TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,saya
dapat menyelesaikan proposal laporan tugas akhir ini diajukan sebagai syarat untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya kebidanan diSekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangat lah sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal
laporan tugas akhir.Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi CP., M. Kes selakuKetua STIKes MuhammadiyahPalembang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan proposal
laporan tugas akhir.
2. Ibu Citra Purwanti.,SST., M,Kes selakuKetua Program Studi DIII Kebidanan
STIKesMuhammadiyah Palembang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan proposal laporan tugas akhir.
3. Ibu Inge Anggi Anggarini., S.Si.T.,M.Keb selakuDosenPembimbing yang telah memberikan
bimbingan, motivasi serta arahan dalam menyelesaikan proposal laporan tugas akhir.
4. Ibu Inge Anggi Anggarini., S.Si.T.,M.Keb selaku Pembimbing Akademik yang selalu
membimbing selama perkuliahan hingga selesai.
5. Ibu Misni Herawati., STr.,Keb selaku pihak tempat penelitian dan staf karyawan yangtelah
memberikan bimbingan di lahan praktik dan memberikan kesempatan untuk pengambilan
data.
6. SeluruhDosen Program Studi DIII Kebidanan dan Staf Pegawai STIKes Muhammadiyah
Palembang yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan laporan tugas akhir.
7. Kedua orangtua saya bapak saya baharudin dan ibu siti hapida,nenek saya manawarah dan
Adik-adik saya tria agustin,elvina nova ariana,elva novi ariani dan taswin nugraha yang
selalu memberi doa, dan menjadi segalanya yang saya butuhkan.
8. Dan kepada teman teman saya mesi,intan,Irma,dwi,ema,kinanti,maya,elsa,peyek, terima kasih
karena kalian slalu memberikan semangat dan dukungan hingga saat ini.
Akhir kata saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga proposal laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan..................................................................................................6
a. Tujuan Umum................................................................................6
b. Tujuan Khusus...............................................................................6
D. Manfaat................................................................................................7
E. RuangLingkup.....................................................................................8
A. TinjauanTeori........................................................................................9
1. Kehamilan.........................................................................................9
a. Konsep Dasar Kehamilan...........................................................9
1) Pengertian Kehamilan...........................................................9
2) Tanda-tanda Kehamilan........................................................9
3) Penentuan Usia Kehamilan...................................................10
4) Manuver Leopold.................................................................12
5) Asuhan Kehamilan................................................................15
6) Perubahan Fisiologis Kehamilan..........................................17
2. Persalinan..........................................................................................20
a. Konsep Dasar Persalinan..............................................................20
1) Pengertian Persalinan..............................................................20
2) Tanda Menjelang Persalinan...................................................21
3) Diagnosis Persalinan...............................................................21
4) Perubahan Fisiologis Pada Persalinan.....................................22
5) Tahap Persalinan......................................................................25
6) Faktor Esensial Persalinan.......................................................26
7) Mekanisme Persalinan.............................................................33
8) Tanda Bahaya Persalinan.........................................................35
9) 5 Benang Merah.....................................................................35
10) Asuhan Persalinan Normal.................................................37
3. Nifas..................................................................................................46
a. Konsep Dasar Masa Nifas............................................................46
1) Pengertian Masa Nifas.................46
2) Tahapan Dalam Masa Nifas.........46
3) Pelayanan Kesehatan Pada Masa Nifas 46
4) Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas 48
5) Adaptasi Psikologis Ibu Nifas......51
6) Masalah-Masalah Psikologis Ibu Nifas 51
7) Penerapa Senam Nifas Pada Masa Postpartum
54
8) Kontra Indikasi ............................57
9) Gerakan- gerakan Senam Nifas. . .58
4. Bayi Baru Lahir.................................................................................65
A. Desain Penelitian...............................................................................67
B. Sasaran..............................................................................................67
C. Waktu dan Tempat............................................................................67
D. Teknik, Jenis Data, Instrumen Pengumpulan Data...........................67
DAFTAR PUSTAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan, persalinan dan masa nifasadalah hal normal yang dialami oleh setiap
perempuan. Dalam keadaan itu, seorang perempuan pastilah mengalami perubahan fisik dan
emosional yang kompleks. Sebagai calon ibu, seharusnya mengetahui perubaha-perubahan
itu. Sehingga seorang ibu diharapkan mampu beradptasi terhadap kehamilan, persalinan dan
masa nifas. Pada proses adaptasi ini seorang ibu berada di dua kemungkinan, ada yang
berhasil dan ada yang tidak berhasil. Jika seorang ibu tidak berhasil dalam proses adaptasi ini
maka, seorang ibu dapat mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala
atau sindroma (Bobak et al, 2005).
Kematian ibu menurut Word Health Organization (WHO) adalah kematian saat hamil,
bersalin terhadap keau 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan
langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan. Berdasarkan data Word Health
Organization (WHO) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan
216/100.00 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal turun 47% antara tahun 1990-2015,
yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015
( WHO, 2015).
Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Palembang mengalami penurunan dari tahun
2015 yaitu 4.999menjadi 4912 di tahun 2016 dan tahun 2017 sebanyak 1712 kasus
(Kemenkes RI, 2017).
Sebagai tenaga kesehatan seorang bidan berperan penting untuk memberikan asuhan
essensial terhadap ibu postpartum agar dapat mengoptimalkan kontraksi uterus dalam
membantu proses involusi uteri, salah satunya dengan melaksanakan senam nifas. Senam
nifas merupakan senam yang dilakukan ibu nifas secara mandiri berupa latihan otot dasar
panggul (kegel) untuk memperkuat tonus otot yang hilang, hal ini dikarenakan jaringan
panggul meregang pada saat ibu hamil dan melahirkan (Bobak et al., 2005).
Periode postpartum adalah interval enam minggu setelah kelahiran bayi sampai
kembalinya organ reproduksi ke keadaan sebelum ibu hamil (Larson-Meyer, D. J., 2003).
Pada priode postpartum banyak sekali perubahan yang dialami oleh ibu, baik perubahan
fisiologis maupun psikologis. Seperti perubahan pada sistem reproduksi, rahim, vagina,
perineum, dan payudara. Perubahan-perubahan ini akan kembali ke keadaan semula sebelum
ibu hamil (Daley, A. J., et al, 2012).
Masa nifas mempunyai pengaruh positif bagi seorang ibu. Karna dalam keadaan itu, ibu
akan merasa dibutuhkan dan merasa mempunyai tanggung jawab terhadap bayinya. Dalam
masa nifas seorang ibu akan mengalami masa transisi yaitu mengalami perubahan fisik dan
fsikologis. Pada penyesuaian fisik ibu, 6 sampai 8 minggu biasanya akan mengalami
pengembalian fungsi organ pada keadaan semula sebelum hamil. Sedangkan penyesuaian
fsikologis meliputi fase ketergantungan (taking-in), fase transisi (taking-hold) dan fase
mandiri (letting go) (Pillitteri, 2010).
