Anda di halaman 1dari 236

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF MODEL

CONTINUITY OF CARE
PADA IBU C USIA 32 TAHUN GIVPIII003
DI PUSKESMAS TRAUMA CENTER SAMARINDA

Oleh :
Noor Mala
NIM. P07224323076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI BIDAN SAMARINDA
TAHUN 2024
RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Noor Mala

Tempat/Tanggal Lahir : Samarinda, 24 Februari 1987

Alamat : Perum Bhumi Prestasi Kencana Jl. Gulat 4 No 16

Status Keluarga : Sudah Menikah

Alamat Instansi : Jl. HM Rifaddin

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 03 Samarinda , Lulus Tahun 1999

2. SLTPN 2 Samarinda , Lulus Tahun 2002

3. SMAN 1 Samarinda , Lulus Tahun 2005

4. D-III Kebidanan Depkes Kaltim , Lulus Tahun 2008

Riwayat Pekerjaan :

1. Praktik Mandiri Bidan Gustiana 2008 - 2011

2. RS Tentara Denkesyah 2008 - 2011

3. RSUD IA MOEIS Samarinda 2011 - sekarang

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat
limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif
(Continuity of Care) pada Ny ...di Puskesmas Trauma center Samarinda”.
Penulis menyadari masih banyak terdaapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan
laporan ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam
bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.M. H. Supriadi B, S.Kp.,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kalimantan Timur yang telah memberikan izin dan memfasilitasi
kami dalam penyusunan Laporan Komprehensif.
2. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kalimantan Timur.
3. Hj. Heni Suryani, M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidkan Profesi Bidan
Samarinda.
4. Bd. Lutfhi Metta M.C, S.Tr.Keb selaku pembimbing institusi yang telah
memberikan arahan selama penyusunan laporan ini.
5. Kepala Puskesmas Trauma Center Samarinda yang telah memberikan izin dan
memfasilitasi kami dalam melaksanakan praktik klinik.
6. Lilik purwanings
7. Ibu C. selaku pasien yang telah kooperatif dalam pengkajian Asuhan
Kebidanan Continuity of Care.
8. Kepada orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan
dukungan baik itu moril maupun materil, serta selalu mendoakan penulis
dalam menjalankan pendidikan
9. Rekan mahasiswi kebidanan Poltekkes Samarinda atas motivasi serta saran
dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

iii
Akhir kata, dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis
berserah diri. Semoga laporan Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah
SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Aamiin.

Samarinda, Januari 2024

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF..................................................................................5
1.Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis......................................... 5
2.Konsep Daras Teori Kehamilan Post Matur ...................................... 30
3.Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis.......................................... 37
4.Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis................................. 53
5.Konsep Dasar Teori Nifas Fisiologis.................................................. 64
6.Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana........................................... 77
B.KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN............. 86
1.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal
Trimester III..................................................................................... 86
2.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Normal..............................................................................................108
3.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal..............................................................................................133
4.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal
..........................................................................................................144

v
5.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal
..........................................................................................................155
6.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Berencana.........................................................................................167
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................175
A.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ......................................................175
B.Asuhan Kebidanan pada Persalinan........................................................181
C.Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir..............................................186
D.Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis................................................191
E.Asuhan Kebidanan pada Neonatus Fisiologis.........................................207
F.Asuhan Kebidanan pada Akseptor IUD Post Plasenta .........................217
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................222
BAB V PENUTUP.............................................................................................228
A. Kesimpulan...............................................................................................228
B. Saran.........................................................................................................228
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio....................... 7
Tabel 2.2 Penilaian Pengukuran Cairan Ketuban............................ 33
Tabel 2.3 Pengukuran Empat Kuadran............................................ 34
Tabel 2.4 Tabel APGAR Skor.......................................................... 59

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Abortus........................................................ 22

viii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


BJ : Bunyi Jantung
CO2 : Karbondioksida
CRT : Cavillary Refill Time
DJJ : Denyut Jantung Janin
HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency
Syndrom
LH : Luteinizing Hormone
LILA : Lingkar Lengan atas
KB : Keluarga Berencana
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
O2 : Oksigen
PAP : Pintu Atas Paggul

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Kartu skor Poedji Rochyati
Lampiran 3 Partograf
Lampiran 4 Foto Kegiatan
Lampiran 5 SAP
Lampiran 6 Pretest-Posttest
Lampiran 7 Leaflet

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus dan
penggunaan KB merupakan suatu tahapan perkembangbiakan manusia yang
alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan kebidaan berkesinambungan dan berkualitas dari tenaga
kesehatan. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama
kehamilan sampai masa penggunaan KB sangat penting untuk kelangsungan
hidup ibu dan bayinya. Sehingga pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan
selama periode ini (Alwan et al., 2018).
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian ibu pada
2017 ialah 295.000/100.000 kelahiran hidup dan 2.900.000 bayi meninggal
selama 2018 (WHO, 2019) Di Indonesia, pada tahun 2017 AKI mencapai
177/100.000 kelahiran hidup (UNICEF, 2019) dan AKB sebesar 24 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Di Kalimantan Timur angka
kematian ibu mencapai 100 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
mencapai 619 per 1.000 kelahiran hidup. Di Samarinda, AKI sebanyak 21
orang pada tahun 2022 (Profil Dinkes, 2022).
Kematian ibu merupakan akumulasi selama proses kehamilan,
persalinan dan nifas. Sebanyak 24% kematian ibu terjadi pada fase
kehamilan dan 76% pada persalinan dan nifas (Kemenkes RI, 2021).
Penyebab kematian ibu menurut UNICEF ialah perdarahan 27%, Hipertensi
(Preeklampsia/ Eklampsia) 14%, infeksi 11%, aborsi 8%, emboli 3%,
penyebab lain 10% dan penyebab tidak langsung (dikarenakan penyakit
seperti malaria, Diabetes mellitus dan penyakit jantung) sebanyak 28%
(UNICEF, 2019).
Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai
ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan

1
2

AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan
prosedural klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam
penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan
normal dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan
bayi oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya sangat
berbeda dengan tenaga kesehatan lain (UU No.04 tahun 2019).
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan anak dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil dari Antenatal Care,
Intranatal Care, Postnatal Care sehingga seorang ibu mampu serta sadar
menjaga kesehatan dirinya dan keluarga (UU No.04 tahun 2019).
Asuhan kebidanan Continuity of Care (COC), memberikan dampak
kepuasan pada yang dirasakan ibu hamil sampai masa perawatan
selanjutnya, adanya kedekatan secara psikologis dalam masa perawatan.
Wanita yang dilakukan perawatan dari awal kehamilan sampai dengan masa
dimana ibu menentukan kapan akan menggunakan alat kontrasepsi, adanya
hubungan yang positif dari kepuasan dan aspek perawatan yang aman dan
nyaman dengan professional dan terampil (Forster, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang
bidanuntuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
atausecaraberkelanjutan (Continuity of Care) pada ibu dan bayi serta sebagai
kontribusi untuk menurunkan AKI dan AKB. Pelaksanaan asuhan
komprehensif ini bertujuanagar klien dapat melalui proses kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi secara
aman
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) pada
Ibu C mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
3

2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif atau
Continuity of Care (COC) penulis mampu :
a) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
b) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
c) Melakukan asuhan kebidanan BBL melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
d) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
e) Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
f) Melakukan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dapat memberikan ilmu pengetahuan terutama ilmu
yang dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan pada
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan
kontrasepsi, serta dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu
kebidanan sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
evidence based dalam praktik asuhan kebidanan.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan langsung ilmu yang dipelajari
selama kuliah.
b. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan dapat menambah wawasan klien dan keluarga
mengenai kehamilan, persalinan hingga pelayanan kontrasepsi dan
4

pengalaman mengenai pelaksanaan asuhan kebidanan secara


komprehensif yang diberikan dan dapat menerapkan didalam
keluarga.
c. Bagi profesi
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara
komprehensif sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan.
d. Bagi lahan praktik
Dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
sehingga terciptanya peningkatan mutu pelayanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


a) Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis Trimester III
a. Pengertian Kehamilan
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu
transisi, yaitu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang
sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak
itu lahir (Ratnawati, 2020).
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat
disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan
sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya
bayi dan plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah, 2019).
b. Tanda Gejala Kehamilan
1) Presumsif (kemungkinan kecil)
a) Tidak datang haid (amenorea)
b) Payudara terasa tegang atau kencang
c) Morning sicness
d) Hipersalivasi
e) Pigmentasi kulit
f) Sembelit
2) Probable (kemungkinan besar)
a) Perut membesar
b) Uterus membesar
c) Tanda Chadwick, vulva dan vagina kebiruaan
d) Kontraksi – kontraksi kecil uterus

5
6

e) Test kehamilan
3) Positif (pasti)
a) Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )
b) Gerakan janin
c) Denyut jantung janin
d) Terlihat adanya gambaran janin melalui USG (Padila, 2014)
c. Fisiologi Kehamilan
Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari sel
indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh fimbrai dan masuk dalam
sel telur. Waktu melakukan hubungan seksual, cairan semen tumpah
kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak
memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel telur
oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba
fallopi. Sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat yang melindungi ovum
kemudian pada tempat yang mudah dimasuki, masuklah satu sel mani
dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut
pembuahan (konsepsi = fertilisasi).
Ovum yang telah ini segera membelah diri sambil bergerak oleh
rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian melekat pada
mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim. Peristiwa
ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi
diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-
zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada
ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi),
nidasi dan plasenta (St & St, 2017)
7

d. Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio


Tabel 2.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio

Usia Gestasi Organ

6 Pembentukan hidung, dagu, palantum, dan


tonjolan paru. Jari-jari telah berbentuk, namun
masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh

7 Mata tampak pada muka, pembentukan alis dan


lidah

8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan


genitalia eksterna. sirulasi melalui tali pusat di
mulai. Tulang mulai terbentuk

9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk


‘muka’ janin; kelopak mata terbentuk namun tak
akan membuka sampai 28 minggu

13-16 Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari


tm ke-2. kulit janin masih transparan, telah mulai
tumbuh lanugo (rambut janin). Janin bergerak
aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban.
Telah terbentuk mekonium (feses) dalam uterus.
Jantung berdenyut 10-150/menit.

17-24 Komponen mata terebntuk penuh, juga sidik jari.


seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa
(lemak). janin mempunyai refleks.

25-28 Saat ini disebut pemulaan TM ke-3, dimana


terdapat perkembangan otak yang cepat. sistem
saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh,
mata sudah terbuka. Kelangsungan hidup pada
8

periode ini sangat sulit bila lahir

29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk


hidup (50- 70%). Tulang telah terbentuk
sempurna, gerakan nafas reguler, suhu relatif
stabil.

33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu Kulit janin


(lanugo) mulai berkurang pada saat 35 minggu
paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa
kesulitan

38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm,


dimana bayi akan meliputi seluruh uterus. air
ketuban mulai berkurang tetapi masih dalam batas
normal.

Sumber: (MSN & SAPUTRA, 2014)


e. Perubahan Fisiologis Kehamilan
1) Perubahan pada sistem reproduksi
a) Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan
isi konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan
hiperplasi jaringan, hormon progesteron berperan untuk
elastisitas/kelenturan uterus. Taksiran kasar pembesaran uterus
pada perabaan tinggi fundus:
1) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
2) Kehamilan 8 minggu : telur bebek
3) Kehamilan 12 minggu : telur angsa
4) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
5) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah
6) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
7) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
9

8) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid


9) Kehamilan 40 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi
sulit ditentukan pada kehamilan trimester I memanjang dan
lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian
dengan korpus, dan pada kehamilan akhir, di atas 32 minggu
menjadi segmen bawah uterus. Serviks uteri mengalami
hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan
akibat progesteron (tanda Goodell). Sekresi lendir serviks
meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus
uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang dan melunak
yang disebut tanda Hegar. Berat uterus perempuan tidak hamil
adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus mengalami
peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu)
mencapai 1000 gram (1 kg).
b) Vagina/vulva.
Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi
menimbulkan warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda
Chadwick. Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam,
keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga
menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi
vagina terutama infeksi jamur. Hypervaskularisasi pada
vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga dapat
meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual
terutama pada kehamilan trimester dua.
c) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh
plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen.
Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi
10

ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi (Yulizawati


et al., 2017).
2) Perubaahn pada payudara
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu
perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. Sedangkan
hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara,
serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Pada ibu hamil payudara
membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi
kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat
pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol.
Hypertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae
disebut tuberkel.
Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu. Kelenjar
sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan
puting susu terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan
sabun. Putting susu akan mengeluarkan kolostrum yaitu cairan
sebelum menjadi susu yang berwarna putih kekuningan pada
trimester ketiga (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
3) Perubahan pada sistem endokrin
a) Progesteron
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh
corpus luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh
plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan
menjelang persalinan mengalami penurunan. Produksi
maksimum diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesterone
diperkirakan:
(1) Menurunkan tonus otot polos:
(a) Motilitas lambung terhambat sehingga terjadi mual
11

(b) Aktivitas kolon menurun sehingga pengosongan


berjalan lambat, menyebabkan reabsorbsi air meningkat,
akibatnya ibu hamil mengalami konstipasi.
(c) Tonus otot menurun sehingga menyebabkan aktivitas
menurun.
(d) Tonus vesica urinaria dan ureter menurun menyebabkan
terjadi statis urine.
(2) Menurunkan tonus vaskuler: menyebabkan tekanan
diastolic menurun sehingga terjadi dilatasi vena.
(3) Meningkatkan suhu tubuh
(4) Meningkatkan cadangan lemak
(5) Memicu over breathing : tekanan CO2 (Pa CO2) arterial
dan alveolar menurun
(6) Memicu perkembangan payudara
b) Estrogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah Ovarium.
Selanjutnya estroge dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan
kadarnya meningkat beratus kali lipat, out put estrogen
maksimum 30-40 mg/hari. Kadar terus meningkat menjelang
aterm. Aktivitas estrogen adalah :
(1) Memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus
(2) Bersama dengan progesterone memicu pertumbuhan
payudara
(3) Merubah konsitusi komiawi jaringan ikat sehingga lebih
lentur dan menyebabkan servik elastic, kapsul persendian
melunak, mobilitas persendian meningkat.
(4) Retensi air
(5) Menurunkan sekresi natrium.
c) Kortisol
Pada awal kehamilan sumber utama adalah adreanal maternal
dan pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta.
12

Produksi harian 25 mg/hari. Sebagian besar diantaranya


berikatan dengan protein sehingga tidak bersifat aktif. Kortisol
secara simultan merangsang peningkatan produksi insulin dan
meningkatkan resistensi perifer ibu pada insulin, misalnya
jaringan tidak bisa menggunakan insulin, hal ini
mengakibatkan tubuh ibu hamil membutuhkan lebih banyak
insulin. Sel-sel beta normal pulau Langerhans pada pankreas
dapat memenuhi kebutuhan insulin pada ibu hamil yang secara
terus menerus tetap meningkat sampai aterm. Ada sebagian
ibu hamil mengalami peningkatan gula darah hal ini dapat
disebabkan karena resistensi perifer ibu hamil pada insulin
d) Human Chorionic gonadotropin (HCG).
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil
muda hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya
dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi
kehamilan dengan darah ibu hamil pada 11 hari setelah
pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu hamil pada 12-14
hari setelah kehamilan. Kandungan HCG pada ibu hamil
mengalami puncaknya pada 8-11 minggu umur kehamilan.
Kadar HCG tidak boleh dipakai untuk memastikan adanya
kehamilan karena kadarnya bervariasi, sehingga dengan
adanya kadar HCG yang meningkat bukan merupakan tanda
pasti hamil tetapi merupakan tanda kemungkinan hamil. Kadar
HCG kurang dari 5 mlU/ml dinyatakan tidak hamil dan kadar
HCG lebih 25 mlU/ml dinyatakan kemungkinan hamil.
Apabila kadar HCG rendah maka kemungkinan kesalahan
HPMT, akan mengalami keguguran atau kehamilan ektopik.
Sedangkan apabila kadar HCG lebih tinggi dari standart maka
kemungkinan kesalahan HPMT, hamil Mola Hydatidosa atau
hamil kembar.
e) Human Placental Lactogen (HPL).
13

Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat


seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan.
Hormon ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin.
HPL juga bersifat diabetogenik sehingga menyebabkan
kebutuhan insulin pada wanita hamil meningkat.
f) Relaxin.
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama
kehamilan, kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama.
Peran fisiologis belum jelas, diduga berperan penting dalam
maturasi servik.
g) Hormon hipofisis.
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama
kehamilan, namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi
untuk menghasilkan kolostrum. Pada saat persalinan setelah
plasenta lahir maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini
berlangsung terus sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat
ibu menyusui prolaktin dapat dihasilkan dengan rangsangan
pada puting pada saat bayi mengisap puting susu ibu untuk
memproduksi ASI (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
4) Perubahan pada kekebalan
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi
vagina berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga
pada ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai
kehamilan 8 minggu sudah kelihatan gejala terjadinya kekebalan
dengan adanya limfosit–limfosit. Semakin bertambahnya umur
kehamilan maka jumlah limfosit semakin meningkat.
Dengan tuanya kehamilan maka ditemukan sel-sel limfoid
yang berfungsi membentuk molekul imunoglobulin.
Imunoglobulin yang dibentuk antara lain: Gamma– A
imunoglobulin: dibentuk pada kehamilan dua bulan dan baru
banyak ditemukan pada saat bayi dilahirkan. Gamma-G
14

imunoglobulin: pada janin diperoleh dari ibunya melalui plasenta


dengan cara pinositosis, hal ini yang disebut kekebalan pasif yang
diperoleh dari ibunya. Pada janin ditemukan sedikit tetapi dapat
dibentuk dalam jumlah banyak pada saat bayi berumur dua bulan.
Gamma-M imunoglobulin: ditemukan pada kehamilan 5 bulan dan
meningkat segera pada saat bayi dilahirkan (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
5) Perubahan pada sistem pernafasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh
karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm
sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita
hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan oksigen wanita hamil bernapas dalam. Peningkatan
hormon estrogen pada kehamilan dapat mengakibatkan
peningkatan vaskularisasi pada saluran pernapasan atas. Kapiler
yang membesar dapat mengakibatkan edema dan hiperemia pada
hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus.
Hal ini dapat menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus,
hidung berdarah (epstaksis) dan perubahan suara pada ibu hamil.
Peningkatan vaskularisasi dapat juga mengakibatkan membran
timpani dan tuba eustaki bengkak sehingga menimbulkan
gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga
(Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
6) Perubahan pada sistem perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%.
Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus
yang terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan
15

mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam


urat dalam darah mungkin menurun namun, hal ini dianggap
normal. Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami sering
kencing (BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk
sering mengganti celana dalam agar tetap kering (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
7) Perubahan pada perencanaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari
disebut Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan
peristaltic dengan gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada
keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak
sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran
darah ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat
mengakibatkan hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon estrogen
juga dapat mengakibatkan gusi hiperemia dan cenderung mudah
berdarah.
Tidak ada peningkatan sekresi saliva, meskipun banyak ibu hamil
mengeluh merasa kelebihan saliva (ptialisme), perasaan ini
kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan tidak sadar
jarang menelan saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva
menjadi banyak. Ibu hamil trimester pertama sering mengalami
nafsu makan menurun, hal ini dapat disebabkan perasaan mual dan
muntah yang sering terjadi pada kehamilan muda. Pada trimester
kedua mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan
semakin meningkat (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016)
f. Perubahan Psikologis Kehamilan
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya
akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
16

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya


persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi
yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan
bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda
apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat
kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus
yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu sangat
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
(Fitriahadi, 2017).
g. Kebutuhan Ibu Hamil
1) Kebutuhan fisik ibu hamil
Berikut adalah beberapa kebutuhan fisik ibu hamil:
a) Kebutuhan oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan
berhubungan dengan meningkatnya aktifitas paru-paru oleh
karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus
mencukupi kebutuhan O2 janin. Untuk memenuhi kecukupan
O2 yang meningkat, supaya melakukan jalan-jalan dipagi hari,
duduk-duduk di bawah pohon yang rindang, berada di ruang
yang ventilasinya cukup (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).

b) Kebutuhan nutrisi
17

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa


hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih
besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan
mengalami BB bertambah, penambahan BB bisa diukur dari
IMT (Indeks Masa Tubuh)/BMI (Body Mass Index) sebelum
hamil. IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam kg
dibagi (TB dlm m) misalnya : seorang perempuan hamil BB
sebelum hamil 50 kg,TB 150 cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22
(termasuk normal).
Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah
kehamilan triwulan kedua harus menjadi perhatian, besar
kemungkinan ada hal yang tidak wajar sehingga sangat
penting untuk segera memeriksakan ke dokter (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
c) Personal Hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena
badan yang kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil
karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu
hamil cenderung menghasilkan keringat yang berlebih,
sehingga perlu menjaga kebersihan badan secara ekstra
disamping itu menjaga kebersihan badan juga dapat untuk
mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh
d) Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang
longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang menekan
bagian perut atau pergelangan tangan karena akan
mengganggu sirkulasi darah. Dalam memilih BH supaya yang
mempunyai tali bahu yang lebar sehingga tidak menimbulkan
rasa sakit pada bahu.Sebaiknya memilih BH yang bahannya
dari katun karena selain mudah dicuci juga jarang
menimbulkan iritasi.
18

Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang mudah


menyerap air sehingga untuk mencegah kelembaban yang
dapat menyebabkan gatal dan iritasi apalag ibu hamil biasanya
sering BAK karena ada penekanan kandung kemih oleh
pembesaran uterus. (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
e) Eliminasi
(1) Buang Air Besar (BAB) Pada ibu hamil sering terjadi
obstipasi. Obstipasi ini kemungkinan terjadi disebabkan
oleh:
(a) Kurang gerak badan
(b) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan
(c) Peristaltik usus kurang karena pengaruh hormone
(d) Tekanan pada rektum oleh kepala Dengan terjadinya
obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi dengan
rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim,
maka dapat menimbulkan bendungan di dalam
panggul yang memudahkan timbulnya haemorhoid.
Hal tersebut dapat dikurangi dengan minum banyak
air putih, gerak badan cukup, makan-makanan yang
berserat seperti sayuran dan buah-buahan
(2) Buang Air Kecil (BAK)
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan,
bahkan cukup lancar dan malahan justru lebih sering
BAK 43 karena ada penekanan kandung kemih oleh
pembesaran uterus. Dengan kehamilan terjadi perubahan
hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.
Situasi ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh
subur sehingga ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan.
Rasa gatal sangat mengganggu, sehingga sering digaruk
dan menyebabkan saat berkemih sering sisa (residu) yang
memudahkan terjadinya infeksi kandung kemih. Untuk
19

melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih


yaitu dengan banyak minum dan menjaga kebersihan
sekitar kelamin (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
2) Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah:
a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut.
Posisi perempuan diatas dianjurkan karena perempuan dapat
mengatur kedalaman penetrasi penis dan juga dapat melindungi
perut dan payudara. Posisi miring dapat mengurangi energi dan
tekanan perut yang membesar terutama pada kehamilan
trimester III.
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan
hati-hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga
kemungkinan dapat terjadi partus prematur, fetal bradicardia
pada janin sehingga dapat menyebabkan fetal distress tetapi
tidak berarti dilarang.
c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
d) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena
apabila meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan emboli
udara yang dapat menyebabkan kematian.
e) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai
kondom supaya dilanjutkan untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual.
Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil bila:
a) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa
nyeri atau panas.
b) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.
c) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
d) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
e) Serviks telah membuka
20

f) Plasenta letak rendah


g) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm,
mengalami kematian dalam kandungan atau sekitar 2 minggu
menjelang persalinan (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016)
3) Mobilisasi Dan Body
Mekanik Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dan mempunyai tujuan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Manfaat
mobilisasi adalah sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur lebih nyenyak. Gerak
badan yang melelahkan, gerak bagdan yang menghentak atau tiba-
tiba dilarang untuk dilakukan. Dianjurkan berjalan-jalan pagi hari
dalam udara yang bersih, masih segar, gerak badan ditempat
seperti berdiri-jongkok, terlentang kaki diangkat, terlentang perut
diangkat, melatih pernafasan. Latihan : normal tidak berlebihan,
istirahat bila lelah.
4) Istirahat/Tidur
Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita
hamil dan menyusui. Jadwal ini harus diperhatikan dengan baik,
karena istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan
dan pertumbuhan janin dan juga membantu wanita tetap kuat dan
mencegah penyakit, juga dapat mencegah keguguran, tekanan
darah tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lain. Istirahat yang
diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari, walaupun
tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya
dengan kaki yang terangkat, mengurangi duduk atau berdiri terlalu
lama (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).

