Anda di halaman 1dari 18

Proposal Penelitian

Gambaran Perilaku Perawat dalam menghadapi Risiko Kesehatan di


Rumah Sakit di Masa Pandemi Covid-19

Dosen Pengampu

Dr. Fitri Noviadi, S. Pd, M. Kes

Oleh

Kelompok

Tingkat : II B

Nama : 1. Rika Oktarina (PO.71.20.1.18.075)

2. Salsabilla Sheilalia (PO.71.20.1.18.079)

PRODI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Tema : K3

Topik : COVID-19

Masalah Penelitian : Perilaku Perawat dalam menghadapi Risiko Kesehatan di Rumah Sakit
di Masa Pandemi

Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak
dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. Gejala-
gejala COVID-19 yang sering muncul adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin menderita rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek,
sakit tenggorokan atau diare, maupun gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat
ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.

Masalah

Berdasarkan jumlah kasus covid dunia terbaru, jumlah total kasus di dunia
mencapai angka 6.948.799 orang positif Covid-19. Tercatat telah terjadi penambahan
kasus baru sekiranya, 107.352 pasien positif dari 213 negara di dunia. Lalu, jumlah
kasus positif virus Corona atau Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Berdasarkan data terbaru, terjadi penambahan 993 orang yang dinyatakan
terkonfirmasi positif Corona Covid-19. Sehingga totalnya kasus positif Covid-19
menjadi 30.514 orang. Selama wabah ini terjadi ada risiko yang lebih tinggi bagi
beberapa kelompok pekerja yang berada di garis depan tanggap darurat, seperti tenaga
medis, perawat dan khususnya mereka yang secara aktif terlibat dalam
penanggulangan wabah (responder pertama dari tim medis darurat, pekerja perawatan
kesehatan di unit gawat darurat dan unit perawatan khusus, transportasi dan
pertolongan pertama). Dalam pandemi COVID-19 saat ini, negara-negara seperti
Italia dan Tiongkok telah melaporkan bahwa pekerja perawatan kesehatan telah
menyumbangkan sekitar 20 persen dari jumlah total kasus yang dikonfirmasi positif.
Dampak

Selama wabah seperti COVID-19, para perawat dapat menghadapi


peningkatan tingkat stres sebagai akibat dari langkah-langkah K3 dan prosedur yang
ketat untuk mencegah penularan, misalnya beban fisik dengan APD berat, isolasi fisik
dan sebagainya. Selain itu, beban kerja perawat yang meningkat secara dramatis,
yang diperparah dengan kemungkinan pengurangan jam istirahat, membuat beberapa
perawat yang mungkin jatuh sakit atau ditempatkan di karantina. Sehingga banyak
dari mereka berada ditingkat stres yang relatif tinggi. Dan selama wabah ini, mereka
kerap diminta untuk bekerja lebih lama dan dengan jadwal kerja terus menerus
dibandingkan jam kerja biasa sebanyak 40 jam kerja seminggu

Area spesifik

Selama wabah ini, mereka kerap diminta untuk bekerja lebih lama dan dengan
jadwal kerja terus menerus dibandingkan jam kerja biasa sebanyak 40 jam kerja
seminggu. Beban kerja yang berat dan pengurangan waktu istirahat dapat
meningkatkan kelelahan dan tingkat stres yang berdampak negatif terhadap
keseimbangan kehidupan kerja, yang semuanya memiliki konsekuensi berbahaya
pada kesehatan mental para pekerja tersebut. Kelelahan dan stres juga dapat
meningkatkan risiko kesehatan,cedera, dan kecelakaan kerja.

