Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini

Ujian Akhir Semester


Dosen Pembimbing : Eka Sapti C, M.M; M. Pd.

Nama :TitinSetiyawati
NIM :13111244020
Kelas :PGPAUD7B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
1. Identitas TK yang digunakan untuk pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Nama : TK ABA Demakan
Alamat : Demakan, Gadingsari, Sanden, Bantul, Yogyakarta, 55783
Berdiri tanggal : 1 Agustus 1968
Luas tanah : 700 m2
Luas bangunan : 108 m2
Letak geografis : - Sebelah utara berbatasan dengan kebun jagung milik desa
- Sebelah barat berbatasan dengan kebun tebu milik desa
- Sebelah timur berbatasan dengan kebun pohon jati
- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya dan SMP
Muhammadiyah Terong

2. Analisis situasi dari tempat PPL


a. Kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah di TK ABA Demakan diklasifikasikan pada:
1) Kompetensi Kepala TK
Kompetensi kepala sekolah mencakup empat aspek yaitu :
a) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh kepala TK ABA Demakan
yaitu: Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan
menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah, hal tersebut terlihat dalam
memberikan contoh yang baik pada anak untuk mengucap salam, menghormati
orang yang lebih dewasa seperti saat berbicara menggunakan bahasa yang sopan.
Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok, kepala TK ABA
Demakan sangat terbuka kepada guru lain dalam melaksanakan tugas pokoknya
sebagai Kepala Sekolah. Serta dapat menahan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, yaitu tidak memaksakan kehendaknya
sendiri dan meminta masukan dari guru yang lain.
b) Kompetensi Manajerial
Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik, mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat
dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah,
mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, mengelola keuangan
sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien,
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah, Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
Kepala TK ABA Demakan mengelola sarana dan prasarana dengan
menjaga keberadaan perlengkapan-perlengkapan sekolah seperti media, bahan
ajar, maupun APE. Kepala sekolah juga mengelola hubungan sekolah dengan
masyarakat misalnya dengan kerja sama penyediaan konsumsi untuk rapat.
Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien dengan melaporkan segala bentuk pengeluaran maupun
pemasukan kepada para guru dan juga ditulis dalam buku keuangan.
Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti media
sosial untuk kelancaran komunikasi dan informasi. Melakukan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur
yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya seperti pencatatan perkembangan
anak dan pelaporan perkembangan anak kepada wali murid.
c) Kompetensi Kewirausahaan
Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah,
dan pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang dihadapi sekolah.
Kepala TK ABA Demakan memiliki semangat yang kuat agar proses
belajar mengajar di lembaganya tetap berjalan walaupun dengan keterbatasan
yaitu dengan mencari bantuan operasional yang dapat menunjang kelancaran
proses pembelajaran

d) Kompetensi Sosial
Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah,berpartisipasi
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, memiliki kepekaan sosial terhadap orang
atau kelompok lain. Kepala TK ABA Demakan selalu menjalin kerjasama dengan
guru, orang tua wali serta komite sekolah untuk keberlangsungan proses
pembelajaran
2) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang nampak pada kepala TK ABA Demakan adalah
gaya kepemimpinan transformasional. Dimana beliau selalu memberikan tindakan
motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.
b. Pelaksanaan kompetensi/ kinerja guru
Kompetensi atau kinerja guru dilihat dari empat aspek yang dimiliki oleh guru
tersebut. Berikut empat aspek kompetensi yang dimiliki guru di TK ABA Demakan,
yaitu:
1) Kompetensi Pedagogik

- Tidak semua guru memiliki landasan kependidikan yang sesuai dengan PAUD
- Guru masih kurang dalam mengembangkan kurikulum atau silabus. Guru tidak
merancang dan menyiapkan pembelajaran untuk hari berikutnya.
- Pembelajaran sudah dilaksanakan dengan mendidik, dialogis dan sudah
berupaya untuk memanfaatkan teknologi.
- Guru juga sudah berupaya untuk mengembangkan siswa dengan
mengikutkannya pada berbagai perlombaan. Namun belum semua siswa
dikembangkan potensinya.
2) Kompetensi Kepribadian
Guru sudah memiliki kompetensi kepribadian yang baik. Guru juga mampu
menjadi teladan bagi siswa dan juga masyarakat.
3) Kompetensi Sosial

