Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOKARD INFARK

Dosen Pengampu :Ismar Agustin, S.Kp.,M.Kes

Dr.Mulyadi,S.Kp,M.Kep

Disusun Oleh :

Putri Wulandari

NIM. PO.71.20.1.18.069

Tingkat II B

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOKARD INFARK

1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
c. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung
d. Riwayat miokard infark sebelumnya, hypertensi, DM, hiperkolesterol, angina
pectoris, penggunaan kontrasepsi oral
e. Nyeri seperti ditusuk, diremas, ditindih benda beratpada lengan, bahu, leher,
punggung, rahang
f. Riwayat merokok, stress, pola makan
g. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-
debar

 Pengkajian Primer
1.   Airways
      a. Sumbatan atau penumpukan sekret
      b. Wheezing atau krekles
2.  Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun.
 Pengkajian Sekunder
1.  Aktifitas
     Gejala : Kelemahan,  Kelelahan, Tidak dapat tidur,  Pola hidup menetap,  Jadwal olah
raga,   tidak teratur
     Tanda :  Takikardi,  Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2. Sirkulasi
   Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah: Dapat normal / naik / turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri.
- Nadi: Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
- Bunyi jantung:  Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
- Murmur:  Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung.
 - Friksi ; dicurigai Perikarditis.
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur.
- Edema: Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
- Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukosa atau bibir.
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga. Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
     Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5.  Makanan atau cairan
      Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
    Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
     Badan.
6. Higiene
     Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7.  Neurosensori
     Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
     Tanda : perubahan mental, kelemahan.
8.  Nyeri atau ketidaknyamanan
     Gejala :
-  Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral).
-  Lokasi :Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
- Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
-  Intensitas :Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus ,  hipertensi, lansia.
9.  Pernafasan
      Gejala :
· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
· dispnea nokturnal
· batuk dengan atau tanpa produksi sputum
· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
· peningkatan frekuensi pernafasan
· nafas sesak / kuat
· pucat, sianosis
· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.
10. Interaksi sosial
Gejala :
Stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada misal penyakit, perawatan di
RS.
Tanda :
Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus,
takut),  Menarik diri.

Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds: Iskemia otot jantung Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri dada kiri seperti
ditekan dan nyeri ulu hati dengan
skala nyeri 6 (rentang 0–10 )
Do:
-      Ekspresi wajah tegang
-      Klien tampak meringis kesakitan
menahan sakit
-      TD : 146 / 95 mmHg
-      Nadi : 97 x/menit
2 Ds : Penurunan Penurunan curah
Klien mengatakan badannya terasa kontraktilitas jantung
lemes dan mudah capek miokard
Do:
-      EKG : ST elevasi dan Q patologis
-      Klien tampak lemah
-      TD : 146 / 95 mmHg
-      Nadi : 97 x/menit
-      Cardiomegali
3 Ds: Ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas
Klien mengatakan dada kiri terasa antara suplai oksigen
sakit dan badannya terasa lemah miokard dan
Do: kebutuhan tubuh
-      Klien tampak lemah
-      TD : 146 / 95 mmHg
-      Nadi : 97 x/menit
-      ADL dibantu keluarga dan
perawat

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penurunan aliran darah/ iskemia miocard.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokard
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan iskemik jaringan miokard

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan 1. Manajemen Nyeri
dengan penurunan aliran 1.1 Definisi
darah/ iskemia miocard. Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan.
1.2 Tindakan
1.2.1 Observasi
- Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,int
ensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi daktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
1.2.2 Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang mempeprberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
1.2.3 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
1.2.4 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Edukasi manajemen nyeri
2.1 Definisi
Mengajarkan pengelolaan suhu tubuh yang lebih
dari normal
2.2 Tindakan
2.2.1 Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2.2.2 Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
2.2.3 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2 Penurunan curah jantung 1. Perawatan jantung
berhubungan dengan 1.1 Definisi
kontraktilitas miokard Mengidentifikasi, merawat dan membatasi
komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai
dan konsumsi oksigen miokard
1.2 Tindakan
1.2.1 Observasi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan,
edema, ortopnea,paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
curah jantung (meliputi peningkatan berat
badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada ( mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP,NT pro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nasi
sebelum pemberian obat (mis. Beta blocker,
ACE inhibitor, calcium channel blocker,
digoksin)
1.2.2 Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler atau fowler
dengan kaki bawah atau posisi nyaman
- Berikan duet jantung yang sesuai (mis batasi
asupan kafein,natrium,kolesterol, dan makanan
tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres,
jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
1.2.3 Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
1.2.4 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Pemantauan Tanda vital
2.1 Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data hasil
pengukuran fungsi vital kardiovaskuler, pernapasan
dan suhu tubuh
2.2 Tindakan
2.2.1 Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi,kekuatan,irama)
- Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor oksimetri nadi
- Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
2.2.2 Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
2.2.3 Edukasi
- Jelaskan tujuan danprosedur pemantaun
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Intoleransi aktifitas 1. Manajemen energi
berhubungan dengan iskemik 1.1 Definisi
jaringan miokard Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan
dan mengoptimalkan proses pemulihan
1.2 Tindakan
1.2.1 Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
1.2.2 Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
1.2.3 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
1.2.4 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

