DI PUSKESMAS MALABO
DISUSUN OLEH :
NIM.B 20.03.223
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya
sehingga dapat terselesaikannya Tugas Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny.J pada Masa
Nifas di Puskesmas Malabo, sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Kebidanan
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
terselesaikan.
4. Semua rekan Mahasiswa seangkatan dan pihak-pihak yang terkait yang telah banyak
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan dan semoga Laporan Asuhan Kebidanan ini berguna bagi semua pihak
yang memanfaatkan.
Penulis,
RIRIN IRIANY
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa dari bahasa latin
“puer”yang berarti anak, parous artinya melahirkan atau masa sesudah
melahirkan. Masa nifas dapat diartikan sebagai masa pulih kembali, mulai dari
persalian selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama
pada masa ini berkisar 6-8 minggu (Suyatini,dkk, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Basri A, 2011).
Pada permulaan masa nifas apabila bayi belum belum menyusu dengan
baik atau apabila kelenjar-kelenjar payudara tidak di kosongkan dengan
sempurna, akan terjadi pembendungan air susu, mammae panas serta keras
pada perabaan nyeri, puting susu bisa mendatar sehingga dapat menyukarkan
bayi untuk menyusu (Wikhjosastro, 2009). Biasa payudara yang mengalami
bendungan ASI akan terlihat oedema, puting susu kencang, dan ASI tidak
keluar. Akibat terhadap bayi, bayi tidak puas setiap setelah menyusu, bayi
sering menangis, atau bayi menolak menyusu (Setyo & Sri,2011).
Di usia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di dunia (38%) di dapati
tidak menyusui bayinya karena terjadi pembengkakan payudara (WHO, 2010).
Berdasarkan dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012
(SDKI,2012), menunjukkan bahwa sebanyak 27% bayi di Indonesia
mendapatkan ASI Ekslusif sampai dengan 4-5 bulan. Sedangkan Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskedes,2013) mendapatkan 30,2% bayi 0-6
bulan mendapatkan ASI saja pada 24 jam terahir. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami payudara bengkak dan mastitis, kemungkinan hal
tersebut di sebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan.
Meningkatkan kesehatan ibu merupakan slah satu tujuan Millenium
Development Goals (MDGs) yang di adopsi pada tahun 2000. Di bawah
1
MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka kematian ibu
sampai tiga per empat dalam kurun waktu 1990 dan 2015 yaitu 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sejak tahun1990, kematian ibu di
seluruh dunia telah turun 47% antara tahun 1990 dan 2010 resiko kematian
seluruh dunia menurun hanya 3,1% per tahun, meskipun di asia dan afrika telah
membuat kemajuan yang besar. Ini jauh dari penurunan tahunan 5,5% yang di
butuhkan untuk mencapai MDGs (WHO, 2012).
Dalam rangka upaya percepatan percepatan penurunan AKI maka pada
tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding maternal
and neonatal survival (EMAS) yang diharapkan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program EMAS berupaya
menurunkan angkah kematian ibu dan kematian neonatal melalui peningkatan
kwalitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150
Rumah Sakit PONEK dan 300 puskesmas (PONED) dan memperkuat sistem
rujukan yang efesien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit. (Profil
Kesehatan Indonesia 2016).
Berdasarkan data jumlah kematian, provinsi di Sulawesisi Barat tahun
2017, AKI mencapai 39 orang, dimana di Kabupaten Mamasa terdapat 8 kasus
kematian Ibu. (Profil kesehatan, 2017).
Berhubung dengan adanya data kasus kematian ibu yang di peroleh di
Kabupaten Mamasa maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian pada
ibu post partum di Puskesmas Malabo, Kecamatan Tandukalua’ Kabupaten
Mamasa tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
study kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan kebidanan Pada
Ibu Nifas Terhadap Ny.”J”, P1 A0, umur 18 tahun, 3 jam post partum di
Puskesmas Malabo ?
2
C. Tujuan pengkajian
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas terutama pada pada
Ny.”J” P1 A0 umur 18 tahun 3 jam post partum di Puskesmas Malabo
dengan menggunakan manajemen kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengumpulan data untuk melaksanakan
Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas di Puskesmas Malabo
b. Mampu menginterprestasikan data untuk mengidentifikasikan
diagnosa
c. Mampu mengantisipasi diagnosa atau masalah potonsial
d. Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
e. Mampu menyusun rencana secara menyeluruh dengan tepat rasional
f. Mampu melaksanakan perencanaan
g. Mampu melaksanakan evaluasi
h. Mampu mendokumentasikan hasil tindakan dengan metode SOAP
D. Manfaat Pengkajian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelian kasus diharapkan dapat di gunakan sebagai bahan
informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi lahan praktik
Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan pada ibu nifas
b. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk menghasilkan lulusan bidan yang
profesional dan mandiri dan juga sebagai penambahan bahan
kepustakaan yang dapat dijadikan study banding untuk penelitian study
kasus selanjutnya.