- Guru berkomunikasi dengan santun dan efektif terhadap teman sejawat, siswa,
orang tua siswa maupun masyarakat sekitar.
- Guru menggunakan teknologi komunikasi dan informasi hanya ketika
diperlukan saja.
- Guru sangat mengindahkan norma yang berlaku di masyarakat. Guru juga
senantiasa mengingatkan siswa apabila berperilaku tidak sesuai dengan norma
dan sistem nilai yang berlaku.
4) Kompetensi Profesional
- Guru menyampaikan materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi.
- Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
digunakan sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
c. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di TK ABA Demakan yaitu Kurikulum 2013. Yang
menyusun kurikulum di TK adalah guru, kepala sekolah, komite sekolah. Namun pada
kenyataannya proses pembelajaran belum menggunakan pendekatan saintifik. Selain
itu pendidik belum sepenuhnya menerapkan SOP karena dirasa terlalu ribet. Kegiata
dilakukan sesuai situasi dan kondisi yang ada tanpa menerapkan SOP yang tersusun.
Proses pembelajaran dibagi dalam mencakup tiga kegiatan yaitu pra pembelajaran,
Berikut analisis situasi proses pembelajaran di TK ABA Demakan, yaitu:
1) Kegiatan Pra Pembelajaran
- Masih dijumpai anak yang datang terlambat
- Sebelum masuk kelas, guru mengajak siswa untuk berbaris namun masih ada
anak yang tidak mau berbaris.
- Kegiatan apersepsi masih kurang optimal karena guru tidak menggunakan
benda sesungguhnya/konkrit dalam menjelaskan materi sehingga anak kurang
tertarik mengikuti pembelajaran.
2) Kegiatan Inti Pembelajaran
- Materi yang diberikan guru terkadang masih kurang untuk membuka wawasan
peserta didik karena kurang memberikan gambaran nyata suatu hal, sebaiknya
guru memberi materi dengan berbagai hal konkret yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari dan melakukan outing untuk pengamatan langsung.
- Tujuan pembelajaran terkadang hanya terlihat dari bisa atau tidaknya anak
melakukan kegiatan yang guru berikan.
- Metode dan materi terkadang masih tidak sesuai karena guru kebanyakan
menggunakan metode ceramah dan bercerita sehingga menimbulkan
kebosanan pada anak dan anak cenderung pasif.
- Masih dijumpai anak yang kurang fokus dalam pembelajaran
- Penggunaan bahasa
d. Budaya sekolah
Budaya yang ada di TK ABA Demakan merupakan budaya yang baik dan sesuai
dengan nilai-nilai lokal maupun nasional. Budaya tersebut dapat melandasi perilaku
dari seluruh warga sekolah agar dapat menjadi pribadi yang bernorma baik dan sesuai
dengan tatanan masyarakat. Guru berperan baik dalam melestarikan budaya tersebut.
Hal itu dibuktikan dengan guru senantiasa berperan sebagai 'role model "atau pemberi
contoh yang baik dan konsisten dalam menerapkan budaya-budaya tersebut di
sekolah.
Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa anak yang jauh dari
budaya tersebut. Salah satu faktornya karena lingkungan di sekitar rumah anak yang
jauh dari nilai-nilai positif. Oleh sebab itu tidak jarang anak tersebut cenderung
berperilaku negatif misalnya berteriak, berbicara tidak sopan, mengejek teman, dan
selalu aktif bergerak ketika di dalam barisan.

e) Analisis SWOT, Strategi, dan Analisis kebutuhan

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)


