruangan Pimpinan 

10. Ruangan Administrasi  Terbuka, tidak ada


ruangan khusus dan
gabung dengan ruang
tunggu

11. Ruangan Pendaftaran/ 


penerimaan pasien dan
rekam medik

12. Ruang Penunjang Non Medik

sekurang-kurangnya terdiri dari :

Pantry 

Gudang peralatan 

Tempat cuci (Spoelhok)  Tidak terdapat


spoelhok , hanya
terdapat ruangan reuse
untuk tempat cuci
dialiser

13. Ruang Tunggu Keluarga Pasien 

14. Toilet Petugas  Hanya terdapat 1 toilet


di ruang hemodialisa

15. Toilet Pasien 

16. Toilet Penunggu Pasien 

52
17. Ventilasi 

18. Penerangan 

19. Sistem Keselamatan kerja dan 

Kebakaran

20. Toilet Khusus Pasien 

21. Toilet Khusus perawat 

22. Ruang Resusitasi 

23. Ruang VIP 

24. Ruang Isolasi 

Analisa Data: Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 14 – 15 Februari 2022 dengan
menggunakan lembar observasi prasarana di atas, menunjukan prasarana yang ada di
ruang hemodialisa mayoritas tersedia. Hal ini menggambarkan bahwa prasarana ruang
hemodialisa cukup dalam menunjang kebutuhan pasien selama melakukan proses cuci
darah. Kekurangan prasarana di ruang hemodialisa terletak pada tidak adanya ruang
pemeriksaan yag digabung dengan ruang dokter, ruang sterilisasi yang digabung
dengan ruang reuse, ruang penyimpanan obat yang digabung dengan gudang, ruang
administrasi yang terbuka serta bergabung dengan ruang tunggu keluarga pasien, toilet
petugas, pasien, keluarga pasien digabung karena hanya terdapat 1 toilet, tidak terdapat
spoelhok (tempat cuci) air panas.
6. Gambaran Umum Sarana di Ruang Hemodialisa
Ketersediaan
No Standar Sarana Jumlah Keterangan
Ya Tidak
1. Hollow Fiber  Tidak terkaji Barang menumpuk
berbagai ukuran di Gudang sehingga
jumlahnya tidak

dapat dihitung
2. Blood Line  Tidak terkaji
3. AV Fistula  Tidak terkaji

53
4. Disposable  Tidak terkaji
Syringe
5. Kassa Steril  Tidak terkaji
6. Blood Set  Tidak terkaji
7. Masker  Tidak terkaji
Disposible
8. Sarung Tangan  Tidak terkaji
Steril
9. Plester  Tidak terkaji
10. Oksigen Tabung  3
Peralatan
Ketersediaan
No Standar Sarana Jumlah Keterangan
Ya Tidak
1. Mesin  36 Terdapat mesin
Hemodialisa hemodialisa di
ruangan sebanyak
28, VIP 1, Isolasi 1,
ICU 1, 5 dijadikan
cadangan
2. Tempat  30
Tidur/Kursi Roda
3. Peralatan reuse  100
dialiser
4. Tensimeter  30
5. Stetoskop  4
6. Thermometer  1
7. Ambubag dewasa  1
8. Nurse call system  2 Ruangan VIP 1,
Isolasi 1

9. Tabung O2  3
10. Peralatan  Sterilisasi dilakukan
sterilisasi secara manual
11. Set emergency  1

54
12. Lemari obat 
13. Troli obat  1
14. Kom kecil  Tidak terkaji
15. Bak instrument  Tidak terkaji Ada yang sudah
berkarat
16. Tempat sampah  32 Bercampur dengan
infeksius non infeksius
17. Tempat sampah  1
non infeksius
18. Tempat linen  1
kotor infeksius
19. Tempat linen  1
kotor non
infeksius
20. Tiang infus  35
21. TV  9
22. AC  7
23. Linen  Tidak terkaji Lemari linen tidak
tertutup, tidak
terdapat first in dan
first out
24. Selimut  Tidak terkaji
25. Sarung bantal  Tidak terkaji
26. Handrub  33
27. Bantal  30
28. Wastafel khusus  1
perawat
29. Wastafel khusus  2

pasien
30. Lemari linen  1 Lemari linen tidak
tertutup, tidak
terdapat first in dan
first out

55
31. APD perawat  Tidak terkaji
(apron, googles,
handscoon,
masker)
32. Laci pasien  30
33. Kursi roda  3
34. Kassa non steril  20 pack
35. Loker perawat  14
36. Timbangan BB  1
37. Troli emergency  1
38. Oksimeter  2
39. Peralatan  2 APAR sudah expired
pemadam
kebakaran
(APAR)
40. Peralatan  1
komunikasi
eksternal (telepon
dan fax)
41. Peralatan ATK 
42. Lidocaine HCL 
43. NaCl (Natrium 
Sodium)
44. Heparin  Tidak ada logo high
alert
45. Bengkok 
46. Troli Tindakan  6

47. Kulkas obat  1 Bercampur dengan


makanan

Analisa Data: berdasarkan hasil observasi pada tanggal 14 – 15 Februari 2023 dengan
menggunakan lembar observasi sara di atas, didapatkan hasi bahwa sarana yang ada di
ruangan hemodialisa mayoritas tersedia. Hal ini menggambarkan bahwa sarana di
ruang hemodialisa termasuk kategori cukup dalam menunjang kebutuhan pasien
56
selama melakukan proses cuci darah. Namun, terdapat beberapa kekurangan pada
sarana di ruang hemodialisa seperti sterilisasi alat dialyzer dilakukan secara manual,
adanya bak instrument yang sudah berkarat, tempat sampah infeksius bercampur
dengan non infeksius, lemari linen yang tidak tertutup serta tidak ada keterangan first
in first out, terdapat 1 APAR yang sudah expired, tidak adanya logo high alert pada
heparin, serta kulkas obat bercampur dengan makanan. Sehingga, Analisa masalah
yang didapat yaitu: kurang optimalnya penyediaan sarana di ruang hemodialisa.