Ibu mengalami banyak kekhawatiran tentang bagaimana cara mendapatkan kesehatan
dan bentuk tubuh ke keadaan semula sebelum ibu hamil. Perawatan yang tidak memadai
dapat mengakibatkan komplikasi bagi ibu dan anaknya. Oleh karena itu, pada priode
postpartum seorang ibu haruslah menerima perawatan kesehatan khusus serta dukungan
psikologis guna mencegah masalah tersebut (Carey, G. B., et al, 2003).
Kelainan psikologis pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu, postpartum blues,
postpartum depression dan postpartum psychosis. Dari ketiga gangguan masa nifas tersebut
mempunyai gejala yang beragam sehingga terkadang sulit untuk membedakannya. karna
belum jelas apakah kelainan tersebut merupakan kelainan yang terpisah antara satu sama
lain. Seandainya ketiganya dianggap sebagai suatu kejadian yang berkesinambungan sebagai
maternal depressive symptoms maka hal ini akan lebih mudah dipahami (Pearlstein et al.,
2009).
Meskipun banyak ibu yang mengalami gejala ringan depresi post-partum. Sebaiknya
harus tetap waspada ketika dicurigai gejala yang parah akan terjadi. Jika seorang ibu
mengalami depresi postpartum lebih dari 2 minggu. Hal ini akan mempengaruhi kualitas
hidup seorang ibu, seperti serangan kecemasan, ketidak nyamanan dalam hidup, sering
marah-marah, kelelahan, kehilangan minat dalam hidup, ibu kekurangan berminat untuk
menyusui bayinya, serta merasa bersalah (Da Costa D, 2006). Dengan melakukan latihan
senam nifas pada periode postpartum dapat membuat fikiran ibu menjadi lebih santai, serta
mencegah depresi dan mencegah gangguan psikologis (Carey, G.B., et al, 2003).
Depresi postpartum memiliki pengaruh negatif juga terhadap hubungan bayi dan ibu.
Termasuk kurang tidur, kecemasan tentang merawat bayi, kehilangan kontrol atas kehidupan,
dan kecemasan karena kurangnya dukungan dari pasangan romantis atau seksual (Seyfried
LS, at al, 2003). Ibu merasa tertekan sehingga menyebabkan interaksi antara ibu dan bayi
menjadi tidak baik (DT Lee et al, 2007).
Semua wanita dapat mengalami depresi postpartum, hal ini tidak memandang usia ibu,
paritas, ras dan social ekonomi seorang ibu. Beberapa factor yang dianggap sebagai pemicu
terjadinya depresipostpartum seperti, kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak
direncanakan, status social ekonomi yang rendah. Dan juga pengaruh psikososial seperti
ketidak puasan dalam beberapa hal dan kurangnya dukungan sosial keluarga dan lingkungan
sekitar (Beck CT, 2004).
Latihan telah diakui sebagai pilihan pengobatan yang berguna untuk depresi
postpartum. Melakukan senam nifas tidak memerlukan biaya yang mahal dan senam nifas
juga tidak mempunyai efek samping (Daley A, 2008). Pengaruh positif dari latihan pada
depresi postpartum meliputi mekanisme biokimia dan fisiologis yang mempengaruhi kualitas
tidur, gejala depresi, dan memori. Dan juga termasuk peningkatan hormone endorfin plasma
peredaran darah, norepinefrin dan serotonin, dan juga peningkatan suhu inti dan aliran darah
ke otak, mengurangi otot sepuluh sion, dan efisiensi neurotransmitter. Aktivitas fisik
mungkin alternatif yang cocok untuk mencegahan dan mengatasi masalah depresi postpartum
(Halligan SLet al, 2004).
Latihan didefinisikan sebagai gerakan yang direncanakan dan dilakukan dengan tujuan
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan fisik. Latihan merupakan segala aktivits fisik
yang kita lakukan mulai dari aktifitas ringan, sedang, hingga berat. Contoh latihan meliputi
berjalan, berlari, yoga, bersepeda, dan latihan senam nifas (Bane, SM, 2015).
Senam nifas juga dapat membantu kontraksi otot-otot perut yang dapat membantu
proses involusi uterus. Involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
keadaan seperti sebelum hamil. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Selama involusi terjadi, secara perlahan uterus akan
mengalami pengurangan ukuran yang memerlukan waktu kira-kira sampai enam minggu
(Wong at al, 2006)
Senam nifas juga merupakan salah satu usaha untuk menguatkan kontraksi otot uterus.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan ion kalsium di ekstra sel yang berikatan dengan
kalmodulin. Ikatan tersebut menyebabkan terjadinya tarikan otot secara berkala dan terjadi
kontraksi uterus yang terus menerus (Ganong, 2008).
Dengan adanya kontraksi dan retraksi dari uterus yang terus menerus maka akan terjadi
penjepitan pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah dan peredaran darah ke uterus
terganggu. Oleh karena itu, jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot uterus akan mengecil dan ukuran uterus juga akan mengecil. Selain itu
juga peredaran darah ke uterus yang kurang ini mengakibatkan uterus mengalami atropi dan
ukuran akan kembali ke bentuk semula (Masruroh, 2012).
Pada masa nifas, alat-alat genetalia akan berangsur-angsur pulih kembali ke keadaan
sebelum hamil. Bentuk tubuh akan menjadi baik, otot dasar panggul akan menjadi kuat
sehingga stres inkontinensia (kesulitan buang air kecil) dapat dicegah. Dan dapat membantu
memperbaiki sirkulasi darah diseluruh tubuh (Farrer, 2001). Latihan senam nifas juga dapat
peningkatan kebugaran dan penurunan berat badan (Albright C et al, 2006).
Apabila uterus gagal kembali pada keadaan tidak hamil, maka disebut dengan
subinvolusi uterus. Hal ini merupakan salah satu penyebab komplikasi pada masa post
partum seperti perdarahan dan jika tidak tertangani akan berlanjut pada kematian ibu
(Stright, 2005).
Seminggu setelah melahirkan, biasanya uterus sudah berada di dalam panggul dan uterus
sudah tidak teraba lagi. Hal ini terjadi pada hari ke kesembilan postpartum. Biasanya
involusio uterus kembali ke keadaan normal berkisar antara 168 jam sampai 216 jam.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa waktu pencapaian involusi uteri setelah
dilakukan tindakan senam nifas dan teknik yang diajarkan membantu menguatkan kontraksi
otot rahim Hal ini mengakibatkan terjadinya iskemia dengan terkompresinya pembuluh darah
sehingga aliran darah ke uterus berkurang (Bobak, 2005).
Waktu terbaik untuk memulai latihan sesuai dengan pedoman Kanada. Yaitu tergantung
pada intensitas atau panjang sesi latihan mereka. Sebagian besar jenis olahraga dapat
dilanjutkan pada periode postpartum. Latihan postpartum dapat dimulai segera setelah lahir
meskipun perempuan harus didorong untuk memulai dengan latihan sederhana dan secara
bertahap berkembang menjadi yang lebih berat (Daley,A., et al. 2012).
Pada tahun 2016 ibu hamil yang melakukan asuhan antenatal care (ANC) sebanyak
1.160 orang, ibu bersalin sebanyak 666 orang, nifas sebanyak 666 orang. Pada tahun 2017
terakhir yang melakukan asuhan antenatal care (ANC) sebanyak 1.112 orang, ibu bersalin
sebanyak 677 orang, nifas sebanyak 677 orang (Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang).
