Anda di halaman 1dari 46

ASKEP ABORTUS

Dosen Pengampu : NS. Ratna Ningsih, M.Kep, Sp.Kep.Mat


Disusun oleh
Kelompok 3
1. Putri Wulandari
2. RA. Dhiyaa Ardelia
3. Rara
4. Ratih Billahi
5. Ria Indriani
6. Rido Fachri
7. Rika Oktarina
8. Riska Tri Komala
9. Rizky Yulinda
10. Rylis Triany
11. Yolanda
12. Yuni Wulandari

DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN
1 AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“AsuhanKeperawatan Abortus”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari selaku dosen
Keperawatan Maternitas.Sesuai dengan tugas yang diberikan.Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari Ibu serta rekan-rekan sekalian sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam makalah ini dan menyempurnakannya sehingga menjadi sumber
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah berperan dalam
penyusunan makalah ini mulai dari awal penyusunan hingga penyelesaian
makalah.Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas yang diberikan dan dapat
menjadi acuan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik lagi.

Palembang,12 April 2020

Penyusun

Kelompok3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan............................................................................................... 2
1.4. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II: TINJAUAN TEORI............................................................................ 3
2.1 Pengertian Abortus............................................................................5
2.2 Penyebab Abortus.............................................................................5
2.3 Patofisiologi......................................................................................8
2.4.Macam macam Abortus ................................................................... 9
2.5. Tabel diagnosa ................................................................................. 16
2.6. Komplikasi ...................................................................................... 18
2.7. Hukum Abortus ............................................................................... 19
2.8. Contoh Laporan kasus ..................................................................... 20
BAB III : PENUTUP........................................................................................ 30
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 30
4.2 Saran.................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss.Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan
pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.Sementara itu, dari
kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik.
Sekitar  5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran  2 kali
yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran
berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam.Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan.Kalau
dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor  baik dari ibu maupun dari janin,
oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada
ibu hamil untuk  selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap
komplikasi yang terjadi.
            Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya
keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta
tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat
remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas
seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri.
Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan
reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri.Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang
menantang.Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan
hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko
yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran”
seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan
sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi .
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. 

1. 2    Rumusan Masalah


1.        Apakah pengertian abortus?
2.        Apa saja penyebab abortus?
3.        Bagaimana patofisiologi abortus?
4.        Apa saja macam-macam abortus?
5.        Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6.        Bagaimana komplikasi akibat abortus?

1. 3   Tujuan
A. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan
penatalaksanaan dari abortus.
B.  Tujuan khusus
1.    Menjelaskan pengertian abortus
2.    Menjelaskan penyebab abortus
3.    Menjelaskan patofisiologi abortus
4.    Menyebutkan macam-macam abortus
5.    Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6.    Menjelaskan komplikasi akibat abortus

1. 4   Manfaat
a. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.
b. Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus.
c.  Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi
kesehatan agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

21 Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara
500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

22 Penyebab Abortus
1.    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1)    Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang
sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan
pula kelainan kromosom seks.
2)    Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.Bisa juga karena gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3)    Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol,
kafein, dan lainnya.

2.    Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi


menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin.Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus.Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga
menimbulkan keguguran.

3.    Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin
akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik
akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian
janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan
peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4.    Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.

5.    Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.

6.    Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7.    Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
8.    Penyebab dari segi Maternal
1)    Penyebab secara umum:
(1) Infeksi
a.    Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b.     Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c.     Parasit, misalnya malaria.
(2) Infeksi kronis
a.     Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b.     Tuberkulosis paru aktif.
c.     Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d.  Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e.     Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f.      Trauma fisik.
2)   Penyebab yang bersifat lokal:
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversi kronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.