57
7. Gambaran Umum Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Pasien

Rekam Medis
Pelaksanaan
No Aspek Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ya Tidak
1. Nomor RM �🗸
�� 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
��� �
2. Identitas pasien �🗸
�� 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
��� �
3. Edukasi pasien x 🗸
x x x x x x � 🗸 3 7 Tidak lengkap

4. Pemakaian obat � 🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
dan alat
5. Catatan �🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
observasi
6. Lembaran �🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
pemeriksaan
penunjang
7. Daftar obat �🗸 �� 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
8. Lembar TTV �🗸 �� 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
9. Persetujuan �🗸 �� 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
Tindakan medis
10. Persetujuan �🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
Tindakan medis
hemodialisa
lanjutan
11. Asuhan �🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
keperawatan
12. Inform consent �🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
13. Catatan �🗸 x x 🗸 🗸 🗸 x � 🗸 7 3 Tidak lengkap
� �
perkembangan
terintegrasi
14. Skala risiko � 🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
jatuh
15. Ringkasan �🗸 � � 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� �� �
masuk dan

58
keluar
16. Resume medis �🗸 �🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� � �
17. Resume �🗸 �🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� � �
keperawatan
18. Asuhan gizi �🗸 �🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� � �
19. Pemberian �🗸 �🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� � �
penanggalan
setiap lembar
RM
20. Tinta pena � 🗸 � 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 � 🗸 10 0 Lengkap
� � �
antara tenaga
kesehatan

Analisa Data : Berdasarkan hasil observasi pada 10 rekam medis di tanggal 15-16
Februari 2023 dengan menggunakan lembar observasi rekam medis yang telah
disesuaikan dengan rekam medis yang ada di ruang Hemodialisa ditemukan bahwa
7 dari 10 rekam medis tidak terdapat lembar edukasi pasien dan 3 dari 10 rekam
medis tidak terdapat lembar catatan perkembangan terintegrasi pasien. Sehingga,
analisa yang didapat yaitu : Kurang optimalnya pendokumentasian rekam medis
pasien.
8. Gambaran Umum Ruang Hemodialisa Terkait Standar Keselamatan Pasien
Table Gambaran Umum Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan
Kesehatan (SPO Cuci Tangan)

PERAWAT
Melakukan
KRITERIA (15/02/2023)

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum menyentuh 🗸 X 🗸 🗸 🗸 🗸 5/6 1/6
pasien

59
Tenaga kesehatan melakukan
cuci tangan sebelum tindakan 🗸 X 🗸 X 🗸 🗸 4/6 2/6
bersih/aseptik ke pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah terpapar 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
cairan tubuh pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah menyentuh 🗸 X X X 🗸 🗸 3/6 3/6
pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah menyentuh 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
area lingkungan sekitar pasien

Lepaskan semua perhiasan yang


ada di tangan seperti: cincin, jam 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan dan gelang.

Tuangkan antiseptik berbasis


alkohol /handrub ke telapak 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan secukupnya.

Gosokkan handrub dengan


kedua telapak tangan hingga
merata, semua gerakan memutar 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
berlawanan dengan arah jarum
jam.

Gosok punggung dan sela-sela


jari tangan kiri dengan tangan 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
kanan dan sebaliknya

Gosok kedua telapak


🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
dan sela-sela jari

60
Jari-jari sisi dalam dari kedua
🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan saling mengunci.

Gosok ibu jari kiri dengan


gerakan berputar dalam
🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.

Gosok dengan memutar ujung


jari-jari tangan kanan di telapak 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan kiri dan sebaliknya.

Semua gerakan diatas dilakukan


🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
dengan 4 kali hitungan.

PERAWAT
Melakukan
KRITERIA (16/02/2023)

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
menyentuh pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum tindakan 🗸 X 🗸 X 🗸 🗸 4/6 2/6
bersih/aseptik ke pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah terpapar 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
cairan tubuh pasien

Tenaga kesehatan melakukan


🗸 🗸 X X 🗸 🗸 4/6 2/6
cuci tangan setelah menyentuh

61
pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah menyentuh 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
area lingkungan sekitar pasien

Lepaskan semua perhiasan


yang ada di tangan seperti: 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
cincin, jam tangan dan gelang.

Tuangkan antiseptik berbasis


alkohol /handrub ke telapak 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan secukupnya.

Gosokkan handrub dengan


kedua telapak tangan hingga
merata, semua gerakan 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
memutar berlawanan dengan
arah jarum jam.

Gosok punggung dan sela-sela


jari tangan kiri dengan tangan 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
kanan dan sebaliknya

Gosok kedua telapak


🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
dan sela-sela jari

Jari-jari sisi dalam dari kedua


🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan saling mengunci.

Gosok ibu jari kiri dengan


Gerakan berputar dalam
🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.

62
Gosok dengan memutar ujung
jari jari tangan kanan di telapak 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
tangan kiri dan sebaliknya.

Semua gerakan diatas


dilakukan dengan 4 kali 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸 6/6 0/6
hitungan.

Analisa data:
Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 15-16 Februari 2023 mengenai mengurangi
risiko infeksi akibat perawatan kesehatan melalui SPO cuci tangan, didapatkan hasil
bahwa item terbanyak yang tidak dilakukan perawat yaitu 3 dari 6 perawat tidak
melakukan cuci tangan setelah menyentuh pasien, akan tetapi perawat hanya
mengganti handscoon saat akan melakukan tindakan ke pasien berikutnya.

63
Gambaran Umum Mengurangi Risiko Cedera Pasien

KRITERIA Perawat (13/02/2023) Melakukan

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

Apakah setiap pasien yang


masuk HD dilakukan
pengkajian awal tentang risiko √ √ √ √ √ √ 6/6 0
pasien jatuh ?

Perawat memasang gelang risiko


jatuh berwarna kuning dan
memasang tanda berwarna × × × × × × 0 6/6
kuning di tempat tidur

Perawat merapatkan tempat tidur


pasien ke dinding /tembok
/pasang pagar pengaman tempat × × × × √ × 1/6 5/6
tidur

Perawat mengatur tempat tidur


pada posisi paling rendah dengan
roda terkunci, tempat tidur tetap
terpasang dan aman √ √ √ √ √ √ 6/6 0

Perawat menempatkan bel,


telepon, barang – barang pribadi
dan alat bantu yang diperlukan
berada dalam jangkauan pasien √ √ √ √ √ √ 6/6 0
dan mudah di lihat.

Analisa Data : Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 14-16 Februari 2023
mengenai mengurangi risiko cedera pasien. Didapatkan hasil bahwa semua perawat

64
melakukan pengkajian risiko cedera, namun semua perawat tidak memasang gelang
berwarna kuning, atau tanda risiko cedera lainnya, serta tidak memasang pagar
pengaman tempat tidur. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil observasi terdapat
beberapa pasien dengan gangguan retinopati dan glaucoma, pandangan kabur
dimana hal tersebut mengganggu fungsi penglihatan.