Dari hasil data yang diperoleh dirumah bersalin mitra Ananda saya memperoleh data
ibu hamil yang bernama Ny ”S” usia 31 tahun hamil 7 bulan anak kedua, tidak pernah
keguguran, ibu tidak ada keluhan, riwayat persalinan sebelumnya ibu ditolong oleh dukun.
Setelah dilakukannya pemeriksaan bahwa Ny” S” dan janin saat ini dalam keadaan baik.
Oleh sebab itulah saya tertarik untuk melakukan asuhan komprehensif mulai dari
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Dan juga melakukan penerapan senam nifas pada
masa postpartum. Karena senam nifas merupakan salah satu metode untuk mencegah
terjadinya defresi postpartum dan senam nifas juga membanntu pemulihan kesehatan organ-
organ tubuh ibu ke keadaan semula sebelum hamil. Senam nifas merupakan metode
sederhana yang dapat di lakukan oleh setiap ibu nifas tanpa menggunakan biaya yang
mahal. Dengan gerakan-gerakan sederhana yang dapat dilalukan oleh ibu sendiri. Penelitian
ini dilaksanakan di Rumah Bersalin Misni herawati Kota Palembang.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil rumusan masalahyaitu bagaimanakah
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “S” dengan penerapan senam nifas di Rumah
Bersalin Mitra Ananda Palembang tahun 2019?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ny “S”
dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada Ny “S” dalam masa hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin
Mitra Ananda tahun 2019.
b. Dapat melakukan pengumpulan data objektif pada Ny “S” dalam masa hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan penerapan senam nifas Rumah Bersalin
Mitra Ananda tahun 2019.
c. Dapat menganalisis dan menentukan diagnosa pada Ny “S” dalam masa hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin
Mitra Ananda tahun 2019.
d. Dapat melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara kontinyu dan
berkesinambungan (continuity of care) pada Ny “S” dalam masa hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin mitra
ananda tahun 2019.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada Ny “S” dalam masa hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan
penerapan senam nifas yang menggunakan metode SOAP di Rumah Bersalin Mitra
Ananda tahun 2019.
D. Manfaat
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan waktu transisi, yaitu suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada didalam kandungan dan kehidupan nanti setelah
anak lahir (Varney, 2010).
Kehamilan adalah peristiwa yang didahului bertemunya sel telur atau ovum dengan sel
sperma dan akan berlangsung selama kira-kira 9 bulan atau 40 minggu, atau 280 hari
yang dihitung dari hari pertama priode menstruasi terakhir Last Menstrual Period (LPM)
(Bobak, Lowdwermilk, & Jensen, 2004).
2. Tanda-tanda kehamilan
Berikut ini tanda- tanda kehamilan menurut (Varney, 2010)
a. Tanda dugaan kehamilan:
1) Berhenti menstruasi secara tiba-tiba
2) Peningkatan suhu basal tubuh yang menetap tanpa disertai infeksi
3) Mual-muntah berkala dan terus menerus
4) Peningkatan salivasi
5) Payudara dan puting, kesemutan, dan nyeri tekan
6) Warna puting dan areola menjadi gelap
b. Tanda kemungkinan kehamilan :
1) Tes kehamilan positif
2) Abdomen membesar, ketika di palpasi teraba balotemen dan janin
3) Terasa gerakan janin
4) Tanda piskacek
5) Tanda hegar
6) Tanda goodell.
7) Terpalpasi kontraksi uterus Broxton-hiks.
8) Pada sonogram teridentifikasi kehamilan dalam rahim.
c. Tanda pasti kehamilan
1) Adanya denyut jantung janin
2) Pada sonogram teridentifikasi kehamilan dalam rahim.
3. Penentuan Usia Kehamilan
Penentuan usia kehamilan secara akurat, tafsiran usia kehamilan harus selaras
dengan dua tiga metode berikut:
a. Tanggal “pasti” HPMT, wanita mengetahui tanggal hari pertama menstruasi normal
terakhirnya (HPMT) dan sirkulasi menstruasinya teratur berdasarkan rumus
Naegele.
Menghitung dari tanggal “pasti” dengan rumus Naegele
1) Tanggal HPMT ditambah tujuh.
2) Bulan pada HPMT dikurang tiga.
3) Pastikan untuk menggunaan hari yang sebenarnya pada bulan tersebut jika
berganti ke bulan berikutnya.
Contoh:
28/5 (HPMT tanggal 28 mei)
±7 hari
4/6 (4 juni karena ada 31 hari pada bulan mei)
-3 bulan
=4/3 (tanggal 4 maret tahun berikutnya karena sudah ditambah 9 bulan )
b. Pengukuran uterus
Kehamilan antara 6-16 minggu dapat ditentukan usia kehamilannya dengan
keakuratan 1-2 minggu jika pada pemeriksaan panggul atau rotrofleksi uterus yang
parah. Jika terdapat perbedaan yang bermakna antara tafsiran ukuran uterus dengan
hitungan HPMT, pemeriksaan ultrasonografi diindikasikan. uterus dengan
pemeriksaan bimanual pada kehamilan.
Tabel 2.1
Ukuran uterus
Sumber : Varney,2010
c. Ultrasonografi
Keakuratan penentuan usia kehamilan dengan ultrasonografi.
Tabel 2.2
Pengukuran Ultrasonografi
Sumber : Varney,2010
4. Manuver leopold
a. Manuver pertama lengkungkan jari-jari kedua tangan anda mengelilingi puncak
fundus. Bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan terdapat bagian apa
dibagian fundus ibu.
b. Manuver kedua tempatkan kedua tangan anda masing-masing sisi uterus. Bertujuan
untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu.
c. Manuver ketiga dengan ibu jari dan jari tengah satu tangan, beri tekanan lembut.
Tetapi dalam pada abdomen ibu, di atas simpisi pubis dan pegang bagian presentasi.
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah uterus dan apakah
bagian bawah ini sudah atau belum masuk pintu atas panggul
d. Manuver keempat tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi uterus bagian
bawah, beri tekanan yang dalam dan gerakan ujung-ujung jari kearah pintu atas
panggul. Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibagian bawah dan
untuk mengetahui seberapa jauh masuknya kepala kedalam rongga panggul.
e. Kombinasi genggaman pawlik. Kombinasikan manuver ketiga leolopld dengan satu
tangan. Dan palpasi fundus dengan menggunakan tangan yang lain. Bandingkan
f. kedua kutub untuk penentuan akhir letak dan presentasi.