Elaborasi

Persatuan Perawat Nasional Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan 50,9%


perawat Indonesia pernah mengalami stres kerja, dengan gejala sering pusing, kurang
ramah, merasa lelah, kurang istirahat akibat beban kerja berat.
Kontroversi
Tingginya beban kerja mereka dalam menangani kasus covid-19, langkanya
fasilitas alat pelindung diri (APD) serta kebutuhan nutrisi yang belum tentu adekuat,
membuat imunitas tubuh menurun, sehingga resiko tertular virus semakin meningkat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Gambaran Perilaku Perawat dalam menghadapi Risiko Kesehatan di Rumah
Sakit di Masa Pandemi Covid-19”

1.3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku perawat dalam menghadapi risiko


kesehatan di rumah sakit.

b. Tujuan Khusus

1.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama


dibidang kesehatan yaitu: menambah khasanah ilmu kesehatan, khususnya terkait
dengan perilaku perawat dalam menghadapi risiko kesehatan pada masa pandemi
covid-19.

b. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman mengenai gambaran


perilaku perawat dalam menghadapi risiko kesehatan pada masa pandemi covid-19.

c. Manfaat bagi Institusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk standar operasional


prosedur atau meningkatkan mutu layanan keperawatan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas layanan.
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1. Teori Terkait Variabel

a. Pengertian COVID-19

Coronavirus adalah jenis virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit dengan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

b. Penyebab COVID-19

Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona umunya


ditemukan pada hewan seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan kelelawar.
Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan tersebut,
misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan.

Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa


coronavirus dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa ditularkan lewat
droplet, yaitu partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat batuk
atau bersin. Apabila droplet tersebut terhirup atau mengenai lapisan kornea mata,
seseorang berisiko untuk tertular penyakit ini.

c. Gejala COVID-19

Coronavirus dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari flu biasa
hingga gangguan pernapasan berat menyerupai pneumonia. Gejala yang umum
dialami mereka yang mengalami infeksi coronavirus adalah:

 Demam tinggi disertai menggigil


 Batuk kering
 Pilek
 Hidung berair dan bersin-bersin
 Nyeri tenggorokan
 Sesak napas

Gejala tersebut dapat bertambah parah secara cepat dan menyebabkan gagal
napas hingga kematia. Masa inkubasi COVID-19 adalah 1 sampai 14 hari, dan pada
umumnya terjadi di hari ke tiga sampai hari ke tujuh

d. Diagnosis COVID-19

Infeksi coronavirus umumnya diketahui melalui gejala dan pemeriksaan fisik


yang dikeluhkan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan
penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan penunjang tersebut ialah pemeriksaan darah lengkap,


pemeriksaan pembekuan darah, fungsi ginjal dan hati serta pemeriksaan virologi.
Selain itu spesimen dari hidung dan faring (tenggorokan) pasien pun akan diambil
dengan teknik swab. Demikian pula, sediaan dahak dan bila diperlukan cairan
bronkus (saluran pernapasan yang lebih kecil). Melalui pemeriksaan tersebut dapat
diketahui apakah penyakit pasien disebabkan oleh virus atau sebab yang lain.
Sementara itu, plasma darah pasien pun akan diperiksa untuk menemukan RNA virus
corona.

e. Perilaku Perawat dalam Menghadapi Risiko Kesehatan pada Masa Pandemi

Selama wabah, ada risiko yang lebih tinggi bagi beberapa kelompok pekerja
yang berada di garis depan tanggap darurat, seperti pekerja perawatan kesehatan, dan
khususnya mereka yang secara aktif terlibat dalam penanggulangan wabah
(responder pertama dari tim medis darurat, pekerja perawatan kesehatan di unit gawat
darurat dan unit perawatan khusus, transportasi dan pertolongan pertama). Dalam
pandemi COVID-19 saat ini, negara-negara seperti Italia dan Tiongkok telah
melaporkan bahwa pekerja perawatan kesehatan telah menyumbangkan sekitar 20
persen dari jumlah total kasus yang dikonfirmasi positif (The Lancet, 2020).

