Anda di halaman 1dari 55

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan kemampuan dan kekuatan kepada penulis untuk

dapat menyelesaikan tulisan ini. Dalam menyelesaian tulisan ini penulis berusaha semaksimal

mungkin agar tulisan ini dapat mencapai kesempurnaan, namun sebagai hambah Allah SWT

yang menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan, kehilafan dan kesalahan. Oleh karena itu,

penulis menerima kritikan dan saran dari semua pihak dalam penyempurnaan tulisan ini. Semoga

apa yang terdapat dalam penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam

pengembangan pengetahuan di masa yang akan datang dan segalanya bernilai ibadah disisi Allah

SWT.

ii
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
TEKNIK MENULIS BERITA ......................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Sejarah Adanya Berita ......................................................................1
C. Pengertian Berita ...............................................................................2
D. Nilai Berita (Ukuran Layak Berita) .................................................6
E. Bagian Berita .......................................................................................7
F. Jenis Berita ..........................................................................................10
1. Teknik Penulisan Berita Feature .................................................10
a. Prinsip Peulisan Feature ............................................................10
b. Struktur Tulisan Feature ...........................................................12
c. Proses Penulisan Feature...........................................................12
d. Cara Penulisan Feature (Teknis) ...............................................13
2. Teknik Penulisan Berita Investigasi ............................................19
a. Elemen-elemen Jurnalisme Investigasi .....................................20
b. Merencanakan Investigasi .........................................................20
c. Melakukan Investigasi ..............................................................21
d. Teknik Investigasi .....................................................................22
3. Teknik Penulisan Berita Straight News ......................................25
a. Karakteristik straight news .......................................................26
b. Jenis-jenis straight news ...........................................................28
c. Teknik penulisan straight news .................................................29
4. Teknik Penulisan Berita Reportase .............................................32
a. Teknik Repostase .....................................................................32
b. News Processing .......................................................................34
5. Teknik Menulis Berita Interpretasi ............................................35
a. Sebab Akibat .............................................................................35
b. Penalaran ...................................................................................36

iii
c. Induktif ......................................................................................36
d. Analogi ......................................................................................37
6. Teknik Menulis Berita Depth News ............................................37
G. Contoh-Contoh Penulisan Berita.......................................................40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................51

iv
TEKNIK MENULIS BERITA

A. Latar Belakang

Berita adalah segala laproan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang menarik

perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau

menjadi kesadaran umum. Di dalam menyampaikan sebuah berita, harus jelas serta mudah untuk

dipahami oleh para penikmat berita.

Semi (1995) menyebutkan bahwa berita adalah 26 fakta yang disampaikan kepada orang

lain. Namun, tidak semua fakta masuk ke dalam jenis berita, karena berita adalah laporan

tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan penting bagi sebagian besar

khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, maupun media online internet

(Sumandiria 2005). Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta yang tidak memenuhi kelayakan

tersebut tidak termasuk ke dalam jenis berita.

Dalam pengemasannya berita dapat dimuat ke dalam bebeapa media misalnya media

visual, audio, audio-visual dan juga cetak. Berita yang disajikan dalam bentuk tulisan haruslah

menggunakan gaya penulisan yang singkat tanpa mengurangi keabsahan dari nilai berita itu

sendiri. Mengapa harus demikian, itu dikarenakan tedapat selain media cetak terdapat media

yang bisa menampilkan berita dalam bentuk suara dan gambar (TV) sehingga lebih memudahkan

para penikmat berita dalam memperbaharui infomasinya mengenai hal-hal tetentu

B. Sejarah Adanya Berita

Manusia pada era konvergensi media massa ini, tidak mungkin melakukan

pengembangan diri dan masyarakat tanpa mengakses berita, fakta, ilustrasi, gagasan, dan

informasi dari berbagai media komunikasi massa baik secara tradisional maupun media massa

kontemporer (Santana K, 2005).

1
Bermula dari abad ke-19 setelah manusia melakukan revolusi industry, mereka

menyempurnakan berbagai teknologi untuk membantu kehidupan mereka. Antara pabrik dengan

pertanian disambungkan. Manusia tidak lagi hanya melakukan komunikasi antarpribadi dan

kelompk. Teknologi komunikasi mempertemukan manusia melalui industry telepon, surat kabar,

majalah, fotografi, radio, film, televisi, computer dan satelit serta internet. Manusia kini berada

dalam abad informasi.

Bagaimana media massa mentransmisikan informasi dan edukasi ? bagaimana media

massa menjalankan fungsinya sebagai pelaku control social, pewaris nilai kebudayaan, penafsir

berita dan penyedia hiburan ? bahkan Marshall Mcluhan mengkosmologikan era global village,

kampong global. Media membuat jutaan orang bisa “melihat dunia” secara langsung dan

serentak.

Semua itu ditumbuhkan oleh para pekerja media. Pekerjaan mereka, yang kian jadi

profesi, menciptakan pesan yang kian efektif. Dari suara elektronis yang semakin human, sampai

halaman cetak dan huruf-huruf billboard elektronis, semuanya mengakumulasi. Ini hasil trial dan

error pekerja dan akademisi ketika mengembangkan proses komunikasi massa. Mereka meneliti

unsur-unsur pesan, individu pengirim, khalayak dan berbagai efek komunikasi massa.

Pekerja media menata pesan massal dengan memanfaatkan ruang dan waktu teknologi

media. Suara-suara elektronis “human” memproses terpaan sampai ke bunyi mendesis dalam

suatu waktu siaran. Kata-kata cetak disusun hingga mengajak keaktifan masyarakat ke ruang-

ruang imajinasi social. Sistematika pesan dikalkulasi sampai ke rincian efek “titik dan koma”,

bukan hanya semata-mata gramatika bahasa. Pesan ditata supaya memiliki daya pikat selera

massa di berbagai ruang pengalaman dan referensi sosial.

2
Pers menjadi sebuah proses mediasi antara masyarakat dengan “dunia”. Pers diproses

oleh jurnalisme untuk memiliki daya persuasi. Jurnalisme memprosesnya melalui tata cara

mencari dan menyebarkan informasi. Jurnalisme selalu mengembangkan teknik peliputan dan

pendistribusian pean yang sesuai dengan kultur masyarakat. Pada proses pengembannya,

perencanaan informasi mendorong kelahiran fenomena bahasa pers.

Bahasa pers menjadi satu alat. Bahasa didalam kehidupan jurnalistik, tidak sekedar

sarana penghantar pesan melainkan menjadi daya dorong lain. Dalam perkembangannya,

memengaruhi kegiatan pers sampai ke tingkat pengepingan realitas peristiwa berita. Tata nilai

dan norma bahasa jurnalistik menjadi kelembagaan bahasa yang unik, dan bila dipolakan,

menginduksi wacana masyarakat ketika menempatkan perspektif atas realitas.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Departemen Pendidikan Nasional,

(Balai Pustaka Jakarta, 2005), dalam Petunjuk Pemakaian Kamus halaman xxv antara lain

menyatakan ragam menurut pokok pembicaraan. Di situ diuraikan bahwa ada empat macam

ragam yakni ragam bahasa undang-undang, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa ilmiah, dan

ragam bahasa sastra. Jadi memang ada bahasa jurnalistik sebagai salah satu ragam Bahasa

Indonesia berdasarkan pokok pembicaraanya seperti bahasa ilmiah dan bahasa sastra.

Bahasa jurnalistik sebagai salah satu variasi Bahasa Indonesia tampak jelas kegunaanya

bagi masyarakat yang mendengarkan informasi dari radio setiap hari, membaca berita koran,

tabloid dan majalah setiap jam, menyaksikan tayangan televisi yang melaporkan berbagai

peristiwa yang terjadi di berbagai belahan bumi. Semua berita dan laporan itu disajikan dalam

bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak, mereka seolah-olah diajak untuk menyaksikan

berbagai peristiwa secara langsung. Dengan demikian bahasa jurnalistik itu menjadi bagian tak

terpisahkan dalam karya jurnalistik.

3
Sebelum lebih jauh masuk pada pengertian bahasa jurnalistik, perlu dijelaskan terlebih

dahulu hakekat dari jurnalistik, karena selama ini beredar pendapat di tengah masyarakat bahwa

jurnalistik adalah konsep penulisan berita semata. Pendapat ini tentu saja keliru. Sebab, seperti

disebut Richard Weiner, jurnalistik adalah keseluruhan proses pengumpulan fakta, penulisan,

penyuntingan dan penyiaran berita (Weiner, 1990).

Pendapat keliru itu jika ditelusuri secara historis bukanlah tanpa dasar, karena pada

sejarah awal lahirnya jurnalistik bermula pada masa Kekaisaran Romawi Kuno ketika Julius

Caesar (100-44 SM) berkuasa. Dia memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota

senat setiap hari diumumkan pada papan pengumuman yang disebut “Acta Diurna”. Dari kata

“Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “diurnal” dalam Bahasa

Latin berarti harian atau setiap hari. (Onong U. Effendy, 1996: 124). Sejak saat itu dikenal para

diurnarii yang bekerja membuat catatan-catatan hasil rapat dari papan Acta Diurna itu setiap hari

untuk para tuan tanah dan para hartawan. Jadi di masa Romawi Kuno pada sejarah

lahirnya jurnalistik merupakan kegiatan menyiarkan berita yang bersifat informatif semata-mata.

Kagiatan penyebaran informasi melalui tulis menulis semakin meluas pada masa

peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat

tumbuhan yang bernama Phapyrus. Setelah itu penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat

sejak mesin cetak ditemukan oleh Gutternberg.

Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di Cina dengan nama “King Pau” sejak

tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara

teratur seminggu sekali. Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang

bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Negara Italia pada tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia

sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para

4
pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian

surat kabar ini dicetak.

Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di

Inggris pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette

dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan

istilah “newspaper”. Istilah inilah yang dipergunakan oleh semua orang sampai sekarang.

Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan

istilah journalism dan saat itu telah terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick

Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris (Brend

D Ruben, 1992: 22).

Pada abad ke-17 John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di

Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu

jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan

masyarakat (to influence). Perjuangan John Milton kemudian diikuti oleh John Erskine pada

abad ke-18 dengan karyanya yang berjudul “The Right of Man”. Pada abad ke-18 ini pula lahir

sistem pers liberal mengantikan sistem pers otoriter.

Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh

Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde pada

tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia

University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 –

1911).

Sepanjang tahun 1960-an di Amerika Serikat muncul para perintis jurnalisme baru yang

merasa bosan dengan tatakerja jurnalisme lama yang dianggap kaku dan membatasi gerak

5
wartawan pada tehnik penulisan dan bentuk laporan berita. Mereka melakukan inovasi dalam

penyajian dan peliputan berita yang lebih dalam dan menyeluruh. Pada era jurnalisme baru saat

ini para wartawan dapat berfungsi menciptakan opini public dan meredam konflik yang terjadi di

tengah masyarakat.

