Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

R UMUR 29 TAHUN G2P1A0

HAMIL 37 MINGGU PERSALINAN KALA 1 FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS CIPAKU

OLEH :

VIRA AINUN NISA

1802277028

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga saya mahasiswi STIKes Muhammadiyah Ciamis
dapat menyelesaikan praktik klinik kebidanan (PKK) 3 sampai dengan penyusunan
laporan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G 2P1A0
di Puskesmas Cipaku.” Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas praktik
klinik kebidanan (PKK) 3 sebagai bentuk pertanggung jawaban kegiatan praktik
klinik kebidanan (PKK) 3 yang telah dilaksanakan.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Jamjam Erawan, selaku Ketua Badan Pembina Harian STIKes
Muhammadiyah Ciamis
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes. Selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis
3. Neli Sunarni, S.ST., M.Keb. Selaku Ketua Program Studi D III kebidanan
sekaligus selaku pembimbing saya dalam melaksanakan PKK 3.
4. Yati Nurhayati Am. Keb Selaku pembimbing lahan praktik
5. Bidan-Bidan PONED Puskesmas Cipaku yang telah memberikan pengalaman
serta pelajaran selama PKK 3
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doanya.
7. Teman-teman kebidanan angkatan 15 yang sama-sama berjuang dalam
mengerjakan laporan praktik klinik kebidanan (PKK) 3.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan
oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
dimanfaatkan bagi pembaca umum dan Mahasiswi Program Studi Kebidanan
khususnya.

Cipaku , 8 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Tujuan...............................................................................................................
C. Rumusan Masalah.............................................................................................
D. Tujuan ..............................................................................................................
E. Manfaat ............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................

A. Konsep Dasar Persalinan..................................................................................


B. Manajemen Asuhan Kebidanan........................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................

KALA I

A. Data Subjektif.................................................................................................
B. Data Objektif..................................................................................................
C. Assesment......................................................................................................
D. Planning..........................................................................................................

KALA II

A. Data Subjektif.................................................................................................
B. Data Objektif..................................................................................................
C. Assesment.......................................................................................................
D. Planning .........................................................................................................

KALA III

A. Data Subjektif.................................................................................................
B. Data Objektif..................................................................................................
C. Assesment.......................................................................................................
D. Planning..........................................................................................................

KALA IV

A. Data Subjektif.................................................................................................
B. Data objektif...................................................................................................
C. Assessment.....................................................................................................
D. Planning .........................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Pemaparan hasil..............................................................................................

BAB VII PENUTUP.................................................................................................