Dalam konteks COVID-19, berbagai jenis tindakan dapat diterapkan untuk


mengurangi risiko penularan di antara pekerja perawatan kesehatan dan pekerja
darurat, seperti:

 Pengendalian lingkungan dan rekayasa yang bertujuan mengurangi


penyebaran patogen dan kontaminasi permukaan serta benda-benda. Ini akan
termasuk menyediakan ruang yang memadai guna memungkinkan jarak fisik
antara pasien dengan pasien dan antara pasien dan pekerja perawatan
kesehatan serta memastikan ketersediaan ruang isolasi yang berventilasi baik
bagi pasien yang diduga atau dikonfirmasi COVID-19 (WHO, 2020f).
 Tindakan administratif bertujuan untuk mencegah perilaku berisiko. Ini
termasuk sumber rujukan yang memadai bagi tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI), seperti infrastruktur yang tepat, pengembangan
kebijakan PPI yang jelas, akses yang dimudahkan untuk pengujian
laboratorium, triase dan penempatan pasien yang tepat, rasio staf-pasien yang
memadai dan pelatihan staf (WHO, 2020f). Tindakan administratif lain yang
harus dilaksanakan berkaitan dengan pemantauan kesehatan dan pengawasan
pekerja yang berisiko untuk mendeteksi dampak kesehatan yang tidak
menguntungkan dari bahaya pekerjaan pada tahap awal mengingat pada
tahap awal ini akan lebih mudah untuk mengobati penyakit (misalnya dengan
memantau pekerja yang demam atau pekerja dengan gejala awal lainnya dari
penyakit menular). Pengaturan harus dibuat untuk memastikan bahwa setiap
orang yang terpapar dapat dengan mudah melaporkan gejala apa pun kepada
atasannya yang kemudian akan menginformasikan petugas medis (WHO dan
ILO, 2018).
 APD yang tepat. Ini melibatkan pemilihan APD yang tepat dan pelatihan
tentang cara memakai, melepas dan membuangnya (WHO, 2020f).

WHO telah membuat pedoman tentang hak, peran dan tanggung jawab
pekerja kesehatan selama wabah COVID-19 (WHO, 2020l).3

Personil laboratorium. Penggunaan bakteri, virus, darah, jaringan dan/atau


cairan tubuh di laboratorium dapat menyebabkan infeksi. Penyakit yang dibawa oleh
manusia dan hewan yang digunakan dalam penelitian juga dapat ditularkan oleh tim,
yang kemudian dapat menjadi pembawa (WHO & ILO, 2018). Manual Keselamatan
Biologis WHO memberikan panduan praktis tentang teknik dan langkahlangkah yang
dapat digunakan di laboratorium di semua tingkatan untuk mencegah penularan. 4
Selain itu, telah disusun pedoman khusus tentang COVID-19, 5 termasuk rekomendasi
yang membahas kondisi kerja dasar terkait dengan manipulasi spesifik dalam
pengaturan laboratorium (WHO, 2020b).

Pekerja perawatan jenazah. Jenazah manusia dapat menimbulkan risiko


kesehatan dalam beberapa kasus penyakit menular. Pekerja yang terlibat dalam
pengelolaan mayat termasuk layanan kamar mayat, pemakaman, otopsi atau
penguburan mungkin berisiko tertular infeksi, termasuk dalam kasus COVID-19, 6
dan harus mengambil tindakan pencegahan yang tepat dengan mempraktikkan
kebersihan tangan yang baik, APD, ventilasi yang baik dari area kerja dan
pembersihan peralatan (WHO, 2020g).

Pekerja transportasi darurat. Selama wabah, mungkin ada kebutuhan untuk


mengangkut pasien (dengan ambulans maupun oleh penerbangan khusus, kereta api
dan kapal) yang membuat para pekerja ini berisiko tertular. Mereka yang
mengangkut jenazah orang yang telah meninggal karena penyakit menular juga
berisiko. Membersihkan dan mensterilkan kendaraan pun menimbulkan risiko infeksi
(WHO dan ILO, 2018).