65
D. Analisa SWOT
Faktor Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threath)
Man 1) Tenaga keperawatan 1) Tidak mengecek i. RS Haji i. Persaingan antar RS
di ruang Hemodialisis kedisiplinan staft Jakarta merupakan RS yang semakin kuat
sebanyak 18 orang. 15 perawat setiap hari. Hal yang ii. Dapat meningkatkan
orang perawat ini terjadi karena terakreditasi syariah angka penyebaran
pelaksana, 2 orang dengan adanya sehingga infeksi jika tidak
kepala tim dan 1 kesibukan kepala pengimplementasian ditetapkannya
orang kepala ruangan ruangan di jam shift nilai-nilai islami dalam kewajiban cuci tangan
2) Perawat disiplin pada hari itu seperti setiap tindakan dapat pada perawat.
dalam menjalankan sedang mengatur dan dilakukan dengan baik.
tugas (datang dan mengendalikan logistik ii. Terdapat tenaga kerja
pulang tepat waktu untuk ruangan. lain seperti asisten
sesuai shift) perawat atau POS yang
2) Kepala tim masih
3) Perawat bertugas untuk
menerapkan NANDA
ruang Hemodialisis mengganti laken bed
NIC NOC dalam
menjunjung tinggi pasien, mengambil obat
pembuatan asuhan
rasa empati dan atau alat kesehatan yang
keperawatan
loyalitas terhadap dibutuhkan, dsb
pasien 3) Berdasarkan kuesioner iii. Adanya SPO Ruang
4) Perawat bahwa perawat yang Hemodialisis yang terdiri
dari SPO prosedur
66
mengucapkan salam menjawab terbanyak keperawatan dan SPO
saat mendatangi dalam kategori sering pelayanan syariah
pasien dan (42 %) dan kadang-
mengucapkan kadang (50%) yaitu
basmalah dalam hal mengedukasi
sebelum memulai pasien, dan juga kurang
tindakan serta dalam meningkatkan
mengucapkan kompetensi klinis yang
hamdalah setelah sesuai lingkup praktik
tindakan selesai berdasarkan IPTEK
5) Perawat sangat telaten terkini.
dalam menjalankan
4) Berdasarkan hasil
tugasnya (bisa
observasi dari tanggal
melakukan berbagai
15-16 Februari 2023
peran, seperti katim
mengenai mengurangi
yang bisa menjadi
risiko infeksi akibat
perawat pelaksana)
perawatan kesehatan
melalui SPO cuci
tangan, didapatkan
hasil bahwa item
terbanyak yang tidak

67
dilakukan perawat
yaitu 3 dari 6 perawat
tidak melakukan cuci
tangan setelah
menyentuh pasien,
akan tetapi perawat
hanya mengganti
handscoon saat akan
melakukan tindakan ke
pasien berikutnya.

5) Berdasarkan
hasil observasi terdapat
kesenjangan pada poin
pertanyaan ke 10 yaitu
“Saya diajarkan dan
dibimbing
shalat
selama dirawat”,
bahwa perawat diruang
hemodialisa tidak
memfasilitasi
(menawarkan) pasien
68
untuk shalat selama
proses hemodialisa.
Tetapi dari keseluruhan
pertanyaan, hampir
semua pasien
mengatakan bahwa
pelayanan di ruang
hemodialisa sangat
baik dan luar biasa
puas dengan pelayanan
yang diberikan perawat
selama proses
hemodialisa.

Methode 1) Dilakukan pre dan 1) Handover tidak selalu 1) Kemampuan merata pada 1) Adanya tuntutan untuk
post conference pada dilakukan di ruang HD semua perawat dalam pelayanan kesehatan
setiap shift karena ruangan ini menjalankan mesin yang baik
2) Kepala tim memimpin termasuk unit rawat dialysis
pre dan post jalan yang pasiennya 2) Adanya asisten perawat
conference pada sealu berganti setiap atau POS yang membantu
setiap shift shift dan masing- pekerjaan perawat
3) Di setiap shift ada masing perawat 3) Semua yang berdinas

69
satu katim sebagai bertanggung jawab mengetahui kondisi pasien
penanggung jawab dengan pasien yang pada shiftnya masing-
shift tersebut berbeda. Handover masing
4) Pendelegasian tugas dilakukan jika ada
di ruang Hemodialisa pasien yang belum
diberikan kepada selesai di shift tersebut
seluruh perawat di sehingga harus
ruang hemodialisa. 1 dilanjutkan oleh shift
perawat mahir yang berikutnya
kategorinya telah
memiliki sertifikat
sekolah hemodialisa
membawahi 3 orang
perawat belum mahir
5) Adanya SPO yang
jelas terkait tindakan
di Ruang
Hemodialisis
6) Terlaksananya
komunikasi yang baik
antara perawat dan

70
tenaga kerja lainnya
Material 1) Untuk total bed yang 1) Berdasarkan hasil 1) RS Haji Jakarta 1) Bila HD pack
bisa digunakan di observasi pada 10 merupakan rumah sakit mengalami kekurangan
ruang Hemodialisa rekam medis di tanggal tipe B yang akibat perawat
berjumlah 30 bed. 15-16 Februari 2023 memungkinkan untuk menyiapkan sendiri
Ruang hemodialisa dengan menggunakan memperoleh fasilitas yang pack tersebut, maka
memiliki ruang reus lembar observasi rekam lengkap sehingga ruang dapat menyebabkan
untuk pengolahan alat medis yang telah memiliki kesempatan kurang maksimalnya
kesehatan yang disesuaikan dengan yang besar untuk pelayanan HD yang
reusable. Ruang rekam medis yang ada melengkapi fasilitas diberikan oleh perawat
hemodialisa memiliki di ruang Hemodialisa kesehatan yang belum
mesin hemodialisa 35 ditemukan bahwa 7 tersedia
mesin yang terdiri dari 10 rekam medis 2) Tersedianya SPO
dari 30 mesin tidak terdapat lembar tindakan keperawatan di
hemodialisa yang edukasi pasien dan 3 ruang Hemodialisis
digunakan dan 5 dari 10 rekam medis
mesin untuk cadangan tidak terdapat lembar
2) Ruang HD terdiri dari catatan perkembangan
1 kamar VIP dan 1 terintegrasi pasien.
kamar isolasi, untuk
2) Berdasarkan hasil
ruang gabung terdiri
observasi dari tanggal