3
c. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas juga sebagai bahan masukan atau informasi
untuk peneliti agar mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang
telah di dapat selama perkuliahan dan praktik lapangan.
d. Bagi klien
Menambah pengetahuan dan wawasan klien dalam mengatasi masalah
sehingga tidak ada kesulitan selama masa nifas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan mempunyai peran dan
tanggung jawab sebagai berikut (Saifuddin, 2002) :
a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman.
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI.
6
Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
Lochiostasis : lochia tidak lancar keluarnya.
6) Serviks : Setelah persalinan, agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
perlukaan- perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
b. Perubahan sistem percernaan
1) Peristaltik usus kembali kenormal secara bertahap dan
proses pengembalian ini bisa lambat dengan adanya
pengaruh penggunaan analgesik
2) Secara psikologis, pada umumnya nafsu makan ibu nifas turun akibat
rasa nyeri diperineum sehingga dapat menghambat defekasi.
Akibatnya sering timbul gejala konstipasi pada minggu pertama post
partum. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
c. Perubahan sistem perkemihan
Trauma bisa terjadi pada kandung kemih, uretra dan saluran
kencing selama proses persalinan, yakni sewaktu bayi melewati jalan
lahir. Trauma akibat kelahiran dan peningkatan kapasitas kandung kemih
yang penuh menyebabkan keinginan untuk berkemih menjadi menurun.
Di samping itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan pada saat melahirkan, laserasi vagina atau pada episiotomi
menurunkan atau menghilangkan refleks berkemih, kondisi demikian
bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah bayi lahir
dapat menyebabkan perdarahan karena kontraksi uterus terganggu dan
jika distensi kandung kemih ini terjadi pada tahap lanjut maka dapat
menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga
mengganggu proses berkemih normal. Bila hal ini berlangsung lama
maka dinding kandung kemih akan mengalami kerusakan.
7
d. Perubahan sistem musculoskeletal
1) Abdomen
Kulit dinding abdomen teregang selama kehamilan dan kemudian
kembali seperti semula beberapa minggu atau bulan kemudian
2) Pelvis
Setelah janin dilahirkan, berangsur-angsur ligamentum, diafragma
dan fascia mengerut kembali seperti semula.
3) Perubahan tanda-tanda vital
Suhu tubuh
Setelah anak lahir, suhu tubuh meningkat sampai 37,2℃ dapat
naik 0,5℃ dari normal tapi tidak lebih dari 38℃ bila tidak terjadi
infeksi.
Nadi
Berkisar antara 60 sampai 80 denyut per menit. Perubahan sistem
kardiovaskuler Cardiac output yang meningkat selama kehamilan
dan persalinan tiba-tiba menurun setelah hari pertama postpartum
dan kembali ke normal seperti sebelum hamil pada akhir minggu
ketiga postpartum.
Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah Ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.
Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran
pencernaan
4) Perubahan sistem percernaan
a) Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia bisa
mengkonsumsi makanan ringan. Setelah itu ibu benar-benar pulih
8
dari efek melahirkan, ibu akan merasa sangat lapar, permintaan
untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasanya
dikonsumsi.
b) Motilitas
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan oleh
penurunan tonus otot usus selama proses persalinan dan pada awal
pasca partum.
9
pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris
mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi air susu ibu
(ASI) akan lebih banyak. Disamping ASI merupakan makanan utama
bayi, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang
antara ibu dan anaknya.
10
5) Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari.satu porsi
setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel,
¼ - ½ cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
6) Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam
porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir
jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½
kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½
cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram
mi/pasta dari bijian utuh.
7) Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 4 ½ porsi lemak (14 gram
per porsi) per harinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju,
tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan
krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dan dua sendok makan selai
kacang.
8) Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
9) Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter
tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah,
susu dan sup.
10) Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.Vitamin yang
diperlukan antara lain:
Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata.
Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang
dibutuhkan adalah 1.300 mcg.
Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan
fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari.
11
Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang
polong dan kentang.
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina
dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-
kacangan, minyak nabati dan gandum
11)Zinc
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan
pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan
gandum.