C. Pengertian Berita

Berita adalah laporan terkini tentang fakta atau pendapat yanf penting atau menarik bagi

khalayak dan disebar luaskan melalui media massa. Sebuah contoh klasik, “seekos anjing

menggigit manusia, itu biasa, tetapi manusia menggigit seekor anjing, itu berita baru”.

Walaupun contoh diatas terkesan mengada ada namun makna penting dari contoh diatas

adalah suatu fakta yang biasa-biasa saja atau suau yang sudah lumrah terjadi kurang menarik

perhatian pembaca.

Ada pula sebuah pernyataan sederhana yaitu, sebuah berita sudah pasti sebuah informasi,

tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru dapat dikatakan

berita apabila informasi itu memiliki unsur-unsur yang mempunyai nilai berita “Nilai Berita”

atau nlai jurnalistik dan disebarluaskan kepada khalayak.

W.J.S Purwadarminta berpendapat bahwa berita adalah laporan tentang suatu kejadian

yang terbaru. Berita juga dapat didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru,

penting dan bermakna, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak

dinikmati oleh pembaca.

6
D. Nilai Berita (Ukuran Layak Berita)

Setiap berita yang ada dihadapan seorang wartawan mempunyai kadar layak berita yang

berbeda, tergantung seberapa banyak dari syarat berikut ini yang bisa dipenuhi.

 Arti penting, yaitu kejadian yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi

kehidupan orang banyak.

 Besarnya sesuatu atau kuantitas, yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang

berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang dapat mempunyai akibat

yang dapat dijumlahkan bentuk angka yang menarik bagi pembaca.

 Tepat waktu, yaitu yang menyangkut hal-hal yang baru saja terjadi atau baru saja

ditemukan.

 Kedekatan, yaitu kejadian dekat dengan pembaca, baik dekat secara geografis

maupun dekat secara emosional.

 Ketenaran, yaitu kejadian yang menyngkut tokoh atau hal-hal yang terkenal atau

dikenal oleh pembaca.

 Segi manusiawi, yaitu kejadian yang menyentuh perasaan pembaca atau kejadian

yang menyangkut orang biasa dan situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi

biasa.

 Objektif, berdasarkan fakta dan tidak memihak.

E. Bagian Berita

Secara umum, berita mempunyai beberapa bagian-bagian dalam menyusunnya agar

menjadi berita yang menarik dan layak, yaitu:

7
1. Headline

Biasa disebut judul, sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk

menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan dan

menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

2. Deadline

Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada

pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya

adalah untuk menunjukkan temoat kejadian dan insial media.

3. Lead

Untuk menulis berita dari data dan fakta yang tekag dikumpulkan, perlu mengingat

istilah pelatuk. Menurut Simbolon (1997) pelatuk adalah hal yang meletuskan peristiwa,

yang meletupkan menjadi berita atau yang sering disebut dengan angle berita. Sudutberita ini

adalah sudut peristiwa yang memiliki bilai berita. Pemilihan sudut berita yang tepat

merupakan dasar untuk pengembangan berita dengan segala cerita.

Teras berita atau lead merupakan bagian sangat penting dalam sebuah berita. Karna

itu, penulis lead berita yang baik yang mengena harus dilakukan. Menurut Simbolon (1997)

ada 16 jenis lead dalam berita, yaitu:

 Lead pasak yaitu lead yang menggambarkan pelatuk atau penyebab terjadinya

peristiwa

 Lead kontras yaitu lead yang menggambarkan kekontrasan dalam suatu berita

 Lead pertanyaan yaitu lead yang menggunakan kalimat Tanya tentang bhal atau

penyebab penting peristiwa

 Lead diskripsi yaitu lead yang mendiskripsikan bagian penting dari suatu berita

8
 Lead stakato yaitu lead yang menggambarkan suatu peristiwa dari sudut penglihatan

tertentu

 Lead ledakan yaitu lead yang mengemukakan hal yang mengejutkan dari suatu

peristiwa

 Lead figurative yaitu lead yang menggambarkan suatu peristiwa dengan pemisalan

 Lead epigram yaitu lead yang menyampaikan peristiwa dengan didahului ungkapn

 Lead literer yaitu lead yang didahului dengan cerita sastra yang dikenal masyarakat

 Lead parody yaitu lead yang menggunakan slogan atau rumusan yang diparodikan

tentang oeristiwa yang diberitakan

 Lead kutipan yaitu lead yang menggunakan kutipan penting dari narasumber

 Lead dialog yaitu lead yang terdiri dari dislog yang dianggap penting

 Lead kumulatif yaitu lead yang menyajikan peristiwa secara berurut, membawa

pembaca sampai pada antiklimaks peristiwa

 Lead suspense yaitu lead yang menyampaikan klimaks peristiwa tertunda sampai titik

akhir

 Lead urutan yaitu lead yang menyajikan suatu bagian peristiwa penting secara berurut

 Lead sapaan yaitu lead yang isinya disajikan seperti menyapa atau berbicara dengan

seorang dalam peristiwa yang diberitakan.

4. Body

Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa

yang singkat, padat dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.

9
F. Jenis-Jenis Berita

Dalam ilmu jurnalistik, berita banyak sekali jenis-jenisnya yang membedakan satu berita

dengan berita lainnya dalam bentuk penyajiannya, yaitu:

1. Teknik Penulisan Berita Feature

Secara garis besar, teknik menulis feature itu sama dengan menulis cerita pendek,

yaitu mengisahkan, bertutur (story telling) atau menceritakan sebuah peristiwa dengan detail,

dibumbui “drama”, dibuat “dramatis”, dan mengandung opini atau interpretasi subjektif

penulisnya.

Referensi terbaik tentang cara meulis feature adalah buku Seandainya Saya

Wartawan Tempo karya Goenawan Mohamad (Penerbit Tempo Publishing, 2014) yang focus

membahas bagaimana membuat feature yang baik.

a. Prinsip Peulisan Feature

Menurut Goenawan Mohamad, Feature adalah artikel kadang-kadang subjektif

yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada

pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan

wartawan atau reporter menciptakan sebuah cerita dengan tetao menomorsatukan akurasi.

Feature teta merupakan tulisan jurnalistik yang dibuat berdasarkan fakta.

i. Factual

Feature bukan fiksi (cerita rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan).

Cerita khayalan tidak boleh ada dalam penulisan feature. Seorang wartawan

professional tidak akan menipu pembacanya, walau sedikit. Feature tidak boleh

berupa fiksi dan setiap pewarnaan fakta tidak boleh meipu pembaca. Bila peipuan

seperti itu terungkap, kepercayaan pembaca akan hancur.

10
ii. Keterlibatan emosional

Feature juga memungkinkan wartawan melibatkan emosi dan pemikiran sendiri.

Keterlibatan emosional inilah yang memberikan pada feature aspek-aspek menyentuh

hati pembaca (human interest) yang sangat jarang bisa dicapai oleh sebuah tulisan

berita biasa. Keterlbatan emosional itu pula yang memberi kemungkina pada feature

untuk enak dibaca.

iii. Berkisah

Dalam penulisan berita, yang diutamakan ialah pegaturan fakta. Tapi dalam

penulisan feature, kita dapat memakai teknik mengisahkan sebuah cerita-cerita. Itulah

perbedaan pokok antara berita keras dan tulisan feature. Penulisan feature hakikatnya

adalah seorang yang berkisah seorang yang bertutur tentang sebuah peristiwa. Karena

itu, feature juga sering disebut “jurnalisme bertutur” dan jurnalisme naratif.

iv. Akurat

Fakta yang dikisahkan dalam feature harus akurat. Kesalahan dalam akurasi

akan menyesatkan orang yang menjadikan tulisan anda sebagai rujukan. Kareta

itulah, sering dikatakan, akurasi merupakan mahkota prefesionalisme seorang

wartawan. Ketidakaturan dalam tulisan jurnalistik kebanyakan disebabkan oleh

kelalaian yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu

secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis. Kemudian ternyata ia

salah menulis nama sumber berita. Pastikan data-data berikut ini akurat untuk

menghindari kesalahan fakta:

 Nama, termasuk ejaannya

 Umur

11
 Alamat

 Nomor telepon – tidak ditulis dalam berita, untuk kontak saja

 Istilah teknis yang mudah diterima ornag awam

 Statistic – kebenaran angka-angka

b. Struktur Tulisan Feature

Struktur tulisan dalam sebuah feature terdiri dari beberapa hal yaitu:

 Judul (head)

 Teras (lead/lede)

 Isi (body/story development0

 Penutup (end/conclusion)

Tidak seperti judul berita straight news yang harus merupakan kalimat lengkap,

judul feature bebas, bahkan bisa satu-dua kata saja. Teras atau intro bagian awal

(beginning) feature. Ini merupakan bagian terpenting feature karena mengarah perhatian

pembaca pada sudut pandang (angle0 dimulainya cerita. Tubuh berisi situasi dan prose,

disertai penjelasan mendalam tentang mengapa dan bagaimana. Penutup berupa alinea

berisi pesan, kesimpulan atau ajakan.

c. Proses Penulisan Feature

Proses penulisan feature dimulai dari menemukan ide, topic dan sudut pandang.

Setelah itu, dilakukan perencanaan, riset, mengumpulkan bahan, menyusun bahanm

meulis dan editing.

 Finding the idea ( topic and angle)

 Planning, background research (synopsis)

 Fieldwork (collecting materials)

12
 Organizing materials

 Writing (1st draft)

 Rewriting, editing, proofreading.

Dalam mencari ide dan memilih segi atau sudut pandang (angle) yang tepat ada

dua cara yang sering dipakai banyak reporter.

 Pakailah imajinasi dan kekuatan pengamatan yang terlatih, untuk melihat hal-hal

menarik yang luput dari perhatian orang lain.

 Perhatikan orang yang mempunyai pandangan yang berbeda atau unik untuk

mengamati suatu persoalan.

d. Cara Menulis Feature: Teknis

i. Membuat outline

Goenawan mohamad menekankan pentingnya penulisan outline (kerangka

tulisan): pembukaan tulisan, isi dan peutup. Akibat tidak ada putline, penulis atau

seorang wartawan tidak dapat focus dengan apa yang ditulisnya, kacaunya cerita dan

terjadi pengulangan yang tidak perlu.

Dalam membyat tulisan, kita harus menentukan bagian awal yang akan kita

ceirtakan. Kita harus menguasai bahan dan mempunyai gambaran terlebih dahulu.

