Anda di halaman 1dari 149

LAPORAN KAJIAN SITUASI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH

SAKIT BHAKTI KENCANA BANDUNG

LAPORAN AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Program Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan

Disusun Oleh

191FK04002 Abdhan Firdaus N. 191FK04037 Nuri Nurfadillah


191FK04007 Asri Rahayu M. 191FK04042 Rianita Efrianti
191FK04012 Dina Fauziatun N. 191FK04044 Roni Apriyana
191FK04019 Fitri Khoerunisa 191FK04049 Shiva Zakiatul U.
191FK04020 Fransisca Junfliany S. 191FK04050 Siti Laelatul Q.
191FK04023 Ica Purnamasari 191FK04053 Teti
191FK04024 Imas Nurjanah 191FK04058 Vilma Alodia D.
191FK04025 Imell Dheany

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas karunia dan

hidayah-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat menyelesaikan

laporan yang berjudul “Laporan Kajian Situasi Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit

Bhakti Kencana Bandung”

Dalam laporan ini, tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan bantuan,

masukan dan bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes., selaku Ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana Bandung.

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt. selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Bhakti Kencana Bandung

4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan dan

Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana Bandung.

5. Rayhani Sholihatul M., S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Koordinator Stase

Manajemen Keperawatan dan Pembimbing

6. Semua teman-teman angkatan XIII program studi Profesi Ners Fakultas

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung

i
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari

Allah S.W.T peneliti menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporam ini dan semoga bermanfaat

bagi semua yang berkepentingan.

Bandung, 23 Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 9
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 9
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 10
1.5 Metode Penulisan ....................................................................... 11
1.6 Sistem Penulisan ......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Manajemen Keperawatan ............................................................ 13
2.2 Filosofi Keperawatan. ................................................................. 14
2.3 Tujuan dan Prinsip Keperawatan. ................................................ 16
2.4 Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan. ................................... 16
2.5 Perhitungan Tenaga Perawat. ...................................................... 17
2.6 Standar Asuhan Keperawatan. .................................................... 33
2.7 Standar Ruangan Di Rumah Sakit. .............................................. 39
2.8 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. ................................... 51
2.9 Model Asuhan Keperawatan. ...................................................... 57
2.10 JCIA (Joint Comition International Acreditation). ....................... 65
BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG
BEDAH RUMAH SAKIT BHAKTI KENCANA
3.1 Kajian Situasi Pelayanan Bidang Keperawatan Rs BK .................. 73
3.2 Kajian Situasi Diruang Bedah Rs BK ............................................ 75
3.3 Hasil Telaah Sifat Kekaryaan Spesifik unit di Ruang bedah. ......... 75

iii
BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERUMUSAN MASALAH
4.1 Problem Base Learning (PBL). ..................................................... 120
4.2 Fishbone. ...................................................................................... 127
4.3 Prioritas Masalah. ......................................................................... 128
4.4 Rumusan Masalah. ........................................................................ 129
BAB V PLANING OF ACIION

5.1 Planing of action (POA). ................................................................. 130


BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Kurangnya SDM (Perawat)............................................................... 135
6.2 Ketidaksesuaian waktu pencairan dana. ......................................... 135
6.3 Ketidakadaan standar prosedur tindakan baku. .............................. 137
6.4 Belum optomalnya sarana prasarana diruangan. ............................ 137
6.5 Kurang efektidnya edukasi dan pelayanan. .................................... 139
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan. .................................................................................. 141
7.2 Saran. ............................................................................................ 142
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................. 144

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang professional


yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang
menentukan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Keberadaan
keperawatan dengan memberikan Asuhan Keperawatan dalam situasi yang
kompleks berupa biologis, psikologis, sosial dan spiritual dan berlangsung
selama 24 jam secara berkesinambungan melibatkan klien, keluarga maupun
profesi atau tenaga kesehatan yang lain dalam rentang sehat dan sakit (Martini,
2007)
Pelayanan Rumah Sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna memiliki peran yang sangat penting untuk
mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya (Undang-undang Republik
Indonesia No. 44 Tahun 2009). Salah satu mutu pelayanan kesehatan yang
harus ditingkatkan secara berkesinambungan adalah mutu pelayanan
keperawatan di rumah sakit (Depkes RI, 2012).
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu, salah

satu yang harus diperhatikan oleh pimpinan Rumah Sakit adalah harus lebih

baik dan lebih efektif dalam menangani sumber daya manusia yang dimiliki

oleh rumah sakit, karena untuk mencapai suatu keberhasilan organisasi baik

itu Rumah Sakit atau perusahaan yang memegang peran penting salah satunya

adalah sumber daya manusia (Satish 2015).

Setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus

juga disertai dengan upaya peningkatan kualitas keperawatan (Mulyono,

1
2013). Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai

dengan visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang

merupakan satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu

kegiatan organisasi. Didalam organisasi keperawatan, pelaksanaan

manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan.

Kementrian Kesehatan RI menyediakan suatu perangkat yang

mendorong rumah sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan

pelayanan. Dengan demikian rumah sakit harus menerapkan standar

akreditasi rumah sakit, termasuk standar-standar lain yang berlaku bagi

rumah sakit sesuai dengan penjabaran dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit

edisi 2011. Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit, sebagai bagian

peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur melakukan penilaian terhadap

isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien ( Depkes, 2011 ).

Pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu wujud dari tuntutan

masyarakat di era globalisasi saat ini. Masyarakat yang semakin kritis dan

terdidik kian menguatkan agar pelayanan kesehatan lebih responsif atas

kebutuhan masyarakat, menerapkan manajemen yang transparan, partisipatif

dan akuntabel (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),

2011 dalam Komapo, 2013). Sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit,

sebagai bagian peningkatan kinerja, rumah sakit secara teratur melakukan

penilaian terhadap isi dan kelengkapan berkas rekam medis pasien ( Depkes,

2011 ).

2
Meningkatnya tuntutan masyarakat di sarana kesehatan terutama di

rumah sakit, secara berkesinambungan membuat rumah sakit harus

melakukan upaya peningkatan mutu pemberian pelayanan kesehatan. Salah

satu mutu pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan secara

berkesinambungan adalah mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit

(Depkes RI, 2012). Setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan (Mulyono, 2013).

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014). Pelayanan

keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam

peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan

keperawatan (sumijatun, 2010).

Profesional yang dimaksud dalam hal ini juga adalah suatu sikap dan

tindakan mencerminkan pemahaman serta kemampuan penerapan dalam

praktek sehari-hari yang berlandaskan pada bidang keilmuan yang spesifik,

dimana semua hal tersebut diupayakan untuk terciptanya suatu pelayanan

yang berkualitas dan mempunyai akuntabilitas terhadap masyarakat.

Pelayanan keperawatan profesional pada dasarnya memberi penekanan pada

kualitas dan mutu dari asuhan keperawatan. Mutu dari pelayanan

3
keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan bahkan

sering menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan dimata

masyarakat.

Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi pemenuhan

kebutuhan dasar manusia (Kuntoro, 2010). Pelayanan keperawatan sebagai

bentuk kegiatan utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai pelayanan kesehatan yang

berkualitas. Keadaan aktual pelayanan keperawatan menunjukan bahwa

banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan terlibat dengan tindakan

pengobatan dan penggunaan teknologi yang berorientasi medik untuk

mengatasi kompleksitas penyakit (Sitorus & Panjaitan, 2011).

Huber (1996) menyatakan bahwa 90 % pelayanan rumah sakit adalah

pelayanan keperawatan. Tidak ada satupun rumah sakit yang tidak

mempergunakan jasa perawat untuk memberikan pelayanan kepada pasien.

Pearawat bekerja dan selalu bertemu dengan pasien selama 24 jam penuh

dalam suatu siklus shift, karena itu perawat menjadi ujung tombak bagi suatu

rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dari besarnya pelayanan perawat yang ada disetiap rumah sakit maka

membutuhkan suatu bentuk manajemen yang baik.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional

(Nursalam, 2013).Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan

manajemen antara lain sebagai berikut: top manager, middle manager, dan

4
nursing low manager. Kepala ruang keperawatan merupakan bagian dari 2

nursing low manager yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan di

suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan

bagian dari manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen

keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)

dalam rangka untuk memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional (Nursalam, 2013).

Manajemen juga didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan

melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam satu lingkungan

yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan

mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang

lain) yang mencerminkan dinamika satu organisasi. Tujuan ditetapkan

berdasarkan misi, filosofi dan tujuan organisasi. Proses manajemen meliputi

kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan organisasi,

pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia, fisik, dan teknologi.

Semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan dianggap perlu

memahami misi, folosofi dan tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka

konsep kerjanya, (Anonim, 2011).

Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan

keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok

yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan

sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai

5
tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang

terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi

manajemen (Muninjaya, 2004).

Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran

yang akan ditujunya. Menurut Freeman dan Gilbert dalam Schlosser (2003)

terdapat beberapa elemen utama dalam fungsi manajemen keperawatan

diantaranya yaitu planning, organizing, actuating (coordinating & directing),

staffing, leading, reporting, controlling dan budgeting. Komunikasi

merupakan bagian dari strategi coordinating (koordinasi) yang berlaku dalam

pengaturan pelayanan keperawatan. Menurut Swansburg (2000), komunikasi

dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal

sehingga peran komunikasi sangat penting dalam penerapan manajemen

keperawatan. Adapun salah satu komunikasi yang dilakukan perawat secara

rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien saat pertukaran shift keperawatan

yang juga merupakan salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien.

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

dipahami oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan

menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Alvarado, et al (2006)

mengatakan adanya standar komunikasi efektif yang terintegrasi dengan

keselamatan pasien dalam timbang terima pasien dan disosialisasikan secara

6
menyeluruh pada perawat pelaksana akan meningkatkan efektifitas dan

koordinasi.

Timbang terima pasien adalah komunikasi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Rushton (2010) mengatakan

timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang

relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik

memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan,

rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan. Sedangkan Friesen

(2008) menyebutkan timbang terima adalah transfer tentang informasi

(termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan

perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,

klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang terima akan berjalan

dengan lancar jika perawat dapat berkomunikasi secara efektif.

Dengan demikian maka perawat sebagai salah satu komponen service

provider terbesar harus dapat meningktakan kemampuan dan kompetensinya

dalam mengelola pelaksanaan asuhan keperawatan yang efektif dan efesien.

Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi profesi keperawatan untuk

terus meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya baik dari aspek

kognitif, afektif dan psikomotor melalui proses pendidikan, pelatihan dan

terus mendorong penelitian yang mendukung kemampuan perawat dalam

bidang manajerial pelaksanaan asuhan keperawatan.

Asuhan keperawtan bermutu dapat dilaksanakan melalui pendekatan

metodelogis keperawatan. Pendekatan ini dapat berupa pendekatan

7
keperawatan tim, fungsional, kasus, atau keperawatan primer. Penetapan

pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh visi, misi, dan tujuan rumah sakit dan

ruang rawat, ketersediaan tenaga keperawatan baik jumlah maupun

kualifikasi, fasilitas fisik ruangan, tingkat ketergantungan pasien, tersedianya

prosedur dan standar keperawatan, sifat ruangan dan jenis pelayanan

keperawatan yang diberikan.

Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalui praktik manajemen

keperawatan program profesi ners yang dilakukan di ruang Bedah Rumah

Sakit Bhakti Kencana. Dalam pelayanannya dikelola bersama-sama dari

beberapa disiplin ilmu yaitu praktisi kedokteran, perawat, farmasi dan gizi.

Masing-masing disiplin ilmu tersebut mempunyai peran dan fungsi tersendiri

yang nantinya akan diintegrasikan dalam upaya memberikan asuhan

keperawatan yang komprehensif kepada pasien. Dalam hal ini, praktikan juga

di intregrasikan dengan praktisi untuk bersam-sama mengelola dalam hal

pemberian layanan kepada pasien. Dimana dalam proses pembelajaran

praktikum dapat ikut serta melayani pasien, begitupun sebaliknya dalam

memberikan asuhan, praktisi juga dapat belajar bersama-sama praktikan.

Sehingga dengan menggunakan metode tim diharapkan dapat meningkatkan

kualitas layanan yang diberikan. Dengan praktik manajemen keperawatan ini

diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan pengalaman nyata bagi para

praktikannya tentang proses manajemen keperawatan di suatu unit pelayanan

kesehatan, terutama di ruang rawat inap Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

Bandung.

8
Dengan demikian kami mahasiswa program pendidikan profesi Ners

Angkatan XIII Universitas Bhakti Kencana Bandung, merasa perlu adanya

pengkajian lebih lanjut mengenai penerapan manajemen unit dan manajemen

asuhan keperawatan di Ruang Bedah Rumah Sakit Bkakti Kencana Bandung.

Yang hasilnya diharapkan dapat menemukan masalah untuk dicari solusinya

sehingga pelayanan dan asuhan keperawatan di Ruang Bedah Rumah Sakit

Bhakti Kencana Bandung meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hasil kajian situasi Di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit

Bhakti Kencana Bandung ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana penerapan manajemen unit dan

manajemen asuhan keperawatan di Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti

Kencana Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik, praktikan

secara individu dan kelompok mampu:

a. Melakukan kajian situasi unit pelayanan keperawatan sebagai

dasar untuk menyusun rencana operasional unit.

b. Melakukan peran kepemimpinan sebagai kepala ruangan dan ketua

tim dalam satu unit.

9
c. Mampu melakukan praktik manajemen keperawatan operasional

(melakukan peran tentang pre conference, delegasi, operan jaga,

supervisi dan pengarahan, kolaborasi, ronde keperawatan, problem

solving, discharge planning.

d. Mampu melakukan peraktik manajemen asuhan keperawatan.

e. Mampu mengidentifikasi mutu pelayanan keperawatan.

f. Melakukan pendokumentasian manajerial keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan

selama mengikuti perkuliahan pada tatanan nyata di rumah sakit,

sehingga dapat melengkapi pengetahuan dan meningkatkan wawasan

di dalam penerapan manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan

profesional.