1. Tidak banyak populasi 1. Halaman TK kurang
2. Tempat aman, tidak
luas
dekat dengan jalan 2. Kamar mandi kotor
3. Kurangnya fasilitas
raya fisik sekolah (ruang
3. Memiliki gedung
kelas, UKS,
sendiri
Perpustakaan)
4. Membiasakan perserta
4. Belum ada listrik
didik untuk 5. Pemasangan media
menggunakan Basa masih belum tertata
6. Penataan ruangan
Krama sesuai
belum optimal
unggah-ungguh
7. Ruang UKS
digunakan sebagai
gudang sekolah
8. Kebiasaan orangtua
yang masih menunggu
anaknya di sekolah
selama pembelajaran
berlangsung
9. Beberapa tenaga
pendidik tidak
berlatarbelakang
PAUD
Opportunity (Peluang) Strategi S-O Strategi W-O
1. Suasana masih asri 1. Sekolah dapat 1. Memanfaatkan
2. Sekolah dekat dengan
menggunakan model lingkungan sebagai
rumah penduduk
pembelajaran berbasis sumber belajar.
alam dan budaya. (Analisis kebutuhan
(Analisis kebutuhan mutu)
2. Dapat meminjam
mutu)
2. Mengadakan seminar halaman rumah warga
parenting untuk wali untuk kegiatan
murid dengan outdoor. (Analisis
memanfaatkan gedung kebutuhan dana)
3. Dapat menyalurkan
sekolah. (Analisis
listrik dari rumah
kebutuhan Mutu)
penduduk. (Analisis
kebutuhan dana)
Threat (Ancaman) Strategi S-T Strategi W-T
1. Berdekatan dengan 1. Lebih meningkatkan 1. Memperbaiki penataan
Taman Kanak-Kanak budaya lokal yang ada halaman sekolah agar
yang lain di sekolah sebagai lebih menarik dari
2. Jumlah anak yang
daya tarik atau ciri sekolah yang lain.
masuk Taman Kanak-
khas sekolah supaya (Analisis kebutuhan
Kanak diperkirakan
berbeda dengan TK- mutu)
menurun 2. Menambah fasilitas
TK yang ada di sekitar.
yang ada di sekolah
(Analisis kebutuhan
seperti ruang
mutu)
2. Mempromosikan perpustakaan, dan
kelebihan sekolah UKS. (Analisis
yang aman karena jauh kebutuhan mutu)
3. Memperbaiki sarana
dari jalan raya dan
prasarana di sekolah.
masih asrinya
(Analisis kebutuhan
lingkungan sekolah
mutu dan dana)
kepada masyarkat
4. Mengaktifkan kembali
sehingga jumlah
program UKS.
peserta didik dapat
(Analisis kebutuhan
meningkat. (Analisis
mutu)
kebutuhan Jumlah) 5. Memanfaatkan wali
murid untk
mempromosikan
sekolah kepada
masyarakat. (Analisis
kebutuhan jumlah)
6. Melaksanakan diklat
PAUD untuk
meningkatkan kinerja
dan kompetensi
pendidik agar setara
dengan S1 PAUD.
(Analisis kebutuhan
mutu)

f) Perencanaan Pengembangan Program


a. Judul
Simulasi Upaya Penyelamatan Diri Ketika Terjadi Gempa
b. Analisis Situasi
TK Aku Cinta Indonesia berada di Dali, Bou-Bou, Kecamatan Molu, Kabupaten
Pidie Jaya, Provinsi Aceh. TK ini memiliki 83 peserta didik terdiri dari 40 anak
kelompok A dan 43 anak kelompok B. TK dikepalai oleh ibu Miyati S. Pd. dengan 8
guru yang memiliki latar belakang pendidikan anak usia dini. Selain itu terdapat 3
karyawan di TK ini.
TK ini memilki luas bangunan sebesar 700 m 2 dan halaman sebesar 500 m2.
Bangunan TK ACI yaitu bangunan permanen. Sarana dan prasarana di TK ini juga
banyak terdiri dari 2 kelas TK Kelompok A, 2 kelas TK Kelompok B, ruang guru dan
karyawan, ruang UKS, perpustakaan, gedung pertemuan, 10 kamar mandi, gudang
dan dapur. Letak TK ini berada di pinggiran kota dan jauh dari jalan raya.
Ancaman yang dialami oleh TK ini yaitu bencana gempa bumi karena wilayah
Indonesia termasuk daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Hal ini
disebabkan oleh karena posisi geografisnya yang terletak pada konfigurasi geologis
pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan,
Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur.

