CONTINUITY OF CARE
PADA IBU C USIA 32 TAHUN GIVPIII003
DI PUSKESMAS TRAUMA CENTER SAMARINDA
Oleh :
Noor Mala
NIM. P07224323076
Identitas Diri
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat
limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif
(Continuity of Care) pada Ny ...di Puskesmas Trauma center Samarinda”.
Penulis menyadari masih banyak terdaapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan
laporan ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam
bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.M. H. Supriadi B, S.Kp.,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kalimantan Timur yang telah memberikan izin dan memfasilitasi
kami dalam penyusunan Laporan Komprehensif.
2. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kalimantan Timur.
3. Hj. Heni Suryani, M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidkan Profesi Bidan
Samarinda.
4. Bd. Lutfhi Metta M.C, S.Tr.Keb selaku pembimbing institusi yang telah
memberikan arahan selama penyusunan laporan ini.
5. Kepala Puskesmas Trauma Center Samarinda yang telah memberikan izin dan
memfasilitasi kami dalam melaksanakan praktik klinik.
6. Lilik purwanings
7. Ibu C. selaku pasien yang telah kooperatif dalam pengkajian Asuhan
Kebidanan Continuity of Care.
8. Kepada orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan
dukungan baik itu moril maupun materil, serta selalu mendoakan penulis
dalam menjalankan pendidikan
9. Rekan mahasiswi kebidanan Poltekkes Samarinda atas motivasi serta saran
dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
iii
Akhir kata, dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis
berserah diri. Semoga laporan Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah
SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF..................................................................................5
1.Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis......................................... 5
2.Konsep Daras Teori Kehamilan Post Matur ...................................... 30
3.Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis.......................................... 37
4.Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis................................. 53
5.Konsep Dasar Teori Nifas Fisiologis.................................................. 64
6.Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana........................................... 77
B.KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN............. 86
1.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal
Trimester III..................................................................................... 86
2.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Normal..............................................................................................108
3.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal..............................................................................................133
4.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal
..........................................................................................................144
v
5.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal
..........................................................................................................155
6.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Berencana.........................................................................................167
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................175
A.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ......................................................175
B.Asuhan Kebidanan pada Persalinan........................................................181
C.Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir..............................................186
D.Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis................................................191
E.Asuhan Kebidanan pada Neonatus Fisiologis.........................................207
F.Asuhan Kebidanan pada Akseptor IUD Post Plasenta .........................217
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................222
BAB V PENUTUP.............................................................................................228
A. Kesimpulan...............................................................................................228
B. Saran.........................................................................................................228
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio....................... 7
Tabel 2.2 Penilaian Pengukuran Cairan Ketuban............................ 33
Tabel 2.3 Pengukuran Empat Kuadran............................................ 34
Tabel 2.4 Tabel APGAR Skor.......................................................... 59
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Abortus........................................................ 22
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Kartu skor Poedji Rochyati
Lampiran 3 Partograf
Lampiran 4 Foto Kegiatan
Lampiran 5 SAP
Lampiran 6 Pretest-Posttest
Lampiran 7 Leaflet
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus dan
penggunaan KB merupakan suatu tahapan perkembangbiakan manusia yang
alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan kebidaan berkesinambungan dan berkualitas dari tenaga
kesehatan. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama
kehamilan sampai masa penggunaan KB sangat penting untuk kelangsungan
hidup ibu dan bayinya. Sehingga pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan
selama periode ini (Alwan et al., 2018).
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian ibu pada
2017 ialah 295.000/100.000 kelahiran hidup dan 2.900.000 bayi meninggal
selama 2018 (WHO, 2019) Di Indonesia, pada tahun 2017 AKI mencapai
177/100.000 kelahiran hidup (UNICEF, 2019) dan AKB sebesar 24 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Di Kalimantan Timur angka
kematian ibu mencapai 100 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
mencapai 619 per 1.000 kelahiran hidup. Di Samarinda, AKI sebanyak 21
orang pada tahun 2022 (Profil Dinkes, 2022).
Kematian ibu merupakan akumulasi selama proses kehamilan,
persalinan dan nifas. Sebanyak 24% kematian ibu terjadi pada fase
kehamilan dan 76% pada persalinan dan nifas (Kemenkes RI, 2021).
Penyebab kematian ibu menurut UNICEF ialah perdarahan 27%, Hipertensi
(Preeklampsia/ Eklampsia) 14%, infeksi 11%, aborsi 8%, emboli 3%,
penyebab lain 10% dan penyebab tidak langsung (dikarenakan penyakit
seperti malaria, Diabetes mellitus dan penyakit jantung) sebanyak 28%
(UNICEF, 2019).
Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai
ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan
1
2
AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan
prosedural klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam
penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan
normal dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan
bayi oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya sangat
berbeda dengan tenaga kesehatan lain (UU No.04 tahun 2019).
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan anak dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil dari Antenatal Care,
Intranatal Care, Postnatal Care sehingga seorang ibu mampu serta sadar
menjaga kesehatan dirinya dan keluarga (UU No.04 tahun 2019).
Asuhan kebidanan Continuity of Care (COC), memberikan dampak
kepuasan pada yang dirasakan ibu hamil sampai masa perawatan
selanjutnya, adanya kedekatan secara psikologis dalam masa perawatan.
