Oleh :
RYLIS TRIANY
(NIM : PO.71.20.1.18.078)
RYLIS TRIANY
(NIM : PO.71.20.1.18.078)
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta bimbingan dan pengarahan dari
bapak/ibu dosen sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Implementasi Keperawatan Keluarga Pada Klien Asma Bronkial
Dengan Masalah Pola Nafas Tidak Efektif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial
Palembang Tahun 2021”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan penulisan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi isi
maupun cara penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna memperbaiki di masa yang akan datang.
Dalam peyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan, serta saran baik secara tertulis maupun secara
lisan. Maka dari itu, pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
Akhir kata, penulis berharap Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan karunia-
Nya untuk kita semua. Aamiin Allahuma Aamiin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.2.2. Karakteristik Keluarga ................................................................11
2.2.3. Tipe Keluarga .............................................................................11
2.2.4. Struktur Keluarga .......................................................................13
2.2.5. Peran Keluarga............................................................................14
2.2.6. Fungsi Keluarga...........................................................................15
2.2.7. Tugas Keluarga............................................................................16
2.2.8. Tahap Perkembangan Keluarga...................................................16
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga.............................................................20
2.3.1. Pengkajian...................................................................................20
2.3.2. Diagnosa Keperawatan................................................................25
2.3.3. Rencana Keperawatan.................................................................27
2.3.4. Implementasi Keperawatan.........................................................28
2.3.5. Evaluasi Keperawatan.................................................................29
2.4. Konsep Pola Nafas Tidak Efektif..........................................................29
2.4.1. Definisi........................................................................................39
2.4.2. Batasan Karakteristik..................................................................30
2.4.3. Faktor yang Berhubungan...........................................................30
2.4.4. Kriteria Hasil...............................................................................31
2.4.5. Tindakan Keperawatan...............................................................31
2.5. Posisi Semi Fowler................................................................................33
2.5.1. Definisi........................................................................................33
2.5.2. Tujuan dan Manfaat Posisi Semi Fowler....................................33
2.5.3. Teknik Posisi Semi Fowler.........................................................33
2.6. Pemberian Air Minum Hangat..............................................................35
2.7. Pendidikan Kesehatan pada Keluarga dengan Asma Bronkial.............35
BAB III METODE STUDI KASUS ..................................................................37
3.1. Rancangan Studi Kasus .......................................................................37
3.2. Kerangka Konsep ................................................................................37
3.3. Definisi Istilah .....................................................................................37
3.4. Subyek Studi Kasus .............................................................................38
3.5. Fokus Studi Kasus ...............................................................................38
vii
3.6. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..........................................................38
3.7. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ........................................39
3.8. Analisis dan Penyajian Data ................................................................39
3.9. Etika Studi Kasus ................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................41
LAMPIRAN.........................................................................................................44
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.............................................................................................................44
Lampiran 2.............................................................................................................55
Lampiran 3.............................................................................................................57
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Asma memiliki angka kematian yang relatif rendah dibandingkan
penyakit kronis lainnya. Diperkirakan lebih dari 339 juta orang menderita
asma. Asma adalah penyakit tidak menular yang paling umum. Kebanyakan
kematian terjadi pada orang dewasa yang lebih tua (WHO, 2020).
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi kekambuhan asma
tertinggi di Indonesia dalam 12 bulan terakhir pada tahun 2018 pada
penduduk semua umur adalah dengan jumlah 57,5%. Provinsi dengan
kekambuhan asma tertinggi adalah Nanggroeh Aceh Darussalam dengan
68,9%. Sedangkan, provinsi dengan kekambuhan asma terendah adalah DKI
Jakarta dengan 46,1% (Riskesdas, 2018).
Prevalensi asma yang didiagnosis dokter pada penduduk semua umur
menurut karakteristik di provinsi Sumatera Selatan adalah sebanyak 1,95%.
Sedangkan, prevalensi asma di kota Palembang sendiri berjumlah sebanyak
3,05% (Riskesdas Sumsel, 2018).