Kita harus membuat tulisan secara urut. Macam-macam jenis tulisan yakni urutan

kronologis, urutan ruang, urutan logis. Urutan logis ini dibagi menjadi beberapa jenis:

 Urutan sebab akibat

 Urutan akibat sebab

 Urutan khusus umum

 Urutan umum khusus

13
 Urutan pemecahan masalah

ii. Menulis Teras

Kunci penulisan feature yang baik terletak pada paragraph pertama, yaitu lead.

Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik, sama dengan mengail

ikan tanpa umpan. Lead untuk feature memounyai dua tujuan utama:

 Menarik pembaca untuk mengikuti cerita

 Membukanjalan bagi alur cerita

Beberapa jenis lead diantaranya:

a) Teras Ringkas (Summary Lead)

Lead ini sama dengan yang dipakai dalam penulisan hard news . yang

ditulis hanya inti ceritanya, kemudian terserah pembaca apakan masih cukup

berminat mengikuti kelanjutannya.

Lead ringkasan ini sering dipakai bila reporter mempunyai persoalan yang

kuat dan menarik, yang akan laku dengan sendirinya. Karena lead ini sangat

gambang ditulis, banyak reporter yang langsung memilihnya bila dauber deadline,

atau bila ia bingung untuk memncari lead yang baik.

b) Teras bercerita (Narrative lead)

Lead ini yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik

pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan suasana dan

membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat

kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca atau dengan

membiarkan pembaca mengidentifikasi diri di tengah kejadian. Lead ini sangat

efektif untuk cerita petualangan.

14
c) Teras deskriptif (descriptive lead)

Lead deskriptif bias menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca

tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini cocok untuk berbagai feature

dan digemari reporter yang menulis profil pribadi.

d) Teras Kutipan (Quotation Lead)

Kutipan yang dalam dan ringkas bias membuat lead menarik, terutama

bila dikutip orang yang terkenal. Kerugian lead semacam ini adalah bahwa

kutipan yang dipilih bias keluar dari isi cerita, bila tekanan pokok diletakkan

kepada kutipan itu saja.

e) Teras bertanya (Question lead)

Sering lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan

lead imajinatif. Wartawan menggunakan lead ini tahu bahwa ada pembaca yang

sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang ini ditimbulkan oleh teras jenis ini

ialah rasa ingin tahu pembaca.

f) Teras menuding langsung (Direct address lead)

Ciri-ciri teras ini adalah ditemukannya kata anda, yang bias disisipkan

pada paragraph pertama atau ditempat lainnya.

g) Lead menggoda (teaser lead)

Lead ini biasanya pendek dan ringan. Umumnya dipakai teka-teki dan

biasanya hanya memberikan sedikit, atau sama sekali tidak, tanda-tanda

bagaimana cerita selanjutnya.

15
h) Teras nyentrik (Freak lead)

Lead ini memikat dan informative. Gayanya yang khas dan tak kenal

kompromi biasanya menarik pembaca, hingga ceritanya bias laku.

i) Lead kombinasi (combination lead)

lead kutipan sering dikombinasikan dengan teras deskriptif.

iii. Menulis Isi (Body)

Biasanya, jika sudah berhasil menulis teras, maka menulis isi (body) menjadi

mudah. Kita tinggal meneruskan kisah sesuai dengan alur yang sudah ditentukan saat

membuat outline. Salam menulis isi, setiap alinea menguraikan lebih rinci persoalan

yang disebut alinea sebelumnya. Bahan cerita disajikan dalam alinea-alinea yang

terpisah, secara lengkap.

Gunakan alinea pendek. Paragraph atau alinea yang panjang hanya membuat

pembaca segan membaca. Potonglah alinea yang kelihatan terlalu panjang. Tulisan

singkat dan sederhana. Kalimat majemuk yang panjang kadang kala memang benar

menurut tata bahasa. Maka perlu siapkan empat senjata dibawah ini:

 Focus. Dalam menentukan topic cerita, reporter harus waspada memilih

pendekatannya. Yaitu harus cukup sempit sehingga ia bias mengendalikannya

tanpa harus longgar buat menampung bahan yang menarik.

 Deskriptif. Penulisan feature deskriptif yang baik merupakan gabungan

beberapa kecakapan; pengumpulan berita reportase, kemampuan observasi

yang tinggi, pengetahuan tentang manusia sesuai dengan pengalaman

reportase dan kemampuan meramu kata-kata secara ringkas tapi sangat

efektif.

16
 Anekdot. Cuplikan kejadian yang lucu atau menarik, yang memberikan

tinjauan kedalam subjek cerita itu dan sekaligus menghibur pembaca.

 Kutipan. Kutipan lamgsung merupakan salah satu alat penulisan ayng paling

efektif. Pemakaian kutipan baik dialog maupun monolog memberikan

selingan dan variasi dalam cerita, dan memberikan wawasan tentang si tokoh.

Isi feature berisi hasil liputan. Cerita bias dibuat secara kronologis,

berurutana dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek. Usahakan tulisan kita

bukan hanya berisi informasi belaka, tapi juga diselingi desktripsi suasana,

karakter sosok yang kita sampaikan atau hal-hal ringan lainnya.

iv. Bahasa

Bahasa menjadi elemen yang penting dalam berita. Bayangkan bahwa

pembaca itu berasal dari berapat strata. Bahasa yang digunakan untuk berita

hendaknya bahasa percakapan. Hilangkan kata bersayap, berkabut bahkan klise. Jika

narasumber memberikan keterangan dengan kalimat-kalimat klise, seorang reporter

yang baik akan menerjemahkan perkataan narasumber itu dengan kalimat-kalimat

sederhana. Tentu saja kita tidak mengerti jargon-jargon yang seperti, “Disiplin

Mencerminkan Bangsa” yang ditulis besar-besar pada spanduk. Siapa yang peduli

bangsa ? berita yang bagus adlaah berita yang dekat dengan pembaca.

Menulis lead yang bicara. Untuk mengujinya, bacalah lead atau berita tersebut

keras-keras. Jika sebelum titik, nafas sudah habis, berarti berita yang dibuat tidak

bicara, melelahkan dan tidak enak dibaca. Ada buku panduan yang menyebut satu

paragraph dalam sebuah berita paling panjang dua-tiga kalimat yang memuat 20-30

kata. Untuk menyiasatinya cobalah menulis sambil diucapkan.

17
Berita yang bagus adalah berita yang seolah-olah bisa didengar. Prinsipnya

sederhana, makin sederhana makin baik. Seringkali reporter terpancing menuliskan

berita dengan peristiwa sebelumbya jika berita itu terus berlanjut, sehingga kalimat

jadi panjang. Untuk menghindarinya, jangan memulai dengan anak kalimat atau

keterangan. Agar jelas, segera tampilkan nilai bertanya.

Menghindari kata sifat. Menulis berita dengan kata sifat cenderung menggurui

pembaca. Pakailah kata kerja. Menulis berita adalah menyusun fakta-fakta. Kata

“memilukan”, misalnya, tidak lagi menggugah pembaca disbanding menampilkan

fakta-fakta dengan kata kerja dan contoh-contoh. Tagis perempuan itu memilukan

hati, misalnya. Pembaca tidak tahus seperti apa tangis yang memilukan hati itu.

Menuliskan fakta-fakta yang dilakukan si perempuan saat menangis lebih bisa

menggambarkan bagaimana perempuan itu menangis. Misalnya, rambutnya acak-

acakan, suaranya melengking, mukanya memerah dan lain-lain.

Menuliskan angka-angka. Pembaca kadang tidak memerlukan detail angka-

angka. Kasus korupsi seringkali melibatkan angka desimal. Jumlah Rp 904.738.039,

lebih baik ditulis “ lebih dari Rp 904 juta atau lebih dari Rp 900

v. Penutup

Penutup feature adalah bagian akhir. Dalam berita, tidak ada penutup. Untuk

feature, setidak-tidaknya ada empat jenis penutup.

 Penutup ringkasan

Merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke

intro awal atau lead.

18
 Penutup penyengat

Membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Seperti

kisah detektif saja. Misalnya, menulis feature tentang bandit yang berhasil

ditangkap setelah melawan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas

sudah dating, dan bandit itu pun sudah menghuni sel. Namun, penutup feature

adalah, bandit itu telah kabur kembali. Penutup ini disimpan sejak tadi.

 Penutup klimaks

Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologir. Jadi,

penyelesaiannya jelas. Dimasa lalu, ada kegemaran menulis penutup yang singkat

dengan satu kata saja: semoga. Sekarang, hal seperti ini menjadi tertawaan. Ini

sebuah bukti bahwa setiap masa ada kekhasannya.

 Penutup tanpa penyelesaian

Cerita berkahir dengan mengambang. Ini bias merupakan taktik penulis

agar pembaca mereung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bias pula

masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutannya, tetapi tidak

pasti kapan.

2. Teknik Penulisan Berita Investigasi

Menurut Dhandy Dwi Laksono dalam bukunya Jurnalisme investigasi, investigasi

adalah sebuah penelusuran panjang, memakan waktu dan biaya besar terhadap sebuah kasus

yang dianggap memiliki kejanggalan. Sebuah kejanggalan muncul dari banyaknya

pertanyaan dan untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan penelusuran yang

dilandasi fakta. Cara menggali fakta adalah dengan terjun ke lapangan dan melakukan

verifikasi terhadap sumber berita.

19
a. Elemen-Elemen Jurnalisme Investigasi

Apakah sebuah berita investigasi harus berdurasi panjang, baik tulisan maupun

documenter ? jawabannya adalah tidak. Label investigasi pada berita bukan ditentukan

oleh panjangnya berita. Namun, dalam sebuah berita peliputan investigasi terhadap

elemen yang membuatnya menjadi sebuah ebrita investigasi yaitu:

 Menungkap kejahatan terhadap kepentingan public atau tindakan yang merugikan

orang lain.

 Skala dari kasus yang diungkap cenderung terjadi secara luas atau sistematis (ada

kaitan).

 Menjawab semua pernyataan penting yang muncul dan memetakan persoalan

dengan gambling.

 Mendudukkan actor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti kuat.

 Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang silaporkan dan bias membuat

keputusan atau perubahan berdasarkan laporan.

b. Merencanakan Investigasi

Sebuah peliputan investigasi perlu perencanaan yang matang. Beberapa hal

berikut merupakan bagian penting dalam perencanaan peliputan investigasi:

 Membentuk tim dengan keahlian yang berbeda-beda.

 Melakukan riset, observasi atau survey.

 Menentukan sudut pandang (angle berita) dan memutuskan hipotesis dengan

memikirkan hal apa yang akan dibongkar atau diungkapkan kepada masyarakat.