Petugas kebersihan dan pengelolaan limbah di fasilitas layanan kesehatan


dan darurat. Risiko infeksi COVID-19 untuk pekerja ini dapat timbul dari kontak
dengan bahan, permukaan dan lingkungan yang berpotensi terkontaminasi (WHO &
UNICEF, 2020). Untuk pekerja yang bertugas mengelola limbah fasilitas ini,
kebersihan tangan, APD dan metode disinfektasi yang tepat harus digunakan.

2.2. Hasil Penelitian Terkait Variabel

2.2.1. Data Kasus COVID-19 di dunia

Data yang disediakan oleh Dashboard Darurat Kesehatan WHO (per 03 Maret,
10.00 CET) telah dilaporkan total 87.137 kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia
sejak awal epidemi. Dari jumlah tersebut, 2977 (3,42%) telah berakibat kematian.
Sekitar 92% (79.968) dari kasus yang dikonfirmasi dicatat di China, lokasi di mana
hampir semua kematian juga dicatat (2.873, 96,5%). Dari catatan, kasus
“dikonfirmasi” yang dilaporkan antara 13 Februari 2020 dan 19 Februari 2020,
termasuk pasien yang dikonfirmasi secara klinis dan yang didiagnosis secara klinis
dari provinsi Hubei
Di luar China, ada 7169 kasus yang dikonfirmasi di 59 negara termasuk
Republik Korea (3736 kasus), Italia (1128), kapal pesiar (Diamond Princess, 705
kasus), Republik Islam Iran (593), Jepang (239), Singapura (102), Prancis (100),
Amerika Serikat (62), Jerman (57), Kuwait (45), Spanyol (45), Thailand (42),
Bahrain(40) , Australia (25), Malaysia ( 24), Britania Raya (23), Kanada (19), Uni
Emirat Arab (19), Swiss (18), Vietnam (16), Norwegia (15), Irak (13), Swedia (13),
Austria (10) ), Kroasia (7), Israel (7), Belanda (7), Oman (6), Pakistan (4), Azerbaijan
(3), Denmark (3), Georgia (3), Yunani (3), India (3), Filipina (3), Rumania (3). Selain
itu, dua kasus dicatat masing-masing di Brasil, Finlandia, Lebanon, Meksiko, Federasi
Rusia, dan masing-masing satu kasus di Afghanistan, Aljazair, Belarus, Belgia,
Kamboja, Ekuador, Mesir, Estonia, Irlandia, Lituania, Monako, Nepal, Selandia Baru,
Nigeria, Makedonia Utara, Qatar, San Marino, dan Sri Lanka. Sumber paling
mutakhir untuk epidemiologi pandemi yang muncul ini dapat ditemukan di sumber-
sumber berikut:
1. Badan Situasi WHO Novel Coronavirus (COVID-19)
2. Johns Hopkins Center for Science System and Engineering site untuk
Coronavirus Global Cases COVID-19, yang menggunakan sumber publik untuk
melacak penyebaran epidemi.
Dinamika transmisi: pada tahap awal epidemi, periode inkubasi rata-rata
adalah 5,2 hari; waktu penggandaan epidemi adalah 7,4 hari, yaitu, jumlah orang yang
terinfeksi berlipat ganda setiap 7,4 hari; interval kontinu rata-rata (waktu interval rata-
rata penularan dari satu orang ke orang lain) adalah 7,5 hari; indeks regenerasi dasar
(R0) diperkirakan 2.2-3.8, yang berarti bahwa setiap pasien menginfeksi rata-rata 2,2-
3,8 orang. Interval rata-rata utama: untuk kasus ringan, interval rata-rata dari onset ke
kunjungan rumah sakit awal adalah 5,8 hari, dan dari onset ke rawat inap 12,5 hari;
untuk kasus yang parah, interval rata-rata dari onset ke rawat inap adalah 7 hari dan
dari onset hingga diagnosis 8 hari; untuk kasus kematian, interval rata-rata dari onset
ke diagnosis secara signifikan lebih lama (9 hari), dan dari onset hingga kematian
adalah 9,5 hari.
2.2.2. Data Terkait COVID-19 di Indonesia