1.4.2 Bagi Program Studi

Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang

melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan yang terkait

melalui peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memprakarsai

perubahan, mempersiapkan pelayanan keperawatan dan

meningkatlkan pelayanan keperarawatan yang profesional dan

berkualitas.

10
1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Mahasiswa dapat membantu cara pendokumentasian proses

keperawatan dengan baik dan benar serta membantu melaksanakan

kegiatan yang terkait dengan pengembangan SDM yang dibutuhkan

bagi perawat untuk menunjang sesuai model asuhan keperawatan

profesional (MAKP).

1.5 Metode Penulisan

Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk

identifikasi masalah dilakukan dengan metode :

1.5.1 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim,

perawat pelaksana, keluarga pasien untuk mengumpulkan data

tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.

1.6 Sistematika Penulisan

Penyusunan laporan ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai

berikut:

a. BAB I PENDAHULUAN

Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, manfaat, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

b. BAB II TINJAUAN TEORI

c. BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

d. BAB IV ANALISIS SITUASI

11
Meliputi : analisa masalah menggunakan Problem Based Learning dan

Perumusan Masalah.

e. BAB V PERENCANAAN

Meliputi POA (Planning Of Action)

f. BAB VI PEMBAHASAN

Meliputi : Pembahasan terhadap masing-masing masalah yang

ditemukan. Pembahasan dilakukan dengan menelaah hasil penerapan

praktek profesi dengan kajian literatur dan jurnal-jurnal keperawatan

manajemen yang mendukung.

g. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Meliputi : Kesimpulan mengaju pada tujuan sedangkan saran mengacu

pada kesinambungan dan perbaikan dimasa yang akan datang.

h. DAFTAR PUSTAKA

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keperawatan

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka

diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui

tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan

sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff

keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa

aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 2012).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional

yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien

melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan

keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan

Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol

pelayanan tersebut.

Muninjaya (2014), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga

prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam

pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk

mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan

manajerial.

13
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada

dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada

satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen

keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua

kelompok.

2.2 Filosofi Keperawatan

Filosofi keperawatan yaitu bahwa keperawatan memandang manusia

sebagai makhluk biopsikososial yang merupakan dasar bagi kehidupan yang

baik dan juga merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik

keperawatan yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada

klien/pasien. Filosofi keperawatan dibangun di atas kepercayaan tentang

manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan sebagaimana terdapat

dalam paradigma keperawatan. Dari pengertian filosofi tersebut, maka dalam

manajemen keperawatan juga ditentukan pada unsur – unsur paradigma

keperawatan dalam melakukan pengelolaan terhadap pasien, ketenagaan,

peralatan, administrasi dan lain – lain yang berhubungan dengan pengelolaan

organisasi di pelayanan, pendidikan dan atau institusi pemerintah.

Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik)

yang harus dipenuhi segala kebutuhanya baik biologis, psikologis, sosial, dan

spiritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara

sepihak atau sebagian dari kebutuhanya.

14
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional

untuk merencanakan, mengatur dan menggerakan karyawan dalam

memberikan pelayanan keperawatan sebaik – baiknya pada pasien melalui

manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan

keperawatan sebaik – baiknya kepada pasien, diperlukan suatu standar yang

akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan

tersebut (Anonim, 2011).

Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagai proses

pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/

keluarga/ masyarakat.

Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang

ada, baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan

masyarakat (Suyanto, 2011).

Proses manajemen keperawatan dilakukan dengan pendekatan sistem

terbuka, dimana masing – masing komponen saling berhubungan, berinteraksi

dan dipengaruhi oleh lingkungan terdiri dari lima elemen manajemen

keperawatan.

Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik atau rumah sakit

ditekankan pada :

15
1. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan memenuhi kehidupanya.

2. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda - bedakan agama, suku,

ras, warna kulit, status, dan jenis kelamin.

3. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan

kebutuhan individu.

4. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan lainya.

5. Perlunya koordinasi dan kerja sama dalam memanfaatkan sumber daya

yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.

6. Perlunya evaluasi secara terus – menerus terhadap semua pelayanan

keperawatan yang diberikan (Nursalam, 2010).

2.3 Tujuan dan Prinsip Keperawatan

Menurut Nursalam (2012), tujuan dan prinsip keperawatan adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional

2. Meminimalkan penderitaan pasien hingga mencapai kemandirian

3. Mencegah terjadinya komplikasi

4. Menjamin pemenuhan kebutuhan dasar pasien selama perawatan

5. Membina peran serta atau kerja sama keluarga pasien

6. Membantu pasien agar dapat meningggal dengan damai.

2.4 Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Perencanaan merupakan usaha dasar dan pembuatan keputusan yang

telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan

16
dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Siagian, 2011). Langkah-langkah perencanaan tenaga

menurut Drucker tahun 1989 dan Gillies tahun 2012, antara lain :

1. Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang akan

diberikan

2. Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan

3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat diperlukan

untuk memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan

4. Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada

5. Menyeleksi calon yang berminat untuk bekerja

6. Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai unit kerja

dan jadwal yang tertuang dalam shift

7. Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan keperawatan

dalam berbagai model pemberian asuhan keperawatan.

2.5 Perhitungan Tenaga Perawat

1. Kebutuhan Tenaga Perawat

Pedoman perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan (Douglas,

dalam Nursalam, 2014) :

Di ruang L RS S dirawat 36 orang pasien dengan kategori sebagai berikut :

30 pasien dengan perawatan minimal, 4 pasien dengan perawatan partial,

dan 2 pasien dengan perawatan total, maka kebutuhan tenaga perawatan

adalah sebagai beirkut :

17
Tabel 2.1

Contoh perhitungan dalam satu ruangan berdasarkan klasifikasi

pasien

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan tenaga perawat

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien

Minimal 30 30 x 0,17 30 x 0,14 = 30 x 0,07 = 3

= 5,1 4,2

Partial 4 4 x 0,27 = 4 x 0,15 = 4 x 0,10 =

1,08 0,6 0,28

Total 2 2 x 0,36 = 2 x 0,3 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4

0,72

Jumlah 36 6,9 5,4 3,68

7 5 4

Total tenaga perawat :

Pagi : 7 orang

Siang : 5 orang

Malam : 4 orang

Total : 15 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

86 𝑥 15
= 4,62 (𝐷𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 5 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
279

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tidak kerja dalam 1 tahun,


sedankan 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.

18
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di

ruangan L adalah 15 orang + 5 orang lepas dinas + 2 orang tenaga, kepala

ruangan dan wakil = 22 orang.

2. Klasifikasi dan Kriteria Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan

dengan Metode (Douglas dalam Nursalam 2013)

a. Minimal Care

1) Pasien bisa

2) Mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan

a) Mampu naik-turun tempat tidur

b) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

c) Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan

d) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

e) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan

f) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

3) Status psikologis stabil

4) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

5) Operasi ringan

b. Partial Care

1) Pasien memerlukan bantuan perawatn sebagian

a) Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat

tidur

b) Membutuhkan bantuan ambulasi/berjalan

c) Membutuhkan bantuan untuk menyiapkan makanan

19
d) Membutuhkan bantuan makan (disuapi)

e) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

f) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK

2) Post operasi minor (24 jam)

3) Melewati fase akut dari post operasi mayor

4) Fase awal dari penyembuhan

5) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

6) Gangguan emosional ringan

c. Total Care

1) Pasien memerlukan bantuan perawatan sepenuhnya dan

memerlukan waktu perawat yang lebih lama

a) Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari

tempat tidur ke kereta dorong/ kursi roda

b) Membutuhkan latihan pasif

c) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi

intravena atau NGT

d) Membutuhkan bantuan untuk membersihkan mulut

e) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan

berdandan

f) Dimandikan oleh perawat

g) Dalam keadaan inkontenesia, menggunakan kateter

2) 24 jam post operasi

3) Pasien tidak sadar

20
4) Keadaan pasien tidak stabil

5) Observasi tanda-tanda vital setiap kurang dari 1 jam

6) Perawatan luka bakar

7) Perawatan kolostomi

8) Menggunakan alat bantu pernafasan

9) Menggunakan WSD

10) Irigasi kandung kemih secara terus menerus

11) Menggunakan alat traksi pasca (skeletal traktis)

12) Fraktur dan pasca operasi tulang belakang/leher

13) Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

2.6 Fungsi Manajemen

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama

yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing

(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

1. Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam

manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi

manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari

fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan

tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan

baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh

terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan

melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan

21
terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg

(2010) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas

akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai

proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di

masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,

menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-

langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

a. Tujuan Perencanaan

- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran

dan tujuan

- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih

efektif

- Membantu dalam koping dengan situasi kritis

- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya

- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena

perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.

- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

b. Tahap dalam perencanaan

- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau

fakta.

22
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin

dicapai.

- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam

pelaksanaan program.

- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Jenis Perencanaan

1) Perencanaan Strategi

Perencanaan strategis merupakan suatu proses

berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan

dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan

pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada

masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk

melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan

melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.

Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk

memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk

uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi

keperawatan.

2) Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan

prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu

pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang

23
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.

Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja

dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian

yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap

adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam

kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard

prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali

pakai terdiri dari program dan proyek.

d. Manfaat Perencanaan

1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan.

2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk

pelaksanaan

3) Memudahkan kordinasi

4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran

operasional secara jelas

5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat

6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah

dipahami

7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

8) Menghemat waktu dan dana

e. Keuntungan Perencanaan

24
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak

produktif.

2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya

terutama fungsi keperawatan

4) Memodifikasi gaya manajemen

5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

f. Kelemahan Perencanaan

1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan

informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang

2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak

3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis

4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu

diambil

2. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-

tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka

mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk

memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material

dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Muninjaya, 2012).

25
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang

sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah

bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan

mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta

menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

a. Manfaat Pengorganisasian

Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :

1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi

tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.

3) Pendelegasian wewenang.

4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian

1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah

tertuang dalam fungsi perencanaan.

2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan.

3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan

yang praktis.

4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf

dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

6) Mendelegasikan wewenang.

26
3. Staffing (Kepegawaian)

Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang

teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan

jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu

(Swanburg, 2010). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen

pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,

penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem

Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen

yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan

pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola

program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang

diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit

keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia

dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada

semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu

dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan

kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau

rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff

keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen

lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan

komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan

khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-

27
obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi

kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan

mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi

keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk

mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan

pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi

dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan

program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip

rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan

klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah

pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui

serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk

membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.

Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika

mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan

salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi

waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu

dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.

Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan

metode lain yang biasa.

4. Directing (Pengarahan)

28
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang

ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk

dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan

perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan

manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2010), kepemimpinan

adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi

dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg

(2010), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi

dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk

kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan

pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus

mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak

membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan

organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu

melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2010), terdapat beberapa macam

gaya kepemimpinan yaitu :

a) Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung

memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.

29
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat

agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

b) Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan

keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan

pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan

demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

c) Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan

pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut

membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap

orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan

karyawan frustasi.

Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan

perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,

mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya.

Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan

manajemen partisipasi oleh perawat professional.

5. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan

fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang

erat dengan fungsi yang lainnya.

30
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi

sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah

dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan

untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki.

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang

sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan

dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan

(Mockler, 2012).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala

sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi

yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan

Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan

mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan

beberapa prinsip berikut :

1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya

mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.

2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam

upaya mencapai tujuan organisasi.

31
3) Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada

semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung

jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.

4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan

bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah

tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :

1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas

2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera

3) Harus memandang ke depan

4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis

5) Harus objektif

6) Harus fleksibel

7) Harus menunjukkan pola organisasi

8) Harus ekonomis

9) Harus mudah dimengerti

10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat

manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit

bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek

termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan

sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk

perubahan yang cepat.

32
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji

pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:

1) Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan

prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan,

catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara

relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam

keperawatan.

2) Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran

kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila fungsi

pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka

akan diperoleh manfaat :

a) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah

dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.

b) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan

pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

c) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah

mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

d) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau

bentuk promosi dan latihan lanjutan.

2.6 Standard Asuhan Keperawatan

Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan

sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard

memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para

33
ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh

olehnya.

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional

melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan

lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan

wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan

berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres,

Peraturan Pemerintah.

Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat

dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari

tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan

meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan,

standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan

berkelanjutan.

Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus

melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard

asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:

Standard 1: Falsafah keperawatan

Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan

Standard 3: Pengkajian Keperawatan

Standard 4 : Diagnosa Keperawatan

34
Standard 5 : Perencanaan Keperawatan

Standard 6: Intervensi Keperawatan

Standard 7 :Evaluasi Keperawatan

Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan

Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan

kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien.

Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis,

pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel,

kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak

jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak

diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,

kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu

pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat

mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria

keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses

keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan

sebagai proses asuhan keperawatan.

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien

digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik

keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang mengacu dalam

tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa

keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.

35
1. Standard I : Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data

dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat. Kriteria Pengkajian

meliputi :

a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,

pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang

b) Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim

kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

c) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :

1) Status kesehatan pasien masa lalu

2) Status kesehatan pasien saat ini

3) Status biologis-psikologis-sosial-spritual

4) Respon terhadap terapi

5) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

2. Standard II : Diagnosa keperawatan

Adapun kriteria proses :

1) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi

masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan

tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

3) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

36
4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan

data terbaru.

3. Standard III : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses,

meliputi :

1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan

rencana tindakan keperawatan

2) Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan pasien

4) Mendokumentasikan rencana keperawatan

4. Standard IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :

1) Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan

2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan

pasien.