 Menyiapkan scenario pasca publikasi.

20
c. Melaksanakan Investigasi

Ada tiga metode untuk mendapatkan bukti-bukti yang dibutuhkan untuk sebuah

investigasi, yaitu:

 Material Trail: dokumen baik cetak maupun digital, rekaman video atau audio

yang bisa diperoleh dari materi yang telag ada maupun hasil kerja lapangan

jurnalis.

 People trail: menggali informasi dari berbagai orang yang pernah mengalami atau

terlibat dalam peristiwa.

 Money trail: menelusuri aliran uang dan sumbernya.

Tidak hanya itum berikut adalah dua tahapan penting dalam melaksanakan

liputan investigasi yaitu:

 Mencari Bukti Fisik

Bukti fisik dalam peliputan investigasi dapat berupa dokumen, foto atau

hasil observasi lapangan. Bagi media cetak, bukti fisik adalah dokumen atau arsip.

Sementara itu, bagi media televii bukti fisik penting adalah berupa rekaman video

baik yang direkam sendiri maupun dokumentasi dari sesorang yang telah

diverifikasi kebenarannya.

 Mencari dan Mengumpukjan kesaksian

Pada tahapan ini, jurnalis menggunakan metode people trail untuk

mendapatkan orang-orang yang pernah terlibat dalam peristiwa tersebut. Orang-

orang tersbut adalah narasumber utama, pendukung, maupun ahli. Jurnalis dapat

menggali informasi dengan melakukan berbagai teknis wawancara yaitu door stop

21
(mencegat narasumber), setting down interview (wawancara santai), atau smoking

gun interview (wawancara sembak langsung).

d. Teknik Investigasi

Kita mungkin mengetahui teknik peliputan investigasi adalah dengan melakukan

penyamaran. Namun, masih ada berbagai teknik lain yang perlu kita ketahui. Dalam buku

Jurnalisme Investigasi oleh Dhandy Dwi Laksono dikatakan bahwa ada tiga teknis

peliputa investigasi.

i. Penyamaran

Tiga teknik penyamaran yaitu melebur atau immerse (Jurnalis terjun langsung dan

melebur dalam peristiwa) yang sedang diinvestigasi.

ii. Observasi

Jurnalis harus menggunakan seluruh panca indranya untuk mendapatkan informasi

dan fakta yang dibutuhkan. Tak hanya itu, pbservasi juga berguna untuk menjelaskan

detao peristiwa yang sedang diinvestigasi.

iii. Mengecoh

Menggunakan teknik mengecoh adalah salah satu cara mendapatkan informasi yang

sulit dari pihak tertantu. Jurnalis terang-terangan menggunakan identitas sebagai

peliput, namun ia menyamarkan misi liputan investigasi dengan mengatakan liputan

kali itu untuk berita lain.

Memahami teknik penulisan berita investigasi akan sangat memudahkan kita dalam

membuat sebuah berita dengan sifat “menyelidiki”. Berita investigasi merupakan sebuah

jenis pemberitaan yang memuat tentang bagaimana suatu kasus diselidiki. Berita ini termasuk

dalam bentuk komunikasi jurnalistik. Ini biasanya akan menggugah minat pembaca untuk

22
timbul rasa berfikir kritis dan seakan terlibat dalam proses perjalanan kasus tersebut. Tidak

hanya dalam bentuk tulisan, kadang ini juga bisa dalam bentuk jurnalistik televisi.

Mengapa hal tersebut menjadi sebuah tantangan ? hal ini tidak lain karena dalam

berita investigasi, kta tidak boleh menggiring asumsi atau opini public. Keobjektifan tetap

dipertahankan dengan menunjukkan paparan fakta dan data konkret. Pada akhirnya,

keputusan mengenai kesimpulan pada berita akan diserahkan kepada pembaca. Setidaknya

memang seperti itulah fungsi pers seharusnya. Berikut ini adalah beberapa teknik penulisan

berita bersifat investigasi yang bisa digunakan:

a. Pencarian Bahan Berupa Fakta

Seorang penulis berita investigasi biasa disebut juga sebagai repoeter. Dalam hal

ini, teknik awal yang perlu dilakukan adalah pencarian bahan berupa fakta-fakta yang

akan menjadi data dari berbagai sumber, entah itu melalui wawancara, penelusuran

lapanganhingga literature-literatur tertentu atau bahkan berita-berita sebelumnya. Pada

fase ini, pengumpulan fakta penting dilakukan sebanyak-banyaknya untuk mendukung

data. Reporter mungkin perlu mempelajari tentang jenis-jenis informasi terlebih dahulu.

b. Pengumpulan dan Penggolongan Data

Setelah semua fakta dikumpulkan menjadi data, teknik yang dilakukan

selanjutnya adalah mengumpulkan dan menggolongkan data. Data-data yang kurang

relevan ada baiknya disortir dan dikesampingkan terlebih dahulu. Nantinya, benang

merah dari sebuah berita investigasi akan didapatkan melalui rangkaian penggolongan

data-data ini. Tugas reporter adalah menyusun bagaimana data-data tersebut saling

terkait.

23
c. Pelaporan Berita dari Sudut Pandang Reporter

Penulisan berita kemudian dimulai setelah data yang dikumpulkan dite,ukan

benang merahnya. Pelaporan akan diawali dengan memaparkan data-data yang ada secara

sistematis. Bagian awal berita ini sifatnya adalah objektif dan hanya memaparkan

berbagai macam rangkaian informasi tanpa ada sentuhan penilaian pribadi. Baru

selanjutnya dilakukan penulisan dengan menggunakan sudut pandang reporter. Posisi

reporter dimana dan analisisnya seperti apa akan mulai ditulis disini.

d. Pembuatan Interpretasi Berita

Pembuatan interpretasi dari berita investigasi adalah lapisan paling akhir dari

sebuah berita investigasi tersebut. Reporter kan memberikan interpretasi dari data yang

telah ada supaya dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat argument tertentu. Namun

demikian, sifatnya tetap objektif karena berdasarkan data yang ada. Disinilah berita

investigasi dipakai untuk membangun proses pemikiran kritis.

e. Pembuatan Riset Original

Riset original dari reporter menjadi teknik yang tidak boleh terlewatkan. Ada

pandangan yang asli dan dikemukakan oleh reporter, tanpa mencatut atau mengutip

pandangan lain dari sebuah pemberitaan. Bagian ini memang menjadi tantangan

tersendiri. Nilai berita yang aslo bisa terlihat dari teknik ini.

f. Penambahan Celah Berita

Manakala berita sudah tersusun semua, maka reporter bisa memulai

memperhatikan kembali berita yang sudah ditulis. Susunan dari berita tersebut perlu

dicari apakan masih ada celah yang perlu ditambal atau tidak. Hal ini penting dilakukan

agar tidak ada double interpretasi dalam pemberitaan.

24
g. Evaluasi Berita

Setelah semuanya selesai dilakukan, teknik penulisan berita investigasi yang

terakhir adalah evaluasi dari isi berita itu sendiri. Penulisan, sudut pandang dan semua

unsur dari beita tersebut dilihat kembali. Apabila masih ada yang kurang, maka bisa

ditambahkan dan diperbaiki.

h. Publikasi

Teknik terakhir adalah publikasi dari berita yang telah dibuat. Mengingat sifat

berita ini biasanya sensitive, maka tak heran bila kemudian reporter harus benar-benar

jeli dalam memandang peristiwa yang akan diselidiki. Keobjektifan tetap menjadi

prioritas dalam penulisan jenis berita ini.

3. Teknik Penulisan Berita Straight News

Straight news adalah laporan kejadian yang harus disajikan dan dilaporkan kepada

pembacanya dengan cepat, berisi pokok-pokok berita saja, bersifat informative, singkat

namun lengkap menjawab unsur 5 W +1 H.

Straight news juga bisa disebut berita langsung adalah suatu berita yang fresh saat

peristiwa itu terjadi, kemudian rentetan peristiwa tersebut ditulis dalam formula 5 W+ 1 H

dan ditulis sesuai dengan fakta yang adadilapangan tanpa ada pengurangan sedikitpun.

Straight news ini memiliki sifat yaitu beritanya lebih cepat basi bila dibandingkan dengan

tulisan lainnya seperti feature, opini dan tulisan ilmiah. Hal tersebut dikarenakan Straight

News sifatnya bagus untuk dibaca saat peristiwa tersebut baru terjadi dan jika peristiwa yang

terjadi sudah lama maka ketertarikan untuk dibaca menjadi berkurang.

Sementara menurut Lary Kurtzman dan Dennis G Jerz (1999) berita lempang ditulis

dengan tujuan pembaca dapat menghentikan bacaannya kapanpun dia inginkan dan dapat

25
melanjutkannya lagi kapanpun dia mau. Tujuan penulisan berita lempang berbeda dengan

penulisan feature atau artikel yang bertujuan untuk mendorong pembaca menyelesaikan

bacaannya hingga akhir cerita atau tulisan tersebut. Oleh karenanya, tidak perlu membuat

kesimpilan dalam sebuah cerita lempang. Pembava berita lempang biasanya mengakhiri

bacaannya ketika merasa bosan, dan cenderung tidak banyak pembaca yang menyelesaikan

hingga akhir tulisan.

a. Karakteristik Straight News

Dalam penulisan straight news ada 7 arakteristik yang perlu kita semua ketahui:

i. Aktualitas

Maksudnya adalah berita yang didapat langsung disampaikan saat itu juga.