Wanita yang dilakukan perawatan dari awal kehamilan sampai dengan masa
dimana ibu menentukan kapan akan menggunakan alat kontrasepsi, adanya
hubungan yang positif dari kepuasan dan aspek perawatan yang aman dan
nyaman dengan professional dan terampil (Forster, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang
bidanuntuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
atausecaraberkelanjutan (Continuity of Care) pada ibu dan bayi serta sebagai
kontribusi untuk menurunkan AKI dan AKB. Pelaksanaan asuhan
komprehensif ini bertujuanagar klien dapat melalui proses kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi secara
aman
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) pada
Ibu C mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
3
2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif atau
Continuity of Care (COC) penulis mampu :
a) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
b) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
c) Melakukan asuhan kebidanan BBL melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
d) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
e) Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
f) Melakukan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dapat memberikan ilmu pengetahuan terutama ilmu
yang dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan pada
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan
kontrasepsi, serta dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu
kebidanan sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
evidence based dalam praktik asuhan kebidanan.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan langsung ilmu yang dipelajari
selama kuliah.
b. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan dapat menambah wawasan klien dan keluarga
mengenai kehamilan, persalinan hingga pelayanan kontrasepsi dan
4
5
6
e) Test kehamilan
3) Positif (pasti)
a) Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )
b) Gerakan janin
c) Denyut jantung janin
d) Terlihat adanya gambaran janin melalui USG (Padila, 2014)
c. Fisiologi Kehamilan
Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari sel
indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh fimbrai dan masuk dalam
sel telur. Waktu melakukan hubungan seksual, cairan semen tumpah
kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak
memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel telur
oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba
fallopi. Sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat yang melindungi ovum
kemudian pada tempat yang mudah dimasuki, masuklah satu sel mani
dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut
pembuahan (konsepsi = fertilisasi).
Ovum yang telah ini segera membelah diri sambil bergerak oleh
rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian melekat pada
mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim. Peristiwa
ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi
diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-
zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada
ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi),
nidasi dan plasenta (St & St, 2017)
7
b) Kebutuhan nutrisi
17
5) Imunisasi
21
d) Persalinan aterm
32
5) Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi
peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
6) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan
aliran plasma ginjal.Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam
persalinan.
7) Perubahan gastro intestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama pesalinan.Selain itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan
hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat
lamban.Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam
tempo yang biasa.Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu
mencapai akhir kala.
8) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,
2013).
h. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu.Hal ini sangat penting
untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam
panggul.Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan
dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa
masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
37
b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II.Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan
masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm).Fleksi ini disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
d) Putaran paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran
dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis.
Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar
ke depan dan ke bawah symphysis.Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul.Putaran paksi dalam bersamaan dengan
39
6) Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di
tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang
rawat bayi.
b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang
halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak
mudah lepas.
c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu.
d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan
bayinya. Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan
penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindak lanjut seperti :
a) Hipotermia
b) Infeksi
c) Cacat bawaan dan trauma lahir
f. Penilaian Bayi untuk Tanda-Tanda Kegawatan
53
suhu.
3. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
4. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
5. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki
penyulit atau komplikasi.
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari perawartan nifas ini adalah :
6. Memulihkan kesehatan umum penderita
a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b) Mengatasi anemia
c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi
d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah
7. Mempertahankan kesehatan psikologis
8. Mencegah infeksi dan komplikasi
9. Memperlancar pembentukan ASI
10. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga
bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
normal (Bahiyatun, 2016).
d. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Akibat involusi uterus, lapisan luar desidua
57
4) Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Jika
mengalami kesulitan dapat diberikan obat laksans per oral atau per
rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara hendaknya telah dimulai sejak wanita
hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan tidak kering
sebagai persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan kepada ibu untuk
menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya dan
gunakan bra yang menyokong.
Bila bayi meninggal laktasi harus segera dihentikan dengan
cara:
a) Pembalutan mammae sampai tertekan.
b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet
lynoral dan perlodel
(Wahyuningsih, 2018)
6) Laktasi
a) Pengertian laktasi
Menurut Wiknjosastro (2010) sejak kehamilan muda, sudah
terdapat persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi
masa laktasi ini perubahan yang terdapat pada kedua mamae
antara lain sebagai berikut:
Proliferasi jaringan, terutama kelenjar dan alveolus mamae
dari lemak. Pada duktus laktiverus terdapat cairan
yangkadang-kadang di keluarkan berwarna kuning
(kolostrum). Hepervaskulerisasi terdapat pada permukaan
maupun pada bagian mamae. Setelah partus, pengaruh
oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu
berkontraksi, sehingga keluar air susu.
Menurut Marmi (2012), laktasi mempunyai dua
pengertian, yaitu : produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu
60
a) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak.
Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan
ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering.
Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi
(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lokia.
b) Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami
kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon
sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan
normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara
satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian,
kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut
dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang
lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
c) Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan
saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan
keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki,
betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi
lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d) Kebersihan Vulva dan Perineum
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Cairan
sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil
63
a) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
kelahiran.
b) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia
subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah
atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka yang pindah
klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang
berbeda.
c) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
pada saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi.
d) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang telah berhenti menggunakan selam tiga blan atau
lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali
menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
b. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
1) Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
69
2) Tujuan khusus
a) Mengatur kehamilan yang diinginkan;
b) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi
dan anak;
c) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,
konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi;
d) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan laki-laki dalam
praktek keluarga berencana;
e) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk
menjarangkan jarak kehamilan.
(BKKBN, 2020)
c. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak
keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.
Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut
dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan
yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun
penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko
yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian benefit
penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar dibanding
tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko kesakitan dan
kematian maternal.
70
a. Data Subyektif
Identitas
Nama :
Umur : 20 tahun – 30 tahun
Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dapat
menimbulkan masalah pada persalinan dan kehamilan ,
karena kondisi fisik belum siap (Ambarwati, 2016).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Register :
b. Alasan datang periksa/keluhan utama
1) Alasan datang periksa
Klien periksa hamil atau datang sendiri terkait keluhan
2) Keluhan utama
Menurut Varney, 2015. Ibu hamil pada trimester III mengalami
beberapa keluhan utama, yaitu :
a) Konstipasi: konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis
yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika
terjadi peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan
pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian persentasi juga
menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping yang umum
muncul pada penggunaan zat besi adalah konstipasi.
b) Peningkatan frekuensi berkemih: Kondisi uterus yang
membesar akibat perkembangan janin, menyebabkan penekanan
pada kandung kemih.
c) Dispareunia: Nyeri hubungan seksual dapat berasal dari
sejumlah penyebab kehamilan. Perubahan fisiologis dapat
79
h. Riwayat Ginekologi
1) Vaginitis: Dapat mengekibatkan perdarahan vagina, serviks atau
uterus yang berkaitan dengan inflamasi (Varney, 2015).