37
4) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu

pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon pasien.

5. Standard V : Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan

keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan

perencanaan. Adapun kriteria prosesnya adalah :

1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus

2) Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke

arah pencapaian tujuan

3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

4) Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi

perencanaan keperawatan

5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka

pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

38
2.7 Standar Ruangan di Rumah Sakit

1. Instalasi Rawat Jalan

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang Poli Umum (R. Konsultasi, R. 18

Periksa)

2 Ruang Poli Bedah (R. Konsultasi, R. Periksa, 21

R. Balut, R.Tindakan, R. Ganti Baju)

3 Ruang Poli Penyakit Dalam (R.Konsultasi, 18

R. Periksa)

4 Ruang Poli kebidanan/kandungan 18

5 Ruang Poli Penyakit Dalam (R.Konsultasi, 20

R.Periksa, R.Laktasi)

6 Ruang Gigi dan Mulut 18

7 Ruang Pengendali Askes 6

8 Loket Pendaftaran dan pembayaran 10

9 Ruang Rekam Medis 9

10 Ruang Tunggu Pasien 12

11 Ruang Poli Mata 18

39
12 Ruang Poli THT 18

13 Toilet (Petugas, pengunjung) 2-3 m2

14 Ruang Poli kulit dan penyakit kelamin 18

15 Ruang Poli Syaraf 18

16 Ruang Poli Jiwa 18

2. Instalasi Rawat Inap

No Nama Ruangan Standar Ruangan Ada Tidak Ket

Ada

1 Ruang Perawatan (Penyakit Tergantung kelas&

Dalam) keinginan desain,

kebutuhan ruang untuk

1 tt

2 Ruang Perawatan (Bedah) Tergantung kelas&

keinginan desain,

kebutuhan ruang untuk

1 tt

3 Ruang Perawatan (Anak) Tergantung kelas&

keinginan desain,

kebutuhan ruang untuk

1 tt

40
4 Ruang Perawatan (Bersalin) Tergantung kelas&

keinginan desain,

kebutuhan ruang untuk

1 tt

5 Ruang Stasi Perawat 8

6 Ruang konsultasi 9

7 Ruang Tindakan 6

8 Ruang Administrasi/kantor 10

9 Ruang Dokter 9

10 Ruang perawat 9

11 Ruang Kepala Ruangan 9

12 Ruang Linen Bersih 6

13 Ruang Linen Kotor 6

14 Spoelhoek 4

15 KM/WC KM/WC pria/wanita

(pasien,petugas,pengunjung) luas 2

16 Dapur Kecil (pantry) 9

17 Gudang Bersih 9

41
18 Gudang Kotor 6

19 Ruang Petugas 6

Kebersihan/Janitor

20 Ruang Evakuasi Pasien

3. Instalasi Gawat Darurat

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang Triase 30

2 Ruang Observasi 16

3 Ruang Resusitasi 16

4 R.Administrasi dan loket pendaftaran 10

5 Ruang Tunggu pengantar pasien 18

6 Ruang Rekam medis 9

7 Ruang Tindakan 16

8 Ruang Obat

9 Ruang Alat Medis 6

10 Ruang Rontgen 24

42
11 Laboratorium 8

12 Ruang OK Kecil 18

13 Ruang Dokter 9

14 Pos Perawat 4

15 Ruang Perawat 9

16 Spoelhoeck 4

17 Toilet (Petugas pengunjung) 2-3 m2

18 Ruang Sterilisasi

19 Ruang gas medis 4

20 Ruang Parkir Troli 2

21 Ruang Brankar 5

4. Instalasi Bedah

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang Bedah 36

2 Ruang untuk cuci tangan 6

3 Ruang Persiapan 12

43
4 Ruang Anaestesi 12

5 Ruang neonatal 9

6 Gudang Alat-alat/instrumen 6

7 Ruang Sterilisasi 6

8 Ruang Ganti Pakaian 6

9 Laboratorium kecil 6

10 Ruang Pulih Sadar 1 tt min

9,6 m2

11 Ruang Dokter 9

12 Ruang Perawat 9

13 Ruang administrasi/kantor 10

14 Gudang 9

15 Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar 20

pasien

16 Spoelhoek 5

17 KM/WC (petugas, pengunjung) 2 m2 -

3m2

18 Parkir Troli

44
5. Perawatan Intensif (ICU)

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Loker (Ruang Ganti) 6

2 Ruang Perawat 9

3 Ruang Dokter 15

4 a. Daerah rawat pasien non isolasi Min. 12

m2/tt

b. Daerah rawat pasien isolasi Min. 16

m2/tt

5 Sentral monitoring/nurse station 16

6 Gudang alat medik 9

7 Gudang bersih 9

8 Gudang kotor 6

9 Ruang tunggu keluarga pasien 12

10 Ruang Administrasi 8

11 Janitor 6

45
12 Toilet (petugas, pengunjung) KM/WC

pria/wanita

luas 2

13 Ruang gas Medis 4

14 Ruang parkir trolly 2

6. Instalasi Radiologi

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar 20

Pasien

2 Ruang Administrasi dan Rekam Medik 10

3 Loket pendaftaran,pembayaran dan 12

pengambilan hasil

4 Ruang Konsultasi Dokter 9

5 Ruang Ahli Fisika Medis 9

6 Laboratorium Fisika 2

7 Ruang pemeriksaan 24

8 Ruang Operator 6

46
9 Ruang Ganti Pasien 4

10 Toilet 4

11 Ruang panel Kontrol 4

12 Kamar gelap 6

13 Ruang jaga Dokter 9

14 Ruang Jaga Radiografer 6

15 Gudang penyimpanan berkas 8

16 Dapur Kecil 6

7. Laboratorium

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang Tunggu 20

2 Ruang Pendaftaran 6

3 Ruang Pengambilan Bahan 15

4 Ruang Kerja 1 40

5 Ruang Kerja 2 20

6 Kamar Mandi/WC Pasien 3

47
7 Septic tank untuk limbah 8

8 Ruang serba guna

9 Ruang Analis 10

10 Kamar jaga dokter 20

8. Rehabilitasi Medik

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

Poliklinik

1 Ruang Kepala URM 9

2 Ruang dokter 12

3 Terapi Wicara 24

4 Okupasi Terapi 12

5 Pelaku sosial medis 12

6 Periksa Dokter 24

Ruang alat khusus

1 Electromygrafi biofeedback 12

48
2 Bitrigger analizer 12

3 Treadmill + evaluasi kapasitas fungsi 12

4 Ruang Serba Guna 24

9. Instalasi Farmasi

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang Tunggu 31,5

2 Apotik 20

3 Ruang Obat 30

4 Gudang 20

5 Ruang Racik Obat 30

10. Gizi/Dapur

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Ruang masak 153,6 m2

2 Gudang 21 m2

3 Ruang cuci alat-alat 14 m2

49
11. Pelayanan IPSRS

No Nama Standar Ruangan Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Bengkel 20 m2

2 Gudang 16 2

12. Laundry

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Kamar Cuci 20 m2

2 Kamar sterika 20m2

3 Ruang Distribusi 12 m2

13. Kamar Jenazah / Pemulasaraan Jenazah

No Nama Ruangan Standar Ada Tidak Ket

Ruangan Ada

1 Meja memandikan mayat

2 Dinding dilapisi porselin

50
3 Lantai terbuat dari bahan yang mudah

dibersihkan dan berwarna terang

2.8 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu

kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal. Dokumentasi keperawatan adalah

suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam

tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang

tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas

pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach, 1991 dalam

Tyo, 2010).

1. Tujuan Dokumentesi Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989

dalam Tyo, 2015):

a. Alat komunikasi anggota tim

b. Biling keuangan

c. Bahan pendidikan

d. Sumber data dalam menyusun NCP

e. Audit keperawatan

f. Dokumen yang legal

g. Informasi statistik

h. Bahan penelitian

2. Makna Dokumentasi Keperawatan

51
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila

dilihat dari berbagai aspek yaitu :

a. Hukum :

Semua catatan informasi tentang pasien merupakan

dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah

yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat

sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka

dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat

digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-

data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan

ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu

dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam, 2012).

b. Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) :

Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi

kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah

pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat

teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan

dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2012).

c. Komunikasi :

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap

masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan

lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi

52
yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan

(Nursalam, 2012).

d. Keuangan :

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan

keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan

lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan

dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2012).

e. Pendidikan :

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya

menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang

dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi

siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2012).

f. Penelitian :

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data

yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi

keperawatan. (Nursalam, 2012).

g. Akreditasi :

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh

mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan

Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil

kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan

yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini

53
selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu

perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi

(Nursalam, 2012).

Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2015):

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama

dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan

b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang

informasi/data yang penting tentang keadaannya

c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat

d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat,

dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada

saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi

e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien

terhadap bimbingan perawat

f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah

unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.

g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan

yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat

h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan

menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.

i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret

dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.

54
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan

nama jelas penulis

k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain

sebelum menulis data terakhir.

l. .Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

3. Proses dokumentasi keperawatan

Proses dokumentasi keperawatan mencakup:

a. Pengkajian

- Mengumpulkan Data

- Validasi data

- Organisasi data

- Mencatat data

b. Diagnosa Keperawatan

- Analisa data

- Identifikasdi masdalah

- Formulasi diagnosa

c. Perencanaan / Intervensi

- Prioritas Masalah

- Menentukan tujuan

- Memilih strategi keperawatan

- Mengembangkan rencana keperawatan

d. Pelaksanaan/implementasi

- Melaksanakan intervensi keperawatan

55
- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal

pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang

dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi

keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas

perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.

- Memberikan laporan secara verbal

- Mempertahankan rencana asuhan

e. Evaluasi

- Mengidentifikasikan kriteria hasil

- Mengevaluasi pencapaian tujuan

- Memodifikasi rencana keperawatan

4. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi

Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:

a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan

untuk klien. Hal ini penting untuk :

- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang

seharusnya tidak perlu terjadi

Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga

diberikan obat kembali

- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang

secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya

dengan standar yang telah dibuat

56
- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang

sudah diberikan (evaluasi klinis)

b. Menjadi dasar penentuan tugas

Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan

keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam

menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga

c. Memperkuat pelayanan keperawatan

Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen

yang ada.

- Dokumen tentang kondisi klien

- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien

- Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan

d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan

Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu

perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.

2.9 Model Asuhan Keperawatan

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan

oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5

metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan

terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan

keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai

meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-

primer.

57
2.9.1 Metode fungsional

Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan

efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini

sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior

menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien

diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.

Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah,

tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya

melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak

memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat

cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

58
2.9.2 Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.

Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga

profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling

membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan

yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan

memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota

tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya

membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal

harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya

komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin,

anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan

berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan

yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari

memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya

kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim

nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,

mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan

59
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun

dan memenuhi standard asuhan keperawatan.

Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,

mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan

keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik

dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan

kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

60
2.9.3 Metode primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien

masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,

ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer

ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien

dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan

koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode

primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan

ketertiban pasien dan keluarga.

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan

keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat

primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan

memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan

karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai

tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,

mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana

keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat

yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer

mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan

klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang

diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap

61
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien / Klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan days

evening night

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

2.9.4 Metode kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien

saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift,

dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada

hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien

satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau

untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya

adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari

62
manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat

diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak

dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

2.9.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.

Penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer

harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.

b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab

asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.

Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar

63
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat

primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan

menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat)

orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang

kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi

pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang)

dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada

gambar di bawah.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)

Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi

64
2.10 JCIA (Joint Comition International Acreditation)

Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien

yang diharapkan.

Strata-strata dalam sistem

Input Proses Output

Sumber daya Penerimaan pasien Meningkatnya status

Perlengkapan rawat inap kesehatan

Persediaan Pemeriksaan pasien Pelayanan yang efisien

Edukasi terhadap Kepuasan pasien

pasien

Pengobatan

Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA

1. Misi JCI

Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh

dunia.

2. Tujuan JCIA

a. Kualitas pelayanan

b. Kepercayaan masyarakat

c. Patient safety ervirontment safety

d. Staff safety

e. Revenue

f. Margin

g. Kesejahteraan karyawan

65
h. Daya saing

3. Manfaat JCIA

a. Meningkatkan kepercayaan public

b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan

karyawan

c. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran

d. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya,

melibatkan mereka dalam proses pelayanan

e. Menciptakan budaya yang terbuka

f. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif

4. Persyaratan umum

a. Izin operasi

b. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan

c. Mengikuti standar JCI

5. Standar JCI

a. Patient focus function

- International patient savety goals

- Access to care and continuity of care

- Care of patient

- Assesment of patient

- Anasthesia and surgical care

- Patient and family right

- Patient and family education

66
- Madication managemet and use

b. Organitation function

- Staff Qualification and education

- Goverments, leadership and direction

- Fasility management and savety

- Management of comunication and information

- Quality improvement and patient savety

- Prevention and control of infection

6. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat

a. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan

bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.

b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.

c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.

d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.

e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan

melakukan penelitian.

f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan

keperawatan .

g. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi

tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi

tentang implementasi MPKP

h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan

memberikan masukan untuk perbaikan.

67
i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil

evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.

7. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Group

a. Kedudukan

Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam

melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.

Tugas Pokok :

Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan

standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistic

keperawatan secara efisien dan efektif.

Uraian Tugas :

- Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar

- Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan

group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi

klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi

rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi

program pengobatan.

- Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh

group sebelumnnya.

- Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.

- Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

- Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan

program pengobatan dokter.

68
- Membantu pelaksanaan rujukan

- Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru

mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.

- Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan

kesehatan

- Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas

cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata

tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta

didik dan pengunjung ruangan.

- Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan

- Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta

tenaga keperawatan

- Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan

lingkungan.

b. Tugas Dan Tanggung Jawab CI

Uraian tugas :

- Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik

- Melakukan pre conference.

- Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam

medis pasien

- Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi

terapeutik

69
- Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan

keperawatan

- Melakukan bedside teaching

- Melakukan ronde keperawatan

- Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi

tertentu

- Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan

peserta didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.

- Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di

suatu ruangan

- Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada

diklat apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan

peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal :

melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses

keperawatan membimbing pembuatan laporan kasus.

- Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore

dan malam.

c. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana

Uraian tugas :

- Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar

- Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas

ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic

70
keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan

penunjang, kolaborasi program pengobatan.

- Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh

group sebelumnya.

- Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.

- Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter

- Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program

pengobatan dokter

- Membantu pelaksanaaan rujukan

- Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga

baru mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas

- Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan

penyuluhan kesehatan

- Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas

cleaning service dan peserta didik

- Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua

petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan

- Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik

keperawatan

- Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan

- Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota

keluarga dan lingkungannya.

71
- Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota

keluarga/keluarga.

72
BAB III

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG BEDAH RUMAH SAKIT BHAKTI KENCANA

3.1 Kajian Situasi Pelayanan Bidang Keperawatan Rumah Sakit Bhakti

Kencana

3.1.1 Visi Keperawatan Rumah Sakit Bhakti Kencana

Bidang keperawatan memberikan pelayanan keperawatan yang

bermutu, nyaman,dan menjadi idaman masyarakat

3.1.2 Misi Keperawatan Rumah Sakit Bhakti Kencana

1. Meningkatkan profesionalisme asuhan keperawatan sesuai standar

askep

2. Meningkatkan pelayanan perawatan secara prima

3. Meningkatkan pengelolaan SDM yang berkulitas untuk mendukung

pelayanan

4. Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset yang bermutu

seimbang dan terintegrasi

5. Meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dengan pelayanan

keperawatan

3.1.3 Faslafah Keperawatan Rumah Sakit Bhakti Kencana

1. Integritas, loyalitas dan etos kerja merupakan nilai yang dianut

2. Konsep profesionalisme, kerja sama tim terbaik merupakan cara

kerja kami

73
3. Kepuasan pasien dan keluarga selalu diperhatikan

3.1.4 Moto Keperawatan Rumah Sakit Bhakti Kencana

NURSE

N : Native

U : Unggulan

R : Rasional

S : Sesuai

E : Etik Keperawatan

3.2 Kajian Situasi Di Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

3.2.1 Visi Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang prima di tahun 2020

3.2.2 Misi Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

1. Memberikan askep pada pasien yang membutuhkan pelayanan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan manusia seutuhnya PPS

(Bio,Psi,Sosio,Spiritual) yang ada di ruangan

2. Berusaha memberikan pelayanan secara efektif dan efisien kepada

pasien di ruang rawat inap bedah

3. Berusaha memberikan kenyamanan dan kepuasan pelayanan kepada

pasien an keluarganya

4. Mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi atau komplikasi yang

lebih lanjut kepada pasien

74
3.2.3 Telaah Visi da Misi Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

Ruangan sudah memiliki visi dan misi secara khusus. Namun, tetap

mengacu pada visi dan misi Rumah Sakit Bhakti Kencana

3.3 Hasil Telaahan Sifat Kekaryaan Spesifik Pada Unit di Ruang Bedah

Rumah Sakit Bhakti Kencana

3.3.1 Man

1. Tenaga Medis dan Non Medis

a. Tenaga Medis

Perawat merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang

mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan

melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan pada

berbagai pelayanan keperawatan

Tabel 3.1
Jumlah tenaga, pendidikan, status kepegawaian, jabatan,
lama kerja dan pelatihan yang pernah diikuti di Ruang
Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana
No Nama JK Pendidi Status Jabatan Pelatihan

kan Pegawai

PN NON

1. dr. Rudi, Sp.B L Spesialis √ DPJP ACLS

Bedah Ruang

Bedah

75
2. Raihany, P S1 + √ Kepala BTCLS

S.Kep., Ners Ners Ruangan

3. Lia, Amd. Kep P D3 Kep √ Ketua BTCLS

Tim 1

4. Inggrid, P D3 Kep √ Ketua BTCLS,

Amd.Kep Tim 2 Woundcar

5. Yuyun, S.Kep. P S1 Kep √ Ketua BTCLS,

Tim 3 Woundcar

6. Dedep, L D3 Kep √ Perawat BTCLS,

Amd.Kep Pelaksan Woundcar

a e

7. Tri, Amd.Kep P D3 Kep √ Perawat BTCLS

Pelaksan

8. Novita, P D3 Kep √ Perawat BTCLS.

Amd.Kep Pelaksan Woundcar

a e

9. Neti, S.Kep., P S1 + √ Perawat BTCLS,

Ners Ners Pelaksan Woundcar

a e

76
10. Azim, L D3 Kep √ Perawat BTCLS,

Amd.Kep Pelaksan Woundcar

a e

11. Rizki, L D3 Kep √ Perawat BTCLS

Amd.Kep. Pelaksan

12. Vina, Amd. P D3 Kep √ Perawat BTCLS

Kep. Pelaksan

13. Tuti, Amd. Kep P D3 Kep √ Perawat BTCLS

Pelaksan

Berdasarkan tabel 3.1 ruangan bedah Rumah Sakit Bhakti

Kencana secara keseluruhan memiliki 14 orang dengan 1 orang

dokter DPJP Spesialis Bedah, 12 orang tenaga keperawatan

diantarnya terdapat 9 orang perawat dengan pendidikan terakhir

D3 Keperawatan, 2 orang perawat pendidikan S1 Keperawatan &

Ners, dan 1 orang perawat S1 Keperawatan. Adapun dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan beberapa perawat

telah mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh rumah sakit atau

dengan biaya yang dikeluarkan oleh pribadi.

Di ruang bedah RS Bhakti Kencana Bandung belum

mempunyai struktur organisasi secara permanen, hanya terdapat

77
struktur organisasi secara tertulis sementara yang ditulis dikertas

hvs dan ditempel di nurse station, adapun struktur organisasi

tersebut yaitu : kepala ruangan, dokter dpjp, ketua tim 1, ketua

tim 2, ketua tim 3 dan perawat pelaksana. Untuk beban kerja

tenaga kerja di ruangan bedah RS Bhakti Kencana Bandung,

kepala ruangan belum pernah menghitung beban kerja pegawai

baik secara langsung maupun tidak langsung, hanya saja untuk

jam kerja terdapat shift pagi dimulai dari jam 8 pagi sampai jam

2 siang, shift siang dimulai dari jam 2 siang sampai jam 8 malam

dan shift malam dimulai dari jam 8 malam sampai jam 7 pagi.

Tiap shift jumlah kerja pegawai nya berjumlah 2-3 orang.

Tabel 3.2
Jumlah tenaga kedokteran di Ruang Bedah Rumah Sakit
Bhakti Kencana

No. Dokter Spesialis Jumlah

1. Spesialis Bedah 3

2. Spesialis THT 2

3. Spesialis Bedah Mulut 1

4. Spesialis Mata 2

5. Spesialis Kulit & Kelamin 2

Total 10

78
Berdasarkan tabel 3.2 Ruang bedah Rumah Sakit Bhakti

Kencana secara keseluruhan memiliki 10 orang Dokter Spesialis

yang terdiri dari 3 orang dokter spesialis bedah, 2 orang dokter

spesialis THT, 1 orang dokter spesialis bedah mulut, 2 orang

dokter spesialis mata, dan 2 orang dokter spesialis kulit dan

kelamin. Dokter spesialis melakukan visite setiap 2 hari sekali

kepada pasien.

b. Tenaga Non Medis

Tenaga non medis di ruang bedah Rumah Sakit Bhakti

Kencana sebagai berikut :

Tabel 3.3
Tenaga Non-Medis di Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti
Kencana
No. Nama Jabatan Jumlah

1. Fitri Pelaksana Administrasi 2

2. Irma Pelaksana Poliklinik Bedah 1

3. Staf Farmasi Tenaga Kefarmasian 2

4. Staf Kebersihan Cleaning Service 2

Total 7

Berdasarkan hasil tabel 3.3 jumlah tenaga non-medis yang

berkerja di Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

79
berjumlah 7 orang yang terdiri atas, Staf administrasi, staf

poliklinik, tenaga kefarmasian, dan cleaning service.

c. Tenaga Mahasiswa Praktik

Tabel 3.4
Tenaga Mahasiswa Praktik
No Kualifikasi Jumlah

Program Profesi Ners XIII Fakultas Keperawatan


1. 15
Universitas Bhakti Kencana Bandung

Berdasarkan hasil tabel 3.4 Pada bulan Juli 2020 ini, khusus

di ruang bedah terdapat mahasiswa yang sedang melakukan

praktek profesi ners dari Universitas Bhakti Kencana Bandung

sebanyak 15 orang

2. Pasien

Tabel 3.5

Jumlah pasien di Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana


pada Tanggal 15 Juli 2020
No Ruang Jumlah bed Jumlah pasien

1 Bedah 24 24

Jumlah 24 24

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala

ruangan jumlah tempat tidur/bed di ruangan bedah Rumah Sakit

Bhakti Kencana Bandung biasanya selalu penuh terisi 24 bed

sehingga tiap shift 1 orang perawat memegang sampai 7 klien.

80
3. Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Perencanaan merupakan usaha dasar dan pembuatan

keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang

hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh

suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Langkah-langkah perencanaan tenaga antara lain :

1. Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang

akan diberikan

2. Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan

3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat

diperlukan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

diperlukan

4. Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada

5. Menyeleksi calon yang berminat untuk bekerja

6. Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai

unit kerja dan jadwal yang tertuang dalam shift

7. Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan

keperawatan dalam berbagai model pemberian asuhan

keperawatan.

Jumlah jam yang diperlukan untuk perawatan klien biasanya

4-5 jam/klien/hari, perawatan tidak langsung 60 menit/klien/hari

dan untuk pendidikan kesehatan ≤ 15 menit/klien/hari, adapun

81
jumlah jam perawatan langsung berdasarkan tingkat

ketergantungan antara lain :

Tabel 3.6
Tingkat Ketergantungan Pasien Di Ruang Bedah Rumah
Sakit Bhakti Kencana
No. Tingkat Ketergantungan Perawatan Langsung

1. Self Care ½ jam/klien/hari

2. Partial Care ¾ jam/klien/hari

3. Total Care 1 – 1 ½ jam/klien/hari

4. Intensive Care 2 jam/klien/hari

Berdasarkan tabel 3.5 Untuk jumlah pasien dari masing

masing tingkat ketergantungan, pihak ruangan tidak memiliki data

tersebut tetapi kepala ruangan bedah sudah mencoba menghitung

kebutuhan tenaga perawat dengan rumus perhitungan menurut

“Gillies dan Depkes” sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit,

namun hasilnya berbeda-beda. Menurut perhitungan Gillies jumlah

tenaga perawat yang harus ada di ruangan bedah yaitu 15 orang,

tetapi di ruangan bedah RS Bhakti Kencana Bandung hanya

terdapat 13 orang termasuk kepala ruangan dan dokter DPJP.

Selain itu, kepala ruangan di ruang bedah RS Bhakti Kencana

Bandung belum pernah melakukan evaluasi tingkat kepuasan

tenaga kerja terhadap kepala ruangan karena memang ruang bedah

sendiri belum mempunyai form evaluasi tingkat kepuasan tenaga

82
kerja terhapa kepala ruangan, untuk kepuasan tenaga kerja di ruang

bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana Bandung.

4. Struktur Organisasi

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan bahwa

di ruangan tidak terdapat struktur organigram. Adapun nama-nama

tenaga kepegawaian Ruang Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

adalah sebagai berikut:

a. Dokter DPJP : dr. Rudi, Sp.B

b. Kepala Ruangan : Raihany, S.Kep., Ners

c. Ketua Tim I : Lia, Amd.Kep.

d. Ketua Tim II : Inggrid, Amd.Kep.

e. Ketua Tim III : Yuyun, S.Kep.