Seperti yang diawal tadi dijelaskan bahwa straight news memiliki sifat “cepat basi”,

maka begitu berita diperoleh harus segera disamoaikan saat itu juga jangan menunggu

beberapa hari baru disamoaikan. Jika hal tersebut dilakukan berita tersebut akan

menjadi semacam berita basi.

ii. Urgensi

Berkaitan dengan penting atau tidaknya berita tersebut ditulis.

iii. Signifikan

Memiliki kepentingan/pengaruh yang luas terkait dengan penulisan berita

tersebut. Contohnya adalah berita mengenai kenaikan BBM, dimana dengan adanya

isu mengenai kenaikan harga BBM ini berdampak pada sector-sektor yang lain.

iv. Keunikan

Terkadang berita yang kita tulis juga barus memiliki keunikan yersendiri

untuk menarik minat pembaca. Dimana keunikan tersebut ada;ah suatu yang jarang

26
dilakukan dan hanya pada saat tertentu saja. Semisal ada berita tentang ujian

SNMPTN tulis, kita dapat menuliskan sisi lain dari ujian tersebut untuk menjadi suatu

keunikan, seperti banyak pedagang yang tumpah ruah saat ujian tersebut dilakukan.

v. Faktual

Mengandung artian bahwa berita yang didasarkan fakta yang ada dilapanganm

tidak mengada-ngada. Selain itu fakta yang ada hendaknya kita tulis secara detail,

tanpa ada pengurangan sedikitpun. Karena jika ada pengurangan fakta dilapangan

maka dapat membuat pembaca menjadi multi tafsir terhadap berita yang kita

sampaikan.

vi. Ketokohan

Terkadang dalam penulisan berita kita juga dapat menyelipkan penulisan

mengenai ketokohan. Semisal jokowi yang sedang melakukan blusukna ke

perkampungan kumuh di Jakarta dan dari blusukan itu kita angkat profil Jokowi,

dengan keunikan gaya kepemimpinan yang berbeda dengan tokoh-tokoh pemimpin

yang lain.

vii. Kedekatan

Kedekatan disini berkaitan dengan siapa yang akan membaca berita yang kita

tulis da nada ketertarikan atau kedekatan kepentingan atau tidak dengan berita yang

kita sampaikan. Contohnya adalah kita menulis berita tentang Dies Natalis Kehutanan

yang ke-51, maka jika tulisan tersebut dibaca oleh alumni dari fakultas kehutanan

masih ada sangkut pautnya, namun jika berita tersebut diakses juga oleh tukang

becak, maka yang akan menjadi pertanyaan adalah hubungannya si tukang becak

27
dengan membaca berita Dies Natalis Kehutanan apa dan apa keuntungan dari tukang

becak membaca berita tersebut.

Kemudian ada juga beberapa karakteristik lain yang membedakan berita

Straight News dengan berita lainnya, yaitu:

 Strukturnya piramida terbalik. Dalam artian teras berita (left) berupa summary

lead, artinya unsur berita what, who, where, when diletakkan dalam lead.

Sedangkan unsur how dan why diletakkan dalam tubuh berita. Bila

dimungkinkan juga menyajikan fakta-fakta tambahan yang dianggap perlu,

sehingga kalau dipandang perlu untuk di potong maka akan mempengaruhi isi

berita.

 Deskripsinya lugas, hanya mengemukakan fakta-fakta yang perlu untuk

kejelasan berita.

 Irama atau lenggang cerita terkesan terburu-buru.

b. Jenis-jenis Straight News

Straight news dibedakan menjadi dua, yaitu:

i. Hard news

Hard news yaitu berita yang penting atau signifikan bagi sejumlah besar orang.

Contohnya berita kegiatan pemerintah, politik, hubungan internasional, pendidikan,

agama, DPR dan juga Pengadilan.

ii. Soft News

Soft news yaitu berita-berita yang menyangkut kemanusiaan serta menarik bagi

banyak orang. Contohnya kisah-kisah jenaka, kebutuhan biologis dan keanehan.

28
c. Teknik Penulisan Straight News

Salah satu elemen penting dalam straight news yang tidak boleh kita lupakan

adalah mengenai judul berita. Terkait dalam oenulisan dalam straight news ada beberapa

hal yang harus dicermati agar tidak sembarang memilih judul untuk suatu straight news

yang kita tulis, yaitu:

 Judul harus mewakili isi berita

 Menarik pembaca

 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan apa yang diberitakan (langsung to do

point) jangan sampai membuat pembaca berimajinasi dengan judul yang di tulis.

Dalam pembuatan berita langsung atau straight news ada beberapa proses yang

dapat dilakukan dalam menggali informasi dalam penulisan berita, yaitu:

i. Pengamatan langsung

Jadi untuk mendapatkan informasi dalam penulisan berita kita dapat langsung

mengamatinya. Contohnya adalah kemacetan, kita dapat langsung mengamati

kemacetan yang terjadi dan kemudian mendeskripsikannya.

ii. Wawancara

Selain pengamatan langsung kita juga dapat melakukan wawancara secara

langsung dengan narasumber yang terlibat dengan peristiwa tersebut. Dengan

melakukan wawancara dengan beberapa narasumber maka kita dapat

menguraikan peristiwa yang terjadi.

29
iii. Penggalian data

Kita dapat melakukan penggalian dokumen atau data file berkaitan dengan berita

yang akan kita tulis dimana dengan penggalian data tersebut akan menjadi suatu

penguat atau landasar yang kuat terhadap berita yang akan kita tulis.

Kemudian disini akan dipaparkan bagaimana cara menulis straight news mulai

dari judul sampai dengan akhir:

i. Judul berita

Sampaikan pesan umum dari isi berita pada judul kita. Perhatikan kata-kata. Judul

berita yang baik adalah yang informative dan cerdas, sejauh kecerdasan tulisan

tidak mengaburkan fakta atau informasi yang ingin disajikan dalam berita itu

sendiri.

ii. Teras berita

Kalimat pertama dalam berita, merupakan salah satu bagian yang terpenting

dalam berita. Gunakan teras berita sebagai pemicu bagi pembaca untuk

meneruskan bacaannya kepada isi dan akhir berita yang kita buat. Untuk itu,

menyajikan teras berita yang tepat dan menarik menjadi penting.

iii. Kutipan langsung

Kutipan pada dasarnyayang berperan membrikan “kehidupan” ke dalam sebua

berita. Tap penulisan kutipan langsung perlu kecermatan. Kita harus bisa memilah

pernyataan mana yang akan kita tuliskan sebagai kutipan langsung dan mana yang

tidak. Relevansi adalah kuncinya. Jangan sertakan kutipan langsung yang tidak

relevan. Selain itu, juga diperlukan aspek cita rasa bahasa disini. Jangan sampai

30
kutipan yang digunakan justru menjadikan alur cerita menjadi janggal atau

bahkan kering.

iv. Kutipan tidak langsung

Digunakan ketika sebuah pernyataan penting untuk diinformasikan dan tetap

merujuk kepada narasumber tertentu. Perlu diperhatikan apa bedanya kutipan

tidak langsung ini dengan kutipan langsung.

v. Piramida terbalik

Berita lempang menggunakan metode penulisan piramida terbalik. Maksudnya

adalah kita menyajikan informasi yang paling tinggi di bagian atas suatu berita,

karena biasanya pembaca akan berhenti membaca pada beberapa paragraph awal

berita saja. Oleh karena itu, pastikan bahwa mereka sudah mendapatkan informasi

yang penting dibagian awal berita tersebut. Taruh bagian yang dianggap jurang

penting pada bagian akhir berita. Jangan memasukkan informasi yang tidak

penting kedalam berita sama sekali.

vi. Panjangnya paragraph

Gunakan paragraph sesingkat mungkin. Satu, dua atau tiga kalimat dalam suatu

paragraph sudah cukup. Paragraph yang terlalu panjang membuat pembaca bosan

atau malas untuk membacanya. Jika memang informasi yang ingin disampaikan

lumayan banyak, sebaiknya dipecah saja menjadi paragraph lain.

vii. Okjektivitas

Pembaca sama sekali tidak tertarik dengan opini wartawan terhadap suatu

peristiwa ata fakta. Sebaik mungkin hilangkan posisi kita sebagai penulis dalam

berita kita. Jangan pernah tunjukkan opini kita dalam tulisan. Setiap klaim atau

31
opini yang disajikan harus merujuk atau dirujukkan kepada orang lain atau

narasumber kita. Biarkan fakta atau narasumber yang berbicara, bukan

wartawannya.

4. Teknik Penulisan Berita Reportase

Reportase artinya pemberitaan atau pelaporan. Dari kata “report” yang artinya

“melaporkan” atau “memberitakan”. Reportase berasal dari kata reportage (inggris). Mirriam

Webster Dictionary mengartikan reportage sebagai “the act or reporting news” (aksi atau

proses penberitaan) dan “something (as news) that is reported” atau sesuatu yang dilaporkan.

Kamus Besar Bahas Indoensia (KBBI) mengartikan reportase sebagai “pemberitaan”,

“pelaporan dan laporan kejadian (berdasarkan pengamatan atau sumber tulisan”. Laman

Glosarium mengartikan reportase sebagai “proses pengumpulan data yang digunakan untuk

penulisan karya jurnalistik”.

Ensiklo mendefinisikan reportase sebagai berikut: reportase adalah aktivitas atau

kegiatan dari reporter/jurnalis untuk turun ke lapangan melakukan observasi langsung dan

tidak langsung, mengumpulkan fakta-fakta dan data mengenai sebuah peristiwa/isu yang

sedang terjadi, lalu merangkainya menjadi sebuah bahan laporan/tulisan.

Dalam konteks jurnalistik, reportase adalah proses pengumpulan data untuk

menyusun berita. Reportase bisa dikatakan merupakan proses jurnalistik terpenting karena

dari proses inilah terkumpul bahan-bahan atau informssi untuk diberitakan.

a. Teknik Reportase

Teknik reportase dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

32
i. Observasi

Teknik reportase observasi (pengamatan) yaitu wartawan langsung dating ke

lokasi kejadian, mengamati dan mengumpulkan data atau fakta kejadian tersebut

mengacu pada formula 5 W1H.

Pengamatan merupakan teknik reportase dengan cara mengamati baik setting

maupun alur sebuah peritiwa dilapangan atau lokasi kejadian. Wartawan

menggunakan semua indera saat melakukan pengamatan. Dengan terjun langsung ke

lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi di lapangan

sehinggs ia bisa menyamaikan informasi yang valid kepada pembaca.

ii. Wawancara

Wawancara adalah proses reportase dengan cara bertanya kepada narasumber

untuk menggali informasi dan keterangan. Narasumber dalam wawancara bisa

pengamat, pelaku, saksi, korban, dan siapapun yang memiliki informasi. Wawancra

merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat,

pandangan dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa. Orang yang menjadi

objek wawancara disebut narasumber.

Unsur 5W1H menjadi pertanyaan yang wajib dalam sebuah wawancara.

Rumus ini digunakan untuk mengetahui jalan sebuah peristiwa yang hendak reporter

jadikan berita. Narasumber dalam wawancara terbagi menjadi dua, yaitu narasumber

primer (narasumber yang paling tahu dan memiliki peranan penting dalam sebuah

peristiwa) dan narasumber sekunder (narasumber yang keterangannya hanya

berfungsi untuk melengkapi atau mendukung).

33
iii. Riset data

Disebut juga studi literature dan riset dokumentasi, yaitu wartawan membuka-

buka arsip, buku atau referensi terkait dengan berita yang akan ditulisnya. Dalam

memilah bukti, semua indera kita harus terlibat untuk memilah mana yang berarti dan

tidak berarti untuk mendukung suatu peristiwa. Riset data termasuk mencari latar

belakang informasi yang bisa memperkaya sebuah tulisan atau berita.

b. News Processing: Proses Pembuatan Berita

Reportase adalah bagian dari proses pembuatan (news processing), yaitu tahap

kedua (news hunting, news gathering). Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari

rapat redaksi. Dalam rapat redaksi, para wartawan bisa mengajukan usulan-usulan topic

liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber.

