A. JENIS BERITA
Berita pada umumnya dapat dikategori
menjadi tiga bagian. Hard News ( berita berat),
soft news ( berita ringan ) dan investigative
reposrt ( laporan penyelidikan).
1. Hard News
• Hard News adalah berita tentang peristiwa yang dianggap
penting bagi masyarakat , baik sebagai individu, kelompok
maupun organisasi. Contoh tentang kebijakan baru
pemerintah.
• 2. Soft News – sering disebut berita feature yaitu berita
yang tidak terkait dengan aktualitas, namun memiliki daya
tarik bagi pemirsa maupuan pendengarnya.
• 3. Investigative Report– atau disebut laporan penyelidikan (
investigasi) adalah jenis berita eksklusif. Datanya tidak bisa
diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan
berdasarkan penyelidikan dan dibutuhkan waktu lama.
Bahasa Berita Radio dan Televisi
• Bahasa berita televisi (Suwardi Idris (1978) memberi pedoman, berita televisi
hendaknya:
• a. Sederhana, tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-kata
yang kurang dikenal oleh rata-rata penonton.
• b. Menggunakan kalimat pendek langsung kepada sasaran, tidak berbelit-
belit
• c. Menghindarkan pemakaian kalimat terbalik (inverted sentence)
• d. Mengusahakan sedapat mungkin agar subjek dan predikat berdekatan
letaknya.
• e. Memberi penjelasan secukupnya tentang benda-benda atau kata-kata
asing yang terpaksa digunakan dalam siaran berita televisi.
• f. Kalimat panjang yang mungkin dapat disajikan dalam media cetak
sebaiknya dibagi-bagi menjadi beberapa kalimat yang pendek, dan kalau perlu
susunannya diubah, sehingga subjek dan predikat jelas posisinya.
Lima Karakteristik Jurnalistik
1. Publisitas-- bahwa jurnalistik atau media massa itu ditujukan untuk
konsumsi publik secara umum dan luas.
5. Aktualitas
• Media massa harus berciri aktual. Maksudnya, media
massa itu selalu harus hadir dengan hal-hal yang baru
sifatnya.
Prinsip penulisan naskah Radio dan Televisi
• Misalnya:
• Presiden Joko Widodo hari ini meresmikan
jalan tol Jakarta – Bogor senilai
52.500.900.374 rupiah.
• (Menyebutkan angka terlalu rinci akan susah
diingat oleh pendengar atau pemirsa, lebih
baik jika angka itu disebutkan “52 milyar
lebih” atau cukup katakan “52 milyar”).
Hindari susunan Kalimat terbalik
• Media televisi adalah media pandang dengar. Artinya, setiap pemirsa
televisi akan menyusun kalimat dalam memorinya saat ia
mendengarkan narasi yang dibacakan reporter atau presenter. Karena
itu uraian kalimatnya harus logis dan langsung pada pokok persoalan
• Misalnya: Karena pasokan terhambat banjir, harga sayuran di Pasar
Induk Kramatjati Jakarta Timur rata-rata naik 50 persen.
• Coba bandingan dengan kalimat berikut: Harga sayuran di Pasar Induk
Kramat Jati Jakarta Timur/ naik 50 persen / karena pasokan terhambat
banjir.
• Contoh lain adalah: Sejumlah kawasan di Jakarta banjir akibat hujan
deras kemarin.
Jadi bukan: Hujan deras yang mengguyur Jakarta kemarin mengakibatkan
sejumlah kawasan di ibukota tergenang banjir
Gunakan pungtuasi atau tanda baca
(punctuation)
• Penggunaan pungtuasi seperti garis miring (/) untuk
menggantikan tanda koma (,) atau tanda dua garis miring
(//) untuk menggantikan tanda titik (.) diperlukan untuk
sekadar memudahkan pembacaan berita. Ada juga yang
menggunakan ukuran font huruf besar semua dan jarak
spasi ganda agar mudah dibaca. Kebiasaan lain di media
penyiaran televisi ada yang menentukan satu baris 40
karakter setara dengan kecepatan membaca sekitar 3
detik. Ukuran ini akan sangat membantu seorang editor
gambar dalam melakukan editing dan menentukan durasi
yang diperlukan.
• Jika seorang produser meminta reporter membuat berita
berdurasi 30 detik, maka ia harus menulis naskah tidak
lebih dari 10 baris, dan seorang editor harus mengedit
gambar 20 persen lebih panjang. Gambar lebih panjang
dari naskah karena fungsi naskah di antaranya adalah
menjelaskn gambar. Gambar lebih panjang durasinya dari
naskah juga berfungsi untuk menjaga penampilan
dilayar televisi. Sering kita jumpai, presenter masih
membaca berita sementara gambar sudah habis,
sehingga yang tampak di layar televisi adalah gambar
presenter sedang membaca.