Intervensi Utama : Manajemen Nyeri


SOP Latihan Napas Dalam
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

A.     Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,
2002).
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen,
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus
nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1998)
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri kronis.Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh
dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Ns.Eni
Kusyati,S,Kep,Dkk hal 198, 2006)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode efektif
untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.
B.     Jenis-jenis nafas dalam
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas terdiri atas :
a. Pernafasan Diafragma
- Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
- Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke
kanan, mendatar atau setengah duduk.
- Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang
lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk
bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun
pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot
bantu napas relaksasi.
- Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut
(pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan
memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat
berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan
meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
- Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk
menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas
dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
b. Pursed lips breathing
- Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik
napas dalam) dengan mulut tertutup
-  Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi
seperti bersiul
- PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi
- Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung
- Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga
mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus
sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu
ekspirasi.
C.     Tujuan nafas dalam pada pasien gangguan jiwa
1.      Mengurangi stress
2.      Menurunkan rasa nyeri
3.      Menurunkan kecemasan
D.     Manfaat teknik relaksasi nafas dalam
 Ketentraman hati
 Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
 Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
 Detak jantung lebih rendah
 Mengurangi tekanan darah
 Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
 Tidur lelap
 Kesehatan mental menjadi lebih baik
 Daya ingat lebih baik
 Meningkatkan daya berpikir logis
 Meningkatkan kreativitas
 Meningkatkan keyakinan
 Meningkatkan daya kemauan
 Intuisi
 Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
E.      Persiapan melakukan relaksasi nafas dalam
 Pastikan anda dalam keadaan tenang dan santai (rileks).
 Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika anda di kerjaan atau di
rumah).
 Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau
sholawat.
F.      Teknik nafas dalam
 Cuci tangan.
  Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien
 Atur posisi nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk ditempat tidur atau
telentang.
 Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal.
 Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga. 
 Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung
dengan bibir tertutup.
 Kemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan
menghembuskan  napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup
( purse lips breathing).
 Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari.
 Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam.
 Cuci tangan.

SOP LATIHAN NAPAS DALAM


PENGERTIAN
Melatih pasien melakukan nafas dalam
TUJUAN   
1.  Meningkatkan kapasitas paru
2.    Meningkatkan ventilasi
INDIKASI      
1.   Pasien dengan nyeri
2.    Pasien dengan hipoventilasi
3.    Pasien dengan peningkatan produksi sputum
4.    Pasien dengan mobilisasi sekret tertahan (atelektaksis, abses paru, pneumonia, post
       operative)
5.     Pasien  neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk

PROSEDUR KEPERAWATAN

NO LANGKAH – LANGKAH NILAI


0 1 2
A TAHAP PRA-INTERAKSI
1 Periksa catatan perawatan dan catatan medis
pasien
2 Kaji dan cek keadaan dan  kebutuhan pasien
3 Siapkan peralatan
4 Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi
perasaan pasien
B TAHAP ORIENTASI
1 Beri salam dan panggil pasien dengan nama
yang ia sukai
2 Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang
ada pada pasien.
3 Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya sebelum tindakan
dimulai.
4 Mintalah persetujuan pasien sebelum
memulai tindakan
C TAHAP KERJA
1 Cuci tangan

2 Menjaga privasi pasien


3     Meminta pasien meletakkan satu tangan di
dada dan satu tangan di abdomen
4 Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam    melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5 Meminta pasien merasakan mengembangnya
abdomen (cegah lengkung pada punggung)

6 In  Meminta pasien menahan nafas hingga 3


hitungan
7      Meminta menghembuskan nafas perlahan
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
8 B   Meminta pasien merasakan
mengempisnya abdomen dan kontraksi dari
otot
9 A   Merapikan pasien
D TAHAP TERMINASI
1 Rapikan peralatan
2 Observasi respon/ evaluasi pasien setelah
tindakan
3 Cuci tangan
4 Dokumentasikan hasil dan tindakan yang
dilakukan
E TOTAL NILAI

Keterangan :
0 = tidak dilakukan, 1=dilakukan tapi tidak sempurna, 2= dilakukan dengan sempurna
Nilai = { jumlah nilai yg didapat / jumlah asek yg dinilai (x2) }× 100%
Sumber :                                                                                         
Tisnawati. 2017. Sop Latihan Nafas Dalam.http://tisnawati-tis.blogspot.com/2017/03/sop-
latihan-napas-dalam.html?m=1. Diakses pada tanggal 21 April 2020.