Kematian terkait asma bronkial sebagian besar terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah kebawah. Kematian akibat penyakit
asma brokial di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 3,55% penderita
dengan masalah ketidakefektifan pola nafas (Kemenkes RI, dalam Arissandi
et al., 2019)
Usaha yang dapat dilakukan dalam pengobatan penyakit asma adalah
dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologis
pada asma biasanya dengan bronkodilator dan melibatkan pengobatan beta 2
adrenergik, sedangkan pengobatan nonfarmakologis biasanya dengan
menghindari faktor penyebab dan menciptakan lingkungan yang sehat.
Teknik farmakologi memiliki banyak efek samping, sedangkan pengobatan
dengan non farmakologi kurang memiliki efek samping (Doenges, dalam
Hardina et al., 2019)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Jakarta sebelum
dilakukan pemberian teknik semi fowler, frekuensi tertinggi adalah
1
responden dengan nafas 28x/menit yaitu 6 dari 20 orang atau sebanyak 30%.
Setelah diberi tindakan semi fowler frekuensi tertinggi berubah, responden
dengan nafas 21x/menit menjadi yang terbanyak yaitu sebanyak 55% atau 11
dari 20 orang. Hal ini menandakan bahwa pemberian teknik semi fowler
berpengaruh dalam mengurangi sesak nafas pada asma bronkial (Sahrudi,
2020).
Jumlah keberhasilan pemberian air minum hangat terhadap penurunan
pola nafas tidak efektif pada asma bronkial di UGD RSUD Bangli dengan
responden sebanyak 10 orang adalah 100% berhasil. 10 orang tersebut
terbukti memiliki kepatenan jalan nafas setelah diberikan tindakan
keperawatan berupa pemberian air minum hangat (Adiputra & Rahayu,
2017).
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien asma bronkial Di Desa
Dersalam Kecamatan Bae Kudus pada kelompok eksperimen sebelum
dilakukan terapi inhalasi sederhana minyak kayu putih didapatkan 5
responden mengalami sesak nafas dengan derajat berat dan sangat berat 3
responden. Setelah diberikan terapi inhalasi sederhana minyak kayu putih
sesak nafas pada responden derajat Ringan sebanyak 5 responden, 2
responden pada derajat sesak nafas sedang dan 1 responden pada derajat
sesak Berat. Hal ini menunjukkan bahwa inhalasi sederhana minyak kayu
putih berpengaruh dalam mengurangi sesak nafas pada asma bronkial
(Pramudaningsih & Afriani, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan
implementasi keperawatan keluarga dalam bentuk tugas akhir pada klien
asma bronkial dengan masalah pola nafas tidak efektif di wilayah kerja
Puskesmas Sosial Tahun 2021 dengan kriteria klien yang berusia >40 Tahun.
Alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena
kasus asma bronkial pada puskesmas tersebut tidak terlalu banyak namun
penelitian tentang asma bronkial masih jarang.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi
Keperawatan Keluarga pada Klien Asma Bronkial dengan Masalah Pola Nafas
Tidak Efektif di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial Tahun 2021.
3
h. Dapat melakukan evaluasi pada keluarga asma bronkial dengan
masalah pola nafas tidak efektif di wilayah kerja Puskesmas Sosial
Tahun 2021.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik atau alergi disebabkan oleh alergen, bentuk ini
biasanya dimulai pada masa anak-anak dengan keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit yang disebabkan alergi yang termasuk
hay fever, eczema, dermatitis, ataupun asma juga. Biasanya pada asma
ini terjadi kontak antara individu dengan alergen dalam bentuk sari
yang dihirup, bulu halus binatang, spora jamur, serat kain, atau dapat
juga disebabkan oleh makanan contohnya susu dan coklat. Meskipun
kontak terhadap alergen jumlahnya sangat kecil hal ini dapat tetap
mengakibatkan serangan asma.
2. Asma Intrinsik atau idiopatik
Asma intristik atau idiopatik diakibatkan oleh faktor-faktor
pencetus yang tidak jelas, diketahui faktor-faktor pencetus non-
spesifik (seperti flu biasa, latihan fisik, atau emosi) dapat memicu
serangan asma. Asma idiopatik ini umumnya timbul sesudah usia 40
tahun, dan serangan timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada
percabangan trakeobronkial. Asma intrinsik semakin lama serangan
akan semakin sering dan makin hebat, sehingga keadaan ini dapat
berlanjut menjadi penyakit bronkitis kronik dan terkadang.