2) Endometritis: Endometriotritis dapat menyebabkan rasa tidak enak
pada panggul, nyeritekan uterus,radang monosit dan sel-sel plasma
di dalam stroma endometrium dan nekrosis stroma (Varney, 2015).
3) Mioma uteri: mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil,
abortus,kelainan latak janin, manghalangi lahirnya bayi, inersia
uteri dan Atonia uteri dan mempersulit lepasnya plasenta
(Prawirohardjo, 2014).
4) Kista Ovarium:Menyebabkan nyeri tekan goyang adneksai atau
nyeri panggul dan dapat mengalami pertumbuhan hingga ukuran
tertentu yang mengakibatkan torsi ovarium (Varney, 2015).
5) Endometriosis:Dapat menyebabkan nyeri panggul atau nyeri
abdomen bawah& perdarahan ireguler (Varney, 2015).
i. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.
j. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi 1. Protein : ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein
sebanyak 68% (Sulistyawati, 2009).
2. Zat besi : anemia sebagian disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh
karena itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat
besi selama hamil dan setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama
hamilmeningkat sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan
peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari makanan ibu selama
hamil melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi
(Sulistyawati, 2009).
87
(Sulistyawati, 2009).
Aktivitas Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya atau
pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik berat apabila mereka
merasakan gangguan dalam kehamilan (Sulistyawati, 2009).
Personal Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan
Hygiene sistem metabolism mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat.
Keringat yang menempel di kulit meningkatankan kelembapan kulit, jika
tidak dibersihkan dengan mandi maka ibi hamil akan sangat mudah untuk
terkena penyakit kulit. Selain dengan mandi, mengganti celana dalam
secara rutin minimal dua kali sehari sangat dianjurkan, karena saat hamil
terjadi pengeluaran sekret vagina yang berlebihan.
Seksualitas Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut :
1. Sering abortus dan kelahiran premature.
2. Perdarahan pervaginam.
3. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
4. Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intrauteri.
Kebiasaan yang Merokok : Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningkatakan
dapat aborsi spontan dan plasenta abnormal(termasuk abrupsio dan plasenta
mempengaruhi previa). Selama kehamilan nikotin, karbon monoksida dan berbagai
kesehatan komponen rokok lain memengaruhi sirkulasi ibu dan menyebabkan
konstriksi pembuluh darah uteri dan plasenta (Varney, 2015).
Alkohol: wanita hamil sebaiknya diberi informasi tentang sindrom
alkohol janin dan mengingatkan bahwa tidak ada ketetapan kadar alkohol
yang aman selama hamil (Varney, 2008).
Kafein : wanita harus menghentikan atau menurunkan asupannya. Bukan
hanya kemungkinan terjadinya takikardia ibu, takikardia janin juga biasa
terjadi setelah ingesti kafein dosis tinggi. Wanita tidak boleh minum
minuman yang mengandung kafein selama beberapa jam sebelum
89
Penambahan Berat
Berat badan sebelum hamil
IMT Badan total yang
(BB/TB(m)2)
dianjurkan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe.
Wajah : Tidak pucat dan tidak mengalami edema karena jika
mengalami pucat merupakan gejala anemia dan
edema merupakan salah satu gejala preeklamsia dan
eklampsia. Kloasma gravidarum sebaiknya tidak
ada karena jika terdapat kloasma gravidarum dapat
menurunkan citra diri ibu hamil.
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus). Palpebra tidak mengalami edema.
Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat sekretdan polip dalam rongga
hidung.
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga.
Leher : Bentuk leher simetris.
Dada : Dada simetris.
Payudara : Puting susu menonjol, payudara membesar dan
mengalami hiperpigmentasi pada areola.
Abdomen : Membesar sesuai umur kehamilan, dinding
abdomen mengalami pigmentasi dengan
92
2) Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan
nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : TFU Mc Donald, menurut rumus McDonald:
Umur hamil(bulan) = tinggi fundus uteri
3,5cm
Pada saat umur kehamilan 7 bulan tinggi fundus uteri
26 cm, pada saat umur kehamilan 8 bulan tinggi
fundus uteri 30 cm, pada saat umur kehamilan 9 bulan
tinggi fundus uteri 33 cm (Manuaba, 2016).
Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan
bagian apa yang ada dalam fundus (Hidayat, 2008).
Fundus uteri berisi bokong dengan identitas lunak,
93
4) Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).
Abdomen : Daerah suprapubis redup jika kandung kemih
distensi atau pada wanita jika uterus membesar.
(Swartz, 2010).
c. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : Tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : Tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pada trimester III pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan
oleh ibu hamil adalah :
a) Pemeriksaan urine
Tujuannya untuk mendeteksi adanya HCG dalam
urin.Kepekaran tes ini sangat bervariasi antara 500–1.000
mU/ml urin.Adanya glukosa dalam urin ibu hamil harus
dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita
dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya
(Micron Medical Multimedia).
b) Pemeriksaan darah
Memeriksa kadar hemoglobin darah pada ibu hamil kadarnya
berkisar 12 - 15 gr/dL (dr. Chandra, 2007), hematokrit dan
hitung leukosit. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan golongan
darah dan faktor Rhesus untuk menentukan jenis golongan
darah dan Rhesus supaya dapat mencarikan darah yang cocok
96
Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk di dalam
rencana intervensi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada trimester III
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2015).
b. Berikan KIE tentang trimester 3 pada kehamilan normal
Rasional : Trimester III adalah kehamilan pada 28- 32 minggu.