5. Asuhan Kehamilan
a. Jadwal kunjungan ANC (WHO, 2016)
Tabel 2.3
b. Tujuan ANC 8x selama kehamilan ini adalah untuk meningkatkan kwalitas ANC
dan juga meningkatkan kwalitas kesehatan ibu, janin dan bayi baru lahir. ANC ini
bertujuan untuk mengurangi angka kehatian perinatal dan melingkatkan
pengalaman perawatan wanita.
c. Standar Pemeriksaan Kehamilan Asuhan standar pelayanan antenatal dengan10 T
menurut (Kemenkes RI, 2017), yakni:
1) Tinggi badan ibu dikategorikan adanya faktor resiko pada ibu hamil apabila
hasil pengukuran <145 cm. maka factorrisiko panggul sempit, kemungkinan
sulitmelahirkan secara normal. Penimbangan berat badan setiap kali periksa,
Sejak bulan ke-4 pertambahan BB palingsedikit 1 kg/bulan.
2) Pengukuran tekanan darah (tensi), Tekanan darah normal 120/80mmHg.Bila
tekanan darah lebih besar atau samadengan 140/90mmHg, ada faktor
risikohipertensi (tekanan darah tinggi) dalamkehamilan.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA), Bila < 23,5cm menunjukkan ibu
hamilmenderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan berisiko
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
4) Pengukuran tinggi rahim. Pengukuran tinggi rahim berguna untukmelihat
pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.
5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut jantung janin,
apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk
panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut
jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/ menit
menunjukkan ada tandagawat janin segera rujuk .
6) Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT), oleh petugas untuk
selanjutnya bilamanadiperlukanmendapatkan suntikan tetanustoksoid sesuai
anjuran petugas kesehatanuntuk mencegah tetanus pada Ibu dan Bayi.
Tabel 2.4
Masa
Perlindu
Imunisasi Interval perlindun
ngan
gan
TT 2 4 minggu 80 % 3 tahun
setelah TT
1
TT 3 6 Bulan 95 % 5 tahun
setelah
TT 2
TT 4 1 tahun 99 % 10 tahun
setelah
TT3
TT 5 1 Tahun 99 % 25
setelah tahun/seu
TT4 mur hidup
Sumber : Varney,2010
7) Pemberian tablet tambah darah, dan ibu hamil sejak awal kehamilan minum
1tablet tambah darah setiap hari minimal selama90 hari. Tablet tambah darah
diminum padamalam hari untuk mengurangi rasa mual.
8) Tes laboratorium:
a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan.
b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
c) Tes pemeriksaan urine (air kencing).
d) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria, HIV, Sifilis
dan lain lain.
9) Konseling atau penjelasan Tenaga kesehatan memberi penjelasanmengenai
perawatan kehamilan, pencegahankelainan bawaan, persalinandan inisiasi
menyusu dini (IMD), nifas,perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga
Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap
pada saat kunjungan ibu hamil.
10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatanjika ibu mempunyai masalah
kesehatan pada saat hamil.
6. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan
Berikut ini perubahan fisiologis pada kehamilan:
a) Uterus
Terjadi pembesaran uterus karena hipertrofi. Perubahan tersebut disebabkan karena
peningkatan hormone estrogen dan progesterone, sehingga selama masa kehamilan
uterus berubah bentuk menjadi sebuah organ muskular berdinding tipis dengan
kapasitas yang cukup untuk menampung janin, plasenta dan cairan amnion
(Cunningcham, 2006).
Pada awal kehamilan perubahan uterus tidak tergantung dari pertumbuhan janin,
karena proses pembesaran uterus dan juga pertumbuhan endometrium di awal
kehamilan terjadi sama pada kehamilan ektopik. Namun setelah kehamilan diatas
12 minggu pertambahan ukuran uterus ditentukan oleh hasil konsepsi yang
semangkin membesar. Pada awal kehamilan meometrium mengalami perubahan
fase ploriferasi yakni terjadi hperplasia miosit karena terjadi peingkatan apoprotein
selanjutnya terjadi perubahan fase otot-otot halus pada trimester ke 2 kehamilan.
Peningkatan yang pesat pada sel-sel meometrium ini menyebabkan ukuran uterus
meningkat dari yang semula 50-60 gram sebelum kehamilan menjadi 1000 gram
saat atrem (Homas, 2011).
b) Kardiovaskular
Perubahan terpenting pada fungsi jantung dalam kehamilan mulai tampak selama 8
minggu pertama kehamilan (Cunningcham, 2006). Perubahan tersebut yakni terjadi
peningkatan curah jantung yang terjadi Karena penurunan resistensi vaskuler
sistematik dan penurunan aliran dan tekanan darah arteri serta peningkatan
frekuensi denyut jantung sedangkan volume darah, berat badan ibu dan laju
metabolisme basal meningkat. Perubahan ini adalah untuk menyesuiakan diri
dengan kebutuhan fisiologis janin sambil tetap mempertahankan integritas system
kardiovaskuler ibu. Penyesuaian fisiologus ini terjadi pada awal kehamilan
(Holmes, 2011).
Selama trimester pertama dan kedua kehamilan, volum darah ibu bersikulasi
meningkat 40% yakni dari 3500 cmᵌ menjadi 5000 cmᵌ. Penambahan volume ini
disebabkan oleh menguatnya system reninangiotensin, yang produksi
reninangiotensin dilakukan oleh hati dibawah pengaruh estrogen plasenta. Estrogen
dan progesterone meningkat produksi enzim preteolitik dan renin oleh ginjal. Renin
memecah angiotensin untuk membentuk angiotensin I yang kemudian dikonversi
menjadi angiotensin II akan meningkat produksi aldosteron pada kelenjar
adrenal.aldosteron merangsang penambahan volume melalui retensi natrium dan
air. Hilangnya respon angiotensin II menyebabkan penurunan tekanan darah ibu
selama trimester ke II. Tekanan darah ibu akan kembali normal pada trimester ke III
kehamilan, hal ini pengaruh dari hormone progesterone yang merangsang relaksasi
otot polos secara keseluruhan sehingga berperan pada perubahan tekanan darah ibu
(Heffner, 2006).
c) Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita hamil sering mengalami rasa nyeri
dan gatal di payudara. Setelah bulan kedua, payudara bertambah besar dan vena-
vena halus menjadi kelihatan tepat di bawah kulit. Puting susu menjadi bertambah
besar, berpigmen lebih gelap, dan lebih erektil. Setelah beberapa bulan pertama,
cairan kental bewarna kekuning-kuningan, kolostrum, sering dapat ditekan keluar
dari puting susu dengan tekanan lembut. Pada saat itu areola menjadi lebih lebar
dan berpigmen lebih gelap. Sejumlah tonjolan-tonjolan kecil tersebar di seluruh
areola disebut juga kelenjar Montgomery merupakan kelenjar sebasea yang
mengalami hipertrofi (Cunningham, 2005).
d) Perubahan pernapasan
Ada peningkatan yang signifikan dalam permintaan oksigen selama kehamilan
normal. Hal ini disebabkan peningkatan 15% dalam tingkat metabolisme dan
peningkatan konsumsi 20% oksigen. Ada peningkatan 40-50% di menit ventilasi,
sebagian besar karena peningkatan volume tidal, bukan di tingkat pernapasan.
hiperventilasi ibu ini menyebabkan pO arteri 2 untuk meningkatkan dan arteri PCO
2 jatuh, dengan penurunan kompensasi dalam serum bikarbonat untuk 18-22
mmol/l(Soma-pillayet al,2016).