c. Landasan Teori
1) Wilayah Indonesia Daerah Rawan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami
Wilayah Indonesia berada pada posisi geografisnya yang terletak pada
konfigurasi geologis pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng
Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra
Pasifik di bagian timur. Hal ini mengakibatkan Wilayah Indonesia rawan
mengalami gempa bumi yang dapat mengakibatkan bencana tsunami.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba sehingga menciptakan
gelombang seismik. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak
bumi (lempeng bumi). Sedangkan tsunami adalah serangkaian gelombang air laut
besar hingga menghantam pesisir dengan kecepatan tinggi.
Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara
(Nias) pada tahun 2004 dan tsunami di Mentawai pada tahun 2010 serta yang
lainnya telah memberikan banyak pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dan
dunia bahwa dampak yang ditimbulkan seperti banyaknya korban jiwa dan
besarnya kerugian harta benda dalam kejadian tersebut disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan ketidaksiapan masyarakat dalam mengantisipasi
datangnya bencana.
2) Pentingnya Kesadaran Akan Pentingnya Pengetahuan Dalam Upaya Penyelamatan
Diri Dari Bencana Gempa Bumi Pada Anak Usia Dini
Kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi maupun menyelamatkan diri
ketika tejadi bencana gempa bumi perlu dibangun sejak anak usia dini. Anak usia
dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun (menurut Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 : 2003). Menurut Slemet Suyanto (2005:6) ada teori yang
menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan
80% kecerdasan tercapai pada usia delapan tahun. Pada masa ini apa pun yang
diajarkan oleh lingkungan akan mudah diserap anak sehingga dapat lebih masuk
ke dalam pemahaman anak untuk nantinya dapat diterapkan anak.
Hal ini sesuai oleh pendapat John Locke (dalam George S. Morrison, 2012 :
62) yang menyatakan bahwa anak-anak terlahir seperti kertas putih dan
pengalaman anak akan menentukan apa mereka kelak. Pendapat tersebut kenal
dengan teori Tabula rasa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan apa bila sejak usia
dini anak sudah dibekali pengetahuan tentang gempa bumi, upaya mendeteksi, dan
upaya menyelamatkan diri maka membuat anak siap menghadapi bencana gempa
bumi yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Pemberian stimulasi dapat dilakukan oleh
pendidik dengan kegiatan atau program simulasi. Hal ini bertujuan agar anak tidak
hanya sekedar tahu cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi, namun juga
anak dapat mempraktikkannya sehingga anak menjadi paham. Kegiatan simulasi
dapat dilaksanakan dengan bekerjasama Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) setempat.

3) Elemen Kunci Dalam Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami
1. Pengetahuan tentang risiko
Risiko akan muncul dari kombinasi adanya bahaya dan kerentanan di lokasi
tertentu. Kajian terhadap risiko bencana memerlukan pengumpulan dan analisis
data yang sistematis serta harus mempertimbangkan sifat dinamis dari bahaya dan
kerentanan yang muncul dari berbagai proses seperti perubahan pemanfaatan
lahan, penurunan kualitas lingkungan, dan perubahan iklim.
2. Pemantauan dan layanan
Pemantauan dan Layanan Peringatan Layanan peringatan merupakan inti dari
sistem. Dalam hal ini diperlukan adanya dasar-dasar ilmiah yang kuat untuk dapat
memperkirakan dan meramalkan munculnya bahaya, serta harus ada sistem
peramalan dan peringatan yang andal untuk dioperasikan 24 jam sehari.
3. Penyebarluasan dan komunikasi
Peringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang
jelas dan berisi empat unsur kunci dari sistem peringatan dini yang terpusat pada
masyarakat. Informasi sederhana namun berguna sangatlah penting untuk
melakukan tanggapan yang tepat, dimana akan membantu menyelamatkan jiwa
dan kehidupan. Sistem komunikasi tingkat regional, nasional dan masyarakat
harus diidentifikasi dahulu serta pemegang kewenangan yang sesuai harus
terbentuk. Penggunaan berbagai saluran komunikasi sangat perlu untuk
memastikan agar sebanyak mungkin orang yang diberi peringatan, guna
menghindari terjadinya kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus untuk
memperkuat pesan peringatan.
4. Kemampuan merespon
Beberapa hal yang dianggap penting bahwa masyarakat harus memahami
bahaya yang mengancam mereka dan mereka harus mamatuhi layanan peringatan
serta mengetahui bagaimana mereka harus bereaksi. Program pendidikan dan
kesiapsiagaan juga memainkan peranan penting disini. Selanjutnya juga penting
bahwa rencana penanganan bencana dapat dilaksanakan secara tepat, serta sudah
dilakukan dengan baik dan sudah teruji. Masyarakat harus mendapat informasi
selengkapnya tentang pilihan-pilihan untuk perilaku yang aman, ketersediaan rute
atau jalur penyelamatan diri, dan cara terbaik untuk menghindari kerusakan dan
kehilangan harta benda. Peringatan harus menjangkau semua orang yang
terancam bahaya.