3. Asma Campuran
Asma campuran merupakan campuran antara asma ekstrinsik
dan asma intrinsik. Sebagian besar pasien asma intrinsik akan
berlanjut menjadi bentuk campuran.
2.1.3 Etiologi
Penyebab mendasar asma tidak sepenuhnya dipahami. Faktor risiko
terkuat untuk mengembangkan asma adalah kombinasi dari kecenderungan
genetik dengan paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup
yang dapat memicu reaksi alergi atau mengiritasi saluran udara, seperti:
1. Alergen dalam ruangan (misalnya tungau debu rumah di tempat tidur,
karpet dan furnitur boneka, polusi dan bulu hewan peliharaan)
2. Alergen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur)
3. Asap tembakau
6
4. Iritasi kimiawi di tempat kerja
5. Polusi udara
Pemicu lain dapat berupa udara dingin, gairah emosional yang ekstrim
seperti kemarahan atau ketakutan, dan latihan fisik. Bahkan obat-obatan
tertentu dapat memicu asma: aspirin dan obat antiinflamasi non-steroid
lainnya, dan beta-blocker (yang digunakan untuk mengobati tekanan darah
tinggi, kondisi jantung, dan migrain) (WHO, 2020).
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan
pada Rongen paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
2.1.5 Patofisiologi
Pada asma, jalan nafas ada pada kondisi inflamasi persisten. Selama
periode bebas gejala, inflamasi jalan nafas pada asma adalah subakut atau
tersembunyi. Akan tetapi, meskipun selama periode ini, sel inflamasi seperti
eosinofil, neutrofil, dan limfosit dapat ditemukan pada jaringan jalan nafas
dan edema dapat terjadi. Respons inflamasi akut, selama sel inflamasi yang
tinggal berinteraksi dengan mediator inflamasi, sitokin, dan sel inflamasi
yang menginfiltrasi tambahan, dapat dipicu dengan berbagai factor. Pemicu
yang umum untuk serangan asma akut, antara lain pajanan terhadap alergen,
infeksi saluran nafas, latihan, iritan yang diinhalasi, dan kekecewaan emosi
(LeMone, Priscilla, Karen, Gerene, 2015).
8
Pathway
Alergen/non alergen
Dispnea
Bronkospasme
Gangguan pertukaran
Gas Pola nafas tidak efektif
Kelemahan/
Kelelahan
9
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Spirometri
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Uji kulit
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto dada
8. Analisis gas darah (Padila, 2013).
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Alfa et al., 2020) penatalaksanaan asma bronkial meliputi :
1. Non farmakologi
a) Edukasi pasien mengenai definisi, penyebab, faktor risiko, dan
cara penanganan serangan asma di rumah.
b) Edukasi pasien mengenai pola hidup yang dapat memperparah
kondisi pasien.
c) Edukasi kepada pasien mengenai gaya hidup bersih dan sehat
d) Edukasi kepada pasien tentang faktor risiko eksternal,
terutama lingkungan dan kondisi rumah
2. Farmakologi
a) Nebulisasi combivent 1x selama 15 menit
b) Salbutamol 2 mg/ 8 jam (reliever)
c) Inhalasi glukokortikosteroid 200 mcg (controller)
3. Family Focused pada keluarga pasien
a) Edukasi keluarga pasien mengenai definisi, penyebab, faktor
risiko, tanda dan gejala, pencegahan serta penanganan asma
dirumah.
b) Pemberian masker pada keluarga untuk digunakan saat
melakukan aktivitas yang beresiko terpapar debu.
c) Edukasi keluarga pasien tentang faktor risiko eksternal ,
terutama lingkungan dirumah dan disekitar rumah.
10
d) Mendiskusikan dengan keluarga pasien tentang aktivitas yang
cocok untuk penderita asma.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan kekambuhan asma bronkial dilihat dari kerentanan yang
dirasakan dan didasari oleh kemampuan individu dalam merasakan seberapa besar
kemungkinan asma bronkial yang dideritanya akan kambuh jika tidak dilakukan
pencegahan. Sehingga jika individu tidak merasa bahwa asma bronkial yang
dideritanya berisiko dan menjadi ancaman baginya maka individu tersebut tidak
akan mencari pengobatan dan melakukan pencegahan (Husna, 2014).