71
28 bed. Untuk total 14-16 Februari 2023
bed yang bisa mengenai mengurangi
diguakan di ruang risiko cedera pasien.
Hemodialisa Didapatkan hasil
berjumlah 30 bed. bahwa semua perawat
3) Ruang hemodialisa melakukan pengkajian
memiliki ruang reus risiko cedera, namun
untuk pengolahan alat semua perawat tidak
kesehatan yang memasang gelang
reusable. berwarna kuning, atau
4) Ruang hemodialisa tanda risiko cedera
memiliki mesin lainnya, serta tidak
hemodialisa 35 mesin memasang pagar
yang terdiri dari 30 pengaman tempat tidur.
mesin hemodialisa Hal ini dapat diperkuat
yang digunakan dan 5 dengan hasil observasi
mesin terdapat beberapa
untuk cadangan. pasien dengan
5) Ruang hemodialisa gangguan retinopati
dilengkapi dengan dan glaucoma,
nurse station, ruang pandangan kabur

72
tunggu pasien, dan dimana hal tersebut
pantry. mengganggu fungsi
6) Telah tersedia tempat penglihatan.
sampah untuk jenis
sampah infeksius
warna kuning, non
infeksius warna hitam
dan safety box
(menggunakan
dirigen)
Money 1) Ruang Hemodialisis 1) Pada PERNEFRI 1) Bantuan jaminan 1) Jika pengelolaan
RS Haji memiliki (2008) satu perawat pembayaran Umum dan keuangan tidak diatur
system budgeting lulusan akademi BPJS. dengan baik, rumah
yang diatur langsung keperawatan yang sakit dapat mengalami
oleh Rumah Sakit bekerja di bawah defisit anggaran.
baik untuk pelayanan bimbingan perawatan
maupun untuk mahir bertanggung
pendanaan kesehatan jawab terhadap 2
bagi petugas mesin hemodialisis,
kesehatan sedangkan di RS Haji
satu perawat mahir

73
dialisis dapat
bertanggung jawab
terhadap 4 sampai 5
mesin hemodialisis
dikarenakan kurangnya
tenaga perawat dengan
jumlah pasien
hemodialisa rata – rata
28 – 30 pasien dalam
satu waktu shift
2) Plastik infeksisus yang
berwarna kuning di
ruang hemodialisa
sangat terbatas,
sehingga digunakan 2
kali

74
E. Analisa Data dan Perumusan Masalah
No. Data Masalah

1 Kepala tim masih menerapkan Kurang optimalnya penerapan standar


NANDA NIC NOC dalam pembuatan asuhan keperawatan 3S (SDKI, SLKI,
asuhan keperawatan SIKI) di unit hemodialisa

2 Berdasarkan kuesioner bahwa perawat Kurang optimalnya penerapan


yang menjawab terbanyak dalam mengedukasi pasien dan dalam
kategori sering (42 %) dan kadang- meningkatkan kompetensi klinis
kadang (50%) yaitu dalam hal
mengedukasi pasien, dan juga kurang
dalam meningkatkan kompetensi
klinis yang sesuai lingkup praktik
berdasarkan IPTEK terkini.

3 Berdasarkan hasil observasi dari Kurang optimalnya penerapan five


tanggal 15-16 Februari 2023 mengenai moment dalam hal mencuci tangan
mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan melalui SPO cuci
tangan, didapatkan hasil bahwa item
terbanyak yang tidak dilakukan
perawat yaitu 3 dari 6 perawat tidak
melakukan cuci tangan setelah
menyentuh pasien, akan tetapi perawat
hanya mengganti handscoon saat akan
melakukan tindakan ke pasien
berikutnya.

4 Berdasarkan hasil observasi pada 10 Kurang optimalnya pengelolaan


rekam medis di tanggal 15-16 Februari pendokumentasian rekam medis

75
2023 dengan menggunakan lembar
observasi rekam medis yang telah
disesuaikan dengan rekam medis yang
ada di ruang Hemodialisa ditemukan
bahwa 7 dari 10 rekam medis tidak
terdapat lembar edukasi pasien dan 3
dari 10 rekam medis tidak terdapat
lembar catatan perkembangan
terintegrasi pasien.

5 Berdasarkan hasil observasi terdapat Kurang optimalnya pengelolaan


kesenjangan pada poin pertanyaan ke penerapan dalam pelayanan
10 yaitu “Saya diajarkan dan syariah
dibimbing shalat selama dirawat”,
bahwa perawat diruang hemodialisa
tidak memfasilitasi (menawarkan)
pasien untuk shalat selamat proses
hemodialisa. Tetapi dari keseluruhan
pertanyaan, hampir semua pasien
mengatakan bahwa pelayanan di ruang
hemodialisa sangat baik dan luar biasa
puas dengan pelayanan yang diberikan
perawat selama proses hemodialisa.

6 Berdasarkan hasil observasi 14 -15 Kurang optimalnya penyediaan sarana di


Februari 2023 di ruang hemodialisa ruang hemodialisa.
didapatkan ruang sterilisasi digabung
dengan ruang reuse serta beberapa
lantai tempat untuk mencuci dialiser
yang telah terlepas dan ruang
penyimpanan linen serta gudang yang

76
menjadi satu.

7 Berdasarkan hasil observasi dari Kurang optimalnya pengelolaan risiko


tanggal 14-16 Februari 2023 mengenai jatuh terhadap pasien di unit hemodialisa
mengurangi risiko cedera pasien.
Didapatkan hasil bahwa semua
perawat melakukan pengkajian risiko
cedera, namun semua perawat tidak
memasang gelang berwarna kuning,
atau tanda risiko cedera lainnya, serta
tidak memasang pagar pengaman
tempat tidur. Hal ini dapat diperkuat
dengan hasil observasi terdapat
beberapa pasien dengan gangguan
retinopati dan glaucoma, pandangan
kabur dimana hal tersebut
mengganggu fungsi penglihatan.

77
F. Prioritas Masalah

No Masalah C A R L Total nilai Prioritas

1. Kurang optimalnya 3 3 9 9 729 III


penerapan five
moment dalam hal
mencuci tangan

2. Kurang optimalnya 5 3 10 10 1500 II


pengelolaan risiko
jatuh terhadap pasien
di unit hemodialisa

3. Kurang optimalnya 5 7 10 10 3500 I


penerapan standar
asuhan keperawatan
3S (SDKI, SLKI,
SIKI) di unit
hemodialisa

Keterangan :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.