9.    Penyebab dari segi Janin


1)   Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2)   Mola hidatidosa.
3)   Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4)  Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6)  Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
23 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
2.4 WOC

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma Gangguan faal


endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Abortus Spontan Retensi Janin Abortus Resiko


Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Imminens Perdarahan, bercak ada


ancaman kehamilan

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang


pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan

2.5 Macam-macam Abortus


 1.    Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung
beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita
yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada
bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin
mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi.Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau
dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit,
sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan
bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan
pertumbuhan dalam rahim.
A.  Diagnosa pada abortus imminent adalah :
(1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
(2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3) Serviks dan OUE masih tertutup.
(4) PP test (+).
B.  Penanganan abortus imminens meliputi :
(1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik.
(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2.    Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)


Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,
kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan
dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung
dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri.Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.
A.   Diagnosa abortus insipiens  :
(1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest dapat positif atau negatif .
B.  Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
(1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
a.   Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4
jam bila perlu).
b.    Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a.   Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
b.   Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3.    Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).


Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.Abortus inkompletus berkaitan dengan
retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm.Dalam keadaan ini
perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan
yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
a. Diagnosa abortus inkomplit adalah:
(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak
jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.
b. Penanganan abortus inkomplit :
(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per
oral.
(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4.    Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)


Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.

A. Diagnosa abortus komplets adalah : 


(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil   

      
B.  Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5.    Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus
spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah
atau tidak ada akan mengalami abortus.
a.   Diagnosa abortus habitualis adalah :
(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan
vaginal tiap minggu.
(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari
vagina
(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
b.  Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnyamungkin  hanya mempunyai pengaruh psikologis.

6.    Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-
kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus
imminens.

Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan
pemasangan laminaria stift.

A.  Gejala-gejala selanjutnya ialah :

(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan
macerasi janin.

(2) Buah dada mengecil kembali.

(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung
terus.

     Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-


lambatnya 6 minggu setelah janin mati.Kalau janin mati pada kehamilan yang
masih muda sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan.Sebalikya kalau
kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal
retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed
abortion (abortus tertunda).

B. Diagnosa missed abortion adalah :

(1) Gejala subyektif kehamilan menghilang


(2) Mammae agak mengendor lagi
(3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4) Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
(5) Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah
mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6) Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah
ini perlu dilakukan.
C. Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil
konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak
jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung
janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7.    Abortus infeksiosa, abortus septik


Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus
kriminalis.Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah
terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia.Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan
darah posotif pada seperempatnya.Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob
sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi
penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter
jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera
produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul
sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif.Abortus septik juga pernah dilaporkan
menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata.
A. Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek
serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah
pada serviks uteri.

8.      Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


            80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
A. Macam-macam abortus provokatus :
1)   Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan,
biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat
dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan
(vakum) atau dengan sendok curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga
dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung
(rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup (viabel).Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi
kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah
karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and
Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
a)  Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau
mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah
memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor
lingkungan pasien.
b)  Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini
pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis
yang sama.
c)  Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan
lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2)    Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin
mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.Sebagian besar abortus
yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
  
25 Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
Perdaraha Serviks Uterus Gejala/ Diagnosi Tindakan
n tanda s
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
hingga dengan bawah imminen perdarahan
sedang usia Uterus s Istirahat
gestasi lunak Hindarkan
koitus
Sedikit Limbung Kehamila Laparotomi
membes atau n ektopik dan parsial
ar dari pingsan yang Salpingekto
normal Neri perut tergangg mi
bawah u Salpingosto
Nyeri mi
goyang
porsio
Masa
adneksa
Cairan
bebas
intraabdom
en
Tertutup/terbu Lebih Sedikit/tanp Abortus Tidak perlu
ka kecil a nyeri komplit terapi
dari usia perut bawah spesifik
gestasi Riwayat kecuali
ekspulsi perdarahan
hasil berlanjut
konsepsi atau terjadi
infeksi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
hingga usia nyeriperut insipiens
masif/ kehamila bawah
banyak n Belum
terjadi
ekspulsi
hasil
konsepsi
Kram atau Abortus Evakuasi
nyeri perut inkomplit
bawah
Ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

Terbuka Lunak Mual/ Abortus Evakuasi


dan lebih muntah mola Tatalaksana
besar Kram perut mola
dari usia bawah
gestasi Sindroma
mirip
preeklamsi
Tak ada
janin keluar
jaringan
seperti
anggur