e) Perubahan metabolisme cairan tubuh
volume darah meningkat ibu sebesar 45% menjadi sekitar 1200-1 600 ml di atas
nilai-nilai yang tidak hamil. Pada akhir trimester ketiga volume plasma meningkat
lebih dari 50-60%, dengan peningkatan yang lebih rendah dalam massa sel darah
merah, dan karena itu osmolalitas plasma jatuh oleh 10 mosmol / kg. Peningkatan
volume plasma memainkan peran penting dalam menjaga volume sirkulasi darah,
tekanan darah dan perfusi uteroplasenta selama kehamilan(Soma-pillayet al,2016).
f) Perubahan Endokrin
Kehamilan dikaitkan dengan kekurangan yodium relatif. Penyebab untuk ini adalah
transpor aktif yodium dari ibu ke unit foeto-plasenta dan meningkatkan ekskresi
yodium dalam urin. Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan peningkatan
asupan yodium dalam kehamilan dari 100 ke 150-200 mg / hari. 24 Jika asupan
yodium dipertahankan pada kehamilan, ukuran kelenjar tiroid tetap tidak berubah
dan karena itu kehadiran gondok harus selalu diselidiki. Kelenjar tiroid adalah 25%
lebih besar pada pasien yang kekurangan yodium(Soma-pillayet al,2016).
B. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membrane dari dalam
Rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada system reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat
dibahas dalam bentuk mekanisme yang terjadi dalam proses dan tahapan yang dilalui
wanita (Bobak, 2005).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kelahiran sebagai onset spontan,
memiliki risiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.
bayi lahir secara spontan dalam posisi vertex antara 37 dan 42 minggu kehamilan. Setelah
lahir, ibu dan bayi dalam kondisi baik.(InternationalChildbirth Education Association ,
2015).
Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang begitu berat apalagi
ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan sebagaimandalam ayat Al-qur’an surat
Luqman ayat 14 Allah mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan dan
persalinanannya.
Artinya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah , dan
menyapihnya dalam usia dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Sementara ayat yang ketika hendak ataupun dalam proses persalinan adalah QS. Fathir
ayat 11. Allah Ta’ala berfirman :
Artinya :
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang
perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur
panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab
(Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”
c. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta
biasanya lepas setelah tiga atau empa kontraksi uterus yang kuat, yakni setelah bayi
lahir. Plasenta harus dilahirkan pada kontraksi uterus berikutnya. Namun, kelahiran
plasenta setelah 15sampai 30 menit masih dianggap normal.
d. Tahap keempat persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Priode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis
berlangsung dengan baik. Masa ini merupakan priode yang penting untuk memantau
adanya komplikasi.
6. Factor Esensial Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran (Bobak, 2005):
a. Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor yakni: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,
dan posisi janin. Arena plasenta harus melalui jalan lahir, ia dianggap sebagai
penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kelahiran normal.
1) Ukuran kepala janin
Karena ukuran dan sifatnya relatif kaku, kepala janin sangat mempengaruhi
proses persalinan. Tengkorak janin terdiri dari dua tulang parietal, dua tulang
temporal, satu tulang frontal, dan satu tulang oksifital. Tulang-tulang ini disatuk
an oleh sutura membranosa: sagitalis, lambdoidalis, koronalis, dan frontalis.
Rongga yang berisi membrane ini disebut fontanel, terletak ditempat pertemuan
satura-satura tersebut. Dalam persalina ketuban pecah, pada periksa dalam
fontanel dan sutura di palpasi untuk menentukan posisi, dan sikap janin.
Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru
lahir.
Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan posterior. Pontanel
yang lebih besar, yakni fontanel posterior terletaak di pertemuan satura berbentuk
segitiga. Fontanel ini menutup pada usia 6 sampai 8 minggu
Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel, sehingga dapat menyesuikan
diri terhadap otak bayi yang beberapa lama setelah lahir terus bertumbuh. Akan
tetapi karena belum menyatu dengan kuat tulang-tulang ini bias dapat saling
tumpang tindih. Hal ini disebut molase, struktur kepala yang terbentuk selama
persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada kebanyakan bayi
kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam 3 hari setelah lahir.
Kemampuan tulang untuk saling menggeser memungkinkanya beradaptasi
terhadap berbagai diameter panggul ibu.
2) Presentasi janin
Presentasi adalah bagian janin yang memasuki pintu atas panggul dan teu
melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterem. Tiga presentasi janin yang
utama ialah kepala (kepala lebih dahulu) 96% (Gbr. 9-2): sungsang (bokong
lebih dahulu) 3% (Gbr. 9-3, A sampai C): dan bahu, 1% (Gbr. 9-3, D). bagian
presentasi ialah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa
pada saat melakukan pemeriksaan dalam. Factor-faktor yang mempengaruhi
dalam menentukan bagian presentasi adalah letak janin, sikap janin dan ekstensi
atau fleksi kepala janin.
3) Letak janin
Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu, ada dua macam letak yaitu Memanjang atau
vertical, dimana sumbu panjang janin parallel dengan sumbu panjang ibu.
Melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin membentuk sudut
terhadap sumbu panjang ibu.
4) Sikap janin
Sikap ialah hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lai. Janin
mempunyai fostur yang khas (sikap) saat berada di dalam Rahim. Hal ini
sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan akibat penyesuian janin
terhadap bentuk rongga Rahim. Pada kondisi normalpunggung janin sangat
fleksi, kepala fleksi kearah dada dan paha fleksi kea rah dada lutut. Sikap ini
disebut fleksi umum tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak
diantara lengan dan tungkai.
Penyimpangan sikap normal dapat menyebabkan kesulitan saat anak dilahirkan.
Minsalnya, pada presentasi kepala kepala janin dapat berada dalam sikap
ekstensi atau fleksi yang menyebabkan diameter kepala berada dalam posisi
yang tidak menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu.
Diameter biparietal ialah diameter lintang terbesar kepala janin. Dari diameter
anterior posterior yang tampak pada gambar, terlihat bahwa sikap ekstensi atau
fleksi memungkinkan bagian presentasi dengan bagian ukuran diameter
memasuki panggul ibu. Kepala yang sudah memasuki sikap fleksi yang
sempurna memungkinkan diameter sukoksipitobregnatika (diameter kecil)
masuk panggul sejati dengan mudah.
5) Posisi janin
Hubungan sebuah titik yang dipilih secara acak pada janin dengan abdomen ibu,
kiri atau kanan (Varney, 2010
b. Jalan lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus dapat menyesuikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku.
Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan
dimulai.
c. Kekuatan
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter, yang
disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan
sekunder yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer
akan membuat serviks menipis (effacement) dan berdilatasi yang akan
menyebabkan janin turun. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang
2-3 cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi pemendekan
gabungan otot uterus selama penipisan segmen bawah Rahim pada tahap akhir
persalinan. Hal ini akan menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja yang
dapat diraba setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama,
effacement akan terjadi lebih dahulu dibanding dilatasi. Pada kehamilan
berikutnya effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan.
d. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberi sejumblah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak mempengaruhi gaya gravitasi
membantu penurunan janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dn efisien untuk
membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat.
Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insidem penekanan tali pusat.
e. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung ibu yang dalam kondisi normal
meningkat selama persalinan seiring kontraksi uterus mengembalikan darah
anyaman pembuluh darah. Peningkatan curah jantung memperbaiki aliran darah ke
unit ultroplasenta dan ginjal ibu. Curah jantung akan berkurang jika aorta desenden
dan vena kava esenden mengalami penekanan selama persalinan. Komprensi
pembuluh darah besar ini dapat mengakibatkan hipotensi supine dan penurunan
kecepatan denyut jantung janin atau hipertensi, sehingga perfusi plasenta menurun.
Posisi tegak juga mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah
komprensi pembulu darah.
f. Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada Reseptor regang
dasar panggul merangsang reflex mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini
akan merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior (reflex ferguson).
Pelepasan oksitoksin menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan
pada posisi duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron (saling
menguatkan) dengan kontraksi rahim.
7. Mekanisme persalinan
Berikut ini mekanisme persalinan menurut (Bobak, 2005).
a. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan
telah menancap (engaged) pada pintu atas pinggul. Pada kebanyakan wanita
nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot
abdomennya lebih kendur kepala sering kali tetap dapat digerakan diatas
permukaan panggul sampai persalinan dimulai.
b. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi
akibat tiga kekuatan:
1) Tekanan dari cairan amnion.
2) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin.
3) Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang panggul
ibu dan kapasitas kepala janin untuk bermolas.
c. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kea rah dada
janin. Dengan fleksi, sukoksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5cm)
dapat masuk kedalam pintu bawah panggul.
d. Putaran faksi dalam
Pintu atas panggul ibu mempunyai bidang paling luas pada diameter transversalnya.
Dengan demikian, kepala janin melalui pintu atas dan masuk kedalam panggul
sejati dengan posisi oksipitotransversa. Akan tetapi, bidang pintu bawah panggul
yanf terluas ialah diameter anteriorposterior. Supaya dapat keluar, kepala janin
harus berotasi (berputar pada sumbunya). Putaran faksi dalam dimulai pada bidang
setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi
mencapai panggul bagian bawah. Ketika oksiput berputar kearah anterior, wajah
berputar kearah posterior. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan oleh
tulang panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya, oksiput berada di garis
tengah dibawah lengkung pubis. Kepala hamper selalu berputar saat mencapai dasar
panggul. Baik moskulus levator ani maupun tulang panggul penting untuk putaran
anterior. Riwayat cidera persalinan sebelumnya dan anesthesia regional
mengganggu fungsi otot levator.
e. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh
perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala keluar akibat ekstensi pertama-tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya
dagu.
b. pencegahan infeksi
Dalam memberikan asuhan berkualiata tinggi, bidan harus melindungi terhadap
infeksi tidak hanya pada pasien, namun juga pada diri sendiri dan rekan kerjanya.
Cara praktis, efektif dan ekonomis melakukan pencegahan infeksi (seperti mencuci
tangan, menggunakan sarung tangan dan pelindung, melakukan pemerosesan
desinfeksi alat-alat, dan pembuangan sampah yang aman) harus dipatuhi oleh bidan
selama penatalaksanaan asuhan kebidanan.
c. Pengambilan keputusan klinik
Pengambilan keputusan klinik yang efektif adalah selama proses penatalaksanaan
kebidanan. Keputusan klinik yang dibuatoleh bidan sangat menentukan kepastian
persalinan yang ama. Dengan menggunakan pendekatan manajemen proses
kebidanan, para bidan dapat mengtumpulkan data dengan sistematis,
menginterpretasikan data dan membuat keputusan sesuai dengan ashuhan yang
dibutuhkan pasien. Seorang bidan akan menggunakan manajemen proses
kebidanan serupa ini berulang kali pada setiap pasien.
d. Pencatatan (dokumentasi)
Oleh sebab bidan mengunakan proses penatalaksanaan kebidanan untuk membuat
keputusan, maka ia harus mencatat temuan dan membuat keputusannya. Hal ini
sangat penting untuk diingat bahwa jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah ia
tidak melakukan apa-apa. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai
manajemen pasien dan dapat meerupakan pertukaran informasi dengan para petugas
kesehatan yang lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang.
e. Rujukan
Rujukan pada institusi yang tepat seerta tepat waktu ketika asuhan yang dibutuhkan
tersedia akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu akan
mengalami persalinan normal, namun sekitar 10% akan mengalami komplikasi
yang membahayakan nyawanya. Sangat penting bagi bidan untuk mengenali
masalah, serta menentukan jika ia cukup terampil dalam menangani masalah
tersebut, lalu merujuk ibu untuk mendapatkan pertolongan dengan tepat waktu.
Ketika merujuk, bidan harus selalu ingat, siapa, kapan, ke mana dan bagimana
merujuk agar ibu dan bayi tetap selamat (Barus, 2018).
10. Asuhan Persalinan Normal
Menurut (JKPN, 2012) asuhan persalinan normal dirumuskan 60 langkah yaitu sebagai
berikut:
a. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1) Mendengar dan melihat tanda Kala Dua Persalinan
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik)
c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam eadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
d. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu
ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk
meneran
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60menit (1 jam)
untuk ibu multipara, merujuk segera.Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
g. Penanganan Bayi Baru Lahir
25) menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). bila bayi
mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak
kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin secara IM.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (kearah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan
tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang
sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
h. Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersig dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit
secara IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
a) Penegangan Tali Pusat Terkendali
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu tepat diatas tulang
pubis), dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lainnya.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik, menghentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan ransangan puting susu.
j. Mengeluarkan Plasenta
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit:
1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
k. Rangsangan tekstil
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
l. Menilai Perdarahan
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
(a) uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
m. Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik serta tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut denganair
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat
sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul
mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervagina:
a) 2-3 kali dalam 15 menit peratama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk
menatalaksanaan antonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
n. Evaluasi
50) Menganjurkan pada ibu/ keluarga bagaimana cara melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
(a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
o. Kebersihan dan Keamanan
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilasperalatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalamtempat sampah yang
sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksitingkat
tinggi.Membersihkancairanketuban, lendir dan darah.Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minumandanmakanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%danmembilas
dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian mengeringkan
dengan handuk bersih dan kering atau tissue.
p. Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda vital dan
asuhan Kala IV Persalinan.
C. Masa Nifas
1. Pengertian
Bahwa post partum adalah periode enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organreproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2005).
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Proses pemulihan kesehatan pada
masa nifas merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan, sebab selama
masa kehamilan dan persalinan terjadi perubahan fisik, terutama organ reproduksi
(Varney at al, 2007).
2. Tahapan dalam masa nifas
Tahapan dalam masa nifas (wong, 2002):
a. Tahap immediate postpartum yaitu tahapan yang terjadi dalam waktu 24 jam pertama
setelah persalinan.
b. Tahap early postpartum yaitu tahapan yang pasti setelah 24 jam persalinan sampai
akhir minggu pertama postpartum.
c. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu ke 6 setelah
persalinan.