A. Simpulan...........................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 2014) Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. Angka kematian ibu di dunia sangat tinggi, tercatat sebanyak 800
perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran
anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meningal selama dan
setelah kehamilan dan persalinan [1].
Beberapa negara berkembang AKI yang cukup tinggi diantaranya di Afrika
Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa.
AKI di negara-negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per
100.000 kelahiran hidup [2].
Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF, 2015), AKI yang telah
dipublikasikan untuk kawasan Association of South east Asian Nations (ASEAN)
diantaranya Myanmar mencapai 178 per 100.000 Kelahiran Hidup, Indonesia 126
per 10.000 Kelahiran Hidup, Malaysia 6 per 100.000 Kelahiran Hidup, Thailand
20 per 100.000 Kelahiran Hidup, dan Singapura 10 per 100.000 Kelahiran Hidup
[2].
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (2017) di negara Indonesia
menunjukkan angka kematian ibu saat melahirkan turun dari 4.999 kasus pada
2015 menjadi 4.912 kasus pada 2016. Sementara hingga pertengahan tahun 2017
terjadi 1.712 kasus kematian ibu saat proses persalinan [3].
Hasil dari survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015,
AKI yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan dari tahun
2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKB sendiri menurut survei
penduduk antar sensus (SUPAS) pada tahun 2015 yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup [4]. Dari AKI yang turun ini bisa dilihat yang berarti sudah melampaui
target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN) 2015-
2019 sebesar 306 per 100.000 kelahiran hidup [5]. Faktor yang dapat
menyebabkan kematian ibu ini diantaranya adalah pendarahan 60-70%, pre-
eklamsia dan eklamsia 10-20%, dan infeksi 10-20%. Infeksi pada kehamilan 23%
dapat disebabkan oleh kejadian ketuban pecah dini.
Menurut dinas kesehatan provinsi Jawa barat pada tahun 2012, AKI mencapai
259/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB mencapai 35.000/1000 kelahiran
hidup (badan pusat statistik). Dan pada tahun 2013 AKI sekitar 781 kasus pada
tahun 2014 turun menjadi 747 kasus. Sementara untuk AKB pada tahun 2013
sebanyak 4.306 kasus pada 2014 . AKB 2017 24/1000.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik
perumusan masalah dalam pelaporan tugas akhir ini adalah “Bagaimana
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G2P1A0 di
Puskesmas Cipaku?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G 2P1A0 di
Puskesmas Cipaku dengan metode manajemen asuhan 7 langkah Varney dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengumpulkan data dasar dalam Asuhan Kebidanan Pada Ny. R
umur 29Tahun G2P1A0 di Puskesmas Cipaku.
b. Dapat menginterpretasi data dasar dalam Asuhan Kebidanan Pada Ny. R
umur 29 Tahun G2P1A0 di Puskesmas Cipaku.
c. Dapat mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial pada Asuhan
Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G2P1A0 di Puskesmas Cipaku
d. Dapat menetapkan kebutuhan pada tindakan segera dalam Asuhan
Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G2P1A0 di Puskesmas Cipaku
e. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dalam Asuhan
Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G2P1A0 di Puskesmas Cipaku
f. Dapat melakukan rencana asuhan langsung dengan efisien dan aman yang
telah diberikan dalam Asuhan Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun
G2P1A0 di Puskesmas Cipaku.
g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan dalam Asuhan
Kebidanan Pada Ny. R umur 29 Tahun G2P1A0 di Puskesmas Cipaku.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kebidanan,
khususnya tentang Asuhan Kebidanan.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi sehingga dapat
memeberikan wawasan yang luas mengenai masalah pada persalinan .
a. Bagi Puskesmas Cipaku
Diharapkan dapat berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi bagi
ibu bersalin.
b. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan serta acuan bagi mahasiswi
khususnya bagi Prodi D3 Kebidanan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Bersalin.
c. Bagi Klien
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada klien agar dapat lebih
memahami dan mengetahui mengenai kasus Persalinan sesuai dengan
asuhan-asuhan yang telah diberikan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa bersalin, masa nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga
berencana [10].
2. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Asuhan ini diberikan kepada ibu bersalin. Bidan melakukan observasi
pada ibu bersalin pada Kala I, II, III, dan IV. Tujuan pemberian asuhan
kebidanan ibu bersalin yakni:
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayinya dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri, dan
proses kelahiran bayi.
b. Mendeteksi dan melaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun
obstetric selama kehamilan.
c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi.
d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui sesuai dengan sukses,
menjakalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologis, dan sosial.
B. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan
yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal
persalinan dan tetap demikian selma proses persalinan, bayi
lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepada dalam
usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan
ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat [11].
Menurut Rohani (2011) persalinan adalah suatu proses
yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks,
kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut
merupakan proses alamiah [11].
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2012) persalinan adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan
normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau
pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu dan bayi, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam [11].
2. Jenis Persalinan
Menurut Prawihardjo (2010), ada beberapa jenis
pesalinan, yaitu:
a. Persalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibunya sendiri dan berlangsung melalui jalan
lahir.
b. Persalinan bantuan, persalinan yang berlangsung dengan
bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps/ dilakukan dengan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan
misalnya dengan pemberian pitocin dan prostaglandin
[11].
Istilah-istilah yang berkaitan dengan persalinan
berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi [12]
:
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu
atau bayi dengann berat badan kurang dari 500 gram.

b. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22-28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500-999 gram.
c. Partus Premature
Pengeluaran buah kehamilan antara 28-37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000-2499 gram.
d. Partus Maturus atau Aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37-42 minggu atau bayi
dengan berat badan antar 2500 gram ata lebih.
e. Partus Postmaturus atau Serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 minggu.
3. Teori-teori Penyebab Persalinan
a. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron
yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena
sintesa prostaglandin di chorioamnion.
b. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan
selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus
(miometrium).
c. Teori Ekseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton His
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak,
tetapi berlangsung lama dengan persiapan semakin
meningkatnya reseptor oksitosin. Okitosin adalah hormon
yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis dan parst
posterior. Distribusi reseptor oksitosin, domina pada
fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang jumlahnya di
segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai
pada serviks uteri.

d. Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter.
e. Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya
esterified yang menghasilkan arachnoid acid. Arachnodi
acid bekerja untuk pembentukan prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi miometrium.
f. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi
pada plasenta menurun segera terjadi degenerasi
trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi hormone.
g. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran
syaraf sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi
dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segmen Atas
Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawanan
sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi beberapa
faktor, diantaranya:
a. Power (tenaga/kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, aksi dari ligament.
Kekuatan yang diperlukan pada persalinan adalah his, sedangkan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.
b. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul yang relatif kaku oleh karena itu bentuk dan ukuran
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Passanger (janin dan plasenta)
Cara penumpang passanger atau janin bergerak disepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin,
presentasi letak, sikap, dan posisi janin.
d. Psikis Ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan
persiapan untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien untuk
bekerja sama dengan penolong, dan adaptasi terhadap rasa nyeri
persalinan[13].
e. Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran,
pengertiannya dalam menghadapi klien, baik primipara dan multipara.
5. Permulaan Persalinan
Tanda persalinan sudah dekat [14]:
a. Lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadinya penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk kedalam panggul.
Penyebab terjadinya proses ini adalah sebagai berikut:
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterus.
Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang
2) Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal
3) Kesulitan saat berjalan
4) Sering berkemih
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
normal antara ketiga P, yaitu: power (his), passage (jalan lahir), dan
passanger (bayi dan plasenta). Pada multipara gambarannya menjadi
tidak sejelas pada primigravida, karena masuknya kepala janin ke
dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.
b. Terjadinya His Permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi Braxton Hicks yang kadang
diasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan.
Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan terasa
sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit
yang rendah. Adanya perubahan kadar hormone estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat
menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan adanya
kontraksi atau his permulaan. His permulaan ini sering diistilahkan
sebagai his palsu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datang tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda
kemajuan persalinan
4) Durasi pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas
c. Tanda Masuk dalam Persalinan
1) Terjadinya his persalinan
Karakter dari his dalam persalinan, yaitu:
a) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan (nyeri sampai ke ari-
ari atau perut)
b) Sifat his teratur, interval makin pendek dan kekuatan biasanya
terjadi dalam 2x dalam 10 menit selama 40-50 detik
c) Terjadi perubahan serviks
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan
maka kekuatan bertambah
2) Pengeluaran Lendir dan Darah (Penanda Persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks
yang menimbulkan:
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis terlepas
c) Terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3) Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan
persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam. Namun, jika
ternyata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan
tindakan tertentu, misalnya ekstaksi vacum atau sectio caesarea.
6. Tahapan Persalinan
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Menurut Yanti (2010) persalinan Kala I atau Kala Pembukaan
adalah periode persalinan yang dimulai dari his persalinan yang
pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap [12].
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi:
1) Fase Laten, yaitu fase yang pembukaan sangat lambat, dari 0
sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
2) Fase Aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan
waktu 6 jam yang terbagi lagi menjadi:
a) Fase Acceleresi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm
sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai waktu 3 jam.
c) Fase Decelarasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm yang dicapai dalam 2 jam.
Tatalaksana asuhan Kala I [15]:
1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan:
a) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu.
b) Berikan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika ditempat
tidur sarankan untuk miring kiri.
c) Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai
kesanggupannya.
d) Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau
membasuh muka ibu.
e) Ajarkan teknik bernapas.
3) Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan
orang lain tanpa seizin ibu.
4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah
buang air kecil atau besar.
5) Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25oC dan semua pintu
serta jendela harus tertutup.
6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
7) Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
8) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan
partograf.
9) Pasang infus intravena untuk pasien dengan:
a) Kehamilan >5
b) Hemoglobin ≤9g/d; atau hemaktrorit ≤27%
c) Riwayat gangguan perdarahan
d) Sungsang
e) Kehamilan ganda
f) Hipertensi
g) Persalinan lama
10) Isi dan letakkan partograf disamping tempat tidur atau didekat
pasien.
11) Lakukan pemeriksaan kardiotografi jika memungkinkan.
Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi
b. Kala II ( Kala Pengeluaran)
Menurut Yanti (2010), Kala II atau Kala Pengeluaran adalah
periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai lahirnya bayi [12].
Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah dengan kekuatan
mendorong akan mendorong hingga bayi lahir. Lamanya proses ini
berlangsung hingga 1½-2 jam pada primigravida, ½-1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6
cm [14].
Tatalaksana asuhan kala II [15] :
1) Mengenali tanda dan gejala kala II
Memeriksa tanda berikut:
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol dan menipis.
d) Vulva-vagina dan springterani membuka.
2) Menyiapkan pertolongan persalinan
a) Pastikan kelengkapab peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial:
- Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir
steril/DTT siap dalam waktunya.
- Semua pakaian, handuk, selimut, dan kainuntuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat.
- Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan ternometer
dalam kondisi baik dan bersih.
- Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril
sekali pakai dalam partus set/wadah DTT.
- Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering, dan
hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
diatas tubuh bayi.
- Persiapan bila terjadi kegawatdarruratan pada ibu: cairan
kristaloid, set infus.
b) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu
tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
c) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan, lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan
dengan handuk atau tisu bersih.
d) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
e) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus
set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
3) Memastikan pembukaan lengkap dan kondisi janin baik
a) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan
kapas atau kasa yang dibasahi dengan air DTT.
b) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput
ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah masuk ke
dalam panggul dan tali pusat belum teraba.
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarug tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaska sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan sebelahnya.
d) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160x/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal.
4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran
a) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
b) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran:
- Bantu ibu dengan posisi setengah duduk dan pastikan dia
merasa nyaman.
- Anjurkan ibu untuk cukup minum.
c) Melakukan pimipinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran. Perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
d) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
5) Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi
a) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
b) Letakkan kain bersih yang dilipat ⅓ bagian di bawah bokong
ibu.
c) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan alat dan
bahan.
d) Pakai sarung tangan DTT steril pada kedua tangan.
6) Membantu lahirnya kepala
a) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posis defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran sambil bernapas cepat dan
dangkal.
b) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi. Jika lilitan tali pusat dileher bayi masih longgar,
selipkan tali pusat lewat kepala bayi.
c) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem talipusat di dua titik
lalu gunting diantaranya. Jangan lupa untuk tetap lindungi
leher bayi.
d) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
7) Membantu lahirnya bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubi, lalu gerakkan ke arah atas dan
distal untuk mengeluarkan bahu belakang.
8) Membant lahirnya badan dan tungkai
a) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah
ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan yang berada di atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
b) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran
tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai, dan
kaki bayi. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk
diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya).
9) Penanganan bayi baru lahir
a) Lakukan penilaian selintas dengan dan jawablah tiga
pertanyaan berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi:
- Apakah kehamilan cukup bulan?
- Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
- Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Bila terdapat jawaban “Tidak”, bayi mungkin mengalami
asfiksia. Segera lakukan resusitasi bayi baru lahir sambil
menghubungi dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis anak
tidak ada, segera persiapkan rujukan. Penghisapan lendir jalan
napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin.

b) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru


lahir normal. Keringkan dan posisikan bayi di atas perut ibu:
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya. Kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks.
- Ganti handuk basah dengan handuk kering.
- Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada perut ibu.
c) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
lain dalam uterus (hamil tunggal).
c. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Menurut Yanti (2010) kala III atau pelepasan pelepasan
plasenta adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi
sampai lahirnya plasenta. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit [12].
Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas
dari lapisan Nitabusch. Tanda-tanda pelepasan plasenta ditandai sebgai
berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar.
2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen
bawah rahim.
3) Tali pusat semakin panjang.
4) Terjadinya perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan secara crede pada
fundus uterus [14].
Tatalaksana asuhan Kala III [15] :
1) Manajemen aktif kala III
a) Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.
b) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
c) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit
tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali
pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi
luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
d) Potong dan ikat tali pusat:
- Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut
(sambil lindungi perut bayi.
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan
dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.
- Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
Jangan membungkus puntung tali pusat/mengoleskan cairan
bahan apapun ke puntung tali pusat.
e) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ke ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.
f) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan
pasang topi pada kepala bayi.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
g) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
h) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
i) Setelah uterus berkontraksi, tegakkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-
kranial secara hati-hati, untuk mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk menstimulasi puting susu.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
j) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kraniak hingga
plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali
pusat dengan arah sejajar dengan lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan
dorso-kranial. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
- Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM.
- Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi
lahir.
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manua.
k) Plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
l) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus dengan meletakkan telaak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus uterus teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase.
2) Menilai perdarahan
a) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan
utuh.
b) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
d. Kala IV (Observasi)
Menurut Yanti (2010) kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah
plasenta lahir. Dalam Klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis
masih diakui adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah
plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas (puepurium),
mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan [12].
Tatalaksana asuhan pasca persalinan (Kala IV) [15]:
1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
2) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan
kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai
meyusu.
b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui
dini dalam wkatu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung pada menit ke 45-60, dan berlangsung selama10-
20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan
biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam
atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi berpindah
bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
e) Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit selama 30-60 menit berikutnya.
f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada
ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya
(menimbang, pemberian Vit K1, salep mata) dan kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk
menjaga kehangatannya.
h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi dingin saat disentuh, buka
pakaiannya, telungkupkan di dada ibu dan selimuti keduanya
sampai bayi hangat kembali.
i) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus
selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi
bisa menyusu sesering keinginannya.
3) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:
a) Timbang dan ukur bayi.
b) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).
c) Suntikan vitamin K1 1 mg (0,5mL untuk sediaan 2mg/mL) IM
di paha kiri anterolateral bayi.
d) Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5oC).
e) Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama
ayah, ibu, waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada.
f) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan
(bibir sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding
perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi. Bila menemukan
tanda bahaya pada bayi segera hubungi dokter spesialis anak.
Bila dokter spesialis anak tidak ada segera lakukan rujukan.
4) Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan
imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.
a) Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalamm satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
5) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam:
a) Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
b) Setiap 15 menit 1 jam pertama pascasalin.
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.
d) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
6) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan tenaga medis.
7) Evaluasi dan estimasi jumlah darah keluar.
8) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan 30 menit
selama jam kedua pascasalin.
a) Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascasalin.
b) Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
9) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5oC). Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir
hingga minimal 24 jam setelah suhu stabil.
10) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas semua peralatan
setelah didekontaminasi.
11) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat smapah yang
sesuai.
12) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
13) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI, anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanna yang
diinginkan.
14) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
15) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
16) Cuci kedua tangan dengan saun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
17) Lengkpai partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.
Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil setelah asuhan persalinan
selesai.
7. Tujuan Prinsip Asuhan Persalinan
Tujuan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas dapat terjaga pada tingkat
optimal. Dengan pendekatan-pendekatan seperti ini berarti bahwa setiap
intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan [12].
Praktik-praktik yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal
meliputi:
a. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
b. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan
setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf.
c. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,
pascapersalinan, dan nifas.
d. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
e. Menghindari tindakan-tindakan berlebihanatau berbahaya.
f. Penatalaksanaan aktif Kala III secara rutin.
g. Mengasuh bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan pemantauan ibu dan bayinya.
i. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya
yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling
terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.
Lima benang merah tersebut adalah:
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru
lahir. Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik:
1) Pengumpulan data utama dan relevan dalam pembuat keputusan.
2) Menginterpretasikan dan mengidentifikasi masalah.
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi.
4) Melihat adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengatasi masalah.
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah.
6) Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi.
b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu
prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada
ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan
keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan (ekstrasi vacum, cunam, dan sectio caesarea) dan persalinan
akan berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses
persalinan:
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
3) Menjelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4) Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut
atau khawatir.
5) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan tentang kekhawatiran
ibu.
6) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya, dan menentramkan
perasaan ibu beserta keluarga yang lain.
7) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau keluarga
yang lain selama proses persalinan dan kelahiran bayinya.
8) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya.
9) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10) Menghargai privasi ibu.
11) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
12) Menganjurkan ibu untuk minum dan makan bila ia
menginginkannya.
13) Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional yang
tidak memberi pengaruh yang tidak merugikan.
14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomi, pencukuran, dan klisma).
15) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
16) Membantu memulai dalam pemberian ASI dalam 1 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
17) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi, bahan-bahan,
perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan
resusitasi bayi baru lahir dalam setiap kelahiran bayi
c. Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
1) Setiap orang harus dianggap menularkan penyakit.
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3) Permukaan benda sekitar kita, peralatan atau benda-benda lainnya
yang akan atau telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak
utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap
terkontaminasi, sehingga harus diproses secara benar.
4) Jika tidak diketaui apakah permukaan, peralatan atau benda
lainnya telah diproses, maka semua it harus dianggap
terkontaminasi.
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
d. Pencatatan (rekam medis)
Aspek-aspek penting dalam pencatatan:
1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.
2) Identifikasi penolong persalinan.
3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua
catatan.
4) Mencakup infoemasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan
jelas, dan dapat dibaca.
5) Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien.
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
e. Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, tapi
sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses
persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga
kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga
penolong atau fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas
rujukan yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir. Hal-hal yang penting mempersiapkan rujukan untuk ibu:
1) Bidan
2) Alat
3) Keluarga
4) Surat
5) Obat
6) Kendaraan
7) Uang
8) Darah
9) Do’a