Proses dalam pembuatan sebuah berita meliputi:

 News Planning (Perencanaan Berita)

Dalam tahap ini, redaksi melakukan rapat proyeksi, yaitu perencanaan tentang

informasi yang akan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita dank

ode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis tema-tema tulisan atau berita

yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas diantara para

wartawan.

 News Hunting (Pengumpulan Bahan Berita)

Inilah tahap reportase, setelag rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan

melakukan pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan,

penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui literature dan wawancara.

34
Tahap reportase ini disebut juga “pengumpulan berita”, yaitu pengumpulan bahan

berita.

 News Writing (Penulisan Berita)

Setelah data terkumpul, wartawan menulis naskah berita atau melaporkannya di

media tempat ia bekerja. Wartawan televise dan radio bisa melakukannya secara live.

Berita yang baik harus memenuhi unsur 5W1H.

 News Editing (Penyuntingan Berita)

Naskah berita yang sudah ditulis disunting dari segi redaksional (bahasa) da nisi

(substansi). Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan

dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik.

5. Teknik Menulis Berita Interpretasi

Menurut Edward Jay Friedlander, Interpretasi melibatkna jawaban terhadap

pertanyaan. Artinya untuk menjawab pertanyaan tersebut, seorang wartawan harus

mengambil informasi yang bersedia dan memasukkan informasi ke dalam orak seakan-akan

sebuah computer, lalu berfikirlah tentang hal itu dengan cara yang teratur. Programkan otak

untuk menganalisa isu-isu dan kejadian-kejadian. Program-program yang tersedia meliputi

metode-metode tertentu untuk berfikir secara logis. Pross berfikir logis tersebut kita jabarkan

dalam tulisan berita interpretative yang kita susun. Beberapa teknik tersebut adalah:

a. Sebab dan akibat

Jika A penyebabnya dan B akibatnya, A dan B mestinya berkorelasi secara

langsung maupun sebaliknya. Jika A naik, maka B harus selalu naik atau turun. A harus

mendahului B dalam waktu. Meski kedua kriteria ini terpenuhi, C bisa menjadi penyebab

35
A dan B. dalam penulisan berita secara sebab akibat kita mesti mengurutkan informasi

yang ada dari sebab menuju akibat atau sebaliknya atas sebuah peristiwa.

b. Penalaran secara deduktif

Dalam penalaran deduktif, yaitu langkah berfikir dari premis umum ke hal yang

khusus. Semisal, Johan telah di diagnose sebagai pengidap kanker paru-paru. Pada hari

pembedahannya, sinar X-Ray menunjukkan bahwa daging jadi dalam paru-parunya telah

menyusut. Pembedahan akhirnya dibatalkan. Para dokter mengatakan kepadanya bahwa

jika suatu daging jadi menyusut, ia akan menjadi tidak ganas lagi. Meskipun para dokter

tidak secara mutlak yakin jika Johan tidak mengidap kanker, para dokter tersebut telah

melangkah dari premis umum ke premis khusus.

Khusus yang dialami Johan berkesimpulan bahwamungkin sekali ia tidak

mengidap kanker. Saat menulis berita dengan penalaran ini kita mesti memahami

informasi yang ada berdasarkan premis umum hingga hal khususnya. Setelag itu kita

bisa memulai menulis dengan menyebutkan hal yang umum ke yang khusus.

c. Penalaran secara induktif

Jenis penalaran ini selangkah dari satu kasus khusus ke konklusi umum. Semisal,

meskipun Jodi menolak dikatakan berada didekat kejadian saat pembunuhan Mariana,

polisis menemukan bahwa di dalam buku korban terdapat sehelai rambut dan sepotong

benang dari sweater Jodi. Polisi lantas melangkah dari bukti-bukti khusus kekonklusi

umum yang memperkirakan Jodilah pembunuh Mariana. Dalam menulis berita jenis ini

kita bisa memulai dengan menghimpun informasi-informasi pendukung dalam sebuah

peristiwa.

36
Setelah informssi tersusun, kita bisa menuliskan inti permasalahan pada sebuah

peristiwa. Jika terdapat kesimpulan, kesimpulan tersebut mesti hadir dari data lapangan

atau statemen narasumber.

d. Analogi

Ini adalah proses berfikir logis yang bersifat literer dan retoris untuk

menyederhanakan masalah-masalah yang kompleks. Jika dua masalah memiliki sejumlah

kesamaan dalam beberapa segi, kedua masalah tersebut juga kemungkinan secara umum

adalah sama dalam banyak segi lainnya. Semisal, terdapat perselisiham actara sebuah

serikat buruh dengan sebuah perusahaan. Masalah tersebut dapat diuraikan menggunakan

urutan kejadian yang dimulai dengan A (pengajuan tuntutan), kemduian B (penolakan), C

(perundingan yang tidak membuahkan hsil), D (ancman mogok) dan E (penyelesaian

pada tenggang waktu ancaman mogok).

Maka jika di perusahaan lain terdapat serikat buruh yang mengajikan tuntutan

namun ditolak oleh pihak perusahaan, wartawan bisa melihat kedua situasi tersebut sama

(analog). Wartawan tersebut bisa menyimpulkan urutan kejadian peristiwa yang kedua

kurang lebih akan sama. Dalam menulis berita secara analog, seandainya informasi yang

ada memungkinkan untuk ditulis secara analogi kita bisa menuliskan kejadian yag

memiliki kaitan dengan peristiwa yang akan kita tulis. Setelah itu, kita tarik benang

merah dengan informasi dari peristiwa yang kita beritakan.

6. Menulis Berita Depth News

Depth reporting (pelaporan mendalam) adalah segala sesuatu yang membuat

pembaca tahu mengenai seluruh aspek-aspek yang terjadi pada subjek dari kepastian

informasi yang diberikan. Kamath menekankan bahwa “depth reporting adalah

37
menggambarkan kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari kisah yang

terjadi. Sedangkan tujuan depth reporting, menurut Ferguson dan Patten adalah untuk

mendapatkan kelengkapan pengisahan”.

Depth reporting bisa diartikan sebagai peliputan yang mendapam, namun bukan

hendak mempresentasikan fakta-fakta dalam pendekatan pertamanya, melainkan hendak

memasuki sebuah penyelidikan yang orisinal, logis, memasukkan berbagai tekanan dan

kepentingan. Dari definisi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa depth reporting

ialah menggambarka kepada kita mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari kisah yang

terjadi dengan bentuk pelaporan yang mendetail. Namun, bukan berarti pula, bahwa

pelaporan harus selalu menjadi panjang dengan sekian ribu kata “panjang” tidak ada

kaitannya dengan pelaporan depth.

Depth reporting berupaya menyajikan informasi yang begitu mendetail. Maka,

teknik penulisan feature artikel menjadi alatnya. Bahkan investigasi reporting juga

menjadi perangkat laporan depth ketika mengejar informasi, sebagai objek liputan, yang

oleh seorang sengaja disembunyikan.

Dalam peliputan depth reporting sebelum turun ke lapangan, seseorang wartawan

akan membutuhkan suatu perencanaa dan pengembangan tema, dalam dunia jurnalistik

sering disebut TOR “Thema of Reference” yang didalamnya ada tema dengan suatu

uraian angle yang diambil dengan kalimat pendek dan jelas termasuk narasumber

didalamnya.

Tujuan pelaporan mendalam, menurut Ferguson dan Patten adalah untuk

mendapatkan kelengkapan pengisahan. Oleh sebab itu, depth reporting disebut sebagai

peliputan investigasi yang terjadi secara natural. Penyelidikan yang dilakukan bukan

38
disengaja ditujukan untuk mengungkap, atau membongkar adanya kasus, skandal, atau

kejahatan yang sengaja di tutup-tutupi. Akan tetapi, terjadi dengan sendirinya. Skandal

yang terungkap seakan tanpa sengaja dari upaya untuk menemukan detail kelengkapan

kejadian. Tidak ada tujuan dari awal dan juga tidak ada upaya membuat semacam

hipotesis.

Dalam sebuah penulisan berita, tentunya teknik penulisan depth reporting punya

kelebihan dan kekurangan sendiri sebagai berikut:

a. Kelebihan Depth Reporting

 Berita ini menelusuri suatu masalah lebih detail daripada berita-berita lainnya.

 Pemberitaan depth reporting memiliki kelengkapan pengisahan.

 Depth reporting disini mengangkat fakta-fakta bukan sebagai suatu yang segera

tampak, melainkan hendak memberikan kontribusi pada pemahaman terhadap

sebuah kisah.

 Selain itu, depth reporting ini melakukan pemberitahuan kepada pembaca inti

kisah yang sesungguhnya secara mendalam (lengkap), seimbang dan terorganisisr

dengan latar belakang, yang tidak begitu saja meninggalkan pernyataan yang

diajukan oleh pembaca.

b. Kelemahan Depth Reporting

 Berita ini dapat disebut berita yang bersambung, jadi tidak satu kali penerbitan

berita akan selesai. Jika pembaca ingin lebih tahu mengenai seluruh aspek yang

terjadi pada subjek yang dibahas, maka pembaca dianjurkan untuk membaca

kisag yang dibahas dari awal, serta mengikuti berita yang selanjutnya, karena

berita depth reporting ini merupakan berita yang bersambung.

39
G. Contoh-Contoh Penulisan Berita

1. Stright News/ Berita Langsung

EVAKUASI TERHAMBAT MEDAN

BANDUNG, KOMPAS – Evakuasi korban tanah longsor di Perkebunan Teh Dewata, Desa

Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terhambat medan berat

berupa jalan menanjak berliku-liku dan berbatu.

Pukul 16.00, Rabu (24/2), evakuasi terpaksa dihentikan karena khawatir longsor susulan akan

terjadi setelah hujan deras kembali mengguyur kawasan perkebunan tersebut.

2. Berita Feature

SI MATA BIRU

Oleh : Herman RN

“Jika jalan-jalan ke Aceh Barat, jangan lupa singgah sejenak di Lamno Jaya. Di sana

dapat kita lihat dara Portugis, si dara Barat yang biru mata.”Kurang lebih seperti itu

terjemahan sebait lagu Sabirin Lamno yang diberinya judul Dara Portugis. Lagu itu

dikumpulkan dalam sebuah kaset yang diluncurkan oleh Kasgarecord. Oleh karena lagu itu

pula, keberadaan dara Portugis di Lamno, Aceh Jaya (dulu masih bergabung dengan Aceh

Besar) menjadi makin populer, baik di masyarakat Aceh maupun Indonesia. Bahkan, orang

asing yang datang pascatsunami ke Aceh juga bertanya tentang keberadaan keturunan Eropa

itu di Aceh Jaya. Apalagi, setelah mengetahui Aceh Jaya adalah daerah terparah kena

imbas ie beuna atau tsunami.