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji oleh perawat adalah :
a. Data dasar yang meliputi :
- Aspek biologi
- Aspek psikologis
- Aspek sosial kultural
- Aspek spritual
b. Data fokus yaitu : data yang sesuai dengan kondisi pasien saat ini yang
meliputi :
- Riwayat kehamilan
- Riwayat sebelumnya, penggunaan kontrasepsi dan jenisnya, riwayat
kehamilan sebelumnya, lahir hidup atau lahir mati, riwayat haid yang
meliputi siklus haid, lama haid dan akhir hair
- Pengkajian fisik meliputi :
 Usia kehamilan saat ini, adanya tanda – tanda awal kehamilan
 Perhatian pendarahan yang terjadi
 Adanya infeksi
 Rasa nyeri pada saat terjadi pendarahan
 Ada riwayat masalah pengobatan
 Aktivitas yang dilakukan selama kehamilan
- Masalah psikologis
- Adanya dukungan dari keluarga
- Pemeriksaan LAB : pemeriksaan test kehamilan, Hb, Ht Leukosit.
- Pemeriksaan USG untuk mengetahui pertubuhan janin
- Monitor denyut jantung janin dan tinggi fundus uteri.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan
dengan kurang informasi

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
. Keperawatan dan
Tujuan
1. Nyeri akut Pain Management Pain Management
berhubungan dengan
1. Lakukan 1. Untuk memberikan
adanya kontraksi uterus
pengkajian nyeri tindakan keperawatan
dalam kehamilan muda
secara yang sesuai
Setelah dilakukan
komprehensif
tindakan keperawatan
termasuk lokasi,
selama 2 jam
karakteristik,
diharapkan nyeri akan
durasi, frekuensi,
berkurang
kualitas dan
NOC: 2. Untuk mengetahui
faktor presipitasi,.
1. Pain level kemajuan persalinan
2. Kaji kontraksi
2. Pain control dan ketidaknyamanan
uterus dan
3. Comfort level yang dirasakan ibu
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil:
(awitan,
1. Mampu
frekuensi, durasi,
mengontrol nyeri
intensitas, dan
2. Menyatakan rasa 3. Respon dari nyeri yang
nyaman gambaran dirasakan ibu.
3. Mengungkapkan ketidaknyamanan
penurunan nyeri ) 4. Dapat mengurangi
4. Menggunakan 3. Observasi reaksi faktor yang
tehnik yang tepat nonverbal dari memperparah tingkat
untuk reaksi nyeri
mempertahankan ketidaknyamanan
kontrol nyeri. 4. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi 5. Membantu mengurangi
nyeri seperti suhu nyeri
ruangan,
pencahayaan, dan 6. Untuk diberikan
kebisingan tindakan selanjutnya
5. Kurangi faktor dalam mengatasi nyeri
presipitasi nyeri yang tidak berhasil
6. Kolaborasikan tersebut
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan Analgesic administration
penanganan nyeri 1. Verifikasi dalam
yang tidak pemberian obat,
berhasil menghindari kesalahan
dalam pemberian obat
Analgesic
administration
2. Menurunkan tingkat
1. Cek instruksi nyeri dengan teknik
dokter tentang farmakologi
jenis obat, dosis
Penurunan sirkulasi darah
dan frekuensi
dapat terjadi peningkatan
kehilangan cairan
2. Kolaborasi
mengakibatkan hipotensi
dengan dokter
pemberian obat dan takikardi
analgesik pada
klien
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah diberikan
analgesik

2. Kekurangan volume NIC :


cairan berhubungan Fluid Management 1. mengetahui keadaan
dengan adanya 1. Monitor vital sign umum pasien
pendarahan 2. Monitor status 2. mengetahui
NOC:Fluid Balance, hydrasi perkembangan rehidrasi
Hydration, Intake (kelembaban 3.rehidrasi optimal
Setelah dilakukan membrane evaluasi intervensi
tindakan selama 1x24 mukosa, nadi
jam, masalah teratasi adekuat, tekanan 4. mengurangi risiko
dengan kriteria hasil: darah ortostatik), kekurangan voume
 Mempertahankan jika diperlukan cairan semakin
urin output dalam 3. Monitor masukan bertambah
batas normal sesuai makanan/ cairan 5. mengurangi risiko
dengan usia, dan dan hitung intake kekurangan voume
BB, kalori harian cairan semakin
 TD, nadi, suhu 4. Kolaborasi bertambah
tubuh dalam batas pemberian cairan 6. mengurangi risiko
normal IV kekurangan voume
 Tidak ada tanda 5. Dorong masukan cairan semakin
dehidrasi oral bertambah