Dengan memberikan pengertian tentang keadaan pada
trimester III sehingga ibu akan berupaya mengatasi
gangguan. contohnya: rasa lelah yang berlebihan pada
punggung, bengkak pada mata kaki atau betis, napas
yang menjadi pendek, panas di perut bagian atas,
varises diwajah dan kaki, stretch mark, payudara
semakin membesar, sering buang air kecil dan emosi
98
(Varney, 2015).
c. Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan
Rasional : Pada keadaan psikologis ibu saat mengahadapi proses
persalinan, ibu menbutuhkan support serta dukungan dari
suami, keluarga serta bidan. sehingga ibu dapat merasa
tenang pada masa proses persalinan.
e. Jelaskan tentang bahaya kehamilan trimester III
Rasional : Menambah pengetahuan dan untuk mengantisipasi hal
bahaya kehamilan yang akan terjadi pada trimester III
pada klien (Varney, 2015).
f. Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada kehamilan trimester III
Rasional : Menambah pengetahuan tentang pentingnya nutrisi pada
wanita hamil memerlukan intruksi khusus yang berkaitan
dengan aspek kebutuhan nutrisi, seperti jumlah kalori,
protein, zat besi, asam folat dan vitamin C (Varney, 2015).
Pemeriksaan nutrisi ibu dilakukan melalui pemantauan
berat badan dan tinggi badan. Mengetahui peningkatan
berat badan ibu yang hubungannya dengan indeks masa
tubuh ibu sebelum hamil. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi adanya indikasi obesitas atau
kekurangan nutrisi pada ibu selama hamil.
g. Jelaskan mengenai petumbuhan janin pada trimester III
Rasional : Ibu hamil harus mengetahui mengenai peruabahan dan
kemjuan apa saja yang telah dialami oleh janinnya.
h. Jelaskan tentang persiapan untuk menyusui pada klien
Rasional : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada ibu
hamil tentang cara yang dapat dilakukan sebagai
persiapan untuk menyui pada bayinya.
i. Jelaskan mengenai persiapan menjadi orang tua pada klien
Rasional : Klien harus mengetahui bahwa dan memahami perubahan
99
Dekker (2008) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan salah satu
faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada multigravida yang
memiliki pasangan baru
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
Atonia Uteri sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
(Mochtar, 2015).
Hallak (2009) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan hipertensi
akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering pada kehamilan pertama
(primigravida) dibandingkan pada multipara.
Riwayat pernah melahirkan premature satu kali mempunyai resiko 4 kali
lipat, sedangkan yang pernah melahirkan dua kali prematur mempunyai
resiko 6 kali lipat (Sastrawinata,2011).
104
Plasenta previa rentan terjadi pada endometrium yang cacat akibat bekas
persalinan berulang, bekas operasi, kuretase dan manual plasenta (Fraser
& Cooper, 2009).
Riwayat bedah sesar akan mempengaruhi ibu untuk persalinan
berikutnya (Varney, 2015).
Menurut Sulistiowati (2010), terdapat hubungan yang signifikan antara
riwayat persalinan buruk sebelumnya dengan perdarahan pada
persalinan.
Pada multigravida bila perslinan yang lalu dijumpai keadaan kehamilan
dengan komplikasi atau penyakit, pernah mengalami keguguran,
persalinan prematurus, IUFD,persalinan dengan tindakan operasi,
perslainan berlangsung lama (>24 jam) dan kehamilan lewat waktu
maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan saat ini mempunyai risiko
yang lebih tinggi (Manuaba, 2010).
Grande multipara, jarak persalinan yang pendek atau kurang dari dua
tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum
(Manuaba, 2010).
Ibu yang secara genetik selalu melahirkan bayi besar (makrosomia)
dapat menyebabkan disfungsional persalinan kemungkinan ruptur uteri
dan peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 2011).
h. Riwayat Kehamilan sekarang
Menurut Varney (2015) riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk
mendeteksi komplikasi beberapa ketidaknyamanan dan setiap keluhan
seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid terakhirnya (HPHT)
1) Keluhan tiap trimester
2) Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
3) Pemeriksaan kehamilan
4) Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
5) Imunisasi
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan. Riwayat merokok,
minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan tradisional,
105
Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih selama
persalinan (Mochtar, 2011).
chloasmagravidarum
Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema,sklera berwarna
putih, konjungtiva berwarna merah muda dan tidak
ada kelainan pada mata
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, polip
ataupun peradangan
Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan tremor,
gigi geraham lengkap, tidak ada stomatitis, caries dentis.
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Leher : Ada/tidak ada hyperpigmentasi, tdak ada pembesaran
tonsil, faring, laring, vena jugularis, kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Tampak simetris dan bersih, areolla dan puting tampak
kehitaman, lebih besar, tidak tampak benjolan
Abdomen : Ada pembesaran, linea alba/nigra, ada/tidak ada striae,
tidak ada bekas operasi sc
Genetalia : Tidak ada oedema, varises serta haemoroid, tampak
pengeluaran lebih darah, cairan ketuban
Anus : Tidak ada haemorroid
Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema
Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran pada vena jugularis, kelenjar
getah bening dan kelenjar tiroid
Payudara : Tidak teraba benjolan atau massa abnormal
Abdomen :
TFU Mc-donald : Mengukur jarak symphisis-fundus dengan
menggunakan Midline, biasanya pada UK aterm
>33cm (Sastrawinata,2014).
Leopold I : Tinggi fundus uteri menggunakan jari, biasanya
pada UK aterm TFU Pertengahan Pusat-
108
d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan HIS
HIS Kala I : His belum begitu kuat datangnya 10-15 menit tidak
begitu mengganggu ibu interval menjadi lebih pendek
kontraksi kuat dan lama (Varney, 2015) His dianggap
adekuat jika terjadi >3x dalam 10 menit dan berlangsung
selama >40 detik.