Sebelum menelusuri lebih lanjut jejak si mata biru, kita mengingat dulu sejarah Aceh.

Seperti halnya bangsa lain yang mendatangi Aceh, Portugis bertujuan menjalin kerja sama di

bidang rempah-rempah. Ketika itu Aceh memang terkenal dengan kekayaan rempah-

40
rempahnya. Namun, lambat-laun negeri berjulukan „Seramoe Makkah‟ ini jadi jajahan.

Lantas, apa yang dapat kita petik dari peninggalan sejarah jajahan tersebut setelah Aceh

merdeka?

Sebelum sampai ke jawaban pertanyaan itu, tanpa bermaksud mengungkit perih,

duka-lara, dan dendam yang tercerabut-berpagut hingga kini, saya mencoba memaparkan

sebuah sifat keacehan yang dimiliki orang Aceh hingga kini. Karakteristik keacehan itu kerap

disematkan pada narit maja Aceh. Salah satunya, sipeut ureueng Aceh hanjeut teupeh.

Meunyo teupèh, bu leubèh hana meuteumè rasa; meunyo hana teupèh, padé bijèh jeut

tarasa. Apabila di-Indonesiakan, lebih kurang memiliki makna orang Aceh tidak boleh

disinggung (hatinya). Kalau tersinggung, nasi basi pun tak diberikan; kalau tidak

disinggung, bibit padi pun boleh dimakan.

Mungkin, karena sifat itulah, orang Aceh gampang dijajah, karena orang Aceh begitu

mudah akrab dengan orang asing saat hatinya sudah disentuh lembut. Bermula menyentuh

dengan sangat lembut hati orang Aceh, bangsa-bangsa pendatang mencoba menjalin ikatan

kerja sama perdagangan dengan bangsa Aceh. Kemudian, orang Aceh yang sudah tersentuh

hatinya, dengan gampang dan gamblang menyerahkan yang dia punya kepada bangsa

pendatang tadi. Saat itu, tanpa disadari Aceh telah dijajah. Maka, ketika telah sadar dirinya

dijajah, orang Aceh yang lebih senang menyebut dirinya ureung Aceh akan bangkit dengan

segala daya dan upaya. Saat seperti inilah, keacehan itu timbul kembali, yakni daripada hidup

di bawah kaki penjajah-meski diberi pangkat dan harta berlimpah-lebih baik mati bersimbah

darah atau mati berkalang tanah. Hal ini juga dinukilkan dalam narit maja Aceh: daripada

juléng göt buta; daripada capiek göt patah, daripada singèt göt rhô meubalék (daripada

juling lebih baik buta, daripada pincang lebih baik patah, daripada miring lebih baik tumpah

41
semua). Yang lebih tegas lagi, daripada na göt hana (daripada ada, lebih baik tidak ada).

Maka dari itu, perjuangan dengan gencar melawan penjajah dilakukan ureueng Aceh hingga

akhirnya penjajah lari pulang tunggang-langgang ke asalnya, mengakui keperkasaan Aceh.

Lantas, setelah penjajah itu pulang ke asalnya, apa yang tersisa dari sebuah peninggalannya?

Sebut saja salah satu penjajah Aceh adalah bangsa Portugis. Menurut catatan sejarah,

bangsa Eropa itu menjajah Aceh terutama di pantai barat Aceh, tepatnya Lamno.

Seperti bangsa Eropa penjajah lainnya (Belanda dan Inggris), Portugis juga

memainkan taktiknya dengan mencoba merebut hati orang Aceh. Pembauran kedua etnis ini

pun terjadi. Orang Aceh ada yang dinikahi oleh orang Portugis, lalu mempunyai keturunan.

Setelah Portugis berhasil dikalahkan Aceh hingga kembali ke asalnya, yakni Eropa,

keturunan Portugis itu ada yang tertinggal di Aceh. Kendati ada orang Aceh yang dinikahi

oleh bangsa Barat itu atas nama cinta, istri dan keturunannya tetap ditinggalkan di Aceh.

Peninggalan inilah yang membuat Lamno atau disebut juga dengan Nanggroe Daya, terkenal

dengan si mata biru atau dara Portugis. Tak ayal, sebagian orang berpendapat, jika ingin

melihat bangsa Barat turunan, datang saja ke Lamno, di samping ada pantai dan

pemandangan yang indah di situ.

Umumnya, orang-orang mata biru ini sangat mirip dengan orang Eropa. Bukan hanya

matanya yang biru, kulitnya juga putih serupa kulit orang Barat.Seiring waktu yang terus

berjalan, perkawinan antarsuku semakin meluas. Keturunan si mata biru pun menikah dengan

orang Aceh dari daerah lain dan mungkin dengan bukan orang Aceh. Pertanyaannya

sekarang, masihkah ada keturunan Portugis tersebut di Aceh?

Beberapa waktu lalu, saya dan teman saya, Erwin, pergi ke Lamno, ke tempat

keturunan Portugis itu menetap. Di sana, saya mencoba mengamati sekeliling, baik orang

42
yang melintas maupun yang duduk di rumah atau di warung kopi. Heran! Tiga puluh menit

menelusuri Lamno, belum saya temukan juga si mata biru.

Imeum mukim Lamno, Teungku Tantawi, yang saya temui di sebuah warung kopi,

menunjuk sebuah rumah. “Rumah itu ada mata birunya,” kata Tantawi. Saya menoleh ke

arah yang ditunjuk. Di serambi depan rumah itu terlihat empat orang anak kecil. Kalau boleh

ditaksir, usia mereka masih Balita (di bawah lima tahun). “Lihat saja keempat anak itu. Yang

nomor dua dan nomor tiga berkulit putih, rambutnya juga seperti bule. Matanya biru.

Sementara anak tertua dan terbungsu, persis seperti keturunan Aceh asli kan?” tutur Tantawi.

Menurut lelaki 70 tahun itu, keturunan mata biru di Lamno banyak hilang saat

musibah tsunami. Pasalnya, tempat tinggal mereka persis di tepi laut. Di samping itu,

perkawinan antara keturunan mata biru dengan orang-orang pendatang semisal orang Aceh

dari daerah lain, juga menjadi salah satu penyebab keturunan Portugis ini berkurang.Tempat-

tempat yang banyak dihuni komunitas mata biru, seperti daerah Kuala Onga, Kuala Daya,

Lambeuso, dan Keuluang, merupakan tempat yang disebutkan oleh Tantawi sebagai kawasan

imbas tsunami paling parah.

“Nyan ke nyan nyang tinggai, ka hana asli lé. Kadang-kadang na aneuk mata biru,

ôkjih itam. Leuh nyan, na cit nyang hi ureueng Aceh mamandum rupajih (Itulah yang tersisa,

sudah tidak asli lagi. Terkadang ada anak yang matanya biru, rambutnya hitam, ada pula

yang mirip orang Aceh semua wajahnya),” katanya.

“Saya ingat, ada satu orang yang tinggal di Minisaweu. Di sana ada seorang lelaki tua

yang kerap disapa Haji Tet, satu lagi di Lamme. Hanya itu yang tersisa. Ya, itu yang saya

ketahui,” ujar Tantawi. “Lainnya, habis diambil tsunami.”

43
Hampir senada dengan Tantawi, camat Lamno, Jaddal Husaini, menuturkan bahwa

keturunan bangsa Eropa itu sebelum tsunami dapat ditemui di beberapa wilayah, yakni desa

Lambeuso, Alue Mie, Jeumarem, Janggot, Ujong Uloh, Kuala Ongan, dan Mukhan. Namun,

setelah tsunami, kata Jaddal, keturunan itu mulai sulit ditemukan. Kendati demikian, katanya,

pihak kecamatan tidak tinggal diam demi menjaga dan melindungi mereka. Jaddal mulai

melakukan pendataan penduduk pascatsunami. Hanya saja, menurut Husaini, sulit melakukan

pendataan terhadap si mata biru.

“Masalahnya adalah ketika kita masuk ke kampung-kampung tempat keturunan

Portugis itu, mereka lari. Entah mengapa mereka selalu menghindar saat hendak didata,”

tutur Husaini, setengah bertanya. Selepas berbincang-bincang dengan Jaddal, saya dan Erwin

kembali melanjutkan perjalanan. Matahari nyaris tepat di atas kepala kala itu.

Kami menyusuri jalan setapak dengan berjalan kaki. Dari kejauhan terlihat

sebuah jambô (gubuk). Kami mendekatinya. Jambo itu berarsitek kayu, beratap daun rumbia.

Dindingnya hanya setinggi lutut. Tak ayal, menikmati secangkir kopi Aceh sembari dibelai

semilir dari lautan pantai Barat menjadi sebuah kenyamanan, apalagi di hari terik.

Di warung kopi kecil itu ada sekitar delapan orang, tiga di antaranya saya taksir sudah

uzur. Kepada bapak-bapak itu saya bertanya tentang keberadaan si mata biru. Jawabannya

persis sama seperti apa yang sudah dikatakan imeum mukim dan camat. “Kurang tahu, nyaris

hilang setelah tsunami,” itulah jawaban mereka.

Saat kami sedang asyik menikmati angin lembut siang itu sambil berbincang ringan,

dari kejauhan terlihat seorang lelaki jangkung mendekat. “Sama dia saja kalian tanya kalau

memang mau mendapatkan informasi lebih banyak tentang keturunan Portugis,” kata Saleh,

salah seorang pengunjung warung tersebut. Saya memperhatikan dengan seksama lelaki yang

44
ditunjuk Saleh. Semakin lama, lelaki itu semakin mendekat. Agaknya dia juga hendak

singgah di warung ini.

Dia kemudian duduk dengan menghadap ke arah laut. Namanya Jamaluddin. Dia

mengatakan memiliki tinggi badan 185 sentimeter. Umurnya belum terlalu tua, “Baru empat

puluhan,” katanya, sembari tersenyum.

Bagian hitam matanya terlihat kebiru-biruan, sedangkan yang bagian putihnya terlihat

agak coklat. Sekilas dia seperti Jose Maurinho, mantan Manajer Klub kaya di Inggris,

Chelsea. Sungguh, kulitnya yang putih kemerah-merahan memperlihatkan dengan jelas bulu-

bulu di tangan Jamaluddin. Entah karena kulitnya yang putih itu, dia disapa akrab dengan

sebutan “Bang Puteh”.