 Elastisitas turgor 6. Berikan 7. mengurangi risiko

kulit baik. penggantian kekurangan voume

Membrane mukosa nasogastric sesuai cairan semakin

lembab, tidak ada output bertambah


rasa haus tambahan. 7. Atur 8. mengurangi risiko
kemungkinan kekurangan voume
transfusi cairan semakin
8. Persiapan untuk bertambah
transfuse
1. mengetahuiperkemban
gan rehidrasi
Hypovolemia 2. mencegahinfeksi dan
Management mempertahankan input
1. Monitor intake cairan yang adekuat
dan output cairan 3. mencegah masuknya
2. Pelihara IV line cairan berlebihan
3. Monitor adanya 4. mengetahui BB dan
kelebihan cairan membandingkan BB
4. Monitor BB pasien sebelum dan
5. Monitor tingkat sesudah diberikan
HB dan hemtokrit intervensi
6. Pasang urin 5. memonitor status
kateter jika kebutuhan cairan
diperlukan pasien
7. Kolaborasikan 6. mengetahui jumlah
pemberian output cairan
diuretic sesuai 7. membantu
interuksi mempermudah output
cairan, menjaga
keseimbangan cairan

3. Ansietas berhubungan NIC:


dengan kemungkinan Anxiety Reduction
akan kehilangan janin 9. Kaji, sifat, 1. mengidentifikasi
NOC: sumber dan perhatian pada bagian
Anxiety self-control, manifestasi khusus dan menentukan
anxiety level, coping. kecemasan. arah dan kemungkinan
Setelah dilakukan 10. Berikan
tindakan keperawatan informasi tentang pilihan/ intervensi.
selama (1x30 menit) penyimpangan 2. dapat menghilangkan
Ansietas klien teratasi genetic khusus, ansietas berkenaan
dengan kriteria hasil : resiko yang dengan ketidaktahuan
1. Klien mampu dalam reproduksi dan membantu keluarga
mengidentifika dan ketersediaan mengenai stress,
si dan tindakan/pilihan membuat keputusan,
mengungkapka diagnosa dan beradaptasi secara
n gejala cemas 11. Kembangkan positif terhadap pilihan.
2. Mengidentifika sikap berbagi 3. kesempatan bagi klien
si, rasa secara terus untuk mencari
mengungkapka menerus. pemecahan situasi.
n dan 12. Berikan 4. dapat menghilangkan
menunjukkan bimbingan kecemasan/ depresi
tekhnik untuk antisipasi dalam pada pasangan.
mengontrol hal perubahan
cemas fisik/psikologis.
3. Vital sign
dalam batas
normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko Infeksi f.r NIC: 


perdarahan, dan 1. Kaji kondisi 1. Perubahan yang terjadi
kondisi vulva lembab keluaran/discha pada dishart dikaji
NOC: rt yang keluar ; setiap saat dischart
1. Imune Status jumlah, warna, keluar. Adanya warna
2. Knowledge: dan bau yang lebih gelap disertai
Infection 2. Terangkan pada bau tidak enak mungkin
Control klien merupakan tanda infeksi
3. Risk Control pentingnya 2. Infeksi dapat timbul
perawatan akibat kurangnya
Setelah dilakukan
vulva selama kebersihan genital yang
tindakan keperawatan
masa lebih luar
selama 4 jam
perdarahan 3. Inkubasi kuman pada
diharapkan diharapkan
3. Lakukan area genital yang relatif
tidak terjadi infeksi
perawatan cepat dapat
Kriteria Hasil vulva menyebabkan infeksi.
4. Amati luka dari 4. Daerah ini merupakan
1. Tidak ditemukan
tanda infeksi port de entry kuman
tanda-tanda adanya
(flebitis) Penanda proses infeksi
infeksi.
5. Anjurkan pada
2. Jumlah Leukosit
ps untuk
dalam batas normal 5. Mencegah infeksi
melaporkan dan
mengenali 6. Pengertian pada keluarga
tanda-tanda sangat penting artinya
infeksi untuk kebaikan ibu;
6. Anjurkan pada senggama dalam kondisi
suami untuk perdarahan dapat

tidak memperburuk kondisi


system reproduksi ibu dan
melakukan
sekaligus meningkatkan
hubungan
resiko infeksi pada
senggama
pasangan.
se;ama masa
perdarahan