12)DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi.
Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.
b. Ambulasi dini
(Early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan
dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post
partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah
melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring
kanan/kiri, duduk kemudian berjalan (Ambarwati, 2008).
c. Eliminasi
Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal
bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan, atau
dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan. Lakukan
kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih
(Ambarwati, 2008).
Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup
cairan; konsumsi makanan berserat; olahraga; berikan obat
12
rangsangan per oral/per rektal atau lakukan klisma bila perlu
(Ambarwati, 2008).
d. Kebersihan diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu (Suhermi. 2009).
e. Istirahat
Kurang istirahat Akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
Mengurangi jumlah AS1 yang di produksi; Memperlambat proses
involusio uterus dan meningkatkan perdarahan; Menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f. Seksual dan Keluarga Berencana
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual
kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu
didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan,
termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean (SC) biasanya
telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada
luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh
dilakukan 3 - 4 minggu setelah proses melahirkan itu.
g. Senam nifas
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin
setelah melahirkan (dapat dimulai 6 jam setelah persalinan), supaya otot-
otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapt
kembali kepada kondisi normal seperti semula (Ervinasby, 2008).
13
b. Masa Taking On (masa meniru dan role play)
Masa ini terjadi 3-4 hari pasca salin, ibu menjadi khawatir akan
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai
ibu semakin besar. Ibu berupaya untuk menguasai keterampilan
perawatan bayinya
c. Masa Letting Go
Ibu mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia
harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungannya dan
khususnya interaksi sosial.
14
Kewenangan:
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif.
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
b) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi
bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan
tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:
1) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
2) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
3) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
2. Kompetensi Bidan
Kompetensi ke 5 : Asuhan Pada Ibu Nifas Dan Menyusui
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK, 2001) :
a. Standar 13
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernapasan spontan, mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
dengan kebutuhan.
15
b. Standar 14
Standar pelayanan kebidanan pada 2 jam pertama setelah persalinan
bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, di samping itu
bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat
pulihnya persalinan kesehatan ibu dan membantu ibu untuk mulai
pemberian ASI.
c. Standar 15
Standar pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas, bidan memberikan
pelayanan selama nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melalui
kunjungan ke rumah pada hari ke-3, minggu ke-2 dan minggu ke-6.
Setelah persalinan untuk membantu proses pemeliharaan ibu dan bayi.
Melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini,
pelaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa
nifas serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB.
16
6 Pemeriksaan abdominal secara umum dan memeriksa tinggi fundus uteri ,
kontraksi uterus dan memeriksa apakah kandung kemih kosong/penuh.
7 Pemeriksaan genitalia :
a) Perineum (edema dan hematoma)
b) Memeriksa luka jahitan episiotomi
c) Kebersihan daerah perineum
d) Pengeluaran lochea(warna dan bau)
e) Anus (haemoroid dan perdarahan)
8. Pemeriksaan ekstremitas bawah : tromboplebitis, edema, varises, ref.
patella.
17
BAB III
STUDI KASUS
No Register : PKM-ML-000076
Tanggal Partus : 25 Februari 2021, pukul 08.30 wita
Tanggal Pengkajian : 25 Februari 2021, Pukul 11.30 wita
18
DATA OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan Fisik
1. KU ibu baik
2. Kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital :
- Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
- Nadi : 80 kali / menit
- Suhu : 36,7 °C
- Pernafasan : 20 kali / menit
4. Abdomen
- Tampak striae albikans
- TFU 1 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)
- Kandung kemih kosong
5. Genetalia luar
- Vulva / vagina tidak oedema dan varises
- Ada pengeluaran lochea rubra, bau khas amis, jumlah 2 kali ganti
pembalut setelah 7 jam melahirkan.
ANALISA (A)
P1 A0, 3 jam post partum, keadaan ibu baik
PENATALAKSANAAN (P)
Tanggal 25 Februari 2021 , jam 11.30 wita
1. Tetap menjalin komunikasi yang baik dengan ibu dan keluarga
Hasil : Ibu dan keluarga merespon dengan baik
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan .
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia di periksa
3. Membantu ibu untuk istirahat dengan posisi yang diinginkan
Hasil : Membantu ibu istirahat dengan posisi yang diinginkan, ibu
memilih posisi berbaring terlentang.