Kasus positif virus Corona atau Covid-19 di Indonesia pertama kali terdeteksi pada
Senin (2/3). Pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo.
Sejak hari itu, jumlah kasus positif Corona semakin bertambah dari hari ke
hari. Ada pasien yang meninggal dunia, banyak juga yang dinyatakan negatif dan
akhirnya sembuh.Jumlah kasus positif Covid-19 yang terkonfirmasi di Indonesia
mencapai 31.186 hingga Minggu (07/06), dengan tambahan 672 kasus— menurun
dari 993 kasus pada Sabtu (06/06) yang merupakan angka harian tertinggi sejauh ini.
Adapun jumlah kematian akibat Covid-19 bertambah 50 orang menjadi 1.851.
Sementara pasien yang dinyatakan sembuh total berjumlah 10.498

Sumber: Kementerian Kesehatan per 7 Juni 2020

2.2.3. Hasil Penelitian Terkait Perilaku Perawat Dalam Menghadapi Risiko


Kesehatan pada Masa Pandemi

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat 55 tenaga medis


meninggal dunia selama pandemi COVID-19 berlangsung di Indonesia (Ihsanuddin,
2020). Korban jiwa tenaga medis tersebut terdiri dari 38 dokter dan 17 perawat.
Kemudian Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) memperbaharui jumlah
perawat yang meninggal dunia saat bertugas melayani pasien COVID-19 menjadi 20
orang per 19 Mei 2020 (Mantalean, 2020). Data dari International Council of Nurses
menyebutkan setidaknya 90.000 petugas kesehatan di seluruh dunia diyakini telah
terinfeksi virus COVID-19, dan mungkin jumlahnya sudah naik beberapa kali lipat
saat ini. Hal ini tentu sangat menghawatirkan, karena data sebesar itu bukan sekadar
statistik tetapi manusia yang sudah mengorbankan jiwa dan raganya.

Tingginya angka kematian tenaga medis di Indonesia menurut Wiku Adisasmito,


Ketua Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19, disebabkan oleh beberapa faktor seperti
banyak tenaga medis tidak menyadari mereka tengah menangani pasien COVID-19
sehingga protokol kesehatan tidak diterapkan, kondisi ini biasanya terjadi karena
pasien tidak terbuka mengenai riwayat kontak dan perjalanannya (Ihsanuddin, 2020).
Kemudian kondisi tersebut diperparah dengan minimnya alat pelindung diri dan
faktor kelelahan karena jam kerja yang panjang. Pada masa pandemi COVID-19 ini,
perawat merupakan salah satu tenaga medis garda depan dalam penanggulangannya,
karena mereka merupakan titik kontak pertama dalam perawatan penderita COVID-
19 dan paling intens berhubungan dengan pasien setiap harinya.

Dalam masa pandemi COVID-19 ini kebutuhan akan tenaga perawat terus meningkat
mengingat tingginya risiko perawat yang meninggal dunia karena terinfeksi COVID-
19 selama melaksanakan tugasnya merawat pasien di rumah sakit. Tenaga perawat
merupakan tenaga medis terbanyak dibandingkan dokter, namun PPNI menyatakan
bahwa ketersediaan perawat untuk merawat pasien terinfeksi masih sangat kurang
terutama untuk menghadapi puncak penyebaran COVID-19 (Arief, 2020).