Infection Control
1. monitor tanda
1. Proteksi diri dari infeksi
dan gejala
infeksi
2. Pantau hasil
2. Mengetahui hasil
laboratorium
laboratorium status
3. Amati faktor-
imunitas terhadap
faktor yang bisa
kemungkinan infeksi
meningkatkan
infeksi
3. Mencegah infeksi
4. monitor Vital
sekunder
Sign
5. Kontrol infeksi
4. Mengetahui keadaan
6. Ajarkan tehnik
umum pasien
mencuci tangan
7. Ajarkan tanda-
5. Meningkatkan daya
tanda infeksi
tahan tubuh
8. Batasi
pengunjung
6. Mencegah terjadinya
9. Cuci tangan
perpindahan infeksi
sebelum dan
sesudah
merawat ps
7. membantu proteksi
10. Tingkatkan
infeksi
masukan gizi
yang cukup
8. Mencegah terjadinya
11. Anjurkan
infeksi
istirahat cukup
12. Pastikan
9. Mencegah terjadinya
penanganan
infeksi
aseptic daerah
IV
13. Berikan PEN-
10. Meningkatkan asupan
KES tentang
nutrisi pasien agar
risk infeksi
meningkatkan status
imunisasi
11. Meningkatkan relaksasi
12. Mencegah terjadinya
infeksi melalui IV
13. Meningkatkan
pengetahuan pasien
terhadap risiko infeksi

4. Defisiensi pengetahuan NIC: teaching 1. Untuk mengetahui


sebab – sebab disease process pengetahuan pasien
terjadinya keguguran 1. Kaji tingkat tentang penyakitnya
berhubungan dengan pengetahuan 2. Agar pasien mengetahui
kurang informasi. pasien sebab adanya gangguan
Setelah di berikan 2. Jelaskan pada dari kehamilan
asuhan keperawatan pasien tentang 3. Untuk mengetahui
selama 1×1 jam penyebab dari perkembangan
diharapkan terjadi gangguan kehamilan pasien
peningkatan kehamilan,
pengetahuan pasien misalnya adanya
dan keluarga dengan penyakit ibu,
kriteria hasil : kelainan traktur
genitalis, trauma,
Knowledge : disease
gizi
process, health
3. Anjurkan untuk
behavior
memeriksakan
1. Pasien/Keluarg kehamilan secara
a dapat teratur
menyebutkan
penyebab
abortus
2. Pasien/keluarg
a dapat
menyebutkan
kembali tanda
gejala abortus
3. Pasien/keluarg
a dapat
menyebutkan
kembali efek
samping
abortus
4. Pasien/keluarg
a dapat
menyebutkan
kembali
penanganan
terhadap efek
samping yang
timbul akibat
abortus

2.6 Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
1.      Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah.Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3.      Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah
lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti
bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang
meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia
trachomatis menyebabkan abortus pada manusia.Herpes simpleks dilaporkan
berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital
pada awal kehamilan.Abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas
sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
 4.      Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank
karena infeksi berat (syok endoseptik).

2.7 Hukum Abortus Menurut Undang- Undang


Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :
Pasal 229
1.      Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2.      Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan
atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3.      Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