Pemeriksaan Dalam
Tanggal: Jam: Oleh:
1) Vulva Vagina : Tidak ada massa abnormal
2) Portio : Effacement 0-100%
3) Pembukaan :
Fase laten : 0-3 cm
Fase aktif, akselerasi : 4-6 cm
Fase aktif, dilatasi maksimal : 7-9 cm
Fase aktif, deselearasi : 9-10
4) Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
5) Presentasi : Belakang Kepala
6) Denominator : UUK (Oksiput)
7) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
8) Hodge : Hodge I-III
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : >11 gr%
110
oleh klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan termasuk
didalam rencana intervensi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalh potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Tindakan antisipasi : Tindakan antisipasi diperlukan untuk mencegah
agar diagnosis dan masalah potensial tidak
terjadi. Tindakan antisipasi akan termasuk di
dalam rencana intervensi.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi ataupun
rujukan.
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atu
diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2015).
b. Lakukan observasi kala I
1) Tiap 30 menit, pantau DJJ, nadi dan kontraksi uterus
112
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada retum/vaginanya
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah,2010) tekanan darah dapat
meningkat lagi 15-25mmHg selama kala II
(Varney,2008).
Nadi : 60-100 x/menit, frekuensi meningkat
disertai takikardi ketika mencapai puncak
saat persalinan (Varney,2008).
Suhu tubuh : 36,5-37,5°, peningkatan suhu tertinggi
yang masih dianggap normal adalah 1-2°C
(Varney,2008).
115
VIII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
Kala III Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
Ibu masih merasakan adanya kontraksi uterus.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70-120-80mmHg, <140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°C
Pernafasan : 16-24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Genetalia : Adanya tanda pelepasan plasenta
Tampak tali pusat memanjang, ada semburan
darah secara mendadak dan singkat (JNPK-
KR,2008).
Palpasi
Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat
(JNPK-KR,2008).
Data Bayi
Bayi telah lahir
Tanggal : Jam:
Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
a. Apakah bayi cukup bulan?
120
KR,2008).
c. Lakukan IMD!
Rasional : Inisiasi menyusui dini merupakan langkah awal bentuk
bounding attachment. Selain itu,sekitar 22% angka
kematian bayi setalah lahir pada 1 bulan pertama dapat
ditekan dengan IMD.
3. Lakukan manajemen aktif kala III :
a. Berikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM dalam 1 menit kelahiran
bayi!
Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan
kuat dan efektif sehingga dapat membantu mempercepat peepasan
plasenta an mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR,2008).
b. Lakukan PTT!
Rasional : Penengangan tali pusat terkendali (PTT) merupakan cara
mengevaluasi apakah plasenta sudah terlepas sempurna dari
perlekatannya.
c. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir!
Rasional : Masase fundus uteri segera setelah palsenta lahir
dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus sehingga dapat
mencegah terjadinya perdarahan.
d. Lahirkan plasenta!
Rasional : Pada kala tiga pelepasan dan pengeluaran uri cukup
penting,karena kelalaian dapat menyebabkan resiko perdarahan yang
membawa kematian (Mochtar, 2011).
e. Cek kelengkapan plasenta dan selaput ketuban!
Rasional : Menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya
sisa plasenta (Varney, 2015).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisian dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
122
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidana yang telah dilakukan. Evaluasi didkoumentasikan dalam bentuk
SOAP.
Kala IV Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah :110/70-120-80 mmHg, < 140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c, suhu ibu berlanjut sedikit bnnnn
%YU^/meningkat, tetapi biasanya <38°c
(Varney, 2015).
Pernapasan : 16-24x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney, 2015).
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah abdomen,teraba
membulat dan keras v
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : papah kala IV persalinan normal
Masalah : tidak ada UY U6uY L.Yk%55.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis potensial : Tidak ada
123
dalam persalinan akibat janin besar yang merupakan kelanjutan dari penyulit
kehamilan dengan janin besar, Implikasi makrosomia bagi ibu melibatkan
distensi uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan pada serat-serat
uterus. Hal ini menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur
uterus, dan peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 2010).
d. Keadaan Bayi Saat Lahir
Berisi tentang kondisi bayi saat lahir dan tindakan yang telah dilakukan.
e. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu
cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI.
Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran 600–1000 ml) untuk
tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2008).
Eliminasi BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena intake minimal dan
metabolisme meningkat
Istrahat BBL tidur nyenyak: bayi jarang bergerak dan pernafasan lambat dan
teratur
BBL tidur dengan gerakan mata yang cepat (REM): bayi bernafas tidak
teratur dan meringis atau membuat ekspresi wajah lainnya serta gerakan
mata yang cepat dapat terlihat melalui kelopak mata
Pesonal BBL perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok BBL perlu di
Hygiene bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan perawatan tali pusat
yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney, 2015).
Aktivitas BBL mengeluarkan aktivitas motorik yang tidak jelas dan aktif menangis,
menangis disebabkan oleh letih, kolik, rasa tidak nyaman, lapar dan
kesepian
j) Riwayat Pembedahan
Pola Keterangan
Nutrisi Cepat Lapar
Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu
peristaltik usus akan bekerja cepat yang
menyebabkan ibu pasca partum satu atau 2 jam
akan lebih mudah kelaparan (Varney, 2015).
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan pengurangan
volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3
hari post partum (Varney, 2015).
Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun
sehingga tonus otot seluruhnya berangsur pulih
kembali, tapi konstipasi mungkin tetapi terjadi
dan mengganggu hari-hari pertama post partum
(Varney, 2015).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin
membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan
cukup hal ini menyebabkan ibu lelah. Oleh
karena itu, ketika ibu memasuki masa nifas ibu
akan sering beristirahat (Ambarwati, 2016).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat
bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya
adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan
138
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA :………..cm
4. Kecacatan : Ada/tidak
5. IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
6. Eliminasi
a) BAK : f : …x/hari, warna : …., konsistensi :………
b) BAB : f : ...x/hari,warna:…….,konsistensi :………
7. Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur
rambut tampak lembut (Priharjo, 2013).