Tambahkan

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R UMUR 29 TAHUN G2P1A0

HAMIL 37 MINGGU PERSALINAN KALA 1 FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS CIPAKU

Tanggal Pengkajian : Kamis, 8 April 2021


Jam : 21.00 WIB
Nama Mahasiswa : Vira Ainun Nisa
NIM : 1802277028
Tempat Pengkajian : Poned Puskesmas Cipaku
Pembimbing Lahan Praktik : Yati Nurhayati, Am. Keb
Pembimbing Akademik : Neli Sunarni, SST,. M.Keb

KALA I
A. Data Subjektif
Ibu Suami
Nama : Ny. R Tn. N
Alamat : Cigaru 1 Cigaru 1
Umur : 29 Tahun 394Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan :IRT Wiraswasta
Ibu datang ke puskesmas pukul 21.00 WIB, ibu mengatakan merasa mules-
mules mau melahirkan sejak jam 18.00 WIB, belum keluar air-air dan lendir
bercampur darah. Gerakan janin masih dirasakan. Ini merupakan kehamilan
kedua, tidak pernah keguguran, riwayat kehamilan yang pertama ibu tidak
memiliki masalah semuanya normal, melahirkan secara spontan dirumah, dan
ibu tidak memiliki riwayat penyakt berat seperti jantung, DM, Asma dan
lainnya. Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi yaitu Pil KB
Suntik 3 bulan
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV TD : 110/70 mmHg
N : 82 X / menit
R : 23 X / Menit
S : 36,2 0 C
Berat Badan : 72 Kg
Tinggi Badan : 156 Cm
LILA : 25 Cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak ada Oedema, Bersih
b. Muka : Simetris, Tidak ada kelainan
c. Mata : Simetris, Konjungtiva merah muda, sclera putih
d. Hidung : Tidak ada pembengkakan kelenjar polip
e. Mulut : tidak ada caries gigi, bersih, tidak ada stomatitis
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
pembengkakan vena jugularis
g. Telinga : Simetris, Tidak ada kelainan
h. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
i. Payudara : Simetris. Putting menonjol, tidak ada
pembengkakan tidak ada nyeri tekan, ASI (+)/(+)
j. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU 32 Cm, Teraba bulat lunak dan melenting
( Bokong )
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba panjang keras seperti
papan ( puka ) Pada bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin ( tangan dan
kaki )
Leopold III : Kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Penurunan 3/5 Hodge 1
DJJ : 142 X / Menit
His : 3x dalam 10 menit lamanya 25 detik
k. Genetalia : Tidak ada oedema, Tidak ad avarices
l. Pemeriksaan dalam
Tidak terdapat benjolan, portio tipis dan lunak , pembukaan 6 cm , ketuban
utuh, presentasi kepala, hodge 1.
m. Anus : Tidak ada hemoroid
n. Esktremitas
Tangan : tidak ada oedeme, kuku bersih , tidak pucat.
Kaki : tidak ada oedema, tidak ad avarices, reflek patella (+)
C. Analisa Data
G2P1A0 Hamil 36 Minggu janin tunggal hidup persalinan Kala 1 Fase Aktif
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. Ibu
mengerti
- Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela his. Ibu mengerti
dan mau makan
- Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disela his. Ibu mengerti dan
mau jalan-jalan
- Mengobservasi TTV, DJJ, HIS, dan Kemajuan Persalinan.
- Menyiapkan partus set.
KALA II
Tanggal : 8 April 2021 jam : 23.30 wib
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering , sakit dari pinggang menjalar ke
bokong dan merasa mau BAB.
B. Data Objektif
1. Inspeksi
Adanya tanda gejala kala 2 yaitu Dorongan meneran, tekanan anus,
perineum menonjol, vulva membuka, ketuban pecah spontan.
C. Analisa Data
G2P1A0 Hamil 37 Minggu persalinan Kala II,
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. Ibu
mengerti
- Menghadirkan pendamping persalinan
- Mengatur posisi ibu yang nyaman untuk meneran
- Membimbing meneran bila ada his
- Menganjurkan minum disela HIS
- Memberi pujian pada ibu bila dapat meneran dengan baik
- Menolong persalinan sesuain dengan APN
- Jam 00.30 Wib . bayi lahir spontan , menangis kuat, warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif. Jenis kelamin : perempuan, BB : 3200
gram , PB : 48 Cm, LK : 33 Cm, LD : 32 Cm Lila : 12 Cm.
kemudian dilakukan IMD,
KALA III
Tanggal : 9 April 2021 Jam : 00.40 WIB
A. Data Subjektif
Ibu merasa bahagia karena anaknya telah lahir sehat dan selamat, ibu
mengatakan masih merasa mulas.
B. Data Objektif
Kontraksi Uterus : Keras
TFU : Setinngi Pusat
Perdarahan ; 100 CC
C. Analisa Data
P2A0 Inpartu Kala III
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. Ibu
mengerti
- Mengecek Fundus Uteri untuk memastikan tidak ada janin kedua
- Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM di 1/3
Paha bagian luar.
- Menjepit tali pusat
- Memotong tali pusat
- Mengikat tali pusat
- Melakukan Manajemen Aktif Kala III