Partikel-partikel yang terdapat dalam udara bebas sangat berpotensi
menyebabkan penyempitan jalan nafas, dengan cara kerja seperti alergen bagi
penderita asma. Cara agar ekspresi asma tidak muncul adalah hanya dengan
menghindari paparan polutan ini. Namun, bila bertempat tinggal di wilayah yang
merupakan kawasan pertambangan dan penggalian, hal ini tentu sulit dilakukan
(Nimatul, 2019).
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi asma bronkial antara lain :
1) Pneumotoraks
2) Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
3) Atelektasis
4) Aspergilosis bronkopulmoner alergik
5) Gagal napas
6) Bronkitis
7) Fraktur iga (Sundaru dan Sukamto, 2006)
12
perkawianan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak- anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasilperkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
4. Middle Age/aging Couple. Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, dan anak-anak nya sudah
meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau pun
meniti karir
5. Dyadic Nuclear. Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.
6. Single Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/luar rumah.
7. Dual Carier. Suami istri/keduanya sudah berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married. Suami/istri/keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
9. Single Adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
10. Three Generation. Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institutional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti-panti.
12. Comunal. Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersam-sama dalam
penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage. Satu perumahan terdiri atas orang tua dan
keturunannya di dalam satukesatuan keluarga dan tiap individu
adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
14. Unmarried Parent andChild. Ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya di adopsi.
15. Cohibing Couple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa pernikahan.
13
Dari berbagai tipe keluarga diatas, di Indonesia terdapat dua tipe keluarga,
yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non tradisional.
1) Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti adalah satu rumah tangga yang terdiri dari atas
suami,istri,dan anak (kandung atau angkat).
b. Keluarga besar adalah keluarga inti yang ditambah keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman,
dan bibi.
a. Single parent adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orangtua dengan anak (kandung atau angkat).
b. Single adult adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang dewasa.
c. Keluarga lanjut usia adalah keluarga yang terdiri dari suami istri
lanjut usia.
14
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak (Harmoko, 2012).
Pola dan
Proses Peran
Komunikasi
Nilai dan
Kekuatan
Norma
15
b. Peran Informasi Keluarga
Peran yang bersifat implisit biasanya tidak tampak dimainkan
hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Contohnya sebagai
pendorong, pengharmoni, inisiator-konstributor, pendamai, kordinator,
perawat keluarga, penghubung keluarga, pengikut dan saksi (Harmoko,
2012).
Gambar 2.3
Struktur peran menurut Friedman
Harapan Perilaku
Masyarakat Keterampilan
Perilaku Individu
16
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Friedman, dalam
Padila, 2012).
17
untuk menjadi orang tua.
b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family)
Keluarga yang menantikan kelahiran di mulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Tugas perkembangan pada masa ini antara
lain :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 Tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 Tahun. Tugas-tugas dalam tahap ini :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membatu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tubuh dan kembang anak.
d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
18
berakhir pada usia 12 tahun. Tugas-tugas dalam tahap ini yaitu :
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
4) Menyediakan aktifitas untuk anak
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
e. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini di mulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai usia 19-20 Tahun, kemudian pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tugas-tugas pada tahap ini antara
lain :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini diantaranya :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
19
kepergian anaknya
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga
6) Berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas- tugas pada tahap ini adalah :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
4) Keakraban dengan pasangan
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah
satu pasanggan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal.
Tugas-tugas pada tahap ini antara lain :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapat
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan file review
6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
20
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga merupakan tahapan dimana perawat
mengambil data terhadap keluarga binaannya dengan tahapan yang terdiri dari
pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, penyusunan perencanaan, dan
penilaian (Padila, 2012).
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan
data/informasi secara terus-menerus terhadap angota keluarga yang dibinanya.
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini sebagai berikut.
a. Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dantelepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepalakeluarga
5) Komposisi keluarga yang berisi mengenai riwayat Anggota Keluarga
6) Genogram
Data genogram berisi silsilah keluarga yang terdiri dari tiga generasi
disajikan dalam bentuk bagan dengan menggunakan simbol-simbol
atausesuai format pengkajian yang dipakai.
7) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala yang
terjadidengan jenis tipe keluarga tersebut.
8) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengindentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
9) Agama
Menjelaskan mengenai agama yang dianut masing-masing anggota
keluarga serta aturan yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan.