78
Prioritas masalah
1. Kurang optimalnya penerapan five moment dalam hal mencuci tangan
2. Kurang optimalnya pengelolaan risiko jatuh terhadap pasien di unit hemodialisa
3. Kurang optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI)
di unit hemodialisa
Masalah Tujuan dan alternatif masalah
Kurang optimalnya penerapan standar Tujuan
asuhan keperawatan 3S (SDKI, SLKI, Meningkatkan tanggung jawab perawat
SIKI) di unit hemodialisa dalam menerapkan asuhan keperawatan 3S
(SDKI, SLKI, SIKI) di unit hemodialisa
Alternatif
Memfasilitasi kegiatan Siang Klinik pada
Implementasi 3S (SDKI, SLKI, SIKI) di
unit hemodialisa bersama kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana
Kurang optimalnya pengelolaan risiko Tujuan
jatuh terhadap pasien di unit hemodialisa Meningkatkan tanggung jawab perawat jika
terjadi bencana yang tidak di inginkan
Alternatif
Memfasilitasi pembuatan tanda risiko jatuh
untuk digantung di setiap bed tiang pasien
yang berisiko jatuh
Kurang optimalnya penerapan Tujuan
five moment dalam hal mencuci Meningkatkan tanggung jawab perawat
tangan dalam melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
Alternatif
Memfasilitasi pembuatan stiker mengenai
cuci tangan

79
BAB IV
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN

A. Plan Of Action
Tanggal dan Penanggung
No Kegiatan Tujuan Metode Sasaran
Tempat Jawab
1. Optimalnya penerapan Agar perawat, ketua Ceramah dan Kepala ruangan, Ruang HD, kel 2
standar asuhan tim, dan kepala ruangan pretest posttest Ketua Tim, dan Selasa, 21
keperawatan 3S mampu memahami, Perawat Pelaksana Februari 2023
(SDKI, SLKI, SIKI) di menganalisa, dan
unit hemodialisa menerapkan 3S
(SDKI,SLKI,SIKI)
dalam asuhan
keperawatan

Kurang optimalnya Untuk mencegah Pemberian tanda Kepala ruangan, Ruang HD, kel 2
pengelolaan risiko adanya risiko jatuh pada risiko jatuh pada Ketua Tim, dan Kamis, 23
2.
jatuh terhadap pasien pasien pasien berisiko Perawat Pelaksana Februari 2023
di unit hemodialisa jatuh

Kurang optimalnya Untuk mencegah Pemberian stiker Kepala ruangan, Ruang HD, kel 2

3. penerapan five terjadinya penyebaran himbauan cuci Ketua Tim, dan Selasa, 21
moment dalam hal infeksi tangan pada Perawat Pelaksana Februari 2023
mencuci

80
tangan setiap set
Hemodialisa

81
BAB V
EVALUASI
5.1 Evaluasi

No Masalah Evaluasi Keterangan


1. Kurang optimalnya penerapan S: Kepala ruangan, ketua tim, dan Kelompok 2
standar asuhan keperawatan 3S perawat pelaksana mengatakan
(SDKI, SLKI, SIKI) di unit setelah dilakukan Siang Klinik
hemodialisa sudah mulai memahami cara
pengaplikasian 3S
O: Terdapat fasilitas buku SDKI,
SLKI, dan SIKI di ruang
hemodialisa, tetapi pengaplikasian
3S belum diterapkan dalam
penulisan asuhan keperawatam di
rekam medis
A: Belum terlaksananya
pengaplikasian 3S dalam
penulisan Asuhan Keperawatan
P: Mengusulkan kepada pihak
manajemen RS Haji untuk
mempercepat pengaplikasian 3S
dalam melakukan asuhan
keperawatan.
2. Kurang optimalnya pengelolaan S: Perawat mengatakan sudah
risiko jatuh terhadap pasien di menerapkan penilaian risiko jatuh,
unit hemodialisa namun tidak menerapkan
pencegahan risiko jatuh (seperti
penggunaan tanda risiko jatuh
pada pasien yang berisiko)
O : Sudah terpasangnya tanda

82
risiko jatuh pada pasien yang
berisiko
A : Terpasangnya tanda risiko
jatuh sudah optimal
P : Pertahankan
3. Kurang optimalnya penerapan S: Perawat mengatakan akan
five moment dalam hal mencuci melakukan 5 momen cuci tangan
tangan O: Beberapa perawat sudah
menerapkan cuci tangan 5
moment setelah tindakan aseptic
dari pasien satu ke pasien
berikutnya
A: Belum efektifnya penerapan 5
momen cuci tangan pada perawat
dalam setiap tindakan dan alat
media edukasi terkait cara
mencuci tangan yang benar sudah
optimal.
P: Pertahankan

83
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan hasil sebagai berikut :


1) Kurang optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan 3S (SDKI, SLKI,
SIKI) di unit hemodialisa
2) Kurang optimalnya pengelolaan risiko jatuh terhadap pasien di unit hemodialisa
3) Kurang optimalnya penerapan five moment dalam hal mencuci tangan
Selanjutnya, kami juga melakukan diskusi dengan kepala ruangan sebelum
melakukan implementasi, kemudian yang kami lakukan adalah memfasilitasi
kegiatan Siang Klinik pada Implementasi 3S (SDKI, SLKI, SIKI) di unit hemodialisa
bersama kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana, mengoptimalisasikan
kembali terpasangnya tanda risiko jatuh pada pasien yang berisiko, dan
mengoptimalisasikan penerapan 5 momen cuci tangan pada perawat dalam setiap
tindakan dan alat media edukasi terkait cara mencuci tangan yang benar.
6.2 Saran
a) Bagi Institusi Rumah Sakit
Melakukan monitoring dan evaluasi yang terstruktur dan berjenjang karir
oleh kepala ruangan dalam upaya memberikan bimbingan dah arahan untuk
mendukung peningkatan mutu asuhan keperawatan terkait 3S, menerapkan tanda
risiko jatuh, dan mengingatkan 5 momen cuci tangan.
b) Bagi mahasiswa
Mengembangkan penelitian lebih lanjut terkait penggunaan 3S, penerapan
tanda risiko jatuh serta 5 momen cuci tangan.

84
LAMPIRAN

1. Lampiran : Kuesioner Kepala Ruangan

Lembar Kuesioner Kepala Ruangan

Jawaban
No. Tugas yang dinilai Keterangan
Ya Tidak
A. Fungsi Perencanaan
1. Apakah karu telah menyusun
rencana jangka pendek, seperti
rencana harian, bulanan dan tahunan
2. Apakah karu mengadakan rapat rutin
dengan perawat ruangan
3. Apakah karu merencanakan dan
melaksanakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan
4. Apakah karu telah menyusun
indicator mutu pelayanan
5. Apakah karu terlibat dalam
penyusunan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK), Standar
Operasional Prosedur (SOP)
6. Apakah Karu terlibat dalam
kebijakan dan ketentuan yang
mengatur tentang jenjang karir
perawat
7. Apakah Karu terlibat dalam
rencana programpengembangan
tenaga keperawatan baik melalui
program pendidikan maupun

85
pelatihan

8. Apakah Karu terlibat dalam


perencanaan sarana dan prasarana
untuk menunjang pelayanan
keperawatan
9. Apakah ada rincian tugas klinis
yang digunakan?(kasus) Jelaskan
B. Pengorganisasian
1. Apakah ada cara pemilihan kepala
ruangan, kepala tim dan perawat
pelaksana? Dan jelaskan
2. Apakah struktur organisasi yang
ada sekarang cukup memadai dalam
memberikan danmenjalankan
pelayanan keperawatan
3. Apakah struktur yang ada
memudahkan anda dalam
berkomunikasi
4. Apakah wewenang dan tanggung
jawab setiap jabatan dalam struktur
cukup jelas?
5. Apakah ada uraian tugas bagi setiap
jabatan dalam struktur? Jika ya,
apakah anda paham tentang uraian
tugas tersebut?
C. Staffing/Ketenaga Kerjaan
1. Apakah Karu membagi jadwal dinas
staf perawat bersama Katim
2. Apakah Karu rutin membuat daftar

86
klien bersama Katim

3. Apakah jumlah tim yang


dibutuhkan ruanganterpenuhi? Dan
berapa jumlah tim yang dibutuhkan
setiap shift dan per hari? Jelaskan
4. Adakah yang bertugas untuk
melapor kepada DPJP? sebutkan
5. Apabila dalam 6 jam ruang rawat
belum tersedia, apakah terdapat ruang
tunggu untuk pasien?
D. Pengarahan
1. Apakah Karu memimpin operan di
ruangan
2. Apakah karu memimpin doa sebelum
dan setelah conference
3. Apakah Karu ikut serta dalam setiap
kegiatan pre conference
4. Apakah Karu ikut serta dalam setiap
kegiatan post conference
5. Apakah Karu memberikan motivasi
kepada tim perawat di ruangan
6. Apakah Karu mendelegasikan
tugas ke tim perawat dengan jelas
7. Apakah Karu memfasilitasi
kolaborasi dengan anggota tim
kesehatan yang lain dalam
pelaksanaanpelayanan keperawatan
8. Apakah karu mengawasi perawat
dalam mengelola klien dengan
komunikasi langsung

87
9. Apakah karu dan katim
memberikan supervisi kepada
perawat pelaksana di ruangan
10. Apakah karu mengecek kedisiplinan
staf perawat setiap hari
11. Apakah Karu membimbing
mahasiswa di ruangan
12. Apakah karu mengingatkan
tentang indikator mutu syariah
kepada tim perawat di ruangan
E. Pengendalian
1. Apakah Karu melakukan
pengendalian dan pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan di
ruangan
2. Apakah Karu ikut serta dalam
memecahkan permasalahan di
ruangan
3. Apakah Karu menerapkan
indikator mutu pelayanan di
ruangan
4. Apakah Karu melakukan audit
dokumentasi di ruangan
5. Apakah Karu ikut serta dalam survei
kepuasaan terhadap klien atau
keluarga, perawat dan dokter
6. Apakah Karu melakukan pemeriksan
kelengkapan persediaan stastus
keperawatan setiap hari

88
2. Lampiran : Kuesioner Kepala Tim
Lembar Kuesioner Kepala Tim
Jawaban
No. Tugas yang dinilai Keterangan
Ya Tidak
A. Perencanaan
1. Apakah Katim melakukan
pengkajian terhadap klien baru
2. Apakah Katim menetapkan
renpra berdasarkan SDKI, SLKI,
dan SIKI sesuaidengan hasil
pengkajian
3. Apakah Katim membuat
perencanaan klien pulang
B. Pengorganisasian
1. Apakah Katim membuat daftar klien
bersama kepala ruangan
2. Apakah Katim menetapkan
perawat pelaksana yang
bertanggung jawab
pada setiap klien
3. Apakah Katim menjelaskan renpra
yang sudah ditetapkan kepada
perawat pelaksana di
bawah tanggung jawabnya
sesuai klien yang dirawat pada
saat pre
conference
4. Apakah Katim melakukan pre
conference di ruangan
5. Apakah Katim melakukan post
conference di ruangan

89
6. Apakah katim ikut serta dalam rapat
berkala yang dilakukan dengan
kepala ruangan
C. Staffing
1. Apakah katim membuat jadwal dinas
bersama kepala ruangan
2. Apakah katim mendelegasikan
tugas kepada perawat pelaksana
dengan sesuai
3. Bagaimana cara Katim
mendelegasikan tugaskepada setiap
perawat pelaksana berdasarkan
jenjang karir PK (perawat klinis)
D. Pengarahan
1. Apakah Katim ikut serta dalam
kegiatan ronde keperawatan dan
atau
konfrensi kasus
2. Apakah katim memberikan
pengarahan pada perawat
pelaksana masing-masing
secara individual
3. Apakah Katim memberikan
motivasi kepada perawat pelaksana
4. Apakah Katim mendelegasikan
tugas kepada perawat pelaksana
secara jelas
E. Asuhan Keperawatan
1. Apakah katim melakukan kontrak
denganklien/keluarga pada awal
masuk ruangan sehingga tercipta

90
hubungan terapeutik

2. Apakah Katim melakukan


bimbingan dan evaluasi perawat
pelaksana dalam melakukan
tindakan keperawatan yang sesuai
dengan SOP
3. Apakah Katim memonitor
dokumentasi yang dilakukan oleh
perawat pelaksana
4. Apakah Katim membantu dan
memfasilitasi terlaksananya kegiatan
yang dilakukan oleh perawat
pelaksana
5. Apakah Katim melakukan tindakan
keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan
keperawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh perawat pelaksana
6. Apakah Katim mengatur
pelaksanaan konsul dan pemeriksaan
laboratorium
7. Apakah katim melakukan
kegiatan serah terima klien
dibawah tanggung jawabnya
bersama dengan perawat pelaksana
8. Apakah katim melakukan evaluasi
asuhan keperawatan dan
membuat catatan