19
4. Mengobservasi KU dan tanda-tanda vital
Hasil : KU ibu baik, dan TTV dalam batas normal
a. Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
b. Nadi : 80 kali / menit
c. Suhu : 36,7 ° C
d. Pernafasan : 20 kali / menit
5. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus, pengeluaran lochea, kandung kemih
Hasil :
TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras)
Pengeluaran lochea rubra, bau amis, jumlah perdarahan 2 pembalut
Kandung kemih kosong
6. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ia dalam keadaan baik
Hasil : ibu senang mengetahui keadaannya
7. Mengajarkan pada ibu posisi menyusui yang benar seperti :
a. The cradle (Posisi Mendekap). Posisi ini sangat baik untuk bayi yang
baru lahir. Bagaimana caranya? Pastikan punggung Anda benar-benar
mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut Anda, sampai kulitnya
dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan tubuhnya menghadap ke
arah Anda, dan letakkan kepalanya pada siku Anda.
b. The cross cradle hold (Posisi Mendekap Silang). Satu lengan
mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala, mirip
dengan posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar
atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau
ibu dengan puting payudara kecil.
c. The football hold (Posisi Pencengkram/Sepakbola). Caranya, pegang
bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda dan bayi terselip
di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang bola
kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan
operasi caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda
butuh bantal untuk menopang bayi.
20
d. The lying position (Posisi Berbaring). Menyusui dengan berbaring
akan memberi Anda lebih banyak kesempatan untuk bersantai dan
juga untuk tidur lebih banyak pada malam hari. Anda bisa tidur saat
bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal.
Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda.
Hasil: Ibu memilih posisi menyusui the lying position (posisi berbaring)
8. Jelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan dan beritahu apa yang
dialaminya merupakan hal yang normal karena nyeri perut yang dirasakan
ibu akibat involusi uteri
Hasil : Ibu mengerti dengan apa yang telah dijelaskan
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan cara berjalan-
jalan disekitar kamar, manfaat dari mobilisasi dini adalah :
1) Melancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi puerperium.
2) Mempercepat involusi uteri.
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Hasil : Ibu bersedia untuk melakukannya.
10. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, seperti demam tinggi,
perdarahan hebat, kepala pusing hebat dan mata berkunang-kunang,
pengeluaran lochea berbau, serta menganjurkan ibu untuk memeriksakan
diri ke bidan bila ada tanda-tanda diatas
Hasil : Ibu mengerti
11. Melanjutkan pemberian analgetik, antibiotik, tablet tambah darah, Vit. A
Hasil : Ibu meminum Asam mefenamat (3x1), amoxicilin (3x1), SF (1x1),
Vit. A (1x1
21
CATATAN PERKEMBANGAN
DATA SUBYEKTIF
1. Pengeluaran ASI ada pada kedua payudara
2. Sudah mengetahui cara menyusui yang benar.
3. Pola Kebutuhan
a. Nutrisi
1) Makan : 3 kali sehari
2) Minum : 6-7 gelas sehari
b. Eliminasi
1) BAK : 5-6 kali sehari
2) BAB : 1 kali sehari
c. Istirahat
1) Pada siang hari : + 1 jam
2) Pada malam hari : + 6 jam
d. Personal hygiene
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi setelah selesai makan dan mandi,
keramas 3 kali seminggu, ganti pembalut setiap kali penuh dan
lembab.
DATA OBYEKTIF
1. KU baik
2. TTV dalam batas normal
a. Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
b. Suhu : 36,5 °C
c. Nadi : 82 x/menit
d. Pernafasan : 20 x/menit
22
3. Payudara
- Tidak ada massa, tidak bengkak, tidak merah dan tidak panas
- Puting susu sudah menonjol
- Nampak pengeluaran air susu yang lancar pada kedua payudara
4. Abdomen
- TFU pertengahan pusat dengan sympisis
- Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar
- Kandung kemih kosong
5. Genetalia Luar
- Vulva / vagina tidak oedema dan varises
- Ada pengeluaran lochea sanguinolenta
ANALISA
PENATALAKSANAAN
23
4. Mengobservasi KU dan TTV
Hasil : KU ibu baik, TTVdalam batas normal :
Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
Suhu : 36,5 ° C
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
5. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus, pengeluaran lokhia, dan kandung
kemih.
Hasil: - TFU pertengahan pusat dan sympisis
- Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bulat.
- Pengeluaran lochea sanguinolenta, tidak berbau
- Kandung kemih kosong.
6. Mengajarkan ibu cara memandikan bayi
Hasil : ibu mengerti dan akan melakukannya
7. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yang benar
Hasil : ibu mengerti cara perawatan tali pusat
8. Mengajarkan ibu cara perawatan payudara di rumah.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia untuk melakukannya.