3. Pelayanan kesehatan pada masa nifas
Berikut kujungan nifas menurut ketentuan (Kemenkes RI, 2017).
a. Kunjungan pertama
Kujungan pertama ini di lakukan pada saat 6 jam sampai 3 hari pasca persalinan.
b. Kunjungan kedua
kunjungan kedua ini dilakukan pada hari ke 4hari sampai hari ke 28 setelah
melahirkan.
c. Kunjungan ketiga
kunjungan ketiga yaitu pada hri ke 29 sampai hari ke 42 pasca bersalin
Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan ibu nifas antara lain :
a) menayakan kondisi ibu nifas secara umum
b) Melakukan pemeriksaan TTV
c) Melakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri
d) Melakukan pemeriksaan lokea dan perdarahan
e) Melakukan pemeriksaan jalan lahir.
f) Melakukan pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI esklusif
g) Memberikan kapsul vitamin A
h) Melakukan pelayanan kotrasepsi pasca-persalian
i) Melakukan konseling
j) Memberikan nasehat kepada ibu nifas seperti:
(1) Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein
hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan.
(2) Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama adalah 14
gelas sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari.
(3) Menjaga kebersihan diri , termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti
pembalut sesering mungkin.
(4) Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat
(5) Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar maka harus menjaga
kebersihan luka bekas operasi.
(6) Cara menyusui yang benar dan hanya memberi ASI saja selama 6 bulan
(7) Perawatan bayi yang benar.
(8) Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan membuat bayi
stress.
(9) Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama suami
dan keluarga
(10) Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB setelah
persalinan.
4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Perubahan sistem reproduksi seperti:
a. Perubahan vagina dan perineum
Vagina tetap terbuka lebar segera setelah ibu melahirkan bayinya. Pada beberapa
ibu nifas ada kecenderungan vagina mengalami bengkak dan memar serta Nampak
ada calah pada introitus vagina. Tonus otot vagina akan kembali kepada keadaan
semula dengan tidak ada pembengkakan dan celah vagina tidak lebar pada satu
hingga hari kedua pertama postpartum. Pada minggu ke 3 postpartum, rugai vagina
mulai pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina menjadi
lebih lunak, lebih besar dari biasanya dan longgar sehingga ruang vagina akan sedikit
lebih besar dari keadaan sebelum melahirkan (Varney, 2004).
Pada proses persalinan pervaginam cenderung terjadi trauma pada perineum
yang disebabkan oleh robekan spontan atau episiotomy. Trauma tersebut dapat
menimbulkan masalah seperti perdarahan, infeksi penjahitan, dyspareunia,
inkontunensia urine, dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut apabila tidak di
tangani dengan baik mskan akan berdampak pada terganggunya interaksi ibu dengan
bayi dan mengganggu proses meyusui (Zare O, 2014). Hasil penelitian membuktikan
bahwa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma pada perineum,
yaitu meletakkan kompres hangat pada perineum dan pijat perineum pada usia
kehamilan >35 minggu (Albers LL,2005).
d. Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks segera setelah proses persalinan yaitu
menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka seperti corong. Hal ini karena korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah berbentuk
seperti cincin di antara perbatasan korpus dan serviks. Setelah bayi lahir, rongga
Rahim dapat dilalui oleh satu tangan. Akan tetapi setelah 2 jam persalinan rongga
Rahim hanya dapat dilalui oleh 2-3 jari dan pada 6 minggu postpartum, serviks sudah
tertutup (Lowdermilk, 2005). Pada beberapa hari setelah persalinan, ostium serviks
hanya dapat dilalui oleh dua jari dan akan menyempit pada akhir pertama postpartum.
Oleh sebab itu serviks akan mulai menebal dan bagian kanal mulai terbentuk. Namun
ostium eksternum tidak akan dapat kembali seutuhnya keadaan sebelum hamil, hal ini
akan menjadi tanda khusus bagi seorang ibu yang telah pernah melahirkan bayi
(Cunningham, 2005).
e.Uterus
Perubahan pada uterus dikenal dengan sebutan involusio uteri suatu proses
terjadinya pengerutan pada uterus sebagai tanda kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil. Berhentinya produksi estrogen karena pelepasan plasenta
menyebabkan terjadinya atrofi pada jaringan uterus sehingga lapisan desidua akan
terlepas dan terpisah dengan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi lapisan
endometrium yang baru. Adanya peningkatan hormon oksitosin memberi dampak
pada penigkatan kontraksi uterus sehingga membantu mengurangi suplai darah ke
uterus, hal ini akan mengurangi bekas luka tempat plasenta berimplantasi. Pelepasan
lapisan desidua mengakibatkan keluarnya cairan uterus melalui vagina selama masa
nifas yang disebut lokea. Klasifikasi lokea dibagi menjadi 3 berdasarkan warna
berikut:
1) Lokea rubra terjadi 1-3 hari berwarna merah tua disertai bekas sisa-sisa plasenta.
2) Lokea sarosa terjadi 4-10 hari warna merah muda.
3) Lokea alba terjadi setelah hari ke 10 warna putih kekuningan atau putih
disebabkan lokea mengandung sel darah putih
(Cunningham, 2005).
Latihan telah diakui sebagai pilihan pengobatan yang berguna untuk depresi
postpartum. Melakukan senam nifas tidak memerlukan biaya yang mahal dan
senam nifas juga tidak mempunyai efek samping (Daley A, 2008). Pengaruh
positif dari latihan pada depresi postpartum meliputi mekanisme biokimia dan
fisiologis yang mempengaruhi kualitas tidur, gejala depresi, dan memori. Dan
juga termasuk peningkatan hormone endorfin plasma peredaran darah,
norepinefrin dan serotonin, dan juga peningkatan suhu inti dan aliran darah ke
otak, mengurangi otot sepuluh sion, dan efisiensi neurotransmitter. Aktivitas fisik
mungkin alternatif yang cocok untuk mencegahan dan mengatasi masalah depresi
postpartum (Halligan SL, et al, 2004).Dalam hal efek endokrin, beberapa
penelitianmenunjukkan bahwa depresi postpartum mungkin berhubungan dengan
sensitivitas ibu ke fluktuasi dalam berbagai hormon,
Termasukestrogen,progesteron,tiroid,oksitosin dancorticotropin mengikuti
pengiriman anak (Pearlstein T, 2009). Sementara beberapa hormon fl risiko
fluktuasi selama kehamilan dan pasca melahirkan khas, perubahan tertentu dalam
hormon dapat menyebabkan perilakudan isolasi sosial (Henshaw C. 2003).
faktor budaya, seperti suami atau istri yang kecewaan dengan jenis kelamin
bayi, hal inilah yang terkadang menjadi pemicu depresi postpartum (Patel V,
2002). Selain faktor risiko pada pada ibu dan keluarga, hal ini juga berdampak
pada bayi yang telah dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi dari. Seperti
prematuritas, berat badan lahir rendah, kehamilan berisiko tinggi, masalah
bawaan, penyakit kronis (Thompson KS, 2010).
5) Dengan posisi terlentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar di atas lantai.
Letakkan tangan di atas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan secara
perlahan luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap mempertahankan
punggung datar setinggi panggul. Hentikkan bila panggul mulai bergerak.