2.8 CONTOH LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GINEKOLOGI


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1) Nama :Ny. M
2) Umur :39 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan :S1
6) Pekerjaan :Swasta
7) Suku dangsa : Jawa / Indonesia
8) Alamat : Semarang
9) Diagnose medis : Abortus Imminens
10) Tanggal dan jam masuk :09-12-2018, jam06:30 WIB
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. H
2) Umur : 45 tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan :S1
6) Pekerjaan :Swasta
7) Suku dangsa : Jawa/ Indonesia
8) Hubungan dengan klien : Suami
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.
Alasan masuk rumah sakit :Klien mengeluh keluar darah bercak-bercak dari
jalan lahir setelah melakukan aktifitas, berwarna merah jambu, selain itu
klien mengeluh nafsu kan berkurang merasa lemas dan pusing , kadang
merasa mual dan mntah dan nyeri di bagian bawah perut ,kemudian jam
18:30 sampai di bawa ke RS Romani jam 18:45 ditangani di IGD.
3. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah dialami:Klien mengatakan tidak pernah mengalami
sakit tyfus dan anemia,
Kecelakaan :Klien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan yang
serius hingga di bawa dan di rawat di RS
Pernah dirawat:Klien mengatakan pernah di rawat di RS waktu melahirkan
anak yang pertama dan kedua
Alergi:Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, namun ada
alergi terhadap makanan, seperti teri dan sejenis ikan laut
Imunisasi:Klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap (TT 1, TT 2)
4. Riwayat obstetrikmasa lalu
Riwayat obstetrik masa lalu G3P2A0

Jumlah Gangguan Proses Tempat Masalah Masalah Masalah Keadaan


Umur
anak kehamilan persalinan persalinan persalinan nifas/ laktasi bayi anak
1 Mual – mual Normal 4 tahun RS Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
selama 3 bulan Romani masalah masalah ada
masalah
2 Nafsu makan Normal 2 tahun RS Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
berkurang Romani masalah masalah ada
masalah
3 Hamil ini Abortus 12 RS - - - -
imminens minggu Romani

5. Keluarga berencana
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan KB
6. Genogram
a) Susunan keluarga

Keterangan :
:Laki - Laki

: Perempuan

: Risiko Keguguran/abortus
b) Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga :Klien mengatakan dalam
anggota keluarganya tidak yang menderita penyakit hipertensi, tyfus,
anemia berat.
c) Penyakit yang sedang diderita keluarga :Klien mengatakan keluarganya
dalam kondisi yang sehat.
7. Riwayat kesehatan lingkungan
Kebersihan rumah dan lingkungan :Klien mengatakan selalu menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya. Untuk pencahayaan rumah
cukup, fentilasi rumah juga cukup.