Bang Puteh adalah salah seorang keturunan Portugis. Kendati dia merupakan

keturunan bangsa Eropa itu, dia mengaku tidak tahu benar tentang silsilah keluarganya. Dia

juga tak hapal kebiasaan Portugis. “Saya hanya memegang adat-istiadat Aceh sebagai

pegangan saya di sini,” ucapnya. Bang Puteh juga mengatakan bahwa tidak semua anaknya

memiliki ciri sama. Kata dia, dua mirip orang Aceh asli, dua di antaranya mirip bangsa

Portugis.

“Hal ini sama saja dengan empat orang anak yang kalian katakan sudah melihatnya di

Desa Leupe. Anak saya, Rauzatul Jannah, enam tahun, dan Nurul Khamiran yang masih 2,5

tahun, sangat mirip dengan orang Barat. Tapi, dua lagi, yang tertuanya, sangat kental dengan

karakter orang Aceh pada umumnya,” ujar Bang Puteh.

Dari Bang Puteh, saya mengetahui bahwa keturunan Portugis yang lari saat didata

seperti kata camat tadi sebenarnya bukan karena takut. “Mereka hanya malu. Masalah malu,

45
tidak jelas, apakah karena mereka tidak mirip dengan orang Aceh kebanyakan atau karena

apa,” kata Bang Puteh, menggeleng-gelengkan kepalanya.

Saya teringat komentar seorang mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Syiah Kuala, yang saya jumpai belum lama ini. “Orang-orang

keturunan Portugis itu terkesan hanya mau bergaul dengan dia dia aja. Itu makanya susah

menelusuri tentang mereka,” kata Farah Fitriah, mahasiswa angkatan 2006 di Jurusan Bahasa

Indonesia itu, saat saya tanya tentang mata biru di kampungnya.

Lain Farah, lain pula pendapat Teungku M. Yahya Wahab. Dia adalah salah seorang

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Jaya. Saya bertemu dengan Yahya saat dia

mengunjungi pengungsi koran tsunami di Lamno tahun 2005 lalu. Yahya juga asal Lamno.

“Dara Portugis di Lamno pada umumnya berparas cantik. Namun, mereka pemalu. Jika

bertemu dengan orang di luar komunitas mereka, apalagi yang belum mereka kenal sama

sekali, mereka cenderung sembunyi.”

Menurut Yahya, karena sifat pemalu itulah membuat mereka terkesan eksklusif. Hal

ini pula, kata dia, yang menyebabkan komunitas Portugis di Lamno itu lebih senang menikah

dengan sesama komunitas mereka. “Namun, belakangan sudah ada juga di antara mereka

yang mau dipersunting orang luar,”

3. Berita Reportase: Berita Ekonomi

Pasar Tradisional Vs. Pasar Modern

Liputan.com, Jakarta: seratusan pedagang pasar tradisional Ciledug berunjuk rasa manolak

keberadaan carrefour di kawasan pasar tradisional Ciledug, Kabupaten Tangerang, Banten.

Alasannya, keberadaan carrefour akan mematikan omset mereka. Para pedagang menuding

pemerintah daerah setempat telah mengkhianati padagang tradisional dengan menerbitkan

46
surat izin pengoperasian Carrefour Ciledug. Menurut para pedagang, jarak pasar tradisional

dengan Carrefour kurang dari 20 m sehingga mengancam omset pedagang. Unjuk rasa

ratusan pedagang tradisional pasar Ciledug ini mendapat pengamanan ketat dari aparat

kepolisian dan Satuan Keamanan Central Bisnis Dagang Ciledug. Akibat aksi ini lalu lintas

di Jalan Hos Cokroaminato Ciledug sempat macet total (Jum/Tim Liputan 6 SCTV).

4. Berita Investigasi

Awas tempe dengan pewarna tekstil kenali ciri-cirinya

Tempe dapat dibuat dimana saja di negara lain, tapi tempe Indonesia adalah Makanan

dengan ciri khas tersendiri dimana Kapang dan microba bermanfaat dalam proses pembuatan

tempe tersebut hanya bisa tumbuh di negara tercinta kita. Tempe makanan berprotein

disamping tahu yang digadang-gadang sarat gizi ini sekarang juga tak luput dari kecurangan

para produsen dalam upaya meraup keuntungan dengan mengorbankan kesehatan dan

keselamatan para konsumen.

Dari Investigasi yang dilakukan dengan mengambil 10 sampel tempe di pasaran

secara acak, di analisa dalam Laborat Pangan UWM Surabaya ditemukan 7 tempe positif

mengandung pewarna tekstil.

Bayangkan bahwa Pewarna tekstil mengandung pula aneka logam berat yang bila

masuk dalam tubuh tidak dapat dicerna dan dapat merintis pertumbuhan kanker.

Setelah dilakukan survey ternyata Tempe jenis ini sudah banyak diproduksi oleh para

pengrajin tempe bahkan sebagaian mereka tidak mengerti akan bahaya pewarna yang mereka

campur dalam pembuatan tempe tersebut, ironisnya pewarna tekstil tersebut mudah di beli

dari toko-toko bahan makanan dengan sebutan “Pewarna Tempe”.

47
Pewarna tempe yang sebenarnya adalah pewarna tekstil tersebut digunakan untuk

menjadikan tempe menjadi berwarna Kuning cerah dan menarik hati para pembeli, sebagaian

produsen tempe mengaku mereka menggunakan pewarna tersebut setelah banyak konsumen

yang mencari tempe kuning yang lebih indah warnanya menurut mereka.

Berikut cara mudah mengenali Ciri-Ciri tempe dengan pewarna berbahaya :

 Tempe berwarna kuning cerah / jelas,

sementara tempe asli berwarna pucat putih kekuningan. karena warna kapang dan

microba sendiri adalah putih.

 Terkadang Tempe bisa meninggalkan noda kuning pada tangan atau benda lain

saat dicuci dikarenakan noda pewarnanya luntur dimana noda kuning tersebut

agak sulit dibersihkan.

Dengan demikian kita harus menghindari tempe beracun yang memiliki ciri diatas.

5. Berita Interpretasi

Banjir Masih Genangi Ponorogo

Luapan Sungai Bengawan Solo mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah di Ponorogo, Jawa

Timur, termasuk Kecamatan Suroto dan Sampung. Apalagi hujan terus mengguyur hingga

Kamis 23 April 2015 malam, terutama di kecamatan Suroto dan Sampung.

Banjir merendam permukiman warga, puskesmas, dan gedung sekolah, termasuk merendam

jalan raya. Daerah yang terkena banjir paling parah meliputi Desa Kauman, Srandil,

Karangrejo, dan Desa Tamanan di Kecamatan Sumoroto. Banjir yang merendam desa

tersebut mencapai kedalaman meter.

48
Warga hanya pasrah dan menunggu banjir surut. Warga mengatakan bahwa belakangan ini

banjir sering terjadi di desa mereka. Warga pun meyakini bahwa banjir disebabkan karena

pendangkalan sungai.

Banjir yang merendam pemukiman tentu mengganggu aktivitas warga. Adapun hal yang

dilakukan untuk membantu warga, yaitu dengan adanya para petugas dari gabungan TNI,

Polri, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sejak kemarin yang sudah

diterjunkan ke lokasi banjir. (Vra/Ans)

6. Depth News/ Berita Mendalam

“Persaingan di dunia kerja memang tidak bisa kita hindari, hal ini juga terjadi di

dunia perdagangan, seperti halnya persaingan pasar tradisional dan pasar swalayan di

era modern seperti saat ini”

Di dunia modern seperti ini banyak sekali usaha asing yang masuk ke indonesia,

seperti hal pasar swalayan yang semakin maak di indonesia, tak hanya kota besar namun juga

kota-kota kecil seperti Bojonegoro. Di Bojonegoro sendiri sudah banyak pasar swalayan

yang ada di kota ini, adanya pasar swalayan yang ada di bojonegoro menjadi pesaing secara

nyata pasar-pasar tradisional yang sudah dulu ada di Bojonegoro.

Adanya pasar swalayan menjadi saingan nyata bagi pasar tradisional, hal ini juga di

rasakan para pedagang di pasar buah Banjarejo Kabupaten Bojonegoro, banyak masyarakat

yang memilih pasar swalayan dengan alasan lebih bersih dan nyaman, namun para pedagang

di pasar tradisional memiliki senjata khusus yaitu soal harga, untuk harga memang pasar

tradisional membandrol harga lebih murah karena pajak mereka yang memang lebih kecil

dibandingkan di swalayan. Hal ini juga dirasakan salah seorang pembeli yang berhasil saya

wawancarai “lebih suka di pasar tradisional, pastinya karna lebih murah dong mbak”.

49
Para pedagang buah juga menyebutkan bahwa pendapatanya sedikit menurun karena

adanya pasar modern atau yang lebih kita kenal dengan pasar swalayan. Meskipun sebagian

pelangganya beralih ke pasar swalayan tak membuat para pedagang buah ini kehabisan akal

untuk bersaing di era modern saat ini, mereka tak hanya memiliki senjata soal harga namun

juga kualitas buah yang semakin di tingkatkan.

Persainan juga tak hanya dengan pasar modern, di pasar buah Banjarjo tak hanya satu

orang yang berjualan buah namun ada lebuh dari 10 pedagang yang berjualan berjajaran,

namun tak ada satupun dari mereka yang bertengkar atau berebutan pelanggan, seperti yang

di jelaskan ibu khusnul wanita berusia 30 tahun “kalo masalah itu saya sendiri sudah sepuluh

tahun lebih jualan disini tapi yang lain pada ikutan dan akhirnya jadi pasar buah seperti

sekarang ini” untuk persainganya sendiri ibu kusnul menjelaskan. “kalo saingan namanya

jualan pasti tapi disini sudah ada langganan masing-masing”.

50
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Sedia Willing, 2011, Jurnalistik: Petunjuk Teknik Menulis Berita, Jakarta: Erlangga
Ermanto, 2005, Menjadi Wartawan Handal dan Professional, Yogyakarta: Cinta Pena
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si. 2010, Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature,
Jakarta, Simbiosa Rekatama Media
Hadad, Toriq dan Bambang Bujono (Ed)., 1997. Seandainya Saya Wartawan Tempo. Jakarta.
Institut Studi Arus Informasi dan Yayasan Alumni Tempo
Simbolon, Parakitri T., 1997. Vademekum Wartawan. Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia

https://penaonline.wordpress.com/2007/12/23/teknik-menulis-berita/
http://bangkusekolah.com/2014/07/14/pengertian-berita-syarat-berita-dan-unsur-berita/
https://kangarul.wordpress.com/2009/07/31/sejarah-jurnalistik-dan-munculnya-bahasa-
jurnalistik/
http://turungomah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-teknik-penulisan-berita.html

51

Anda mungkin juga menyukai