Secara perlahan kembalikan posisi lutut menekuk. Ulangi gerakan 5 kali tiap
kali secara bergantian. Bermanfaat untuk mejaga keseimbangan otot panggung
dan panggul usai melahirkan dan juga membantu mempercepat involusi uterus
ke keadaan semula sebelum hamil
D. Bayi Baru Lahir Neonatus
1. Pengertian bayi baru lahir atau neonates
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, menangis
spontan kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10 ( Bobak &
Jensen 1997)
2. Tanda bayi lahir sehat
Berikut ini ciri-ciri bayi lahir sehat ialah sebagai berikut:
a. Bayi lahir langsung menangis
b. Tubuh bayi kemerahan
c. Bayi bergerak aktif
d. Berat badan lahir 2500-4000 gram
e. Bayi menyusu dari payudara ibu dengan kuat (Kemenkes RI, 2017).
3. Asuhan segera dan pengkajian bayi baru lahir sehat
a. Jaga bayi tetap hangat
b. Bersihkan jalan napas (bila perlu)
c. Keringkan dan jaga bayi tetap hangat
d. Potong dan ikat tali pusar tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir
e. Segera lakukan Inisiasi Menyusu Dini
f. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
g. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah IMD
h. Beri imunisasi Hepatitis B 0 0,5ml, intramuskular, di paha kanan anteroleteral,
diberikan kirakira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1,
i. Pemberian Identitas
j. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
k. Pemulangan Bayi Lahir Normal konseling dan kunjungan ulang
(Kemenkes RI, 2017)
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Sasaran dalam studi kasus ini adalah Ny”S” seorang ibu hamil trimester III umur 31
tahun anak ke 2 yang telah bersedia menandatangani lembar informed consent yang
dianjurkan.
1. Waktu Pengkajian
Laporan tugas akhir dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2019
2. Tempat Pelaksanaan
Asuhan kebidanan dilaksanakan di Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang. Lokasi berada
di jalan Sei Betung no.628 RT.02 RW.03 Komp.YKP 1 Pakjo Palembang.
DAFTAR PUSTAKA
Albers LL, S. K. (2005). Midwifery care measure in second stage of labour and reduction
genital tract trauma at birt: a randomized trial. Midwifery Women Health J., (5) 365-72.
Bennert, V. d. (1996). Myles Texs Book for Midwives ed. 12. London, UK: Churcil
Livingstone.
Beck CT: Prediktor depresi postpartum: update. Nurs Res 2001, 50: 275 – 285
Bane, SM, 2015. Postpartum olahraga dan menyusui. Clin. Obstet. Gynecol. 58, 885 - 892 .
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D. & Perry, S.E. (2005) Buku ajar keperawatan
maternitas. Edisi 4. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC.
Carey, G. B., & Quinn, T. J. (2003). ISMJ International SportMed Journal, 4(6).
Cunningham F. Gary., G.N. (2005). Obstetri Williams Vol.1Ed.21. Jakarta: EGC.
Daley A. Latihan dan depresi: review dari ulasan. J Clin Psychol Med Pengaturan. 2008; 15:
140-147.
Daley, A. J., Jolly, K., Sharp, D. J., Turner, K. M., Blamey, R. V, Coleman, S.
Eastwood JG., J. B. (2012). Relationshif of postnatal depressive symtoms to infant
temperament, maternal expectations, social support and other potential risk factor:
findings from a large Australia cross sectional stady. BMC Pregnency Childbirth,. 12:
148.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Standar pelayanan kebidanan. Jakarta: Depkes RI;
2005.
DT Lee, Chung TK. depresi pasca kelahiran: update. terbaik Pract Res Clin Obstet Gynaecol.
2007; 21: 183-191.
Garfield P, Kent A, Paykel ES, Creighton FJ, Jacobson RR: hasil gangguan postpartum: 10 tahun
tindak lanjut dari penerimaan rumah sakit. Acta Psychiatr Scand 2004, 109: 434 - 439.
Gondo, H.K. (2011) Skrining edinburgh postnatal depression scale (EPDS) pada postpartum
blues. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
Halligan SL, Herbert J, Goodyer IM, Murray L. Paparan depresi postnatal memprediksi kortisol
meningkat pada musim semi off remaja. Biol Psychiatry 2004; 55: 376 – 81
Hewitt CE, Gilbody SM, Brealey S, Paulden M, Palmer S, Mann R, Hijau J, Morrell J, Barkham
M, Light K, Richards D: Metode untuk mengidentifikasi depresi pasca melahirkan dalam
perawatan primer: sebuah sintesis bukti terpadu dan nilai analisis informasi. Kesehatan
Technol Menilai 2009, 13:1 - 230.
Henshaw C. Suasana Hati gangguan pada masa nifas awal: review. Arch Wanita ' Ment
Kesehatan 2003; 6 (Suppl 2): 33 – 42
Jenifer , M. (2013). Postpartum Depression: Teaching and Supporting the Family. International
Journal of Childberth Education., (28): 6.
Larson-meyer, D. E. (2003). The effects of regular postpartum exercise on mother and child.
International SportMed Journal, 4(6), 1–15.
Masruroh. (2012). Pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri
pada ibu post partum. Prosiding Seminas Competitive Advantage Vol 2 No 2 2012.
Diperolehdarihttp://www.journal.unipdu.ac.id/ind
Patel V, Rodrigues M, Desouza N. Gender, kemiskinan, dan depresi postnatal: studi mohers di
Goa, India. Am J Psychiatry 2002; 159 (1): 437.
Pillitteri, A. (2010) Care for Childbearing & Childbearing Family. Maternal &Child Health
Nursing 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Robertson E, Grace S, Wallington T, Stewart DE: faktor risiko antenatal untuk depresi
postpartum: sintesis dari literatur terbaru. Gen Hosp Psikiatri 2004, 26: 289 - 295.
Seyfried LS, SM Marcus. gangguan postpartum mood. int Rev Psychiatry. 2003; 15: 231-242.
Stright, B.R. (2005). Panduan belajar keperawatan ibu-bayi baru lahir.Jakarta:
EGC
Tapiwa M. An evaluation of the quality of care midwives provide during the postpartum period
in Northern Botswana (thesis). Botswana: Institute of General Practise and Community
Medicine, The Faculty of Medicine, University Oslo; 2001.
Teissedre F, Chabrol H: Sebuah studi tentang Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dari
859 ibu: deteksi ibu berisiko untuk depresi postpartum. Encéphale 2004, 30: 376- 381.
Thompson KS, Fox JE. Depresi post-partum: a compre- Pendekatan hensive untuk evaluasi dan
pengobatan. Ment Kesehatan Fam Med 2010; 7 (4): 249 – 57.
Wong, D. P. (2002). Maternal Child Nursing Care (2th ed.). St.Louis: Mosby Inc.
Lowdermilk, D. S. (2005). Maternity Women’s Health Care, 7th edition. St. Louis:
Mosby.Inc.
Wong, D.L., Perry, S.E., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., & Lowdermilk, D.L.
(2006).Maternal child nursing care, third edition.Missouri: Mosby Elsevier