5) Imunisasi
21

Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan
Toksoid Tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka
kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus
dilakukan dua kali selama hamil. Immunisasi TT sebaiknya
diberika pada ibu hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan
sampai satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal
empat minggu (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
6) Kunjungan Anternatal Care
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional untuk ibu selama masa kehamilannya yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan. Kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan
dianjurkan yaitu 2 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II
dan minimal 3 kali pada trimester III (Kemenkes, 2020).
Tujuan dari Antenatal Care adalah ibu hamil mendapatkan
asuhan selama kehamilan meliputi pemeriksaan kehamilan,edukasi
dan deteksi risiko tinggi sehingga apabila ada temuan bisa segera
dilakukan upaya preventif dan kuratif guna mencegah morbiditas
dan mortalitas (Lestari, 2020). Tujuan pelayanan Antenatal Care
menurut Kementrian Kesehatan (2020) adalah :
a) Memantau kemajuan proses kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin di dalamnya.
b) Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin
terjadi selama kehamilan sejak usia dini,termasuk riwayat
penyakit dan pembedahan.
c) Meningkatkan dan memelihara kesehatan ibu dan bayi.
d) Mempersiapkan proses persalinan agar bayi dapat dilahirkan
dengan selamat dan meminimalkan trauma yang mungkin
terjadi selama persalinan.
e) Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu.
22

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima


kelahiran anak agar mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
g) Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik
dan dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
Standar asuhan kehamilan pada kehamilan normal minimal 6
kali dengan rincian 2 kali di Trimester 1, 1 kali di Trimester 2, dan
3 kali di Trimester 3. Minimal 2 kali diperiksa oleh dokter saat
kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3
(Kemenkes, 2020).
a) ANC ke-1 di Trimester 1 :
b) ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-
4 di Trimester 3, ANC ke-5 di Trimester 3 dan ANC ke-6 di
Trimester 3
Standar Minimal pelayanan Antenatal Care yang diberikan
kepada ibu hamil yaitu dalam melaksanakan pelayanan Antenatal
Care, standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau
tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Menurut Permenkes
No 4 Tahun 2019, penerapan 10T adalah:
a) Pengukuran Tinggi Badan dan Penimbangan Berat Badan (T1)
Pengukuran tinggi badan cukup sekali dilakukan pada saat
kunjungan awal ANC saja, untuk penimbangan berat badan
dilakukan setiap kali kunjungan. Untuk pengisian tinggi badan
dan penimbangan berat badan ini diisi pada halaman 2 di
kolom pemeriksaan ibu hamil. Hal ini sangat penting
dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan
yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT
(Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Indeks massa tubuh
(IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan.
Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik
23

dianjurkan menambah berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan


gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah
suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:
(1) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar
2,5 kg
(2) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
(3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.
(Depkes RI, dalam Afriani 2018).
b) Pengukuran Tekanan Darah (T2)
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali melakukan
kunjungan periksa kehamilan, dicatat pada hamalan 2 di
kolom pemeriksaan ibu. Adapun tekanan darah dalam
kehamilan yaitu pada sistolik 120 dan diastolik 80. Hal ini
dilakukan untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal
atau tidak, tekanan darah pada ibu hamil dikatakan tinggi pada
tekanan sistolik 140 dan tekanan diastolik 90 selama beberapa
kali.
Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intrauterine Growth
Restriction (IUGR) dan kelahiran mati, hal ini disebabkan
karena preeclampsia dan eklampsia pada ibu akan
menyebabkan pengapuran di daerah plasenta. Sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan
adanya pengapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang menyebabkan
mekonium bayi yang berwarna hijau keluar dan membuat air
ketuban keruh, sehingga akan mengakibatkan asfiksia
neonatorum (Sari, 2019).

c) Ukur lingkar lengan atas (T3)


24

Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada awal


kunjungan ANC, hasil pengukuran dicatat di halaman 2 pada
kolom pemeriksaan ibu hamil, ini dilakukan untuk mengetahui
status gizi ibu hamil (skrinning KEK) dengan normal > 23,5
cm, jika didapati kurang dari 23,5 cm maka perlu perhatian
khusus tentang asupan gizi selama kehamilan. Bila ibu hamil
kurang gizi maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman
akan melemah dan mudah sakit maupun infeksi,keadaan ini
tidak baik bagi pertumbuhan janin yang dikandung dan juga
dapat menyebabkan anemia yang berakibat buruk pada proses
persalinan yang akan memicu terjadinya perdarahan
(Mandriwati, 2011). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
LILA merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi ibu hamil (Wahyuni, 2018).
d) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (T4)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada
saat usia kehamilan masuk 22-24 minggu dengan
menggunakan pita ukur, ini dilakukan bertujuan mengetahui
usia kehamilan dan tafsiran berat badan janin. Hasil
pengukuran TFU ini dicatat pada halaman 2 pada kolom
pemeriksaan ibu hamil, yaitu bagian kolom yang tertulis
periksa tinggi rahim. Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan
tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan
berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan
hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan
gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT
(Depkes RI dalam Afriani 2018).
Tinggi fundus uteri dan asupan gizi ibu hamil berpengaruh
terhadap berat bayi lahir dan erat hubungannya dengan tingkat
25

kesehatan bayi dan angka kematian bayi. Angka kematian ibu


dan bayi, serta kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh
status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan status gizi buruk atau
mengalami KEK (kurang energi kronis) cenderung melahirkan
bayi BBLR yang dihadapkan pada risiko kematian yang lebih
besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
berat badan yang normal (Aghadiati, 2019).
e) Hitung denyut jantung janin (DJJ) (T5)
Pengukuran Persentasi janin dan DJJ dilakukan setiap
kunjungan pemeriksaan kehamilan, dicatat di halaman 2 pada
kolom yang tertulis periksa letak dan denyut jantung janin.
Detak jantung janin (DJJ) adalah sebuah indikator atau dalam
sebuah pemeriksaan kandungan yang menandakan bahwa ada
kehidupan di dalam kandungan seorang ibu. Untuk memeriksa
kesehatan janin di dalam kandungan ibu hamil, dokter
melakukan beberapa hal pemeriksaan dan denyut jantung bayi
yang baru bisa dideteksi kurang lebihnya pada usia 11 minggu
(Maharani, 2021).
f) Melakukan Skrinning TT (Tetanus Toksoid) (T6)
Skrinning TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu
hamil jumlah vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu
sudah mendapatkan imunisasi TT, secara idealnya WUS
(Wanita Usia Subur) mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5
kali, mulai dari TT1 sampai TT5. Pemberian imunisasi tetanus
toksoid (TT) artinya memberikan kekebalan terhadap penyakit
tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
(Azizah, 2015).
Pengisian Skrining TT dicatat pada halaman 2 pada kolom
pemeriksaan ibu hamil yang tertulis stuatus dan imunisasi
tetanus. Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak
26

pernah diberikan imunisasi tetanus maka ia harus


mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama
kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua
pada empat minggu kemudian)Jarak pemberian (interval)
imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Depkes RI,
dalam Afriani, 2018).
g) Beri tablet tambah darah (tablet besi) (T7)
Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang
diperlukan dalam sintesa hemoglobin dimana untuk
mengkonsumsi tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar
hemoglobin pada ibu hamil (Latifah, 2020). Pemberian tablet
Fe diberikan setiap kunjungan ANC, setiap pemberian
dilakukan pencatatan di buku KIA halaman 2 pada kolom
yang tertulis pemberian tablet tambah darah. Pemberian tablet
besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada ibu
hamil sebanyak satu tablet (60mg) setiap hari berturut-turut
selama 90 hari selama masa kehamilan, sebaiknya memasuki
bulan kelima kehamilan, TTD mengandung 200 mg ferro
sulfat setara dengan 60 ml besi elemental dan 0,25 mg asam
folat baik diminum dengan air jeruk yang mengandung
vitamin C untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI dalam
Afriani 2018)..
h) Pemeriksaan Laboratorium (Rutin dan khusus) (T8)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mencegah hal-
hal buruk yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk
skrinning/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu
dilakukan lebih lanjut (Depkes RI, dalam Afriani 2018). Hasil
pemeriksaan laboratorium dilengkapi dengan mencatat di
buku KIA halaman 2 pada bagian kolom test lab haemoglobin
(HB), test golongan darah, test lab protein urine, test lab gula
darah, PPIA. Berikut bentuk pemeriksaannya :
27

(1) Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah


pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan
calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan (Afriani 2018).
(2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan
kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester
ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan (Afriani,2018).
(3) Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein
dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua
dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya
preeklamsia pada ibu hamil.
(4) Pemeriksaan kadar gula darah Ibu hamil yang dicurigai
menderita diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan
gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama,sekali pada trimester kedua,dan sekali
pada trimester ketiga terutama akhir trimester ketiga.
(5) Pemeriksaan tes sifilis Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di
daerah dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga
sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
(6) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk
daerah dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga
28

sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini


mungkin pada kehamilan.
i) Tatalaksana atau penanganan khusus (T9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium atau setiap kelainan yang
ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
Pengisian tersebut dicatat pada halaman 2 dikolom
pemeriksaan ibu hamil yang tertulis tatalaksana kasus
(Soebyakto, 2016).
j) Temu wicara (Konseling) (T10)
Dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, pengisian
tersebut dicatat di buku KIA hamalan 2 pada kolom
pemeriksaan ibu hamil yang tertulis konseling. Pemberian
konseling yang meliputi, sebagai berikut :
(1) Kesehatan Ibu.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan dan
menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup
selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan
tidak bekerja keras (Afriani 2018).
(2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan
sebelum makan, mandi dua kali sehari dengan
menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan (Afriani,
2018).
(3) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan.
29

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari


keluarga terutama suamidalam kehamilannya. Suami,
keluarga, atau masyarakat perlu menyiapkan biaya
persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
dibawa ke fasilitas kesehatan
(4) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda – tanda
bahaya baik selama kehamilan, persalinan, maupun nifas
misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua,
keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas. Mengenal
tanda – tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ke tenaga kesehatan (Afriani,2018).
(5) Asupan Gizi Seimbang.
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang
karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang
janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya.
(6) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala – gejala
penyakit menular dan penyakit tidak menular karena
dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI
Eksklusif. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan
ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berusia 6 bulan.
30

(7) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan.


Ibu hamil diberikan pengarah tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar
ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak,
dan Keluarga (Depkes RI, dalam Afriani 2018)
h. Kewenangan Bidan
Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan
nomor 28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan
keprofesian kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bidan berwenang melakukan:
1) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
2) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
3) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
4) penyuluhan dan konseling
5) bimbingan pada kelompok ibu hamil
(Negara,et al, 2017)
3. Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis
a. Definisi
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama prosespersalinan, bayi baru lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37 - 42 minggu
lengkap dan setelah persalinan. Ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat, Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (F. Gary
Cunningham, Kenneth J. Leveno, Steven L. Bloom, Jodi S. Dashe,
Catherine Y. Spong, Barbara L. Hoffman, Brian M. Casey, 2018).
31

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi


pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2014).
b. Jenis Persalinan
1) Klasifikasi Persalinan menurut bentuk persalinan sebagai berikut:
a) Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
b) Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi sectio caesar
c) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan misalnya dengan
pemberian pitocin, prostaglandin atau pemecahan ketuban.
(Rosyati, 2017)
2) Klasifikasi Persalinan Menurut Berat Janin dan Umur Kehamilan
a) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang
dari 22 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram.
b) Persalinan immatur
Hasil konsepsi dikeluarkan pada umur kehamilan 22-27
minggu dengan berat janin 500-999 gram.
c) Persalinan prematur
Persalinan dengan umur kehamilan 28-36 minggu dengan
berat janin antara 1000-2500 gram.

d) Persalinan aterm
32

Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu dengan


berat janin diatas 2500 gram.
e) Persalinan serotinus
Persalinan lebih dari 42 minggu atau persalinan yang terjadi
2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Manuaba (2016) menyatakan bahwa, persalinan
ditentukan oleh 5 faktor “P” utama yaitu:
1) Power (Tenaga atau kekuatan), yaitu his (kontraksi otot rahim),
kontraksi otot dinding perut atau kekuatan meneran, ketegangan
kontraksi ligamentum rotundum.
2) Passenger, yaitu keadaan janin (letak, presentasi, ukuran / berat
janin, ada/tidak kelainan) dan plasenta.
3) Passage, yaitu keadaan jalan lahir yang terdiri dari bagian keras
tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot-otot jaringan dan
ligament-ligament.
4) Psikologi, yaitu psikis ibu mempengaruhi proses persalinan
dimana psikis sangat mempengaruhi keadaan emosional ibu dalam
proses persalinan.
5) Penolong, yaitu penolong mempengaruhi proses persalinan
dimana persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan yang
profesional.
d. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara
lain dikemukakan faktor-faktor femoral, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
1) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
33

kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar


progesteron turun.
2) Teori plasenta menjadi tua: akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu
sirkulasi utero-plasenter.
4) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks terletak ganglion
servikale (flexsus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5) Induksi Partus: (induction of labour). Partus dapat pula
ditimbulkan dengan jalan:
a) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser
b) Amniotomi: pemecahan ketuban
c) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
(Yulizawati, 2019)
e. Tanda-Tanda Masuk Persalinan
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada
pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
(Yulizawati, 2019)
f. Perubahan Psikologi Persalinan
1) Kala I
Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan
terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian
34

pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan atau perasaan


aneh terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan
tidak enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman
dalam posisi apa pun dalam waktu lama).
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif,
ibu menjadi serius, diam dan sibuk dengan kontraksi. Seorang
wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan
saat menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan
persalinan. Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima
kebenaran yang mencerminkan semacam krisis, dimana ibu
menyadari tidak dapat mengendalikan proses persalinan (Simkin,
2016).
2) Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan
sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus
dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan
salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya
merasakan desakan mengejan dirasa mengganggu dan
menyakitkan.
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan
rasa nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir
jernih kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali
orang-orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya
melalui gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang
membantu pelahiran (Simkin, 2016).
3) Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat;
kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu
melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-
kadang mengalami kram yang hebat atau sebaliknya, perhatian ibu
35

tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari


terjadinya tahap ketiga ini (Simkin, 2016).
4) Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan
yang penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu
akan merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi
dan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu.
Sebaliknya ibu membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan
diri terhadap kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan,
keadaan tidak hamil dan sudah menjadi seorang ibu (Simkin,
2016).
g. Perubahan Fisiologi Persalinan
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik
rata-rata naik, darah kembali normal pada level sebelum pesalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkat tekanan darah).
2) Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat
secara berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot
skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang
hilang.
3) Suhu tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit
meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah
persalinan.Peningkatan ini jangan melebihi 0,50C sampai dengan
10C.
4) Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung
secara dramatis naik selama kontraksi.Antara kontraksi, detak
jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
36

5) Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi
peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
6) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan
aliran plasma ginjal.Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam
persalinan.
7) Perubahan gastro intestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama pesalinan.Selain itu, pengeluaran
getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan
hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat
lamban.Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam
tempo yang biasa.Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu
mencapai akhir kala.
8) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,
2013).
h. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu.Hal ini sangat penting
untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam
panggul.Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan
dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa
masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
37

1) Diameter kepala janin


a) Diameter biparietal yang merupakan diameter melintang
terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian
(enggagment).
b) Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher
dengan oksiput ke anterior fontanel; ini adalah diameter yang
berpengaruh membentuk presentasi kepala.
c) Diameter oksipitomental yang merupakan diameter terbesar
dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh
membentuk presentasi dahi.
2) Gerakan utama anak dalam kelahiran
a) Masuknya kepala dalan PAP
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada
primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan
tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan.Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
yang ringan.Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah
jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka
dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.Pada
synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau
agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan
asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau
sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale
belakang lebih rendah dari os parietale depan dan dikatakan
asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati
promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala
dalam asynclitismus posterior yang ringan.
38

b) Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II.Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan
masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm).Fleksi ini disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
d) Putaran paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran
dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis.
Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar
ke depan dan ke bawah symphysis.Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul.Putaran paksi dalam bersamaan dengan
39

majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai


Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar
panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah:
(1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah dari kepala.
(2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat
hiatus genitalis antara levator ani kiri dan kanan.
(3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior.
e) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi
ekstensi kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala bekerja dua kekuatan yang satu
mendesaknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar
panggul yang menolaknya ke atas. Result efeknya ialah
kekuatan ke arah depan atas.Setelah suboksiput tertahan pada
pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut
di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun
besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.
f) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam.Gerakan ini disebut
40

putaran restitusi (putaran balasan).Selanjutnya putaran


dilanjutkan hingga ke belakang kepala berhadapan dengan
tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri).Gerakan yang terakhir
ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri
dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.
g) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
(Yulizawati, 2019)
i. Tahapan Persalinan
1) Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya placenta secara lengkap ibu belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks. Tanda dan gejala inpartu meliputi:
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
c) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
Kala I persalinan dimulai sejak kontraksi. Kala I persalinan
dibagi menjadi 2 fase yaitu:
a) Fase laten
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan secara bertahap.
(2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
(3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga
8 jam
41

(4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30


detik.
b) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu:
(1) Fase akselarasi (fase percepatan): Dari pembukaan 3-4 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
(2) Fase Dilatasi maksimal: Dari pembukaan 4-9 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
(3) Fase deselerasi: Dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.
2) Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
disebut sebagian kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II
persalinan yaitu:
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter ani membuka.
e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam
yang hasilnya adalah:
a) Pembukaan serviks telah lengkap.
b) Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong
persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,
42

maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah


symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum.
Setelah istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung maksimal sampai dengan 2
jam sedangkan pada multigravida maksimal sampai 1 jam.
3) Kala III (Pengeluaran Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta, yaitu:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
biasanya di bawah pusat.Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang
di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar
dari tepi plasenta yang terlepas.Tanda ini kadang-kadang
terlihat dalam waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya
dalam 5 menit.
4) Kala IV (Kala Pemantauan)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir 2 jam setelah itu. Pada kala IV dilakukan observasi
sebagai berikut:
43

a) Tanda-tanda vital ibu


b) Pemeriksaan perdarahan pada ibu
c) Pemantauan kontraksi uterus
d) Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
e) Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc
(Yulizawati, 2019)
j. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat
pelaksanaan.Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan.
k. Kewenangan Bidan
Kewenangan bidan dalam peraturan menteri kesehatan
nomor 28 tahun 2017 BAB III mengenai penyelenggaraan
keprofesian kebidanan pasal 19 ayat 3 Dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Bidan berwenang melakukan:
1) Episiotomi
44

2) Pertolongan persalinan normal


3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat i dan ii
4) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
6) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
7) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
4. Konsep Dasar Teori Bayi Baru lahir Fisiologis
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut Kemenkes RI (2013), Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Pendapat DepKes RI
ini didukung oleh pendapat Kosim (2012) yang menyatakan bahwa
Bayi baru lahir normal adalah bayi berat lahir antara 2500 sampai
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada
kelainan kongenital yang berat.
Menurut Saifuddin (2010), Bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Sedangkan menurut
Wong (2012), Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38–42 minggu.
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam
keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah
membutuhkan perawatan dari orang lain. Neonatus mengalami masa
perubahan dari kehidupan di dalam rahim yang serba tergantung pada
ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa
perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.
Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ dan yang terpenting
adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar. Oleh sebab itu
sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu asuhan terhadap neonatus (BBL).
45

Tujuan Asuhan Kebidanan yang lebih luas selama masa ini,


adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir
pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua
bagaimana merawat bayi mereka, dan untuk memberi motivasi
terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua
percaya diri dan mantap (Patricia, 2011).
b. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal :
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 48-52 cm
3) Lingkar kepala : 33-35 cm
4) Lingkar dada : 30-38 cm
5) Masa kehamilan : 37-42 minggu
6) Denyut jantung : 120-180x/mnt
7) Respirasi : 40-80x/mnt
8) Kulit kemerahan licin
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia
a) Wanita : Labia mayora sudah menutupi labia minora
b) Laki-laki : Testis sudah turun
11) Refleks hisap dan menelan, refleks morro, graft refleks sudah
baik
12) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam
pertama
13) Suhu : 36,5-37º C
(Asuhan Bayi Baru Lahir, 2010)
c. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir
1) Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui placenta. Setelah bayi lahir harus
melalui paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi
normal dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga
46

dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina


mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya
80-100 ml). kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga
cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada
neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan
biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya
pernafasan.
Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan
lahir. Tindakan yang menimbulkan pernafasan yang pertama,
dikemukakan:
a) Rangsangan pada kulit bayi.
b) Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.
c) Penimbunan CO2 : Setelah anak lahir kadar CO 2 dalam
darah anak naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan.
d) Kekurangan O2
e) Pernafasan intrautrin: Anak sudah mengadakan pergerakan
pernafasan dalam rahim, malahan sudah menangis dalam
rahim. Pernafasan di luar hanya merupakan lanjutan dari
gerakan pernafasan di dalam rahim.
f) Pemeriksaan bayi: Kebanyakan anak akan mulai bernafas
dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam
setengah menit.
2) Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa
Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat
lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat
terjadi dengan 3 cara:
47

a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus


didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah
lahir).
b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).
c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak (glukoneogenesis).
3) Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-
perubahan lingkungan.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:
a) Evaporasi : cairan menguap pada kulit yang basah.
b) Konduksi : kehilangan panas oleh karena kulit bayi
berhubungan langsung dengan benda/alat yang suhunya
lebih dingin.
c) Konveksi : terjadi bila bayi telanjang di ruang yang
relatif dingin (25oC atau kurang)
d) Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang
lebih panas menyentuh permukaan yang lebih dingin

4) Perubahan pada sistem kardiovaskuler


Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan
besar, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem
pembuluh:
a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan
atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya
48

tekanannya. Kedua kejadian ini membantu darah dengan


kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk
mengalami proses oksigenasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada
pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbakarnya sistem pembuluh baru. Dengan peningkatan
tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan
menutup.Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal
5) Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara
esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc.
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau,
substansi yang kental disebut mekonium. Faeces ini
mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh.
Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. pada hari
ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.
Air kencing.
Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air
kencing akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat
adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta
warnanya bila tidak kencing/menetes/perubahan warna
kencing yang berlebihan.
6) Perubahan berat badan
Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh
karena pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya
cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih
dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai
49

hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60


ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14
dicapai 200 ml/kg BB sehari.
7) Sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut
sebagian besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung
sejumlah kecil kalsium.
8) Sistem neoromuskular
Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot
tersebut memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika
dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk
mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang
untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara
sempurna (Anonim, 2014).
d. Tabel Penilaian Bayi Baru Lahir Normal
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-
aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir:
1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya
sesegera mungkin.
3) Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas.
4) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi
bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan
handuk diatas perut ibu
5) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari
wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa
ulang pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau
bernapas spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).
50

6) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap


atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru
lahir.
Tabel 2.4
PENILAIAN APGAR SKOR
Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut jantung(pulse) Tidak ada Lambat < 100 >100
Lambat, tidak Menangis dengan
Usaha nafas(respisration) Tidak ada
teratur keras
Fleksi pada
Tonus otot(activity) Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
Kepekaan
Tidak ada Merintih Menangis kuat
reflek(gremace)
Tubuh merah
Biru Seluruhnya merah
Warna(apperence) muda, ekstremitas
pucat muda
biru
(Sumber : Saifuddin, 2010)
Klasifikasi :
Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
Asfiksia berat (apgar skor 0-3)
e. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo (2014), tujuan utama perawatan bayi
segera sesudah lahir, adalah:
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kasa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain.
51

2) Memotong dan Merawat Tali Pusat


Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali
pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau
povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hari dan atau setiap tali basah/kotor.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat
telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya
perdarahan, membungkus ujung potongan tali pusat adalah kerja
tambahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap
suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus
hangat.
4) Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru
lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1
mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M
5) Memberi Obat Tetes/Salep Mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic
neonatorum. Di daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap
bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual).
52

6) Identifikasi Bayi
a) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di
tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang
rawat bayi.
b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang
halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak
mudah lepas.
c) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi,
nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu.
d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan
bayinya. Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan
penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindak lanjut seperti :
a) Hipotermia
b) Infeksi
c) Cacat bawaan dan trauma lahir
f. Penilaian Bayi untuk Tanda-Tanda Kegawatan
53

1) Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu


atau beberapa tanda-tanda berikut :
a) Sesak nafas
b) Frekuensi pernapasan 60x/mnt
c) Gerak retraksi di dada
d) Malas minum
e) Panas atau suhu bayi rendah
f) Kurang aktif
g) Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
2) Tanda-tanda bayi sakit berat
a) Sulit minum
b) Sianosis sentral (lidah biru)
c) Perut kembung
d) Periode Apnea
e) Kejang/periode kejang-kejang kecil
f) Merintih
g) Perdarahan
h) Sangat kuning
i) Berat badan lahir < 1500 gr
(Prawirohardjo, 2014)
g. Reflek-Reflek untuk Menilai Keadaan Bayi
1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsangan mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8
minggu pertama setelah lahir. Tidak adanya refleks moro
menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan otak.
2) Refleks Rooting/Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi
mulut, bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan
membuka mulutnya siap untuk menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan/Refleks Sucking
54

Berkembang dengan baik pada bayi normal dan


dikoordinasikan dengan pernafasan. Ini penting untuk pemberian
makan yang aman dan gizi yang memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs/Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau
pensil di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam
dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan
membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
6) Refleks Walking/Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh
permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
7) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala
menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan
terkulai ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum
akhirnya tertunduk ke arah depan (Asuhan Bayi Baru Lahir,
2010).
h. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Bayi Baru Lahir
Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 28 Tahun 2017 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian
kebidanan pasal 20 ayat 3 Pelayanan noenatal esensial sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi :
1) inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0,
2) pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
pemberian tanda identitas diri,
55

3) merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil


dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih
mampu.
5. Konsep Dasar Teori Nifas Fisiologis
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati, 2016).
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak
memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti
dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020)
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa
69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(Prawirohardjo, 2014).
b. Tahapan Masa nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Wahyuningsih
(2018) adalah sebagai berikut:
2. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan
56

suhu.
3. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
4. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
5. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki
penyulit atau komplikasi.
a. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari perawartan nifas ini adalah :
6. Memulihkan kesehatan umum penderita
a) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b) Mengatasi anemia
c) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi
d) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot
untuk memperlancar peredaran darah
7. Mempertahankan kesehatan psikologis
8. Mencegah infeksi dan komplikasi
9. Memperlancar pembentukan ASI
10. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga
bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
normal (Bahiyatun, 2016).
d. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Akibat involusi uterus, lapisan luar desidua
57

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang


mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara
darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea mengalami
perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dibagi
menjadi:

1) Lochea Rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,


berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput
ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo,
mekonium
2) Lochea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lendir
3) Lochea Serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta
4) Lochea Alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,
berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati
5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya
(Rukiyah, 2017)
e. Perawatan Post Partum
1) Mobilisasi
Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam
postpartum. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi
puerperium.
b) Mempercepat involusi alat kandungan.
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
58

d) Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga


mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, tidur
terlentang selama 2 jam postpartum kemudian boleh miring-
miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis
dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-
3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 diperbolehkan pulang.
Mobilisasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
2) Diet makanan
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan. Ibu harus mengkonsumsi air 3-4 liter
perhari dalam 6 bulan pertama, dan haru tercukupi unutk
kebutuhuna vitamin dan mineral.
3) Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, dikarenakan sfingter
urethra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sphingter ani selama persalinan Jika kandung kemih ibu
post partum penuh dan mengalami kesulitan untuk BAK, maka
dapat dilakukan kateterisasi. Ibu nfas normal umumnya buang air
kecil pada 3-4 jam pertama. Ibu diusahakan buang air kecil
sendiri, bila tidak dapat dilakukan tindakan:
a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien
b) Mengompres air hangat di atas simpisis
Apabila tindakan di atas tidak berhasil, yaitu selama selang
waktu 6 jam tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi. Namun
dari tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran kencing.
59

4) Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Jika
mengalami kesulitan dapat diberikan obat laksans per oral atau per
rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara hendaknya telah dimulai sejak wanita
hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan tidak kering
sebagai persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan kepada ibu untuk
menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya dan
gunakan bra yang menyokong.
Bila bayi meninggal laktasi harus segera dihentikan dengan
cara:
a) Pembalutan mammae sampai tertekan.
b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet
lynoral dan perlodel
(Wahyuningsih, 2018)
6) Laktasi
a) Pengertian laktasi
Menurut Wiknjosastro (2010) sejak kehamilan muda, sudah
terdapat persiapan pada kelenjar mamae untuk menghadapi
masa laktasi ini perubahan yang terdapat pada kedua mamae
antara lain sebagai berikut:
Proliferasi jaringan, terutama kelenjar dan alveolus mamae
dari lemak. Pada duktus laktiverus terdapat cairan
yangkadang-kadang di keluarkan berwarna kuning
(kolostrum). Hepervaskulerisasi terdapat pada permukaan
maupun pada bagian mamae. Setelah partus, pengaruh
oksitosin mengakibatkan miopitelium kelenjar susu
berkontraksi, sehingga keluar air susu.
Menurut Marmi (2012), laktasi mempunyai dua
pengertian, yaitu : produksi dan pengeluaran Air Susu Ibu
60

(ASI). Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron


menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap
tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin
dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar.
Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau
ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susu-kan
bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise
sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Ada
beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi, yaitu refleks prolaktin, refleks aliran (let down reflex),
reflex menangkap (rooting reflex), reflex mengisap (sucking
reflex), reflex menelan (swallowing reflex) sebagai berikut:
(1) Refleks prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat
pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu
dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang
memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam
darah.Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar
memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi
menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh
hipofise, sehingga semakin banyak air susu yang
diproduksi oleh sel kelenjar.

(2) Refleks aliran


Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar
sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan
melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah.
Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi
alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air
susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
61

Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos tersebut


disebut refleks aliran. Dengan seringnya menyusui,
penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik.
(3) Refleks menangkap (rooting reflex)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Jika bibirnya dirangsang atau disentuh, bayi
akan membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk
menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah refleks
menangkap.
(4) Refleks mengisap (sucking reflex)
Refleks mengisap pada bayi akan timbul jika putting
merangsang langit-langit (palatum) dalam mulutnya. Oleh
karena itu, sebagian besar areola harus tertangkap oleh
mulut bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang
berada di bawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah,
serta langit-langit sehingga air susu diperas secara
sempurna ke dalam mulut bayi.
(5) Refleks menelan (swallowing reflex)
Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting
susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena
itu, sebagian besar areola harus ikut ke dalam mulut.
Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus
yang berada di bawah areola.
f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka
ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/health education seperti
personal hygiene, istirahat dan tidur, pendidikan pola seksual dan
latihan senam nifas.
1) Kebersihan Diri
62

a) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak.
Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan
ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering.
Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi
(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lokia.
b) Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami
kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon
sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan
normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara
satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian,
kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut
dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang
lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
c) Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan
saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan
keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki,
betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi
lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d) Kebersihan Vulva dan Perineum
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Cairan
sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil
63

atau buang air besar. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai


anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya
mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah,
warna, dan bau lokia sehingga apabila ada kelainan dapat
diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kemaluannya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka (Ambarwati, 2010). Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
2) Istirahat dan tidur
Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan,
usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi
sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan
daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan
sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa
lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan
makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan
dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk
menghilangkan rasa tegang dan lelah.
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari.
64

Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur


pada hari kedua setelah melahirkan karena membawa beberapa
keuntungan:
a. Pelemasan otot lebih baik
b. Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan
c. Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi
d. Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang
sakit
e. Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis
3) Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan
luka episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4
minggu post partum. Libido menurun pada bulan pertama
postpartum, dalam hal kecepatan maupun lamanya, begitu pula
orgasmenya.
Ibu perlu melakukan fase pemanasan (exittement) yang
membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini harus diinformasikan
pada pasangan suami isteri. Secara fisik aman untuk melakukan
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua jari ke
dalam vagina, apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman
untuk melakukan hubungan suami istri.
(Wahyuni, 2018)
g. Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai Oleh Ibu Postpartum
1) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila
menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).
2) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk.
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4) Sakit kepala yang terus menerus.nyeri epigastrik,atau masalah
penglihatan.
65

5) Pembengkakkan di wajah atau ditangan.


6) Demam, muntah,rasa sakit saat BAK atau jikamerasa tidak enak
badan.
7) Payudara yang berubah menjadi merah,panas,dan/atau terasa sakit.
8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9) Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki
10) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
(Wahyuningsih, 2018)
h. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan
1) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca
persalinan;
Tujuan Kunjungan:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan rujuk jika
perdarahan belanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena
atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi
2) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca
persalinan;
Tujuan kunjungan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
66

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat


d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari
3) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh
delapan) hari pasca persalinan;
Tujuan Kunjungan:
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari
4) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42
(empat puluh dua) hari pasca persalinan.
Tujuan kunjungan:
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau
bayi alam
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Wahyuni, 2018)
i. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Masa Nifas
Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28
Tahun 2017 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian kebidanan
pasal 19 ayat 2 (d) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas normal.
67

6. Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana


a. Pengertian
1) Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-undang (UU) No. 52
tahun 2009 pasal 1 (8) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, kehamilan, melalui promosi
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Kemenkes RI, 2018).
Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu
Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan usia subur adalah pasangan
suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun (Kemenkes RI, 2018).
Menurut World Health Organization (2016), Keluarga Berencana
(Family Planning) dapat memungkinkan pasangan usia subur (PUS)
untuk mengantisipasi kelahiran, mengatur jumlah anak yang
diinginkan, dan mengatur jarak serta waktu kelahiran. Hal ini dapat
dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan
infertilitas. Jadi, Keluarga Berencana (Family Planning) adalah
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang
bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia sejahtera.
2) Pengertian Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah
seorang dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan baik
melalui program maupun non program Sedangkan menurut Saryono
(2010) Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan
melaksanakan program keluarga berencana.
3) Jenis-jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut
68

a) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
kelahiran.
b) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia
subur yang menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah
atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka yang pindah
klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang
berbeda.
c) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
pada saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat
kontrasepsi.
d) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang telah berhenti menggunakan selam tiga blan atau
lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali
menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
b. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
1) Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
69

2) Tujuan khusus
a) Mengatur kehamilan yang diinginkan;
b) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi
dan anak;
c) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,
konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi;
d) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan laki-laki dalam
praktek keluarga berencana;
e) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk
menjarangkan jarak kehamilan.
(BKKBN, 2020)
c. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak
keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.
Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut
dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan
yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah
terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun
penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko
yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian benefit
penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar dibanding
tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko kesakitan dan
kematian maternal.
70

Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini


dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status
kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan,
menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain
memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan
masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk
memilih kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan proses
reproduksinya.
Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung
jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini
merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB.
d. Cara Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan
pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan
cara:
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum).
2) Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita
sampai mencapai ovum.
3) Mencegah nidasi.
e. Macam-macam Jenis Kontrasepsi
1) Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a) Senggama Terputus
b) Pantang Berkala (sistem berkala)
2) Kontrasepsi sederhana dengan alat
a) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah
suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak
berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri (tegang)
sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah
71

dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat


mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.
b) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat
dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks.
c) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)
digunakan untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma.
d) KB Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil
telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita
yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan
sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.
Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran,
setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu
yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin
menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6
bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui)
dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang
lain.
Jenis-jenis kontrasepsi Pil
i. Pil gabungan atau kombinasi
Jenis-jenis pil kombinasi:
(a) Monofasik
(b) Bifasik
(c) Trifasik
ii. Pil khusus-Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin
sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama
dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah
72

sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit


pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah
lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga
menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
e) AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di
bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan
di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau
tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi
zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi
sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3
tahundan ada juga yang diganti setiap tahun.
f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak
kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini
sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya
pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu
(ASI).
g) KB Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.
(1) KB Suntik 1 bulan (kombinasi)
Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan
5 mg esestradiol sipionat yang diberikan injeksi I.m
sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat
73

dan 5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m


sebulan sekali.
(2) KB Suntikan 3 bulan.
(a) Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
1.) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap
3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di
daerah bokong).
2.) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),
yang mengandung 200 mg Noretinderon Enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (BKKBN, 2014).
(b) Mekanisme Kerja
Menurut BKKBN (2014) cara kerja dari kontrasepsi
suntikan progestin adalah:
1.) Mencegah ovulasi
2.) Mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma
3.) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4.) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
(c) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas
yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan (BKKBN,
2014).
(d) Keuntungan dan Manfaat
74

Dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi


(2011), disebutkan beberapa keuntungan dan manfaat
dari Kontrasepsi suntikan progestin, yaitu:
1.) Sangat efektif
2.) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3.) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4.) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah.
5.) Tidak memiliki pengaruh terhada ASI
6.) Sedikit efek samping
7.) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8.) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
sampai perimenopause
9.) Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik
10.) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
11.) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul
12.) Menurunkan krisis anemia bulan sabit
(e) Keterbatasan
Kontrasepsi suntikan progestin memiliki beberapa
keterbatasan diantaranya sering ditemukan gangguan
haid, seperti : siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting), dan tidak haid sama sekali, klien sangat
bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan), tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya,
permasalahan berat badan merupakan efek samping
75

tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap


penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,
atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali ke
kesuburan setelah penghentian pemakaian, penggunaan
jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang, menurunkan libido, kekeringan pada vagina,
sakit kepala, dan jerawat (Affandi, 2012).
(f) Indikasi
Indikasi atau yang dapat menggunakan metode
kontrasepsi suntikan progestin, antara lain usia
reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak,
menghendaki kontrasespi jangka panjang dan memiliki
efektivitas tinggi, menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah abortus atau keguguran, telah
banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi,
perokok, tekanan darah<180/110 mmHg dengan
masalah gangguan pembekuan darah atua anemia sel
sabit, menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan
barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin), tidak
dapat memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi,
anemia defisiensi besi, mendekati usia menopause
yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi (Affandi, 2012).
(g) Kontraindikasi
Kontraindikasi atau yang tidak boleh menggunakan
kontrasepsi suntikan progestin, antara lain klien hamil
atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran), perdarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima
76

terjadinya gangguan haid, trauma amenorea, menderita


penyakit kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi
(Affandi, 2012).

(h) Cara Penggunaan


Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap tiga
bulan dengan cara disuntik intramuscular dalam
didaerah bokong. Penyerapan kontrasepsi suntikan
akan lambat dan tidak bekerja dengan efektif apabila
suntikan diberikan terlalu dangkal. Suntikan diberikan
setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan
Noristerat untuk tiga injeksi berikutnya diberikan
setiap delapan minggu. Mulai dengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu (Affandi, 2012).
(i) Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan
Progestin
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
2010 terdapat beberapa peringatan bagi pengguna
suntikan progestin yaitu:
1.) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya
kemungkinan kehamilan
2.) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan
ada gejala kehamilan ektoppik terganggu.
3.) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4.) Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang
berat, atau kaburnya penglihatan
5.) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari
masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu
periode masa haid.
77

Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi


segera tenaga kesehatanatau klinik.
f. Kekurangan Program Keluarga Berencana (KB)
Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak
semua Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan keahlian
pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya presentasi tentang
pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakat
indonesia yang berdomisili di pedesaan masih kurang pengetahuaannya
tentang Program KB dan manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus
diimbangi dengan pemikiran yang semakin maju pula.
g. Wewenang Bidan dalam Memberikan Pelayanan Kontrasepsi
Kewenangan Bidan menurut Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017
Bab III mengenai Penyelenggaraan Keprofesian Kebidanan pasal 21 yakni
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
2) pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pengkajian, dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang lengkap dan akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :
78

a. Data Subyektif
Identitas
Nama :
Umur : 20 tahun – 30 tahun
Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dapat
menimbulkan masalah pada persalinan dan kehamilan ,
karena kondisi fisik belum siap (Ambarwati, 2016).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Register :
b. Alasan datang periksa/keluhan utama
1) Alasan datang periksa
Klien periksa hamil atau datang sendiri terkait keluhan
2) Keluhan utama
Menurut Varney, 2015. Ibu hamil pada trimester III mengalami
beberapa keluhan utama, yaitu :
a) Konstipasi: konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis
yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika
terjadi peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan
pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian persentasi juga
menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping yang umum
muncul pada penggunaan zat besi adalah konstipasi.
b) Peningkatan frekuensi berkemih: Kondisi uterus yang
membesar akibat perkembangan janin, menyebabkan penekanan
pada kandung kemih.
c) Dispareunia: Nyeri hubungan seksual dapat berasal dari
sejumlah penyebab kehamilan. Perubahan fisiologis dapat
79

menjadi penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat


gangguan sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang
membesar atau tekanan bagian persentasi. Masalah-masalah fisik
kemungkinan disebabkan abdomen yang membesar atau
dijumpai pada tahap akhir kehamilan saat bagaian presentasi
mengalami penurunan ke dalam pelvis sejati. Faktor-faktor
psikologis dapat menyebabkan dispareunia karena pemahaman
yang salah dan kekhawatiran akan menyakiti jabang bayi
meskipun kekhawatiran tidak beralasan kecuali terdapat
perdarahan vagina atau pecah ketuban.
c. Riwayat kesehatan klien
Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat atau diperberat oleh
kehamilan
1) Penyakit/kelainan system reproduksi: inkompetensi serviks
merupakan salah satu kelainan pada sistem reproduksi yang sering
menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester II. Kelainan ini
dapat berupa kelainan septum uterus, trauma bedah pada serviks
pada konisasi, atau laserasi obstetric (Prawirohardjo, 2014).
2) Penyakit Kardiovaskuler: Penyakit jantung. Seorang wanita dapat
menderita penyakit jantung kelas I diawal kehamilannya dan
berkembang menjadi kelas II bahkan kelas III. Kelainan jantung yang
dapat ditemui selama kehamilan adalah prolaps katup mitral (mitral
valve prolapsed, MVP). Wanita dengan MVP yang tidak mengalami
penebalan katup mitral tidak diberi antibiotic profilaksis jika ia
melahirkan secara pervaginam atau melalui seksio sesaria (Varney,
2015).
3) Penyakit darah: Sickle cell anemia anemia penyakit sel sabit
merupakan salah satu penyakit pada kehamilan yang dapat
menyebabkan bayi lahir dengan BBLR dan memicu kematian janin
(Prawirohardjo, 2014).
80

4) Penyakit paru-paru: TBC (Tuberkulosis) merupakan salah satu


penyakit pada saluran pernapasan ibu yang menderita TBC berisiko
prematuritas, IUGR, BBLR, serta kematian perinatal (Prawirohardjo,
2014).
5) Penyakit saluran pencernaaan: Ulkus peptikum ialah suatu keadaan
adanya borok pada esophagus, lambung atau duodenum. Penyakit
ulkus peptikum yang biasanya terjadi pada kehamilan adalah penyakit
ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi asam lambung dan
pepsin dan dijumpai adanya bakteri Helikobakter pilori.
6) Penyakit hati (Hepatitis): hepatitis merupakan suatu infeksi aktif
atau diidentifikasi sebagai infeksi kronis setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium selama masa hamil. Penularan hepatitis
ibu-bayi dapat terjadi pada saat pelahiran melalui kontak dengan
darah ibu yang terinfeksi atau selama kontak dekat ibu-bayi baru lahir
dalam periode pasca melahirkan. Penularan dapat terjadi tanpa
memikirkan rute pelahiran. Wanita yang HbsAg positif dan antigen
hepatitis B positif memiliki 90 persen kesempatan menularkan
penyakit mereka kepada bayi mereka. Bayi yang terinfeksi, 90 persen
akan menjadi carrier;25 persen akhirnya akan meninggal karena
gagal hati dari sirosis atau karsinoma hepatoseluler primer (Varney,
2015).
7) Penyakit ginjal dan saluran kencing:Glomerulonefritis merupakan
salah satu penyakit pada glomerulus ginjal. Perempuan yang
menderita glomerulonefritis pada kehamilannya dapat menyebabkan
bayi lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta, jika disertai tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan abortus, partus premature atau janin
mati dalam kandungan.
8) Penyakit endokrin: hipertiroid merupakan penyakit pada endokrin
yaitu lebihnya produksi hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Penyakit
ini jika menyertai ibu hamil dapat menyebabkan preeklamsia,
81

kegagalan jantung, keadaan perinatal yang buruk atau keguguran


spontan.
9) Penyakit syaraf:Neuritis merupakan radang sraf tepi karena pukulan,
tekanan, patah tulang atau defisiensi vitamin B.
10) Penyakit jiwa: Depresi postpartum mempengaruhi sekitar 15% ibu
dan khususnya terjadi pada minggu dan bulan awal-awal postpartum
dan dapat bertahan sampai satu tahun atau lebih.
11) Penyakit system immunologi: Lupus merupakan penyakit sistem
imun yang ditandai dengan berlebihannya sistem imun seseorang
dan sistem imun tersebut menyerang organ tubuh penderitanya. Ibu
dengan penyakit lupus jika hamil dapat menyebabkan abortus, janin
tidak berkembang atau kematian pada janin.
12) Penyakit infeksi: infeksi Varisela-Zoster. Virus ini merupakan
kelompok DNA Herpes virus dan hidup laten pada ganglion bagian
belakang setelah infeksi primer. Ibu hamil yang terinfeksi oleh virus
ini jika pada trimester I dapat menyebabkan cacat bawaan seperti
atrofi korteks serebri, kelainan pada tulang dan kulit (Prawirohardjo,
2014).
13) Riwayat alergi: Alergi memang diturunkan, tetap tidak selalu
100%. Besarnya risiko anak menderita alergi dapat dilihat dari
riwayat alergi di dalam keluarganya, seperti asma, alergi hidung,
serta eksim (dermatitis atopik).Apabila ada anak Anda yang
menderita alergi, maka kemungkinan anak lainnya juga menderita
alergi sebesar 20-30%.Bila salah satu dari Anda menderita alergi,
maka kemungkinan anak-anak Anda menderita alergi sebesar 25-
40%. Sedangkan bila Anda dan pasangan sama-sama menderita
alergi, risiko anak-anak Anda meningkat jadi 40-60% dan bila Anda
berdua menderita alergi yang sama, risikonya menjadi 60-80%.
Bahkan, bila tidak ada riwayat alergi dalam keluarga, anak Anda
tetap berisiko menderita alergi sebesar 5-15% (Munasir, 2008).
82

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


(1) Hipertensi: Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada
penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu hamil) atau sebagai
gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia
(Lyoyd, 2013).
(2)Hemofilia: Perempuan pembawa dapat beresiko perdarahan yang
bermakna (Prawirohardjo, 2014).
(3)Diabetes: Diabetes pada kehamilan dapat meningkatkan risiko untuk
terjadinya, preeclampsia, seksio caesaria dan meningkatkan mortalitas
janin(Prawirohardjo, 2014).
(4)Asma: Pada asma berat hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia
pada ibu (Prawirohardjo, 2014).
(5)Buta warna: Buta warna diturunkan dengan cara X linked recessive,
perempuan dari keluarga buta warna umumnya adalah membawa sifat
carrier (Sasongko, 2010).
(6)Gemelli: Kehailan kembar memiliki insidens lebih tinggi pada
keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar (Cooper, 2009).
e. Riwayat Menstruasi
1) Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun (Manuaba, 2010).
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
2) Siklus haid
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, tidak kurang dari 24 tapi tidak
melebihi 35 hari. Pada usia 25 tahun > 40% perempuan mempunyai
panjang siklus berkisar 25-28 hari, usia 25-35 tahun > 60% siklusnya
28 hari. Kurang dari 1% perempuan mempunyai siklus haid teratur
dengan panjang siklus < 21 hari atau > 35 hari. Hanya sekitar 20%
83

perempuan mempunyai siklus haid yang tidak teratur (Prawirohardjo,


2014).
3) Volume darah haid
Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari (Prawirohardjo, 2014).
4) Lama haid
Lama haid 3-7 hari (Prawirohardjo, 2014).
5) Ciri/sifat darah haid
Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah.Bila
perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan
banyak merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba,
2010).
f. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No.
Sua BB/ Abnorm Lakta
Anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M peny
mi PB alitas si

Dekker (2008) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan salah


satu faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada multigravida
yang memiliki pasangan baru.
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko
lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan
dengan suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
Atonia uteri sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
(Mochtar, 2011).
Hallak (2005) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan
hipertensi akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering pada
primigravida dibandingkan pada multipara.
84