- Melakukan PTT . Plasenta dan selaput ketuban lahir spontan dan
lengkap pada pukul 00. 50 WIB .
KALA IV
Tanggal : 9 April 2021 Jam : 01. 10 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan lelah, perutnya masih terasa mulas
B. Data Objektif
TD : 110/90 mmHg
N : 92 X / Menit
Respirasi : 22 X/ Menit
Suhu : 36.2 o c
Kontraksi : keras
TFU : 2 jari dibawah pusat
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kandung Kemih : Kosong
Perdarahan : 100 cc
C. Analisa Data
Ny. R Umur 29 Tahun P2A0 post partum kala IV
D. Penatalaksanaan
- Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. Ibu
mengerti
- Menganjurkan ibu untuk makan yang banyak supaya ada tenaga. Ibu
mau makan
- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi
- Mengobservasi TTV, TFU, Kontraksi uterus, dan perdarahan
- Mendekontaminasi alat kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
kemudian memprosesnya.
- Mencatat semua hasil kedalam partograf.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pemaparan Hasil
1. Data Subjektif
Kala I:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.R usia kehamilan 37 minggu. Pada tanggal
18 april 2021di dapatkan keluhan yaitu mules – mules sejak pukul 18.00 WIB, sudah
keluar lendir bercampur darah, dengan keluhan kencang-kencang dan mulas,
pengeluaran pervaginam lendir darah.
Teori: Tanda – tanda inpartu yaitu adanya kontraksi rahim, keluar lendir bercampur
darah dan pembukaan serviks (Elisabeth dkk, 2016). Tidak ada kesenjangan antara
teori da praktek, karena dari hasil anamnesa yag didapat sudah sesuai dengan teori
adanya tanda-tanda persalinan.
Kala II:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.R usia kehamilan 37 minggu. Pada tanggal
8 April 2021di dapatkan keluhan yaitu kenceng-kenceng semakin sering dan ibu
tidak mampu lagi menahan keinginannya untuk meneran.
Teori: Tanda – tanda kemajuan persalinan diantaranya adalah adanya kontraksi
rahim, keluarnya lendir bercampur darah (blood slim), keluarnya ari-ari (ketuban),
penipisan dan pembukaan serviks. [6]Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek,
Karena dari hasil anamnesa yang didapat sudah sesuai dengan teori adanya tanda-
tanda persalinan.
Kala III:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.R dalam persalinan kala III. Pada tanggal 9
April 2021 di dapatkan keluhan yaitu perutnya yang masih mulas.
Teori: Pada kala III otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi [6]Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek,
Karena dari hasil anamnesa yang didapat semuannya dalam keadan normal.
Kala IV:
Pada anamnesa yang dilakukan pada Ny.R dalam persalinan kala IV. Pada tanggal 9
April 2021 di dapatkan keluhan yaitu perutnya yang masih mulas.
Teori: Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraks uterus sampai uterus kembali dalam
bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan massage untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat [6]Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek,
Karena dari hasil anamnesa yang didapat semuannya dalam keadan normal.
2. Data objektif
Kala I:
Kala I fase aktif pada persalinan Ny.R berlangsung selama 1 jam, dihitung dari ibu
datang pembukaan 6 cm sampai pembukaan lengkap.
Teori: Kala 1 fase laten pada multigravida berlangsung selama kurang dari 8 jam,
dan fase aktif berlangsung selama kurang dari 6 jam. Akan terjadi kecepatan rata-rata
1 cm per jam (nulipara atau primigravida) dan 1 cm sampai 2 cm per jam (multipara
Kala II:
Dilakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam
hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
selaput ketuban pecah spontan, presentasi kepala, posisi UUK depan, dan tidak ada
molase. Teori: Tanda-tanda kemajuan persalinan diantaranya adalah adanya
kontraksi rahim, keluarnya lendir bercampur darah (blood slim), keluarnya air-air
(ketuban), penipisan dan pembukaan serviks Tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek, Karena dari hasil anamnesa yang didapat sudah sesuai dengan teori adanya
tanda-tanda persalinan.
Kala III:
Dilakukan pemeriksaan yaitu: kontraksi uterus, TFU dan perdarahan Teori: Setelah
bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta (Elisabeth dkk, 2016).
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Kala IV: Dilakukan pemeriksaan diantarannya: TD, R, nadi, suhu, keadaan umum,
kesadaran kontraksi, TFU, kandung kemih, perdarahan, ruTeori: Setelah plasenta
lahir dilakukan pemeriksaan TD,R,nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung
kemih[6]Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