91
perkembangan klien setiap hari

9. Apakah katim melakukan pertemuan


dengan klien/keluarga untuk
membahasa kondisi keperawatan
klien
10. Apakah katim memberikan
pendidikan kesehatan kepada
klien/keluarga

3. Lampiran : Kuesioner Perawat Pelaksana


Lembar Kuesioner Perawat Pelaksana
Jawaban
No Pernyataan S Sr Kd TP
N % n % n % n %
1. Saya melakukan cuci tangan sebelum
kontak dengan pasien
2. Saya melakukan cuci tangan sebelum
tindakan aseptik
3. Saya melakukan cuci tangan setelah
terkena cairan tubuh pasien
4. Saya melakukan cuci tangan setelah
kontak dengan pasien
5. Saya melakukan cuci tangan setelah
kontak dengan lingkungan sekitar pasien
6. Saya memberikan kesempatan dan
memfasilitasi klien untuk beribadah
menurut agamanya
7. Saya melakukan dokumentasi dan

92
evaluasi dari tindakan sesuai dengan
intervensi keperawatan
8. Saya menjaga privasi klien dalam
kegiatan asuhan keperawatan
9. Saya memperkenalkan diri saat
mengawali interaksi dengan pasien
10. Saya memberikan penjelasan tindakan
yang akan saya lakukan kepada pasien
11. Saya berpenampilan rapih dan
menggunakan identitas yang berlaku di
institusi
12. Saya memberikan informasi dan
menjawab pertanyaan klien dan keluarga
sesuai dengan kewenangan saya
13. Saya jujur, ramah dan menepati janji
dalam kegiatan praktik keperawatan
14. Saya meningkatkan kompetensi klinis
sesuai lingkup praktik melalui
(berbagai) kegiatan ilmiah berdasarkan
IPTEK terkini
15. Saya mengambil keputusan klinis dan
melaksanakan sesuai level tanggung
jawab saya
16. Saya menjaga mutu asuhan merujuk
pada indikator atau standar mutu yang
berlaku
17. Saya bertanggung jawab terhadap mutu
RS
18. Saya melaporkan bila menemukan
aktifitas pelayanan yang tidak sesuai

93
standar mutu untuk ditindak lanjuti
19. Saya meminta pendapat kepada perawat
dengan kompetensi/kewenangan yang
lebih tinggi bila diperlukan
20. Saya menunjukkan perilaku hidup sehat
di lingkungan tempat tinggal
21. Saya memberikan edukasi kepada pasien
22. Saya menghargai dan menghormati
sesama perawat sebagai teman sejawat
23. Saya bersikap terbuka dan menerima
kritik dari teman sejawat
24. Saya mengingatkan teman sejawat yang
berpotensi melanggar aturan dan etika
yang berlaku pada lingkup praktiknya
25. Saya memfasilitasi mahasiswa magang
praktik di ruangan
26. Saya bekerjasama secara setara dengan
mitra profesi dalam melaksanakan
asuhan klien
27. Saya berkontribusi dalam penyelesaian
konflik di lingkungan profesional

4. Lampiran : Kuesioner Kepuasan Pelayanan


Luar Sangat Cukup
Baik Buruk
KRITERIA biasa baik baik
N % N % N % N % N %
Perawat RS Haji Jakarta sangat
ramah dan baik hati kepada
saya
Perawat RS Haji Jakarta sangat

94
menghargai saya dan keluarga
Perawat RS Haji Jakarta
berusaha untuk dapat
memenuhi kebutuhan fisik
saya seperti makan/minum,
bernafas, bergerak, bebas nyeri
dan lain-lain
Saya mendapatkan informasi
tentang kondisi, perawatan dan
pengobatan saya
Perawat RS Haji Jakarta
mengecek dan memonitor
perkembangan kondisi saya
sesuai kebutuhan
Perawat RS Haji Jakarta
mampu membuat saya merasa
aman dan nyaman
Selama dirawat disini, mereka
memberikan semangat dan
dukungan spiritual kepada
saya
Perawat RS Haji Jakarta
mampu menciptakan suasana
yang damai dan tenang
Saya diingatkan shalat oleh
Perawat RS Haji Jakarta
Saya diajarkan dan dibimbing
shalat selama dirawat
Perawat RS Haji Jakarta
mengajak saya untuk berdoa

95
dan membaca bismillah
sebelum dilakukan tindakan
(seperti pasang infus, makan,
mandi, injeksi dll)
Privasi/aurat saya selalu dijaga
oleh perawat RS Haji Jakarta
ketika harus membuka area
aurat saat melakukan prosedur

5 . Lampiran : Gambaran Umum Prasarana Umum Di Ruang Hemodialisa

Gambaran Umum Prasarana di Ruang Hemodialisa

Ketersediaan
No Standar Prasarana Keterangan
Ya Tidak

1. Ruangan Hemodialisis

2. Ruangan pemeriksaan /
konsultasi

3. Ruangan Dokter

4. Ruangan Perawat (Nurse


Station)

5. Ruangan Reuse

6. Ruangan Pengolahan Air


(Water Treatment)

7. Ruangan Sterilisasi Alat

96
8. Ruangan Penyimpanan Obat

9. Ruangan Pimpinan

10. Ruangan Administrasi

11. Ruangan Pendaftaran/


penerimaan pasien dan
rekam medik

12. Ruang Penunjang Non Medik

sekurang-kurangnya terdiri dari :

Pantry

Gudang peralatan

Tempat cuci (Spoelhok)

13. Ruang Tunggu Keluarga Pasien

14. Toilet Petugas

15. Toilet Pasien

16. Toilet Penunggu Pasien

17. Ventilasi

18. Penerangan

19. Sistem Keselamatan kerja dan

Kebakaran

20. Toilet Khusus Pasien

97
21. Toilet Khusus perawat

22. Ruang Resusitasi

23. Ruang VIP

24. Ruang Isolasi

6. Lampiran : Gambaran Umum Sarana Di Ruang Hemodialisa

Gambaran Umum Sarana di Ruang Hemodialisa


Ketersediaan
No Standar Sarana Jumlah Keterangan
Ya Tidak
11. Hollow Fiber
berbagai ukuran
12. Blood Line
13. AV Fistula
14. Disposable
Syringe
15. Kassa Steril
16. Blood Set
17. Masker
Disposible
18. Sarung Tangan
Steril
19. Plester
20. Oksigen Tabung
Peralatan
Ketersediaan
No Standar Sarana Jumlah Keterangan
Ya Tidak
48. Mesin