Frekuensi kejadian Hiperemesis Gravidarum adalah 2 per 1000


kehamilan dan Insiden Hiperemesis Gravidarum adalah 0,1-1 % dengan
50 % risiko kekambuhan pada kehamilan berikutnya (Marry, 2010).
Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh
primigravida dari pada multigravida, hal ini berhubungan dengan
tingkat kesetresan dan umur si ibu saat mengalami kehamilan pertama,
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen
dan khorionik gonadotropin.Peningkatan hormon ini membuat kadar
asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa
mual (Wiknjosastro, 2010).
Faktor yang dapat menimbulkan hiperemesis gravidarum adalah:
primigravida, overdistensi rahim (hidramnion, hamil gemeli, esterogen
dan HCG tinggi, mola hidatidosa); kemungkinan vili korealis masuk
dalam darah; faktor alergi; faktor psikologis (rumah tangga retak,
hamil yang tidak diinginkan, takut hamil)(Manuaba, 2010).
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum dapat dimasukan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia (Rukiyah, 2010).
Etiologi dari kelainan his terutama ditemukan pada primigravida
khususnya primigravida tua.Pada multipara lebih banyak ditemukan
yang bersifat inersia uteri (Prawirohardjo, 2014).)
Letak sungsang tipe complete/flexed brech dengan posisi paha dan
lutut bayi fleksi dan kaki menutupi bokong lebih sering terjadi pada
multigravida.
Amnionitis disebabkan karena infeksi traktus genital dapat
menstimilasi pelepasan prostaglandin dan hal ini dapat menyebabkan
mulainya persalinan kehamilan ganda.
Jika wanita mempunyai riwayat lebih dari 2 kali melahirkan bayi
preterm, maka ada resiko untuk terjadi kelahiran preterm 70% pada
kehamilan berikutnya.
85

Abnormalitas uterus; 35% wanita dengan incompeten servik akan


melahirkan preterm dan 19% wanita dengan uterus bicornis, unicornis
atau didelphic akan melahirkan sebelum umur kehamilan 37 minggu.
Angka kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu
dekat.
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya
mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan
BBLR.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas
tinggi dan pada usia>30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda daripada kehmilan tunggal.Cacat bekas bedah sesar
berperan menaikkan insiden 2-3 kali.Pada perempuan perokok dijumpai
insiden plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat (Prawirohardjo, 2014).
Faktor risiko vasa previa antara lain pada plasenta bilobata,
plasenta suksenturiata, plasenta letak rendah,kehamilan pada fertilisasi
in vitro, dan kehamilan ganda terutama triplet (Prawirohardo, 2014).
Ibu hamil yang pernah mengalami solusio plasenta memiliki risiko
relative 10-25%, ketuban pecah preterm/korioamnionitis 2,4-3%,
hipertensi kronik 1,8-3% untuk mengalami solusio plasenta di kehamilan
berikutnya (Prawirohardjo, 2014).
g. Riwayat kehamilan Saat Ini
Dikaji untuk mendeteksi komplikasi,ketidaknyamanan dan setiap
keluhan pada kehamilan ini.
1) Keluhan tiap trimester
2) Pergerakan anak pertama kali
3) Pemeriksaan kehamilan
4) Pendidikan kesehatan yang sudah di dapat
5) Imunisasi
(Varney, 2015).
86

h. Riwayat Ginekologi
1) Vaginitis: Dapat mengekibatkan perdarahan vagina, serviks atau
uterus yang berkaitan dengan inflamasi (Varney, 2015).
2) Endometritis: Endometriotritis dapat menyebabkan rasa tidak enak
pada panggul, nyeritekan uterus,radang monosit dan sel-sel plasma
di dalam stroma endometrium dan nekrosis stroma (Varney, 2015).
3) Mioma uteri: mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil,
abortus,kelainan latak janin, manghalangi lahirnya bayi, inersia
uteri dan Atonia uteri dan mempersulit lepasnya plasenta
(Prawirohardjo, 2014).
4) Kista Ovarium:Menyebabkan nyeri tekan goyang adneksai atau
nyeri panggul dan dapat mengalami pertumbuhan hingga ukuran
tertentu yang mengakibatkan torsi ovarium (Varney, 2015).
5) Endometriosis:Dapat menyebabkan nyeri panggul atau nyeri
abdomen bawah& perdarahan ireguler (Varney, 2015).
i. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.
j. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi 1. Protein : ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein
sebanyak 68% (Sulistyawati, 2009).
2. Zat besi : anemia sebagian disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh
karena itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat
besi selama hamil dan setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama
hamilmeningkat sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan
peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari makanan ibu selama
hamil melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi
(Sulistyawati, 2009).
87

3. Asam Folat: asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang


kebutuhannya meningkat dua kali lipat selam hamil. Asam folat sangat
berperan dalam metabolisme normal makanan menjadi energi,
pematangan sel darah merah, sintesis DNA dan pertumbuhan sel. Jika
kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia
megaloblastik. Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak segera
ditangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta,
dan kelainan bentuk tulang belakang janin (spina bifida) (Sulistyawati,
2009).
4. Kalsium : kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic
sebanyak 5%. Oleh karena itu, asupan yang optimal perlu
dipertimbangkan (Sulistyawati, 2009).
Eliminasi Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Sering buang air kecil
merupakan keluhan yang umum yang dirasakan oleh ibu hamil, terutama
pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Ini
terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang
mendesak kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan
pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan
desakan pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk
mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan
menyebabkan dehidrasi (Sulistyawati, 2009).
Istirahat Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya beban berat
pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan
mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting
untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan
bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk
menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur
yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus, kaki
kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal, dan untuk mengurangi
rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri
88

(Sulistyawati, 2009).
Aktivitas Seorang wanita hamil disarankan untuk menghentikan aktivitasnya atau
pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik berat apabila mereka
merasakan gangguan dalam kehamilan (Sulistyawati, 2009).
Personal Kebersihan tubuh ibu hamil perlu diperhatikan karena dengan perubahan
Hygiene sistem metabolism mengakibatkan peningkatan pengeluaran keringat.
Keringat yang menempel di kulit meningkatankan kelembapan kulit, jika
tidak dibersihkan dengan mandi maka ibi hamil akan sangat mudah untuk
terkena penyakit kulit. Selain dengan mandi, mengganti celana dalam
secara rutin minimal dua kali sehari sangat dianjurkan, karena saat hamil
terjadi pengeluaran sekret vagina yang berlebihan.
Seksualitas Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut :
1. Sering abortus dan kelahiran premature.
2. Perdarahan pervaginam.
3. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
4. Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intrauteri.
Kebiasaan yang Merokok : Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningkatakan
dapat aborsi spontan dan plasenta abnormal(termasuk abrupsio dan plasenta
mempengaruhi previa). Selama kehamilan nikotin, karbon monoksida dan berbagai
kesehatan komponen rokok lain memengaruhi sirkulasi ibu dan menyebabkan
konstriksi pembuluh darah uteri dan plasenta (Varney, 2015).
Alkohol: wanita hamil sebaiknya diberi informasi tentang sindrom
alkohol janin dan mengingatkan bahwa tidak ada ketetapan kadar alkohol
yang aman selama hamil (Varney, 2008).
Kafein : wanita harus menghentikan atau menurunkan asupannya. Bukan
hanya kemungkinan terjadinya takikardia ibu, takikardia janin juga biasa
terjadi setelah ingesti kafein dosis tinggi. Wanita tidak boleh minum
minuman yang mengandung kafein selama beberapa jam sebelum
89

pemantauan janin atau pemeriksaan nonstres (Varney, 2015).


Hewan peliharaan
Ketergantungan obat : sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam
keadaan yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan,
sebaiknya pemberian obat dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan
ketidaknyamanan yang dialami lebih dianjurkan kepada pencegahan dan
perawatan saja (Sulistyawati, 2009).

k. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1) Psikologis
a) Kehamilan yang direncana/tidak direncana
b) Menerima kehamilan atau tidak
c) Perasaan cemas terhadap kahidupan bayi dan dirinya sendiri:
seperti apakah bayinya nantinya normal/tidak, terkait persalinan
dan pelahiran, keadaan organ vitalnya nantinya (Varney, 2015).
d) Persiapan ibu untuk menghadapi kehamilan dan persalinan.
e) Hubungan ibu dengan suaminya baik/tidak.
2) Sosial
a) Riwayat pernikahan: pernikahan ke berapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak akan memberi dampak bagi ibu terhadap.
kesiapan dirinya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.
b) Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilannya.
c) Dimanakah ia akan menjalani persalinan apakah di dokter atau
bidan.
3) Kultural
Adakah adat istiadat yang dilakukan pada masa kehamilan yang
dapat member dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun
janin.
4) Spiritual
90

Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada masa kehamilan


yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu
maupun janin.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya dengan memberikan
respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
Tanda vital :
Tekanan Darah : 100/70-120/70 mmhg
Nadi : 80-100 kali permenit
Suhu Tubuh : 360C-37,50C
Pernapasan : 16-20 kali permenit
Antropometri :
Tinggi Badan : Lebih dari 150 cm (karena tinggi <150cm
kemungkinan panggul sempit)
BB sebelum hamil : Ada kenaikan dari sebelum hamil dan waktu
hamil
BB saat ini : Ada kenaikan dari usia kehamilan sebelumnya
Kenaikan BB :

Penambahan Berat
Berat badan sebelum hamil
IMT Badan total yang
(BB/TB(m)2)
dianjurkan

Berat badan kurang (Under Kurang dari 20 18 kg


Weight)

Berat badan normal (Normal 20-23 12-16 kg


Weight)

Berat badan berlebih (Over 24-26 9 kg


Weight)

Obesitas Lebih dari 26 7 kg

Ukuran LILA : 23,5 cm


91

b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe.
Wajah : Tidak pucat dan tidak mengalami edema karena jika
mengalami pucat merupakan gejala anemia dan
edema merupakan salah satu gejala preeklamsia dan
eklampsia. Kloasma gravidarum sebaiknya tidak
ada karena jika terdapat kloasma gravidarum dapat
menurunkan citra diri ibu hamil.
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus). Palpebra tidak mengalami edema.
Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat sekretdan polip dalam rongga
hidung.
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga.
Leher : Bentuk leher simetris.
Dada : Dada simetris.
Payudara : Puting susu menonjol, payudara membesar dan
mengalami hiperpigmentasi pada areola.
Abdomen : Membesar sesuai umur kehamilan, dinding
abdomen mengalami pigmentasi dengan
92

adanyalinea alba atau linea nigra dan striae


gravidarum livid.
Genetalia : Vulva dalam keadaan bersih dan tidak terdapat
edema, kondiloma.
Anus : Tidak terdapat hemorrhoid
Ekstremitas : Bagian atas berbentuk simetris, kedua tangan tidak
mengalami edema, varises dan gangguan
pergerakan. Bagian bawah berbentuk simetris,
kedua tangan tidak mengalami edema, varises, dan
gangguan pergerakan (Saminem, 2009).

2) Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan
nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : TFU Mc Donald, menurut rumus McDonald:
Umur hamil(bulan) = tinggi fundus uteri
3,5cm
Pada saat umur kehamilan 7 bulan tinggi fundus uteri
26 cm, pada saat umur kehamilan 8 bulan tinggi
fundus uteri 30 cm, pada saat umur kehamilan 9 bulan
tinggi fundus uteri 33 cm (Manuaba, 2016).
Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan
bagian apa yang ada dalam fundus (Hidayat, 2008).
Fundus uteri berisi bokong dengan identitas lunak,
93

tidak bulat, tanpa balotemen, dan besar.TFU berkisar


26 cm–33 cm menurut Mc. Donald (Manuaba, 2016).
Leopold II
Digunakan untuk menentukan letak punggung anak
dan letak bagian kecil pada anak (Hidayat, 2008). Di
kanan atau di kiri dalam perut ibu terdapat punggug
bayi dengan ciri-ciri tahanan besar, rata, teraba tulang
iga (seperti papan cuci), bagian kecil janin berada
berlawanan dengan punggung janin (Manuaba, 2016).
Leopold III
Digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah
anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
panggul (Hidayat, 2008). Bagian terendah dipegang
antara ibu jari dan jari lainnya adalah kepala dengan
ciri-ciri bulat, keras, dan bentuk yang pasti (Manuaba,
2016).
Leopold IV
Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah
tersebut kedalam rongga panggul (Hidayat, 2008).
Dilakukan saat usia kehamilan lebih dari VI bulan.
Interpretasi leopold IV tangan konvergen yang berarti
hanya sebagian kecil bagian kepala masuk p.a.p.,
tangan sejajar yang berarti setengah bagian kepala
janin masuk ke p.a.p., tangan divergent yang berarti
sudah sebagian besar kepala masuk ke pintu atas
panggul.Karena bentuk kepala yang oval ada
kemungkinan terdapat tonjolan dahi (fleksi) atau
tonjolan belakang kepala (defeksi). Akibatnya, hanya
satu tangan akan dapat lebih masuk ke dalam
94

dibandingkan dengan tangan lainnya, satu tangan akan


ditahan oleh benjolan kepala (Manuaba, 2016).
TBJ (Taksiran Berat Janin)
Perkiraan berat janin menurut Johnson, berat janin
(gram) sama dengan pngukuran fundus (cm) dikurangi
n, yaitu 12 jika verteks pada atau di atas spina
ischiadica atau 11 jika verteks dibawah spina, dikali
155 (Benson, 2009).
Rumus berat janin = (tinggi fundus uteri - 12) x 155
gram; Jika kepala janin belum masuk p.a.p.Berat janin
= (tinggi fundus uteri - 11) x 155 gram; jika kepala
kanin sudah masuk p.a.p. (Manuaba, 2016).
Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada tangan dan kaki yang
merupakan salah satu gejala preeklampsia (Morgan,
2009).
3) Auskultasi
Dada : bronchial, suara terndengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut, terdengar diatas trakea atau
daerah lekuk suprasternal.Bronkovesikular, suara
terdengar nyaring dengan intensitas sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi, terdengar
di daerah dada dimana bronkus tertutup oleh
dinding dada.Vesicular, terdengar lembut dan halus
inspirasi lebih panjang dari ekspirasi (Somantri,
2011).
Abdomen : Terdengar denyut jantung janin dengan jelas,
teratur, frekuensi 120-160 kali/menit, interval
teratur tidak lebih dari 2 punctum maximal
(Mochtar, 2012). Daerah letak DJJ terdapat di
kuadran kiri atau kanan bawah abdomen ibu.
95

4) Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).
Abdomen : Daerah suprapubis redup jika kandung kemih
distensi atau pada wanita jika uterus membesar.
(Swartz, 2010).
c. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : Tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : Tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pada trimester III pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan
oleh ibu hamil adalah :
a) Pemeriksaan urine
Tujuannya untuk mendeteksi adanya HCG dalam
urin.Kepekaran tes ini sangat bervariasi antara 500–1.000
mU/ml urin.Adanya glukosa dalam urin ibu hamil harus
dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita
dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya
(Micron Medical Multimedia).
b) Pemeriksaan darah
Memeriksa kadar hemoglobin darah pada ibu hamil kadarnya
berkisar 12 - 15 gr/dL (dr. Chandra, 2007), hematokrit dan
hitung leukosit. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan golongan
darah dan faktor Rhesus untuk menentukan jenis golongan
darah dan Rhesus supaya dapat mencarikan darah yang cocok
96

bila terjadi komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang


memerlukan transfusi darah(Micron Medical Multimedia).
c) Pemeriksaan feses
Feses diperiksa atas telur-telur cacing(Micron Medical
Multimedia).
d) Pemeriksaan USG
Pada kehamilan trimester III kehamilan USG sebaiknya
dilakukan pada kehamilan minggu ke-34 untuk mengevaluasi
ukuran fetus dan menilai pertumbuhan fetus, pergerakan dan
pernapasan, detak jantung janin, jumlah air ketuban di
sekeliling bayi, serta posisi bayi dan plasenta (Suririnah, 2008).
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis
Diagonosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosisi kebidanan.
Diagnosis :G…Papah usia kehamilan……..minggu + …….hari
Janin tunggal/ganda,hidup/mati.
Intrauterin/ekstrauterin.
G : Gravida
P : Para
a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup
(Varney, 2015)
Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang
berupa USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan yakini
kehamilan merupakan kehamilan intrauteri.
97

Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk di dalam
rencana intervensi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada trimester III
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2015).
b. Berikan KIE tentang trimester 3 pada kehamilan normal
Rasional : Trimester III adalah kehamilan pada 28- 32 minggu.
Dengan memberikan pengertian tentang keadaan pada
trimester III sehingga ibu akan berupaya mengatasi
gangguan. contohnya: rasa lelah yang berlebihan pada
punggung, bengkak pada mata kaki atau betis, napas
yang menjadi pendek, panas di perut bagian atas,
varises diwajah dan kaki, stretch mark, payudara
semakin membesar, sering buang air kecil dan emosi
98

(Varney, 2015).
c. Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan
Rasional : Pada keadaan psikologis ibu saat mengahadapi proses
persalinan, ibu menbutuhkan support serta dukungan dari
suami, keluarga serta bidan. sehingga ibu dapat merasa
tenang pada masa proses persalinan.
e. Jelaskan tentang bahaya kehamilan trimester III
Rasional : Menambah pengetahuan dan untuk mengantisipasi hal
bahaya kehamilan yang akan terjadi pada trimester III
pada klien (Varney, 2015).
f. Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada kehamilan trimester III
Rasional : Menambah pengetahuan tentang pentingnya nutrisi pada
wanita hamil memerlukan intruksi khusus yang berkaitan
dengan aspek kebutuhan nutrisi, seperti jumlah kalori,
protein, zat besi, asam folat dan vitamin C (Varney, 2015).
Pemeriksaan nutrisi ibu dilakukan melalui pemantauan
berat badan dan tinggi badan. Mengetahui peningkatan
berat badan ibu yang hubungannya dengan indeks masa
tubuh ibu sebelum hamil. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi adanya indikasi obesitas atau
kekurangan nutrisi pada ibu selama hamil.
g. Jelaskan mengenai petumbuhan janin pada trimester III
Rasional : Ibu hamil harus mengetahui mengenai peruabahan dan
kemjuan apa saja yang telah dialami oleh janinnya.
h. Jelaskan tentang persiapan untuk menyusui pada klien
Rasional : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada ibu
hamil tentang cara yang dapat dilakukan sebagai
persiapan untuk menyui pada bayinya.
i. Jelaskan mengenai persiapan menjadi orang tua pada klien
Rasional : Klien harus mengetahui bahwa dan memahami perubahan
99

seperi apa yang akan dialamainya setelah kelahiran


bayinya dan klien harus bisa mempersiapkan diri untuk
perubahan yang akan terjadi tersebut.
j. Jelaskan mengenai persiapan yang harus dilakukan sebelum bayi lahir
Rasional : Ibu hamil maupun keluarganya harus mengetahui apa-apa
saja yang harus disiapkan saat kelahiran bayinya serta
mempersiapkan dengan baik segala yang dibutuhkan baik
oleh bayinya dan ibunya.
VI. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk soap.
2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Normal
Kala I Persalinan
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat :
Data Subyektif
a. Identitas
Nama :
Umur : <16 Tahun dan >35 tahun
100

Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun


mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi
persalinan (Varney, 2015)
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerja Seks komersial lebih rentan terkena HIV
(Daili, 2009)
Alamat :
No. Register :
b. Alasan Datang/Keluhan Utama
1) Alasan Datang
Klien merupakan pasien rujukan atau datang sendiri terkait adanya
keluhan
2) Keluhan Utama
Pinggang terasa sakit menjalar ke depan,nyeri semakin hebat bila
untuk aktivitas jalan, mengeluarkan lendir darah, pengeluaran
cairan yang sebagian besar ketuban pecah (Manuaba,2010).
c. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai dari klien pertama kali
merasakan keluhan sampai dengan sebelum bertemu pengkaji saat ini.
a) Kapan kontraksi mulai dirasakan?
b) Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering Kontraksi terjadi?
c) Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
d) Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan
ketuban? Apakah kental atu encer? Kapan saat selaput ketuban
pecah?
e) Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah
berupa bercak atau darah segar pervaginam?
f) Kapan ibu terakhir kali makan atau minum?
101

g) Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih? (JPNK-


KR,2010).
Jika Klien bukan merpakan pasien baru MRS,maka segala sesuatu
penatalaksanaan ataupun tindakan yang telah didapatkan oleh klien
di RS juga dimasukkan ke dalam riwayat kesehatan sekarang, yang
kemudian di validasi pada data rekam medis.
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat/diperberatoleh
persalinan: Jantung, Hipertensi, Anemia, leukimia, isoimunisasi, TBC,
Asma, Bronchial, Haemorroid, Hepatitis, Ginjal, Diabetes Mellitus,
Epilepsi, Psikosis, Penyakit Autoimun, IMS, HIV/AIDS, TORCH, ISK,
dan kelainan/penyakit sistem reproduksi.
TBC : Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan bisa
menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular
pada bayi (Prawirohardjo, 2014).
Hepatitis : Hepatitis yang terjadi selama kehamilan dapat
menyebabkan korioamnitis selama persalinan (WHO,
2015).
HIV/AIDS : Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam populasi
yang tidak diobati maka memiliki risio absolut standar
penularan ibu kepada anak ( mother to child
transmission, MTCT). Sebagian besar infeksi perinatal
(65-75%) terjadi disekitar waktu melahirkan (Varney,
2015).
Hipertensi : Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas ibu serta
terjadi persalinan premature iatrogenic (Himeno,2010).
Diabetes : Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
dengan diabetes melitus akan menigkatkan resiko
terjadinya janin makrosomia dan trauma persalinan
Asma : Peningkatan insidensi pre-eklampsia, persalinan
premature, berat badan lahir rendah dan mortalitas
102

perinatal pernah dilaporkan berkaitan dengan asma


(Levono,2009).
TORCH : Insfeksi TORCH selama kehamilan awal berpotensi
memacu perubahan genetik dan anatomik embrio
(Hadijanto,2009).
Kelainan Alat Reproduksi : Kelainan uterus, misalnya
uterusbikornis unilokalis dapat
menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya
distosia karena kelainan HIS
(Mochtar, 2011).
Penyakit Autoimun : Hadijanto (2009) mengemukakan
bahwa terdapat hubungan yang nyata
antar abortus berulang dan penyakit
autoimun, misalnya systemic lupus
erythematosus (SLE) dimana
diperkirakan 75% pasien dengan SLE
akan berakhir dengan terhentinya
kehamilan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter (Hipertensi, diabetes
Melitus, Asma) dan menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS) serta riwayat
keturun gamely.
Hipertensi : Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan
dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa ibu yang
mengalami pre-eklampsia, 26% anak perempuannya
akan mengalam pre-eklampsia pula (Angsar,2009).
Diabetes : Kemungkinan diabetes melitus dalam kehamilan
(diabetes gestational) lebih besra jika ada anggota
keluarga sakit diabetes/herediter (Mochtar, 2011).
103

Gamelli : Kehamilan kembar memiliki insidens lebih tinggi pada


keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar
(Fraser & Cooper,2009).
f. Riwayat menstruasi
HPHT : Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan
dan perkiraan taksiran partus (Varney, 2015).
Riwayat menstruasi : siklus, lama, jumlah
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implantasi
sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari
menstruasi yang biasa ia alami (Varney, 2015).
g. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
J Abnor Lakta Pen
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny BB/PB H M
K malitas si y

Dekker (2008) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan salah satu
faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada multigravida yang
memiliki pasangan baru
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
Atonia Uteri sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
(Mochtar, 2015).
Hallak (2009) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan hipertensi
akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering pada kehamilan pertama
(primigravida) dibandingkan pada multipara.
Riwayat pernah melahirkan premature satu kali mempunyai resiko 4 kali
lipat, sedangkan yang pernah melahirkan dua kali prematur mempunyai
resiko 6 kali lipat (Sastrawinata,2011).
104

Plasenta previa rentan terjadi pada endometrium yang cacat akibat bekas
persalinan berulang, bekas operasi, kuretase dan manual plasenta (Fraser
& Cooper, 2009).
Riwayat bedah sesar akan mempengaruhi ibu untuk persalinan
berikutnya (Varney, 2015).
Menurut Sulistiowati (2010), terdapat hubungan yang signifikan antara
riwayat persalinan buruk sebelumnya dengan perdarahan pada
persalinan.
Pada multigravida bila perslinan yang lalu dijumpai keadaan kehamilan
dengan komplikasi atau penyakit, pernah mengalami keguguran,
persalinan prematurus, IUFD,persalinan dengan tindakan operasi,
perslainan berlangsung lama (>24 jam) dan kehamilan lewat waktu
maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan saat ini mempunyai risiko
yang lebih tinggi (Manuaba, 2010).
Grande multipara, jarak persalinan yang pendek atau kurang dari dua
tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum
(Manuaba, 2010).
Ibu yang secara genetik selalu melahirkan bayi besar (makrosomia)
dapat menyebabkan disfungsional persalinan kemungkinan ruptur uteri
dan peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 2011).
h. Riwayat Kehamilan sekarang
Menurut Varney (2015) riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk
mendeteksi komplikasi beberapa ketidaknyamanan dan setiap keluhan
seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid terakhirnya (HPHT)
1) Keluhan tiap trimester
2) Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
3) Pemeriksaan kehamilan
4) Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
5) Imunisasi
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan. Riwayat merokok,
minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan tradisional,
105

ketergantungan obat-obatan tertentu dan kebiasaan memelihara


hewan.
i. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan lama pemakaian dan jarakantara pemakaian terakhir dengan
kehamilan
j. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Nutrisi Kebanyakan wanita saat persalinan tidak menginginkan untuk
makan. Namun cairan yang adekuat harus disediakan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi (Christine 2009).
Eliminasi Pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di area pelvis
dan pada kala II , adanya desakan mengejan seperti dorongan ingin
buang air besar (Varney, 2015).

Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apapun dalam


waktu yang lama (Penny, 2008).

Aktivitas Pada primi ataupun multi akan memberikan perhatian pada


kontraksi, timbul kecemasan, tegang, perasaan tidak enak, atau
gelisah (Penny, 2008).

Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih selama
persalinan (Mochtar, 2011).

k. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1) Psikologis:
Riwayat pernikahan :Pernikahan ke berapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak
Kehamilan direncanakan/tidak
Psikologis ibu menghadapi persalinan
2) Sosial :Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan
3) Kultural :Adakah adat istiadat yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan
bagi ibu maupun janin
4) Spiritual : Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapt memberikan dampak negatif atau merugikan
106

bagi ibu maupun janin


Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Ekspresi Wajah : Meringis
Tanda Vital :
Tekanan darah :110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah,2009) Peningkatan sistolik 10-20 mmhg dan
distolik rata-rata 10 mmHgmasih dianggap normal
(Varney, 2015).
Nadi :60-100 x/menit, peningkatan nadi dapat terjadi pada
saat kontraksi uterus (Varney, 2015).
Suhu Tubuh :36,5-37.50C, peningkatan suhu tidak lebih dari 0.5-
1oC masih dianggap normal (Varney, 2015).
Pernapasan :16-24x/menit, peningkatan frekuensi pernapasan
mencerminkan penigkatan metabolisme yang terjadi
saat proses persalinan (Varney, 2015).
b. Antropometri
Tinggi Badan : >145cm, tinggi badan kurang dari 145 cm dapat
dicurigai terjadinya kesempitan panggul (Varney,
2015).
Kenaikan Berat Badan : <15 kg, penambahan berat badan lebih dari 15
kg, dapat mengindikasikan ibu untuk mengalami
PEB, DM dan janin makrosomia (Varney, 2015).
Ukuran LILA : >23,5 cm, ukuran lila kurang dari 23,5 cm dapat
mengindikasikan status gizi buruk pada ibu
hamil (Varney, 2015).
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Kepala :Kulit kepala bersih, dstribusi rambut merata
Wajah :Tidak pucat dan oedema, ada/tidak ada
107

chloasmagravidarum
Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema,sklera berwarna
putih, konjungtiva berwarna merah muda dan tidak
ada kelainan pada mata
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, polip
ataupun peradangan
Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan tremor,
gigi geraham lengkap, tidak ada stomatitis, caries dentis.
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Leher : Ada/tidak ada hyperpigmentasi, tdak ada pembesaran
tonsil, faring, laring, vena jugularis, kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Tampak simetris dan bersih, areolla dan puting tampak
kehitaman, lebih besar, tidak tampak benjolan
Abdomen : Ada pembesaran, linea alba/nigra, ada/tidak ada striae,
tidak ada bekas operasi sc
Genetalia : Tidak ada oedema, varises serta haemoroid, tampak
pengeluaran lebih darah, cairan ketuban
Anus : Tidak ada haemorroid
Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema
Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran pada vena jugularis, kelenjar
getah bening dan kelenjar tiroid
Payudara : Tidak teraba benjolan atau massa abnormal
Abdomen :
TFU Mc-donald : Mengukur jarak symphisis-fundus dengan
menggunakan Midline, biasanya pada UK aterm
>33cm (Sastrawinata,2014).
Leopold I : Tinggi fundus uteri menggunakan jari, biasanya
pada UK aterm TFU Pertengahan Pusat-
108

Processus Xypoideus Pada fundus teraba linak,


kurang bulat, kurang melenting (bokong janin)
Leopold II : Teraba keras memanjang seperti papan di
abdomen sebelah kanan/kiri ibu(Punggung
janin)
Leopold III : Pada SBR teraba keras, bulat, melenting (Kepala
janin), bagian terendah janin sudah tidak dapat
digoyangkan terhadap panggul
Leopold IV : Bagian terendah janin sebagian kecil/besar sudah
melewati PAP (konvergen/divergen)
TBJ :
TBJ (gr) = (TFU-11) x 155, jika kepala sudah masuk ke
dalam panggul
TBJ (gr) = (TFU-12) x 155, jika kepala masih diatas
spinaischiadica
Penurunan kepala dengan perlimaan : <5/5 pada primi
Pada kala I persalinan,kepala seharusnya sudah masuk ke dalam rongga
panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, mungkin
bagian terbawah janin (Kepala)besar dibandingkan dengan diameter
pintu atas panggul (CPD) (APN, 2015).
Genetalia : Tidak teraba oedema,tidak teraba pembesaran pada
kelenjar bartholini. Pada proses persalinan jika terjadi
oedema pada perineum maka perlu dihindarkan
persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan
terjadi laserasi perineum(Manuaba, 2010).
Auskultasi
Abdomen :
DJJ :Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-160x/menit,
interval teratur tidak lebh dari 2 punctum maximal
(Mochtar, 2011).
Daerah/letak DJJ :Kuadran kiri/kanan bawah abdomen ibu
109

d. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan HIS
HIS Kala I : His belum begitu kuat datangnya 10-15 menit tidak
begitu mengganggu ibu interval menjadi lebih pendek
kontraksi kuat dan lama (Varney, 2015) His dianggap
adekuat jika terjadi >3x dalam 10 menit dan berlangsung
selama >40 detik.
Pemeriksaan Dalam
Tanggal: Jam: Oleh:
1) Vulva Vagina : Tidak ada massa abnormal
2) Portio : Effacement 0-100%
3) Pembukaan :
Fase laten : 0-3 cm
Fase aktif, akselerasi : 4-6 cm
Fase aktif, dilatasi maksimal : 7-9 cm
Fase aktif, deselearasi : 9-10
4) Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
5) Presentasi : Belakang Kepala
6) Denominator : UUK (Oksiput)
7) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
8) Hodge : Hodge I-III
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : >11 gr%
110

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr% selama


persalinan (Varney, 2015).
Sel darah putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ±5000-15.000 pada saat pembukaan
lengkap
Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma (Varney, 2015).
Albumin dan reduksi urine negative (Sulaiman,2011)
Pemeriksaan USG : Janin intrauterine
f. Data Rekam Medis
Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana
tindakan tersebut adalah validasi dari riwayat kesehatan sekarang yang
tertuang didalam catatan status klien (rekam medis). Tindakan tersebut
dilakukan sejak klien MRS hingga bertemu penkaji saat ini.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan
Diagnosis : G...Papah usia kehamilan...minggu+... Kala I Fase
laten/aktifPersalinan Normal
Janin tunggal, hidup, intrauterine
G : Gravida
P : Para a : aterm
p :premature
a: abortus
h : hidup (Varney, 2015)
Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami
111

oleh klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan termasuk
didalam rencana intervensi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalh potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Tindakan antisipasi : Tindakan antisipasi diperlukan untuk mencegah
agar diagnosis dan masalah potensial tidak
terjadi. Tindakan antisipasi akan termasuk di
dalam rencana intervensi.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi ataupun
rujukan.
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atu
diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2015).
b. Lakukan observasi kala I
1) Tiap 30 menit, pantau DJJ, nadi dan kontraksi uterus
112

Rasional : DJJ dan nadi ibu diperiksa untuk memastikan kondisi


ibu dan janin baik. Kontraksi uterus dipantau untuk
memudahkan petugas dalam pengambilan tindakan
selanjutnya ( JNPK-KR,2008).
2) Tiap 2 jam , suhu tubuh dan volume urine ibu
Rasional : Peningkatan suhu tubuh dapat menunjukkan proses
infeksi dan dehidrasi (Varney, 2015) kandung kemih
yang penuh berpotensi untuk menghambat proses
persalinan dan penurunan kepala (JNPK-KR,2008).
3) Tiap 4 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan ketuban,
molase dan tekanan darah ibu.
Rasional : Merupakan indikator untuk pengambilan tindakan
selanjutnya (JNPK- KR,2008).
c. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI!
Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan
keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI secara baik
dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan
terhadap risiko infeksi (JNPK-KR, 2008).
d. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari
10 menit!
Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya
akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya aliran darah sirkulasi ibu ke
plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia
atau kekurangan oksigen pada janin.
Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan
terhadap proses persalinan (JNPK-KR,2008).
e. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya!
Rasional : Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk
memperlambat proses persalinan (Varney, 2015).
113

f. Ajarkan ibu melakukan teknik nafas dalam pada waktu his!


Rasional : Latihan napas dalam merupakan upaya relaksasi yang dapat
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri terutama saat terjadi
kontraksi (Varney, 2015).
g. Anjurkan ibu tetap mendapat asupan (makanan ringan dan minum)
selama persalinan dan proses kelahiran!
Rasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan/atau
membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-
KR, 2008).
h. Berikan KIE tentang proses persalinan normal!
Rasional : Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat
menggugah emosi. Dengan memberikan pengertian
tentang proses persalinan ibu akan berupaya mengatasi
gangguan emosionalnya (Varney, 2015).
i. Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan!
Rasional : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu
selama proses persalinan (Enkin, 2010). Dengan adanya
suami dan anggota keluarga yang berperan aktif dalam
mendukung ibu dapat sangat membantu memberi
kenyamanan pada ibu (JNPK- KR,2008).
j. Siapkan peralatan,bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan!
Rasional : Sebagai pemeriksaan kelengkapan alat untuk proses
persalinan serta sebagai alat pelindung diri
(Doengoes, 2011)
k. Dokumentasikan hasil pemantauan kala 1 pada partograf!
Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala 1 persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik. Dokumentasi menggunakan partograf
114

memudahkan untuk pengambilan keputusan dan rencana


asuhan selanjutnya (JNPK-KR,2008).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada retum/vaginanya
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah,2010) tekanan darah dapat
meningkat lagi 15-25mmHg selama kala II
(Varney,2008).
Nadi : 60-100 x/menit, frekuensi meningkat
disertai takikardi ketika mencapai puncak
saat persalinan (Varney,2008).
Suhu tubuh : 36,5-37,5°, peningkatan suhu tertinggi
yang masih dianggap normal adalah 1-2°C
(Varney,2008).
115

Pernafasan : 16-24x/menit, peningkatan frekuensi


pernafasan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi saat proses
persalinan (Varney,2008).
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Genetalia : Adanya tanda gejala kala II
-Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
- Perineum tampak menonjol
-Vulva dan sfingter ani membuka (JNPK-KR,2008).
Auskultasi :
DJJ : Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-
160x/menit (Mochtar,2011).
3. Pemeriksaan Khusus
Observasi His : His dianggap adekuat jika terjadi ≥3x dalam
10menit dan berlangsung selama ≥40 detik
Pemeriksaan Dalam
Tanggal : Jam : Oleh :
1) Vulva vagina : tidak ada massa abnormal
2) Portio : effacement 100%
3) Pembukaan : 10 cm
4) Ketuban :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur meconium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah
tidak mengalir lagi
5) Presentasi : belakang kepala
116

6) Denomitor : UUK (oksiput)


7) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
8) Hodge : Hodge III-IV
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis: G papah Kala II Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
IV. IDENTIFIKASSI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Lakukan prosedur asuhan persalinan normal :
1. Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah!
Rasional : Selaput ketuban yang belum pecah dapat menghambat
kelancaran proses kelahiran bayi (JNPK-KR,2008).
2. Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran!
Rasional : Hasil persalinan yang baik erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan (Enkin, et al, 2010).
3. Lakukan observasi DJJ diantara kontraksi!
Rasional : Deteksi dini bradikardi ataupun hipoksia janin
berkenaan dengan penurunan sirkulasi maternal dan
penurunan perfui plasenta (Doengoes, 2010).
4. Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi putting
susu bila kontraksi tidak baik!
Rasional : Stimulasi putting susu berfungsi untuk menstimulasi
produktivitas oksitosin ibu, yang berperan dalam
proses persalinan mengejan (Doengoes, 2010).
5. Lakukan persiapan pertolongan kelahiran bayi
117

a. Anjurkan ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran!


Rasional : Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat
berkonsentrasi untuk mengejan (Doengoes, 2010).
b. Lakukan bimbingan meneran!
Rasional : Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi
risiko kelelahan yang berlebihan pada ibu, serta
sebagai salah satu indikator kemajuan dalam
proses persalinan (JNPK-KR,2008).
6. Lakukan pertolongan kelahiran bayi:
a. Lahirkan kepala bayi setelah kepala bayi membuka vulva 5-6cm
dengan cara lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain bersih dan kering,tangan yang lain menahan puncak kepala
aagar tidak terjadi fleksi yang terlalu cepat dan membantu
lahirnya kepala!
Rasional : Dengan melakukan penahanan perineum dapat
melindungi perineum dan mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-
hati,serta dapat mengurangi reganganberlebihan
(robekan) pada vagina dan perineum(JNPK-
KR,2008).
b. Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi!
Rasional : Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran
bahu dan dapat menyebabkan asfiksiapada bayi
jika tidakdilepaskan (JNPK-KR,2008).
c. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan!
Rasional : Putaran paksi luar yang sempurna menjadikan
kepala janin searah dengan punggungnya
sehinggamemudahkan kelahiran tubuh bayi
(JNPK-KR,2008).
d. Lahirkan bahu secara biparietal!
118

Rasional : Melahirkan bahu secara biparietal dapat


mengurangi atau mencegah terjadinya ruptur yang
luas padaperineum
e. Lahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyanggah
kepala,lengan dan siku seelah bawah dan gunakan tangan kiri
untuk memegang lengan siku atas!
Rasional : Melakukan sanggah dapat mempermudah
kelahiran bayi dan mencegah laserasi (JNPK-
KR,2008).
f. Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri menelusuri
punggung hingga tungkai!
Rasional : menulusuri punggung sampai tungkai
mempermudahproses kelahiran bayi.(JNPK-
JR,2008).
VI. Lakukan penanganan bayi baru lahir:
a. Lakukan penilaian sepintas pada bayi baru lahir!
Rasional : Mengevaluasi apakah bayi menangis kuat atau
bernafasmegap-megap, gerakan bayi aktif atau
tidak,serta warna kulit bayi kemerahan atau
sianosis sehingga memudahkan petugas dalam
pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-
KR,2008).
b. Keringkan bayi di atas perut ibu!
Rasional : Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan(JNPK-KR,2008).
VII. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
119

VIII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
Kala III Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
Ibu masih merasakan adanya kontraksi uterus.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70-120-80mmHg, <140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°C
Pernafasan : 16-24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Genetalia : Adanya tanda pelepasan plasenta
Tampak tali pusat memanjang, ada semburan
darah secara mendadak dan singkat (JNPK-
KR,2008).
Palpasi
Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat
(JNPK-KR,2008).
Data Bayi
Bayi telah lahir
Tanggal : Jam:
Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
a. Apakah bayi cukup bulan?
120

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium?


c. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
d. Apakah bayi bergerak aktif? (JNPK-KR,2008).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G Papah Kala III persalinan normal
Masalah : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
V. MENGEMBANGKN RENCANA INTERVENSI
Lanjutan intervensi asuhan persalinan normal :
1. Pastikan kehamilan tunggal!
Rasional : Injeksi oksitosin pada manajemen aktif kala III
dilakukan setelah bayi lahir,sehingga perlu
memastikan bahwa tidak ada janin kedua dalam perut
ibu (JNPK-KR, 2008).
2. Lanjutkan penanganan bayi baru lahir :
a. Lakukan pemotongan tali pusat setelah 2 menit atau sampai tali pusat
berhenti berdenyut!
Rasional : Pemotongan tali pusat dilakukan dalam 2 menit setelah
kelahiran atau sampai tali pusat berhenti berdenyut
untuk memaksimalkan aliran darah ibu ke bayi,
sehingga menekan risiko anemia pada bayi baru
lahir(JNPK-KR,2008).
b. Lakukan pengikatan tali pusat!
Rasional : Pengikatan tali pusat secara erat mutlak diperlkukan
untuk mencegah perdarahan tali pusat yang dapat
mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir (JNPK-
121

KR,2008).
c. Lakukan IMD!
Rasional : Inisiasi menyusui dini merupakan langkah awal bentuk
bounding attachment. Selain itu,sekitar 22% angka
kematian bayi setalah lahir pada 1 bulan pertama dapat
ditekan dengan IMD.
3. Lakukan manajemen aktif kala III :
a. Berikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM dalam 1 menit kelahiran
bayi!
Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan
kuat dan efektif sehingga dapat membantu mempercepat peepasan
plasenta an mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR,2008).
b. Lakukan PTT!
Rasional : Penengangan tali pusat terkendali (PTT) merupakan cara
mengevaluasi apakah plasenta sudah terlepas sempurna dari
perlekatannya.
c. Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir!
Rasional : Masase fundus uteri segera setelah palsenta lahir
dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus sehingga dapat
mencegah terjadinya perdarahan.
d. Lahirkan plasenta!
Rasional : Pada kala tiga pelepasan dan pengeluaran uri cukup
penting,karena kelalaian dapat menyebabkan resiko perdarahan yang
membawa kematian (Mochtar, 2011).
e. Cek kelengkapan plasenta dan selaput ketuban!
Rasional : Menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya
sisa plasenta (Varney, 2015).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisian dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
122

bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidana yang telah dilakukan. Evaluasi didkoumentasikan dalam bentuk
SOAP.
Kala IV Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah :110/70-120-80 mmHg, < 140/90mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5°c, suhu ibu berlanjut sedikit bnnnn
%YU^/meningkat, tetapi biasanya <38°c
(Varney, 2015).
Pernapasan : 16-24x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney, 2015).
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah abdomen,teraba
membulat dan keras v
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : papah kala IV persalinan normal
Masalah : tidak ada UY U6uY L.Yk%55.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis potensial : Tidak ada
123

Masalah potensial : Tidak ada


IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : tidak ada
V. INTERVENSI
Lanjutkan intervensi asuhan persalinan normal:
b. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum!
Rasional : Merupakan deteksi dini adanya laserasi yang dapat
mengkibatkan perdarahan postpartum (JNPK-KR, 2008).
c. Lakukan penjahitan jika laserasi mengakibatkan perdarahan!
Rasional : Penjahitan dilakukan jika terdapat aserasi yang
mengakibatkan perdarahn aktif (JNPK-KR, 2008).
2) Ajarkan ibu melakukan masase uterus!
Rasional : Ibu dapat menilai kontrakssi rahimnya sendiri. Dengan
memberikan rangsangan taktil pada uterus dapat
mencegah terjadinya perubahan (JNPK-KR, 2008).
3) Estimasi jumlah perdarahan!
Rasional : Mengestimasi jumlah perdarahan diperlukan sebagai
bentuk deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan
postpartum,yaitu jumlah perdarahan >500ml (JNPK-KR,
2008).
4) Lakukan pemantauan kala IV!
Rasional : Deteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi
pascapersalinan (JNPK-KR, 2008).
5) Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan (pencegahan infeksi) pasca
persalinan!
Rasional : Prosedur pencegahan infeksi yang dilakukan dengan
23benar dapat mencegah terjadinya infeksi silang/infeksi
nosocomial (Doengoes, 2011).
6) Lengkapi partograf
Rasional : Pengisian partograf merupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
124

dilakukan (JNPK-KR, 2008).


VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
3. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL (Prawirohardjo, 2014)
Umur /Tanggal Lahir : 0–28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan
pertama kehidupan (Varney, 2015).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis Medis : NCB SMK
Setelah memiliki bagan hubungan berat lahir
dan usia gestasi, bidan menggolongkan BBL
ke dalam 3 kategori, namun yang dikatakan
normal hanya:
Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Dengan mengkombinasikan kategori usia
gestasi dengan kategori berat / usia gestasi ,
125

bidan kemudian dapat menggolongkan BBL


ke salah satu dari Sembilan kategori. Hanya
saja 1 yang masuk dalam kriteria normal
Cukup bulan, sesuai masa kehamilan
(Varney, 2015).
2) Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia ayah/Ibu : Usia >20 dan <35 tahun
Faktor ibu yang memperbesar resiko kematian
perinatal adalah pada ibu dengan umur lebih tua
(Wiknjosastro, 2012).
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a) Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran:
(1) Riwayat Antenatal
(a) Pemeriksaan kehamilan: teratur/tidak
(b) Frekuensi kunjungan:
Kunjungan antenalatal sebaiknya dilakukan secara
berkala dan teratur. Bila kehamilan normal, jumlah
kunjungan minimal 4x: 1x pada trimester I, 1x pada
trimester II dan 2x pada trimester III (Prawirohardjo,
2014).
Setiap kunjungan ulang terdiri dari atas peninjauan
ulang catatan, riwayat dan pemeriksaan fisik yang
126

dilakukan untuk mengevaluasi kesejahteraan ibu dan


janin (Varney, 2015).
(c)Komplikasi kehamilan:
Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah
gangguan yang berat, baik terhadap kehamilan dan
keselamatan bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo,
2014).
(2) Riwayat Intranatal
(a) Jenis persalinan : spontan/SC
(b) Komplikasi persalinan :
Ibu :
persalinan lama : disebabkan oleh kelainan
tenaga, kelainan janin, atau kelainan jalan lahir
(Prawirohardo, 2014).
Ketuban pecah dini
Bayi :
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang
berada di bawah segmen rahim bukan belakang
kepala
Prolapsus tali pusat: diklasifikasikan menjadi tali
pusat terkemuka, tali pusat menumbung dan occult
prolapsed
Persalinan preterm
(c) Keadaan ketuban : Utuh/pecah
(d) Lama ketuban pecah :pecah ketuban secara spontan
paling sering terjadi sewaktu-waktu pada persalinan kala
aktif (Prawirohardjo, 2014).
(e) Kondisi ketuban : jernih/keruh/mekonium/darah
127

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu


menunjukkan adanya gawat janin. Tanda-tanda gawat
janin jika DJJ <100 atau >180x/menit. Tapi jika terdapat
mekonium kental, segera rujuk ibu ketempat yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir(JNPK-KR,2008).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Riwayat Penyakit Menular
a) Penyakit Paru-paru : ibu hamil dengan riwayat TBC aktif
kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa
menular pada bayi (Prawirohardjo, 2014).
b) Penyakit Hati : Penularan terjadi secara transplasenta, dari serum
ke serum, dan melalui kontak dengan urin, feses, saliva, semen,
atau sekresi vagina yang terkontaminasi selama proses persalinan.
Angka transmisi tertinggi ialah ibu terkena virus sesaat sebelum
persalinan (Bobak, 2015).
c) Varisela zoster : Cacar air yang diderita ibu dari gestasi 20
minggu hingga hampir masa persalinan dapat mengakibatkan
bentuk varisela neonates yang lebih ringan yang tidak
mengakibatkan gejala sisa negative bagi neonatus (Myles, 2009).
d) Infeksi Menular Seksual : Kematian janin, baik dalam bentuk
abortus spontan atau lahir mati ditemukan pada 20-25%
perempuan yang menderita sifilis atau pun herpes. BBLR dapat
dijumpai pada vaginosis bacterial, trikomoniasis, sifilis atau herpes
prime. infeksi congenital pada infeksi klamida, gonore, sifilis
dinidan herpes genital.
2) Riwayat Penyakit Menurun
Penyakit DM kebanyakan adalah penyakit keturunan, bukan
penyakit menular (Misnadiarly, 2009).
Beberapa ibu yang secara genetic selalu melahirkan bayi besar,
seperti ibu dengan diabetes mellitus yang menyebabkan penyulit
128

dalam persalinan akibat janin besar yang merupakan kelanjutan dari penyulit
kehamilan dengan janin besar, Implikasi makrosomia bagi ibu melibatkan
distensi uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan pada serat-serat
uterus. Hal ini menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur
uterus, dan peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 2010).
d. Keadaan Bayi Saat Lahir
Berisi tentang kondisi bayi saat lahir dan tindakan yang telah dilakukan.
e. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan

Nutrisi Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu
cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI.
Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran 600–1000 ml) untuk
tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2008).
Eliminasi BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena intake minimal dan
metabolisme meningkat
Istrahat BBL tidur nyenyak: bayi jarang bergerak dan pernafasan lambat dan
teratur
BBL tidur dengan gerakan mata yang cepat (REM): bayi bernafas tidak
teratur dan meringis atau membuat ekspresi wajah lainnya serta gerakan
mata yang cepat dapat terlihat melalui kelopak mata
Pesonal BBL perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok BBL perlu di
Hygiene bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan perawatan tali pusat
yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney, 2015).
Aktivitas BBL mengeluarkan aktivitas motorik yang tidak jelas dan aktif menangis,
menangis disebabkan oleh letih, kolik, rasa tidak nyaman, lapar dan
kesepian

f. Riwayat psikososiokultural spritual


1) Komposisi,fungsi dan hubungan keluarga(genogram)
Genogram untuk memantau komposisi, fungsi dan hubungan keluarga
serta untuk mengetahui penyakit keluarga yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien.
2) Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
3) Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
a) Bagaiman keadaan Psiko ibu dalam menerima bayinya.
b) Bagaimana sosial ibu dalam perawatan BBL,bagaimana
dukungan keluarga khususnya suami.
129

c) Bagaimana kultural (adat istiadat) ibu dalam perawatan BBL


adakah yang merugikan.
d) Bagaiman keadaan spiritual ibu dalam perawatan BBL.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Nadi : 100-160 x/menit (Varney, 2015)
Pernafasan : 40-60 x/menit (varney, 2015)
Suhu : 35,5-36,5 oC (Varney, 2015)
Antropometri :
Panjang Badan : 48-52 cm
Berat badan : 2500-4000 gram
Lila : 10–11 cm
Lingkar kepala :
Circum ferensia Suboccipito Bregmatica: 32 cm
Circum ferensia Fronto Oksipito : 34 cm
Circum ferensia Mento Oksipito Bregmatica: 35cm
Lingkar dada : 30–38 cm
Lingkar perut : 28–30 cm
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bulat, tidak tampak caput succedaneum, tidak
tampak cephalhematoma, tidak tampak
moldingNormosefalik jika dibandingkan dengan
ukuran tubuh (lingkar kepala untuk BBL cukup bulan
rata-rata adalah 32-38 cm) (Varney, 2015).
Distribusi rambut : di puncak kepala dengan lembaran-
lembaran tunggal (Varney, 2015).
Mata : Segaris dengan telinga; hidung di garis tengah; Sclera
jernih; konjungtiva jernih; iris berwarna merata,
130

bilateral; pupil sama bilateral dan reaktif; terhadap


cahaya; kornea jernih; retina transparan; reflex
mengedip reaktif (Varney, 2015).
Hidung : posisi garis tengah; nares ada di kedua sisi;
menyeringai atau menangis sebagai respons terhadap
bau yang kuat; tidak tampak pengeluaran cairan ,tidak
tampak pernafasan cuping hidung (Varney, 2015).
Telinga : berada di garis lurus dengan mata, sudut vertical lebih
besar dari pada garis vertical lurus; tidak miring;
pembentukkan tulang rawan pinna terbentuk dengan
baik, kokoh, tulang rawan kaku, kembali ke bentuk
semula dengan cepat (Varney, 2015).
Mulut : garis tengah wajah; simetris; bentuk dan ukuran
proposional dengan wajah; membrane mukosa:
lembab, merah muda; palatum tidak membentuk arkus;
utuh; lidah proposional dengan mulut; ovula : garis
tengah naik ketika menangis (Varney, 2015).
Leher : Tampak pergerakan leher, vena jugularis tampak
normal (Varney, 2015).
Dada : Ekskursi diafragma di kedua sisi sama; tulang iga
simetris; payudara: jarak antar puting pada garis sejajar
tanpa ada puting tambahan; aerola tegak dan tidak ada
rabas. Usaha napas; mudah, berirama tanpa usaha
tambahan, dapat tidak teratur tetapi periode apnea
lebih dari 15 adalah abnormal (Varney, 2015).
Abdomen : Bundar memiliki kontur, simetris, tali pusat memiliki 3
pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena), putih kebiruan,
tidak tampak perdarahan tali pusat (Varney, 2015).
Punggung : Tampak simetris, tidak tampak spina bifida
Genetalia : Perempuan : Labia mayora: ada dan menutupi labia
minora; Labia minora: ada dan terbentuk sempurna;
131

Klitoris ada dan mungkin membesar; Meatus uretra:


ada di depan orifisum uretra; Vagina: paten dengan
atau tanpa rabas putih. Laki-laki: Penis; lurus,
proposional terhadap tubuh (panjang 2,8–4,3 cm);
Meatus urinarius: di tengah dan di ujung glans; Aliran
urin: lancer dari penis dan berkemih tidak lebih dari 24
jam pasca natal; Testis dan skrotum: penuh banyak
rugae; pigmentasi gelap (Varney, 2015).
Anus : Terdapat lubang anus
Kulit : Warna kulit ikterus setelah 48 jam pertama usia bayi,
hilang pada hari keempat sampai kelima; Kulit:
Lembab, hangat ketika disentuh, tidak ada
pengelupasan; Verniks: tebal, materi seperti keju
berwarna putih; lanugo sedikit: rambut halus pada
tubuh; terdapat milia; toksikum eritema= ruam bayi
baru lahir pada tubuh, biasanya pada hari pertama
sampai ketiga; bintik-bintik= dapat merupakan reaksi
normal terhadap imaturitas sistem organ (Varney,
2015).
Ekstremitas : proposional; terdapat 10 jari tanpa selaput, jarak antar
jari sama, kuku: panjang melebihi bantalan kuku
(Varney, 2015).
Palpasi
Kepala : Tidak ada massa atau area yang lunak di tulang
tengkorak; Frontanel anterior terbuka sampai 12-18
bulan, berbentuk wajik, 5x4 cm sepanjang sutura
korona dan sutura sagital; Frontanel posterior
berbentuk segitiga, sangat kecil, 1x1 cm sepanjang
garis sutura lambdoidalis dan sagitalis; atau menutup
pada saat lahir (Varney, 2015).
Mata : Tidak teraba oedem; kelopak mata tanpa ptosis atau
132

edema (Varney, 2015).


Hidung : Tidak ada fraktur
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening
Toraks : Prosesus xifoideus ada; tulang iga tanpa massa
Abdomen : Abdomen lunak dan tidak nyeri tekan, tanpa massa
Genitalia : Perineum halus,
Anus : di tengah, paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking); tonus sfingter ani: ada (usapan ringan di
area anus mengakibatkan konstriksi sfingter) (Varney,
2015).
Ekstremitas : Tidak teraba oedema; Bantalan kuku: merah muda,
pengisian ulang kapiler cepat (3 detik), sama di kedua
sisi; lavikula: tanpa fraktur atau nyeri, simetris; nadi:
brakialis dan radialis kuat dan sama di kedua sisi,
sebanding dengan nadi femoralis (Varney, 2015).
Auskultasi
Dada : Suara napas jernih, sama di kedua sisi pada anterior
dan posterior; beberapa kali ronkhi basah muncul
beberapa jam pertama setelah lahir akibat cairan yang
tersisa di paru janin (Varney, 2015).
Abdomen : Bising Usus: 5–35 x/mnt;
Perkusi
Toraks : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru
(Varney, 2015).
Abdomen : Timpani kecuali redup pada hati, limpa dan kandung
kemih (Varney, 2015).
c. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
1) Refleks Morro : Positif, terkejut saat ada suara (JNPK-KR, 2010).
2) Refleks Rooting : Positif, membuka mulut jika ada yang
menyentuh bibir (JNPK-KR, 2010).
133

3) Refleks Sucking : Positif, dapat menghisap puting susu


4) Refleks Swallowing: Positif, dapat menelan (JNPK-KR, 2010).
5) Refleks Babinsky : Positif, jari kaki menekuk ke bawah
6) Refleks Grasp: Positif, dapat menggenggam dengan baik (Sitiava,
2012).
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborartorium :
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan Diagnostik Lainnya :
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : NCB SMK
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. MENGEMBANGKAN RENCANA / INTERVENSI
a. Bersihkan jalan nafas, hisap nasofaring dengan perlahan sesuai
kebutuhan dengan menggunakan spuit balon atau kateter penghisap
Delee
Rasional : membantu menghilangkan akumulasi cairan,
memudahkan upaya pernafasan, dan membantu mencegah aspirasi
b. Melakukan perawatan tali pusat
Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat
dalam minggu pertama bermakna untuk mengurangi insiden infeksi pada
neonatus
c. Jaga kehangatan tubuh bayi
Rasional : Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan
konduksi, melindungi kelembaban bayi dari aliran udara atau pendingin
udara dan membatasi stres akibat perpindahan dari uterus yang hangat
134

kelingkungan yang lebih dingin. Karena besar area permukaan relatif


dari kepala bayi baru lahir dalam hubungannya dengan tubuh,bayi dapat
mengalami kehilangan panas dramatik dari kelembaban,kepala tidak
tertutup
d. Anjurkan ibu menyusui bayinya (kontak kulit dengan bayinya)
Rasional :Memberikan kesempatan untuk orangtua dan bayi baru
lahir mulai pengenalan dan proses kedekatan
e. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep eritromisin 1% kira-kira 1
jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saat di jalan lahir
f. Berikan VitaminK 1 (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc
secara IM (pada paha sebelah kiri)
Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan
vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih
rendah,sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar
vitamin K pada asi dan sterilitas saluran pencernaan pada bayi baru lahir.
Kekurangan vitamin K beresiko tinggi bagi bayi untuk mengalami
perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K
(PDVK).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
135

4. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal


Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
Nama :
Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun (Ambarwati, 2016).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Keluhan Utama
Pasien merasa mules (Ambarwati, 2016).
c. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Penyakit Kardiovaskuler : Penyakit Jantung, Hipertensi
b) Penyakit Darah : Anemia
c) Penyakit Paru-paru : TBC, Asma
d) Penyakit Hati : Hepatitis
e) Penyakit Endokrin : Diabetes Mellitus
f) Penyakit Infeksi : IMS, Infeksi TORCH
g) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing : Gagal Ginjal
h) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi:Penyakit Ginekologik,
Tumor/Kanker
i) Riwayat Alergi
136

j) Riwayat Pembedahan

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu
apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2016).
e. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
(Sulistyawati, 2015)
Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati, 2015)
Lama haid :
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di
keluarkan (Sulistyawati, 2015).
f. Riwayat Obstetri:

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
J Abnorma Lakta Pen
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny BB/PB H M
K litas si y
1.

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali


ibu hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
g. Riwayat Kehamilan Sekarang
Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan hamil tua,
terapi selama kehamilan
h. Riwayat Kontrasepsi :
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
137

kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke


kontrasepsi apa (Ambarwati, 2016).

i. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Cepat Lapar
Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu
peristaltik usus akan bekerja cepat yang
menyebabkan ibu pasca partum satu atau 2 jam
akan lebih mudah kelaparan (Varney, 2015).
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan pengurangan
volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3
hari post partum (Varney, 2015).
Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun
sehingga tonus otot seluruhnya berangsur pulih
kembali, tapi konstipasi mungkin tetapi terjadi
dan mengganggu hari-hari pertama post partum
(Varney, 2015).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin
membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan
cukup hal ini menyebabkan ibu lelah. Oleh
karena itu, ketika ibu memasuki masa nifas ibu
akan sering beristirahat (Ambarwati, 2016).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat
bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya
adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan
138

sering dan lebih terfokus kepada bayinya


(Ambarwati, 2016).
Personal Hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Kebiasaan
Seksualitas Dilakukan setelah 40 hari masa nifas
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak
budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa
waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,
2015).
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik
aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti
dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan,
maka aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap
(Dewi, 2011).
139

j. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


1) Psikologis:
Riwayat pernikahan :Pernikahan ke berapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak
Kehamilan direncanakan/tidak
Psikologis ibu merawat bayi
2) Sosial : Bagaimana penerimaan keluarga terhadap bayinya
3) Kultural :Adakah adat istiadat yang dilakukan pada masa nifas yang
dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun
bayi
4) Spiritual : Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada masa nifas
dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun
bayi
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan
dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi.
Tanggung jawab ibu mulai bertambah (Damayanti, 2014).
DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis (Sulistyawati, 2015).
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg(Ambarwati,
2016).
Suhu badan : 24 jam postpartum suhu badan akan naik
sekitar (37,5-380C) sebagai akibat kerjakeras
waktu melahirkan dan kelelahan (Ambarwati,
2016).
Nadi : 60-80 x/mnt atau tidak lebih dari
100x/mnt.Denyut nadi normal orang dewasa
adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa
140

nifas adalah mengindikasikan adanya suatu


infeksi, (Ambarwati, 2016).
Pernafasan : 20-30 x/menit. Pernafasan harus berada
dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30 x/menit (Ambarwati, 2016).
Antropometri :
Tinggi Badan :Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan, 2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang :Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan antara
tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat
kegemukan (Tambunan, 2011).
LILA :
b. Riwayat Persalinan sekarang :
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2016).
1) Jenis persalinan :
2) Kala I :
3) Kala II :
4) Kala III :
5) Kala IV :
Data Bayi :
1. Lahir tanggal :……, jam :…………..
2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Antropometri : BB :………… gr. PB :……….. cm
141

LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA :………..cm
4. Kecacatan : Ada/tidak
5. IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
6. Eliminasi
a) BAK : f : …x/hari, warna : …., konsistensi :………
b) BAB : f : ...x/hari,warna:…….,konsistensi :………
7. Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur
rambut tampak lembut (Priharjo, 2013).
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tidak tampak pucat (Tambunan, 2011)
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva tidak
tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan (Tambunan,
2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis,geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil (Tambunan, 2011)
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/secret
(Tambunan,2011)
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring,
tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
142

pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening


(Tambunan,2011 ).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan, 2011).
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tampak
pengeluaran colostrum, areola tampak
hyperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak tampak
retraksi (Farrer, 2009).
Abdomen : Tampak linea nigra, dan tampak stiae alba, tidak
tampak luka bekas operasi dan tidak tampak asites
(Farer, 2009).
Genetalia : Tampak lochea rubra (1–3 hari), Lochea
sanguilenta (3–7 hari), Lochea serosa (7–14 hari) dan
Lochea alba (>14 hari).
Ekstremitas : Tampak simetris, tidak tampak oedem dan tidak
tampak varices (Ambarwati, 2016)
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema/massa (Priharjo, 2013).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelejar getah bening (Priharjo,2009).
Payudara : Tidak teraba benjolan/massa, konsistensi teraba
padat berisi (Ambarwati, 2016)
Abdomen :
Diastasis rektus abdominalis : 12 x 2 cm (Varney, 2015)
Tinggi Fundus : (Varney, 2015)
Hari Ke Tinggi Fundus
Segera saat pasca partum 3 jari bawah pusat
Hari kelahiran dan hari pertama Sepusat
Hari ke-2 1 jari dibawah pusat
143

Hari ke-3 2 jari dibawah pusat


Hari ke-4 3 jari dibawah pusat
Hari ke-5 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-6 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-7 3 jari diatas sympisis
Hari ke-8 2 jari diatas sympisis
Hari ke-9 1 jari diatas sympisis
Hari ke-10 Sudah masuk ke panggul

Genetalia : Tidak teraba pembesaran kelenjar bartholini (Farrer,


2009).
Ekstremitas : Tidak teraba oedema, Reflex Homan sign (-)
(Ambarwati, 2016).
Auskultasi
Abdomen : 5-35 x/menit (Varney, 2015).
Perkusi
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep (+),
Trisep (+) (Varney, 2015).
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan USG
3) Pemeriksaan Diagnostik lainnya
h. Data Rekam Medis
Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana tindakan
tersebut yang menunjang riwayat kesehatan sekarang dan terdapat pada
catatan/status klien. Tindakan tersebut dilakukan sejak pasien masuk
rumah sakit hingga dilakukan pengkajian.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
144

Diagnosis : Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke…post


partum (Jika masa nifas sudah lebih dari 24 jam)
(Varney, 2015)
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. INTERVENSI
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
Rasional : penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum
merupakan hak klien (Varney, 2015).
b. KIE mengenai nutrisi ibu nifas
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori.
Makanlah makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
c. KIE tentang mobilisasi
Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat,
lalu miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan.
Mobilisasi mempunyai variasi tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
d. KIE tentang personal hygine
Rasional : Personal hygine terutama pada daerah genetalia
mengurangi resiko infeksi yang terjadi pada ibu post
partum.
e. KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas
Rasional : Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan
sendiri. Kadang-kadang ibu nifas sulit kencing
karena sphingter uretra mengalami tekanan oleh
145

kepala janin dan spasme oleh iritasi sphingter ani


selama persalinan. Juga oleh karena adanya edema
kandung kemih yang terjadi selama persalinan.Bila
ibu nifas sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi.Buang air besar harus ada 3-4 hari post
partum. Bila belum dan terjadi obstipasi apalagi
BAB keras dapat diberikan terapi per oral atau per
rektal.
f. Lakukan perawatan payudara
Rasional : Perawatan mamae telah dimulai sejak hamil supaya
putting susu tidak keras dan kering sebagai
persiapan menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu menyusui bayinya karena baik untu
kesehatan bayinya.
g. Ajarkan cara menyusui bayi
Rasional : Mencegah terjadinya lecet pada payudara.
h. Ajarkan cara perawatan tali pusat pada bayi
Rasional : perawatan bayi baik dari hygiene untuk mencegah
infeksi dan menjaga kondisi bayi tetap sehat,
memberikan kenyamanan pada bayi
i. KIE Asi ekslusif
Rasional : Asi ekslusif penting untuk daya tahan tubuh bayi
j. KIE mengenai imunisasi bayi
Rasional : Imunisasi pada bayi berguna untuk memberikan
antibodi tambahan pada bayi , agar bayi tidak
mudah terkena penyakit.
k. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas
dan neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu
dan neonatus .
VI. IMPLEMENTASI
146

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang


telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
bentuk SOAP.
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL (Prawirohardjo, 2014)
Umur /Tanggal Lahir : 0–28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan
pertama kehidupan (Varney, 2015).
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis Medis : NCB SMK
Setelah memiliki bagan hubungan berat lahir
dan usia gestasi, bidan menggolongkan BBL
ke dalam 3 kategori, namun yang dikatakan
normal hanya:
Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Dengan mengkombinasikan kategori usia
gestasi dengan kategori berat / usia gestasi ,
bidan kemudian dapat menggolongkan BBL
ke salah satu dari Sembilan kategori. Hanya
saja 1 yang masuk dalam kriteria normal
147

Cukup bulan, sesuai masa kehamilan


(Varney, 2015).
2) Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia ayah/Ibu : Usia >20 dan <35 tahun
Faktor ibu yang memperbesar resiko kematian
perinatal adalah pada ibu dengan umur lebih tua
(Wiknjosastro, 2012).
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :
b. Alasan Kunjugan / Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dijumpai pada neonatus diantaranya
sariawan/jamur pada mulut (Oral Trush), muntah, gumoh, ruam popok,
kuning atau ikterus (Ambarwati, 2012).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat Imunisasi
Kemenkes RI (2015) menyatakan bahwa pada awal
kehidupnnya, neonatus sangat rentan terkena penyakit berbahaya,
seperti penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati,
tetanus, campak dan masih banyak lagi penyakit berbahaya lainnya
yang dapat membahayakan kematian. Lalu bayi harus mendapatkan
lima dasar imunisasi lengkap, yaitu:
a) Hepatitis B, mencegah penularan hepatitis B dan kerusakan hati.
Pemberian imunisasi ini 1 kali dan diberikan pada usia ≤7 hari
b) BCG, mencegah terjadinya penyakit TBC. Pemberian imunisasi 1
kali dan diberikan pada usia 1 bulan
148

c) Polio, mencegah penularan polio yang dapat menyebabkan lumpuh


layu pada tungkai dan lengan. Imunisasi ini diberikan 1 kali setiap
bulannya dengan interval 1 bulan. Dari usia 1 bulan sampai 4
bulan
d) Pentabio, mencegah penularan difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, dan Hib. Imunisasi ini diberikan 1 kali setiap bulannya dengan
interval 1 bulan. Dari usia 2 bulan sampai 4 bulan.
e) Campak, mencegah penularan penyakit campak yang dapat
mengakibatkan komplikasi radang par, radang otak, dan kebutaan.
Pemberian 2 kali pada usia 9 bulan dan 2 tahun
d. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan Dasar Keterangan
PolaNutrisi Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila
pengisapan puting susu cukup adekuat maka akan
dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi
ASI akan optimal setelah 10-14 usia bayi. Bayi sehat
akan mengkonsums 700-800 ml ASI per hari
(kisaran 600-1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi
(JNPK-KR, 2012)
Pola Eliminasi Minggu pertama neonatus normal akan berkemih
hingga tiga puluh kali sehari (Kelly, 2010).
BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi
lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13 % pada hari ke 4-5 diakibatkan
karena intake minimal dan metabolisme meningkat
Pola Istirahat status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari
pertama.Bayisemi-koma saat tidur dalam; meringis
atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
mata cepat (REM); tidur sehari rata-rata 20 jam
(Doenges, 2011).
Pola Personal Hygiene Neonatus perlu mandi setiap hari.Kepala dan popok
neonatus perlu di bersihkan/diganti setiap kali area
tersebut kotor dan perawatan tali pusat yang sesuai
149

dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney, 2014).


Pola Aktivitas Neonatus lebih banyak tidur (Doenges, 2011).

Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
Nadi : nadi apikal 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam,
meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah
kelahiran); dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur)
sampai 180 dpm (menangis)
Pernapasan : berkisar antara 40-60 kali/menit, suhu berkisar antara
36,5oC-37,5oC (Sitiatava, 2012).
Antropometri
Berat badan (BB) saat lahir yaitu 2500-4000 gram,
BB saat ini yaitu 2500-4000 gram,
Panjang badan yaitu 48-52 cm,
Lingkar kepala :
circumferentia subocciput bregmatika : 32 cm,
circumferentia fronto occipitalis : 34 cm
circumferentia mento occipitalis : 35 cm,
Lingkar dada :30–38 cm yang pada umumnya tidak > 3 cm dari
ukuran lingkar kepala pada BBL namun setelah anak
berusia > 1 tahun lingkar dada relatif lebih besar di
banding lingkar kepala
Lingkar lengan atas (LILA) : ≥ 11 cm karena neonatus dengan LILA
dibawah 11 cm dapat diindikasikan
Kekurangan Energi Kalori (KEK), Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Kecil
Masa Kehamilan (Sitiatava, 2012).
150

b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput succedeneum,
maupun cephal hematoma, kulit kepala tampak bersih
tidak tampak ada lesi, ubun-ubun datar, kontruksi
rambut tampak kuat, distribusi rambut tampak merata,
tekstur lembut, dan tampak bersih.
Wajah : tidak tampak oedem, wajah tidak tampak pucat.
Mata : simetris, bersih, konjungtiva tidak tampak pucat, sklera
tidak tampak kuning, tidak tampak perdarahan, tidak
tampak oedema pada kelopak mata, pupil kontriksi bila
sinar mendekati, dilatasi bila sinar menghilang (Wong,
2009)
Telinga : bersih dan tidak ada secret, terdapat lubang telinga, daun
telinga tampak normal, tidak tampak sianosis pada daun
telinga, pendengaran baik (menilai adanya gangguan
pendengaran dilakukan dengan membunyikan bel atau
suara apabila terjadi refleks terkejut, kemudian apabila
tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi
gangguan pendengaran (Aziz, 2009)
Hidung : tampak lubang hidung, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak tampak sekret.
Mulut : tidak tampak sianosis di sekitar mulut dan membran
mukosa lembab, bibir tampak simetris, tidak tampak
stomatitis, tidak tampak oral trush, palatum mole dan
durum tidak tampak kelainan, tidak tampak Labioschizis
dan Labiopalato Schizis, belum terdapat gigi, suara
tangisan kuat.
151

Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid,


dan kelenjar getah bening.
Dada : tidak tampak retraksi dinding dada dan pergerakan
pernafasan tidak berlawanan, bentuk dada tidak tampak
barrel chest, funnel chest, pigeon chest, khyposcoliosis,
tampak kedua sisi dada simetris (DepKes RI, 2012).
Abdomen : tidak tampak pembesaran abdomen, simetris, tidak
tampak asites, tali pusat telah putus.
Punggung : simetris, tidak tampak spina bifida.
Genetalia : genetalia perempuan yaitu labia mayora menutupi labia
minora, terdapat klitoris dan terletak pada ujung anterior
labia minora dan tertutup oleh lipatan kecil kulit
(prepusium), meatus uretra berada didepan orifisium
vagina, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina dan
genetalia laki-laki tampak testis turun pada skrotum,
rugae nampak dengan jelas, meatus urinarius berada
ditengah dan diujung glands, tidak tampak kelainan
epispadius dan hipospadius, penis lurus proposional
pada tubuh.
Anus : tampak lubang anus, tidak terdapat ruam popok.
Ekstremitas : tampak simetris,tidak tampak kelainan, sama panjang,
tidak terdapat luka, jari kaki dan tangan tidak tampak
polidaktili, sindaktili maupun brakidaktili.
Palpasi
Kepala : hasil tidak terba benjolan atau kelainan,
Wajah : tidak teraba oedem
Mata : palpebra tidak oedem
Hidung : tidak teraba pembesaran polip
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening
152

Abdomen : teraba lembek, tidak teraba kelainan, turgor kulit


kembali ≤ 3 detik.
Genetalia : genetalia laki-laki didapatkan hasil tidak teraba
massa/benjolan, rugae pada skrotum teraba dengan jelas
dan genetalia perempuan didapatkan hasil tidak teraba
massa/benjolan, tidak teraba pembesaran pada kelenjar
bartholin.
Ekstremitas : hasil tidak teraba oedema, capillary refilltime kembali ≤
3 detik.
Auskultasi
Dada : pemeriksaan paru didapatkan hasil bunyi nafas bilateral,
pemeriksaan jantung didapatkan hasil terdengar reguler,
murmur jantung sering ada selama periode transisi
(Doenges, 2011) dalam hal ini evaluasi bunyi jantung
terkait dengan (1) Kualitas (harus jelas dan dapat
dibedakan, tidak tertutupi, tidak difus, atau jauh) (2)
Intensitas (3) Frekuensi (harus sama dengan denyut nadi
radialis (4) Irama(Wong, 2009) dimana bunyi jantung I
karena katup mitral dan trikuspidalis menutup pada
permulaan systole (kontraksi), bersamaan dengan ictus
kordis, denyutan karotis, terdengar jelas di apeks), bunyi
jantung II karena katup aorta dan katup pulmonal
menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung),
paling jelas di sela iga 2 tepi kiri sternum terpecah pada
inspirasi dan tunggal pada ekspirasi) (Aziz, 2009).
Abdomen : didapatkan hasil frekuensi peristaltik usus 5-35
kali/menit.
Perkusi
Dada : suara sonor,
abdomen : terdengar hipertimpani.
c. Pemeriksaanneurologis/refleks
153

1) Refleks morro didapatkan hasil positif, terkejut saat ada suara,


2) Refleks rooting didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada
yang menyentuh bibir (Wiknjosastro, 2008).
3) Reflekssucking didapatkan hasil positif, dapat menghisap putting susu
4) Refleksswallowing dengan hasil positif, dapat menelan
(Wiknjosastro, 2008).
5) Refleksbabinsky didapatkan hasil positif, jari kaki menekuk ke
bawah (Sitiava, 2012).
6) Refleksgraft didapatkan hasil positif, kaki seakan-akan berjalan
ketika bayi diangkat.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada neonatus di jam pertama
kelahiran (Doenges, 2011) antara lain: pemeriksaan pH tali pusat
didapatkan hasil tingkat pH 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis di mana tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna,
hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) berkisar antara 15-20 g untuk Hb dan
43%-61% untuk Ht, tes Coombs langsung pada darah tali pusat yang
menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah
merah, menunjukkan kondisi hemolitik. Selanjutnya pada neonatus usia
2 jam sampai 3 hari (Doenges, 2011) antara lain: pemeriksaan jumlah sel
darah putihdidapatkan hasil 18.000/mm3, neutrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis), pemeriksaan hemoglobin (Hb) berkisar antara15-20 g/dl (kadar
lebih rendahberhubungan dengan anemia atauhemolysis berlebihan),
pemeriksaan hematokrit (Ht) berkisar antara 43%-61% (peningkat
sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia ; penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragi prenatal / perinatal), pemeriksaan
Essai Inhibisi Guthrie adalah tes untuk adanya metabolit fenilalanin,
menandakan fenilketonuria (PKU), pemeriksaan bilirubin total
didapatkan hasil 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai
2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 haridan pemeriksaan detroksik
154

dimana tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah


kelahiran rata-rata 40 sampai 50 mg/dl, meningkat 60 sampai 70 mg/dl
pada hari ketiga.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : NCB SMK usia….. hari
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
III.IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi.Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis potensial dan masalah potensial bisa saja tidak ada.
IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat
rujukan.
Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada
V. INTERVENSI
Kunjungan Neonatus I (6 Jam-48 Jam)
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah
komunikasi petugas dan klien untuk tindakan
selanjutnya (Varney, 2014).
b. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
Rasional : Bayi lebih mudah mengalami perubahan suhu tubuh
karena pengaturan suhu tubuh pada bayi belum
berfungsi dengan sempurna. Cara untuk mencegah
155

terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu tidak


memandikan bayi baru lahir sebelum 6 jam,
menempatkan bayi di lingkungan yang hangat, ganti
popok dan pakaian setiap kali basah, tidak
memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin (Mochtar, 2011).
c. Memberikan KIE tentang asi eksklusif
Rasional : Dengan menyusui bayi secara eksklusif dapat
memberikan banyak manfaat, seperti memberikan
gizi terbaik untuk bayi, meningkatkan kekebalan
tubuh, meningkatkan IQ anak, meninkatkan kasih
sayang ibu dan anak dan menghemat pengeluaran
biaya untuk membeli susu formula (Varney, 2015).
d. Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar
Rasional : Dengan posisi/ cara menyusui yang benar, bayi dapat
lebih mudah dan puas menghisap ASI selain itu pada
ibu dapat mencegah terjadinya lecet pada payudara
(Mochtar, 2011).
e. Memberikan KIE tentang perawatan tali pusat
Rasional : Tali pusat dijaga agar bersih dan kering karena di
daerah ini dapat terjadi infeksi dengan menggunakan
kassa steril tanpa membubuhkan apapun
(Prawirohardjo, 2014).
f. Mengajarkan ibu cara memandikan bayi
Rasional : Memandikan bayi yang benar adalah suatu cara
membersihkan tubuh bayi dengan air dengan cara
menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan
urutan-urutan yang sesuai. Air untuk mandi tidak
boleh terlalu panas ataupun dingin, periksa suhu air
dengan siku atau bagian dalam pergelangan tangan.
Dalam minggu-minggu pertama bayi cukup mandi
156

satu kali sehari dipagi hari. Usahakan tidak


memandikan bayi setelah menyusu, sedang lapar atau
mengantuk untuk menghindarkan bayi dari muntah,
kedinginan atau kaget (Catharinr, 2010).
g. Berikan Inform consent
Rasional : digunakan sebagai persetujuan ibu untuk menjalani
pemeriksaan dan terapi (Varney, 2015).
h. Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B
Rasional : Untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi (JNPK-KR, 2008).
Kunjungan Neonatus II (3 hari–7 hari)
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah
komunikasi petugas dan klien untuk tindakan
selanjutnya (Varney, 2014).
b. Berikan KIE tentang pijat bayi
Rasional : Sentuhan dan pijatan pada bayi setelah kelahiran
merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan
bayi untuk mempertahankan rasa aman. Pijat pada
bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila
dilakukan sendiri oleh orang tua bayi. Pijat
menghasilkan perubahan psikologi yang
menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan,
peningkatan daya tahan tubuh dan kecerdasan emosi
yang lebih baik (Prasetyono, 2010).
c. Berikan KIE tentang tanda-tanda stress dingin.
Rasional : Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti dibawah
36oC (Rutter, 2009). Saat suhu tubuh berada dibawah
tingkat ini bayi beresiko mengalami stress dingin.
Gejala awal hipotermia apabila suhu <36o C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin, bila seluruh
157

tubuh bayi teraba dingin, maka bayi mengalami


hipotermia sedang (suhu 32oC-36oC ) ( Fraser &
Cooper, 2009).
d. Memberikan KIE tentang imunisasi
Rasional : Imunisasi diberikan bertujuan untuk memberikan
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan (Marimbi, 2010).
Kunjungan Neonatus III (8 hari – 28 hari)
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pendamping pasien.
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah
komunikasi petugas dan klien untuk tindakan
selanjutnya (Varney, 2015).
b. Berikan KIE tentang personal hygiene pada bayi.
Rasional : Menjaga personal hygiene untuk memberikan rasa
nyaman dan mencegah infeksi (Varney, 2015).
c. Jelaskan kepada orang tua untuk menjaga keamanan bayi.
Rasional : Orang tua sebaiknya tidak meninggalkan bayi di
dalam ruangan sendirian dan ruangan yang datar
tanpa penghalang agar dapat menurunkan resiko
cidera karena regurgitasi yang tidak terdeteksi atau
jatuh (Sitiava, 2012).
d. Berikan KIE tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.
Rasional : Orang tua dapat mengenali tanda bahaya yang terjadi
pada bayi seperti bayi lesu dan tidak mau menyusu,
tali pusat berbau busuk, mata kuning, warna kulit
tampak kuning (Varney, 2015).
e. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan
Rasional : Menetapkan pemeriksaan yang penting untuk bayi
dan untuk mendeteksi komplikasi yang terjadi pada
bayi (Doenges, 2010)
158

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
6. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana
Tubektomi
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-55 tahun) mempengaruhi
bagaimana mengambil keputusan dalam
kesehatannya (Prawirohardjo, 2014)
Agama :

Suku/ Bangsa :
Pendidikan : Tingkat pendidikan
tingkat pendidikan berpengaruh pada pola
pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2013)
Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya (Ambarwati,2010)
Alamat :
b. Keluhan utama :
Pada akseptor KB suntik 3 bulan ini mengatakan kepalanya pusing, rasa
berat ditengkuk dan mudah lelah (Pramono, 2008)
159

c. Riwayat Kesehatan Klien :


1) Riwayat Kesehatan yang lalu
a) Penyakit/ Kelainan Reproduksi :
Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya tidak
boleh mengunakan metode KB DMPA (Rusmini, dkk, 2017).
b) Penyakit Endokrin :
Diabetes mellistus tanpa komplikasi boleh menggunakan metode
DMPA (Rusmini, dkk, 2017).
c) Penyakit Infeksi :
DMPA tidak melindungi dari infeksi menular seksual
2) Riwayat Kesehatan sekarang:
Kanker payudara merupakan kontraindikasi penggunaan DMPA
(Rusmini dkk, 2017)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM, hemofilia,
kanker payudara) menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS) menahun
(jantung, asma) (Fraser & Cooper, 2009)
e. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid, banyaknya,
warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore. Penggunaan
DMPA memiliki efek samping berupa amenorrhea dan perdarahan
hebat/tidak teratur (Handayani, 2010).

f. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
o Suam An P BB
U Tmp Pen J Abnor Laktas Pen
. i Peny Jns nl / H M
k K t y K malitas i y
g PB
160

Nulipara dan yang telah memiliki anak, bahkan sudah memiliki banyak
anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, atau setelah mengalami
abortus boleh menggunakan Kontrasepsi DMPA (Rusmini dkk, 2017)
g. Riwayat Kontrasepsi
Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Jika
pernah kontrasepsi apakah yang pernah digunakan, berapa lama, mulai
menggunakan, kapan berhenti, keluhan pada saat ikut KB, alasan
berhenti KB (Hidayat, 2013)
h. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan

Makan 3-4 x/hari dengan asupan karbohidrat,


Nutrisi
protein, lemak, mineral dan vitamin.

Eliminasi BAB 1x/hari dan BAK 3-4 x/hari

Istirahat Kebutuhan akan tidur 7-8 jam/hari

Tingkat aktivtas seseorang dapat


Aktivitas mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam kesehatannya (Arikunto, 2002)

Personal
Mandi 2x/hari , berganti pakaian 2-3 x/hari
Hygiene

Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat


tertentu (epilepsy dan tuberculosis) dapat
Kebiasaan
mempengaruhi penetapan pemilihan metode
kontrasepsi. (Prawirohardjo, 2016)

Seksualitas Penurunan libido terjadi pada apengguna DMPA


161

karena keadaan vagina yang kering yang


disebabkan oleh efek progesterone (Handayani,
2010)

i. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap
mahluk yang diciptakan Tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak
khawatir memiliki jumlah anak yang banyak. (Prawirohardjo, 2014).
Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah tinggi >180/110 mmHg, atau diastolik > 90 mmHg
atau sistolik > 160 mmHg tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi
hormon metode kontrasepsi non hormonal merupakan pilihan yang
lebih baik (buku panduan praktis pelayanan KB hal : MK-31)
Nadi > 100x/menit merupakan keadaan yang perlu mendapatkan
perhatian dimana memungkinkan masalah yang mungkin terjadi
seperti serangan jantung atau bekuan darah di dalam paru.
Antropometri :
Berat badan sekarang : kenaikan atau penurunan BB sebanyak 1-
2 kg dapat terjadi pada pengguna DMPA
(Handayani, 2010)
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur
rambut tampak lembut (Priharjo, 2013).
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tidak tampak pucat (Tambunan, 2011)
162

Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva tidak


tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan (Tambunan,
2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis,geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil (Tambunan, 2011)
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/secret
(Tambunan,2011)
Leher : Tampak hyperpigmentasi pada leher, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak tampak peradangan faring,
tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak
pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
(Tambunan,2011 ).
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan, 2011).
Payudara : Tampak simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tampak
pengeluaran colostrum, areola tampak
hyperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak tampak
retraksi (Farrer, 2009).
Abdomen : Tampak linea nigra, dan tampak stiae alba, tidak
tampak luka bekas operasi dan tidak tampak asites
(Farer, 2009).

Genetalia : Perdarahan vagina yang tidak diketahui sampai dapat


dievaluasi tidak boleh mengunakan metode DMPA
(Rusmini dkk, 2017)
Ekstremitas : Tampak adanya edema pada tungkai tidak boleh
menngunakan metode DMPA (Hanafi, 2015)
163

Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema/massa (Priharjo, 2009).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelejar getah bening (Priharjo, 2009).

Payudara : Terabanya benjolan yang dapat menandakan adanya


kemungkinan akseptor menderita tumor jinak atau kanker
payudara tidak boleh menggunakan metode DMPA
(Hanafi, 2015)
Abdomen :

Ekstermitas :
Auskultasi

Dada : Nafas terdengar vesikuler, Tidak terdengar suara nafas


tambahan
Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi

Ekstremitas atas : CRT kembali dalam waktu < 2 detik Refleks


Bisep (+), Refleks Trisep (+)
Ekstremitas Bawah : CRT kembali dalam waktu < 2 detik, Patella (+),
Homan Sign (-)
c. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan urine :
II. INTERPRETASI DATA DASAR

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat


merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
164

Diagnosis : PAPAH usia ……. Dengan Akseptor Baru IUD


Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya
b. Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan
dilakukan
Rasional : Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap
pelaksanaan tindakan
c. Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien
Rasional : Tindakan pelayanan metode kontrasepsi dilaksanakan
sesuai kebutuhan klien. Pastikan 5 T sebelum
memberikan pelayanan kontrasepsi (tepat pasien, tepat
tempat, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu).
d. Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi
Rasional : Memberitahukan informasi mengenai KB yang digunakan
berguna untuk mengingatkan klien. Membersihkan alat-
alat yang telah dipakai, merapikan klien, dan mencuci
tangan merupakan tindakan pencegahan infeksi yang
165

penting dalam setiap tindakan.


e. Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan pada kartu kunjungan klien dapat
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasangan atau
pemberian KB. Keterlambatan jadwal kunjungan ulang
akan mempengaruhi efektivitas dari cara pemakaian atau
penggunaan KB
f. Jelaskan kembali tentang kekurangan atau kerugian serta efek samping
KB yang digunakan/ingin digunakan klien
Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta efek
samping kb dapat menjadi pertimbangan ibu dalam
menentukan kontrasepsi yang akan digunakan dan
mengingatkan kembali kepada ibu mengenai efek samping
KB, hal ini juga dapat mengurangi kecemasan pada ibu
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP
166
DAFTAR PUSTAKA

AAFP. 2019. Prevent Newborns Eye Infection With Antibiotic Ointment. Diakses
dari https://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20190130uspstfgon.
html

Affandi, B. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3 Cetakan


2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ambarwati, R.E, Wulandari, D. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra


Cendika Press.

Amiruddin, R & Hasmi. 2014. Determinan kesehatan ibu dan Anak. Jakarta: TIM.

APA. 2020. Umbilical Cord Care. American Pregnancy Association

Assefa,N.E., et al. 2018. Risk Factors of Premature Rupture Membranes in Public


Hospitals at Mekele City, Tigray, a Case Control Study. BMC Pregnancy

Bahiyatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Normal. Jakarta :
EGC.

BKKBN. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Ketiga.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2021. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pelayanan Kontrasepsi Bagi Dokter


dan Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Bobak, L.J. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

CDC. 2022. Weight gain During Pregnancy. Diakses dari


https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pregnancy-
weight-gain.htm

Cleaveland Clinic. 2021. C-Section Recovery Timeline and Aftercare. Diakses


dari https://www.physio-pedia.com/Factors_Affecting_Wound_Healing

Cunningham, F. G. 2009. Buku Obstetri William, Edisi 21. Jakarta: EGCJNPK-


KR. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC.

Dayal,S., Hong,P.L. 2023. Premature Rupture of Membranes. StatPearls. Diakses


dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532888/

Damayanti, I. P., Maita & Triana. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Deepublish

167
168

IDAI. 2013. Rawat Gabung. Diakses dari


https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/rawat-gabung

IDAI. 2021. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses
dari : https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-
idai-2020

Irwan, H., et al. 2019. Hubungan Antara Pekerjaan dan Usia Kehamilan Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahagia Makassar
2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia,3(2)

Karrar,S.A,. Hong,P.L. 2023. Preeclampsia. StatPearls. Diakses dari


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK570611/

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


di Fasilitas Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

. 2018. Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi Ibu


Hamil. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Diakses dari :
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-konsumsi-tablet-fe-bagi-ibu-hamil

. 2020. Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran.


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kosim, MS.dkk. 2013. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Kusmiyati, Y. 2017. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. G. 2016. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

..Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi & Kukuh, R. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2

Mayo Clinic. 2020. Infant and Toddler Health. Diakses dari


https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddlerhealth/
expert-answers/infant-growth/faq20058037#:~:text=From%20birth%20to
%20age%206,by%20about%20ag e%205%20months
169

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1


Edisi 3. Jakarta: EGC.

Negara,K.S., et al. 2017. Buku Ajar Ketuban Pecah Dini. Denpasar : Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana

Nisa,I.S. 2022. Mengenal Fetal Non Stress test Pada Ibu Hamil. Diakses dari
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2474-
mengenal-fetal-non-stress-test-nst-pada-ibu-hamil

PSBC. 2016. Routine Administration of Vitamin K1 Prophylaxis to the Newborn.


Canada : Perinatal Services BC

Physiopedia. 2022. Factors Affecting Wound Heling. Diakses dari


https://www.physio-pedia.com/Factors_Affecting_Wound_Healing

Prawirohardjo, S. 2014. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta: PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3.


Jakarta : Jakarta Eksklusif.

Priharjo. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.

PUSDATIN, InfoDATIN. 2016. Jurnal Kesehatan Situasi Imunisasi di Indonesia.

Romauli. 2014. Asuhan Kebidanan : Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Rosa. 2012. Mirena IUD, Definisi, Cara Kerja, Kontra Indikasi, Efek Samping,
diakses dari :
http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296 924-
mirena-iud-definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdws

Rosyati,H. 2017. Persalinan.Jakarta : FKKUMJ

Rukiyah, A.Y. 2017. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, A. B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba.

Salmah , dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.


170

Sharma,D. et al. 2019. Late Preterm : A New High RIska Group in Neonatology.
The Journal of Maternal Fetal & Neonatal Medicine.
https://doi.org/10.1080/14767058.2019.1670796

Simkin, P, dkk. 2016. Kehamilan Melahirkan dan Bayi. Jakarta : ARCAN.

Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi
Offset.

Superville,S.S.,Siccardi,M.A. 2023. Leopold Manuever. StatsPearls. Diakses dari


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560814/

Varney, H., Jan, M. K., Carolyn,L.G.. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Vivian, N.L, Dewi, Sunarsih, T. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.

WHO. 2016. Rekomendasi Praktik Terpilih Pada Penggunaan Kontrasepsi Edisi


Ketiga. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

. 2015. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use. Switzerland :


WHO

Wiknjosastro, H. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Wonokoyo, Nawacita Indikator. 2016. Jurnal Kesehatan Target dan Indikator


Pembangunan Nasional Indonesia 2014-2019.
171

LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent


172

Lampiran 2. Skor Poedji Rochjati


Triwulan
KEL NO Masalah / Faktor Resiko SKOR
I II III.1 III.2
F.R .
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4
4
Tahun
Terlalu lama hamil lagi ≥10
3 4
Tahun
Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2
4 4
Tahun

5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4


6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
Kurang Darah b. Malaria,
TBC Paru d. Payah
11 4
Jantung
Kencing Manis (Diabetes) 4
Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
173

20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR 14

Lampiran 4. Foto Kegiatan


174

Lampiran 5. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
TANDA BAHAYA KEHAMILAN

DISUSUN OLEH :

NIM.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
175

TAHUN 2024

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


TANDA BAHAYA KEHAMILAN

Topik : Asuhan Kebidanan


Sub Topik : Tanda Bahaya Kehamilan
Sasaran : Ibu Hamil Trimester 3
Hari/ tanggal : 03 April 2023
Tempat :
Pelaksana :
Jam / waktu : 10 Menit

A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan, di harapkan ibu hamil trimester 3 terutama
ibu primigravida mengerti tentang tanda bahaya kehamilan.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat :
1. Mengetahui tanda bahaya kehamilan
2. Mengetahui cara mencegah terjadinya bahaya kehamilan
3. Mengetahui tujuan dari informasi mengenai tanda bahaya kehamilan

C. Materi
1. Tanda Bahaya Kehamilan
2. Pencegahan terjadinya bahaya kehamilan
3. Tujuan mengetahui informasi dari tanda bahaya kehamilan

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
176

E. Media danAlat
1. Leaflet
2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
F. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1 2 menit Pembukaav Mengucapkan salam Menjawab salam
n v Memperkenalkan diri Memperhatikan
v Menyapa peserta Memperhatikan
v Membuat kontrak waktu Memperhatikan
2 5 menit Isi v Menjelaskan tentang Tanda Memperhatikan
Bahaya Kehamilan
v Menjelaskan tentang Pencegahan Memperhatikan
Tanda Bahaya Kehamilan
v Menjelaskan tentang Tujuan Memperhatikan
Mengetahui Tanda Bahaya Memperhatikan
Kehamilan

3 2 menit Penutup v Memberikan kesempatan kepada Menjawab pertanyaan


ibu untuk bertanya
v Memberikan reinform consent Menjawab pertanyaan
positif
v Menutup acara penyuluhan Menjawab pertanyaan
v Salam penutup Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan !
2. Sebutkan Tanda Bahaya Kehamilan ?
3. Jelaskan Tujuan Mengetahui Tanda Bahaya Kehamilan!
177

MATERI
TANDA BAHAYA KEHAMILAN

A. Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal,
yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2013). Menurut Kusmiyati dkk (2013),
kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu
melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil
B. Tanda Bahaya Kehamilan
1. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala
adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI (2012) penyebab
kematian ibu karena infeksi (11%). Penanganan demam antara lain
dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk
menurunkan suhu (Saifuddin, 2012). Demam dapat disebabkan oleh
infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen
ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan
timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat
terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi
selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2013).
2. Perdarahan Pervaginam
Dilihat dari SDKI (2012) penyebab kematian ibu dikarenakan
perdarahan (28%). Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai
178

dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa.


Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat yang abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain adalah
solusio plasenta dimana keadaan plasenta yang letaknya normal,
terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir, biasanya dihitung
sejak kehamilan 28 minggu.
3. Sakit Kepala Hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang
menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan
yang kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala
dari pre-eklampsia (Pusdiknakes, 2013).
4. Ketuban Pecah Dini
Ketuban yang pecah pada kehamilan aterm dan disertai dengan
munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya
infeksi. Makin lama periode laten (waktu sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi rahim), makin besar kemungkinan kejadian
kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim (Marjati dkk,
2014).
5. Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh
sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan
meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat,
yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang),
dan gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan
179

kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang


mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau
berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang. Selain itu
adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda
yang menujukkan adanya preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia.

C. Pencegahan Bahaya Kehamilan


Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya
10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang
menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara
mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh
berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala
dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk
mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun
keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyulit penyerta
sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan
dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.

D. Tujuan Mengetahui Tanda Bahaya Kehamilan


Tujuan pentingnya mengetahui tanda bahaya kehamilan menurut
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO (2013) yaitu :
1) Mengenali tanda-tanda yang mengancam bagi ibu hamil dan janinnya
sejak dini.
2) Dapat mengambil tindakan yang tepat yaitu menghubungi tenaga
kesehatan terdekat bila menemui tanda bahaya kehamilan untuk
mendapat perawatan segera.
180

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
NUTRISI PADA IBU NIFAS

DISUSUN OLEH :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
181

TAHUN 2024

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1. Topik : Kebutuhan Ibu Masa Nifas


2. Sub Topik : Nutrisi Ibu nifas
3. Sasaran : Pasien Ny. A
4. Hari/ tanggal : 28 Juni 2023
5. Waktu : 10.15 WITA
6. Tempat : Ruang Nifas RS JMB
7. Pelaksana :

A. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah diberikan Penkes diharapkan Klien dan keluarga dapat
memahami tentang Nutrisi pada Ibu masa nifas dan menyusui.

B. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian nutrisi pada ibu masa nifas
2. Menyebutkan fungsi gizi pada ibu masa nifas
3. Menyebutkan bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
4. Menyebutkan makanan yang harus dihindari ibu nifas
5. Menyebutkan dampak apabila ibu nifas kurang gizi.

C. Sasaran : Klien dan Keluarga Klien

D. Materi
1. Pengertian nutrisi pada ibu masa nifas
2. Fungsi gizi pada ibu masa nifas
3. Bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
4. Makanan yang harus dihindari ibu nifas
5. Dampak apabila ibu nifas kurang gizi
182

E. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

F. Media
1. Ceramah
2. Leaflet

G. Kegiatan Penyuluhan

No Mahasiswi Bidan Klien dan Keluarga Waktu


Klien
Pre Interaksi
1 Memberi salam dan memperkenalkan Menjawab salam 2 menit
diri
2 Menjelaskan tujuan pengajaran dan Mendengarkan
tema pengajaran
3 Melakukan persamaan persepsi Mendengarkan
Isi
4 Menjelaskan materi pengajaran Mendengarkan 10 menit
mengenai pengertian nutrisi pada ibu
nifas , Fungsi gizi pada ibu masa nifas,
bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu
nifas, makanan yang harus
dihindari ibu nifas, dampak apabila ibu
nifas kurang gizi

5 Memberikan kesempatan kepada klien Mengajukan


dan keluarga klien untuk bertanya pertanyaan
tentang materi yang disampaikan
183

6 Penutup
Memberikan pertanyaan akhir sebagai Menjawab
evaluasi
7 Menyimpulkan bersama-sama hasil Mendengarkan 3 menit
kegiatan pengajaran
8 Menutup pengajaran dan mengucapkan Menjawab salam
salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
b) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
c) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
b) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
c) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
d) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil
a) Sebutkan kembali pengertian dari nutrisi pada ibu nifas
b) Sebutkan Fungsi gizi pada ibu masa nifas
c) Sebutkan bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
d) Sebutkan makanan yang harus dihindari ibu nifas
e) Sebutkan dampak apabila ibu nifas kurang gizi.
184

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian kebutuhan gizi ibu nifas


Nutrisi ibu masa nifas yaitu nutrisi yang seharusnya dikonsumsi ibu
setelah melahirkan prinsipnya yaitu tinggi kalori dan protein. Nutrisi di
butuhkan oleh ibu masa nifas sebagai sumber tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur tubuh supaya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang disusui
dapat tumbuh dengan sehat dan memperlancar produksi ASI serta dapat
mempertahankan kesehatan ibu sendiri. Ibu masa nifas memerlukan makanan
yang mengandung tinggi protein, sayuran daun hijau dan buah-buahan setiap
hari.
1. Fungsi gizi
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari atau aktivitas
c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air,
mineral dan cairan tubuh yang lain
d. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit (protein)
e. Berguna untuk cadangan dalam tubuh
f. Berguna untuk proses ]produksi ASI yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
g. Untuk pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan.

B. Bentuk Makanan Gizi Seimbang bagi Ibu Nifas


1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat,protein,lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 2 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali
menyusui)
185

4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum (Pil zat besi
(sulfas/glukonas ferrosus) untuk menambah zat gizi.
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit, agar bisa memberikan
vitamin A kepada anaknya melalui ASI (Air Susu Ibu-nya).

C. Makanan yang harus Dihindari Ibu Nifas


1. Kopi
Makanan yang cukup berbahaya dan perlu untuk dihindari selama Ibu
dalam masa menyusui adalah makanan dan minuman yang mengandung
Kafein. Hal ini dikarenakan kafein pada ibu menyusui tidak akan
terbuang secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI
yang dihasilkan.Pada akhirnya, ASI yang dihasilkan akan mengandung
kafein dan tertelan oleh bayi. Akibatnya bayi dapat menjadi rewel dan
sulit tidur, dikarenakan mereka belum dapat mengeluarkan kafein dari
dalam tubuh sebaik orang dewasa.
2. Coklat
Coklat dapat berbahaya bagi bayi yang sedang dalam masa menyusui.
Hal ini diakibatkan karena coklat mengandung kafein yang cukup tinggi,
yaitu antara 5-35 mg dalam setiap 30gram coklat. Hal ini seperti telah
dijelaskan sebelumnya, akan dapat membuat bayi sulit tidur.
3. Makanan Yang Pedas
Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada di dalam makanan
tersebut, sedikit banyak akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, dan
akan membuat perut anak menjadi panas (iritasi) dan bahkan dapat
mengakibatkan diare.
4. Overdosis Vitamin C
Kita semua tahu bahwa vitamin C akan dapat membantu untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan juga membantu untuk mempercepat
penyembuhan penyakit. Vitamin C jelas sangat baik untuk tubuh, tidak
perlu diragukan lagi.Tapi jangan sampai memakan vitamin C terlalu
banyak, karena vitamin C cenderung bersifat asam. Vitamin C yang
terbawa terlalu banyak di dalam ASI pada akhirnya akan dapat membuat
186

perut bayi menjadi perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi
terkena iritasi.Pada umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka
akan dibuang melalui sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak
akan berbahaya. Akan tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem
pencernaan mereka belum bekerja dengan baik sehingga kelebihan
vitamin C akan tersimpan lama di dalam tubuh dan menimbulkan efek
negatif.Konsumsi vitamin C sewajarnya saja, sekitar 60 mg / hari, sesuai
kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi terlalu banyak, khawatir
berefek negatif untuk bayi.
5. Lemak Jenuh & Lemak Trans Makanan yang mengandung lemak jenuh
dan lemak trans akan dapat berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal
itu dikarenakan lemak jenuh dan lemak trans (trans fat) terbukti
menghambat produksi omega 3, yang sangat dibutuhkan oleh
perkembangan otak bayi. Hindari makanan gorengan yang memakai
minyak bekas karena mengandung lemak jenuh yang tinggi. Selain itu,
hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot dog karena
mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya.
6. Alkohol & Nikotin alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan
terkonsumsi oleh bayi.Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras)
dan nikotin (rokok) akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap
kedua hal tersebut. Hal ini akan membuat bayi pusing, lemah, sulit
bangun dan juga produksi ASI pun akan berkurang.

D. Dampak Apabila Ibu Nifas Kurang Gizi.


Dapat terjadi kekurangan nutrisi Yaitu kekurangan intake dari zat-zat
makanan terutama protein dan karbohidrat. Dapat mempengaruhi
pertumbuhan, perkembngan dan kognisi serta dapat memperlambat proses
penyembuhan. Tipe-tipe malnutrisi :
1. Defisiensi Nutrien ; contoh : kurang makan buah dan sayur menyebabkan
kekurangan vitamin C yang dapat mengakibatkan perdarahan pada gusi.
2. Marasmus; kekurangan protein dan kalori sehingga terjadinya
pembongkaran lemak tubuh dan otot. Gambaran klinis: atropi otot,
187

menghilangnya lapisan lemak subkutan, kelambatan pertumbuhan, perut


buncit, sangat kurus seperti tulang dibungkus kulit.
3. kekurangan protein karena diet yang kurang protein atau disebabkan
karena protein yang hilang secara fisiologis (misalnya keadaan cidera dan
infeksi). Ciri-cirinya: lemah, apatis, hati membesar, BB turun, atropi otot,
anemia ringan, perubahan pigmentasi pada kulit dan rambut
188

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
PERSONAL HYGIENE IBU NIFAS

DISUSUN OLEH :

NIM.P07224422268

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
189

PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA


TAHUN 2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Tema : Personal hygiene ibu nifas


Sasaran : Pasien Ny. A
Hari/Tgl: 28 Juni 2023
Waktu : 10.45 WITA
Tempat : Ruang Nifas RS JMB

A. TIU (Tujuan Instruksional Umum)


Setelah mendapatkan penyuluhan sasaran diharapkan mampu mengetahui
tentang personal hygiene ibu postpartum.
B. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran mampu:
1. Menyebutkan pengertian dari personal hygiene/kebersihan diri
2. Menyebutkan manfaat dari personal hygiene
3. Menyebutkan macam-macam perawatan diri
4. Menyebutkan alat-alat untuk perawatan kebersihan diri
5. Menjelaskan cara kerja perawatan kebersihan diri
C. Materi
1. Pengertian perawatan kebersihan diri
2. Tujuan & manfaat perawatan kebersihan diri
3. Macam-macam perawatan kebersihan diri
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Praktik
E. Media
Leaflet
190

F. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


.
1. Pembukaan 2 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Menyampaikan topic dan b. Mendengarkan/
tujuan yang akan dicapai memperhatikan
c. Persepsi c. Menjawab/merespon
2. Kegiatan 10 menit a. Menanyakan pendapat a. Menjawab/merespon
peserta tentang perawatan
kebersihan diri/personal
hygiene
b. Memberikan reward pada b. Merespon
peserta
c. Menjelaskan pengertian c. Mendengar/
perawatan kebersihan memperhatikan
diri/personal hygiene
d. Menjelaskan macam-
macam dan manfaat d. Mendengar/
perawatan kebersihan memperhatikan
diri/personal hygiene
e. Memberikan kesempatan
untuk bertanya e. Bertanya
f. Memberi reward
f. Merespon
3. Penutup 3 menit a. Merangkum materi yang a. Merangkum materi
telah dijelaskan bersama penyuluh
b. Menutup dengan b. Merespon
191

mengucapkan terima kasih


c. Memberi salam c. Membalas salam

KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE


IBU NIFAS

1. Pengertian perawatan kebersihan diri/personal hygiene


Kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kebersihan diri merupakan langkah
awal memwujudkan kesehatan diri. Dengan tubuh yang bersih
meminimalkan resiko sesorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu
penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri
yang buruk.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik
pada luka jahitan maupun kulit.
2. Tujuan Perawatan kebersihan diri/personal hygiene
a. Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang
mati dan bakteri
b. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
c. Memelihara integritas permukaan kulit
d. Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
e. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
3. Jenis kebersihan diri/personal hygiene
a. Kebersihan pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang
tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.
Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara
192

tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar
tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi
lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya
kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain.
Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.
Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir
yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu.
oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,
ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d. Kebersihan vulva dan sekitarnya
 Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin
atau cuci menggunakan sabun.
193

DAFTAR PUSTAKA

www.lusa.web.id/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-kebersihan-diri

tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas

Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Suherni. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika


194

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
ASI EKSKLUSIF

DISUSUN OLEH :

NIM.P0
195

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2024

Satuan Acara Penyuluhan


SAP

Tema : ASI Eksklusif


Subtema : a. Pengertian ASI eksklusif
b. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
c. Cara menyusui yang benar
d. Cara penyimpanan ASI yang benar
e. Faktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif
Sasaran : Ibu Nifas atau Menyusui
Tempat :

A. Tujuan Instruksional umum :


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 15 menit, diharapkan Ibu
menmberikan ASI eksklusif pada bayinya.
B. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan, ibu nifas/ menyusui mampu mengetahui :
1. Pengertian ASI eksklusif
2. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
3. Cara menyusui yang benar
4. Cara penyimpanan ASI yang benar
5. Faktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif

C. Materi : Terlampir
D. Metode : 1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab
3.
E. Media : 1. Leaflet
196

2. Materi SAP

F. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Mahasiswa Klien


1. Pembukaan 2 Menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan dengan
pada klien seksama
 Kontrak waktu  Menyimak
penyuluhan
 Menjelaskan tujuan  Menyimak
penyuluhan
 Apersepsi  Menjawab/ merespon
2. Kegiatan 10 Menit  Menjelaskan pengertian  Menyimak
Inti ASI eksklusif
 Menjelaskan manfaat  Menyimak
ASI eksklusif bagi bayi
dan ibu
 Menjelaskan cara  Menyimak
menyusui yang benar
 Menjelaskan cara  Menyimak
penyimpanan ASI yang
benar
 Menjelaskan factor  Menyimak
penyebab kegagalan
pemberian ASI eksklusif  Merespon
 Memberi kesempatan
pada ibu untuk bertanya
 Memberikan reward  Merespon
positif
3. Penutup 3 Menit  Menyimpulkan materi  Mendengar/memperhatikan
penyuluhan  Merespon/mengulang
197

 Melakukan evaluasi
sumatif  Merespon/menjawab
 Melakukan refleksi  Menjawab
perasaan Ibu
 Mengucapkan salam
penutup

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
 Kelengkapan media-alat tersedia dan siap digunakan
 Pelaksana siap melakukan penkes
2. Evaluasi proses :
 Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu
 Sasaran aktif dalam penkes
 Sasaran mampu menjawab pertanyaan
 Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
3. Evaluasi hasil :
a. Peserta mengetahui pengertian ASI eksklusif
b. Peserta mengetahui manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
c. Peserta mengetahui cara menyusui yang benar
d. Peserta mengetahui cara penyimpanan ASI yang benar
e. Peserta mengetahui factor penyebab kegagalan pemberian ASI
eksklusif
198

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ASI Eksklusif


Menurut World Health Organization (WHO) ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6
bulan. Sedangkan pengertian ASI eksklusif menurut Menurut Peratutan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1 diterangkan “Air Susu
Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi,
dan tim”. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui, hal :
31-32, 2015).

B. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif


Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,
keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling
sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim
penernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut :
1. Untuk Bayi
a) ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna, zat gizi yang cukup untuk perumbuhan
dan perkembangan bayi
199

b) ASI mengandung antibody


c) ASI tidak menyebabkan alergi
d) Menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
2. Untuk Ibu
a) Menimbukan rasa kebanggan dalam diri ibu
b) Perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan bayi
c) Rahim ibu cepat kembali ke ukuran semula
d) Mempercepat berhentinya perdarahan setelah melahirkan
e) Merupakan KB alamiah selama 6 bulan
f) Mengurangi kemungkinan resiko terjadi kanker payudara.

C. Langkah –langkah Menyusui Yang Benar


1. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
2. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
3. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu, jangan
hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, biarkan bibir bayi menyentuh puting susu ibu dan
tunggu sampai terbuka lebar .
4. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak dibawah putting susu. Cara meletakan mulut
bayi dengan benar yaitu

dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar


dan bibir bayi membuka lebar.
5. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu
kesebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
6. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi
dibersihkan dengan lap bersih yang telah direndam dengan air
hangat.
7. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara
yang terhisap biar keluar.
D. Cara Penyimpanan ASI yang benar
1. Masukkan ASI yang sudah diperah ke dalam palstik khusus ASI.
200

2. Jangan masukkan ASI perah ke dalam gelas plastic minuman


kemasan atau plastic Styrofoam
3. Beri tanggal dan waktu pemerahan pada masing-masing plastic
4. Dinginkan dalam refrigerator/ kulkas. Simpan sampai +/- 2minggu
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu ke dalam kulkas selama
semalaman dan keesokkan pindah ke freezer sampai +/- 3-6 bulan
6. Cara penyajian : panaskan air sampai mendidih lalu matikan
kompor dan letakkan botol/ plastic ASI ke dalam panic yang berisi
air panas.
E. Faktor Penyebab Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
1. Faktor emosional
a. Perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas, kesal atau nyeri hebat
akan mempengaruhi hormone sehingga menekan produksi ASI
b. Sebaliknya, perasaan ibu yang bahagia, senang, perasaan
menyayangi baginya, memeluk, mencium dan mendengar bayinya
menangis akan meningkatkan pengeluaran ASI
2. Factor fisik ibu
a. Putting susu lecet : di olesi ASI dan dibiarka mongering. Apabila
nyeri hebat/ luka makin berat, putting yangsakit di istiraharkan
sampai memungkinkan untuk menyusui kembali. Selama puitng di
istirahatkan, ASI dapat tetap dipompa.
b. Ibu sakit : tetap memberikan ASI, karena lebih berbahaya jika
diberi sufor ato makanan lainnya (kecuali ada indikasi medis).
3. Factor peranan suami : dukungan suami merupakan paling berate bagi ibu
menyusui
4. Factor ibu bekerja : simpan ASI dan sajikan seperti dalam kolom Cara
Penyimpanan ASI Yang Benar.
201

DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Reni. 2015. Askeb Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta:TIM


Roesli, Utami. 2011. Panduan Praktis Menyusui. Niaga Swadaya
(group Penebar Swadaya)
Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita.
Nuha Medika. Sunar, Dwi. 2011. Buku Pintar Asi Eksklusif.
Yogyakarta:Diva Press
Briawan, Dodik. Optimalisasi posyandu dan posbindu dalam upaya
perbaikan gizi masyarakat. Bogor; KKP Ilmu Gizi; 2014.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
PERAWATAN TALI PUSAT

DISUSUN OLEH :
Marisa Debby Anestiyah
NIM P07224422268

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023

202
203

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PERAWATAN TALI PUSAT

Tema : Perawatan Tali Pusat


Sub Pokok Bahasan : Cara Perawatan Tali Pusat
Sasaran : Pasien Ny. A
Tempat : Ruang Nifas RS JMB
Hari / Tanggal : 28 Juni 2023
Waktu : 11.55 WITA

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang perawatan tali pusat
selama 30 menit peserta penyuluhan mampu melakukan perawatan tali
pusat.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian perawatan tali pusat.
2. Menyebutkan tujuan perawatan tali pusat.
3. Menyebutkan alat dan bahan perawatan tali pusat.
4. Menyebutkan tanda-tanda infeksi tali pusat.
5. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tali
pusat.
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab.
E. Media
Leaflet
204

F. Kegiatan Penyuluhan
N KEGIATAN
WAKTU
O PENYULUH PESERTA
1. 2 Menit Pembukaan:
a. Salam pembukaan a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang d. Berpartisipasi aktif
akan diberikan

2. 10 Menit Pelaksanaan:
a. Menjelaskan a. Memperhatikan dan
tentang pengertian mendengarkan
perawatan tali pusat, penyuluh dengan
cermat
b. Menanyakan hal-hal
b. Menjelaskan tentang tujuan yang belum jelas
perawatan tali pusat c. Memperhatikan
c. Menjelaskan alat dan bahan penjelasan
untuk perawatan tali pusat d. Memperhatikan
d. Menjelaskan tanda-tanda penjelasan
infeksi tali pusat e. Memperhatikan
e. Menjelaskan hal yang perlu penjelasan
diperhatikan dalam
perawatan tali pusat f. Menanyakan hal
f. Memberikan kesempatan yang belum
untuk bertanya dimengerti

Evaluasi a. Menjawab
a. Menanyakan kepada peserta
205

tentang materi yang pertanyaan


disampaikan

Terminasi
a. Mengucapkan terima kasih a. Mendengarkan
atas partisipasi peserta
3. 3 menit b. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup

G. Evaluasi
Pertanyaan:
1. Apa pengertian perawatan tali pusat?
2. Apa tujuan perawatan tali pusat?
3. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perawatan tali pusat?
4. Apa saja tanda-tanda infeksi tali pusat?
5. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tali pusat.
206

MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN TALI PUSAT

A. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi
baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering
dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan
mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin,
2009).
Pendapat lain mengatakan bahwa perawatan tali pusat adalah suatu
aktivitas pemeliharaan tali pusat sampai tali pusat mengering dan lepas
dengan spontan untuk menjaga kebersihan tali pusat dan mencegah
terjadinya infeksi pada potongan tali pusat yang tersisa pada bayi (Farrer,
2001).
Perawatan tali pusat bayi baru lahir merupakan hal yang penting dan
harus dilakukan dengan hati-hati karena sebelum puput memerlukan
perawatan ekstra. Tali pusat bayi baru lahir umumnya berwarna kebiruan
dan panjangnya 2,5 sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem plastik akan
dipasang pada potongan tali pusat untuk menghentikan perdarahan. Klem
tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum bayi pulang
dari rumah sakit atau dalam waktu 24-48 jam sesudah lahir. Tali pusat
biasanya kering dalam waktu 2 minggu sesudah lahir. Pada dasarnya, tali
pusat bisa dibiarkan terbuka atau tidak perlu ditutup kain kasa dan harus
dijaga agar selalu dalam keadaan kering. Yang penting selalu cuci tangan
dahulu sebelum melakukan perawatan tali pusat (Simkin dkk, 2009).
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa
ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang
tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan
dapat mengakibatkan kematian (Hidayat, 2008).
B. Tujuan
207

Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat,
yaitu:
1. Mencegah terjadinya infeksi.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi,
harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera
diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat. Dimana infeksi
tali pusat pada bayi dapat menyebabkan sepsis, meningitis dantetanus.
Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip
perawatan kering dan bersih.
2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
4. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke
dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan tali
pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :
1. Air Hangat.
2. Kapas.
3. Sarung tangan steril.
D. Cara Perawatan Tali Pusat
Langkah-langkah cara merawat tali pusat pada bayi menurut Haws
(2008), yaitu :
1. Cuci tangan dengan sabun sampai bersih, keringkan dengan handuk
bersih.
2. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali
pusat.
208

3. Bersihkan tali pusat dan daerah sekitar tali pusat menggunakan kapas
yang dibasahi air hangat dengan lembut dan hati-hati.
4. Keringkan tali pusat
E. Waktu Perawatan Tali Pusat
Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut Sodikin
(2009), yaitu :
1. Sehabis mandi pagi atau sore
2. Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya
perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar
tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering. Tali pusat
harus selalu dilihat pada waktu mengganti popok sampai tali pusat
tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya sembuh (Sodikin, 2009).
F. Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat
Tanda-tanda infeksi pada tali pusat:
1. Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak.
2. Keluar cairan yang berbau dan bernanah.
3. Ada darah yang keluar terus menerus.
4. Kejang.
5. Bayi mengalami demam
G. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Tali Pusat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut
Sodikin (2009), yaitu :
2. Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena
dapat menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
3. Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih,
4. Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
5. Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
209

6. Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan.
7. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat.
210

Daftar Pustaka

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.


Haws, P. S. 2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Simkin, P., Whalley, J., & Keppler, A. 2009. Panduang Lengkap Kehamilan,
Melahirkan, dan Bayi Edisi Revisi. Jakarta: ARCAN.
Sodikin, 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC.
211

Lampiran 6. Pretest-Posttest
212
213
214
215
216
217
218
Lampiran 7. Leaflet

iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi

Anda mungkin juga menyukai