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tidak tampak pucat (Tambunan, 2011)
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva tidak
tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan (Tambunan,
2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis,geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil (Tambunan, 2011)
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/secret
(Tambunan,2011)
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring,
tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
142
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
bentuk SOAP.
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL (Prawirohardjo, 2014)
Umur /Tanggal Lahir : 0–28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan
pertama kehidupan (Varney, 2015).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis Medis : NCB SMK
Setelah memiliki bagan hubungan berat lahir
dan usia gestasi, bidan menggolongkan BBL
ke dalam 3 kategori, namun yang dikatakan
normal hanya:
Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Dengan mengkombinasikan kategori usia
gestasi dengan kategori berat / usia gestasi ,
bidan kemudian dapat menggolongkan BBL
ke salah satu dari Sembilan kategori. Hanya
saja 1 yang masuk dalam kriteria normal
147
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
Nadi : nadi apikal 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam,
meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah
kelahiran); dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur)
sampai 180 dpm (menangis)
Pernapasan : berkisar antara 40-60 kali/menit, suhu berkisar antara
36,5oC-37,5oC (Sitiatava, 2012).
Antropometri
Berat badan (BB) saat lahir yaitu 2500-4000 gram,
BB saat ini yaitu 2500-4000 gram,
Panjang badan yaitu 48-52 cm,
Lingkar kepala :
circumferentia subocciput bregmatika : 32 cm,
circumferentia fronto occipitalis : 34 cm
circumferentia mento occipitalis : 35 cm,
Lingkar dada :30–38 cm yang pada umumnya tidak > 3 cm dari
ukuran lingkar kepala pada BBL namun setelah anak
berusia > 1 tahun lingkar dada relatif lebih besar di
banding lingkar kepala
Lingkar lengan atas (LILA) : ≥ 11 cm karena neonatus dengan LILA
dibawah 11 cm dapat diindikasikan
Kekurangan Energi Kalori (KEK), Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Kecil
Masa Kehamilan (Sitiatava, 2012).
150
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput succedeneum,
maupun cephal hematoma, kulit kepala tampak bersih
tidak tampak ada lesi, ubun-ubun datar, kontruksi
rambut tampak kuat, distribusi rambut tampak merata,
tekstur lembut, dan tampak bersih.
Wajah : tidak tampak oedem, wajah tidak tampak pucat.
Mata : simetris, bersih, konjungtiva tidak tampak pucat, sklera
tidak tampak kuning, tidak tampak perdarahan, tidak
tampak oedema pada kelopak mata, pupil kontriksi bila
sinar mendekati, dilatasi bila sinar menghilang (Wong,
2009)
Telinga : bersih dan tidak ada secret, terdapat lubang telinga, daun
telinga tampak normal, tidak tampak sianosis pada daun
telinga, pendengaran baik (menilai adanya gangguan
pendengaran dilakukan dengan membunyikan bel atau
suara apabila terjadi refleks terkejut, kemudian apabila
tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi
gangguan pendengaran (Aziz, 2009)
Hidung : tampak lubang hidung, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak tampak sekret.
Mulut : tidak tampak sianosis di sekitar mulut dan membran
mukosa lembab, bibir tampak simetris, tidak tampak
stomatitis, tidak tampak oral trush, palatum mole dan
durum tidak tampak kelainan, tidak tampak Labioschizis
dan Labiopalato Schizis, belum terdapat gigi, suara
tangisan kuat.
151
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
6. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana
Tubektomi
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-55 tahun) mempengaruhi
bagaimana mengambil keputusan dalam
kesehatannya (Prawirohardjo, 2014)
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan : Tingkat pendidikan
tingkat pendidikan berpengaruh pada pola
pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2013)
Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya (Ambarwati,2010)
Alamat :
b. Keluhan utama :
Pada akseptor KB suntik 3 bulan ini mengatakan kepalanya pusing, rasa
berat ditengkuk dan mudah lelah (Pramono, 2008)
159
f. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
o Suam An P BB
U Tmp Pen J Abnor Laktas Pen
. i Peny Jns nl / H M
k K t y K malitas i y
g PB
160
Nulipara dan yang telah memiliki anak, bahkan sudah memiliki banyak
anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, atau setelah mengalami
abortus boleh menggunakan Kontrasepsi DMPA (Rusmini dkk, 2017)
g. Riwayat Kontrasepsi
Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Jika
pernah kontrasepsi apakah yang pernah digunakan, berapa lama, mulai
menggunakan, kapan berhenti, keluhan pada saat ikut KB, alasan
berhenti KB (Hidayat, 2013)
h. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Personal
Mandi 2x/hari , berganti pakaian 2-3 x/hari
Hygiene
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema/massa (Priharjo, 2009).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelejar getah bening (Priharjo, 2009).
Ekstermitas :
Auskultasi
AAFP. 2019. Prevent Newborns Eye Infection With Antibiotic Ointment. Diakses
dari https://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20190130uspstfgon.
html
Amiruddin, R & Hasmi. 2014. Determinan kesehatan ibu dan Anak. Jakarta: TIM.
Bahiyatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Normal. Jakarta :
EGC.
Damayanti, I. P., Maita & Triana. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Deepublish
167
168
IDAI. 2021. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses
dari : https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-
idai-2020
Irwan, H., et al. 2019. Hubungan Antara Pekerjaan dan Usia Kehamilan Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahagia Makassar
2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia,3(2)
Kosim, MS.dkk. 2013. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Kusmiyati, Y. 2017. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Jakarta: EGC.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi & Kukuh, R. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2
Negara,K.S., et al. 2017. Buku Ajar Ketuban Pecah Dini. Denpasar : Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Nisa,I.S. 2022. Mengenal Fetal Non Stress test Pada Ibu Hamil. Diakses dari
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2474-
mengenal-fetal-non-stress-test-nst-pada-ibu-hamil
Rosa. 2012. Mirena IUD, Definisi, Cara Kerja, Kontra Indikasi, Efek Samping,
diakses dari :
http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296 924-
mirena-iud-definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdws
Rukiyah, A.Y. 2017. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.