98
Hemodialisa
49. Tempat
Tidur/Kursi Roda
50. Peralatan reuse
dialiser
51. Tensimeter
52. Stetoskop
53. Thermometer
54. Ambubag dewasa
55. Nurse call system
56. Tabung O2
57. Peralatan
sterilisasi
58. Set emergency
59. Lemari obat
60. Troli obat
61. Kom kecil
62. Bak instrument
63. Tempat sampah
infeksius
64. Tempat sampah
non infeksius
65. Tempat linen
kotor infeksius
66. Tempat linen
kotor non
infeksius
67. Tiang infus
68. TV
69. AC

99
70. Linen
71. Selimut
72. Sarung bantal
73. Handrub
74. Bantal
75. Wastafel khusus
perawat
76. Wastafel khusus
pasien
77. Lemari linen
78. APD perawat
(apron, googles,
handscoon,
masker)
79. Laci pasien
80. Kursi roda
81. Kassa non steril
82. Loker perawat
83. Timbangan BB
84. Troli emergency
85. Oksimeter
86. Peralatan
pemadam
kebakaran
(APAR)
87. Peralatan
komunikasi
eksternal (telepon
dan fax)
88. Peralatan ATK

100
89. Lidocaine HCL
90.
91. NaCl (Natrium
Sodium)
92. Heparin
93. Bengkok
94. Troli Tindakan
95. Kulkas obat

101
7. Lampiran: Gambaran Umum Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Pasien

Rekam Medis
Pelaksanaan
No Aspek Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ya Tidak
21. Nomor RM
22. Identitas pasien
23. Edukasi pasien
24. Pemakaian obat
dan alat
25. Catatan
observasi
26. Lembaran
pemeriksaan
penunjang
27. Daftar obat
28. Lembar TTV
29. Persetujuan
Tindakan medis
30. Persetujuan
Tindakan medis
hemodialisa
lanjutan
31. Asuhan
keperawatan
32. Inform consent
33. Catatan
perkembangan
terintegrasi
34. Skala risiko
jatuh

102
35. Ringkasan
masuk dan
keluar
36. Resume medis
37. Resume
keperawatan
38. Asuhan gizi
39. Pemberian
penanggalan
setiap lembar
RM
40. Tinta pena
antara tenaga
kesehatan

8. Lampiran : Gambaran Umum Ruang Hemodialisa Terkait Standar Keselamatan Pasien

Table Gambaran Umum Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan


Kesehatan (SPO Cuci Tangan)

PERAWAT
Melakukan
KRITERIA (15/02/2023)

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum menyentuh
pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum tindakan
bersih/aseptik ke pasien

103
Tenaga kesehatan melakukan
cuci tangan setelah terpapar
cairan tubuh pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah menyentuh
pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah menyentuh
area lingkungan sekitar pasien

Lepaskan semua perhiasan yang


ada di tangan seperti: cincin, jam
tangan dan gelang.

Tuangkan antiseptik berbasis


alkohol /handrub ke telapak
tangan secukupnya.

Gosokkan handrub dengan


kedua telapak tangan hingga
merata, semua gerakan memutar
berlawanan dengan arah jarum
jam.

Gosok punggung dan sela-sela


jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya

Gosok kedua telapak


dan sela-sela jari

Jari-jari sisi dalam dari kedua


tangan saling mengunci.

104
Gosok ibu jari kiri dengan
gerakan berputar dalam
genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.

Gosok dengan memutar ujung


jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.

Semua gerakan diatas dilakukan


dengan 4 kali hitungan.

PERAWAT
Melakukan
KRITERIA (16/02/2023)

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum
menyentuh pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan sebelum tindakan
bersih/aseptik ke pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah terpapar
cairan tubuh pasien

Tenaga kesehatan melakukan


cuci tangan setelah menyentuh
pasien

105
Tenaga kesehatan melakukan
cuci tangan setelah menyentuh
area lingkungan sekitar pasien

Lepaskan semua perhiasan


yang ada di tangan seperti:
cincin, jam tangan dan gelang.

Tuangkan antiseptik berbasis


alkohol /handrub ke telapak
tangan secukupnya.

Gosokkan handrub dengan


kedua telapak tangan hingga
merata, semua gerakan
memutar berlawanan dengan
arah jarum jam.

Gosok punggung dan sela-sela


jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya

Gosok kedua telapak


dan sela-sela jari

Jari-jari sisi dalam dari kedua


tangan saling mengunci.

Gosok ibu jari kiri dengan


Gerakan berputar dalam
genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.

106
Gosok dengan memutar ujung
jari jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.

Semua gerakan diatas


dilakukan dengan 4 kali
hitungan.

107
Gambaran Umum Mengurangi Risiko Cedera Pasien

KRITERIA Perawat (13/02/2023) Melakukan

1 2 3 4 5 6 Ya Tidak

Apakah setiap pasien yang


masuk HD dilakukan
pengkajian awal tentang risiko
pasien jatuh ?

Perawat memasang gelang risiko


jatuh berwarna kuning dan
memasang tanda berwarna
kuning di tempat tidur

Perawat merapatkan tempat tidur


pasien ke dinding /tembok
/pasang pagar pengaman tempat
tidur

Perawat mengatur tempat tidur


pada posisi paling rendah dengan
roda terkunci, tempat tidur tetap
terpasang dan aman

Perawat menempatkan bel,


telepon, barang – barang pribadi
dan alat bantu yang diperlukan
berada dalam jangkauan pasien
dan mudah di lihat.

108
DAFTAR PUSTAKA

Albyn Devanda Faqh. 2022. Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja.
Bandung: Media Sains Indonesia
Hetty dkk. 2023.Prosedur Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam
Bidang Kesehatan. Bojong: NEM
Murti dkk. 2022. Keterampilan Dasar Kebidanan. Padang: Global Eksekutif Teknologi
Pernefri. 2008. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI.
Achmad, Viyan Septiyana dkk. 2022. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Padang :
PT Global Eksekutif Teknologi
Supinganto, Agus dkk. 2020. Praktik Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Pantera Publishing

109
LAMPIRAN DOKUMENTASI

1. Penerapan Five Moment dalam Hal Mencuci Tangan

110
2. Pengelolaan Risiko Jatuh

3. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI) di Unit


Hemodialisa

111

Anda mungkin juga menyukai