4) Prosedur Penyelamatan Diri


Prosedur penyelamatan diri dilakukan secara tiga tahap, yaitu: Saat terjadi
gempa bumi, dimana hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi.
Misalnya: jangan panik, mencari tempat aman untuk berlindung, lindungi kepala,
dan sebagainya.
Setelah terjadi gempa bumi, dimana hal-hal yang mesti dilakukan sesaat
setelah terjadi gempa bumi. Misalnya: segera keluar dengan tertib dan teratur,
mencari lapangan/ tempat yang terbuka, segera matikan listrik dan kompor,
berikan pertolongan pertama pada korban yg luka, dan sebagainya.
Ketika gempa bumi berpotensi tsunami, dimana hal yang harus diperhatikan
ketika mendapatkan informasi bahwa gempa bumi menimbulkan tsunami.
Misalnya: mencari tahu kebenaran informasi, lakukan evakuasi ke daerah aman
tsunami, ikuti jalur evakuasi setempat, hindari jalan yang rentan, dan sebagainya.
d. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pentingnya pengetahuan dan kemampuan yang tepat dalam proses penyelamatan diri
saat terjadi gempa bumi.
e. Tujuan Kegiatan
1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman dasar tentang sistem peringatan dini
dan penyelamatan diri saat gempa bumi.
2. Memberikan pengalaman nyata tentang proses penyelamatan diri saat terjadi
gempa bumi.
f. Manfaat Kegiatan
1. Menambah pengetahuan warga sekolah khususnya anak-anak untuk mengetahui
apa itu bencana gempa bumi.
2. Memberi pengetahuan anak tentang cara penyelamatan diri saat terjadi gempa
bumi, utamanya apabila berada di ruangan.
3. Menambah kesiapan peserta didik dalam menghadapi bencana gempa bumi yang
kapan saja bisa terjadi.
g. Kerangka Pemecahan Masalah
Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga pemerintah non
departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik
Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang
ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dalam pelaksanaan
program simulasi ini pihak TK akan bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Pidie
Jaya. Melalui kegiatan simulasi ini diharapkan menambah wawasan dan kesiapan
warga sekolah terutama peserta didik dalam mewaspadai gejala gempa bumi dan
proses menyelamatkan diri ketika terjadi gempa bumi dengan tepat.

h. Khalayak Sasaran
Sasaran dalam program ini yaitu seluruh warga sekolah, utamanya peserta didik,
rinciannya yaitu : 83 peserta didik terdiri dari 40 anak kelompok A dan 43 anak
kelompok B; kepala sekolah; 8 guru ; dan 3 karyawan.

i. Metode Kegiatan
Metode dalam program ini yaitu table top simulation (TTS) atau simulasi dalam
ruang. TTS adalah sebuah metode yang dapat digunakan untuk menguji kesiapsiagaan
berbagai elemen terkait penanggulangan bencana, melalui analisis reaksi peserta uji
melalui skenario bencana tertentuRancangan Evaluasi
Diskusi dan tanya jawab dilakukan untuk lebih menggali pemahaman anak-anak
dalam menyerap pengetahuan baru tentang menyelamatkan diri ketika terjadi bencana
gempa bumi.

j. Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh guru selama program berlangsung yaitu ketika proses
simulasi ketia anak-anak diminta mempraktikkan upaya menyelamatkan diri dengan
benar sesuai yang diajarkan oleh pihak BPBD. Selain itu pada waktu refleksi
dilakukan diskusi dan tanya jawab menganai gempa bumi dan upaya yang
penyelamatan diri dengan tepat. Guru mencoba menggali pemahaman anak setelah
dilakukannya program simulasi. Guru juga meminta beberapa anak mempraktikkan
kembali upaya penyelamatan diri apakah sudah tepat atau belum.