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Persepsi klien tentang kesehatan diri :Klien mengatakan kesehatan sangat
penting bagi dirinya, karena apabila sakit klien tidak dapat beraktifitas
dengan maksimal.
b) Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya :Klien
mengatakan kurang paham kenapa kehamilannya saat ini keguguran, klien
berfikir ini merupakan cobaan dari Allah Swt yang menguji kesabaran
dan keihklasan klien.
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan :Klien
mengatakan ingin selalu menjaga kesehatannya dengan mengatur pola
makan dengan menu sehat menurut klien.
d) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan :Klien mengatakan saat
sakit klien hanya membeli obat-obatan dari warung, kadang di
perikasakan di puskesmas terdekat.
e) Faktor sosio ekonomi :Klien mengatakan penghasilan suaminya dapat
mencukupi kebutuhan dalam kesehariannya.
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Pola makan :
Sebelum sakit : KLien makan 3x sehari, dengan porsi (nasi, lauk, dan sayur)
Selama sakit : Klien makan 3 x sehari menu dari rumah sakit dan hanya
menghabiskan 2-3 sendok.
b) Pola minum :
Sebelum sakit : Klien minum ± 1500cc dalam sehari, air putih terkadang the
hangat.
Selama sakit : Klien minum ± 1-2 gelas dalam sehari yang jenisnya air putih,
dan teh.
3. Pala eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit : Klien BAB 1x/sehari, berwarna kuning, konsistensi lembek
Selama sakit :Klien mengatakan selama di rawat belum BAB dalam 1 hari
b) Eliminasi BAK
Sebelum sakit : Klien BAK 3-4x/hari
Selama sakit : Klien BAK 1-2x/hari
4. Pola aktifitas dan latihan
Pekerjaan klien hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya beraktifitas
dilingkungan rumah dan dalam rumah seperti masak, mencuci baju, bersih-
besih rumah dan disekitar lingkungan.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien istirahat tidur ± 7-8 jam pada malam hari, 2-3 jam
pada siang hari.
Selamasakit :Klien istirahat tidur ±5-6 jam pada malam hari, 1-2 jam pada
siang hari.
6. Pola kognitif perceptual sensori
Penglihatan, pendengaran, dan kemampuan klien masih dalam batas
normal.Kemampuan.Klien merasa lemas dan nyeri sedang didareh uterus
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin segera sembuh dari sakitnya, Klien berharap untuk hamil yang
berikutnya tidak akan mengalami hal lagi seperti saat ini.
8. Pola mekanisme koping
Klien selalu meminta pendapat dari suami apabila ada masalah baik dalam
keluarga maupun di luar keluarga (masyarakat).Apabila ada masalah klien
selalu berusaha menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin, sabar dan
berusaha untuk ikhlas.Klien berharap selama di rawat di RS Roemani ini
dapat secepatnya sembuh.
9. Pola seksual-Reproduksi
Klien seorang perempuan dan mengerti tentang fungsi seksualnya
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Klien mampu berkomunikasi dan bersosialisai dengan warga setempat
ataupun orang lain, klien dapat berkomunikasi dengan baik tidakada masalah
dalam dalam peran kesehariannya di masyarakat sekitarnya
11. Pola Nilai Kepercayaan
Klien menjalankan ibadah sebagai umat muslim seperti solat 5 waktu
walaupun kadang ada solat solat yang tertinggal dank lien slalu berdoa
kepada yang maha pencipta untuk selalu diberi kesehatan jasmani maupun
rohani, klien percaya yang memberi sehat dan sakit adalah Allah SWT.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : Lemah, dan agak pucat
3. Vital sign : TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, RR : 18 x/menit, t: 37,0’
C.
4. Kepala : bentuk mesosecphal, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe
dan tidak rontok.
5. Mata : penglihatan normal, ukuran pupil 2mm, reflek cahaya baik,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
6. Hidung : bentuk simetris,tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada nafas
cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga : bentuk simetris, pendengaran masih normal, tidak ada serumen
8. Mulut dan Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan dan tidak mengalami
gangguan bicara, gigi warna putih tidak terpasang gigi palsu, tidak ada karies
gigi, membran mukosa kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : sedikit buncit
Auskultrasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : nyeri tekan di mons pubis
11. Genetalia : terdapat perdarahan
12. Ekstremitas atas dan bawah
tidak ada oedem. Capillary revil kurang dari 2 detik. Tangan kiri terpasang
infuse RL 20 tpm.
13. Kulit
warna sawo matang, kelembaban kulit kering, turgor kulit jelek ,kebersihan
terjaga.
14. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 09/12/18

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Leukosit 7,63 10’3/UL 3,6-11
Hemoglobin 10,80 g/dl 11,7-15,5
Trombosit 217 10’3/UL 150-440
Hematokrit 47 % 33-45
Glukosa Sewaktu
- 88 mg/dl < 125

Sero-Imun
- HBsAg Non reaktif (-)

Terapy

Infuse RL 20 tpm
histolam 2x1 tablet
asam folat 2x 600 mikro gram
premaston 2x 5mg

B. ANALISA DATA

Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan


11/12/18 DS : klien mengatakan nyeri pada bagaian bawah perut Nyeri berhubungan dengan
P : Saat gerak kontraksi uterus
Q : Seperti di remes - remes
R : Bagian bawah perut
S : 5 (sedang)
T : kurang lebih 5 menit
DO : klien tampak meringis menahan nyeri
11/12/18 DS : klien mengatakan keluar darah dari jalan rahim Kekurangan volume cairan
klien mengatakan sering haus berhubungan dengan
kehilangan cairan
DO :Klien tampak lemah dan agak pucat, turgor kulit (perdarahan)
jelek, kelembaban kulit kering, mukosa bibir kering,
TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, t: 37,0’ C.
± 15 cc
11/12/18 DS : klien mengatakan lemas dan cepat lelah saat Intoleransi aktifitas
beraktifitas berhubungan dengan
kelemahan umum
DO : pasien tampak menahan kesakitan, terpasang infus
RL 20 tpmTD: 100/70 mmHg, RR : 16x/mnt

C. INTERVENSI

No/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


11/12/18 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Kaji nyeri
dengan kontraksi uterus tindakan keperawatan -Ciptakan lingkungan nyaman
selama 3x24jam di -Ajarkan tehnik distraksi dan
harapakan dengan kh; relaksasi
-klien dapat berkurang -Kolaborasi dengan tim medis
nyerimya
11/12/18 Kekurangan volume Setelah dilakukan -Kaji K.U dan TTV
cairan berhubungan tindakan keperawatan -Kaji perdarahan
dengan kehilangan selama 3x24jam -Anjurkan klien untuk banyak
cairan (perdarahan) volume cairan klien minum
terpenuhi -Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat
11/12/18 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan -Anjurkan klien untuk tirah
berhubungan dengan tindakan keperawatan baring
kelemahan umum selama 3x24jam klien -Bantu klien dalam beraktifitas
dapat beraktifitas -Identifikasi aktifitas yang
seperti semula dengan masih dapat dilakukan klien
kh ;
- klien dapat
melakukan aktifitas
secara mandiri
-tidak ada kelelahan
- HR dalam batasan
normal80-100 x/menit

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No.DX Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Ttd

1 Selasa  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya


11/12/18  Mengkaji pendarahannya terasa lemas dan keluar darah
Jam 19:00  Menganjurkan klien dari jalan rahim cukup banyak
untuk banyak minum O :Klien tampak lemah dan

S; klien mengatakan agak pucat TD : 110/70,


badannya lemas N:80x/mnt, RR:16x/mnt, S:37,0

O; klien tampak lemas c,


Perdarahan 15 cc
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Selasa  Mengkaji nyeri S : Klien mengatakan nyeri
11/12/18 S; klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
Jam 20:30 di bagian bawah perut P : Saat gerak
0; klien tampak meringis Q : seperti di remas - remas
kesakitan R : Bagian bawah perut
 Menganjurkan klien untuk S : 5 (sedang)
istirahat total T : kurang lebih 5 menit
 Mengajarkan klien untuk Klien mau melakukan nafas
relaksasi dalam
S; klien mengatakan Klien mengatakan masih belum
paham apa yang telah di bisa beraktifitas secara madiri.
ajarkan perawat O : klien masih tampak
O; klien paham dan mau meringis kesakitan dan lemah
melakukanya mandiri Klien tampak rilek

 Mengidentifikasi aktifitas A : masalahterasa sebagian


klien yang masih bisa P : lanjutkan intervensi
dilakukan

1 Rabu  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya


12/12/18 S: pasien mengatakan terasa sudah tidak lemas dan
Jam 08:10 agak membaik keluar darah dari jalan rahim
O; klien tampak sudah sudah berkurang
tidak lemas O : Klien tampak sudah tidak
Ttv; TD; 110/80 , pucat , TD : 110/80, N:80x/mnt,
N:80x/mnt, RR:20x/mnt, RR:20x/mnt, S:36’c,
S:36’c, Perdarahan 10 cc
Perdarahan 15 cc Aktifitas klien sudah mulai
mandiri.
 Mengkaji pendarahannya A : masalah teratasi sebagian
 Menganjurkan klien P : lanjutkan intervensi
untuk tirah baring
S; klien mengatakan
bersedia untuk di lakukan
tirah baring
O; klian tampak nyaman

3 Rabu  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya


12/12/18  Mengkaji pendarahannya terasa sudah tidak lemas dan
Jam 10:00 keluar darah dari jalan rahim
sedikit (flek-flek)
O : Klien tampak sudah tidak
pucat , TD : 120/80, N:84x/mnt,
RR:20x/mnt, S:36’c,
A : masalah teratasi
P :Optimalkan intervensi

BAB III
PENUTUP

       3.1 Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,
kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor
hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus
(buatan).Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi
dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis
(buatan ilegal).Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi
terdapat dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan.Dalam KUHP &
UU Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan,
tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau
medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut
melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena
operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia
kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori
aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

3.2 Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap
komplikasi yang terjadi.
àMudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan
mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan aborsi
karena tindakan tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum
perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari perbuatan aborsi.

                                                              
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI.


Jakarta: Media Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di
Indonesia.
            (http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indone
sia)

Anda mungkin juga menyukai