Sharma,D. et al. 2019. Late Preterm : A New High RIska Group in Neonatology.
The Journal of Maternal Fetal & Neonatal Medicine.
https://doi.org/10.1080/14767058.2019.1670796
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi
Offset.
Varney, H., Jan, M. K., Carolyn,L.G.. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Vivian, N.L, Dewi, Sunarsih, T. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
LAMPIRAN
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR 14
Lampiran 5. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
TANDA BAHAYA KEHAMILAN
DISUSUN OLEH :
NIM.
TAHUN 2024
A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan, di harapkan ibu hamil trimester 3 terutama
ibu primigravida mengerti tentang tanda bahaya kehamilan.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat :
1. Mengetahui tanda bahaya kehamilan
2. Mengetahui cara mencegah terjadinya bahaya kehamilan
3. Mengetahui tujuan dari informasi mengenai tanda bahaya kehamilan
C. Materi
1. Tanda Bahaya Kehamilan
2. Pencegahan terjadinya bahaya kehamilan
3. Tujuan mengetahui informasi dari tanda bahaya kehamilan
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
176
E. Media danAlat
1. Leaflet
2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
F. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1 2 menit Pembukaav Mengucapkan salam Menjawab salam
n v Memperkenalkan diri Memperhatikan
v Menyapa peserta Memperhatikan
v Membuat kontrak waktu Memperhatikan
2 5 menit Isi v Menjelaskan tentang Tanda Memperhatikan
Bahaya Kehamilan
v Menjelaskan tentang Pencegahan Memperhatikan
Tanda Bahaya Kehamilan
v Menjelaskan tentang Tujuan Memperhatikan
Mengetahui Tanda Bahaya Memperhatikan
Kehamilan
G. Evaluasi
1. Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan !
2. Sebutkan Tanda Bahaya Kehamilan ?
3. Jelaskan Tujuan Mengetahui Tanda Bahaya Kehamilan!
177
MATERI
TANDA BAHAYA KEHAMILAN
A. Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal,
yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2013). Menurut Kusmiyati dkk (2013),
kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu
melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil
B. Tanda Bahaya Kehamilan
1. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala
adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI (2012) penyebab
kematian ibu karena infeksi (11%). Penanganan demam antara lain
dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk
menurunkan suhu (Saifuddin, 2012). Demam dapat disebabkan oleh
infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen
ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan
timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat
terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi
selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2013).
2. Perdarahan Pervaginam
Dilihat dari SDKI (2012) penyebab kematian ibu dikarenakan
perdarahan (28%). Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai
178
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2024
D. Materi
1. Pengertian nutrisi pada ibu masa nifas
2. Fungsi gizi pada ibu masa nifas
3. Bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
4. Makanan yang harus dihindari ibu nifas
5. Dampak apabila ibu nifas kurang gizi
182
E. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
F. Media
1. Ceramah
2. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
6 Penutup
Memberikan pertanyaan akhir sebagai Menjawab
evaluasi
7 Menyimpulkan bersama-sama hasil Mendengarkan 3 menit
kegiatan pengajaran
8 Menutup pengajaran dan mengucapkan Menjawab salam
salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
b) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
c) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
b) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
c) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
d) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil
a) Sebutkan kembali pengertian dari nutrisi pada ibu nifas
b) Sebutkan Fungsi gizi pada ibu masa nifas
c) Sebutkan bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
d) Sebutkan makanan yang harus dihindari ibu nifas
e) Sebutkan dampak apabila ibu nifas kurang gizi.
184
MATERI PENYULUHAN
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum (Pil zat besi
(sulfas/glukonas ferrosus) untuk menambah zat gizi.
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit, agar bisa memberikan
vitamin A kepada anaknya melalui ASI (Air Susu Ibu-nya).
perut bayi menjadi perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi
terkena iritasi.Pada umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka
akan dibuang melalui sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak
akan berbahaya. Akan tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem
pencernaan mereka belum bekerja dengan baik sehingga kelebihan
vitamin C akan tersimpan lama di dalam tubuh dan menimbulkan efek
negatif.Konsumsi vitamin C sewajarnya saja, sekitar 60 mg / hari, sesuai
kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi terlalu banyak, khawatir
berefek negatif untuk bayi.
5. Lemak Jenuh & Lemak Trans Makanan yang mengandung lemak jenuh
dan lemak trans akan dapat berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal
itu dikarenakan lemak jenuh dan lemak trans (trans fat) terbukti
menghambat produksi omega 3, yang sangat dibutuhkan oleh
perkembangan otak bayi. Hindari makanan gorengan yang memakai
minyak bekas karena mengandung lemak jenuh yang tinggi. Selain itu,
hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot dog karena
mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya.
6. Alkohol & Nikotin alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan
terkonsumsi oleh bayi.Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras)
dan nikotin (rokok) akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap
kedua hal tersebut. Hal ini akan membuat bayi pusing, lemah, sulit
bangun dan juga produksi ASI pun akan berkurang.
DISUSUN OLEH :
NIM.P07224422268
tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar
tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi
lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya
kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain.
Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.
Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir
yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu.
oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,
ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d. Kebersihan vulva dan sekitarnya
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin
atau cuci menggunakan sabun.
193
DAFTAR PUSTAKA
www.lusa.web.id/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-kebersihan-diri
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas
DISUSUN OLEH :
NIM.P0
195
C. Materi : Terlampir
D. Metode : 1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab
3.