10) Status Sosial EkonomiKeluarga
Menjelaskan mengenai pendapatan KK maupun anggota keluarga
yangsudah bekerja, kebutuhan sehari-hari serta harta kekayaan atau
barang- barang yang dimiliki keluarga.
21
11) Aktivitas Rekreasi Keluarga dan WaktuLuang
Menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi atau
refreshing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namun menonton
TV, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi keluarga
(Padila, 2012).
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Data ini menunjukkan mengenai luas rumah, tipe, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabotan
rumah tangga, jenis WC ke sumber air. Data kerakteristik rumah dapat
disajikan dalam bentuk denah.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik tempat
tinggal, norma atau aturan penduduk setempat, serta budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.
22
3) Mobilitas Geografi Keluarga
Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam satu
tempat ataumempunyai kebiasaan berpindah-pindah.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul dengan
masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal (Padila, 2012).
d. Struktur Keluarga
1) Sistem Pendukung Keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan
dari masyarakat setempat.
2) Pola KomunikasiKeluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi anggota keluara menggunakan
sistem terbuka atau tertutup, frekuensi, serta kualitas komunikasi
yang berlangsung.
3) Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan keluarga untuk merubah perilaku antar anggota
keluarga. Model kekuatan atau kekuasaan digunakan keluarga untuk
membuat keputusan dalam keluarga.
4) Struktur Peran
Menjelaskan peran anggota keluarga dalam keluarga dan
masyarakat yangterbagi menjadi peran formal dan informal.
5) Nilai/Norma Keluarga
Menjelaskan menegenai nilai dan normayang dianut keluarga
berhubungandengan status kesehatan keluarga (Padila, 2012).
23
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga. Perasaan memiliki
dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai
(Harmoko, 2012).
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta
prilaku (Padila,2012).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Mengenal masalah kesehatan kelurga
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatanmeliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan
yangmempengaruhi sertapersepsi keluarga terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah
yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai
sifat negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau
fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadaptindakan
dalam mengatasi masalah.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya,
mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, serta fasilitasyangdiperlukan untuk perawatan dan
sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Sejauh mana keluarga mengetaui sumber-sumber yang
dimiliki keluarga,keuntungan dalam pemeliharaan lingkungan,
24
mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar
anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Keluarga mengetahui keberadaan fasiitas kesehatan yang
ada, tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan dan
memahami tentang keuntungan yang diperoleh dari fasilitas serta
terjangkau oleh keluarga (Padila, 2012).
f. Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencakan jumlah anak,
merencanakan jumlah anggota keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah amggota keluarga (Harmoko, 2012).
g. Fungsi Ekonomi
Mengaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, papan bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat gunameningkatkan status kesehatan keluarga (Harmoko,
2012).
25
Pemeriksaan fisik dilakukan semua anggota keluarga. Metode yang
digunakanmeliputi pemeriksaan fisik head to toe dan pemeriksaan
penunjang (Padila, 2012).
j. Harapan Keluarga
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang telah diberikan oleh perawat atau tenaga kesehatan
(Padila, 2012).
26
keperawatan tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan (Harmoko,
2012).
27
Sumber : Harmoko, 2012
Skor Tertinggi
28
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada
sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah.
29
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara :
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
cara menggunakan fasilitas tersebut.
30
kekambuhan penyakit asma. Oleh karena itu, kekambuhan penyakit asma
seharusnya dicegah dengan menghindari alergen yang menyebabkan gejala asma
muncul, tetapi apabila tidak dicegah kekambuhannya akan mengakibatkan
kematian (Saini, 2019).
2.4.2 Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik pola nafas tidak efektif menurut (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016) :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Penggunaan otot bantu pernafasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola nafas abnormal (mis. Takipnea,
bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Ortopnea 1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
31
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuscular
f. Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
m. Cedera pada medulla spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
32
Intervensi keperawatan dengan masalah ketidakefektifan pola nafas
bertujuan untuk mempertahankan pola napas agar kembali efektif dengan kriteria
hasil pola nafas membaik. Adapun intervensi keperawatan dari ketidakefektifan
pola nafas antara lain :
a. Pemantauan Respirasi
1. Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
33
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- Penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
34
2.5.3 Teknik Posisi Semi Fowler
Prosedur pemberian posisi semi fowler (Cozier, dalam Murtini, 2018) :
1) Identifikasi kebutuhan pasien akan posisi semi fowler.
2) Jelaskan pada pasien tentang tujuan / manfaat dari posisi ini.
3) Jaga privasi pasien.
4) Siapkan alat-alat.
5) Cuci tangan.
6) Buatlah posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja (sesuai
dengan tinggi perawat).
7) Sesuaikan berat badan pasien dan perawat. Bila perlu, carilah
bantuan atau gunakan alat bantu pengangkat.
8) Kaji daerah-daerah yang mungkin tertekan pada posisi tidur pasien,
seperti tumit, prosesus spinosus, sacrum, dan skapula.
9) Atur tempat tidur pada posisi datar. Ambil semua bantal dan
perlengkapan lain yang digunakan pada posisi sebelumnya. Beri
bantal pada tempat tidur pasien bagian atas. Pindahkan pasien ke
bagian atas tempat tidur.
a. Tekuk lutut pasien dan anjurkan untuk meletakkan tangan di atas
dadanya.
b. Letakkan satu tangan perawat di bawah bahu pasien dan tangan
yang lain di bawah paha pasien.
c. Angkat dan tarik pasien sesuai yang di inginkan, mintalah pasien
untuk mendorong kakinya.
d. Yakinkan bahwa bokong pasien berada tepat pada sudut lekukan
tempat tidur.
10) Naikkan posisi tempat tidur bagian kepala 30-40º atau sesuai
kebutuhan.
11) Letakkan bantal kecil / lunak di bawah kepala.
12) Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di daerah lekuk
pinggang jika terdapat celah kecil di daerah tersebut.
13) Letakkan bantal kecil mulai dari bawah lutut sampai tumit.
14) Letakkan guling atau trochanter roll di sisi luar paha.
35
15) Letakkan papan penghalang pada telapak kaki pasien.
16) Letakkan bantal untuk mendukung lengan dan tangan jika pasien
tidak dapat menggerakkan lengan.
17) Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dengan menilai rasa nyaman
pasien.
18) Rapikan alat-alat dan cuci tangan.
19) Catat tindakan yang telah dilakukan.
36
2.8 Pendidikan Kesehatan pada Keluarga dengan Asma Bronkial
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi sebagai upaya untuk
merubah perilaku masyarakat serta lingkungan sesuai dengan norma-norma
kesehatan. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Lingkungan
Banyak fasilitas kesehatan lingkungan yang dibangun oleh
banyak instansi. Namun, karena perilaku masyarakat sarana sanitasi
tersebut kurang atau bahkan tidak dimanfaatkan dan dipelihara
sebagaimana mestinya. Agar sarana tersebut dimanfaatkan dan
dipelihara sebagaimana mestinya.
b. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Perilaku
Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari
atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan
kesehatan mereka dan orang lain, kemana seharusnya mencari
pengobatan bilamana sakit dan sebagainya.
c. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan
Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah
Indonesia telah menyediakan sekitar 7.000 puskesmas namun
pemanfaatannya masih belum optimal.
d. Peran Pendidikan Kesehatan dalam Faktor Herediter
Orang tua adalah faktor yang sangat penting dalam
mewariskan kepada anak-anak mereka atau keturunannya
(Notoadmodjo, 2012).
37
BAB 3
METODE STUDI KASUS
Implementasi Keperawatan
38
keadaan setengah duduk dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan
menggunakan gaya gravitasi untuk membantu paru dan mengurangi
tekanan abdomen pada diagfragma.
c. Pemberian air minum hangat merupakan tindakan nonfarmakologi yang
berguna untuk membuka jalan nafas pada klien asma bronkial.
d. Pemberian inhalasi sederhana minyak kayu putih adalah tindakan yang
dapat dilakukan di rumah berupa inhalasi sederhana menggunakan uap air
panas yang dicampur minyak kayu putih (Eucalyptus).
e. Pendidikan kesehatan yaitu memberikan pengetahuan atau wawasan
kepada klien maupun keluarga dengan tujuan agar memahami penyebab
dari pola nafas tidak efektif pada asma bronkial. Pendidikan kesehatan
yang akan diberikan meliputi :
1. Penyuluhan tentang penyakit pola nafas tidak efektif pada keluarga
dengan asma bronkial.
2. Penyuluhan tentang mengambil keputusan yang tepat
3. Penyuluhan tentang cara merawat keluarga.
4. Penyuluhan kesehatan tentang memodifikasi lingkungan yang
sesuai bagi keluarga.
5. Penyuluhan tentang manfaat pengunaan pelayanan kesehatan bagi
keluarga.
39
3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sosial
Palembang dan akan dilakukan pada bulan Maret 2021.
40
3.8.3 Interpretasi data
Dari data yang disajikan kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
41
merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,
maupun kematian subyek penelitian (Notoadmodjo, 2012).
42
DAFTAR PUSTAKA
Alfa, N., Mayasari, D., Kedokteran, F., Lampung, U., Komunitas, B. K.,
Kedokteran, F., & Lampung, U. (2020). Penatalaksanaan Asma dengan
Faktor Risiko Debu Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga Asthma
Management with Dust Risk Factors through the Family Medicine Approach.
7, 58–66.
Arissandi, D., Setiawan, christina T., & Wiludjeng, R. (2019). 2 3 123. Jurnal
Borneo Cendekia, 3(2), 40–46.
Hardina, S., . S., & Wulandari, D. (2019). Pengaruh Konsumsi Air Hangat
Terhadap Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma Di Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu Tahun 2019. Journal of Nursing and Public Health, 7(2), 77–
86. https://doi.org/10.37676/jnph.v7i2.901
43
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha
Medika.Adiputra, I. M. S., & Rahayu, K. M. N. (2017). Warm Water
Administration Before Nebulization Improves Airway Clearance In Asthma.
Bali Medika Jurnal, 4(2), 38–49. https://doi.org/10.36376/bmj.v4i2.3
Ratnasari, N. Y., Yuliana, V., Keperawatan, A., Satria, G., & Wonogiri, H.
(2019). Pendidikan kesehatan inhalasi sederhana terhadap tingkat
pengetahuan keluarga dengan asma di wilayah kerja Puskesmas Selogiri
1,2. 8(1), 48–54.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Wijaya, A., & Toyib, R. (2018). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma Dengan
Menggunakan Algoritme Genetik (Studi Kasus RSUD Kabupaten
Kepahiang). Pseudocode, 5(2), 1–11. Adiputra, I. M. S., & Rahayu, K. M. N.
(2017). Warm Water Administration Before Nebulization Improves Airway
Clearance In Asthma. Bali Medika Jurnal, 4(2), 38–49.
https://doi.org/10.36376/bmj.v4i2.3
44
World Health Organization, 2020. Asthma. Switzerland : World Health
Organization. 2020. Dikutip 31 Desember 2020 dari www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/asthma
45
Lampiran 1
I. Data Umum
1. Nama Kep.Klg :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
6. Komposisi Anggota Keluarga
Genogram :
7. Tipe keluarga :
8. Suku bangsa :
9. Agama :
10. Status sosial ekonomi keluarga :
a. Pekerjaan anggota keluarga :
b. Penghasilan anggota keluarga :
c. Pemenuhan kebutuhan sehari–hari :
d. Tabungan / asuransi :
11. Aktivitas rekreasi keluarga :
a. Rekreasi yang digunakan di dalam rumah :
b. Rekreasi yang digunakan di luar rumah :
46
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
3. Riwayat keluarga inti :
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
III.Lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Milik sendiri
b. Menumpang
c. Mengontrak
2. Denah rumah
3. Tipe rumah
a. Permanen
b. Semi Permanen
c. Tidak Permanen
4. Sumber air bersih
a. Sumur
b. PAM
c. PAM dan sumur
5. Pengelolaan air minum
a. Dimasak
b. Mentah
c. Air mineral
6. Tempat pembuangan air besar
a. Leher angsa
b. Kakus duduk
c. Cubluk
d. Sungai
7. Kebiasaan membuang sampah
a. Dibakar
b. Diambil petugas
47
c. Dibuang ke sungai
d. Lain-lain
8. Keadaan lantai rumah
a. Keramik
b. Semen
c. Tanah
9. Tempat penampungan air bersih
a. Tertutup
b. Terbuka
c. Kran
10. Ventilasi
a. Ada
b. Tidak ada
11. Pencahayaan
a. Terang
b. Gelap
c. Remang-remang
12. Karakteristik tetangga dan komunitas :
a. Adat dan istiadat komunitas sekitar :
b. Pola pergaulan keluarga :
c. Persepsi keluarga terhadap komunitas :
d. Pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan
yang berkaitan dengan komunitas :
