Dosen Pengampu :
Disusun oleh
Kelompok 2
Tingkat : II B
TAHUN 2020
Tema : Keperawatan Komunitas
Topik : COVID-19
Masalah Penelitian : Pencegahan COVID-19/Peran Vitamin D
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah
Vitamin D telah terbukti mengurangi risiko masuk angin. Ini juga meningkatkan
seluler kekebalan, memodulasi imunitas adaptif, dan meningkatkan ekspresi terkait
antioksidan gen. Oleh karena itu, beberapa penulis mengusulkan suplemen Vitamin D untuk
mencegah dan mengobati Covid-2019. Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam
lemak prohormon. Vitamin D dikenal juga dengan nama kalsiferol. Penamaan ini
berdasarkan International Union of Pure and Applied Chemist (IUPAC).
Dampak
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
(FKKMK) UGM, Prof.dr. Madarina Julia, Sp.A(K),MPH.,Ph.D., mengatakan bahwa tubuh
manusia memerlukan sinar matahari untuk membantu meningkatkan produksi vitamin D
didalam tubuh. Vitamin D ini punya efek imunomodulator yang bisa memperbaiki system
imun tubuh, sistem imun merupakan pertahanan tubuh dalam melawan virus dan bakteri
penyebab penyakit. Sementara itu, jika tubuh kekurangan vitamin D dapat menghambat
pertumbuhan dan rentan terinfeksi virus maupun bakteri, Prof. Mardiana menyampaikan
waktu yang tepat untuk berjemur guna mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup bisa
dimulai dari jam 10.00 sampai 15.00, jangan dilakukan lebih pagi karena paparan sinar
mataharinya tidak mencukupi. (Prof. Mardiana, 2020)
Area Spesifik
Vitamin D terbentuk pada kulit, dengan bantuan radiasi sinar ultraviolet B (Ultraviolet
B/UVB) yang mengenai 7-degidrokolesterol pada kulit, diikuti dengan reaksi termal. Vitamin
D akan diubah menjadi bentuk aktif 25(OH)D di liver dan 1,25(OH)2D atau kalsitriol di
ginjal. Sebagian besar efek vitamin D terjadi karena kalsitriol berikatan dengan reseptor
vitamin D pada inti sel. Reseptor tersebut adalah protein pengikat DNA yang secara langsung
berinteraksi dengan sekuens regulator yang berdekatan dengan gen target dan menghimpum
kompleks kromatin aktif yang berperan secara genetik dan epigenetik dalam proses
modifikasi transkripsi. Fungsi lain kalsitriol adalah mengatur konsentrasi kalsium serum,
yang memiliki mekanisme umpan balik dengan hormon paratiroid.
Elaborasi
Dipimpin oleh Northwestern University, tim peneliti melakukan analisis statistik data
dari rumah sakit dan klinik di seluruh China, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan,
Spanyol, Swiss, Inggris Raya, dan Amerika Serikat. Para peneliti mencatat bahwa pasien dari
negara-negara dengan tingkat kematian COVID-19 yang tinggi, seperti Italia, Spanyol dan
Inggris, memiliki tingkat vitamin D yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien di negara-
negara yang tidak terkena dampak parah.
Di Irlandia, sebagai konsekuensi dari asupan makanan yang buruk, tingkat
suplementasi yang rendah dan paparan sinar matahari yang kurang optimal, prevalensi
defisiensi vitamin D tinggi, terutama di kalangan orang dewasa yang lebih tua, konstituensi
yang paling rentan terhadap kematian Covid-19. Dalam sampel representatif nasional
terakhir, 35,7% orang dewasa berusia 50-64 tahun, dan 44,0% orang dewasa berusia 65-84
tahun memiliki kadar vitamin D serum kurang dari 50nmol / l pada basis sepanjang tahun,
sementara angka ini naik menjadi 55,4 % dan 48,1% masing-masing di musim dingin. Data
ini sangat penting, karena mereka menyarankan bahwa setengah dari orang dewasa yang
lebih tua saat ini memiliki kadar vitamin D serum di bawah ambang batas di mana risiko
infeksi pernafasan virus diketahui meningkat. Juga patut dicatat bahwa kadar vitamin D
bahkan lebih buruk di antara pasien rawat inap di rumah sakit dan rumah sakit di Irlandia,
dengan 37-42% dari orang-orang ini memiliki kadar serum kurang dari 25nmol/l.
Dalam sebuah tinjauan yang melibatkan 11.321 orang dari 14 negara, dilaporkan
bahwa konsumsi suplemen vitamin D menurunkan risiko infeksi pernapasan akut. Efek
perlindungan tersebut paling dirasakan oleh responden dengan kadar vitamin D yang rendah
di dalam tubuh mereka.
Sementara itu dalam penelitian lain, suplemen vitamin D telah terbukti dapat
mengurangi angka kematian pada orang dewasa yang lebih tua dan berisiko memiliki dan
mengembangan penyakit pernapasan seperti COVID-19.
Kontroversi
Defisiensi atau kekurangan vitamin D juga bisa menurunkan fungsi paru-
paru, yang berisiko memengaruhi kemampuan tubuh dalam melawan infeksi saluran
pernapasan. Untuk dapat mengetahui peran Vitamin D pada pencegahan COVID-19 maka
perlu adanya studi untuk membuktikan tindakan ini dalam pencegahan COVID-19.
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran vitamin D dalam pencegahan covid-19
b. Tujuan Khusus
1.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Pengertian COVID-19
Coronavirus adalah jenis virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit dengan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
b. Penyebab
Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
umunya ditemukan pada hewan seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan
kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan
hewan tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan.
Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan, China menunjukkan bahwa
coronavirus dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Virus bisa ditularkan lewat
droplet, yaitu partikel air yang berukuran sangat kecil dan biasanya keluar saat
batuk atau bersin. Apabila droplet tersebut terhirup atau mengenai lapisan kornea
mata, seseorang berisiko untuk tertular penyakit ini.
d. Diagnosis
Infeksi coronavirus umumnya diketahui melalui gejala dan pemeriksaan fisik
yang dikeluhkan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan
penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis COVID-19 didasari
dengan pemeriksaan penunjang. CT scan toraks non kontras merupakan pemeriksaan
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi COVID-19. Nucleic Acid Amplification
Test (NAAT) dan tes serologi merupakan tes diagnostik untuk mengonfirmasi
diagnosis COVID-19. Selain itu, pemeriksaan penunjang lainnya adalah Pemeriksaan
Laboratorium dan Pemeriksaan Darah, Analisa Gas Darah (AGD).