f. Perawat Pelaksana Tim I

1. Novita, Amd.Kep

2. Dedep, Amd.Kep

3. Neti, S.Kep., Ners.

g. Perawat Pelaksana Tim II

1. Tri, Amd.Kep

2. Azim, Amd.Kep.

h. Perawat Pelaksana Tim III

1. Rizki, Amd.Kep.

2. Vina, Amd.Kep.

3. Tuti, Amd.Kep.

83
3.3.2 Methode (Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

1. Penerapan MAKP

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu

Rayhani Selaku Kepala ruangan Bedah RS Bhakti Kencana,

Manajemen Asuhan keperawatan di ruangan ini menggunakan

metode TIM artinya masing-masing tim ini mempunyai tanggung

jawab terhadap kasus kelolaannya. Berdasarkan penjelasan beliau

di ruangan ini terdapat 3 ketua tim yaitu Ns. Lia Amd.Kep, Inggrid

Amd.Kep, dan Yuyun S.Kep yang masingmasing membawahi 2-3

perawat pelaksana. Selama menggunakan metode ini belum ada

update teori kembali. Di ruangan bedah ini juga terdapat rotasi atau

pergantian perawat setiap 3 bln sekali , dan untuk pergantian ketua

tim selama 6 bln sekali. Untuk pelaksanaan selama memberikan

asuhan kepada pasien, setiap tim bertanggung jawab terhadap

pasien kelolaannya namun di ruangan ini juga perawat bertindak

situasional dan fungsional misalnya pada saat tindakan pemberian

obat perawat membantu ketim lainnya, begitupun tindakan yang

lain seperti perawatan luka. Jika tim A sudah selesai maka bisa saja

membantu Tim B atau Tim C dalam tindakan-tindakan tertentu

meskipun tanggung jawab tetap ada di masing-masing tim itu

sendiri. Namun untuk penerapan MAKP dengan metode tim ini

belum mempunyai SOP yang baku dan belum update secara teori

ataupun pelatihan mengenai MAKP tetapi metode ini dapat berjalan

84
dengan lancar selama ini. Tipe kepemimpinan yaitu demokratis,

jika ada masalah diselesaikan secara musyawarah mufakat. Namun

seringkali ketika ada perawat pelaksana yang tidak hadir tepat

waktu saat operan shift dengan berbagai alasan, tidak ada sanksi

ataupun teguran pada perawat yang terlambat dan mengembalikan

pada perawat tersebut yang penting masuk kerja. Jika ada masalah

kepala ruangan melihat dari 3 sisi individu, skill, dan sistem . jika

maslah bersumber dari individu biasnya kepala ruangan mencari

kronologis kejadian bila perawat bersalah maka ada sangsi yang

sesuai dengan keslahan yang diperbuat. Jika dari skill maka tugas

dari katim untuk membuat planing pengembangan skill yang

bersangkutan. Jika dari sistem maka akan diurus oleh komite atau

bagian instalasi. Pemecahan masalah dalam pelayanan belum ada

sosialisai dari komite bidang keperawatan Mengenai efektifitas

ataupun efesiensi penggunaan metode tim ini belum ada evaluasi

tentang memperlama ataupun memperpendek masa rawat inap. Di

ruangan ini hari rawat 7-8 hari, tergantung tingkat keparahan atau

kebutuhan pasien tersendiri. Komunikasi perawat di ruangan bedah

ini cukup berjalan dengan baik karena terdapat grup watshapp yang

digunakan untuk diskusi dalam kegiatan, baik itu sesama perawat

maupun tenaga kesehatan lain memungkinkan meminimalisir

terjadinya miss komunikasi. Sedangkan untuk job deskripsi yang

berkaitan dengan model tim ini paham mengenai job deskripsi

85
masing-masing meskipun belum ada SOP yang baku. Dapat

disimpulkan bahwa sistem pemberian asuhan keperawatan yang

digunakan di ruangan ini dapat berjalan dengan baik dengan

dilakukannya penerapan metode tim, Namun kelemahannya belum

ada SOP yang baku.

2. Alur Penerimaan Pasien

1. Perawat menyiapkan kelengkapan administrasi

2. Menyiapkan kamar

3. Menyiapkan nursing kit

4. Memperkenalkan kamar pasien

5. Mengantar ke kamar pasien

6. Memposisikan pasien

7. Kelengkapan administrasi

8. Mengkaji keadaan umum klien

9. Membantu merapihkan barang-barang pasien dan orientasi

ruangan

10. Meminta informasi dan meminta tanda tangan persetujuan

11. Berpamitan Dari tahap persiapan, pelaksanaan dan terminasi

sudah dilengkapi dengan SOP yang ada.

3. Alur Permintaan Obat

Biasanya obat dibawa oleh pasien atau keluarga pasien

kemudian diambil oleh perawat dan disimpan di ruang obat. Tempat

penempatan sudah tersedia ruang khusus di ruang rawat inap

86
4. Timbang Terima

Untuk pengaturan dinas ada 3 shif yaitu pagi, siang, dan

malam. Pagi dari pukul 08.00-14.00 WIB, shift siang pukul 14.00-

20.00 WIB dan shift malam dari pukul 20.00- 07.00 WIB pagi.

Timbang terima ada pre conferens dan post conferens SOP nya

belum ada, pertemuan tim dilakukan setiap hari baik sebelum

ataupun sesudah operan dinas. Pre conferens dilakukan oleh katim

dan perawat pelaksana setelah selesai operan rencana kegiatan

biasanya dipimpin oleh seorang ketua tim atau kepala ruangan.

Untuk post conferens ini dilakukan komunikasi antara ketua tim

dengan perawat pelaksana mengenai pembahasan hasil kegiatan

dan tindak lanjut rencana tindakan.

Untuk operan dinas biasanya dilakukan di ners station kepala

ruangan atau katim membuka dengan salam, kemudian katim

melaporkan jumlah pasien, tingkat ketergantungan, identitas klien,

diagnosa medis klien, keadaan klien secara umum, dan adanya

klarifikasi penjelsan yang sudah dilakukan. Kemudian kepala

ruangan atau katim langsung memimpin ronde ke kamar pasien.

Perawat menyampaikan salam, menanyakan keluhan,

menginformasikan nama perawat disetiap shift yang berdinas.

Kemudian kembali ke ners station katim dan kepala ruangan

merangkum informasi yang didapat dan memberikan saran serta

tindak lanjut setelah itu katim dan kepala ruangan memimpin doa

87
bersama, menutup kegiatan dengan salam dan bersalaman.

Kegiatan ini sudah berjalan dengan baik karena sudah sesuai dengan

jobdes masingmasing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

perawat. Dimana perawat pelaksana mencatat klien sebagai

tanggung jawabnya, mencatat tindakan keperawatan, dan

menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan berdiskusi terkait

strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.

Waktu yang dibutuhkan untuk bertemu dengan pasien untuk

tindakan. sesuai tingkat ketergantungan self care ½ jam, parsial care

¾ jam, total care 1 ½ jam, intensif care 2 jam. Untuk keperawatan

langsung 4-5 jam/pasien/hari. Sedangkan perawatan tidak langsung

60 menit/klien/hari, penkes 15 menit/klien/hari.

Untuk komunikasi di ruangan bedah ini kami selalu

melakukan komunikasi. Di ruangan ini terdapat grup watshaapp

biasanya digunakan ketika ada beberapa perawat dalam kegiatan

rapat tidak bisa hadir atau ada beberapa hal yang harus dikonfirmasi

ketika perawat tidak sedang berdinas, hubungan cukup berjalan

dengan baik terutama dalam hal kolaborasi.

5. Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara pada tangggal 15 Juli 2020

pada kepala ruangan, di ruangan bedah RS Bhakti Kencana ronde

keperawatan tersendiri belum mempunyai SOP dan juga belum

terjadwal , tapi pernah melaksanakan ronde keperawatan ketika ada

88
pasien yang sifatnya kritis dan kasus yang langka melakukan dan

mengundang doker, farmasi, ahli gizi dan perawat berkumpul

berdiskusi terkait dengan kondisi pasien seperti apa. Hanya

diruangan saja.

6. Supervisi

Berdasarkan hasil wawancara pada tangggal 15 Juli 2020 pada

kepala ruangan, diruangan Bedah RS Bhakti Kencana belum ada

SOP yang baku mengenai supervisi yang sudah dilakukan

diruangan ini bentuk supervisinya berjenjang supervisi dilakukan

secara langsung yaitu dimulai dari bidang keperawatan kepada

kepala ruangan, dari kepala ruangan ke ketua tim, dari ketua tim ke

perawat pelaksana, dari perawat pelaksana kepada mahasiswa yang

sedang praktek. Beberapa hal yang biasanya dilakukan supervisi

secara langsung ini terkait dengan kepatuhan cuci tangan, pengisian

assesment awal, dan resiko jatuh sedangkan yang tidak langsung

terkait kelengkapan administrasi, kelengkapan dokumentasi dan

administrasi pasien. Namun belum ada jadwal khusus untuk

supervisi Jadi dapat disimpulkan bahwa di ruangan ini supervisi

berjalan dengan baik namun tidak ada jadwal khusus untuk

supervisi dan SOP terkait

7. Dischrage Planning

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan, di

ruangan bedah RS Bhakti Kencana sudah mempunyai SOP

89
discharge planing dengan judul “discharge planning” dari tim multi

disiplin yang terdiri dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain.

Hal ini sudah sesuai SOP yang ada dimulai dari mengumpulkan

informasi pasien,mengkaji kebutuhan discharge planning yang akan

dibuat, menetapkan tujuan yang menguntungkan, monitor dan

modifikasi discharge planning berdasarkan tujuan penkes.

Discharge planning ini terlaksana saat pasien pulang. Perawat

pelaksana hanya menjelaskan terkait dengan kondisi pasien saat ini,

obat yang diberikan,dosis dan waktu pemberian memberikan

penjelasan kepada pasien mengenai pematuhan minum obat surat

kontrol dan catatan tentang perawatan pasien dirumah. Untuk

edukasi pada discharge planning belum ada panduan yang khusus,

belum ada media khusus untuk edukasi. Maka edukasi sesuai

dengan kebutuhan pasien dengan kempuan perawat yang berbeda

maka akan berbeda pula pemahaman dan penyampaian kepada

pasien karena dalam hal ini belum ada standar khusus edukasi.

8. Dokumentasi Keperawatan

Untuk dokumentasi pada saat timbang terima yaitu ada buku

khusus laporan timbang terima, format pendokumentasian

menggunakan format pendokumentasian yang baku. Buku yang

tersedia yaitu buku peminjaman alat dan barang, buku ekspedisi

radiologi, ada buku nilai kritis lab radiologi 2 buah, ada buku

kerohaniawan, buku pengambilan darah, buku transfusi, buku

90
ekspedisi oksigen, buku kronologis, buku serah terima obat

diapotek, buku return obat, buku ekspedisi linen, buku sosialisasi

cuci tangan, buku perbaikan alat, buku ekspedisi kematian, buku

ekspedisi barang dan buku ekspedisi BHP ada buku khusus untuk

catatan dan laporan timbang terima.

3.3.3 Material

1. Lokasi dan Denah

2. Sarana dan Prasarana

a. Ruang Perawatan

Kondisi

No Nama Barang Jumlah Rusak Rusak


Baik
Ringan Berat

Kamar A

1. Selimut 4 4

91
2. Jam Dinding Pasien 1 1

3. Handscrub 1 1

4. Bed 3 3

5. Laken 3 3

6. Bantal 3 3

7. Tiang Infus 5 5

8. Sofa 2 2

9. Kursi Hitam 4 4

10. Loker Kamar Pasien 4 4

11. Papan Nama 4 4

12 Bed Plang 4 4

13. Ember Pasien 1 1

14. Gayung Pasien 1 1

15. Tiang Infuse Toilet 1 1

16. WC Duduk 1 1

17 Nomor Bed 0

Kamar B

92
1 Selimut 6 6

2 Jam Dinding 1 1

3 Handscrub 1 1

4. Bed 6 6

5. Laken 6 6

6. Bantal 6 6

7. Tiang Infus 5 5

8. Sofa - -

9. Kursi Hitam 6 6

10. Loker Kamar Pasien 6 6

11. Papan Nama 6 6

12. Bed Plang 6 6

13. Ember Pasien 1 1

14. Gayung Pasien 1 1

15. Tiang Infuse Toilet 1 1

16. WC Duduk 1 1

17. Nomor Bed 0

93
Kamar C

1 Selimut 7 7

2 Jam Dinding 1 1

3 Handscrub 1 1

4. Bed 8 8

5. Laken 8 8

6. Bantal 8 8

7. Tiang Infus 8 8

8. Sofa - -

9. Kursi Hitam 7 7

10. Loker Kamar Pasien 8 8

11. Papan Nama 4 4

12. Bed Plang 8 8

13. Ember Pasien 1 1

14. Gayung Pasien 1 1

15. Tiang Infuse Toilet 1 1

16. WC Duduk 1 1

94
17. Pispot 1 1

18. Nomor Bed 0

Kamar D

1 Selimut 4 4

2 Jam Dinding - -

3 Handscrub - -

4. Bed 4 4

5. Laken 4 4

6. Bantal 4 4

7. Tiang Infus 4 4

8. Sofa - -

9. Kursi Hitam 2 2

10. Loker Kamar Pasien 4 4

11. Papan Nama 2 2

12. Bed Plang 4 4

13. Ember Pasien 1 1

14. Gayung Pasien 1 1

95
15. Tiang Infuse Toilet 1 1

16. WC Duduk 1 1

17. Pispot 1 1

18. Nomor Bed 0

Kamar D Ruang Isolasi

1 Selimut 1 1

2 Handscrub - -

3. Bed 2 2

4. Laken 2 2

5. Bantal 1 1

6. Tiang Infus 3 3

7. Kursi Hitam 1 1

8. Loker Kamar Pasien 2 2

9. Papan Nama 1 1

10. Bed Plang 2 2

11. Nomor Bed 0

Selasar

96
1. Kursi Roda 2 2

2. Tempat Sampah Non-Infeksius 4 4

3. Troli Linen 1 1

4. Tabung Oksigen 3 3

5. Bed Dorong 2 2

Hasil Analisis :

Hasil dari dilakukannya wawancara dengan kepala ruangan,

ruang perawatan bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana merupakan

ruangan jenis rawat inap bagi pasien pre dan post bedah baik perempuan

dan laki-laki dengan individu dewasa atau anak yang memberikan

asuhan keperawatan bagi individu dengan gangguan atau kelainan

fisiologis dari segi aktual maupun potensial dengan fasilitas rawat inap

yang terdiri atas 1 buah ruangan kelas 2, 3 buah ruangan kelas 3, dan 1

buah ruangan isolasi dengan total 24 buah tempat tidur dengan kondisi

baik. Penamaan kamar di ruang bedah menggunakan huruf alfabetis

dari huruf A sampai dengan D, dimana untuk huruf atau kamar A

merupakan ruangan kelas 2 dengan kapasitas 4 buah tempat tidur,

kamar B merupakan ruangan kelas 3 dengan kapasitas 6 tempat tidur,

kamar C merupakan ruang kelas 3 dengan kapasitas 8 tempat tidur, dan

kamar D terdiri atas ruang kelas 3 dengan kapasitas 4 tidur, dan ruang

isolasi dengan kapasitas 2 tempat tidur. Keadaan pencahayaan dan

97
ventilasi di kamar A sampai dengan D sudah cukup baik tetapi untuk di

ruang isolasi terdapat bagian jendela yang sudah rusak sehingga

menyebabkan jendela terbuka terus dan tidak bisa tertutup sementara

ketika di klarifikasi kepada kepala ruang dalam waktu dekat belum ada

rencana renovasi di ruangan tersebut. Disetiap pintu kamar pasien

belum terdapatnya papan nama informasi untuk perawat yang bertugas

atau yang bertanggung jawab atas pasien di kamar tersebut. Dalam

klasifikasi pasien dan patient safety ruangan menggunakan gelang

indentitas dengan warna biru untuk laki-laki, dan warna pink untuk

perempuan bagi pasien yang dirawat di ruangan bedah, untuk penanda

resiko jatuh dan alergi ruangan sudah menerapkannya.