E. Media : 1. Leaflet
196
2. Materi SAP
F. Kegiatan Penyuluhan
Melakukan evaluasi
sumatif Merespon/menjawab
Melakukan refleksi Menjawab
perasaan Ibu
Mengucapkan salam
penutup
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
Kelengkapan media-alat tersedia dan siap digunakan
Pelaksana siap melakukan penkes
2. Evaluasi proses :
Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu
Sasaran aktif dalam penkes
Sasaran mampu menjawab pertanyaan
Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
3. Evaluasi hasil :
a. Peserta mengetahui pengertian ASI eksklusif
b. Peserta mengetahui manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
c. Peserta mengetahui cara menyusui yang benar
d. Peserta mengetahui cara penyimpanan ASI yang benar
e. Peserta mengetahui factor penyebab kegagalan pemberian ASI
eksklusif
198
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
Marisa Debby Anestiyah
NIM P07224422268
202
203
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang perawatan tali pusat
selama 30 menit peserta penyuluhan mampu melakukan perawatan tali
pusat.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian perawatan tali pusat.
2. Menyebutkan tujuan perawatan tali pusat.
3. Menyebutkan alat dan bahan perawatan tali pusat.
4. Menyebutkan tanda-tanda infeksi tali pusat.
5. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tali
pusat.
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab.
E. Media
Leaflet
204
F. Kegiatan Penyuluhan
N KEGIATAN
WAKTU
O PENYULUH PESERTA
1. 2 Menit Pembukaan:
a. Salam pembukaan a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang d. Berpartisipasi aktif
akan diberikan
2. 10 Menit Pelaksanaan:
a. Menjelaskan a. Memperhatikan dan
tentang pengertian mendengarkan
perawatan tali pusat, penyuluh dengan
cermat
b. Menanyakan hal-hal
b. Menjelaskan tentang tujuan yang belum jelas
perawatan tali pusat c. Memperhatikan
c. Menjelaskan alat dan bahan penjelasan
untuk perawatan tali pusat d. Memperhatikan
d. Menjelaskan tanda-tanda penjelasan
infeksi tali pusat e. Memperhatikan
e. Menjelaskan hal yang perlu penjelasan
diperhatikan dalam
perawatan tali pusat f. Menanyakan hal
f. Memberikan kesempatan yang belum
untuk bertanya dimengerti
Evaluasi a. Menjawab
a. Menanyakan kepada peserta
205
Terminasi
a. Mengucapkan terima kasih a. Mendengarkan
atas partisipasi peserta
3. 3 menit b. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup
G. Evaluasi
Pertanyaan:
1. Apa pengertian perawatan tali pusat?
2. Apa tujuan perawatan tali pusat?
3. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perawatan tali pusat?
4. Apa saja tanda-tanda infeksi tali pusat?
5. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tali pusat.
206
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN TALI PUSAT
A. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi
baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering
dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan
mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin,
2009).
Pendapat lain mengatakan bahwa perawatan tali pusat adalah suatu
aktivitas pemeliharaan tali pusat sampai tali pusat mengering dan lepas
dengan spontan untuk menjaga kebersihan tali pusat dan mencegah
terjadinya infeksi pada potongan tali pusat yang tersisa pada bayi (Farrer,
2001).
Perawatan tali pusat bayi baru lahir merupakan hal yang penting dan
harus dilakukan dengan hati-hati karena sebelum puput memerlukan
perawatan ekstra. Tali pusat bayi baru lahir umumnya berwarna kebiruan
dan panjangnya 2,5 sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem plastik akan
dipasang pada potongan tali pusat untuk menghentikan perdarahan. Klem
tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum bayi pulang
dari rumah sakit atau dalam waktu 24-48 jam sesudah lahir. Tali pusat
biasanya kering dalam waktu 2 minggu sesudah lahir. Pada dasarnya, tali
pusat bisa dibiarkan terbuka atau tidak perlu ditutup kain kasa dan harus
dijaga agar selalu dalam keadaan kering. Yang penting selalu cuci tangan
dahulu sebelum melakukan perawatan tali pusat (Simkin dkk, 2009).
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa
ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang
tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan
dapat mengakibatkan kematian (Hidayat, 2008).
B. Tujuan
207
Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat,
yaitu:
1. Mencegah terjadinya infeksi.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi,
harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera
diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat. Dimana infeksi
tali pusat pada bayi dapat menyebabkan sepsis, meningitis dantetanus.
Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip
perawatan kering dan bersih.
2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
4. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke
dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan tali
pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :
1. Air Hangat.
2. Kapas.
3. Sarung tangan steril.
D. Cara Perawatan Tali Pusat
Langkah-langkah cara merawat tali pusat pada bayi menurut Haws
(2008), yaitu :
1. Cuci tangan dengan sabun sampai bersih, keringkan dengan handuk
bersih.
2. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali
pusat.
208
3. Bersihkan tali pusat dan daerah sekitar tali pusat menggunakan kapas
yang dibasahi air hangat dengan lembut dan hati-hati.
4. Keringkan tali pusat
E. Waktu Perawatan Tali Pusat
Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut Sodikin
(2009), yaitu :
1. Sehabis mandi pagi atau sore
2. Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya
perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar
tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering. Tali pusat
harus selalu dilihat pada waktu mengganti popok sampai tali pusat
tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya sembuh (Sodikin, 2009).
F. Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat
Tanda-tanda infeksi pada tali pusat:
1. Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak.
2. Keluar cairan yang berbau dan bernanah.
3. Ada darah yang keluar terus menerus.
4. Kejang.
5. Bayi mengalami demam
G. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Tali Pusat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut
Sodikin (2009), yaitu :
2. Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena
dapat menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
3. Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih,
4. Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
5. Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
209
6. Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan.
7. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat.
210
Daftar Pustaka
Lampiran 6. Pretest-Posttest
212
213
214
215
216
217
218
Lampiran 7. Leaflet
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi