Anda di halaman 1dari 132

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

DI PONDOK BERSALIN BIDAN E KOTAPALANGKA RAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH

OKIVANA SAFITRI

PO.62.24.2.12.137

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan

karunia-Nya sehingga penyusunan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh Ujian Akhir Program Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Palangka Raya Tahun 2015.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini tidak

lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dhini, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Palangka Raya.


2. Ibu Noordiati, M.PH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Palangka Raya dan penguji utama yang telah memberikan arahan, masukan

dan waktunya kepada penulis.


3. Ibu Santhy K. Samuel S.pd M.Kes selaku pembimbing 1 dalam penyusunan

laporan tugas akhir ini yang telah menyumbangkan waktu, arahan,

pikiran,dan segala kesabaran kepada penulis.


4. Ibu Agus Lamadiani S.pd SST selaku pembimbing 2 yang telah

menyumbangkan waktu, arahan, pikiran, dan segala kesabaran kepada

penulis.
5. Ibu Etik Lulut Amd,keb selaku pembimbing dan penguji lahan.
6. Seluruh dosen, staff tata usaha dan staff perpustakaan di lingkungan

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.


7. Keluarga tercinta yang telah mendukung secara moral, material, dan doa

untuk penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.


iv
8. Teman-teman saya Mahasiswi Kebidanan Reguler XIV yang telah membantu

dan memberikan semangat dalam pembuatan laporan tugas akhir ini.

Dalam penyusunan dalam penyusunan tugas akhir ini banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

dapat membangun dan memotivasi untuk berkarya lebih baik lagi dikemudian

hari. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu kebidanan.

Palangka Raya, Juni 2015

OKIVANA SAFITRI

NIM. 62.24.2.12.137

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI...................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii

KATA PENGANTAR...................................................................................iv

DAFTAR ISI................................................................................................vi

DAFTAR TABEL........................................................................................viii

BAB I

A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................3
C. Tujuan...................................................................................3
D. Manfaat penulisan................................................................4

BAB II

A. Konsep Dasar Teori..............................................................6


1. Kehamilan........................................................................6
1.1 Pengertian..................................................................6
1.2 Tanda Pasti Kehamilan..............................................6
1.3 Perubahan Anatomi Fisiologis Trimester III..............8
1.4 Perubahan Psikologi Fisiologis Trimester III............11
1.5 Penatalaksanaan Ibu Hamil........................................12
1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil......................................17
1.7 Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut...............................29
2. Persalinan
2.1 Pengertian..................................................................34
2.2 Bentuk Persalinan Berdasarkan Defini......................35
2.3 Istilah yang Berhubungan dengan Partus..................35
2.4 Sebab-sebab Mulainya Persalinan.............................37
2.5 Teori Penyebab Persalinan.........................................38
2.6 Tahapan Persalinan (kala 1, II, III, dan IV)...............39
2.7 Tujuan Asuhan Persalinan..........................................47
2.8 Tanda-tanda Persalinan..............................................50
2.9 Tanda-tanda Inpartu...................................................54
2.10 Sifat His Persalinan..................................................56
2.11 Delapan Belas Penapisan.........................................56
2.12 Heating Perineum....................................................57

vi
2.13 Partograf..................................................................61
3. Nifas
3.1Pengertian...................................................................6
3.2 Fisiologis Masa Nifas................................................64
3.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas........................................68
3.4 Penanganan Masa Nifas.............................................71
3.5 Komplikasi Masa Nifas.............................................78
4. Bayi Baru Lahir
4.1 Pengertian..................................................................79
4.2 Penanganan Bayi Baru Lahir.....................................80
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan( 7 Langkah varney)........88

BAB III
1. Asuhan kebidanan
1.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil................................95
1.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin............................103
1.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.................................114
1.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir......................118
2. Catatan Perkembangan
2.1 Catatan Perkembangan Ibu Hamil..................................125
2.2 Catatan Perkembangan Ibu Nifas...................................112
2.3 Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir........................132
BAB IV
1. Hasil......................................................................................137
2. Pembahasan..........................................................................141
BAB V
1. Kesimpulan...........................................................................151
2. Saran.....................................................................................153
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kunjungan Ibu Nifas....................................................................69

Tabel 3.1 Catatan Perkembangan Ibu Nifas.................................................125

Tabel 3.2 Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir......................................132

Tabel 4.1 Perkiraan TFU Terhadap Umur Kehamilan.................................143

Tabel 4.2 Komponen Pertambahan Berat Badan Selama Hamil..................144

Tabel 4.3 Imunisasi TT................................................................................145

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2012 diseluruh dunia terdapat

kematian ibu sebanyak 500.000 jiwa pertahun. Kematian ibu dan perinatal

merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara. Di

Indonesia Departemen Kesehatan telah membuat rencana strategi Nasional

Making Pregnancy Safer yaitu : (1) menurunkan AKI sebesar 75 % pada tahun

2015 menjadi 115/100.000 kelahiran hidup dan (2) menurunkan AKB menjadi

kurang dari 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Zuraidah, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah. Menurut SDKI

(2012) AKI di Indonesia saat ini berkisar antara 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup dan AKB 35 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Negara

maju hanya sekitar 16 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes RI, 2012).
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian sorang ibu sewaktu

hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berarhirnya kehamilan, tidak bergantung

pada tempat atau usia kehamilan (Sarwono, 2008 ).


Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah angka kematian

ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000

kelahiran hidup (Sarwono, 2008).


Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian langsung. Pola

penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%, biasanya

perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%),

partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain
1
(Sarwono, 2008).
2

AKI Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup. Jumlah Kematian Ibu yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan

Tengah pada Tahun 2013 sebesar 75 kasus lebih besar bila dibandingkan dengan

tahun 2012 sebesar 63 kasus namun lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun

2011 sebesar 79 dan tahun 2010 adalah 80 kematian ibu. Jumlah kematian

terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi

dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit (Profil Kesehatan

kalimantan tengah, 2013).

Angka Kematian bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah banyak nya

bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup

(Profil Kesehatan Kalimantan Tengah, 2013).

AKB Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi dari dalam kurun

waktu 2002-2013. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan bahwa di Provinsi Kalimantan

Tengah pada tahun 2002 terdapat AKB sebesar 40/1000 kelahiran hidup kemudian

mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 30/1000 kelahiran hidup dan

kembali mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2010 sebesar 23/1000

kelahiran hidup. Namun berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 angka kematian bayi

mengalami peningkatan cukup besar menjadi 49/1000 kelahiran hidup. jumlah

kasus kematian bayi tahun 2013 berjumlah 400 kasus kematian jauh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2012 (158 kasus). (Profil Kesehatan Kalimantan Tengah,

2013).
3

Kematian ibu dan bayi setidaknya dapat diantisipasi dengan memberikan

asuhan secara Komprehensif dari mulai hamil, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir.
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka penulis akan melaksanakan

Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi

baru lahir pada Ny. H


B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada ibu

hamil, ibu bersalin, nifas, KB pasca salin dan Asuhan pada bayi baru lahir?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa

kehamilan 34 minggu, persalinan, nifas, dan asuhan bayi baru lahir sampai

dengan 1 minggu yang didokumentasikan melalui manajemen kebidanan

dalam bentuk 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny. H dalam masa

kehamilan, persalinan, nifas dan KB pasca salin.

b. Mampu menetapkan diagnosa, masalah dan kebutuhan Ny. H

dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB pasca salin.

c. Mampu menetapkan identifikasi potensial dan masalah potensial

yang terjadi pada Ny. H dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan

KB pasca salin.

d. Mampu melaksanakan identifikasi tindakan segera pada masa

kehamilan, persalinan, nifas dan KB pasca salin.


4

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada

masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB pasca salin.

f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan masalah

kebutuhan ibu dan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB

pasca salin.

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan pada ibu dan dalam

masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB pasca salin.

h. Mampu melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa, menetapkan

identifikasi dan masalah potensial, serta mengidentifikasi tindakan

segera, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi pada bayi baru

lahir.

i. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, nifas & bayi baru lahir dengan 7 langkah varney.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

a. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk

pengembangan materi yang telah diberikan baik dalam proses

perkuliahan maupun praktik lapangan agar mampu menerapkan

secara langsung dan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan

yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.


b. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir

pendidikan Dimploma III Kebidanan poltekkes Palangka Raya.

2. Bagi Lahan Praktik


5

Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

3. Bagi Klien Asuhan

Mendapatkan asuhan kebidanan secara menyeluruh selama ibu hamil,

bersalin, nifas dan perawatan bayi baru lahir serta sebagai informasi dan

motivasi bagi klien, bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan

kesehatan sangat penting khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI


1. KEHAMILAN
1.1 Pengertian
6

Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan

bahwa satu bulan sama dengan 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan

bila lebih dari 42 minggu. (Manuaba, 2009).


Kehamilan merupakan proses alamiah menjaga kelangsungan

peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah

mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Ummi

Hani,dkk, 2010 : 21).


1.2 Tanda Pasti Kehamilan
a. Denyut Jantung Janin
Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18.

Pada orang gemuk,lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic

(Doppler), DJJ dapat didengar lebih awal lagi, sekitar minggu ke 12,

Melakukan Auskultasi pada Janin bisa mengidentifikasi bunyi-bunyi

lain, seperti : bising tali pusat, bising usus dan nadi ibu.
b. Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi

jelas setelah minggu ke 22. Gerakan dapat dirasakan dengan jelas

setelah minggu 24.

c. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan.


1) Ultrasonografi (USG) 6
Alat ini sangat penting dalam diagnosis kehamilan dan

kelainan-kelainannya karena gelombang sampai saat ini

dinyatakan tidak berbahaya. Pada mimggu ke-6 sudah terlihat

adanya gestasional sac atau kantong kehamilan, pada minggu

6-7 kutub janin, 7-8 minggu denyut jantung janin, 8-9

minggu gerakan janin, 9-10 minggu plasenta, 12 minggu

biparietal diameter.
2) Rontgenografi
7

Gambaran tulang-tulang janin tampak setelah minggu ke-12

sampai 14. Pemeriksaan ini hanya boleh dikerjakan bila

terdapat keraguan dalam diagnosis kehamilan dan atas

indikasi yang mendesak sekali, sabab janin sangat peka

terhadap sinar X, sekarang penggunaan sinar X. Sekarang

penggunaan sinar X. Sekarang penggunaan sinar X telah

terdesak oleh ultrasonografi.


3) Fetal Elektro Cardiografi (ECG)
Dapat direkam pada minggu ke-12

4) Tes Laboratorium
Tes yang sering dipakai adalah test inhibisi koagulasi. Tes ini

bertujuan mendeteksi adanya HCG dalam urin. Kepekaan test

ini sangat bervariasi antara 500 sampai 1000 mU/ml urin.

Dasar test ini adalah Inhibisi (hambatan koagulasi oleh anti

HCG).
1.3 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis pada Ibu Hamil

Trimester III
a. Uterus
Pada trimester 3 eatmus lebih nyata menjadi bagian korpus

uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR) pada

kehamilan tua karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, SBR

menjadi lebih lebar dan tipis. Tampak batas yang nyata antara bagian

atas yang lebih tebal dan segmen bawah rahim yang tipis. Batas itu

dikenal sebagai lingkaran retraksi fisologis dinding uterus, diatas

lingkaran ini jauh lebih tebal dari pada dinding SBR .


8

1) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira tiga jari diatas pusat

atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25 cm)


2) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara jarak pusat

dan prosesus xifoideus (27 cm)


3) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus

xifoideus (30 cm)

4) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah

prosesus xifoideus (33 cm)


Setelah minggu ke 28 kontraksi brakton hicks semakin jelas,

terutama pada wanita yang langsing. Umumnya akan

menghilang bila wanita tersebut melakukan latihan fisik atau

berjalan. Pada minggu minggu terakhir kehamilan kontraksi

semakin kuat sehingga sulit dibedakan dari kontraksi untuk

memulai persalinan.
b. Sistem traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun kepintu atas

panggul keluhan sering kencing akan timbul karena kandung kencing

akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi

menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.


Pada kehamilan tahap akhir, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih

berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergesaran uterus yang berat

kekanan akibat terdapat kolom rektosigmoid disebalah kiri.


Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu

menampung urine dalam volumen lebih besar dan juga memperlambat

laju aliran urine.


c. Sistem Respirasi
9

Pada 32 mnggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar kearah diafragma sehingga difragma kurang leluasa

bergerak mengakibatkan banyak wanita hamil mengalai derajat

kesulitan bernapas.
d. Kenaikan Berat Badan
Terjadi kenaikan berat badan 5,5 kg, penambahan BB dari mulai

awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg (ika

pantiawati, S.Si. T. 2010).


e. Sirkulasi Darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan

puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit

mencapai level terendah pada minggu 30-32 kerena setelah 34 minggu

RBC uterus meningkat tetapi volume plasma tidak.peningkatan RBC

menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita dengan hamil lanjut

mengeluh sesak napas dan pendek napas. hal ini ditemukan pada

kehamilan meningkat untuk kebutuhan bayi.


Pada kehamilan cukup bulan yang normal, seperenam volume

darah total ibu berada didalam sistem perdarahan uterus. Kecepatan

rata-rata aliran uterus ialah 500ml/ menit .tekanan ateri artenal,

kontraksi uterus dan posisi maternal mempengaruhi aliran darah.

Estrogen juga berperan dalam mengatur aliran darah uterus.


f. Sistem Muskuloskeletal
Sendi pelvis pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak.

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil

menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara

menyolok. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan. Kurva lumbo

sacrum normal harus semakin melengkung dan di daerah servik

kodosral harus terbentuk kurva tura ( freksi antorior kepala


10

berlebihan) untuk mempertahankan keseimbangan. Payudara yang

lebih besar dan posisi bahu yang bungkuk saat berdir akan semakin

membuat kurva punggung dan lumbal menonjol. Pergerakan akan

menjadi lebih sulit. Struktur ligament dan otot tulang belakang bagian

tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Wanita muda yang cukup

berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi

wanita yang tua dapat mengalami gangguan punggung atau nyeri

punggung yang cukup berat selama dan segera setelah kehamilan.


1.4 Perubahan dan Adaptasi Psikologi dalam Masa kehamilan

Trimester III

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.

Sekarang wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari

dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada

perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada

waktunya. Faktanya yang menempatkan wanita tersebut gelisah hanya

bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejala. Trimester ketiga

adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai

orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi. Seorang

ibu juga mengalami selama hamil, terpisahnya bayi dari bagian

tubuhnya dan merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Ibu

merasa canggung, jelek dan tidak rapi, dan memerlukan lebih besar

dan frekuensi perhatian dari pasangannya.

1.5 Penatalaksanaan Ibu hamil


11

a. Antenatal care (ANC)


a) Pengertian
Antenatal care (ANC) yaitu cara penting untuk memonitor dan

mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu

dengan kehamilan normal.


Antenatal care (ANC) adalah pelayanan yang diberikan untuk

ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya.

Pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya

koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi dasar yang

dilakukan (Ika Pantikawati, Saryono, 2010).


b) Tujuan Asuhan Antenatal care ( ANC)
Tujuan asuhan kebidanan dalam kehamilan pada prinsip

adalah memberikan layanan atau bantuan untuk meningkatkan

kesehatan ibu hamil dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga.

Kegiatan yang dilakukan di dalam pelayanan kebidanan dapat berupa

upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan


Tujuan utama asuhan antenatal adalah sebagai berikut :
1) Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu

maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

dengan ibu.
2) Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengacam jiwa.
3) Mempersiapkan kelahiran.
4) Memberikan pendidikan
Tujuan asuhan antenatal yang lain adalah sebagai berikut.
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.


2) Meningkatkan dan memperthankan kesehatan fisik, mental, dan

social ibu juga bayi.


3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan .


12

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin .
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif


6) Mempersipkan peran ibu dan keluarga dalam menrima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.


c) Standar minimal kunjungan kehamilan
Untuk menrima manfaat yang maksimum dari kunjungan kunjungan

antenatal ini,maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali

kunjungan selama kehamilan yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau

dengan istilah rumus 1 1 2,yaitu sebagai berikut.


1) 1 kali pada trimester I
2) 1 kali pada trimester II
3) 2 kali pada trimester III

d) Tempat pelayanan ANC


Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan disarana

kesehatan seperti Rumah Sakit, puskesmas, posyandu, Bidan Praktik

Swasta, dan Dokter Praktik.


e) Kebijakan Program
pelayanan atau asuhan standar minimal termasuk 14 T yaitu :
1) Timbang berat badan / ukur tinggi badan
2) Tekanan darah
3) Tinggi fundus uteri
4) Tetanus toxoid
5) Tablet zat besi, minum 90 tablet selama kehamilan
6) Tes penyakit menular
7) Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan
8) Tekan pijat payudara
9) Terapi kebugaran ibu hamil
10) Tes HB ( hemoglobin)
11) Tes reduksi urine
12) Tes protein urine
13). Terapi iodium
14). Terapi malaria
13

f) Pemeriksaan Kehamilan
1) Riwayat

Pada pemeriksaan kehamilan bidan perlu mengumpulkan

informasi tentang identitas wanita, riwayat,keluarga,riwayat

mentruasi, riwayat kebidanan, riwayat kandungan, riwayat seksual,

riwayat kontrasepsi, riwayat kehamilan terkini tanggal mentruasi

normal terakhir, perkiraan tanggal kelahiran bayi. Penentuan jumlah

minggu kehamilan dan perhitungan status para. Sedangkan pada

pemeriksaan ulang untuk mendeteksi setiap gejala atau rasa tidak

nyman yang dialami setiap ibu hamil saat kunjungan terakhir.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dalam penapisan lengkap dilakukan selama

pemeriksaan kehamilan awal untuk memastikan apakah wanita

tersebut mengalami kelainan medis atau penyakit tertentu.

Pemeriksaan fisik ini yaitu pemeriksaan payudara dan pemeriksaan

abdumen.

Pemeriksaan abdomen terdiri dari :

(1) Observasi luka perut atau memar


(2) Observasi linea nigra
(3) Observasi strie abdomen
(4) Penentuan letak, persentasi,posisi dan jumlah janin
(5) Pengekuran tinggi fundus
(6) Evaluasi secara mendasar volume cairan omnion
(7) Auskultasi deyut jantung janin
(8) Perkiraan berat janin
(9) Observasi atau palpasi gerakan janin
14

Pemeriksaan fisik kunjungan ulang,dilakukan untuk mendeteksi setiap

tanda komplikasi dan mengevaluasi kesejahteraan janin seperti :

(1) Tekanan darah


(2) Berat badan.
(3) Kepala : Keadaan kulit kepala warna, kebersihan, rontok,

ditribusi.
(4) Wajah : Kaji edema dan pucat sianosis chloama gravidarum .
(5) Leher : Tiroid / gondok adakah pembesaran / tidak, adakah

pembesaran vena jugularis dan limfe.


(6) Tulang belakang : skoliosis, hyper lordosis, kifosis. Jika ada

kelainan waspadai kesempitan panggul ibu.


(7) payudara : puting susu areola, benjolan, pengeluaran

colostrum.
(8) Abdomen : bekas luka operasi, strie gravidarum,linea

nigra,palpasi dan pembesaran perut, auskultasi DJJ.


(9) Genatalia : vulva ( oedema, keputihan, varices,tanda PMS),

perineum (luka bekas jahitan perineum ),anus (Heamoroid).


(10) Ektremitas : edema varises, reflek patella, LILA.
(11) Kulit : kebersihan dan penyakit kulit.
1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Sesuai dengan Tahap

Perkembangannya.
a. Kebutuhan Fisik Ibu hamil Trimester I,II,III
1) Oksigen

Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu

udara yang bersih, tidak kotor atau polusi udara, tiidak bau, dsb.

Pada prinsipnya hindari ruangan / tempat yang dipenuhi polusi

udara (terminal, ruangan yang sering dipergunakan untuk

merokok).

2) Nutrisi
15

Ibu yang sedang hamil bersangkutan dengan proses

pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus yang ada didalam

kandungan dan pertumbuhan berbagai organ ibu, pendukung proses

kehamilan seperti adneksa, mammae, dll. Makanan diperlukan

untuk:

a) Pertumbuhan janin
b) Plasenta
c) Uterus
d) Buah dada
e) Organ lain

b. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Pada kehamilan trimester I (minggu 1-12) kebutuhan gizi masih

seperti biasa. Pada kehamilan trimester II (minggu 13-28) dimana

pertumbuhan janin cepat, ibu memerlukan kalori 285 dan protein lebih

tinggi dari biasanya menjadi 1,5 g/kg BB. Pada kehamilan trimester III

(minggu 27-lahir) kalori sama dengan trimester II tetapi protein naik

menjadi 2g/kg BB. Ibu yang cukup makanannya mendapatkan kenaikan

BB yang cukup baik. Kenaikan BB selama hamil rata -rata : 9-13,5 kg.
Kenaikan berat badan selama kehamilan.
a) Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
b) Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
c) Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg

Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta,

uterus, buah dada dan kenaikan metabolisme. Uterus dan plasenta


16

masing-masing membutuhkan 550 gram dan 50 gram protein. Kebutuhan

total protein 950 gram, Fe 0,8 gram, dan asam folik 300 pg perhari.

Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan

kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya.

Kenaikan berat badan rata-rata antara 10-12 kg. kenaikan berat badan

yang berlebihanatau bila berat badan ibu turun setelah kehamilan

triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian.

3) Personal Hygiene

a) Mandi

Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk

perawatan kulit karena pada ibu hamil fungsi ekskresi kcringat

bertambah. Dan menggunakan sabun yang ringan dan lembut

agar kulit tidak teriritasi. Mandi berendam air hangat selama

hamil tidak dianjurkan karena apabila suhu tinggi akan merusak

janin jika terjadi pada waktu perkembangan yang kritis, dan

pada trimester III mandi berendam dihindari karena resiko jatuh

lebih besar, dikarenakan keseimbangan tubuh ibu hamil sudah

berubah.

Manfaat mandi :
17

(1) Merangsang sirkulasi


(2) Menyegarkan
(3) Menghilangkan kotoran .
b) Perawatan gigi

Pemeriksaan gigi minimal dilakukan saru kali selama hamil

Pada ibu hamil gusi menjadi lebih peka dan mudah berdarah karena

dipengaruhi oleh hormon kehamilan yang menyebabkan hipertropi.

Bersihkan gigi dan gusi dengan benang gigi atau sikat gigi dan

boleh memakai obat kumur.

Cara merawat gigi:

(1) Tambal gigi yang berlubang


(2) Mengobati gigi yang terinfeksi
(3) Menyikat gigi dengan teratur
(4) Membilas mulut dengan air setelah makan atau minum saja
(5) Gunakan pencuci mulut yang bersifat alkali atau basa
(6) Pemenuhan kebutuhan kalsium
c) Perawatan rambut

Rambut harus bersih, keramas satu minggu 2-3 kali.

d) Payudara
(1) Puting susu harus dibersihkan
(2) Persiapan menyusui dengan perawatan putting dan

kebersihan payudara.
e) Perawatan vagina/vulva
(1) Celana dalam harus kering
(2) Jangan gunakan obat/menyemprot kedalam vagina
(3) Sesudah BAB/BAK dilap dengan lap khusus
(4) Vaginal touching
18

Sebaiknya selama hamil tidak melakukan vaginal touching bias

menyebabkan perdarahan atau embolus (udara masuk kedalam

peredaran darah).

f) Perawatan kuku

Kuku bersih dan pendek

g) Kebersihan kulit

Apabila terjadi infeksi kulit segra diobati, dan dalam pengobatan

dilakukan dengan resep dokter.

h) Pakaian

Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat

pada daerah perut dan leher:

(1) Stocking tungkai tidak dianjurkan karena dapat

menghambat sirkulasi.
(2) Pakailah BH yang menyokong payudara, dan harus

mempunyai tali yang besar sehingga tidak terasa sakit

pada bahu.
(3) Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi.
(4) Pakaian dalam yang selalu bersih.

4). Eliminasi

Masalah eliminasi tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar.

Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin


19

menjadi basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas)

kambuh sehingga wanita mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan.

Rasa gatal sangat mengganggu sehingga sering di garuk dan

menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang memudahkan

infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi

kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan sekitar alat

kelamin.

5) Seksual

Seksualitas adalah ekpresi atau ungkapan cinta dari 2 individu/

perasaan kasih sayang, menghargai, perhatian dan saling menyenangkan

satu sama lain, tidak hanya terbatas pada tempat tidur/bagian-bagian

tubuh.

Aktifitas seksual dalam masa kehamilan:

(1) Trimester I
Tidak ada kontra indikasi kecuali ada riwayar abortus berulang,

persalinan premature, perdarahan pervaginam, abortus iminens.


(2) Trimester II
Biasanya gairah sex meningkat, tidak ada kontra indikasi untuk

melakukan hubungan sex namun disarankan untuk modifikasi

posisi untuk tidak melakukan penetrasi teralu dalam.


(3) Trimester III

Biasanya gairah sex akan dipengaruhi oleh ketidaknyamanan dan

body image Tidak ada kontra indikasi untuk melakukan hubungan

sex namun disarankan untuk modifikasi posisi dan melakukan


20

dengan lembut dan hati-hati.Pada minggu terakhir kehamilan,

koitus harus hati-hati. Bila ketuban sudah beach koitus dilarang.

Dikatakan orgasme pada ibu hamil tua dapat menyebabkan

kontraksi uterus (partus prematur).

6) Mobilisasi, Body Mekanik

Wanita hamil dianjurkan mempunyai kebugaran jantung. Wanita

yang secara fisik bugar lebih dapat melakukan persalinan. Akan tetapi

gerak badan selama hamil harus dilakukan dengan bijak. Hindari

peningkatan suhu tubuh diatas 38,9C. latihan aerobic dapat

meningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi dari ini, karena itu hati-

hati. Peningkatan suhu tubuh dapat dipicu oleh dehidrasi. Hindari latihan

aerobic yang terlalu lama terutama dalam cuaca panas. Sewaktu

beraerobik darah akan dialihkan ke otot atau kulit dan menjauh dari

organ-organ lain seperti ginjal, rahim, atau hati. Kebanyakan anti

menyarankan agar anda mengurangi olahraga sampai 70-80% dari kadar

olah raga pra kehamilan. Selama kehamilan jagalah agra denyut nadi

anda di bawah 140 kali permenit.

7) Exercise/Senam Hamil

Secara umum, tujuan utama persiapan fisik dari senam Kamil

sebagai berikut:
21

a) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara

fungsi hati untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik,

nyeri kaki, varices, bengkak clan lain-lain.


b) Melatih dan menguasai tekhnik pernafasan yang berperan penting

dalam kehamilan dan proses persalinan. Dengan demikian proses

relaksasi dapat berlangsung lebih cepat dan kebutuhan 02

terpenuhi.
c) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding

perut, otot-otot dasar panggul dan lain-lain.


d) Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan
e) Memperoleh relaxsasi yang sempurna dengan latihan kontraksi dan

relaxsasi
f) Mendukung ketenangan fisik.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan senam

hamil sebagai berikut:

a) Kehamilan normal yang dimulai pada umur keahmilan 5 bulan (22

minggu)
b) Diutamakan kehamilan pertama, atau pada kehamilan berikutnya

yang menjalani kesakitan persalinan/melahirkan anak premature

pada persalinan sebelumnya


c) Latihan harus secara teratur dalam suasana yang tenang
d) Berpakaian cukup longgar
e) Menggunakan kasur/matras.

8) Istirahat/Tidur
22

Beberapa wanita mempunyai kekhawatiran mengenai posisi tidur

dan kebiasaan tidur selama kehamilan. Beberapa ingin mengetahui

apakah mereka boleh tidur tengkurap. Dengan semakin berkembangya

kehamilan, anda akan sulit memperoleh posisi tidur yang nyaman.

Cobalah untuk tidak berbaring terlentang sewaktu tidur. Dengan

membesarnya rahim, berbaring terlentang bias menempatkan rahim di

atas pembuluh darah yang penting (vena cava inferior) yang berjalan

kebawah dibagian perut. Hal ini dapat menyebabkan peredaran darah ke

bayi dan bagian-bagian tubuh anda, berkurang. Beberapa wanita hamil

juga mengalami kesulitan bernafas bila mereka berbaring terlentang.

Berbaring tengkurap juga tidak baik karena tindakan ini akan

menyebabkan tekanan yang cukup besar pada rahim yang sedang

membesar, sehingga terjadi masalah ketidaknyamanan. Makin besar

hamil makin sulit untuk tidur tengkurap. Belajarlah posisi tidur

menyamping sejak awal. Manfaatnya akan dinperoleh sewaktu

kehamilan makin membesar. Kadang-kadang akan membantu dengan

mengganjal beberapa bantal. Letakkan satu dibelakang sehingga jika

berguling terlentang tubuh tidak berbaring datar. Letakkan sebuah bantal

yang lain antara lain diantara kedua tungkai atau ganjal kaki dengan

bantal.

9) Imunisasi
23

Vaksin adalah substansi yang diberikan untuk melindungi dari zat

asing (infeksi).

Ada 4 macam vaksin:

a) Toksoid dari vaksin yang mati


b) Vaksin virus mati
c) Virus hidup
d) Preparat lobulin imun

Toksoid adalah preparat dari racunbakteri yang diubah secara

kimiawi/ endotoksin yang dibuat oleh bakteri. Vaksin mati berisi

mikroorganisme yang dibuat tidak aktif dengan panas atau bahn kimia.

Vaksin virus hidup dibuat dari strain virus yang memberikan

perlindungan tetap tidak cukup kuat untuk menimbulkan penyakit.

Preparat imun globulin adalah protein yang terbuat dari darah manusia

yang dapat menghasilkan perlindungan antibody pasif/temporer. Vaksin

ini untuk melawan penyakit hepatitis B, rabies, varisela. WUS di

Amerika serikat dan kanada kebal terhadap : campak, gondok, rubella.

Vaksin dinilai keefektifan dan potensinya dalam membahayakan

kehamilan. Vaksin mati aman untuk ibu hamil, tidak ada bukti vaksin

mati mempunyai efek pada janin/meningkatkan resiko keguguran. Vaksin

hidup jangan pernah diberikan pada wanita hamil. Satu- satunya

imunisasi yang dianjurkan penggunaan selama hamil adalah tetanus.

Vaksin campak, rubela, gandongan sebaiknya diberikan sebelum

kehamilan/segera setelah kelahiran. Wanita hamil mendapat vaksinasi


24

primer polio hanya bila resiko terpajan sangat tinggi (POLIO TIDAK

AKTIF).

10) Persiapan Laktasi

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang

penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk

menyusui bayinya. Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas

Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM). Suatu pusat pelayanan

kesehatan (RS, RB, Puskesmas) harus mempunyai kebijakan yang

berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang menununjang keberhasilan

menyusui. Pelayanan pada PBM terdiri dari:

a) Penyuluhan
b) Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadap persalinan dan

keyakinan dalam keberhasilan dalam menyusui.


c) Pelayanan pemeriksaan payudara, perawatan putting susu dan

senam hamil.

11) Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi


25

Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu,

anggora keluarganya dan bidan. Rencana ini tidak harus dalam bentuk

tertulis, dan biasanya memang tidak tertulis.

Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk mastikan bahwa ibu

dapat menerima asuhan yang ia perlukan. Dengan adanya rencana

persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat

persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima

asuhan yang sesuai serta tepat waktu.

Ada 5 komponen penting dalam rencana persalinan:

a) Membuat rencana persalinan seperti merecanakan tempat

persalinan dan memilih tenaga kesehatan terlatih..


b) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi

kegawat daruratan.
c) Mempersiapkan system transportasi jika terjadi kegawatdaruratan.
d) Membuat rencana/pola menabung
e) Mempersiapkan pendonor darah apabila terjadi kegawadaruratan.

12) Memantau Kesejahteraan Janin

Keadaan kesejahteraan janin dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor keturunan dan kondisi kesehatan orang tuanya. Tujuan


26

pengkajian kesejahteraan janin adalah untuk mengenal sedini mungkin

kapan waktu yang tepat untuk terminasi sehingga bayi dapat bertahan

hidup lebih baik dibandingkan bila tetap berada dalam kandungan.

1.7 . Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

a. Perdarahan Pervaginam

1). Batasan

Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan lanjut adalah

perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan

rasa nyeri.

2). Jenis perdarahan antepartum

a) Plasenta previa

Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupui

sebagian / seluruh ostium uteri internum. (Implantasi plasenta yang

normal adalah pada pesan depan, dinding rahim atau di daerah

fundus uteri)

Tanda dan gejala

(1) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa

terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja


27

(2) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak

pada bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak

dapat mendekati pintu atas panggul.


(3) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka

pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.


b) Solutio plasenta

Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara plasenta

terlepas setelah anak lahir.

Tanda dan gejala

(1) Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks- dan

terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan tampak.

(2) Kadang-kadang darah tidak keluar, tcrkumpul di belakang

plasenta. (Perdarahan tersembimyi/ perdarahan ke dalam).

(3) Solutio plasenta dengan perdarahan tersembunyi

menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti

papan) karena seluruh perdarahan tertahan di dalam.

Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar

tidak sesuai dengan beratnya syok.

(4) Perdarahan disertai nyeri, juga di luar his karena isi rahim

(5) Nyeri abdomen pada saat dipegang

(6) Palpasi sulit dilakukan

(7) Fundus uteri makin lama makin naik


28

(8) Bunyi jantung biasanya tidak ada

b. Sakit kepala yang berat

1) Batasan

Masalah : Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat.

Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal

dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah

serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu

mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala

dari preklamsia.

c. Penglihatan Kabur

1) Batasan

Masalah : Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur.

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat

berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah

normal.

2) Tanda dan gejala

(a)Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam adalah perubahan visual yang mendadak,

misalnya pandangan kabur dan berbayang.


29

(b)Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang

hebat dan mungkin menandakan preeklampsia.

d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat.dan disertai

dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia,

gagal jantung dan preeklampsia.

e. Keluar cairan pervaginam

Batasan

1) Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3

2) Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung.

3) Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm

(sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.

4) Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal

kala.

5) Persalinan. Bisa juga belum pecah saat mengedan

f. Gerakan janin tidak terasa

Masalah: Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan

trimester 3. Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama


30

bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya

lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah Gerakan bayi

akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk beristirahat dan jika

ibu makan dan minum dengan baik.

Tanda dan gejala

Gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam.

f. Nyeri abdomen yang hebat

Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester 3. Nyeri

abdomen yang berhubungan dengan persalinan adalah normalNyeri

abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi,

penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit

kantung empedu, uterus yang irritable, abrupsio plasenta, 1SK atau

infeksi lain.

2. PERSALINAN

2.1 PENGERTIAN

Persalinan merupakan proses pergcrakan kduarnya janin, plasenta, dan

membran dari dalam rahim mclalui jalan lahir. Proses ini herawal clari

pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan

frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang


31

muncul kecii, kemudian terus nieningkat'sampai pada puncaknya

pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari

rahim ibu.

Dalam rangka proses persalinan tersebut, maka secara alamiah ibu

bersalin akan mengeluarkan banyak energi dan mengalami perubahan-

perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis.

Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai lahap yang berlangsung

sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sanipai terjadi pembukaan

lengkap. 'lahap ini berlangsung jauh lebih lama daripada waktu yang

diperlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap ini juga merupakan kunci

kesuksesan persalinan.

Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan

komplikasi, terutama perdarahan pascapersalinan; hipotermia; dan asfiksia

bayi baru lahir. Dengan adanya program ini diharapkan tenaga kesehatan

dapat lebih meningkatkan keterampilannya sehingga dapat meningkatkan

penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Persalinan adalah proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus

yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresil dari serviks, kelahiran bayi,

dan kelahiran plasenta; dan proses tersebut merupakan proses alamiah.

hidup ke dunia luar.

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi, sehingga

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran basil konsepsi dari rahim ibu
32

melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

2.2 Bentuk Persalinan berdasarkan Definisi

a. Persalinan spontan: bila seluruh persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan: bila persalinan berlangsung dengan bantuan

tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian

rangsang.

2.3 Istilah yang berhubungan dengan Partus (Labor)

a. Menurut Cara Persalinan

Partus biasa (normal) atau disebut juga partus spontan adalah

proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu

sendiri tanpa bantuan alat- alat serta tidak melukai ibu dan bayi,

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal

dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup

bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan per vaginam

dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi

sectio caesaria (SC).

b). Menurut Usia Kehamilan

(1) Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin


33

dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram, atau

usia kehamilan di bawah 28 minggu.

(2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada

unnir kehamilan 28-36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi

prcmalur; bcrat janin antara 1.000-2.500 gram.

(3) Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, bcrat badan di alas

2.500 gram.

(4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi

2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin

disebut post matur.

(5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat,

mungkin di kamar mandi, di atas kendaraan, dan scbagainya.

(6) Partus percobaan adalah suatu peniiaian kemajuan persalinan

untuk memperolcb bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo

Ielvix Disproportion (CPD).

2,4 Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui

benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks. Perlu

diketahui bahwa ada dua bormon yang dominan saat hamil.

a. Estrogen.

(1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim.

(2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti


34

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta

rangsangan mekanis.

b. Progesteron.

(1) Menurunkan sensitivitas otot rahim.

(2) Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.

(3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi

keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan

keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang

dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat menimbulkan kontraksi

Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan

dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu semakin tua

kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering.

Oksitosin diduga bekerja bersama atau bekerja melalui

prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur

kehamilan minggu ke-15.

2.5 Teori Penyebab Persalinan

a. Teori Keregangan.

(1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

(2) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

b. Teori Penurunan Progesteron.


35

(1) Proses penuaan plasenta terjadi mula umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat

sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan

buntu.

(2) Produksi progesteron mengalami penurunan

sehingga otot tahun lebih sensitive terhadap

oksitosin,

(3) Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah

tercepai tingkat penurunan progesterone tertentu.

c. Teori Oksitosin Internal.

(1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior

(2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks.

(3) Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitas

sehingga persalinan dimulai.

d. Teori Prostagladin.

(1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

(2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat

dikeluarkan.
36

(3) Prostaglandin dianggap sebagai peniicu terjadinya persalinan.

Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat

dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja

bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi

multifaktor.

2.6 Tahapan Persalinan (KALA I, II, III, DAN IV)

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-

pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi dua lase, yaitu lase laten dan fase

aktif.

(1) Fase laten, di mana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan & pembukaan

secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,berlangsung dalam 7-8

jam.

(2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-1 cm), berlangsung selama 6 jam

dan dibagi dalam subfase.


37

(a).Periode akselerasi: berlangsungselama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

(b).Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(c).Period desclarasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau Iengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi ulcrus

umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika tcrjadi tiga kali

atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsungselama 40 detik atau

lebih) dan terjadi pcnurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan

kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1

cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

Mekanisme membukanya serviks bcrbeda antara primigravida

dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan

membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis,

kemudian ostium internum sudah scdikit terbuka. Ostium uteri

internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi

dalam waktu yang sama.

(1). Perubahan Fisiologis pada Kala I

a) Tekanan darah.

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata-

rata naik) 10-20 ramHg, diastol naik 5-10 mmHg. Antara kontraksi,

tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit,

takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.


38

b) Metabolisme.

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara

berangsur- angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot

skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu

tubuh, dcnyut nadi, curah jantung (cardiac output), pernapasan, dan

kchilangan cairan.

c) Suhu tubuh.

Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh

sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan setelah persalinan

akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu tidak lebih dari

0,5-1C.

d) Detak jantung.

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung akan

meningkat secara dramatis selama kontraksi.

e) Pernapasan.

Oleh karena terjadinya peningkatan metabolisme, maka terjadi

sedikit peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal,

hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa

menyebabkan alkalosis.

f) Ginjal.
39

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin

dikarenakan adanya peningkalan cardiac output, peningkalan filtrasi

glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang

scdikit dianggap normal dalam persalinan.

g) Gastrointestinal.

Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi

berkurang sangat banyak saat persalinan. Selain itu, bcrkurangnya

pengeluaran gelembung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir

bcrhenti dan pcngosongan lambung menjadi sangat lambat, cairan

tidak berpengaruh dan mcninggalkan pcrut dalam waklu biasa. Mual

dan muntah bisa terjadi sampai ibu mencapai kehamilan kala I.

h) Hematologi.

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan

dan akan kembali sebelum persalinan sehari pascapersalinan, kecuali

terdapat perdarahan postpartum.

2) Perubahan Psikologis pada Kala I

Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan suatu

standar pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin biasanya mengalami

perubahan emosional yang tidak stabil.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
40

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Tanda dan Gejala Kala II

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

3) Ibu merasakan makin ineningkatnya tekanan pada rektum dan/atau

vagina.

4) Perineum terlihat menonjol.

5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditcgakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukan:

1) Pembukaan serviks telah lengkap.

2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

(a) Penatalaksanaan Fisiologis Kala II

Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan

peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya

intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran

scsuai dengan dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi.

lika mcnginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu

mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung.


41

Biasanya ibu akan dibimbing untuk meneran tanpa berhenti selama 10

detik atau lebih, tiga sampai empat kali per kontraksi. Meneran dengan cara

ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau vakava

manuver. Pada banyak penelitian, meneran dengan cara ini berhubungan

dengan kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya nilai APGAR (Enkin, et

<jL 2000). Oleh karena cara ini berkaitan dengan buruknya keluaran janin,

maka cara ini tidak dianjurkan.

(b) Perubahan Psikologis Kala II

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama; kira-kira 2-

3 menit sekali. Kcpala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflcktoris

menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum, ibu merasa

seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu

terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum

mcregang. Dengan his meneran yang terpimpin, maka akan lahir kepala

diikuti oleh seluruh badan janin.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhrr dengan

lahimya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit setelah bayi lahir.

(1) Perubahan Fisiologis Kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya

ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Pcnyusutan

ukuran rongga uterus ini menyebabkan implanlasi plasenta karena tenipat


42

implanlasi menjadi semakin kccil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubali.

Oleh karena itu plasenta akan identik, menebal, keniudian terlepas dari

diluting uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kc bagian bawah uterus

atau baglan atas vagina (APN, 2008).

(2) Perubahan Psikologis Kala III

(a) Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.

(b) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga nierasa

sangat lelah.

(c) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu

dijahit.

(d) Menaruh pcrhatian terhadap plasenta.

d. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan bcrakhir dua jam setelah

proses tersebut.

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV.

1) Tingkat kesadaran.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan.

3) Kontraksi uterus.

4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV

1)Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk


43

merangsang uterus berkontraksi.

2) Evaluasi tinggi fundus dengan mcletakkan jari tangan secara

inelintang antara pusat dan fundus uteri.

3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi

atau episiotomi).

5) Evaluasi kondisi ibu secara umum.

6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan

di hataman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau

setelah penilaian dilakukan.

(a) Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV

Sebagian besar kejadian kcsakitan dan kematian ibu disebabkan oleh

perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah

kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara

ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.

Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.

1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan

perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertamaclan setiap 30

menit dalam satu jam kedua pada kala IV.

2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi kcras, setiap 15

menit dalam satu jam pertamadan setiap 30 menit dalam jam kedua

kala IV.

3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertamadan satu kali pada jam
44

kedua pascapersalinan.

4) Nilai pcrdarahan, pcriksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam

satu jam pertamadan setiap 30 menit pada jam kedua.

5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan pcrdarahan

uterus, juga bagaimana melakukan pcmijatan jika uterus menjadi

lembek.

2.7 Tujuan Asuhan Persalinan.

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai

selama persalinan, dalam upaya mcncapai pertolongan persalinan yang

bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup

dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang

seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang optimal.

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan

normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat

intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.

1) Asuhan yang Diberikan pada Masa Persalinan

a) Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik pencegahan

infeksi seperti cuci tangan, pcnggunaan sarung tangan, menjaga

sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan dan

kebutuhan bayi, serta proses ulang peralatan bekas pakai.


45

b) Memberikan asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan, dan

menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Membuat

partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya

pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi

dini agar dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan

memadai.

c) Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan,

kelahiran bayi, dan masa nifas; termasuk memberikan penjelasan

bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran

bayi, serta menganjurkan suarni atau anggota keluarga untuk

berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.

d) Merencanakan dan mempersiapkan rujukan tepat waktu dan

optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan saat bayi

baru lahir.

e) Menghindari berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau

bcrbaiiaya seperti kateterisasi urine atau episiotomi secara rulin,

amniotomi sebeluni pembukaan lengkap, meminta ibu meneran

terus-menerus, dan pengisapan lendir secara rutin pada bayi baru

lahir.

f) Melakukan pcnatalaksanaan aktif kala III untuk mencegah

perdarahan pascapersalinan.

g) Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk

mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini

nnmgkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi, dan


46

mcngambil tindakan yang scsuai untuk menyelamatkan ibu dan

bayi baru lahir.

h) Mengajarkan ibu dan kcluarganya untuk mengenali tanda dan

gejala bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru lahir.

i) Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

2) Tujuan asuhan persalinan adalah sebagai berikut.

a) Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

b) Memberikan dukungan pada persalinan normal, mendetekxi,

dan menatalaksana komplikasi tepat waktu.

c) Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu,

pasangan, dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran

bayi.

3) Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan

a) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas

kesehatan terlatih.

b) Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai

untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus

tersedia 24 jam.

c) Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia

bagi seluruh petugas terlatih.

4) Rekomendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran

a) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus diniasukkan sebagai

bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya


47

keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan dukungan.

b) Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan

berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.

c) Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika

ada indikasi. Prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada

infeksi/penyulit.

d) Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.

e) Manajemen aktif kala 111, termasuk melakukan penjepitan dan

pemotongan tali pusat secara dini. Memberikan suntikan

oksitosin 1M, melakukan penegangan tali pusat tcrkcndali

(PTT). Dan segera melakukan masasc fundus; hal-hal Icrscbul

harus dilakukan pada semua persalinan normal.

f) Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu sctidak-

tidaknya 2 jam pertamasetelah kelahiran, atau sampai keadaan

ibu stabil. Fundus harus dipcriksa setiap 15 menit selama I jam

pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masasc fundus

harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus

uterus tetap baik, pcrdarahan minimal, dan dapat dilakukan

tindakan pcnccgahan.

g) Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering

diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota

kcluarga dapat diajarkan untuk melakukan masase fundus.

h) Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus

segcra diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya


48

untuk mencegah hipotermi.

i) Obat-obat esensial, bahan, dan perlengkapan harus disediakan

oleh petugas dan keluarga.

5) Prinsip-prinsip Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang

berbeda dengan model praktik kedokteran. Diharapkan mahasiswa dapat

memahami perbedaannya dan bisa menjelaskan prinsip-prinsip yang

memberi batasan tentang asuhan kebidanan. Bidan- bidan di seluruh dunia

sependapat bahwa prinsip asuhan kebidanan mencakup hal-hal sebagai

berikut.

a) Memahami bahwa kehamilan, persalinan, dan kelahiran

merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.

b) Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan

intervensi tanpa adanya indikasi sebelum menggunakan

teknologi canggih.

c) Aman, berdasarkan fakta, dan memberi kontribusi pada

keselamatan jiwa ibu.

d) Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan

kesehatan atau lembaga (Asuhan Sayang Ibu).

e) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.

f) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman, dan didukung secara

emosional.

g) Memastikan bahwa ibu mendapatkan informasi, penjelasan, dan


49

konseling yang cukup.

h) Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam

membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mcngcnai

asuhan yang akan mereka dapatkan.

i) Menghormati aspek budaya setempat, kebiasaan, praktik-praktik

adat, dan keyakinan agama.

j) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual, dan sosial

ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan/kelahiran anak,

dan sampai 40 hari pascapersalinan.

k) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit.

2.8 Tanda-tanda Persalinan

Sebelum tcrjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki

kala pendahuluan (preparatory stage of labor), dengan tanda-tanda sebagai

berikut.

1) Terjadi lightening.

Menjelang niinggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uteri

karena kepala bayi sudah inasuk PAP. Iada multigravida, tanda ini tidak begitu

kelihatan.

Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2 minggu


50

menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan

mcrasa tidak nyaman; selain napas pendek pada trimester 3, ketidaknyamanan

disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis,

secara spesilik akan mengalami hal berikut.

(a) Kandung kemih tertekan sedikit, menyebahkan peluang untuk melakukan

ekspansi berkurang, sehinggga frekuensi berkemih meningkat.

(b) Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf yang

melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan sering terjadi

kram kaki.

(c) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan terjadinya

udema karena bagian terbesar dari janin menghambat darah yang kembali

dari bagian bawah tubuh.

2) Terjadinya his permulaan.

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut.

(a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah datang tidak teratur.

(b) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

(c) Durasi pendek.

(d) Tidak bertambah bila beraktivitas.

(e) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

(f) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.


51

(g) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,

kadang bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya

persalinan, maka serviks menjadi matang dan lembut, serta terjadi

obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi.

(h) Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis),

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Pada ibu yang

belum inpartu, kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada

serviks.

2.9 Tanda-tanda Inpartu

a) Timbul rasa sakit oleh adanya his yang dalang lebih kuat, soring, dan

teratur.

b) Keluar lendir bcrcampur darah (blood 'show) yang lebili banyak

karena robekan kccil pada serviks. Sumbatan niukus yang berasal dari

sekresi servikal dari proliferasi kelenjar nuikosa servikal pada awal

kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal

selama kehamilan Moody show adalah pengeluaran dari mukus.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan

mcmbran yang normal terjadi pada kala 1 persalinan. Hal ini terjadi

pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan

secara spontan dalam 24 jam.

d) Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara

nulipara dan multipara.


52

1. Nulipara.

Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan

pembukaan sampai I cm; dan dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu

nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%, kemudian mulai terjadi

pembukaan.

2. Multipara.

Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan,

tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan

membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan. Kontraksi uterus

mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10

menit).

2.10 Sifat His Persalinan

a) Pinggang tcrasa sakit yang menjalar ke depan.

b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar.

c) Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks makin beraktivitas

(jalan), kekuatan makin bertambah.

2.11 Delapan Belas (18) Penapisan Dalam Persalinan

Rujuk ibu, apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
1) Riwayat bedah sesar,
2) Perdarahan pervaginam,
3) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu),
4) Ketuban pecah dengan mekonium yang kental,
5) Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam),
6) Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu),
7) Ikterus,
8) Anemia berat,
9) Tanda/gejala infeksi,
10) Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan,
11) Tinggi fundus 40 cm/lebih,
53

12) Gawat janin,


13) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin

masih 5/5,
14) Presentasi bukan belakang kepala,
15) Presentasi ganda,
16) Kehamilan gemelli,
17) Tali pusat menumbung,
18) Syok.

2..12 Heating Perineum

Prosedur Penjahitan Luka Perineum

Peralatan :

1) Bak instrument
2) Nierbekken

3) Sarung tangan

4) Jarum jahit kulit

5) Jarum jahit otot

6) Pemegang jarum (nailfoeder)

7) Catgut chromic ( ukuran 2/0 atau 3/0)

8) Pinset anatomis

9) Pinset chirugis

10) Gunting benang

11) Lampu sorot

12) Alas bokong

Bahan :

1) Kasa steril

2) Cairan DTT

3). Larutan chlorine 0,5%


54

Pelaksanaan

1) Bersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dalam

keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%.

2) Menyiapkan alat dan bahan dan perlengkapan yang di butuhkan,

Susun alat, bahan, peralatan secara ergonomis, sehingga

mempermudah dalam melakukan tindakan.

3) Posisikan bokong ibu pada ujung tempat tidur, dengan posisi litotomi

4) Pasang kain bersih dibawah bokong

5) Atur lampu sorot kearah vulva/perineum ibu

6) Pakai sarung tangan

7) Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidocain 1% tanpa epinefrin

8) Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan

9) Gunakan kasa steril untuk membersihkan daerah luka dari darah atau

bekuan darah dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada

perineum

10) Beri tahu ibu untuk disuntik dan mungkin timbul rasa kurang nyaman

11) Tusuk jarum suntik pada ujung/luka robekan perineum, masukkan

jarum suntik secara subcutan pada sepanjang tepi luka.

12) Aspirasi untuk memastika tidak ada darah yang terhisap. Bila ada

darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi.

13) Suntikan cairan lidocain 1% sambil menarik jarum suntik pada tepi

luka daerah perineum.


55

14) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik

sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikan

cairan lidocain 1% sambil menarik jarum.

Bila robekan besar dan dalam, alur suntik anestesi akan berbentuk

kipas: ( tepi perineum, dalam luka, tepi mucosa V )

15) Lakukan langkah 11 s/d 14 untuk kedua tepi robekan

16) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan

hasil optimal dari anestesi

17) Melakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan

Telusuri dengan hati-hati menggunakan dua jari/menyuntikkan obat

anestesi

18) Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka, pasang tampon atau

kasa kedalam vagina

19) Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci

pemegang jarum.

20) Pasang pemegang jarum (chromic) pada mata jarum

21) Lihat dengan jelas batas luka episiotomy

22) Membuat jahitan pertama 1 cm diatas ujung laserasi dibagian dalam

vagina. Pastikan benang sudah disimpul mati, potong ujung benang

yang bebas hingga tersisa 1 cm

23) Menutup mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur

Jahit jelujur hingga tepat dibelakang lingkaran hymen

24) Bila menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati pada jahitan

jelujur di belakang lingkat hymen


56

25) Tusuk jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran hymen

hingga menembus luka robekan bagian perineum. Bila robekan yang

tejadi sangat dalam :

a) Lepaskan jarum dari benang

b) Ambil benang baru dan pasang pada jarum

c) Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk

menghindari rongga bebas

d) Gunting sisa benang

e) Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula

f) Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai

kebagian bawah luka robekan. Bila menggunakan benang plain cet

gut, buat simpul mati pada jahitan jelujur paling bawah

27) Jahit jaringan sub kutis kanan-kiri kearah atas hingga tepat dimuka

lingkaran hymen

28) Tusuk jarum dari depan lingkaran hymen kemukosa vagina di

belakang lingkaran hymen dan potong benang hingga tersisa 1 cm

29) Bila menggunakan tampon/kasa didalam vagina, keluarkan

tampon/kasa . masukkan jari telunjuk kedalam rectum dan rabalah

dinding atas rectum (bila teraba jahitan, ganti sarung tangan dan

lakukan penjahitan ulang)

30) Nasehati ibu agar :

a) Membasuh perineum dengan sabun dan air, terutama setelah buang

air besar (arah basuhan dari bagian muka kebelakang)


57

b) Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1 minggu untuk

pemeriksaan jahitan dan rectum . (segera rujuk bila terjadi fistula).

2.12 PARTOGRAF

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik.

Tujuan utama penggunaan partograf :

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal

c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, bayi,

kemajuan persalinan dan proses persalinan. (APN, 2008)

d) Kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit.


Air ketuban, catat dengan lambang-lambang berikut :

a.U : Selaput ketuban Utuh (belum pecah)

b. J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih

c. M : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur

Mekonium

d. D : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Darah

e. K : Selaput ketuban pecah dan air ketuban Kering


58

(3) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin, catat dengan lambang-

lambang berikut :

a. 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dipalpasi.

b. 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya terpisah.

c. 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih namun

masih bisa dipisahkan.

d 3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

(4) Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X).
(5) Penurunan bagian terbawah janin tulisan Turunnya kepala dan garis

tidak putus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka

pembukaan serviks. Berikan tanda O yang ditulis pada garis waktu

yang sesuai.
b. Jam : catat jam yang sesungguhnya.
c. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah pasien

diterima.
d. Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-

tiap kontraksi dalam hitungan detik :


e. Beri titik-titik di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya <20 detik.


f. Beri garis-garis di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya 20-40 detik.


g. Isi penuh di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya >40 detik.


59

h. Nadi dicatat setiap 30 menit

i. Tekanan darah dicatat setiap 4 jam


(14) Suhu badan dicatat setiap 2 jam.
(15) Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam (APN, 2008).

3. NIFAS

3.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri

Sunarsih, 2011)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali sebelum hamil. Lama

masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).

Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. Dalam agama lslam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.


2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alal-alat genitalis

yang lamanya 6 - 8 minggu.


3) Remote puerperium, waktu yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempuma

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

3.2 Fisiologis Masa Nifas


60

1) Sistem reproduksi
a) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhimya kembali seperti sebelum hamil

(1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
(2) Akhir kala lll persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat

dengan berat uterus 750 gr.


(3) Satu minggu post parfum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat

simfisis dengan berat uterus 500 gr


(4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis

dengan berat uterus 350 gr


(5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gr


b) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina dalam masa nifas Macam-macam Lochea


(1) Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, vemiks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari post partum.


(2) Lochea Sanguinolenta : berwama kuning berisi darah dan

lendir, hari 3 - 7 post partum.


(3) Lochea serosa : berwama kuning cairan tidak berdarah lagi,

pada hari Re 7 - 14 post partum


(4) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
(5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk
(6) Locheastasis : lochea tidak lancar keluamya.
c) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium ekstema dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.


d) Vulva dan Vagina
61

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia manjadi lebih menonjol.


e) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebaglan besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada

keadaan sebelum melahirkan.


d) Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
(1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan

peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.


(2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi

terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.


(3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda

mulainya proses laktasi


2) Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 - 36

jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang


62

mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi

akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.


3) Sistem Gastrointestinal

Kerapkali diperlukan waktu 3 - 4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,

namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua

hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum

dapat menghalangi keinginan ke belakang.

4) Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar

estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel

darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar

selama masa nifas, namun kadamya masih tetap lebih tinggi daripada

normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan

demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah

dengan penanganan yang cermat dan penanganan pada ambulasi dini.

5) Sistern Endokrin
(a) Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post

partum Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.


(b) Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang
6) Sistem moescoluscetal
63

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi

dini sangat membantu untuk. mencegah komplikasi dan mempercepat

proses involusi.
7) Sistem integumen
(a) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan

menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit


(b) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena

kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.


3.3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan

bayi.
2) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada

ibu.
3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila mana perlu.
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya

dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.


5) lmunisasi ibu terhadap tetanus.
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang

baik antara ibu dan anak.

Tabel 2.1
64

Kunjungan Ibu Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena

persalinan atonia uteri.


2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan; rujuk jika perdarahan berlanjut.


3. Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga mengenai bagaimana

cafa mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.
4. Pemberian asi awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi

yang baru lahir.


6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hypothermi.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan,

ia harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru

lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran

atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan

stabil.
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:

persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau.


2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,

atau perdarahan abnormal.


3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan, dan istirahat.


4. Memastikan ibu menyusui dengan balk dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
65

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.


3 2 minggu setelah Sama seperti di atas

persalinan
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-

persalinan kesulitan yang ia tau bayinya alami.


2. Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber : Bahiyatun, 2009

3.4. Penanganan Masa Nifas


1) Kebersihan diri
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Membersihkan daerah disekitar vulva

dulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan

daerah sekitar anus.


c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika

dicuci dengan baih dan dikeringkan dibawah matahari atau

disetrika.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.


e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.


2) lstirahat
a) Anjurkan ibu beristirahat cukup guna mencegah kelelahan

yang berlebihan.
66

b) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi

bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal

yaitu : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,

memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan

untuk merawat bayi dan dirinya sendiri


3) Latihan
a) Mobilisasi dini yaitu kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing parturient turun dari tempat tidurnya. Pada

persalinan normal sebaiknya dikerjakan 6 jam.


b) Senam nifas urduk mengembalikan otot-otot perut dan

panggul kembali normal. Otot perut menjadi kuat sehingga

mengurangi rasa nyeri pada punggung.


4) Gizi

lbu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap

hari, Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup, Minum 3 liter/hari, zat besi

diminum 40 hari pasca persalinan, minum kapsul vit A (200.000

unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

5) Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
67

c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.


d) Apabila lecet sampai berat dapat diistirahatkan selama 24

jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan

sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri minum parasetamol 1 tablet

setiap 4-6 jam.


f) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASl,

lakukan : pengompresan payudara dengan menggunakan kain

basah hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal

menuju puting dengan arah "Z, keluarkan ASI sebagian dari

bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.


g) Hubungan perkawinan (seksual), secara fisik aman untuk

memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri.


6) Keluarga Berencana
Kontrsepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau

melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur

yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur

dan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu nifas

antara lain Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil progestin

(mini pil), suntikan Progrestin, kontrasepsi implan, dan alat

kontrasepsi dalam rahim (Vivian, Tri sunarsih, 2011).


a) Metode Amenorhea Laktasi ( MAL)
68

Metode Amenorhea Laktasi ( MAL) adalah kontrasepsi

yang mengandalkan pemberian ASI. MAL dapat dikatakan

sebagai kontrasepsi bila terdapat keadaan-keadaan berikut.


(1) Menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan makanan

pemdamping.
(2) Belum haid sejak masa nifas selesai.
(3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Beberapa keuntungan kontrasepsi ini adalah sebagai berikut.
(1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca-

persalinan.
(2) Segera efektif.
(3) Tidak mengganggu senggama.
(4) Tidak ada efek samping secara sistem.
(5) Tidak perlu pengawasan medis.
(6) Tidak perlu obat atau alat.
(7) Tanpa biaya
Keterbatasan dari metode ini adalah sebagai berikut.
(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusun dalam 30 menit pasca-presalinan.


(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
(3) Tidak melindungi terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)

termasuk virus hepatitis B/HIV/AIDS.


Pelaksaan dari metode ini adalah sebagai berikut.
(1) Bayi disusui secara on demand/ menurut kebutuhan bayi.
(2) Biarkan bayi mengisap sampai dia sendiri yang melepaskan

isapannya.
(3) Susui bayi anda juga pada malam hari karena menyusui

pada malam hari mempertahankan kecukupan kesediaan

ASI.
(4) Bayi tetap disusukan walaupun ibu/bayi sedang sakit.
(5) Ketika ibu mulai dapat haid lagi, pertanda ibu sudah subur

kembalidan harus segera memulai menggunakan metode

KB lainnya.
b) Pil Progestin (Mini Pil)
Metode ini cocok untuk digunakan oleh ibu menyusui

yang ingin memakai pil KB karena sangat efektif pada masa


69

laktasi. Efek samping utama adalah gangguan perdarahan

(perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur).


c) Suntikan Progestin
Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai oleh

semua perempuan dalam usia produksi, kembalinya kesuburan

lebih lambat (rata-rata 4 bulan), serta cocok untuk masa laktasi

karena tidak menekan produksi ASI. Semetara itu, keterbatasan

yang dimiliki metode ini adalah sebagai berikut.


(1) Sering ditemukan gangguan Haid yang

memendek/memanjang, perdarahan bayak/sedikit,

perdarahan tidak teratur, atau tidak haid sama sekali.


(2) Sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus

kambali pada suntikan).


(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.
(4) Kesuburan kembali terlambat setelah penghentian

pemakaian, karena belum habisnya pelepasan obat suntikan

dari Deponya.
(5) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan

emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.


(6) Hal yang perlu diperhatikan adalah selama 7 hari setelah

suntikan pertama adalah tidak boleh melakukan hubungan

seksual.
d) Kontrasepsi Implan
Efektif selama 5 tahun untuk norpalnt, 3 tahun untuk

jadena, indoplant, dan implanon. Kontrasepsi ini dapat dipakai

oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan


70

pencabutan perlu pelatihan.kesuburan segera kembali setelah

implan dicabut.
e) AKDR
Alat Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) memiliki beberapa

jenis, yaitu CuT-380A, Nova T, dan Lippes Lopps.


Beberapa keuntungan dari kontrasepsi ini adalah sebagai

berikut.
(1) Efektifitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan/100 kehamilan dalam

1 tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan.


(2) Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A

dan tidak perlu diganti).


(3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan

kenyamanan seksual karena tidak takut hamil.


(4) Tidak mempengaruhi produksi ASI
(5) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan sesudah

abortus (apabila tidak infeksi).


(6) Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir).


(7) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
(8) Dapat dipakai Oleh semua perempuan usia reproduksi.
Beberapa kerugian dari pemakaian kontrasepsi ini adalah

sebagai berikut.
(1) Efek samping yang umum terjadi, perubahan siklus haid

(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang

setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan

spotting antar menstruasi, saat haid lebih sakit.


(2) Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3-5

hari setelah pemasangan, perforasi dinding uterus,

perdarahan berat pada waktu haid yang memungkinkan

penyebab anemia.
(3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
71

(4) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan

yang sering gonta-ganti pasangan.


3.5. Komplikasi masa nifas
a) lnfeksi Nifas

lnfeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat

genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan

meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa menghitung hari

pertama dan berturut-turut selama 2 (dua) hari.

(1) Keadaan Abnormal pada Rahim


keadaan abnormal pada lahim yaitu:
(a) Subinvolusi uteri
(b) Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
(c) Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
(2) Masalah dalam Laktasi
b. Payudara Bengkak (Engorgement)
c. Kelainan putting susu
d. Putting susu nyeri (Sop Nipple) danLecet (Crccled

Nipple)
e. saluran Air susu tersumbat (Obstructive Ducl)
f. Mastitis
g. Abses Payudara
h. Air susu ibu kurang
i. Bayi bingung putting
j. Bayi enggan menyusu.

4. BAYI BARU LAHIR

4.1 Pengertian

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir
72

pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram

(Vivian Nanny Lia Dewi, 2011). Ciri-ciri bayi baru lahir normal :

1) Lahir aterm antara 37-42 minggu.


2) Berat badan 2.500-4.000 gram.
3) Lingkar dada 30-38 cm.
4) Lingkar kepala 30-35 cm.
5) Lingkar lengan 11-12 cm.
6) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
7) Pernafasan 40-60 x/menit.
8) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang

cukup.
9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya terlihat

sempurna.
10) Kuku agak panjang dan lemas.
11) Nilai APGAR >7.
12) Gerakan aktif.
13) Bayi lahir langsung menangis kuat.
14) Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sud ah terbentuk dengan baik.


15) Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
16) Refleks morro ( gerakan memeluk bila dikagetkan)sudah terbentuk

dengan baik.
17) Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.
18) Genetalia :
(a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.


(b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.


19) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24

jam pertama dan bewarna hitam kecoklatan.


4.2 Penanganan bayi baru lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir :
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) ldentifikasi
5) Pencegahan infeksi
73

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan

identifikasi rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan kritis dan

dokter memberikan instruksi khusus.

1) Membersihkan Jalan Nafas :


Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila

bayi tidak langsung menangis penolong segera membersihkan jalan

nafas dengan cara sebagai berikut :


(a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.
(b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.


(c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan dengan tangan

yang dibungkus kasa steril,


(d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 - 3 kali atau gosok

kaki bayi dengan kain


2) Memotong dan Merawat Tali Pusat:
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak

begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada

bayi kurang bulan, apabila bayi baru lahir tidak menangis, maka tali

pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan

resusitasi pada bayi, tali pusat diptong 5 cm dari dinding perut bayi

dengan gunting steril dan ikat dengan pengikat steril.


3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat, suhu tubuh bayi
74

merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat

sampai suhu tubuhnya sudah stabil bayi harus dicatat.


4) Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru

lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 - 0,5 % untuk mencegah

terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan

cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg / hari selama 3 hari,

sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis

0,5 mg - 1 mg /hari.
5) Memberikan obat tetes/salep mata
Di daerah dimana prevalensi gonerea tinggi, setiap bayi baru lahir

perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi baru lahir, pemberian obat

mata eritromisin 0,5% atau oksitetrasiklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual).
6) ldentifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya

mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang

efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di

tempatnya sampai waKu bayi dipulangkan.

7) Pemantauan Bayi Baru Lahir


Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui

aktifltas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan

bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong

persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan :


a) Dua jam pertama sesudah lahir. Hal-hal yang dinilai waktu

pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir, meliputi :


75

(1) Kemampuan menghisap kuat dan lemah.


(2) Bayi tampak aktif lunglai.
(3) Bayi kemerahan atau biru.
b) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya :

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan

tindak lanjut seperti:


(1) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
(2) Gangguan pemafasan
(3) Hipotermi
(4) lnfeksi
(5) Cacat bawaan atau trauma lahir.

8) Penatalaksanaan awal bayi baru lahir.


Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga

kelahiran bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal yang

meliputi :
a) Persalinan bersih dan aman.
Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan

infeksi dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang

tepat.
b) Memulai Pernafasan Spontan
Segera lakukan penilaian awal 0 - 30 detik. Nilai kondisi bayi baru

lahir secara cepat dengan mempertimbangkan atau menanyakan 5

pertanyaaan sebagai berikut:


(1) apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
(2) Apakah bayi bernafas spontan ?
(3) Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
(4) Apakah tonus / kekuatan otot bayi cukup ?
76

(5) Apakah ini kehamilan cukup bulan ?


(6) Stabilisasi temperatur tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap

hangat.

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya

secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan

panas tidak dapat dicegah. Bayi yang kehilangan panas (hipotermia)

beresiko tinggi jatuh sakit atau meninggal.

9) ASI dini dan eksklusif


Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi

lahir dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama.


10) Pencegahan lnfeksi.
Tetes mata profilaksis (larutan perak nitrat 1 %) atau salep

antibiotik (tetrasiklin 1 Vo alau eritromisin 0,5 %) harus diberikan

dalam waktu 1 jam pertama setelah bayi lahir. Upaya profilaksis untuk

gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam

waktu satu jam pertama kehidupan.


11) Pemberian lmunisasi
Rekomendasi jadwal imunisai PPI (program pengembangan

imunisasi) Hepatitis B 0 ( uniject) 0-7 hari dan polio 1,


(1) BCG pada 1 bulan.
(2) Hb I dan DPT 1 ( combo 1 ) pada 2 bulan dan polio 2,
(3) Hb 2 dan DPT 2 ( combo 2 ) pada 3 bulan dan polio 3
(4) Hb 3 dan DPT 3 ( combo 3 ) pada 4 bulan dan polio 4
(5) Campak 9 bulan.
12) Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL

dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 - 0,5 %. Untuk mencegah

terjadinya pedarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup

bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari selama 3


77

hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan

dosisi 0,5-1 mg l.M.

13) Perawatan tali pusat


Selama tali pusat belum lepas, perlu dilakukan perawatan secara

cermat agar tidak terjadi infeksi. Beberapa cara merawat tali pusat,

diantaranya:
(1) Usahakan setiap kali akan dan setelah merawat tali pusat harus
(2) mencuci tangan terlebih dahulu.
(3) Jaga kebersihan tali pusat dan sekitamya, dan diupayakan tali

pusat selalu dalam keadaan kering.


(4) Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
(5) Supaya tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak di tutup oleh

kasa steril ataupun oleh kasa alkohol atau kasa betadine

sehingga mendapat udara cukup biarkan kering dengan

sendirinya.
(6) Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
(7) Kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
(8) Membersihkan tali pusat minimal 1-2 kali sehari.
14) Penilaian untuk tanda-tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan

atau kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi barulahir

dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda

sebagai berikut:
(1) Sesak napas
(2) Frekwensi pernafasan 60 kali/menit
(3) Gerak retraksi di dada
(4) Malas minum
(5) Panas atau suhu tubuh badan bayi rendah
(6) Kurang aktif
(7) Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum.

Adapun tanda bayi sakit berat yaitu sebagai berikut:

(1) Sulit minum


(2) Sianosis sentral (lidah Biru)
(3) Perut kembung
78

(4) Periode apneu


(5) Kejang
(6) Merintih
(7) Perdarahan
(8) Sangat kuning
(9) Berat badan lahir < 1500 gr

Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir

(1) Suhu badan bayidan suhu lingkungan


(2) Tanda-tanda vital
(3) Berat badan
(4) Mandidan perawatan kulit
(5) Pakaian
(6) Perawatan tali pusat

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN (7 LANGKAH VARNEY)


Manajemen kebidanan menurut saminem (2010), yang diadaptasi dari

sebuah konsep yang dikembangkan oleh helen varney edisi ketiga, tahun

1997 yaitu :
1. Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus

dan pemeriksaan penunjang.

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah

berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi

yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi

data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Contoh: dari


79

data subyektif diperoleh bahwa si pasien mengatakan pusing, susah tidur dll.

Dari data obyektif diperoleh data kesehatan pasien dengan cara pemeriksaan

TTV. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap,

dan akurat.

2. Interprestasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau

masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnose dan

masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan

seperti diagnose tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai

diagnose. Sebagai contoh: wanita pada trimester ketiga merasa takut

terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda

lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar

diagnose tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan

pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk

mengurangi rasa takut. Diagnose kebidanan adalah diagnose yang

ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnose kebidanan.


80

Standar nomenklatur diagnose kebidanan:

1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.

2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

3. Memiliki ciri khas kebidanan.

4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnose potensial berdasarkan diagnose yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnose ini

menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan

asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita dengan pemuaian uterus yang

berlebihan, bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab

pemuaian uterus yang berlebihan tersebut. Kemudian ia harus mengantisipasi,

melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap

kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan post partum yang disebabkan oleh

atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebihan.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan

terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau

diagnose potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan


81

langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah

diagnose atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.

4. Antisipasi atau tindakan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer

periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut

bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak

segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang

memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu

intervensi dari dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila

ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya

penyakit jantung, diabetes atau masalah medic yang serius, bidan perlu

melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan

lain seperti pekerja social, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis BBL.
82

Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk

menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam

manajemen askeb.

Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan

tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang

dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu

dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada step

sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus

dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini

termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara

kolaborasi atau bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini

benar-benar dibutuhkan.

5. Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
83

masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi-kultural atau

masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut

sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan

kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu

bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga

akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas

bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan

rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama

sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan

klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan

kesehatan terhadap wanita.

6. Implementasi

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi

oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanannya, misalnya memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan


84

dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana

asuhan telah dilaksanakan.

7. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar efektik dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan

penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian

yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta

berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut

berlangsung didalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada

klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini

dievaluasi dalam tulisan saja.


85

BAB III

TNJAUAN KASUS

1. Asuhan Kebidanan
1.1 Asuhan kebidanan pada Ibu Hamil

Pada tanggal 3 Juli pasien datang ke BPM E . Ibu mengatakan ingin

memeriksakan kehamilannya. Setelah itu dilakukan anamnesa nama pasien

Ny. H umur 30 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan SMP dan

pekerjaan ibu rumah tangga. Nama suami Tn. A, umur 31 tahun, suku Jawa,

agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan swasta, dan alamat rumah jalan

Pangeran Samudra III. Ibu mengeluh sering buang air kencing dan

mengeluh sakit pada selangkangan. Kehamilan ini direnacakan dan diterima

dengan baik. Perasaan ibu tentang kehamilan ini sangat senang, emosional

ibu saat di lakukan pengkajian sangat stabil. Ibu mengatakan jenis kelamin

yang di harapakan yaitu laki-laki atau perempuan semuanya sama saja yang

penting sehat. Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, pada saat

menikah usia ibu 24 tahun dan suaminya 25 tahun, lama menikah kurang

lebih 6 tahun.

Silsilah keluarga atau sesunan keluarga ibu adalah anak kempat dari

empat saudara, saudara ibu yang pertama adalah laki-laki, yang kedua

adalah laki-laki, yang ketiga adalah perempuan, dan yang keempat adalah
86

ibu. Dari susuanan keluarga suami, suami adalah anak kelima dari tujuh

saudara. Anak pertama adalah peremuan, dan anak kedua sampai ketujuh

berjenis kelamin laki-laki.

Ibu tinggal serumah dengan suaminya, ibu mengatakan ini kehamilan

anak yang kedua, dan anak nya yang pertama yaitu laki-laki, berat badan

lahir adalah 2450 gr, jenis persalinan spontan, umur kehamilan cukup bulan,
95
penyulit saat kehamilan tidak ada, penolong saat persalinan yaitu bidan,

anak ibu yang pertama sekarang dala, keadaan sehat. Perilaku kesehatan ibu

selama ini bisa dikatakan baik yaitu ibu tidak merokok, tidak meminum-

minuman yang berakohol, dan tidak memakai narkoba. Riwayat haid ibu,

ibu mengatakan haid pertama pada umur 12 tahun, siklusya biasa nya 28

hari dan tertatur, banyak nya dalam sehari 2-3 kali mengganti pembalut,

lamanya 7 hari dan sifat dan warna darah adalah encer dan merah. Riwayat

kehamilan ibu, ibu mengatakan HPHT : 7-10-2014. Keluhan yang dirasakan

ibu pada saat trimester pertama adalah mual dan muntah, trimester kedua

keluhan-keluhan yang ada di trimester pertama mulai menghilang, dan pada

trimester ketiga keluhan yang dirasakan sakit pada selangkangan dan sering

buang air kecil.ibu mengatakan pergerakan anak pertama kali di rasakan

pada saat kehamilan 20 minggu, pergerakan anak dirasakan dalam 24 jam

yaitu sekitar lebih dari 10-20 kali, dan tidak ada keluhan pada saat bayi

bergerak. Ibu mengatakan sebelum hamil menggunakan KB Pil selama 3

tahun. Riwayat kesehatan, ibu maupun keluarga tidak mempunyai penyakit

yang pernah di derita. Dan ibu tidak mempunyai keturunan kembar.


87

Riwayat kebiasaan selama hamil ibu seperti makan 4 kali dalam sehari

dengan porsi sedang, dengan menu nasi, sayur, lauk (ikan, tahu,tempe, telur,

dan daging). Ibu minum 6-7 kali sehari dan 1 gelas susu hamil. Ibu biasaya

buang air besar 1 kali sehari dan buang air kecil 9-10 kali sehari. Ibu mandi

2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari dan

mengganti pakaian dalam 2 kali sehari. Ibu istirhar siang biasanya 1 jam dan

malam 7-8 jam. Aktivitas ibu sehari-hari adalah ibu rumah tangga seperti

biasa. Saat hamil ibu melakukan hubungan suami istri sebanyak 1 minggu

sekali itu pun dilakukan secara berhati-hati. Ibu sudah mendapatkan

imunisasi TT 2 kali yaitu TT1 pada tanggal 16 februari 2015 dan TT 2 pada

tanggal 16 maret 2015.

Setelah dilakukan anamnesa, dilakukan pemeriksaan fisik. Kesadaraan

umum ibu compos mentis. Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, TD=

110/80 mmHg, N= 82 kali permenit, R=24 kali permenit, dam S= 36,6 oC.

Berat badan ibu sekarang adalah 68 kg, dan berat badan ibu sebelum hamil

adalah 55 kg. Tinggi badan ibu 150 cm, lingkar lengan 24 cm. Pemeriksaan

kepala dan rambut, warna rambut hitam, distribusi merata, bersih, kuat dan

tidak berketombe. Pemeriksaan muka, tidak ada oedema dan tidak ada

closmagravidarum. Pemeriksaan mata, conjungtiva tidak pucat, sklera putih,

kemampuan penglihatan baik. Pemeriksaam mulut, gigi tidak ada yang

berlubang, gusi tidak bengkak dan berdarah, keadaan mulut lembab dan

tidak pucat. Pemeriksaan telinga, letak telinga simetris, kemampuan

pendengaran baik, tidak ad penguluaran dari telinga. Pemeriksaan hidung,

penegeluaran dari hidung tidak ada, kemampuan penciuman baik. Pada


88

leher tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan kelenjar

getah bening. Pada pemeriksaan dada, dada dalam bentuk simetris dan

pergerakan dada teratur. Pemeriksaan mamae, payudara simetri,

hiperpigmentasi aerola ada, bentuk payudara bulat menggantung, keadaan

puting susu menonjol, cairan yang keluar belum ada.pemeriksaan abdomen,

warna/hiperpigmentasi sesuai dengan warna kulit, bekas luka tidak ada,

linea alba, striae albikan. Dilakukan palpasi, leopold 1 TFU px-pusat

(MD= 32 cm), leopold 2 punggung kanan, leopold 3 presentasi kepala,

leopold 4 kepala sudah masuk pintu atas panggul. DJJ 136 kali permenit.

Tapsiran berat badab janin adalah 3255 gram. Pada genetalia tidak

dilakukan pemeriksaan hanya di tanyakan, dan ibu mengatan tidak ada

bengkak,varises, pembesaran kelenjar, pengeluaran cairan, bekas

episiotomi, dan kemerahan pada genetalianya. Anus ibu tidak hemoroid.

Pada ekstermitas tangan, kuku bersih dan tidak pucat, serta tidak ada

oedema. Pada ekstermitas kaki, kuku bersih dan tidak pucat, tidak ada

eodema, refleks patella ka(+) dan ki (+). Pada punggung dilakukan ketuk

costovertebra ka (-) ki (-). Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan,

karena ibu sudah melaukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas

Menteng pada tanggal 1 juli dengan hasil HB : 11.3 gr% dan protein urin(-).

Selama hamil ibu belum pernah melakukan USG. Setelah di lakukan

pemeriksaan fisik didapatkan data :

1. Pengkajian Data (Terlampir)


2. Interprestasi data
89

Diagnosa kebidanan : Ny. H GII PIAO, hamil 37 minggu. Janin tunggal hidup
intra uterin.

Data Subjektif : - Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya


- Ibu mengatakan ini hamil anak yang kedua dan

belum pernah keguguran


- Ibu mengeluh sering kencing dan sakit pada

selangkangan
- Ibumengatakan HPHT : 7 10 2014

Data Objektif : - TP : 14 7 2015

- Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis

- TTV: TD: 110/80 mmHg R : 24 x/menit

N: 82 x/menit S : 36,6 oC

- BB sekarang : 68 kg

- BB sebelum hamil: 55 kg

- Tinggi badan : 150 cm

LILA : 24 cm

Inspeksi : dilakukan pemeriksaan head to toe, tidak ada kelainan

Palpasi : L I : TFU px-pst (MD : 32 cm)

L II : Pu ka

L III : Pres kep

L IV : V PAP
90

Asukultasi: DJJ + 136 x/menit

Perkusi : Refleks patella ka + / ki +

Ketuk costovertebra ka (-)/ki (-)

TBBJ : 3255 gram

Masalah : sering BAK dan sakit pada selangkangan


Kebutuhan : menjelaskan keluhan yang terjdi dan cara mengatasinya
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada
4. Tindakan segera
Tidak ada
5. Intervensi.
1) Lakukan komunikasi interpersonal.
2) Beritahu hasil pemeriksaan.
3) Jelaskan tentang ketidaknyamanan dan cara mengatasinya.
4) Anjurkan ibu untuk istirhat yang cukup.
5) Anjurkan ibu untuk olahraga ringan.
6) Anjurkan ibu untuk mempersiapkan kebutuhan persalinan.
7) Jelaskan tanda bahaya kehamilan trimester 3.
8) Jelakan tanda-tanda persalinan.
9) Berikan ibu obat oral.
10) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang lagi.

6. Implementasi
1) Melakukan komunikasi interpersonal agar terciptasuasana yang

nyaman dan saling percaya.


2) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan ibu 37 minggu

janin tunggal, janin dalam keadaan baik serta DJJ dalam batas normal.

Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal seperti TD : 110/80

mmHg, N : 82 x/menit, S : 36,6 oC, R : 24 x/menit.


91

3) Menjelaskan tentang ketidaknyamanan ibu seperti sering kencing

karena pada trimester ketiga atau akhir, kandung kemih ditekan oleh

kepala janin, dan nyeri pada selangkangan disebabkan ada tekanan

sebagai akibat kepala janin sudah turun kebawah, kedaerah rangka

tulang panggul. Dan mengajarkan kepada ibu cara mengatasi sering

BAK yaitu dengan pada saat tidur usuhakan untuk tidur dengan posisi

miring untuk menguragi tekanan dari rahim, dan untuk mengatasi sakit

pada selangkangan dengan tidak berjongkok terlalu lama.


4) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tidur siang 1-2 jam, dan

malam7-8 jam, dan jangan melakukan pekerjaan yang membuat ibu

mudah lelah.
5) Menganjurkan untuk ibu olehraga ringan seperti jalan kaki di pagi hari

agar peredaran darah ibu lancar dan badan ibu menjadi segar
6) Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan kebutuhan persalinan seperti

tempat bersalin, tenaga kesehatan yang akan menolong ibu, uang,

kendaraan, pakaian ibu dan bayi serta perlengkapannya, serta

persiapan pendonor darah yang golongan darahnya sama dengan

golongan darah ibu jika terjadi komplikasi.


7) Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III seperti ketuban

pecah sebelum waktunya, pusing, nyeri perut hebat, dan pendarahan

serta memberitahu ibu apabila ada tanda-tanda bahaya tersebut segera

untuk memeriksakannya kepusat pelayanan kesehatan seperti Bidan

Praktik Mandiri, Pustu, Puskesmas, dan Rumah Sakit.


8) Mejelaskan tanda-tanda persalinan seperti sakit perut yang datang

semakin sering dan teratur, keluar lender bercampur darah dari jalan

lahir, dan keluar air ketuban. Apabila ada tanda-tanda persalinan segera

ibu datang kepusat pelayanan kesehatan, seperti Bidan Praktik


92

Mandiri, Pustu, Puskesmas, Rumah sakit Bersalin, dan Rumah Sakit

Umum.
9) Memberikan ibu obat oral seperti Fe (3 x 1, 30 tablet), kalk (1 x 1 , 10

tablet) B1 (3 x 1 15 tablet), serta memberitahu ibu cara meminumnya

yaitu tidak menggunakan teh atau kopi maupun susu, karena dapat

menghambat penyerapan obat, untuk tablet kalk diminum pada pagi

hari dan Fe diminum pada malam hari sebelum tidur.


10) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi, bila ada

keluhan dan jika tanda-tanda persalinan masih belum ada.

7. Evaluasi
1) Tercipta hubungan saling percaya antara Ibu dan Bidan
2) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan bayinya.
3) Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau

mengikuti semua ajaran yang di berikan..


4) Ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan.
5) Ibu mau melakukan olahraga ringan.
6) Ibu bersedia mempersiapkan kebutuhan persalinannya.
7) Ibu bersedia pergi kepusat pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda

bahaya trimester III.


8) Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan bersedia pergi kepusat

pelayanan kesehatan apabila ada tanda-tanda persalinan.


9) Ibu bersedia meminum obatnya dan mengerti cara meminumnya.
10) Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang1 minggu lagi.
1.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 02.00 WIB Ibu datang ke klinik bidan E, di

antar oleh keluarganya dengan alasan ingin melahirkan, ibu mengeluh sakit

perut/mules dari pinggang menjalar keperut bagian bawah. Ibu mengatakan haid
93

terakhirnya 7 Oktober 2014 dan tafsiran melahirkan tanggal 14 Juli 2015. Ibu

mengatakan sakit perut/mules sejak tanggal 23.00 WIB dan keluar lendir

bercampur darah pukul 24.30 WIB. Kontraksi dengan frekuensi 2x/10 menit

lamanya 25 detik.
Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dan tidak pernah keguguran. Ibu

mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun dan menular seperti

jantung, tekanan darah tinggi, hepar, diabetes millitus, PHS, campak, malaria, dan

TBC baik dari dirinya sendiri maupun keluarganya dan ibu tidak mempunyai

riwayat keturunan kembar.

Riwayat kebiasaan selama hamil ibu seperti makan 4 kali dalam sehari

dengan porsi sedang, dengan menu nasi, sayur, lauk (ikan, tahu,tempe, telur, dan

daging). Ibu minum 6-7 kali sehari dan 1 gelas susu hamil. Ibu biasaya buang air

besar 1 kali sehari dan buang air kecil 9-10 kali sehari. Ibu mandi 2 kali sehari,

keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari dan mengganti pakaian dalam 2

kali sehari. Ibu istirhar siang biasanya 1 jam dan malam 7-8 jam. Aktivitas ibu

sehari-hari adalah ibu rumah tangga seperti biasa. Saat hamil ibu melakukan

hubungan suami istri sebanyak 1 minggu sekali itu pun dilakukan secara berhati-

hati. Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT 2 kali yaitu TT 1 pada tanggal 16

februari 2015 dan TT2 pada tanggal 16 maret 2015. Sebelum hamil ibu

menggunakan pil kb selama 3 tahun.

Kesadaran umum saat pengkajian compos mentis, TD= 120/80 mmHg,

N=80 x/menit, R=21 x/menit, S=36,7 oC, berat badan ibu sekarang 68 kg, tinggi

badan ibu 150 cm, lingkar lengan 24 cm. Kenaikan berat badan ibu selama hamil

adalah 13 kg.
94

Keadaan kepala ibu baik, tidak ada bekas luka dengan warna rambut hitam

distribusi merata, bersih dan tidak mudah rontok. Tidak ada oedema pada muka

dan tidak ada cloasmagravidarum. Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning,

dan kemampuan penglihatan baik. Gigi ibu tidak berlubang, gusi tidak berdarah,

dan keadaan bibir lembab. Keadaan letak telinga simetris, tidak ada pengeluaran

dan keadaan pendengaran baik dibuktikan ibi dapat dengan jelas mendengar suara,

perkataan ataupun pertanyaan darai pemeriksa. Tidak ada pengeluaran dari hidung

dan kemampuan penciuman baik.

Dari pemeriksaan bagian leher, tidak ada pembersaran kelenjar tiroid,

pembesran vena jugularis, dan pembesaran getah bening. Keadaan dada simetris

dan pergerakannya teratur. Mammae dalam keadaan simetris,terdapat

hiperpigmentasi aerola dengan bentuk payudara bulat menggantung, keadaan

puting susu menonjol dan ada pengeluaran colostrum. Pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil hiperpigmentasi sesuai warna kulit, tidak ada bekas luka,

terdapat linea alba dan striae albikan. Dilakukan pemeriksaan palpasi dengan

Leopold I = TFU px-pusat (MD=32 cm), Leopold II= punggung kanan,

Leopold III= presentasi kepala, Leopold IV= kepala sudah masuk pintu atas

panggul. Tafsiran berat badan janin adalah 3255 gram dengan DJJ= 129 x/menit.

Intensitas kontraksi kuat dengan frekuensi 3x/10 menit lamanya 35 detik.

Supra pubik tidak teraba dan kandung kemih kosong. Pada ekstermitas tidak ada

oedema pada tangan dan kaki, tidak ada varises pada tungkai dan refleks patella

ka (+)/ki (-).
95

Dilakukan pemeiksaan pada genetalia, tidak ada varises, luka kemerahan,

nyeri, oedema pada genetalia dan terdapat pengeluaran pervaginam berupa lendir

bercampur darah. Dilakukan pemeriksaan dalam (VT) pada tanggal 6 Juli 2015

pada pukul 02.30 WIB, terdapat pendataran pada serviks, pembukaan belum

lengkap ( 3 cm), keadaan selaput ketuban utuh dan menonjol, penurunan kepala

pada bidang H III, posisi kepala UUK kiri depan, tali pusat tidak teraba dan kesan

panggul normal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data :

a. Kala 1
1. Pengkajian Data (terlampir)
2. Interprestasi Data
Diagnosa Kebidanan : Ny. H GIII PI AO, hamil 37 minggu, janin tunggal

hidup intra uterin, inpartu kala I fase aktif.


Data Subjektif : 1 ) Ibu mengatakan bahwa ia ingin melahirkan
2) Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua &

belum pernah keguguran


3) Ibu mengatakan mulas sejak tanggal 5 Juli 2015,

pukul 23.00 WIB dan ada lender bercampur darah

keluar dari jalan lahir pukul 00.30 WIB


4) Ibu mengatakan merasa sakit perut menjalar

kepinggang
5) Ibu mengatakan HPHT : 7-10-2014
K
Data Objektif : /U Ibu baik, kesadaran compos mentis
TTV : TD : 120/80 mmHg R : 21 X/Menit
N : 80 x/menit S : 36,7 oc
BB : 68 Kg
TB : 150 cm
LILA : 24 cm
TP : 14-7-2015
Inpeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : L I : TFU 1/2 PX-PST (MD:32 cm)
L II : PU-KA
L III : Pres-Kep
L IV : PAP
TBBJ : 3255 gram
96

Auskultasi : Ref;leks patella +/+


Pemeriksaan bimanual :
VT : Pukul 02.30 wib Vulva vagina normal,

portio tebal, ketuban , 3 cm, molase

, penurunan keapala H , UUK Kiri depan


III

Pukul 06.30 wib Vulva vagina normal, portio tebal,

ketuban , 5 cm, molase , penurunan

keapala HIII, UUK Kiri depan Pukul 06.30 wib Vulva

vagina normal, portio tebal, ketuban , 5

cm, molase , penurunan keapala HIII, UUK Kiri

depan
Masalah : ibu merasakan sakit pinggang hingga menjalar keperut
Kebutuhan : lakukan asuhan sayang ibu
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada
4. Tindakan Segera
Tidak ada

5. Intervensi
1). Lakukan komunikasi interpersonal.
2). Informasikan hasil pemeriksaan.
3). Berikan dukungan emosional.
4). Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman.
5). Beritahu ibu cara mengedan yang baik.
6). Anjurkan ibu untuk BAK dan BAB.
7). Siapkan kondisi lingkungan
8). Tulis kemajuan persalinan dilembar partograf.
6. Implementasi
1) Melakukan komunikasi interpersonal kepada Ibu, agar tercipta hubungan

baik, aman, dan saling percaya.


97

2) Menginformasikan pemeriksaan kepada Ibu, Suami, dan Keluarga bahwa

keadaan Ibu dan janin baik, TTV dalam batas normal, TD : 120/80

mmhg, N : 80 x/menit , S : 36,7 oc, setelah dilakukan pemeriksaan dalam

pukul 02.30 WIB, 3 cm, ketuban , h 3 x/


15 10 menit lamanya 35

detik, DJJ 129 x/10 menit.


3) Memberikan dukungan emosional seperti menemani ibu dalam

persalinan, khususnya suami supaya persalinan berjalan dengan lancar.


4) Menganjurkan Ibu uuntuk memilih posisi yang nyaman, seperti berdiri,

miring kiri, duduk bersila, menungging, setengah duduk untuk

memperlancar proses persalinan dan mengurangi rasa sakit.


5) Memberitahu ibu cara mengedan yang baik, yaitu saat puncak sakit

datang, ibu terlebih dahulu menarik nafas panjang kemudian meneran

menarik kedua paha kearah dan menekuk dagu kearah dada.


6) Menganjurkan ibu untuk BAB dan BAK agar kendung kemih dan rektum

tidak penuh dan mengganggu proses persalinan.


7) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar memperoleh tenaga

yang nantinya diperlukan pada proses persalinan.


8) Menyiapkan kondisi lingkungan, alat, dan bahan, serta obat-obatan untuk

menolong persalinan.
9) Menulis kemajuan persalinan dilembar protograf.
7. Evaluasi
1). Terjalin hubungan saling percaya antara ibu dan bidan
2). Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3). Ibu sudah diberikan dukungan emosional
4). Ibu sudah memilih posisi yang nyaman seperti miring kiri.
5). Ibu sudah mengetahui cara mengedan yang baik.
6). Ibu sudah BAK.
7). Ibu sudah makan dan minum
8). Lingkungan, alat-alat dan bahan sudah disiapkan.
9). Kemajuan persalinan sudah ditulis dilembar partograf dengan hasil
98

VT pukul 05.30 WIB, 5 cm, portio tipis, ketuban , penurunan

Kepala HIII, his 4 x/10 menit 50 detik. DJJJ 140 x/menit


VT pukul 06.30 WIB 10 cm, potio tidak teraba, ketuban ,h ,
IV

tali pusat tidak teraba.


b. Kala 2
S : 1). Ibu mengatakan ada dorongan kuat untuk meneran
2). Ibu mengatakan seperti ingin BAB

O : Keadaan umum iba baik, kesadaran compos mentis

a) inspeksi : Vulva/vagina dan sfingter ani membuka perineum

menonjol

b) palpasi : HIS 5 x/ 10 menit lamanya 50 detik penurunan

Kepala 1/5
A : Ibu inpartu Kala II

P : 1). Menjaga privasi dengan menutup pintu dan tirai

2). Mengaur posisi untuk memperoleh persalinan seperti duduk,

setengah duduk, miring kiri, jongkok dan merangkak.

3). Melakukan asuhan sayang ibu dengan memberikan minum

sewaktu tidak ada kontraksi agar tidak dehidrasi.

4). Mengajukan ibu untuk meneran seperti yang sudah dianjurkan.


5).Memberikan dukungan mental pada ibu agar semangat

menghadapi persalinan
6). Memasang celemek, masker, mamun tidak menggunakan alas

kaki dan penutup kepala, melakukan pertolongan persalinan

normal :
99

a) Memastikan anda gejala Kala II : dor-an, tek-nus, per-jol,

vul-ka.
b) Memastikan kelengkapan alat, bahan, dan obat-obatan.
c) Menggelar kain diatas perut ibu, diatas meja resusitasi,

mematahkan ampul, oxytosin, dan memasukan oxytosin

kedalam partus set.


d) Memasang handscoon, memasukan oxytosin kedalam

spuit.
e) Melakukan vulva hygiene, kemudian VT memastikan

pembukaan lengkap
f) Mendektomanisasikan handscoon kedalam larutan kloin

0,5 % lepas rendam secara terbalik.


g) Mencuci tangan dan keringkan.
h) Memeriksa DJJ disela kontraksi dan mencatat portograf.
i) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa lengkap,

ketuban , DJJ 130 x/m.


j) Bila diameter Kepala 5-6 cm membuka vulva, gelar

handuk diatas perut ibu dan kain dilipat 1/3 bagian bawah

ibu.
k) Tangan kanan menahan penneum diatas kain dengan

tangan kiri menahan puncak Kepala untuk mencegah

defleksi maksimal..
l) Setelah Kepala lahir, cek apabila ada lilitan tali pusat.
m) Menunggu Kepala melakukan putaran paksi luar.
n) Memgang Kepala secara biparietal, tarik kebawah untuk

melahirkan bahu interior, tarik keatas untuk melahirkan

bahu posterior, sangga sesor untuk melahirkan seluruh


100

badan, bayi pukul 08.00 WIB, JK : , anus , cacat

, caput .

o) Melakukan penilaian pada bayi dan mengerikan bayi.


p) Mencek apakah ada janin kedua.
q) Memberitahu ibu akan disuntik oxytosin agar eterus

berkontraksi dengan baik.


r) Menyuntik oxytosin 10 unit 1/3 pada bagian distal lateral.
s) Menjepit kedua tali pusat dikedua tempat kemudian

potong diantara 2 klem.


t) Mengganti handuk basah dengan handuk kering dan

bersih.
u) Menelungkup bayi diatas perut ibu dengan Kepala lebih

rendah dan putting susu, melakukan kontak kulit,

menyelimuti ibu dan memasang topi dikepala bayi,

membiarkan bayi melakukan IMD.


c. Kala 3
S : 1) Ibu mengatakan perutnya terasa mules saat setelah bayi lahir.
2) Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya.

O : K/U Ibu baik, kesadaran compos mentis

Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta, seperti TRU setinggi

pusat, teraba keras, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-

tiba.
A : Ibu inpartu kala III
P :1) Melahirkan plasenta
2) Memindahkan klem 5-10 dari vulva
3) Meletakan tangan kiri diatas symplsis untuk melakukan dorso

kranlal dan tangan kanan menegangkan tali pusat.


a) Melakukan PPT (peregangan tali pusat terkendali)
b) Melakukan tarikan kebawah dan kemudian keatas ketika

plasenta tampak di vulva, sesuai kurve jalan lahir.


101

c) Menyambut plasenta dengan kedua tangan, melakukan

searah jarum jam untuk melahirkan plasenta & selaputnya,

plasenta lahir pukul 08.10 WIB.


d) Memeriksa bagian fetal dan maternal plasenta.
e) Melakukan massase uterus selama 15 detik.
f) Mencek leserasi, tidak ada leserasi.
g) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik agar tidak

pendarahan.
h) Memastikan ibu dan bayi tetap melakukan IMD selama 1

jam.
d. Kala 4
S :1) Ibu mengatakan senang karena bayinya lahir dengan selamat.
2) Ibu merasakan lelah.
O : TTV : TD : 110/70 mmHg R : 22 X/Menit
N : 80 x/menit S : 36,8 oc

Palpasi :

1) Kontraksi tanda keras


2) Uterus tanda keras
3) TFU jari kosong
4) Kandung kemih kosong
A : Ibu inpartu kala IV
P :
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik

dan tanda- tanda vital dalam batas normal.


2) Membersihkan ibu dengan air DTT, mengganti pakaian ibu

dengan pakaian bersih dan kering,membersihkan tempat

bersalin dengan air DTT dan klorin, memasang pembalut ibu

membersihkan partus set dan merendam dilarutkan klorin 0,5

% dan mencuci tangan.


3) Membuang bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang

sesuai.
4) Memberitahu ibu untuk memberi makan dan minum.
102

5) Melakukan observasi 2 jam post partum, TTV, TPU, kontraksi

uterus kandung kemih & pendarahan.


6) Melengkapi partograf.

1.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 10.00 WIB dilakukan pengkajian pada ibi

nifas 2 jam post partum. Ibu mengeluh perutnya mules dan kelelahan.
Ibu mengatakan ini adalah persalinan yang keduanya dan sebelumnya tidak

pernah keguguran. Haid terakhir pada tanggal 7 Oktober 2014 dan tafsiran

persalinan pada tanggal 14 Juli 2015. Selama hamil ibu pernah 5 kali di bidan

praktik mandiri dan 1 kali di puksesmas. Ibu mempunyai pengalaman menyusui

pada anak pertama.


Riwayat persalinan ibu sekarang adalah ibu melahirkan di Klinik bidan

Praktik Mandiri pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 08.00 WIB dengan spontan

pervaginam. Perdarahan saat persalianan 200 c. Status emosional ibu saat

pengkajian baik dan interaksi antara ibu bayi juga baik. Aktifitas ibu berupa

makan 4 kali sehari dan minum 6-7 gelas/hari. Ibu istrirahat 7-8 jam.

Kesadaran umum ibu saat pengkajian compos metis. TD=120/80 mmHg,

N= 83 x/menit, R=22 x/menit S=36,8oC. Keadaan kepala ibu baik, tidak ada bekas

luka dengan warna rambut hitam distribusi merata, bersih dan tidak mudah rontok.

Tidak ada oedema pada muka dan tidak ada cloasmagravidarum. Konjungtiva

tidak pucat, sklera tidak kuning, dan kemampuan penglihatan baik. Gigi ibu tidak
103

berlubang, gusi tidak berdarah, dan keadaan bibir lembab. Keadaan letak telinga

simetris, tidak ada pengeluaran dan keadaan pendengaran baik dibuktikan ibu

dapat dengan jelas mendengar suara, perkataan ataupun pertanyaan darai

pemeriksa. Tidak ada pengeluaran dari hidung dan kemampuan penciuman baik.

Dari pemeriksaan bagian leher, tidak ada pembersaran kelenjar tiroid,

pembesran vena jugularis, dan pembesaran getah bening. Keadaan dada simetris

dan pergerakannya teratur. Mammae dalam keadaan simetris,terdapat

hiperpigmentasi aerola dengan bentuk payudara bulat menggantung, keadaan

puting susu menonjol dan ada pengeluaran ASI, memmae dalam keadaan bersih.
Tinggi fundus uteri ibu 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak

teraba suprapubik, ibu sudah BAK sebanyak 500 cc. Saat persalinan tidak

dilakukan episiotomi dan tidak ada laserasi. Jumlah perdarahan 50 cc berwarna

merah dan jenis lochea rubra. Pada ekstermitas atas tidak terdapat oedema dan

kuku tidak pucat. Sedangkan ekstermitas bawah juga tidak terdapat varises,

oedema, dan nyeri tekan.


Setelah melakukan pemeriksaan baik secara anamnesa atau pemeriksaan

fisik pada ibu, maka di dapatkan data :

S : 1) Ibu mengatakan senang karena telah melahirkan bayinya dengan selamat


2) Ibu mengatakan perutnya masih mules dan lelah
K
O : /U Ibu baik, kesadaran compos mentis
TTV : TD : 120/80 mmhg R : 22x/menit
x
N : 83 /menit S : 36,8oc
Payudara bersih, putting menonjol, colostrum (+)
Kontraksi baik, kandung kemih kosong, lochea rubra ( 50

cc), tanda-tanda infeksi (-), laserasi (-)


A : PII AO, 2 jam post partum
P : 10) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi baik,

sekarang ibu dalam masa nifas atau masa yang diperlukan untuk pulihnya

organ-organ kandungan sampai 40 hari.


11) Menginformasikan pola nutrisi seperti :makan teratur, gizi seimbang,
104

banyak makan sayur untuk memproduksi ASI dan banyak makan-makanan

yang mengandung protein untuk mempercepat proses penyenbuhan luka.


12) Menginformasikan personal hygiene :ganti pembalut dan celana dalam

minimal 2x sehari atau bila basah dan kotor, menganjurkan ibu untuk

membersihkan vulva dengan air dan sabun dimulai dari depan kebelakang,

baru kemudian daerah sekitar vulva setiap kali mandi, BAB/BAK.


13) Menginformasikan perwatan payudara :bersihkan putting dengan kapas dan

air bersih sebelum menyusui bayi, melakukan masase payudara 2x sehari,

pada waktu mandi, lakukan pijakan lembut dan sekapa yudara dengan air

hangat. Menganjurkan ibu untuk menyusui selama 6 bulan tanpa MPASI,

ASI berfungsi untuk member kekebalan tubuh terhadap penyakit dan agar

tumbuh kembang bayi baik, mempererat hubungan ibu dan bayi, serta

kontrasepsi bagi ibu.


14) Mengajarkan cara menyusui yang benar dengan posisi duduk, topang

kepala bayi dengan siku lengan bawah dan telapak tangan memegang

bokong dan panggung bayi, Kepala diangkat lebih tinggi dan badan, perut

dan badan bayi bersentuhan dengan perut ibu. Masukkan putting susu

sehingga daerah aerola masuk kedalam mulut bayi, susui bayi bergantian

antara payudara kiri dan kanan sampai merata kenyang, sendawakan bayi

setelah menyyusui dengan posisi tubuh bayi dipundak ibu kemudian tepuk

punggung bayi secara perlahan.


15) Menginformasikan tanda bahaya masa nifas yaitu : keluar darah terus

menerus dan banyak dari jalan lahir, demam tinggi, lochea berbau,

menggigil dan pembengkakan payudara, sakit kepala atau kejang, uterus

lembek, apabila terdapat tanda bahaya tersebut segera periksa ketenaga

kesehatan, pustu, dan Rumah Sakit.


16) Memberikan ibu obat oral :
Asammefenamat 3x1
Amoxicylin 3x1
Vit A 1x1
17) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup seperti tidur disaat bayi
105

sedang tidur agar tidak merasa kelelahan.


18) Menganjurkan ibu untuk kontrol 6 hari lagi atau bila ada keluhan.
1.4. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. H, umur 1 jam, lahir pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 08.00 WIB.

Pukul 09.00 WIB dilakukan pengkajian pada bayi baru lahir. Riwayat kehamilan

dan persalinan yang kedua, dan belum pernah mengalami keguguran. Selama

masa kehamilan ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali dan mengalami

kenaikan berat badan sebanyak 13 kg dari sebelum hamil dan sesudah hamil.ibu

tidak mengalami riwayat penyakit kehamilan seperti perdarahan, preeklamsi,

eklamsi, penyakit kelamin dan lain-lain. Selama hamil ibu mengkonsumsi

makanan yang bergizi, tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu dan alkohol,

serta ibu tidak merokok.

Riwayat persalianan yaitu bayi dilahirkan secara spontan pervaginam,

dengan lama persalinan 9 jam. Ketuban pecah spontan pukul 07.25 WIB berwarna

jernih dan tidak berbau. Ibu maupun bayi tidak mengalami komplikasi saat

persalinan.

Keadaan bayi baru lahir segera menangis dengan intensitas kuat. Warna

kulit kemerahan. Dilakukan IMD selama 60 menit, setelah 1 jam bayi lahir

diberikan Neo-K 0,5mg pada paha kiri 1/3 anterolateral dan salep mata

oksitetrasiklin 1%. Satu jam setelah diberikan Neo-K diberikan imunisasi hepatitis

B pada paha kanan bayi.

Penampilan keseluruhan bayi baik, kepala normal, tidak ada caput dan

cephal, badan dan ekstermitas normal, tidak ada cacat. Tonus otot bayi aktif dan

bayi bergerak aktif. Warna kulit kemerahan, bibir lembab dan tidak pucat.
106

Laju pernafasan 42 x/menit, laju jantung 143 x/menit, suhu 36,8 oC, berat

badan bayi 3500 gram, panjang badan bayi 49 cm. Dari hasil pemeriksaan kepala

didapatkan ubun-ubun datar, sutura teraba dan tidak ada molase, tidak ada

penonjolan/daerah yang mencekung, dan ukuran kepala 34 cm. Hubungan letak

dengan mata dan kepala simetris, pada mata tidak ada tanda-tanda infeksi,bibir

lembab, dan palatum teraba keras, tidak ada sumbing dan refleks mengisap baik,

tidak ada pembengkakan dan kelainan pada leher. Bentuk dada normal, puting

menonjol, bunyi nafas normal, dan tidak terdengar bunyi tambahan, serta bunyi

jantung normal.

Gerakan ekstermitas bayi normal dengan jumlah jari lengkap. Bentuk perut

simetris, tidak ada penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, tidak ada

perdarahan pada tali pusat, lembek pada saat menangis, dan tidak ada

tonjolan/massa. Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan testis berada didalam

skrotum, dan penis berlubang. Lubang anus ada. Gerakan ekstermitas bawah

normal dengan jumlah jari yang lengkap. Pada punggung tidak ada

pembengkakan/cekungan. Terdapat varniks caseosa pada kulit, tidak ada

pembengkakan atau bercak, hitam dan tanda lahir dikulit bayi.

Refleks morro, refleks rooting, refleks walking, refleks sucking, refleks

graphs, dan refleks tonick neck dalam keadaan baik. Setelah dilakukan anamnesa

dan pemeriksaan fisik pada bayi, di dapatkan hasil :

S : 1) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 6 juli 2015, pukul 08.00 wib.
2) Ibu mengatakan bayinya menagis kuat dan bergerak aktif
3) Ibu mengatakan bayinya menysu dan kuat
K
O : /Ubayi baik

Keadaan keseluruhan bayi normal


107

PB = 49 CM, BB = 3500 gram, LK = 34 CM, UD = 35 CM, R = 42 x/m

S = 36,8 oC, JK =

1) Warna kulit kemerahan


2) Tonus otot aktif, gerakan aktif
3) Reflex otot balik, cacat , caput , anus .
4) Genetalia eksternal lengkap
5) Tali pusat tampak lembab tidak ada tanda-tanda infeksi
6) Tanda-tanda hipotermi : Tidak ada
7) BAK : sudah / BAB : Sudah
A : Neonatus 1 jam
108

P : 1. Mengobservasi K/Ubayi, TTV, dan tanda-tanda hipotermi, agar kehangatan s

tetap terjaga dengan dibedong


2. Melakukan pencegahan infeksi dengan membungkus tali pusat dengan kas
3. Memberkan injeksi Vit K 0,5 mg secara IM di paha kiri autolateral 1 jam se

lahir dan salep mata oksitetrasikan 1% dikedua mata oksitetrasiklin 1% dik

oksitetrasiklin1% dikedua mata.


4. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan menyusukan bayi segera setelah

setiap 2 jam atau on demand dan menganjurkan ibu anak memberikan A

selama 6 bula tanpa MP ASI.


5. Menjaga personal hygiene bayi dengan memandikan bayi 6 jam setelah la

kali sehari, mengganti popok dan baju bila basah dan kotor, membersihkan

setelah BAK/BAB>
6. Menjelaskan tanda bahaya pada baru lahir kepada ibu dan keluarga sepe

tinggi, seluruh tubuh kuning, malas menyusu dan dimuntahkan, badan

kebiruan. Bila ada salah satu tanda tersebut segera periksa bayi kebidan a

kesehatan lainnya
7. Memandikan bayi setelah 6 jam setelah lahir. Agar bayi tidak kehilangan su
8. Memberitahu ibu perawatan bayi sehari-hari :
a) Memandikan bayi 1x sehari dengan air hangat
b) Merawat tali pusat dengan kassa steril dan tidak membubuhkan apapu

pusat
c) Mengganti pakaian yang kotor sesegera mungkin
d) Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi.
2.Catatan Perkembangan
2.1 Catatan Perkembangan Ibu hamil
Tanggal : 4 Juli 2015

S : 1) Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya


2) Ibu mengeluh sakit pada pinggang, sering kencing, dan sakit pada

selangkangan.
3) Ibu mengatakan HPHT : 7 10 2014
O : TP : 14 7 2015

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis

TTV : TD: 120/80 mmHg R: 20 x/menit

N : 81 x/menit S : 36,9 oC

BBsekarang : 68 kg

BB sebelum hamil : 55 kg

1
1 1111 2 2
22 22
2
3
33
333 3
109

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL
A. Kehamilan
Asuhan kebidanan kehamilan diberikan pada Ny. H umur 30 tahun.

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua dan belum pernah

keguguran. Kenaikan ibu pada saat hamil adalah sebanyak 13 kg. Pada saat

kunjungan tinggi fundus uteri px-pusat (MD=32 cm). Ibu mempunyai

keluhan sering BAK, sakit pada selangkangan dan sakit pada pinggang.

Tidak ada kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan fisik.


Berdasarkan buku KIA ibu, selama hamil ibu memeriksakan

kehamilannya 5 kali dibidan praktik mandiri dan 1 kali di puskesmas. Ibu

mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali dengam jarak 1 bulan. Saat

ANC dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik,tidak dilkukan

pemeriksaan laboratorium karena ibu telah memeriksakan HB nya pada

tanggal 1 Juli 2015 dan HB ibu dalam batas normal yaitu 11,3 gr%.

B. Persalinan
Sebelum proses persalinan Ny.H dengan usia kehamilan 37 minggu
137
mengeluh nyeri pinggang menjalar keperut bagian bawah dan adanya lendir

bercampur darah. Pada pemeriksaan didapatkan adanya penipisan dan

pembukaan serviks. Proses persalinan Ny. H berlangsung selama 9 jam,

dengan kala 1 yaitu 8 jam 30 menit dimulai pukul 23.30 WIB-07.30 WIB,
110

kala 2 dimulai pukul 07.30 WIB- 08.00 WIB, kala 3 yaitu 10 menit, dan 2

jam observasi kala 4 sejak pukul 08.25 WIB- 10.10 WIB. Persalinan ini

adalah persalinan yang kedua dan belum pernah keguguran sebelumnya.

Selama proses persalinan tidak terjadi gangguan his atau kontraksi uterus.

Air ketuban pecah pukul 07.25 WIB berwarna jernih. Tidak ada molase

pada kepala janin dan gangguan pada denyut jantung janin. Proses

persalinan berjalan dengan lancar.


Pada saat kala 1 persalinan, dilakukan pemeriksaan pada ibu meliputi

pengkajian dan pemeriksaan fisik, saat fase aktif diobservasi menggunakan

partograf dan diberikan asuhan yang telah dibuat yaitu asuhan kebidanan

sesuai dengan rencana asuhan sayang ibu, memberitahu tentang posisi yang

nyaman, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan eliminasi. Persalinan kala 2

ditolong dengan asuhan kebidanan 58 langkah. Kala 3 berlangsung selama

10 menit dan telah dilakukan dengan manajemen aktif kala 3 yaitu

penyuntikan oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, dan masase fundus

uter, plasenta lahir lengkap dengan selaput ketuban dan kotiledonnya. Kala

4 diobservasi pda lembar belakang partograf dan tidak terjadi komplikasi.

C. Nifas
Asuhan kebidanan pada Ny. H pada masa nifas adalah 2 jam

postpartum, dilakukan pengkajian, pengukuran tanda-tanda vital, dan

pemeriksaan fisik khusus yaitu pada payudara dan putting susu, abdomen,

perineum, lochea serta ekstermitas dengan hasil tanda-tanda vital normal

dan puting menonjol serta ada pengeluaran ASI, tinggi fundus 2 jari

dibawah pusat, tidak ada tanda-tanda infeksi, peradangan dan oedema pada

perineum, lochea berwarna merah dengan jenis lochea rubra, pada


111

ekstermitas tidak ada oedema, varises, nyeri dan tidak ada hal abnormal

lainnya. Kemudian diberikan konseling kesehatan tentang peredaan

ketidaknyamanan seperti nyeri pada vulva, mobilisasi dini, personal

hygiene, perawatan payudara, nutrisi, istirahat, tanda bahaya pada masa

nifas, pemberian terapi berupa obat-obatan dan vitamin A.


Kunjungan masa nifas dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari

pertama, hari kedua, dan hari keenam. Pemeriksaan dilakukan seperti 2 jam

postpartum, dilakukan pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan tinggi

fundus uteri dan pengeluaran lochea. Pada hari pertama dan kedua tinggi

fundus uteri ibu 2 jari dibawah pusat dan pengeluaran lochea masih

berwarna merah dengan jenis lochea rubra, pada hari keenam tinggi fundus

uteri pada pertengahan pusat-symfisis dan pengeluaran lochea berwarna

merah bercampur lendir dengan jenis lochea sanguilenta.

Masa nifas Ny. H berlangsung normal tanpa komplikasi, ibu tidak

mempunyai keluhan, ibu sudah bisa menyusui seperti biasanya, sudah dapat

beraktvitas, ibu juga telah mendapatkan penkes yang diberikan oleh penulis

yaitu mengenai menyusui bayinya secara ekslusif tanpa diberikan MPASI

selama 6 bulan, perawatan payudara, dan cara menyusui dengan benar agar

bayi dapat menyusu dengan baik tanpa mengalami komplikasi seperti puting

lecet, peradangan payudara, personal hygiene, mobilisasi dini, nutrisi dan

kebutuhan istirahat. Pada masa nifas ibu juga sudah mendiskusikan tentang

KB yang akan digunakan oleh ibu dan ibu memilih akan menggunakan KB

pil.
D. Bayi Baru Lahir
112

By. Ny. H lahir pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 08.00 WIB berjenis

kelamin laki-laki dengan berat badan 3.500 gram, dan panjang badan 49 cm.

By.Ny.H lahir pada usia kehamilan 37 minggu ( Aterm). Pada saat

kehamilan, tafsiran berat badan janin adalah 3255 gram berdasarkan tinggi

fundus uteri saat pemeriksaan palpasi pada ibu. Bayi dalam keadaan baik

segera menangis. Tidak ada caput, cephal, atau cacat. Refleks-refleks pada

bayi baik, bayi sudah BAB dan BAK dalam 2 jam setelah lahir.
Penanganan bayi baru lahir dimulai setelah bayi lahir dengan

menghangatkan dan melakukan bounding atechment diteruskan IMD

(Inisiasi Menyusu Dini). Penulis selalu memberikan support kepada ibu

untuk selalu memberikan ASI ekslusif untuk bayinya. Asuhan setelah 1 jam

bayi lahir yang diberikan yaitu penyuntikan Noe-K 0,5 mg secara IM

dipaha kiri bayi dan pemberian salep mata Oksitetrasiklin 1%. Kemudian

diberikan imunisasi HB-0 pada 2 jam setelah bayi lahir.


Dilakukan kunjungan pada neonatus setiap hari sambil dilakukan

perawatan bayi sehari-hari, perawatan tali pusat sampai sampai tali pusat

kering dan terlepas.


2. PEMBAHASAN
A. Masa Kehamilan
Dengan adanya kehamilan maka akan terjadi

perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis.

Perubahan tersebut sebagian besar adalah karena hormon

esterogen dan progesteron. Dengan adanya perubahan

tersebut, perlu dilakukan pencegahan, asuhan dan

penanganan sehingga keluhan bisa dikurangi dan tidak

menimbulkan komplikasi. Salah satu perubahan yang terjadi


113

adalah perubahan pada sistem perkemihan yaitu mengeluh

seringnya BAK, sakit pinggang dan sakit pada selangkangan

yang mana hal tersebut adalah perubahan fisiologis (Ika

Pantikawati, Saryono, 2010)


Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih

tertekan oleh uterus yang membesar sehingga sering buang

air besar. Keadaan ini hilang dengan hilang dengan makin

tuanya kehamilan. Pada akhir kehamilan bila kepala janin

mulai turun kebawah pintu atas panggul, keluhan sering BAK

akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tertekan

kembali (Vivian, 2010).

Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang

lebih besar terjadi saat wanita hamil tidur miring. Tidur

miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang

membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan

aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas

ginjal dan curah jantung ( Ari Sulistyawati, 2009).


Karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron,

terjadi relaksasi dari ligament-ligament dalam tubuh

menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan otot

terutama otot-otot pada pelvis. Bersamaan dengan

membesarnya ukuran uterus menyebabkan perubahan yang

drastis pada kurva tulang ibu hamil. Perubahan-perubahan

tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa

sakit pada bagian belakang yang bertambah sering dengan


114

penambahan umur kehamilan (Ika Pantikawati, Saryono,

2010). Cara mengatasinya dengan gunakan kasur yang

menyokong atau gunakan bantal dibawah punggung untuk

meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan

regangan.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi selama kehamilan

adalah perubahan pada sistem reproduksi terutama uterus.

Uterus akan mengalami pembesaran akibat dari hormon

esterogen dan progesteron, uterus akan mengalami

hipertrofi dan hopervaskularisasi akibat dari pertumbuhan

dan perkembangan janin, pertambahan amnion dan

perkembangan plasenta dari yang berukuran 30 gr menjadi

1000 gr. Selain itu, akan terjadi perlunakan pada ishtimus

uteri dan pembesaran plasenta pada satu sisi uterus.

Pembesaran atau perubahan pada uterus yang sesuai pada

saat kehamilan penting diketahui oleh bidan. Perkiraan

pembesaran uterus tersebut dapat diketahui melalui

perkiraan Tinggi Fundus Uteri (TFU) ( Ummi Hani,2011).


Tabel 4.1 Perkiraan TFU terhadap umur

kehamilan

Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan


1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12 minggu
simfisis-pusat 16 minggu
2/3 diatas simfisis atau jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu
pusat- procesus xipoideus 32 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari ( 4 cm) dibawah procesus xipoideus 40 minggu
115

Sumber : Ummi Hani, 2011


Perubahan berat badam pada ibu hamil juga

merupakan salah satu perubahan yang umum terjadi pada

ibu hamil. Pertambahan berat badan ibu hamil

menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu

perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat kelambatan

penambahan berat badan ibu, ini dapat mengidentifikasikan

adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin intra uterin. Kenaikan berat badan ibu

hamil sekitar 11,5-16 kg (Ari Sulistyawati,2009).

Tabel 4.2 Komponen pertambahan berat badan selama

hamil

Komponen Jumlah
Jaringan ekstra uterin 1 kg
Janin 3-3,8 kg
Cairan amnion 1 liter
Plasenta 1-1,1 kg
Payudara 1,5-2
Tambahan darah 2-2,5 kg
Tambahan cairan jaringan 1,5-2,5 kg
Tambahan jaringam lemak 1-2,5 kg
Total 11,5-16 kg
Sumber : Ari Sulistyawati, 2009
Pemberian imunisasi TT ( tetanus toxoid) pada ibu hamil

sangat penting, karena untuk melindungi janin dari tetanus

neonatorum. Efek samping dari vaksin TT yaitu nyeri,

kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat


116

penyuntikan. Ini akan sembuh dengan sendirinya dan tidak

perlu pengobatan (Ika Pantikawati, Saryono, 2010)

Tabel 4.3 Imunisasi TT

Imunisasi Interval % perlindungan Masa

Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC 0% Tidak ada

pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 80 % 3 Tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 % 5 Tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 % 10 Tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 % 25 tahun/ seumur

hidup
Sumber : Ika Pantikawati, Saryono,2010
Pada saat kehamilan Ny. H asuhan standar minimaln

yang dilakukan yaitu hanya 8 T yaitu menimbang berat

badan serta mengukur tinggi badan, mengukur tekanan

darah, mengukur tinggi fundus uteri, memberikan imunisasi

TT, memberikan tablet FE (90 tablet selama kehamilan),

melakukan pemijatan payudara, tes HB, dan tes protein

urine.
Menurut kebijakan program pelayanan atau asuhan

standar minimal termasuk 14 T yaitu timbang berat

badan/ukur tinggi badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri,

tetanus toxoid, tablet besi (minimum 90 tablet selama

kehamilan), tes penyakit menular, temu wicara dalam


117

rangka persiapan rujukan, tekan pijat payudara, terapi

kebugaran ibu hamil, tes HB, tes reduksi urine, terapi

iodium, dan terapi malaria (Ika Pantikawati, Suryono, 2010).

B. Persalinan
1) Kala I
Pada saat usia kehamilan menginjak 37 minggu, Ny. H

dan keluarga datang keklinik bidan, ibu mengeluh mules-

mules dan telah mangeluarkan lender bercampur darah.

Menurut referensi tanda-tanda awal persalinan adalah his

yang datang lebih kuat dan teratur, diikuti dengan keluarnya

lender bercampur darah yang menendakan bahwa jalan

lahir telah mulai membuka. Kemudian dilakukan

pemeriksaan dalam pada pukul 02.30 wib vulva dan vagina

normal, portio tebal, ketuban (+), 3 cm, molase (-),

penurunan kepala HIII, UUK kiri depan benar telah mengalami

proses persalinan. Kemudian dilakukan VT pukul 05.30 wib

5 cm, portio tebal, molase (-), penurunan kepala H III, ketuban

(+). Dan VT pukul 07.30 wib 10 cm, portio tidak teraba,

ketuban (-), HIV, tali pusat tidak teraba.


Kala I dimulai dari pembukaan serviks sampai menjadi

lengkap (10 cm). Lama kala I untuk primipara 13 jam, dan

pada multipara 7 jam (Rohani, 2011).


Berdasarkan kasus lama kala 1 fase laten 6 jam 30

menit, dan fase aktif berlangsung 3 jam, jadi lama

persalinan sekitar 9 jam. Menurut kasus berdasarkan teori,

ada kesesuaian antara kasus dan teori.


118

2) Kala II
Selama kala II ibu dipimpin meneran ketika ada his dan

menganjurkan ibu untuk minum di sela-sela his, his 5 x/10

menit lamanya 50 detik. kemudian ibu mengatakan bahwa

ia ingin meneran dan sudah ada tanda-tanda persalinan

yaitu : adanya dorongan meneran, tekanan pada anus,

perineum menonjol, dan vulva membuka. Kala II

berlangsung selama 30menit.


Tanda gejala kala II adalah dorongan meneran, tekanan

pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka (APN,

2008). Lama kala II pada primipara 1 jam dan pada

multipara jam (Rohani, 2011).


Berdasarkan kasus terjadi kesesuaian antara teori dan

kasus dimana terdapat tanda dan gejala kala II yang

dirasakan oleh klien, dan lama persalinan 30 menit. Namun

pada saat melakukan asuhan persalinan normal penggunaan

APD belum dilaksanakan sesuai standar. Hal tersebut

dikarenakan minimnya ketersediaan sarana dan prasana,

khususnya kelengkapan APD. Akibatnya standar APN belum

dapat dilaksanakan seluruhnya.


3) Kala III
Segera setelah melakukan asuhan pada bayi baru ahir,

maka manajemen aktif kala III segera dilakukan untuk

meminimalkan kejadian kompikasi. Plasenta lahir lengkap

dengan selaputnya pukul 08.10 wib. Kala III selama 10 menit

.
119

Kala III dimulai dari setelah pengeluaran plasenta

sampai pengeluaran plasenta dan selaput ketuban biasanya

berlangsung 5-30 menit (APN, 2008).


Pada kasus dan teori terdapat kesesuaian, yaitu

dilakukan manajemen aktif kala III dan plasenta lahir

lengkap dengan selaputnya, serta kala III berlangsung 10

menit.

4) Kala IV
Dilakukan pemantauan 2 jam postpartum, dengan hasil

TTV dalam batas normal, kontraksi baik, TFU 2 jari dibawah

pusat, perdaharan normal, dan kandung kemih kosong.


Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah

bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu

terutama terhadap bahaya atau pardarahan. (APN, 2008).


Setelah mamantau kondisi Ny. H selama 2 jam

diantaranya yaitu melakukan pemantauan tanda-tanda vital,

perdarahan dan menilai kontraksi fundus uteri dari hasil

pemantauan tersebut didapatkan keadaan ibu baik secara

keseluruhan persalinan Ny. H berlangsung normal tanpa ada

penyulit.
C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Dalam hal ini dilakukan kunjungan nifas sesuai dengan

program yang ada dan hasilnya masa nifas Ny.H belangsung

secara normal tanpa ada komplikasi seperti adanya perdarahan,

lochea pada hari pertama dan kedua adalah rubra dan hari ke 6

lochea sanguilenta, setelah 2 jam post partum ibu sudah bisa


120

jalan kaki perlahan, sub involusi berjalan baik, maupun infeksi

dan pengeluaran ASI tidak ada masalah.

Masa nifas (puerperium) didefinisikan sebagai periode 6

minggu segera setelah lahirnya dan mencerminkan periode

saat fisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali

mendekati keadaan sebelum hamil (Vivian, Tri Sunarsih,

2011) dimana pada masa nifas ini perlu mendapat perhatian

lebih karena banyak hal yang dapat terjadi pad masa nifas

ini, yaitu perdarahan dan infeksi.

Selama melakukan asuhan penulis melakukanya sesuai

dengan tujuan pengawasan masa nifas diantaranya menjaga

kesehatan bayinya baik fisik maupun psikologi,

melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, memeberikan pendidikan kesehatn tentang

perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, dan

imunisasi pada bayi sesuai dengan teori. Dari hasil

pemantauan tersebut didapatkan keadaan ibu baik. Secara

keseluruhan persalinan Ny. H berlangsung normal tanpa ada

penyulit.
Dalam hal ini penuis melakukan kunjungan nifas selama

1 minggu yang ada dan hasilnya masa nifas Ny.H


121

belangsung secara normal tanpa ada komplikasi seperti

adanya perdarahan, sub involusi, maupun infeksi dan

pengeluaran ASI tidak ada masalah. Selama melakukan

asuhan penulis melakukanya sesuai dengan tujuan

pengawasan masa nifas diantaranya menjaga kesehatan

bayinya baik fisik maupun psikologi, melaksanakan skrining

yang komprehensif, mendeteksi masalah, memeberikan

pendidikan kesehatn tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, dan imunisasi pada bayi sesuai

dengan teori. Dari hasil pemantauan tersebut didapatkan

keadaan ibu baik. Secara keseluruhan persalinan Ny. H

berlangsung normal tanpa ada penyulit.


D. Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. H lahir spontan pada tanggal 6 Juli 2015 pukul

08.00 WIB, menangis keras dan warna kulit kemerahan, jenis

kelamin laki-laki, tidak ada cacat kongenital, berat badan lahir

3500 gr, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar

dada 33 cm. Asuhan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir

adalah bebaskan jalan nafas, mengeringkan bayi, memotong tali

pusat, menjepit tali pusat dan membungkus tali pusat dengan

kassa steril, menjaga kehangatan bayi, IMD, pemberian ASI,

pencegahan infeksi, penyuntikan vit K (Neo K 0,5 mg) ,salep

mata oksitetrasiklin 1%, pemberian imunisasi (Hb0)


122

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2.500-4.000 gr (Vivian,

2011).
Asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi baru lahir

normal adalah melakukan pemotongan tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahirdan mencegah

hipotermia dengan segera mengeringkan tubuh bayi dan

menyelimuti bayi dengan kain hangat (Vivian, 2011).


Asuhan yang dilakukan penulis dalam setiap kunjungan

adalah memberikan konseling tentang menjaga kehangatan dan

kebersihan bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat, yaitu

dilakukan dengan cara membersihkan dan mengeringkan setelah

bayi di mandikan tanpa menggunakan apapun.


Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi

baru lahir mulai dari 1 jam, 1 hari, dan 3 hari sampai tali pusat

kering dan lepas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi

dalam keadaan sehat tanpa komplikasi apapun.


Asuhan yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada seperti

perawatan bayi baru lahir, dan berat badan bayi normal sesuai

dengan teori 2500 4000 gr.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kelahiran bayi

(AKB) disebabkan karna masih kurangnya asuhan kebidanan


123

komprehensif (hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca

salin) pada tiap pasien sehingga komplikasi yang dialami pasien

tidak dapat terdeksi dari awal, serta masih kurangnya memberikan

asuhan kebidanan sesuai standar pelayanan kebidanan.

2) Asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.H sudah sesuai dengan

standar asuhan pelayanan kebidanan antenatal care Ny.H

memeriksakan kehamilan secara teratur dan rutin d bidan praktek

swasta sebanyak 5 kali dan 1 kali dipuskesmas. Selama kehamilan

ibu tidak mengalami komplikasi kehamilan. Ibu hanya mengeluh

sering BAK, sakit pada selangkangan, dan sakit pinggang, itu

merupakan perubahan fisiologis karena terjadi pembesaran uterus.

Pada saat kehamilan keadaan ibu dan janin baik.

3) Persalinan Ny.H pada umumnya berjalan dengan lancar. Proses

persalinan normal yaitu letak kepala. Ibu di pantau dengan

menggunakan partograf yang merupakan alat bantu untuk

memantau kemajuan persalinan. Kala 1 selama 8 jam, kala 2

selama 30 menit, kala 3 selama 10 menit dan kala 4 dilakukan

pemantaun 2 jam postpartum, semuanya dalam batas normal.

4) Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. H kunjungan rumah pada ibu
149
post partum meliputi kunjungan 1 hari post partum, 2 hari

postpartum, 1 minggu post partum dengan keadaan ibu baik.

Dilakukan tentang nutrisi, perawatan payudara, cara menyusui

yang benar, pola istirahat, personal hygiene, tanda bahaya masa

nifas dan konseling tentang alat kontrapsi yang akan di gunakan


124

oleh Ny. H setelah masa nifas berakhir dan jenis kontrasepsi yang

pilih ibu adalah KB suntik 3 bulan.

5) Asuhan kebidanan pada bayi Ny.H keadaan umum bayi baik, tidak

ada kelainan ataupun komplikasi, bayi dilakukan IMD pada saat

kelahiran. Bayi diberikan salap mata, vitamin K untuk mencegah

terjadinya perdarahan tali pusat dan terjadinya perdarahan di otak

serta injeksi HBO. Pada kunjungan rumah bayi dimandikan,

merawat tali pusat, menjaga kehangatan, menganjurkan ibu untuk

memenuhi nutri bayinya dengan memberikan ASI minimal 2 jam

sekali, menjaga personal hygiene, dan tanda bahaya bayi baru lahir.

Ibu dianjurkan kembali ke fasilitas kesehatan 1 bulan lagi untuk

dilakukan imumsasi BCG pada bayi.

6) Semua asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. H

didokumentasikan dalam bentuk 7 langkah varney.

2. Saran

1) Sehendaknya semua fasilitas pelayanan kesehatan harus memberikan

asuhan kebidanan secara komprehensif untuk meningkatkan kualitas

sesuai standar pelayanan kebidanan.


125

2) Untuk kelengkapan APD, sesuai standar sangat penting pada saat APN

untuk melindungi diri dari penyakit menular yang dapat merugikan

penolong.

3) Untuk mengenal masalah yang ada dilapangan, mendapatkan

pengetahuan dan dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif

pada Ny. H dengan bimbingan Pembimbing Institusi dan Pembimbing

lahan.

3) Mendapatkan asuhan kebidanan secara menyeluruh

selama hamil, bersalin, nifas dan perawatan bayi baru

lahir dan KB pasca salin,serta menganjurkan ibu untuk

memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan yang berfungsi

sebagai kontrasepsi dengan MAL (Metode Amenorhea

Laktasi) dan berikan ASI sampai anak berusia 2 tahun

dengan ditambah MPASI (makanan pendamping ASI).

Diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman dan

pembelajaran untuk kehamilan-kehamilan berikutnya.

Daftar Pustaka

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
126

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
JPNK-KR

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta
Salemba Medika

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir. Jakarta
Salemba Medika

Dinkes Provinsi. 2013. Profil Kesehatan Kalimantan Tengah. Palangka Raya :


Dinkes

Hani, Ummi. 2010. Asuhan Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Chandranita, dkk. 2009, Gawat darurat obstetric ginekologi dan


obstetri ginekologi social untuk profesi bidan. Jakarta : EGC

Pantikawati, Ika, Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta :


Muha Medika

Ralph C. Benson, Martin. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC

Rohani, Reni saswita, Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika

Saifudin, A.B. 2009, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sarwono. 2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Zuraidah. 2012, Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi. Riset Pembinaan


Tenaga Kesehatan (diunduh 21 Mei 2015) http://poltekkespalembang.ac.id

Anda mungkin juga menyukai