b. Ruang Perawat

Kondisi

No Nama Barang Jumlah Rusak Rusak


Baik
Ringan Berat

Alat Laken

1. Selimut Coklat 42 22 20

2. Selimut Biru 9 9

5. Laken Coklat 140 70 70

6. Laken Biru 25 5 20

98
7. Bantal 25 10 15

Alat Penunjang Ruangan

1 Handrub 1 1

2. Sofa Bed 1 1

3. Sofa 1 1

4. Kursi 12 11 1

5. Kursi putar besar 1 1

6. Ember ruang perawat 3 3

7. Gayung ruang perawat 3 3

8. Wastafel 1 1

9. Tempat Sampah non infeksius 3 3

10. Tempat sampah infeksius 1 1

11. Tempat sampah plabot kaca 1 1

12. Sefty box 1 1

13. APAR 1 1

14. Troli Emergency 1 1

15. Troly Dorong 1 1

99
16. Lemari Alat-alat 2 2

17. Lemari laken 2 2

18 Loker obat 2 2

19.. Loker besar 1 1

20. Loker kecil 1 1

21. Lemari kayu 1 1

22. Tempat tissue 1 1

23. Gantungan toilet perawat 1 1

24. Pengharum ruangan 1 1

26. Meja nurse station 1 1

27. Meja kaca 1 1

28 Meja Kayu 4 4

29 Lemari arsip 2 2

29 Loker nurse station 1 1

30. Lemari Besi 1 1

31. Lemari Kaca 1 1

32. Baraksot cokelat 84 48 40

100
33. Barakshot biru 50 25 25

34 Helm Code Red 4 4

35. Baju Anak 18 18

36. Sarung oksigen biru 3 3

37. Sarung oksigen hijau besar 1 1

38 Sarung oksigen hijau kecil 1 1

39. Bel pasien 20 20

40. Papan nama shif 0

41. Identitas Pasien Puasa 0

42. Kotak Saran 1 1

Alat Elektronik

1. Dispenser 1 1

2. Telephone 1 1

3. AC (Pendingin Ruangan) 3 2 1

4. Kulkas 1 1

5. TV LCD 1 1

6. LCD Komputer 1 1

101
7. Mouse 1 1

8. Keyboard 1 1

9. CPU 1 1

10. Printer Epson 2 2

11. Jam Dinding Nurse Station 2 2

Hasil Analisis :

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, posisi Nurse

Station di ruang perawatan bedah rumah sakit bhakti kencana,

berada di depan dan cukup strategis, dan dapat mengamati setiap

kamar pasien. Ruangan belum memiliki fasilitas CCTV di selasar

maupun lobi ruangan. Untuk struktur organisasi secara fisik

ruangan belum memiliki dan hanya berupa struktur organisasi yang

di cetak di kertas HVS dan ditempel di nurse station. Tombol Code

blue belum tersedia tetapi untuk emergency kit sudah tersedia, baru

hanya tersedia bel pasien untuk memanggil perawat yang berfungsi

baik. Ruang perawatan bedah hanya memiliki satu APAR dan

masih berfungsi dengan baik, sebelumnya sudah ada perawat yang

pernah mengikuti pelatihan untuk penanganan kejadian kebakaran

Untuk tanda pengenal pegawai ruangan bedah sudah menerapkan

bahwa pegawai telah menggunakan nametag khusus yang telah

ditetapkan oleh rumah sakit.

c. Alat Kesehatan (ALKES)

102
Kondisi

No Nama Barang Jumlah Rusak Rusak


Baik Baru
Ringan Berat

1. ACCU Cek 2 2

2. Amubu Bag Anak 1 1

3. Amubu Bag Dewasa 2 2

4. Bak Instumen Besar 3 1 2

5. Bak instrumen Kecil 2 2

6. Bak Instrumen Sedang 4 4

7. Bengkok 10 2 8

8. Lampu Rontgen 1 1

9. Blangkar 2 2

10. EKG dan Meja 1 1

11. Gunting Up Hecting 4 1 3

12. Gunting benang 6 1

13. Gunting Verban 2 2

14. Infus Pump 2 2

15. Kom Sedang 29 16 13

103
16. Kom Kecil 23 13 10

17. Klem Kecil 10 4 6

18. Korentang 16 3 13

19. Kursi Roda 2 2

20. Lampu Infra Red 1 1

21. Manometer 2 2

22. Nebulizer 1 1

23. Oximeter 2 2

24 Pispot 5 5

25. Pinset Chirugis besar 1 1

26. Pinset Chirugis kecil 7 6 1

27. Pinset anatomis besar 1 1

28. Pinset anatomis kecil 3 2 1

29. Reflek hammer 1 1

30. Stetoscope anak 1 1

31. Stetoscope dewasa 6 6

32. Senter 1 1

104
33. Suction 1 1

34. Syring Pump 2 2

35. Sterilisator basah 1 1

36. Speculum hidung 3 3

37. Tiang infus dorong 22 22

38. Tensimeter manual


1 1
berdiri

39. Tourniquet 3 3

40. Timbanagn Dewasa 2 2

41. Tong spatel 5 5

42. Tempat korentang 2 2

43. Tromol besar 5 5

44. Tromol sedang 5 5

45. Tiang infus stand 7 7

46. Trplo instrumen 1 1

47. Troli emergency 1 1

48. Thermometer digital 2 2

49. Penlight 2 2

105
Hasil Analisis :

Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan

didapatkan hasil bahwa belum adanya daftar nama obat yang di

simpan di ruangan, dalam hal pengadaan logistik atau alat kesehatan

diawali dengan kepala ruangan mendata apa saja yang dibutuhkan di

setiap tim kemudian setiap tim juga mendata kebutuhan alat-alat

yang diperlukan diruangan disesuaikan dengan rasio pasien, dan

dilaporkan kepada ketua tim, kemudian masing-masing tim

melaporkan kepada ketua tim, kemudian ketua tim mebuat laporan

khusus untuk pengadaan logistik dan alat kepada kepada kepala

ruangan, setelah itu kepala ruangan membuat pengajuan barang

kepada bidang keperawatan terkait pengadaan logistik dan alat

kesehatan. Sementara itu ruangan memiliki kendala dalam lamanya

waktu barang tiba atau tersedia diruangan yang belum jelas, tetapi

dalam menangani masalah barang yang belum tersedia, biasanya

ruangan melakukan peminjaman barang kepada ruangan lain yang

telah memiliki barang yang dibutuhkan dan ruangan dalam waktu

dekat belum memiliki rencana penambahan saranan dan prasarana.

Sedangakan dalam perawatan alat kesehatan sterilisasi alat

dilakukan dengan dikirimkan langsung ke CSSD dan kadang

beberapa alat kecil di sterilisasikan di ruangan karena ruangan

memiliki satu sterilitator yang kecil di ruangan, dalam ketersediaan

fasilitas media edukasi berupa pamflet, leaflet, dan poster ruang

106
belum memiliki media tersebut sebagai bahan atau media edukasi

kepada pasien, edukasi hanya dilakukan dengan media suara secara

langsung.

d. Daftar SOP yang belum terdapat di Ruang Bedah Rumah Sakit

Bhakti Kencana

1. SOP Discharge Planning

2. SOP Alur pengadaan logistik dan alat kesehatan

3. SOP Peminjaman Alat

4. SOP Sterilisasi Ruangan

3.3.4 Machine

No. Nama Barang Jumlah Kondisi Yang

menggunakan
Baik Rusak Rusak

ringan Berat

1. Accu cek 2 2 Perawat

2. Ambu bag anak 1 1 Perawat

3. Ambu bag 2 2 Perawat

dewasa

4. Ekg dan meja 1 1 Perawat

5. Infus pump 2 2 Perawat

6. Lampu infra red 1 1 Perawat

107
7. Manometer 2 2 Perawat

8. Nebulizer 1 1 Perawat

9. Oximetri 2 2 Perawat

10. Suction 1 1 Perawat

11. Syring pump 2 2 Perawat

12. Sterilisator 1 1 Perawat

basah

13. Tensi meter 1 1 Perawat

berdiri

14 Termometer 2 2 Perawat

digital

15. Apar 1 1 Petugas

kesehatan

16 Printer epson 2 2 Petugas

kesehatan

17. CPU 1 1 Petugas

kesehatan

18. keyboard 1 1 Petugas

kesehatan

108
19. Mouse 1 1 Petugas

kesehatan

20. LCD komputer 1 1 Petugas

kesehatan

3.3.5 Money

1. Jenis Pembiayaan

Anggaran keuangan Rumah Sakit Bhakti Kencana disini kami

berasal dari APBD Kota Bandung untuk jenis pembayarannya bagi

pasien yang tersedia sampai saat ini ada 3 jenis yaitu BPJS, Umum,

dan SKTM. Pembayaran dari masing-masing rawat inap baik

Umum dan BPJS tidak ada perbedaan sama sekali, untuk pasien

yang dirawat di kelas 2 untuk tarif akomodasi kamar sebesar Rp.

110.000,-/hari, untuk tarif akomodasi visite dokter Rp. 45.000 dan

tindakan keperawatan sebesar Rp. 85.000 sehingga tarif untuk jasa

kedokteran, kamar rawat inap dan keperawatan total sebesar

Rp.240.000,-. Sedangkan untuk tarif akomodasi kamar kelas 3

ruang bedah sebesar Rp. 54.000,-/hari, tarif akomodari visite dokter

Rp. 18.000,- dan tindakan keperawatan sebesar 85.000,- sehingga

total perawatan di raungan kelas 3 sebesar Rp. 157.000,-.

Dikarenakan alokasi anggaran berasal dari pemerintan dan

paling banyak berasal dari pasien dengan menggunakan

pembiayaan BPJS apabila terjadi penunndaan perihal pencairan

109
dana seperti yang berasal dari BPJS, pihak rumah sakit dan ruangan

tidak bisa melakukan apapun artinya kita mengikuti kebijakan dari

pemerintah dan menunggu pencairan dana hingga selesai.

Sementara itu tidak ada donasi dari luar anggaran rumah sakit

2. Sistem Penggajian

Penggajian pegawai di Rumah Sakit Bhakti Kencana

diberikan pada akhir bulan. Untuk gaji ketika dilakukan wawancara

kepada staf pegawai keperawatan, mengatakan gaji yang diberikan

sudah sesuai, Selain gaji pokok mendapatkan jasa medis

disesuaikan dengan kebijakan dari rumah sakit

3. Penyusunan Rencana Anggaran Tahunan

Kepala ruangan selalu dilibatkan dalam penyusunan

anggaran tahunan karna barang yang diperlukan biasanya di list

terlebih dahulu oleh kepala ruangan kemudian disetorkan kepada

bagian rumah sakit untuk anggaran ruang bedah merasa tercukupi

Dalam hal pengaturan keuangan disini kepala ruangan tidak

ikut serta banyak mengatur keuangan jadi diserahkan kepada bagian

administrasi dan bidang keperawatan, sementara itu tidak ada

kesulitan dalam keterediaan barang karena barang yang di cairkan

merupakan barang-barang yang memang menjadi prioritas di

ruangan

4. Tarif Masing-Masing Tindakan dan Peralatan di Ruang Bedah

Rumah Sakit Bhakti Kencana Bandung

110
No Tindakan Tarif

1. PDD (Mantoux test) Rp. 40.000

2. Akses vena sentral RP. 150.000

3. Aspirasi pneumonotorak RP. 135.000

4. Debridement RP. 50.000

5. EKG Monitoringg 12 sd 24 jam RP. 240.0000

6. Pasang infus RP. 30.000

7. Biaya administrasi minggu 1 RP. 13.000

8. Biaya administrasi minggu 2 RP. 25.000

9. Biaya administrasi minggu 3 Rp. 40.000

10. Biaya admintrasi minggu 4 RP. 50.000

11. Perawatan luka bakar 6% - 10% Rp. 25.000

12. Pemasangan NGT Rp. 50.000

13. Perwatan luka bakar >10% Rp. 37.500

14. Tindakan keperawatan (kategori V) Rp. 130.000

15. Tindakan Keperawatan (kategori IV) Rp. 85.000

16. Pelayanan gizi Rp. 55.000

111
17. GDS Rp. 20.000

18. Monitor / hari Rp. 120.000

19. EKG Rp. 50.000

20. Infus Pump Rp. 50.000

21. Syringe pum Rp. 50.000

22. Lembar observasi Rp. 20.000

23. Pemasangan ventilator Rp. 300.000

24. Defibrillator Rp. 275.000

25. Lumbal fungsi Rp. 150.000

26. Ekstubasi Rp. 170.000

27. Pemasangan arteri line Rp. 120.000

28. Terapi defibrilatior Rp. 275.000

29. Pelayanan strealisasi alat paket 1 Rp. 200.000

30. Pelayanan strealisasi alat paket 2 Rp. 400.000

31. Pemasangan alat traheostomi Rp. 400.000

32. Infusion Pump Rp. 50.000

33. Fuunduskopi Rp. 14.400

112
34. Pemasangan monitor Rp. 120.000

35. Fungsi asites Rp. 225.000

36. Transfusi Rp.20.000

37. Tindakan keperawatan (kategori 5/fullcare Rp. 85.0000

38. Asuhan keperawatan fullcare Rp. 25.000

39. Echocardiografi TTE/ neonates Rp. 600.000

40. Ganti balutan sederhana Rp. 45.000

41. Buka jahitan 1-5 Rp. 54.000

42. Buka jahitan lebih dari 5 Rp. 55.500

43. Konsul gizi rawat inap Rp. 13.500

44. Laringoskopi Rp. 67.500

45. Ganti balutan Rp. 45.000

46. Angkat drain Rp. 35.000

3.3.6 Marketing

1. Market dan Mutu

Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan

ruang Bedah adalah ruang perawatan kelas dua dan tiga yang di

peruntunkan untuk pre dan post bedah. Berasal dari masyarakat

113
umum yang rata-rata pekerjaannya dari pegawai swasta, ibu rumah

tangga. Asal daerah yang datang kebanyakan di ruang lingkup

rumah sakit bhakti kencana sekitar daerah Soekarno Hatta, dari

berbagai macam pendidikan dari tingkat SD sampai tingkat

perguruan tinggi dengan kualifikasi tipe pembayaran pasien ada dua

jenis yaitu dengan BPJS dan Umum (bayar sendiri).

2. Karakteristik Pasien di Ruangan

Pasien diruangan Bedah beragam dari berbagai usia dari anak,

dewasa dan lansia, paling banyak diruangan bedah yaitu usia

dewasa dan lansia. Penyakit terbanyak diruangan bedah ada 10

diagnosa terbanyak di tahun 2019 dengan diagnosa Hernia

sebanyak 16 pasien, Apendcitis 10 pasien, Limpadenitis 7 pasien,

STT 7 pasien, Tumor Mamae 7 pasien, infaksi 7 pasien, Heterogio

4 pasien, Ganglion 4 pasien, Tosilitis 4 pasien, Rinitis Alergi 2

pasien. Sehingga yang termasuk tiga besar penyakit yang banyak

diruang rawat inap bedah yaitu kejadian Hernia, Apendicitis dan

Limpadenitis.

3. Unit Dan Usaha Peningkatan Mutu

Usaha yang dilakukan di ruang Bedah untuk meningkatkan

mutu pelayanan salah satunya adalah dengan meningkatkan

komunikasi efektif khususnya pada pasien dan keluarga, diruang

rawat inap bedah sendiri sudah ada beberapa poster dan leaflet,

namun tidak banyak untuk promosi kesehatan, hanya saja leaflet

114
yang sesuai dengan penyakit terbanyak diruang rawat inap bedah

belum punya seperti penyakit yang termasuk tiga besar yaitu

kejadian Hernia, Apendiksitis dan Limpadenitis maupun penyakit

yang termasuk sepuluh besar pun belum punya media khusus yang

sangat diperlukan khususnya untuk Discharge Planing. Pada saat

inipun karena kejadian hernia sangat tinggi beberapa keluarga

pasien belum tahu mengenai pergerakan mobilisasi dini apa saja

setelah post operasi. Media untuk promosi ruang bedah tidak

mempunyai websaite sendiri sehingga mengikuti media rumah

sakit yaitu dengan menggunakan website

www.bhaktikencanahospital.co.id.

4. Gambaran mutu pelayanan ruangan

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan dari pihak

rumah sakit dan pihak ruangan sudah memfasilitasi untuk

penyampaian kepuasan pelayanan selama dirumah sakit hanya

disediakan kotak puas dan tidak puas yang secara langsung

terealisasi sudah didapatkan juga hasil dari data kuesioner sesuai

dengan indicator tingkat kepuasan pasien itu biasa dipegang oleh

pihak rumah sakit hampir 99% pasien dan keluarga puas dengan

pelayanan keperawatan yang diberikan diruang bedah. Akan tetapi

ruangan menyediakan kotak penilaian ditempat yang tidak strategis

seperti ditempat ners station tetapi kami menempatkannya di depan

pintu salah satu ruangan pasien.

115
a. Angka Kejadian HAIS

Mutu pelayanan keperawatan data diruang bedah tahun

2019 tidak ditemukan pasien IDO (infeksi daerah operasi)

tidak ditemukan, infeksi decubitus 0%, kejadian flebitis,

kejadian pemberian salah obat tidak ada, dan pasien jatuh tidak

jadi 0% tidak ada kejadian HAIS.

b. Patien Safety (Kejadian Pasien Jatuh)

Berdasarkan hasil wawancara mengatakan dalam tidak

ada kejadian pasien jatuh di ruang Bedah.

c. Tingkat Pengetahuan Klien

Berdasarkan hasil wawancara beberapa keluarga pasien

belum tahu mengenai pergerakan mobilisasi dini apa saja

setelah post operasi.

d. Evaluasi Kinerja Petugas

Berdasarkan hasil wawancara evaluasi kinerja petugas

baik medis maupun paramedic belum punya dari rumah sakit

juga belum pernah di sosialisasikan.

5. Efisiensi pelayanan di ruang bedah bhakti Kencana

a. BOR (Bed Occupancy Rate)

116
Grafik 3.1

Grafik BOR Ruang bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

Berdasarkan grafik diatas data diatas bahwa rata-rata

persentase pemakaian tempat tidur (BOR) di ruang Bedah

Rumah Sakit Bhakti Kencana ( 64,69 %) berada dibawah

standar nasional (75 % - 85 %).

b. LOS (Length Of Stay)

117
Grafik 3.2

Gambar LOS Ruang bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

Berdasarkan data diatas dapat disampaikan bahwa rata-

rata lamanya perawatan seorang pasien (LOS) di Ruang

Bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana (2,05 hari) dibawah

standar nasional (6-9 hari).

c. TOI ( Turn Over Interval)

Grafik 3.3

Grafik TOI Ruang bedah Rumah Sakit Bhakti Kencana

Berdasarkan data diatas dapat disampaikan bahwa rata-

rata tempat tidur tidak ditempati (TOI) Ruang Bedah Rumah

118
Sakit Bhakti Kencana (1,9 hari) telah sesuai dengan standar

nasional (1-3 Hari).

119
BAB IV

PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERUMUSAN MASALAH

4.1 Problem Based Learning (PBL)

N Item Ideal Aktual Masalah

1 Man Jumlah perawat Jumlah tenaga Kurangnya

disesuaikan kerja perawat sumber daya

dengan hanya berjumlah Manusia( Perawa

perhitungan 13 orang beserta t)

menurut depkes kepala ruangan

ataupun dan dokter DPJP

douglas/gillies

yaitu sesuai

tingkat

ketergantungan

pasien.

Berdasarkan hasil

perhitungan

dengan

menggunakan

rumus douglas

120
jumlah perawat

harusnya

berjumlah 15

orang

2 Money Pencairan dana di Lamanya proses Ketidak sesuaian

lakukan tepat pencairan dana waktu pencairan

waktu setelah khususnya oleh dana

mengikuti pihak BPJS dan

persyaratan yang tidak ada hal

berlaku yang dilakukan

rumah sakit untuk

menanggulangi

hal tersebut

3 Metode - Seharusnya - Belum ada Ketidak adaan

ada SOP SOP ataupun standar prosedur

secara pelatihan tindakan yang

tertulis mengenai : baku

sebagai Penerapan

acuan dalam Metode Tim,

melakukan timbang

tindakan terima dan

supervisi

121
4 Material - Jika terdapat - Keadaan Belum

kontruksi pencahayaan optimalnya

bangunan di ruangan sarana dan

yang rusak isolasi prasarana di

khususnya terdapat ruangan

jendela bagian

seharusnya jendela yang

segera di rusak dan

perbaiki belum ada

karena akan rencana

mempengaru untuk

hi direnovasi

pencahayaan

dan Ventilasi - Setiap kamar

di ruangan pasien belum

terebut ada papan

- Setiap kamar nama

seharusnya informasi

122
dilengkapi - Belum ada

dengan struktur

identitas organisasi

sebagai yang

informasi ditempel

secara

permanen
- Struktur
- Belum ada
organisasi
tombol kode
seharusnya
blue
di tempel
- Ketika
secara
mengadakan
permanen
pengajuan
dan mudah
barang,
dibaca atau
penerimaann
di lihat siapa
ya lama
saja

- Bel kode

blue

seharusnya

di terapkan

di ruangan

123
untuk

keadaan

darurat

- Sarana dan

prasara di

ruangan

perlu di

perhatikan

untuk

menunjang

pelayanan

dan adekuat

dan prima

5 Marketin - Media atau - Tidak Kurang

g bahan tersedianya efektifnya

edukasi di leafleat atau edukasi dan

sediakan media pelayanan

oleh ruangan edukasi

terutama khusus

mengenai terutama 3

penyakit penyakit

124
yang yang sering

terbanyak. terjadi dan

Edukasi bisa pentingnya

di lakukan pergerakan

secara /mobilisasi

tertulis dini pada

maupun pasien yang

tidak tertulis sudah

menjalani

operasi

sehingga

pengetahuan

keluarga

menjadi

minim

- Penempatan

kotak

penilaian
- Penilaian
mutu kurang
mutu
strategis
seharusnya

ditempatkan

125
di tempat - Tidak ada

yang evaluasi

strategis dan kinerja

mudah untuk petugas

dijangkau

semua
- Nilai BOR
kalangan
(64,69 %)
- Kinerja

petugas
- Nilai LOS
seharusnya
(2,05)
di evaluasi

setiap

periodenya

untuk

melihat mutu

pelayanan

- Standar nilai

nasional

BOR adalah

(75%-85%)

- Standar nilai

nasional

126
LOS (6-9

hari)

4.2 Fishbone

MARKETING METODE MAN

Orang terbatas

Pelayanan kurang
Tidak ada SOP
media tidah ada update teori (-) Pelatihan tidak semua

Pencairan data Sarana prasarana (-)


tidak tepat waktu Penyediaan barang lama

MONEY MATERIAL

127
4.3 Prioritas Masalah

No Daftar Masalah C A R L Total Urutan

1 Kurangnya sumber 7 8 5 4 23 1

daya

Manusia( Perawat)

2 Ketidak sesuaian 9 9 7 9 33 5

waktu pencairan

dana

3 Ketidak adaan 5 8 8 7 28 2

standar prosedur

tindakan yang

baku

4 Belum optimalnya 8 7 7 8 30 4

sarana dan

prasarana di

ruangan

5 Kurang efektifnya 6 7 7 9 29 3

edukasi dan

pelayanan

Keterangan :

 C ( Capability) : Kemampuan melaksanakan alternative /

ketersediaan sumber daya

128
 A ( Accesibility): Kemudahan dalam melaksanakan alternative

 R (Readlines) : Kesiapan dari sumber daya dalam melaksanakan

alternative

 L (Leverage) : Daya ungkit / pengaruh dalam menyelesaikan

Masalah

4.4 Rumusan Masalah

1. Kurangnya sumber daya Manusia( Perawat)

2. Ketidakadaan standar prosedur tindakan yang baku

3. Kurang efektifnya edukasi dan pelayanan

4. Belum optimalnya sarana dan prasarana di ruangan

5. Ketidak sesuaian waktu pencairan dana

129
BAB V

PLANNING OF ACTION

Perencanaan
No Kategori Masalah Data
Kegiatan Waktu Sasaran Metode PJ

1. Kurangnya sumber - Jumlah tenaga kerja 1. Berkoordinasi dengan kepala 22 Juli 2020 Bidang Sosialisasi, Pemaparan Shiva, Teti

daya Manusia perawat hanya ruangan dalam pengusulan Keperawatan Rs. Hasil Kajian &

( Perawat) berjumlah 13 orang penambahan karyawan Bhakti Kencana Pengusulan Proposal

beserta kepala ruangan sesuai dengan kebutuhan di

dan dokter DPJP ruangan berdasarkan

- Dalam 1 shift perawat perhitungan kebutuhan

yang berdinas 2-3 orang tenaga keperawatan

2. Perhitungan Jumlah pegawai 22 Juli 2020 Kepala Ruangan Sosialisasi

per-shift dengan Penyesuaian

Jenis pasien

130
2. Ketidakadaan - Belum ada SOP 1. Mengecek Kebutuhan SOP 23 Juli 2020 Ruang Bedah Rs. Action, Pembuatan Imas, Imel

standar prosedur yang digunakan dan acuan Bhakti Kencana SOP, Sosialisasi
ataupun pelatihan
tindakan yang baku SOP
mengenai : Penerapan
2. Perencanaan dan
Metode Tim, timbang
perumusan standar
terima dan supervisi
operasional tindakan

berdasarkan sumber –

sumber terpercaya

2. Membandingkan dengan

standar operasional yang

sudah ada dan dapat

diterapkan di ruangan

3. Kurang efektifnya - Tidak tersedianya 1. Melakukan analasis 23 Juli 2020 Ruang Bedah Rs. Action, Pembuatan Abdan dan Siti

edukasi dan leafleat atau media kebutuhan media edukasi di Bhakti Kencana SOP, Sosialisasi L

pelayanan edukasi khusus terutama ruangan

3 penyakit yang sering

terjadi dan pentingnya

131
pergerakan /mobilisasi 2. Membuat media khusus

dini pada pasien yang untuk memberikan edukasi

sudah menjalani operasi yang sesuai dengan penyakit

sehingga pengetahuan 3. Menempatkan penilaian

keluarga menjadi minim kepuasan ditempatkan

- Penempatan kotak ditempat yang strategis

penilaian mutu kurang 4. Merencanakan dan

strategis merumuskan standar

- Tidak ada evaluasi operasional untuk evaluasi

kinerja petugas kinerja petugas

- Nilai BOR (64,69 %) 5. Melakukan sosialisasi dalam

- Nilai LOS (2,05) perhitungan indikator

pelayanan kepada ruangan

dan mencapai standar

ruangan

132
4 Belum optimalnya - Keadaan pencahayaan 1. Merancang dan mengajukan 24 Juli 2020 Ruang Bedah RS Action, Pengajuan Nuri,

sarana dan di ruangan isolasi memperbaiki bangunan yang Bhakti Kencana Proposal, Fransiska dan

prasarana di terdapat bagian jendela rusak seperti jendela ruangan Roni

ruangan agar pasien nyaman dana


yang rusak dan belum
man
ada rencana untuk
2. Membuat struktur organisasi
direnovasi
ruangan
- Setiap kamar pasien
3. Membuat papan perawat
belum ada papan nama
penanggung jawab pasien
informasi 4. Membuat surat pengajuan
- Belum ada struktur untuk melengkapi

organisasi yang kekurangan sarana dan

ditempel secara prasarana diruangan

permanen

- Belum ada tombol

kode blue

133
- Ketika mengadakan

pengajuan barang,

penerimaannya lama

5 Ketidaksesuaian Lamanya proses pencairan 1. Pembuat pengajuan proses 24 Juli 2020 Bidang Diskusi Dina dan

waktu pencairan dana khususnya oleh pihak pencairan dana secara jelas Keperawatan, Vilma

dana BPJS dan tidak ada hal yang dan terperinci Bagian Keuangan,

dilakukan rumah sakit untuk 2. Melakukan lobying yang Ruangan Bedah

menanggulangi hal tersebut RS. Bhakti


baik dengan atasan
Kencana

134
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Kurangnya Sumber Daya Manusia (Perawat)

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari di ruang

bedah RS Bhakti Kencana Bandung, ditemukan kurangnya tenaga perawat.