3. Analisa data
Kala I:
G2P1A0 Hamil 37 Minggu janin tunggal hidup persalinan Kala 1 Fase Aktif
Kala II:
G2P1A0 Hamil 37 Minggu janin tunggal hidup persalinan kala II
Kala III:
P2A0 Inpartu Kala III
Kala IV:
P2A0 post partum kala IV
Teori: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpresentasi data
objektif dalam indentifikasi diagnosa atau masalah
4. Penatalaksanaan
Kala I:
Dilakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam
hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tipis dan lunak, pembukaan 6 cm,
selaput ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan hodge 1+, posisi UUK depan,
dan tidak ada molase.
Teori: Tanda – tanda kemajuan persalinan diantaranya adalah adanya kontraksi
rahim, keluarnya lendir bercampur darah (blood slim), keluarnya air-air (ketuban),
penipisan dan pembukaan serviks. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek,
Karena dari hasil anamnesa yang didapat sudah sesuai dengan teori adanya tanda-
tanda persalinan.
Kala II:
Kala II persalinan pada Ny.R berlangsung 1 Jam dari pembukaan lengkap pukul
23.30 WIB dan bayi lahir spontan pukul 00.30 WIB.
Teori: Kala II berlangsung selama 1,5 jam-2 jam pada primi para dan 1/2 jam-1 jam
multipara .
Kala III:
Penatalaksanaan kala III pada Ny.R yang dilakukan melakukan manajemen aktif
yaitu pemberian oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bagian paha luar, melakukan
peregangan tali pusat terkendali sejajar dengan lantai dan tangan kiri melakukan
dorsokranial untuk menahan uterus, melahirkan plasenta secara sirkular searah
dengan jarum jam dan massase fundus uteri pada Ny.R
Teori: Manajemen aktif kala III yaitu pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara IM,
peregangan tali pusat terkendali, melahirkan plasenta secara sirkular dan masase
fundus uteri (JNPK-KR, 2014). Dalam hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
kesenjangan antara teori dengan praktek, karena asuhan yang diberikan sudah sesuai
dengan teori. Pada Ny.R plasenta lahir Pukul 13.40 WIB menit berlangsung 15
menit setelah bayi lahir. Menurut teori, plasenta lahir 5 – 30 menit setelah bayi lahir).
Dalam hal ini menunjukkan bahwa tidak tejadi kesenjangan antara teori dengan
praktek, karena plasenta lahir tidak melewati batas maksimal yaitu 30 menit dan
selama kala III tidak ada penyulit.
Kala IV:
Pengawasan postpartum dilakukan selama 2 jam postpartum yaitu untuk memantau
perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung kemih, pada 1 jam pertama
pemantauan dilakukan setiap 15 menit ekali, pada jam kedua dilakukan setiap 30
menit sekali .Dari hasil observasi kala IV tidak terdapat komplikasi dan tidak ada
kesenjangan teori dengan praktek. Observasi Kala IV pada Ny.L yaitu TTV batas
normal 110/70 mmHg, Nadi 82x/menit, suhu 36,2 ºC, Tinggi fundus uteri setelah
plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, konsistensi keras, kandung kemih
kosong, lochea rubra, pengeluaran darah selama kala IV ± 100 cc. Observasi
dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama post partum dan setiap 30 menit pada
jam kedua postpartum. Tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktek,
pemantauan kala IV dilakukan sesuai dengan teori.

tambahkan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan manajemen kebidanan dengan menggunakan
pendekatan komprehensif dan pendokumentasian secara SOAP pada Ny.R
persalinan normal yang dilakukan pada tanggal 8 April 2021 Maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Setelah dilakukan pengkajian data subjektif didapatkan hasil Ny.R umur 29
tahun G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu, ibu merasakan kenceng-kenceng dan
keluar lendir sejak jam 18.00 WIB tanggal 8April 2021 Pengkajian data
subjektif telah dilakukan sesui teori.
b. Diagnosa ditegakkan pada kasus ini adalah asuhan persalinan normal pada Ny.R
umur 29 tahun.
c. Setelah menyelesaikan pengkajian, dilakukan perencanaan dan pelaksanaan yaitu
melaksanakan asuhan persalinan 60 langkah sesuai prosedur.
d. Setelah menyelesaikan perencanaan dan pelaksanaan, dilakukan evaluasi dengan
hasil ibu dalam keadaan baik dan bayi dalam keadaan baik.
e. Setelah menyelesikan pengkajian data subjektif,data objektif, assesment dan
pelaksanaan maka akan dilakukan pendokumentasian sesuai dengan metode
SOAP
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasuskasus
pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan
sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan sesuai dengan
kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan
dapat m eningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif terhadap klien
2. Bagi lahan praktik
Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan kepada lahan
diharapkan untuk tetap mempertahankan asuhan persalinan normal sesuai
standart asuhan persalinan normal 60 langkah.
3. Bagi pasien
Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan
kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman
karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat hamil,
bersalin, nifas dan bbl dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] T. Hardiani, S. Faridah, and R. Ratnasari, “JURNAL PERSALINAN,” 2019.

[2] I. A. Wulandari, M. F. Z, and A. Octaviani, “Faktor-Faktor yang Berhubungan


Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I
Makassar Tahun 2019,” J. Kesehat. Delima Pelamonia, vol. 3, no. 1, pp. 52–
61, 2019.

[3] Legawati, Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka Media,
2018.

[4] B. Rahayu and A. N. Sari, “Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban


Pecah Dini ( KPD ) pada Ibu Bersalin,” vol. 5, no. 2, pp. 134–138, 2017.

[5] “2015, Angka Kematian Ibu Turun Menjadi 305,” p. 2030, 2019.

[6] “Sustainable Development Goals,” 2015. [Online]. Available:


www.sdg2030indonesia.org.

[7] A. Rifiana and Hasanah, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketuban


Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Puskesmas Tanggeung Ciannjur,” Ilmu dan
Budaya, vol. 41, no. 60, pp. 7001–7018, 2018.

[8] J. A. Vol, “Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari – Juni 2016,” J. At-Tibyan,
2016.

[9] S. Qutub, “Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an dan Hadits,”


Humaniora, 2011.

[10] E. Yanti, N. Arma, and N. Karlinah, Konsep Kebidanan, 1st ed. Yogyakarta:
deepublish, 2015.

[11] M. Oktarina, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: deepublish, 2016.
[12] Sulisdian, E. Mail, and Z. Rufaida, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir, 1st ed. CV OASE Grup, 2019.

[13] Walyani and Purwoastuti, Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Kabar Press, 2015.

Anda mungkin juga menyukai