Indonesia sebenarnya masih memiliki kelebihan tenaga perawat, yang belum


termanfaatkan pada fasilitas kesehatan yang ada (puskesmas dan rumah sakit). Jumlah
perawat yang sudah teregistrasi (sebagai anggota) pada PPNI, per 2 September 2019
sebanyak 532.040 dan ini masih bisa bertambah karena belum semua perawat sudah
teregistrasi sebagai anggota PPNI (https://gustinerz.com/inilah-jumlah-perawat-
indonesia-saat-ini/). Dengan demikian, masih terjadi pemanfaatan yang kurang (under
utilized) disamping belum tercapainya target rasio pemerintah diatas (untuk tahun
2019). Distribusi pemanfaatan tenaga perawat di Indonesia juga belum merata dan
sebanding dengan jumlah penduduk di tiap provinsi. Dari 34 provinsi hanya 16
provinsi di Indonesia yang sudah mencapai rasio yang direkomendasikan WHO
(180/100.000 penduduk). DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Kepulauan Bangka
Belitung merupakan tiga provinsi dengan rasio tertinggi. DKI Jakarta merupakan
provinsi dengan rasio tertinggi, mencapai 221. Tiga provinsi dengan rasio terendah
adalah Jawa Barat, Banten dan Lampung dengan rasio terendah di Lampung, hanya
sebesar 48 (Kementrian Kesehatan, 2017).

Under utilized pemanfaatan tenaga perawat dapat menjadi salah satu faktor pendorong
untuk perawat Indonesia mencari pekerjaan di luar negeri. Di negara-negara ASEAN,
migrasi tenaga perawat ini memang difasilitasi melalui ASEAN Economic
Community 2025 Blueprint yang menyepakati mobilitas tenaga kerja terampil,
termasuk tenaga perawat, diantara negara-negara-negara anggota ASEAN (ASEAN
Secretariat). Pada saat pandemi COVID-19 ini dapat diharapkan bahwa kebutuhan
tenaga perawat di negara-negara ASEAN, terutama negara dengan infeksi virus
tinggi, akan meningkat. Migrasi perawat Indonesia untuk bekerja diluar negari ini
juga didukung kenyataan bahwa kualitas lulusan Sekolah Perawat Indonesia cukup
dihargai di negara tujuannya. Mereke bekerja sebagai perawat di rumah sakit maupun
sebagai perawat orang tua di rumah dan juga rumah sakit (caregiver). Bebarapa alasan
utama yang menarik perawat Indonesia untuk bekerja diluar negeri adalah
mendapatkan pengalaman kerja di luar negeri; pengembangan karier yang lebih baik;
gaji yang lebih besar dan dapat meningkatkan keahlian (Raharto and Noveria, 2020).
Di Indonesia, penghargaan masyarakat terhadap tenaga perawat juga masih dirasakan
kurang, sebagai contoh yang diberitakan dalam masa pandemic COVID-19 ini,
adanya perawat yang ‘diusir’ dari tempat kost nya karena diketahui merawat pasien
terinfeksi di tempat kerjanya di rumah sakit.
BAB III
Topik Bahasan

3.1. Kerangka Konsep

Tindakan yang
diterapkan untuk
mengurangi risiko
Perilaku Perawat dalam
menghadapi Risiko Kesehatan
- Pengendalian
di Rumah Sakit
lingkungan dan
rekayasa
- Tindakan
administratif
- APD yang tepat

Keterangan :

: Variabel terikat (Dependen) yang diteliti

: Variabel bebas (Independen) yang diteliti

3.2 Hipotesis

- Ha : Adanya hubungan perilaku perawat dalam menghadapi Risiko Kesehatan di rumah


sakit di masa pandemik COVID-19

- Ho : Tidak adanya hubungan perilaku perawat dalam menghadapi Risiko Kesehatan di


rumah sakit di masa pandemik COVID-19

3.3 Definisi Operasional


Definisi Skala Hasil Ukur
No. Variabel Alat Ukur Cara Ukur
Operasional Ukur
1. Stres Kerja Mengukur besarnya Menggunakan Wawancara Rasio 0,1,2,3,4
potensi stres kerja instrumen
pada perawat dan penilaian
penilaian stres kerja stressor kerja
ENSS versi
Bahasa
Indonesia
2.
BAB IV
Metode Penelitian

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau naturalistik karena dilakukan pada
kondisi yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci Metode penelitian ini
adalah metode survey diskriptif. Metode survey diskriptif didefinisikan sebagai suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi dimasyarakat, memotret masalah kesehatan yang terkait dengan sekelompok penduduk
(Notoatmodjo, 2010).