k. Rencana dan Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Januari Bulan Februari


Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan rencana pelaksanaan X X
program
2 Koordinasi dengan BPPT X X X
3 Pelaksanaan program dan evaluasi X
4 Pembuatan laporan X
pertanggungjawaban pelaksanaan
program

l. Organisasi Pelaksana
Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga pemerintah non
departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik
Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang
ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pada program ini
organisasi pelaksananya yaitu BPBD kabupaten Pidie Jaya.

m. Rencana Anggaran
- Kenang-kenangan untuk pihak BPPT Rp 200.000,00
- Konsumsi :
Nasi kotak 100 x @ Rp 8.000,00 = Rp 800.000,00
Air mineral 100 x @ Rp 1.500,00 = Rp 150.000,00
Jumlah konsumsi Rp 950.000,00+
Total anggaran Rp 1.150.000,00
n. Lampiran

Daftar Pustaka
BPBD... Modul Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dan Tsunami. Diakses di
http://bpbd.banyuwangikab.go.id/docpub/Modul_Sistem_Peringatan_Dini_Gem
pa_Bumi_dan_Tsunami.pdf pada hari Selasa tanggal 3 Januari 2017 Pukul 13.27
WIB.
Slamet Suyanto. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat
Publishing.
George S. Morrison. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta:
PT Indeks.
Yenina Akmal. 2013. Program Pendampingan PAUD Di Lembaga PAUD Cendana
Yang Berada di Rw 06 dan PAUD Cemara yang berada di RW )& Kelurahan
Kayu Putih Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Diakses di
https://yeninaakmal.wordpress.com/2013/06/20/program-pendampingan-paud-
di-lembaga-paud-cendana-yang-berada-di-rw-06-dan-paud-cemara-yang-
berada-di-rw-07-keluarahan-kayu-putih-kecamatan-pulogadung-jakarta-timur
pada hari Sabtu tanggal 31 Desember 2016 Pukul 12.05 WIB.
.... Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Diakses di https://id.m.wikipedia.org
pada hari Selasa tanggal 3 Januari 2017 Pukul 21.03 WIB.
... 2003. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20...

Gambaran Skenario Program Simulasi Upaya Penyelamatan Diri Ketika Terjadi


Gempa

Waktu Kegiatan Keterangan Penanggung


jawab
06.00-07.00 Persiapan - Guru dan pihak BPBD Guru dan pihak
melakukan penataan
ruangan di gendung BPBDP
serbaguna
- Pemasangan LCD dan
alat-alat yang dibutuhkan
dalam program
07.00-07.30 Pembukaan - Anak-anak dan seluruh Guru
warga sekolah
dipersiapkan di gedung
serbaguna
- Penjelasan kegiatan yang
akan dilakukan
07.30-08.00 Materi - Pihak BPBD BPBD
memperkenalkan diri
- Pemaparan materi dengan
media video maupun
gambar yang ditampilkan
di LCD mengenai gempa
bumi
08.00-08.45 Simulasi - BPBD medemontrasikan BPBD dan
cara menyelamatkan diri Guru
ketika terjadi gempa bumi
- Pengaturan suasana seperti
biasa dan membunyikan
sirine tanda adanya gempa
bumi.
- Anak-anak diminta
mempraktikkan
penyelamatan diri apabila
berada di ruangan ketika
terjadi gempa
- Guru mengamati siswa
untuk melihat kemampuan
anak dalam
mempraktikkan cara
penyelamatan diri yang
tepat
08.45-09.20 Istirahat Cuci tangan dan makan
09.20-09.50 Refleksi - Anak-anak diajak Guru dan
berdiskusi dan diminta BPBD
menjawab pertanyaan guru
tentang gempa bumi dan
upaya penyelamatan diri.
- Beberapa anak diminta
mempraktikkan kembali
cara menyelamatkan diri
ketika ada gempa bumi.
09.50-10.00 Penutup - Pihak BPBD bersama guru Guru dan
menutup program kegiatan BPBD
simulasi
- Anak-anak berdoa dan
pulang

Anda mungkin juga menyukai