SOP LATIHAN NAPAS DALAM

Definisi Deep breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik


bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh
Tujuan a. untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta
mengurangi kerja pernapasan
b. meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan
menghilangkan ansietas
c. mencegah pola aktifitas otot pernapasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang
terperangkap serta mengurangi kerja bernafas
Indikasi dan a. Indikasi Deep breathing exercise dapat diberikan kepada seluruh
Kontraindikasi penderita dengan status pasien yang hemodinamik stabil, pasien CHF
NYHA II dan III
b. Kontraindikasi Klien mengalami perubahan kondisi nyeri berat,
sesak nafas berat dan emergency
Prosedur a. Persiapan alat : Bantal sesuai kebutuhan dan kenyamanan klien,
Tempat tidur IGD dengan pengaturan sesuai, kenyamanan klien, Tissue,
Bengkok
b. Persiapan klien : kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakan latihan nafas/ deep breathing exercise
c. Persiapan lingkungan : ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
pasien, jaga privacy klien
Pelaksanaan
1. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur.
2. Mengidentifikasi status pasien yang hemodinamik stabil, pasien CHF NYHA II dan III
3. Melakukan pemeriksaan terhadap status pernapasan.
4. Mengidentifikasi klien tidak dalam kondisi nyeri berat, sesak nafas berat dan emergency.
5. Memastikan klien dalam kondisi sadar dan dapat mengikuti perintah dengan baik.
6. Mengatur posisi klien berbaring di atas tempat tidur kepala lebih tinggi, bila
memungkinkan dengan posisi semi fowler atau fowler/duduk.
7. Mengatur posisi bantal sesuai kebutuhan untuk kenyamanan klien.
8. Apabila terdapat akumulasi sekret. Mengajarkan batuk efektif (dengan menarik nafas
dalam dan secara perlahan melalui hidung dan mulut, tahan 1-5 hitungan, kemudian mulai
batuk dengan hentakan lembut, tampung dahak pada bengkok). Bila perlu suction sesuai
indikasi untuk membantu mengeluarkan sekret dari jalan nafas bawah.
9. Mengajarkan klien menghirup nafas secara perlahan dan dalam melalui mulut dan hidung,
sampai perut terdorong maksimal/mengembang. Menahan nafas 1-6 hitungan, selanjutnya
menghembuskan udara secara hemat melalui mulut dengan bibir terkatup secara perlahan.
10. Meminta klien untuk melakukan latihan secara mandiri dengan 30 kali latihan nafas
dalam selama 30 menit dengan diselingi istirahat 30 menit. Latihan dilaksanakan sebanyak 6
kali sehari pada siang hari selama 4 hari. Setiap latihan dibagi dalam 3 fase masingmasing
selama 10 menit sesuai toleransi klien dengan jeda batuk efektif.
11. Melakukan pengawasan keteraturan kemampuan latihan serta antisipasi terhadap toleransi
kemampuan dan perkembangan kondisi klien.
12. Melakukan pemeriksaan status pernapasan.
13. Membereskan alat dan mencuci tangan sesuai prosedur.
14. Melaksanakan dokumentasi tindakan.
Sumber : https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-13923-lampiran
%201%20SOP%20Deep%20breathing%20%20exercise.Image.Marked.pdf

MELATIH NAFAS DALAM

Pengertian Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahandan


menggunakan diafragma sehingga memungkinkan abdomen
terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
(Parsadi,dkk,2020).
Latihan napas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini
merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan
dalam berbagai rutinitass guna mendapatkan efek relaks.
Praktik jangka panjang dari latihan pernapasan dalam akan
memperbaiki kesehatan. Bernapas plan adalah bentuk paling
sehat dalam (Brunner & Suddarth,2002).

Tujuan a. Meningkatkan kapasitas paru


b. Mencegah atelektasis
Persiapan alat dan a. Sarung tangan
bahan b. Bengkok
c. Antiseptic
d. Sputum pot
e. Tisu habis pakai
f. Air minum hangat
Cara kerja 1. Menjaga privasi pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu di
abdomen
4. Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap kering )
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
6. Meminta pasien menahan naps hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan
(lewat mulut,bibir seperti meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot
9. Memasang perlak /alas dan bengkok (dipangkuan pasien bila
duduk atau didekat mulut bila tidur miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan napas dalam 2 kali dan
yang ke 3 inspirasi tahan napas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lender dalam sputum pot
12. Merapikan pasien

Anda mungkin juga menyukai