13. Mobilitas geografis keluarga
a. Alat transportasi di daerah :
b. Alat transportasi yang biasa
digunakan oleh keluarga :
14. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
a. Peran serta keluarga dalam
perkumpulan di masyarakat :
b. Persepsi keluarga mengenai
perkumpulan di masyarakat :
48
15. Sistem pendukung keluarga :
16. Struktur keluarga :
a. Pola komunikasi keluarga :
b. Struktur kekuatan keluarga :
c. Struktur peran :
d. Nilai dan norma budaya :
49
3. Strategi koping yang digunakan :
4. Strategi adaptasi disfungsional :
5. Pemeriksaan fisik (head to toe) :
50
d. Gigi
Leher
Dada
a. Simetris/asimetris
b. Otot bantu
pernapasan
c. Bunyi paru
Jantung
Abdomen
a. Bentuk
b. Simetris/asimetris
c. Nyeri
Tekan ektremitas
a. Atas
b. bawah
Genetalia
Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga
51
ANALISA DATA
DO:
DS:
DO:
DS:
DO:
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
52
53
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
Masalah Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
keperawatan
1. a. Sifat masalah:
d. Menonjolnya masalah:
Jumlah
6. a. Sifat masalah:
d. Menonjolnya masalah:
Jumlah
d. Menonjolnya masalah:
54
Jumlah
55
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA
56
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi
57
EVALUASI KEPERAWATAN
S
O
A
P
S
O
A
P
S
O
A
P
58
Lampiran 2
59
Lampiran 3
Nama Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin :
Petunjuk :
a. Berilah tanda ( √ ) pada pilihan di bawah ini pada jawaban yang sebenarnya.
b. Jawablah pertanyaan berikut ini sejujur mungkin.
( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah pada saat perubahan cuaca panas atau cuaca dingin bapak/ibu
mengalami gejala sesak nafas, bunyi nafas mengi, dan dada terasa berat?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Adakah perabotan alat rumah tangga seperti kasur, bantal berbahan kapuk,
karpet kain yang berbulu, sofa busa atau horden kain yang menyebabkan
bapak/ibu mengalami gejala sesak nafas, bunyi nafas mengi, dan dada
terasa berat?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
60
( ) Ya ( ) Tidak
6. Apakah bapak/ibu sering mengalami sesak napas pada saat malam hari ?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
8. Saat batuk dan sesak napas berlangsung, apakah aktivitas bapak/ibu akan
terganggu ?
( ) Ya ( ) Tidak
9. Apakah bapak/ibu berusaha untuk mengobati batuk dan sesak napas yang
bapak/ibu rasakan ?
( ) Ya ( ) Tidak
10. Apakah penyakit yang bapak/ibu derita saat ini berpengaruh terhadap
peran bapak/ibu dalam keluarga?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
3. Saat bapak/ibu mengalami gejala seperti batuk dan sesak napas , apa
bapak/ibu segera pergi ke puskesmas?
( ) Ya ( ) Tidak
61
4. Apakah keluarga bapak/ibu menganjurkan untuk berobat ke puskesmas?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
5. Jika ya, apakah keluarga bapak/ibu yang memberikan obat asma tersebut ?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
62
7. Apa bapak/ibu tahu akibat dari obat yang bapak/ibu konsumsi ?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
10. Apakah petugas kesehatan yang mengajari bapak/ibu latihan napas dalam
tersebut ?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
2. Jika “Ya” apakah ventilasi atau celah kecil tempat keluar masuknya udara
di jendela rumah tersebut dapat berfungsi dengan baik ?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
63
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
1. Apakah bapak/ ibu yang menderita penyakit asma bisa mengatasi sendiri
penyakit tersebut tanpa fasilitas kesehatan ?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah bapak/ ibu yang menderita penyakit asma merasa tidak perlu
untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
64
7. Apakah bapak/ibu mempercayai pengobatan dari puskesmas dapat
menyembuhkan penyakit yang ibu derita ?
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
65