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat
Hasil : Ibu bersedia
10. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas seperti: Demam, perdarahan dari
jalan lahir, nyeri dan kemerahan pada payudara, oedema pada betis, sakit
kepala yang berlebihan dan menetap dan pandangan kabur serta
menganjurkan ibu untuk ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda
bahaya tersebut
Hasil : ibu mengerti
24
CATATAN PERKEMBANGAN
DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
1. KU baik
2. TTV dalam batas normal
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Suhu : 36,7 ° C
- Nadi : 82 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
25
3. Payudara
- Tidak ada massa, tidak bengkak, tidak merah dan tidak panas
- Nampak pengeluaran air susu yang lancar pada kedua payudara
4. Abdomen
- TFU tidak teraba diatas simpysis
- Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar
- Kandung kemih kosong
5. Genetalia Luar
- Vulva / vagina tidak oedema dan varises
- Ada pengeluaran lochea serosa
ANALISA
P ENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu saat ini
baik, TD:120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, S: 36,7˚C, P: 22 x/menit, fundus
uteri tidak teraba.
Hasil : Ibu mengerti
2. Mengkaji adanya tanda-tanda Infeksi
Hasil : tidak ada infeksi
3. Menganjurkan pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang (nasi, sayuran hijau, lauk pauk, buah-buahan,
serta susu jika ada)
Hasil : Ibu bersedia mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang.
4. Menganjurkan dan memastikan ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin dengan posisi yang benar
Hasil : ibu bersedia menyusui bayinya
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga bayinya agar tetap hangat
Hasil : Ibu bersedia
26
6. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas seperti: Demam, Perdarahan yang
banyak dari jalan lahir, nyeri dan kemerahan pada payudara, oedema pada
betis, sakit kepala yang berlebihan dan pandangan kabur. Serta
menganjurkan ibu untuk segera datang ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat bila terjadi tanda bahaya tersebut.
Hasil : ibu mengerti dan akan datang ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat jika mengalami tanda bahaya masa nifas
7. Memberikan konseling KB pada ibu
Hasil : Ibu mengatakan akan memikirkannya terlebih dahulu KB yang
akan digunakan.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Menurut Ari Susilawati tahun 2019, Untuk mencapai hasil pemulihan
otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal
mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak
ada penyulit post partum. Dengan kembalinya kekuatan otot perut dan
panggul akan mengurangi keluahan sakit punggung yang biasa dialami
oleh masa nifas. Sedangkan pada Ny.J tidak dilakukan senam nifas.
Kunjungan II : (6 hari setelah persalinan) 6 hari postpartum adalah
menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal,
memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairandan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik (Sitti Saleha, 2010).
Kunjungan III : (2 minggu setelah persalinan) 2 Minggu postpartum
adalah menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik (Sitti Saleha, 2010).
Kunjungan IV : (6 minggu setelah persalinan) 6 Minggu post
partum adalah Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu
atau bayi alami (Sitti Saleha, 2010).
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang di peroleh pada laporan kasus dan pembahasan
“Asuhan kebidanan pada Ny.”J” P1 A0 umur 18 tahun 3 jam post partum di
Puskesmas Malabo maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan,
yaitu pada pengkajian diperoleh data subjektif ibu tidak merasakan adanya
keluhan seperti payudara bengkak, nyeri, demam, bayi tidak mau menyusu
sedangkan data objektifnya ditemukan keadaan ibu baik.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah tetap memberikan dukungan
moril pada ibu, dianjurkan untuk menyusui sesring mungkin, memberikan
konseling tentang perawatan payudara dan mengobservasi tanda-tanda vital
dan tfu.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan STIKes Mega Buana Palopo
Di harapkan institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan pengetahuan yang telah didapat dan menerapkannya
pada pasien secara langsung.
2. Bagi lahan praktek
Bidan maupun tenega kesehatan yang lainnya yang berada di lahan
diharapkan dapat memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi
kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa
nifas.
3. Bagi pasien
Diharapkan ibu nifas dapat menambah informasi seputar masa nifasnya
dan juga keluarga tetap memberikan dukungan serta semangat kepada ibu.
30
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta : Kemenkes RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat. 2017. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Barat.
Wikhjosastro, Hanifa.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.
Maryunani. 2015. Inisiasi Menyusu Dini ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi
Saifuddin. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Anggraini Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
SDKI. 2012. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
http://www.depkes.go.id/
WHO.2012. Millennium Development Goals (MDGs). Jakarta : United Nation.
31