Pada saat pengkajian hanya terdapat 13 orang tenaga kerja, 12 diantaranya

tenaga perawat termasuk kepala ruangan, dan satu lagi dokter dpjp. Idealnya

menurut perhitungan Gillies dan Depkes jumlah tenaga perawat yang harus ada

di ruangan bedah yaitu 15 orang.

Jumlah perawat disesuaikan dengan perhitungan menurut depkes ataupun

douglas/gillies yaitu sesuai tingkat ketergantungan pasien. (Douglas dalam

Nursalam, 2014)

Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami membuat perencanaan di ruang

bedah Rs Bhakti Kencana Bandung berupa pengusulan penambahan karyawan

sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

6.2 Ketidak Sesuaian Waktu Pencairan Dana

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari di ruang bedah

RS Bhakti Kencana Bandung, ditemukan lamanya proses pencairan dana. Pada

saat pengkajian proses pencairan dana khususnya oleh pihak BPJS dan tidak

ada hal yang dilakukan rumah sakit untuk menanggulangi hal tersebut.

Idealnya pencairan dana di lakukan tepat waktu setelah mengikuti persyaratan

yang berlaku.

135
BPJS Kesehatan bekerjasama dengan rumah sakit pemerintah maupun

swasta dan berpartisipasi dalam memenuhi pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dengan membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS). Rumah sakit

berperan sebagai Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) rujukan atau tingkat

lanjutan pada masa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Rumah sakit sebagai

PKK berhak menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang telah diberikan

kepada pasien peserta BPJS Kesehatan dan BPJS Kesehatan memiliki

kewajiban untuk melakukan pembayaran klaim kepada fasilitas kesehatan

(selanjutnya disingkat faskes) atau PKK atas pelayanan kesehatan yang telah

diberikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. (BPJS Kesehatan,

2014)

Prosedur penyerahan data klaim BPJS Kesehatan menyatakan bahwa berkas

klaim yang diterima rumah sakit selama satu bulan dikumpulkan dan

disetorkan ke pihak BPJS Kesehatan pada tanggal 1-10 di bulan berikutnya.

Lamanya prosedur verifikasi berkas klaim rumah sakit kepada BPJS

Kesehatan dan BPJS Kesehatan kepada rumah sakitadalah selama 15 hari kerja.

Verifikasi berkas, pemenuhan kelengkapan berkas, hingga pembayaran

penangguhan dilakukan selama 15 hari kerja dimulai dari tanggal masuk

pengumpulan berkas klaim. Pada jangka waktu tersebut BPJS Kesehatan dan

rumah sakit berkerjasama dalam pemenuhan pelaksanaan prosedur klaim agar

penangguhan klaim dapat diproses. (BPJS Kesehatan, 2014)

Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami membuat perencanaan di ruang

bedah Rs Bhakti Kencana Bandung berupa pembuatan pengajuan proses

136
pencairan dana secara jelas dan terperinci serta melakukan lobying yang baik

dengan atasan.

6.3 Ketidak Adaan Standar Prosedur Tindakan Yang Baku

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari di ruang bedah

RS Bhakti Kencana Bandung, tidak ditemukan SOP yang baku. Pada saat

pengkajian belum ada SOP ataupun pelatihan mengenai : Penerapan Metode

Tim, timbang terima dan supervisi. Idealnya harus ada SOP secara tertulis

sebagai acuan dalam melakukan tindakan.

UU Keperawatan no. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan

mendefinisikan Standar Operasional Prosedur adalah sebagai satu perangkat

instruksi atau langkah kegiatan yang dibakukan untuk menyelesaikan proses

kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik

berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan

fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan

standar profesi. Secara umum fungsi SOP antara lain adalah untuk

memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja, sebagai dasar hukum

bila terjadi penyimpangan, mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya

dan mudah dilacak, mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin

dalam melaksanakan setiap asuhan keperawatan berdasarkan standar.

Dalam manajemen keperawatan, supervisi merupakan bagian dari fungsi

kepemimpinan yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemimpin.

Melalui supervisi seorang pemimpin dapat mengetahui apakah penyelesaian

tugas yang dilakukan oleh stafnya sudah sesuai dengan tujuan dan standar.

137
Tanpa melakukan supervise, maka mutu asuhan keperawatan akan sulit

diketahui karena untuk mengetahui permasalahan yang ada diruangan tidak

cukup hanya diperoleh dari informasi perawat pelaksana tapi perlu adanya

supervisi (Fitrirachmawati, 2015)

Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami membuat perencanaan di ruang

bedah Rs Bhakti Kencana Bandung berupa perencanaan dan perumusan

standar operasionaltindakan berdasarkan sumber-sumber terpercaya dan

membandingkan dengan standar operasional.

6.4 Belum Optimalnya Sarana Dan Prasarana Di Ruangan

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari di ruang bedah

RS Bhakti Kencana Bandung, sara prasarana di ruangan belum optimal. Pada

saat pengkajian keadaan pencahayaan di ruangan isolasi terdapat bagian

jendela yang rusak dan belum ada rencana untuk direnovasi, setiap kamar

pasien belum ada papan nama informasi, belum ada struktur organisasi yang

ditempel secara permanen, belum ada tombol kode blue dan ketika

mengadakan pengajuan barang, penerimaannya lama. Idealnya jika terdapat

kontruksi bangunan yang rusak khususnya jendela seharusnya segera di

perbaiki karena akan mempengaruhi pencahayaan dan ventilasi di ruangan

terebut, setiap kamar seharusnya dilengkapi dengan identitas sebagai

informasi, struktur organisasi seharusnya di tempel secara permanen dan

mudah dibaca atau di lihat siapa saja, bel kode blue seharusnya di terapkan di

ruangan untuk keadaan darurat. Sarana dan prasara di ruangan perlu di

perhatikan untuk menunjang pelayanan dan adekuat dan prima.

138
Hasil penelitian Edi Suswardji dkk (2012), untuk dapat memberikan

kepuasan kepada pasien maka faktor sarana prasarana pelayanan kesehatan

yang didukung dengan kualitas pelayanan yang baik niscaya akan mewujudkan

kepuasan atas pelayanan yang diharapkan oleh pasien.

Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami membuat perencanaan di ruang

bedah Rs Bhakti Kencana Bandung berupa merancang dan mengajukan

perbaikan bangunan yang rusak seperti jendela ruangan agar pasien nyaman

dan aman serta membuat surat pengajuan untuk melengkapi kekurangan sarana

dan prasarana diruangan.

6.5 Kurang Efektifnya Edukasi Dan Pelayanan

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari di ruang bedah

RS Bhakti Kencana Bandung, ditemukan adanya ketidakfektifan edukasi dan

pelayanan. Pada saat pengkajian tidak tersedianya leafleat atau media edukasi

khusus terutama 3 penyakit yang sering terjadi dan pentingnya pergerakan

/mobilisasi dini pada pasien yang sudah menjalani operasi sehingga

pengetahuan keluarga menjadi minim, penempatan kotak penilaian mutu

kurang strategis serta tidak ada evaluasi kinerja petugas. Idealnya di ruangan

harus terdapat media atau bahan edukasi di sediakan oleh ruangan terutama

mengenai penyakit yang terbanyak, edukasi bisa di lakukan secara tertulis

maupun tidak tertulis, penilaian mutu seharusnya ditempatkan di tempat yang

strategis dan mudah untuk dijangkau semua kalangan dan kinerja petugas

seharusnya di evaluasi setiap periodenya untuk melihat mutu pelayanan.

Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan

139
menjadi tahu. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi

kehidupan manusia, sudah semestinya usaha dalam menumbuh kembangkan

pendidikan secara sistematis dan berkualitas perlu terus di upayakan, sehingga

tujuan dari proses pendidikan dapat dicapai secara optimal. Pendidikan

memiliki arti penting bagi individu, pendidikan lebih jauh memberikan

pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa. (Suliha, 2012)

Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami membuat perencanaan di ruang

bedah Rs Bhakti Kencana Bandung berupa pembuatan media khusus untuk

memberikan edukasi yang sesuai dengan penyakit, menempatkan penilaian

kepuasan ditempatkan ditempat yang strategis dan merencanakan dan

merumuskan standar operasional untuk evaluasi kinerja petugas.

140
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kajian situasi management unit dan management asuhan di ruang bedah

Rumah Sakit Bhakti Kencana Bandung yang di lakukan pada tanggal 13 juli –

25 juli 2020. Dari data yang di dapatkan, kemudian dilakukan analisa data

dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) dan

ditemukan masalah diantaranya kurangnya sumber daya manusia (perawat),

ketidak sesuaian waktu pencairan dana, ketidak adaan standar prosedur

tindakan yang baku, belum optimalnya sarana dan prasarana di ruangan,

kurang efektifnya edukasi dan pelayanan.

Berdasarkan masalah tersebut, kemudian disusun planing of action atau

perencanaan. Perencanaan yang pertama perencanaan di ruang bedah Rs

Bhakti Kencana Bandung berupa pengusulan penambahan karyawan sesuai

dengan kebutuhan di lapangan, pembuatan pengajuan proses pencairan dana

secara jelas dan terperinci serta melakukan lobying yang baik dengan atasan,

perencanaan dan perumusan standar operasional tindakan berdasarkan sumber-

sumber terpercaya dan membandingkan dengan standar operasional,

merancang dan mengajukan perbaikan bangunan yang rusak seperti jendela

ruangan agar pasien nyaman dan aman serta membuat surat pengajuan untuk

melengkapi kekurangan sarana dan prasarana diruangan, pembuatan media

khusus untuk memberikan edukasi yang sesuai dengan penyakit, menempatkan

141
penilaian kepuasan ditempatkan ditempat yang strategis dan merencanakan dan

merumuskan standar operasional untuk evaluasi kinerja petugas.

Berdasarkan kajian situasi tersebut maka kelompok kami merumuskan

intervensi pada masing masing masalah yaitu: Berkoordinasi dengan kepala

ruangan dalam pengusulan penambahan karyawan sesuai dengan kebutuhan di

ruangan berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan, Perhitungan Jumlah

pegawai per-shift dengan Penyesuaian Jenis pasien, Mengecek Kebutuhan SOP

yang digunakan dan acuan SOP, Perencanaan dan perumusan standar

operasional tindakan berdasarkan sumber – sumber terpercaya,

Membandingkan dengan standar operasional yang sudah ada dan dapat

diterapkan di ruangan, Melakukan analasis kebutuhan media edukasi di ruangan,

Membuat media khusus untuk memberikan edukasi yang sesuai dengan penyakit,

Menempatkan penilaian kepuasan ditempatkan ditempat yang strategis,

Merencanakan dan merumuskan standar operasional untuk evaluasi kinerja petugas,

Merancang dan mengajukan memperbaiki bangunan yang rusak seperti jendela

ruangan agar pasien nyaman dana man, Membuat struktur organisasi ruangan,

Membuat papan perawat penanggung jawab pasien, Membuat surat pengajuan untuk

melengkapi kekurangan sarana dan prasarana diruangan, Pembuat pengajuan proses

pencairan dana secara jelas dan terperinci, Melakukan lobying yang baik

dengan atasan.

7.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Management keperawatan untuk kedepannya perlu mendapatkan prioritas

utama dalam pembangunan keperawatan. Hal ini diharapkan dapat dapat

142
membuat RS dapat meningkatkan dan mengembangkan management

pelayanan secara optimal dan asuhan keperawatan sesuai dengan visi misi

Rumah Sakit.

2. Bagi Ruang Bedah

Diharapkan Ruang Bedah dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan

keperawatan dengan adanya penambahan tenaga kerja dan juga

mengadakan pelatihan untuk peningkatan keterampilan, mengoptimalkan

mobilisasi dan edukasi untuk pasien pasca OP di ruang bedah,

mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai dengan standar oprasional

prosedur, dan mengaplikasikan asuhan keperawatan secara komprehensif

dan optimal.

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa harus bisa mengambil pelajaran dan ilmu pengetahuan selama

praktek sehingga mampu mengaplikasikan kajian management

keperawatan dan management asuhan keperawatan.

143
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2009). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2


Bahasan Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2012). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1,


Direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (2011). Nursing Management: a system approach (3th Edition).


Philadelpia: W.B. Saunders

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Edisi I. Jakarta : EGC

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi III. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum.


Jakarta : EGC

144

Anda mungkin juga menyukai