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah perawat bagian ruang rawat inap Rumah Sakit X
Kendari. Kriteria kriteria inklusi responden yaitu perawat berusia ≥ 20 tahun, pengalaman
kerja ≥ 1 tahun. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 134 perawat dan pengambilan
sampel dilakukan dengan metode total sampling.. Variabel terdiri atas variabel terikat yaitu
perilaku kepatuhan perawat melaksanakan SOP resiko pasien jatuh, dan variable bebas yaitu
karakteristik perawat (umur, pendidikan, masa kerja, kompetensi), pengetahuan, sikap,
presespsi dukungan supervisior, presepsi dukungan sesama perawat dan kenyamanan
tempat/unit kerja.

4.3. Waktu dan Tempat

Penelitan dilakukan selama satu bulan pada bulan Oktober tahun 2014. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit X Kendari

4.4. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dalam
bentuk yang sudah jadi. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan kuesioner.

4.5. Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari lapangan dikoreksi kebenarannya (editing) dan
dikelompokkan, selanjutnya ditabulasi untuk dimasukkan dalam tebel analisis.

4.6. Analisis Data

Analisis yang dilakukan yaitu analisis univaria, bivariat dan multivariat dengan
menggunakan aplikasi IBM SPSS statistic 20.

4.7. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan


penelitian sampai dengan publikasi hasil hasil penelitian. Secara umum peneliti akan
melakukan penelitian dengan menekan masalah etik menurut Milton, dalam Dharma (2013)
yang meliputi :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Prinsip
ini tertuang dalam pelaksanaaan inform consent yaitu persetujuan untuk
berpartisipasi sebagai subjek penelitian setalah mendapatkan penjelasan yang
lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
Peneliti melakukan beberapa hal yang berhungan dengan inform consent antara
lain :
a. Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencakup seluruh
penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan penjelasan lain
yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman subjek tentang pelaksanaan
penelitian.
b. Memberikan kesempatan kepada subjek untuk menentukan pilihan
mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.
c. Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan pilihan
atau menolak ikut serta sebagai sebagai subjek penelitian.

d. Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed consent, setelah


menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and


confidentiality)
Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek
yang tidak ingin identitasnya dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh
orang lain.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa peneliti


dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara secara
professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian
memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai denagn kebutuhan dan
kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms


and benefit)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan
populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan . Kemudian meminimalisir
resiko/ dampak yang merugikan bagi subjek penelitian.
Daftar Pustaka

1. https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public
2. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_742959.pdf
3. https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01396289/update-virus-corona-di-
dunia-minggu-7-juni-2020-total-kasus-positif-mendekati-angka-7-juta?page=5
4. https://www.merdeka.com/peristiwa/data-terkini-jumlah-korban-virus-corona-di-
indonesia.html
5. https://media.neliti.com/media/publications/62345-ID-stres-kerja-pada-perawat-di-
rumah-sakit.pdf
6. https://hariansinggalang.co.id/perawat-garda-terdepan-dalam-penanganan-covid-19-
antara-profesionalisme-dan-keselamatan-diri/
7. https://indonesia.cochrane.org/news/covid-19-kumpulan-artikel-ilmiah
8. https://m-klikdokter-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.klikdokter.com/amp/penyakit/coronavirus?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwAS
%3D#aoh=15915453167510&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.klikdokter.com%2Fpenyakit%2Fcoronavirus
9. https://www.merdeka.com/peristiwa/data-terkini-jumlah-korban-virus-corona-di-
indonesia.html
10. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51850113
11. https://kependudukan.lipi.go.id/id/berita/53-mencatatcovid19/902-perawat-indonesia-
di-tengah-pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai