(CONTINUITY OF CARE)
DI PUSKESMAS TRAUMA CENTER SAMARINDA
Oleh :
Noor Mala
NIM. P07224323076
Identitas Diri
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat
limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif
(Continuity of Care) pada Ny ...di Puskesmas Trauma center Samarinda”.
Penulis menyadari masih banyak terdaapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan
laporan ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam
bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.M. H. Supriadi B, S.Kp.,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kalimantan Timur yang telah memberikan izin dan memfasilitasi
kami dalam penyusunan Laporan Komprehensif.
2. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kalimantan Timur.
3. Hj. Heni Suryani, M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidkan Profesi Bidan
Samarinda.
4. Bd .Lutfhi Metta M.C, S.Tr.Keb selaku pembimbing institusi yang telah
memberikan arahan selama penyusunan laporan ini.
5. Kepala Puskesmas Trauma Center Samarinda yang telah memberikan izin dan
memfasilitasi kami dalam melaksanakan praktik klinik.
6. Ibu A. selaku pasien yang telah kooperatif dalam pengkajian Asuhan
Kebidanan Continuity of Care.
7. Kepada orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan
dukungan baik itu moril maupun materil, serta selalu mendoakan penulis
dalam menjalankan pendidikan
8. Rekan mahasiswi kebidanan Poltekkes Samarinda atas motivasi serta saran
dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis
berserah diri. Semoga laporan Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini dapat
iii
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah
SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...........................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
C. Manfaat......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
A. KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF..................................................................................5
1.Konsep Dasar Teori Kehamilan Fisiologis......................................... 5
2.Konsep Daras Teori Ketuban Pecah Dini........................................... 30
3.Konsep Dasar Teori Persalinan Fisiologis.......................................... 37
4.Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir Fisiologis................................. 53
5.Konsep Dasar Teori Nifas Fisiologis.................................................. 64
6.Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana........................................... 77
B.KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN............. 86
1.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal
Trimester III..................................................................................... 86
2.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Normal..............................................................................................108
3.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal..............................................................................................133
4.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Normal
..........................................................................................................144
5.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal
..........................................................................................................155
v
6.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Berencana.........................................................................................167
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................175
A.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ......................................................175
B.Asuhan Kebidanan pada Persalinan........................................................181
C.Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir..............................................186
D.Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis................................................191
E.Asuhan Kebidanan pada Neonatus Fisiologis.........................................207
F.Asuhan Kebidanan pada Akseptor MOW...............................................217
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................222
BAB V PENUTUP.............................................................................................228
A. Kesimpulan...............................................................................................228
B. Saran.........................................................................................................228
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio....................... 7
Tabel 2.2 Penilaian Pengukuran Cairan Ketuban............................ 33
Tabel 2.3 Pengukuran Empat Kuadran............................................ 34
Tabel 2.4 Tabel APGAR Skor.......................................................... 59
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Abortus........................................................ 22
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Kartu skor Poedji Rochyati
Lampiran 3 Partograf
Lampiran 4 Foto Kegiatan
Lampiran 5 SAP
Lampiran 6 Pretest-Posttest
Lampiran 7 Leaflet
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, BBL, neonatus dan
penggunaan KB merupakan suatu tahapan perkembangbiakan manusia yang
alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan kebidaan berkesinambungan dan berkualitas dari tenaga
kesehatan. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama
kehamilan sampai masa penggunaan KB sangat penting untuk kelangsungan
hidup ibu dan bayinya. Sehingga pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan
selama periode ini (Alwan et al., 2018).
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian ibu pada
2017 ialah 295.000/100.000 kelahiran hidup dan 2.900.000 bayi meninggal
selama 2018 (WHO, 2019) Di Indonesia, pada tahun 2017 AKI mencapai
177/100.000 kelahiran hidup (UNICEF, 2019) dan AKB sebesar 24 per
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Di Kalimantan Timur angka
kematian ibu mencapai 100 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
mencapai 619 per 1.000 kelahiran hidup. Di Samarinda, AKI sebanyak 21
orang pada tahun 2022 (Profil Dinkes, 2022).
Kematian ibu merupakan akumulasi selama proses kehamilan,
persalinan dan nifas. Sebanyak 24% kematian ibu terjadi pada fase
kehamilan dan 76% pada persalinan dan nifas (Kemenkes RI, 2021).
Penyebab kematian ibu menurut UNICEF ialah perdarahan 27%, Hipertensi
(Preeklampsia/ Eklampsia) 14%, infeksi 11%, aborsi 8%, emboli 3%,
penyebab lain 10% dan penyebab tidak langsung (dikarenakan penyakit
seperti malaria, Diabetes mellitus dan penyakit jantung) sebanyak 28%
(UNICEF, 2019).
Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai
ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan
1
2
AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan
prosedural klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam
penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan
normal dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan
bayi oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya sangat
berbeda dengan tenaga kesehatan lain (UU No.04 tahun 2019).
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan anak dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil dari Antenatal Care,
Intranatal Care, Postnatal Care sehingga seorang ibu mampu serta sadar
menjaga kesehatan dirinya dan keluarga (UU No.04 tahun 2019).
Asuhan kebidanan Continuity of Care (COC), memberikan dampak
kepuasan pada yang dirasakan ibu hamil sampai masa perawatan
selanjutnya, adanya kedekatan secara psikologis dalam masa perawatan.
Wanita yang dilakukan perawatan dari awal kehamilan sampai dengan masa
dimana ibu menentukan kapan akan menggunakan alat kontrasepsi, adanya
hubungan yang positif dari kepuasan dan aspek perawatan yang aman dan
nyaman dengan professional dan terampil (Forster, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang
bidanuntuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
atausecaraberkelanjutan (Continuity of Care) pada ibu dan bayi serta sebagai
kontribusi untuk menurunkan AKI dan AKB. Pelaksanaan asuhan
komprehensif ini bertujuan agar klien dapat melalui proses kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi secara
aman
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) pada Ibu
S. mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
3
2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif atau
Continuity of Care (COC) penulis mampu :
a) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
b) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
c) Melakukan asuhan kebidanan BBL melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
d) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
e) Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
f) Melakukan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dapat memberikan ilmu pengetahuan terutama ilmu
yang dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan pada
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pelayanan
kontrasepsi, serta dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu
kebidanan sesuai dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
evidence based dalam praktik asuhan kebidanan.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan langsung ilmu yang dipelajari
selama kuliah.
b. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan dapat menambah wawasan klien dan keluarga
mengenai kehamilan, persalinan hingga pelayanan kontrasepsi dan
4
5
6
e) Test kehamilan
3) Positif (pasti)
a) Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )
b) Gerakan janin
c) Denyut jantung janin
d) Terlihat badanya gambaran janin melalui USG (Padila, 2014)
c. Fisiologi Kehamilan
Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari sel
indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh fimbrai dan masuk dalam
sel telur. Waktu melakukan hubungan seksual, cairan semen tumpah
kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak
memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur. Pembuahan sel telur
oleh sperma biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba
fallopi. Sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang
mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat yang melindungi ovum
kemudian pada tempat yang mudah dimasuki, masuklah satu sel mani
dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut
pembuahan (konsepsi = fertilisasi).
Ovum yang telah ini segera membelah diri sambil bergerak oleh
rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian melekat pada
mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim. Peristiwa
ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi
diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-
zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada
ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi),
nidasi dan plasenta (St & St, 2017)
7
b) Kebutuhan nutrisi
17
5) Imunisasi
21
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan Khusus
Pada pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Pemeriksaan Vaginal
Toucher (VT) perlu dipertimbangkan, terutama pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan sangat dibatasi
dilakukan pemeriksaan dalam (VT), karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme
tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen. Pemeriksaan dalam
vagina hanya dilakukan pada kasus KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan (Negara, et al,
2017).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Kriteria laboratorium yang digunakan adalah adanya
Leukositosis maternal (WBC yang lebih dari 16.000/uL),
adanya peningkatan C-reactive protein cairan ketuban dan
gas-liquid chromatography, serta Amniosentesis untuk
mendapatkan bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang
mengandung leukosit yang banyak atau bakteri pada
pengecatan gram maupun pada kultur aerob maupun anaerob).
b) Pemeriksaan Lakmus
Tes lakmus (tes Nitrazin) digunakan, yaitu jika kertas lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(Alkalis). Normalnya pH air ketuban berkisar antara 7-7,5.
Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif
palsu
c) Pemeriksaan Mikroskopik
Mikroskopik (tes pakis), yaitu dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis
33
d) Pemeriksaan USG
Pada pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Dikenal
tiga cara pengukuran cairan ketuban, yaitu secara subyektif,
semikuantitatif (pengukuran satu kantong), dan pengukuran
empat kuadran menurut Phelan.
Penilaian subyektif oleh seorang pakar dengan menggunakan
USG real-time dapat memberikan hasil yang baik. Penilaian
subyektif volume cairan ketuban berdasarkan atas pengalaman
subyektif pemeriksa didalam menentukan volume tersebut
berdasarkan apa yang dilihatnya pada saat pemeriksaan.
Dikatakan normal bila masih ada bagian janin yang menempel
pada dinding uterus, dan bagian lain cukup terisi cairan
ketuban. Bila sedikit, maka sebagian besar tubuh janin akan
melekat pada dinding uterus, sedangkan bila hidramnion,
maka tidak ada bagian janin yang menempel pada dinding
uterus.
Pengukuran semikuantitatif dilakukan melalui pengukuran
dari satu kantong (single pocket) ketuban terbesar yang
terletak antara dinding uterus dan tubuh janin, tegak lurus
terhadap lantai. Tidak boleh ada bagian janin yang terletak
didalam area pengukuran tersebut. Berikut klasifikasinya :
Tabel 2.2 Pengukuran Cairan Ketuban
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif,
ibu menjadi serius, diam dan sibuk dengan kontraksi. Seorang
wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan
saat menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan
persalinan. Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima
kebenaran yang mencerminkan semacam krisis, dimana ibu
menyadari tidak dapat mengendalikan proses persalinan (Simkin,
2016).
2) Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan
sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus
dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan
salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya
merasakan desakan mengejan dirasa mengganggu dan
menyakitkan.
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan
rasa nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir
jernih kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali
orang-orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya
melalui gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang
membantu pelahiran (Simkin, 2016).
3) Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat;
kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu
melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-
kadang mengalami kram yang hebat atau sebaliknya, perhatian ibu
tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari
terjadinya tahap ketiga ini (Simkin, 2016).
4) Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan
42
8) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari
setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum (Salmah,
2013).
h. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu.Hal ini sangat penting
untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam
panggul.Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan
dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa
masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
1) Diameter kepala janin
a) Diameter biparietal yang merupakan diameter melintang
terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian
(enggagment).
44
c) Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito
frontalis (11 cm).Fleksi ini disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas
panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
d) Putaran paksi dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran
dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis.
Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar
ke depan dan ke bawah symphysis.Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul.Putaran paksi dalam bersamaan dengan
majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar
panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah:
(1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah dari kepala.
46
e) Isoimunisasi
f) Kematian janin dalam kandungan
3) Kontraindikasi
a) Insufisiensi plasenta
b) Cacat rahim, misal riwayat seksio sesarea, dan enukleasi
miom.
c) Grade multipara.
d) Gemelli
e) Disproporsi sefalopelvis
f) Plasenta previa
g) Letak lintang atau obliq
h) Gawat janin
i) Presentasi bokong murni
4) Komplikasi
Menurut Liu (2008), beberapa komplikasi dari induksi
diantaranya:
a) Kegagalan induksi
Kegagalan induksi menggambarkan keadaan ketika aktivitas
uterus yang efektif tidak terjadi atau tidak dipertahankan.
b) Infeksi intrauterus
Setelah ketuban pecah infeksi intrauterus dan janin mungkin
terjadi.
c) Prolaps tali pusat
Komplikasi ini lebih mungkin terjadi jika bagian presentasi
janin tidan menempel dengan baik pada serviks atau jika
terdapat polihidramnion.
5) Metode Induksi
Metode yang digunakan Nugroho (2012) untuk induksi
persalinan, sebagai berikut:
52
(Wahyuni, 2018)
g. Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai Oleh Ibu Postpartum
1) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila
menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).
2) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk.
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4) Sakit kepala yang terus menerus.nyeri epigastrik,atau masalah
penglihatan.
5) Pembengkakkan di wajah atau ditangan.
6) Demam, muntah,rasa sakit saat BAK atau jikamerasa tidak enak
badan.
7) Payudara yang berubah menjadi merah,panas,dan/atau terasa sakit.
8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9) Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki
10) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
(Wahyuningsih, 2018)
h. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan
1) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca
persalinan;
Tujuan Kunjungan:
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan rujuk jika
perdarahan belanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena
atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
75
Tujuan kunjungan:
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau
bayi alam
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Wahyuni, 2018)
i. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Masa Nifas
Kewenangan Bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28
Tahun 2017 Bab III mengenai penyelenggara Keprofesian kebidanan
pasal 19 ayat 2 (d) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas normal.
6. Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana
a. Pengertian
1) Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-undang (UU) No. 52
tahun 2009 pasal 1 (8) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, kehamilan, melalui promosi
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Kemenkes RI, 2018).
Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu
Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan usia subur adalah pasangan
suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun (Kemenkes RI, 2018).
Menurut World Health Organization (2016), Keluarga Berencana
(Family Planning) dapat memungkinkan pasangan usia subur (PUS)
untuk mengantisipasi kelahiran, mengatur jumlah anak yang
diinginkan, dan mengatur jarak serta waktu kelahiran. Hal ini dapat
dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan
infertilitas. Jadi, Keluarga Berencana (Family Planning) adalah
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang
bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia sejahtera.
2) Pengertian Akseptor KB
77
(c) Trifasik
ii. Pil khusus-Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin
sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama
dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah
sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah
lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga
menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
e) AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di
bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan
di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau
tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi
zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi
sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3
tahundan ada juga yang diganti setiap tahun.
f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak
kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini
sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya
pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu
(ASI).
g) KB Suntik
82
h. Riwayat Ginekologi
1) Vaginitis: Dapat mengekibatkan perdarahan vagina, serviks atau
uterus yang berkaitan dengan inflamasi (Varney, 2015).
2) Endometritis: Endometriotritis dapat menyebabkan rasa tidak enak
pada panggul, nyeritekan uterus,radang monosit dan sel-sel plasma
di dalam stroma endometrium dan nekrosis stroma (Varney, 2015).
3) Mioma uteri: mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil,
abortus,kelainan latak janin, manghalangi lahirnya bayi, inersia
uteri dan Atonia uteri dan mempersulit lepasnya plasenta
(Prawirohardjo, 2014).
4) Kista Ovarium:Menyebabkan nyeri tekan goyang adneksai atau
nyeri panggul dan dapat mengalami pertumbuhan hingga ukuran
tertentu yang mengakibatkan torsi ovarium (Varney, 2015).
5) Endometriosis:Dapat menyebabkan nyeri panggul atau nyeri
abdomen bawah& perdarahan ireguler (Varney, 2015).
i. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan.
j. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
96
Penambahan Berat
Berat badan sebelum hamil
IMT Badan total yang
(BB/TB(m)2)
dianjurkan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe.
Wajah : Tidak pucat dan tidak mengalami edema karena jika
mengalami pucat merupakan gejala anemia dan
edema merupakan salah satu gejala preeklamsia dan
eklampsia. Kloasma gravidarum sebaiknya tidak
ada karena jika terdapat kloasma gravidarum dapat
menurunkan citra diri ibu hamil.
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus). Palpebra tidak mengalami edema.
Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat sekretdan polip dalam rongga
hidung.
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu.
101
2) Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala.
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal pada
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Payudara : Pada palpasi, payudara seharusnya lobular, bahkan
nodular bila jaringan payudara hipertrofi (Willms,
2010).
Abdomen : TFU Mc Donald, menurut rumus McDonald:
102
4) Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).
Abdomen : Daerah suprapubis redup jika kandung kemih
distensi atau pada wanita jika uterus membesar.
(Swartz, 2010).
c. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : Tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : Tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pada trimester III pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan
oleh ibu hamil adalah :
a) Pemeriksaan urine
Tujuannya untuk mendeteksi adanya HCG dalam
urin.Kepekaran tes ini sangat bervariasi antara 500–1.000
mU/ml urin.Adanya glukosa dalam urin ibu hamil harus
105
P : Para
a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup
(Varney, 2015)
Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang
berupa USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan yakini
kehamilan merupakan kehamilan intrauteri.
Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk di dalam
rencana intervensi.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.
V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada trimester III
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2015).
107
Dekker (2008) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan salah satu
faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi pada multigravida yang
memiliki pasangan baru
113
Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih selama
persalinan (Mochtar, 2011).
1) Psikologis:
Riwayat pernikahan :Pernikahan ke berapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak
Kehamilan direncanakan/tidak
Psikologis ibu menghadapi persalinan
2) Sosial :Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan
3) Kultural :Adakah adat istiadat yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan
bagi ibu maupun janin
4) Spiritual : Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada proses
persalinan yang dapt memberikan dampak negatif atau merugikan
bagi ibu maupun janin
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Ekspresi Wajah : Meringis
Tanda Vital :
Tekanan darah :110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah,2009) Peningkatan sistolik 10-20 mmhg dan
distolik rata-rata 10 mmHgmasih dianggap normal
(Varney, 2015).
Nadi :60-100 x/menit, peningkatan nadi dapat terjadi pada
saat kontraksi uterus (Varney, 2015).
Suhu Tubuh :36,5-37.50C, peningkatan suhu tidak lebih dari 0.5-
1oC masih dianggap normal (Varney, 2015).
Pernapasan :16-24x/menit, peningkatan frekuensi pernapasan
mencerminkan penigkatan metabolisme yang terjadi
saat proses persalinan (Varney, 2015).
b. Antropometri
Tinggi Badan : >145cm, tinggi badan kurang dari 145 cm dapat
dicurigai terjadinya kesempitan panggul (Varney,
116
2015).
Kenaikan Berat Badan : <15 kg, penambahan berat badan lebih dari 15
kg, dapat mengindikasikan ibu untuk mengalami
PEB, DM dan janin makrosomia (Varney, 2015).
Ukuran LILA : >23,5 cm, ukuran lila kurang dari 23,5 cm dapat
mengindikasikan status gizi buruk pada ibu
hamil (Varney, 2015).
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Kepala :Kulit kepala bersih, dstribusi rambut merata
Wajah :Tidak pucat dan oedema, ada/tidak ada
chloasmagravidarum
Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema,sklera berwarna
putih, konjungtiva berwarna merah muda dan tidak
ada kelainan pada mata
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, polip
ataupun peradangan
Mulut : Bersih, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan tremor,
gigi geraham lengkap, tidak ada stomatitis, caries dentis.
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran sekret.
Leher : Ada/tidak ada hyperpigmentasi, tdak ada pembesaran
tonsil, faring, laring, vena jugularis, kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Tampak simetris dan bersih, areolla dan puting tampak
kehitaman, lebih besar, tidak tampak benjolan
Abdomen : Ada pembesaran, linea alba/nigra, ada/tidak ada striae,
tidak ada bekas operasi sc
Genetalia : Tidak ada oedema, varises serta haemoroid, tampak
pengeluaran lebih darah, cairan ketuban
Anus : Tidak ada haemorroid
117
mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
5) Presentasi : Belakang Kepala
6) Denominator : UUK (Oksiput)
7) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/UUK kanan depan (ROA)
8) Hodge : Hodge I-III
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : >11 gr%
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr% selama
persalinan (Varney, 2015).
Sel darah putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ±5000-15.000 pada saat pembukaan
lengkap
Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma (Varney, 2015).
Albumin dan reduksi urine negative (Sulaiman,2011)
Pemeriksaan USG : Janin intrauterine
f. Data Rekam Medis
Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana
tindakan tersebut adalah validasi dari riwayat kesehatan sekarang yang
tertuang didalam catatan status klien (rekam medis). Tindakan tersebut
dilakukan sejak klien MRS hingga bertemu penkaji saat ini.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
120
d. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari
10 menit!
Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya
akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya aliran darah sirkulasi ibu ke
plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia
atau kekurangan oksigen pada janin.
Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan
terhadap proses persalinan (JNPK-KR,2008).
e. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya!
Rasional : Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk
memperlambat proses persalinan (Varney, 2015).
f. Ajarkan ibu melakukan teknik nafas dalam pada waktu his!
Rasional : Latihan napas dalam merupakan upaya relaksasi yang dapat
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri terutama saat terjadi
kontraksi (Varney, 2015).
g. Anjurkan ibu tetap mendapat asupan (makanan ringan dan minum)
selama persalinan dan proses kelahiran!
Rasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan/atau
membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-
KR, 2008).
h. Berikan KIE tentang proses persalinan normal!
Rasional : Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat
menggugah emosi. Dengan memberikan pengertian
tentang proses persalinan ibu akan berupaya mengatasi
gangguan emosionalnya (Varney, 2015).
i. Berikan support mental/dukungan psikologis pada ibu untuk
menghadapi proses persalinan!
Rasional : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu
selama proses persalinan (Enkin, 2010). Dengan adanya
123
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada retum/vaginanya
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
124
Inspeksi :
Abdomen : Tampak mengecil
Genetalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney, 2015).
Palpasi
Abdomen : Teraba uterus di tengah-tengah abdomen,teraba
membulat dan keras v
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : papah kala IV persalinan normal
Masalah : tidak ada UY U6uY L.Yk%55.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Diagnosis potensial : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : tidak ada
V. INTERVENSI
Lanjutkan intervensi asuhan persalinan normal:
b. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum!
Rasional : Merupakan deteksi dini adanya laserasi yang dapat
mengkibatkan perdarahan postpartum (JNPK-KR, 2008).
c. Lakukan penjahitan jika laserasi mengakibatkan perdarahan!
Rasional : Penjahitan dilakukan jika terdapat aserasi yang
mengakibatkan perdarahn aktif (JNPK-KR, 2008).
2) Ajarkan ibu melakukan masase uterus!
Rasional : Ibu dapat menilai kontrakssi rahimnya sendiri. Dengan
memberikan rangsangan taktil pada uterus dapat
mencegah terjadinya perubahan (JNPK-KR, 2008).
3) Estimasi jumlah perdarahan!
Rasional : Mengestimasi jumlah perdarahan diperlukan sebagai
bentuk deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan
postpartum,yaitu jumlah perdarahan >500ml (JNPK-KR,
133
2008).
4) Lakukan pemantauan kala IV!
Rasional : Deteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi
pascapersalinan (JNPK-KR, 2008).
5) Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan (pencegahan infeksi) pasca
persalinan!
Rasional : Prosedur pencegahan infeksi yang dilakukan dengan
23benar dapat mencegah terjadinya infeksi silang/infeksi
nosocomial (Doengoes, 2011).
6) Lengkapi partograf
Rasional : Pengisian partograf merupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan (JNPK-KR, 2008).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
3. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL (Prawirohardjo, 2014)
Umur /Tanggal Lahir : 0–28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
134
Nutrisi Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila pengisapan putting susu
cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI.
Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran 600–1000 ml) untuk
tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2008).
Eliminasi BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena intake minimal dan
metabolisme meningkat
Istrahat BBL tidur nyenyak: bayi jarang bergerak dan pernafasan lambat dan
teratur
BBL tidur dengan gerakan mata yang cepat (REM): bayi bernafas tidak
teratur dan meringis atau membuat ekspresi wajah lainnya serta gerakan
mata yang cepat dapat terlihat melalui kelopak mata
Pesonal BBL perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok BBL perlu di
Hygiene bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan perawatan tali pusat
yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney, 2015).
138
Aktivitas BBL mengeluarkan aktivitas motorik yang tidak jelas dan aktif menangis,
menangis disebabkan oleh letih, kolik, rasa tidak nyaman, lapar dan
kesepian
2015).
Ekstremitas : proposional; terdapat 10 jari tanpa selaput, jarak antar
jari sama, kuku: panjang melebihi bantalan kuku
(Varney, 2015).
Palpasi
Kepala : Tidak ada massa atau area yang lunak di tulang
tengkorak; Frontanel anterior terbuka sampai 12-18
bulan, berbentuk wajik, 5x4 cm sepanjang sutura
korona dan sutura sagital; Frontanel posterior
berbentuk segitiga, sangat kecil, 1x1 cm sepanjang
garis sutura lambdoidalis dan sagitalis; atau menutup
pada saat lahir (Varney, 2015).
Mata : Tidak teraba oedem; kelopak mata tanpa ptosis atau
edema (Varney, 2015).
Hidung : Tidak ada fraktur
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening
Toraks : Prosesus xifoideus ada; tulang iga tanpa massa
Abdomen : Abdomen lunak dan tidak nyeri tekan, tanpa massa
Genitalia : Perineum halus,
Anus : di tengah, paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking); tonus sfingter ani: ada (usapan ringan di
area anus mengakibatkan konstriksi sfingter) (Varney,
2015).
Ekstremitas : Tidak teraba oedema; Bantalan kuku: merah muda,
pengisian ulang kapiler cepat (3 detik), sama di kedua
sisi; lavikula: tanpa fraktur atau nyeri, simetris; nadi:
brakialis dan radialis kuat dan sama di kedua sisi,
sebanding dengan nadi femoralis (Varney, 2015).
Auskultasi
Dada : Suara napas jernih, sama di kedua sisi pada anterior
142
1.
Pola Keterangan
Nutrisi Cepat Lapar
Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu
peristaltik usus akan bekerja cepat yang
menyebabkan ibu pasca partum satu atau 2 jam
akan lebih mudah kelaparan (Varney, 2015).
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan pengurangan
volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3
hari post partum (Varney, 2015).
Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun
sehingga tonus otot seluruhnya berangsur pulih
kembali, tapi konstipasi mungkin tetapi terjadi
dan mengganggu hari-hari pertama post partum
147
(Varney, 2015).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin
membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan
cukup hal ini menyebabkan ibu lelah. Oleh
karena itu, ketika ibu memasuki masa nifas ibu
akan sering beristirahat (Ambarwati, 2016).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat
bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya
adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan
sering dan lebih terfokus kepada bayinya
(Ambarwati, 2016).
Personal Hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Kebiasaan
Seksualitas Dilakukan setelah 40 hari masa nifas
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak
budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa
waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,
148
2015).
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik
aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti
dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan,
maka aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap
(Dewi, 2011).
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg – 120/80 mmHg(Ambarwati,
2016).
Suhu badan : 24 jam postpartum suhu badan akan naik
sekitar (37,5-380C) sebagai akibat kerjakeras
waktu melahirkan dan kelelahan (Ambarwati,
2016).
Nadi : 60-80 x/mnt atau tidak lebih dari
100x/mnt.Denyut nadi normal orang dewasa
adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa
nifas adalah mengindikasikan adanya suatu
infeksi, (Ambarwati, 2016).
Pernafasan : 20-30 x/menit. Pernafasan harus berada
dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30 x/menit (Ambarwati, 2016).
Antropometri :
Tinggi Badan :Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan, 2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang :Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan antara
tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat
kegemukan (Tambunan, 2011).
LILA :
b. Riwayat Persalinan sekarang :
150
VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
bentuk SOAP.
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal
I. PENGKAJIAN
Data Subyektif
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Nama orang tua BBL (Prawirohardjo, 2014)
Umur /Tanggal Lahir : 0–28 hari
Bayi Baru Lahir adalah masa yang dimulai
ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan
156
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda vital :
Nadi : nadi apikal 120-160 dpm (115 dpm pada 4-6 jam,
meningkat sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah
kelahiran); dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur)
sampai 180 dpm (menangis)
Pernapasan : berkisar antara 40-60 kali/menit, suhu berkisar antara
36,5oC-37,5oC (Sitiatava, 2012).
Antropometri
159
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput succedeneum,
maupun cephal hematoma, kulit kepala tampak bersih
tidak tampak ada lesi, ubun-ubun datar, kontruksi
rambut tampak kuat, distribusi rambut tampak merata,
tekstur lembut, dan tampak bersih.
Wajah : tidak tampak oedem, wajah tidak tampak pucat.
Mata : simetris, bersih, konjungtiva tidak tampak pucat, sklera
tidak tampak kuning, tidak tampak perdarahan, tidak
tampak oedema pada kelopak mata, pupil kontriksi bila
160
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII.Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
168
Suku/ Bangsa :
Pendidikan : Tingkat pendidikan
tingkat pendidikan berpengaruh pada pola
pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2013)
Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya (Ambarwati,2010)
Alamat :
b. Keluhan utama :
Pada akseptor KB suntik 3 bulan ini mengatakan kepalanya pusing, rasa
berat ditengkuk dan mudah lelah (Pramono, 2008)
c. Riwayat Kesehatan Klien :
1) Riwayat Kesehatan yang lalu
a) Penyakit/ Kelainan Reproduksi :
Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya tidak
boleh mengunakan metode KB DMPA (Rusmini, dkk, 2017).
b) Penyakit Endokrin :
Diabetes mellistus tanpa komplikasi boleh menggunakan metode
DMPA (Rusmini, dkk, 2017).
c) Penyakit Infeksi :
DMPA tidak melindungi dari infeksi menular seksual
169
f. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N
o Suam An P BB
U Tmp Pen J Abnor Laktas Pen
. i Peny Jns nl / H M
k K t y K malitas i y
g PB
Nulipara dan yang telah memiliki anak, bahkan sudah memiliki banyak
anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, atau setelah mengalami
abortus boleh menggunakan Kontrasepsi DMPA (Rusmini dkk, 2017)
g. Riwayat Kontrasepsi
Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Jika
pernah kontrasepsi apakah yang pernah digunakan, berapa lama, mulai
menggunakan, kapan berhenti, keluhan pada saat ikut KB, alasan
berhenti KB (Hidayat, 2013)
170
Personal
Mandi 2x/hari , berganti pakaian 2-3 x/hari
Hygiene
Tanda Vital :
Tekanan darah tinggi >180/110 mmHg, atau diastolik > 90 mmHg
atau sistolik > 160 mmHg tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi
hormon metode kontrasepsi non hormonal merupakan pilihan yang
lebih baik (buku panduan praktis pelayanan KB hal : MK-31)
Nadi > 100x/menit merupakan keadaan yang perlu mendapatkan
perhatian dimana memungkinkan masalah yang mungkin terjadi
seperti serangan jantung atau bekuan darah di dalam paru.
Antropometri :
Berat badan sekarang : kenaikan atau penurunan BB sebanyak 1-
2 kg dapat terjadi pada pengguna DMPA
(Handayani, 2010)
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Tampak bersih, tidak tampak ketombe,rambut tampak
kuat, distribusi rambut tampak merata dan tekstur
rambut tampak lembut (Priharjo, 2013).
Wajah : Tidak tampak kloasma gravidarum, tidak tampak
odem, dan tidak tampak pucat (Tambunan, 2011)
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva tidak
tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran, tidak
tampak polip, tidak tampak peradangan (Tambunan,
2011)
Mulut : Tampak simetris, bibir tampak lembab, tidak tampak
caries dentis, tidak tampak stomatitis,geraham tampak
lengkap, lidah tampak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil (Tambunan, 2011)
Telinga : Tampak bersih, tidak ada pengeluaran/secret
(Tambunan,2011)
172
Palpasi
Kepala : Tidak teraba oedema/massa (Priharjo, 2009).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan kelejar getah bening (Priharjo, 2009).
Abdomen :
Ekstermitas :
Auskultasi
AAFP. 2019. Prevent Newborns Eye Infection With Antibiotic Ointment. Diakses
dari https://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20190130uspstfgon.
html
Amiruddin, R & Hasmi. 2014. Determinan kesehatan ibu dan Anak. Jakarta: TIM.
Bahiyatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Normal. Jakarta :
EGC.
Damayanti, I. P., Maita & Triana. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Deepublish
177
178
IDAI. 2021. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses
dari : https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-
idai-2020
Irwan, H., et al. 2019. Hubungan Antara Pekerjaan dan Usia Kehamilan Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahagia Makassar
2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia,3(2)
Kosim, MS.dkk. 2013. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Kusmiyati, Y. 2017. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Jakarta: EGC.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi & Kukuh, R. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2
Negara,K.S., et al. 2017. Buku Ajar Ketuban Pecah Dini. Denpasar : Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Nisa,I.S. 2022. Mengenal Fetal Non Stress test Pada Ibu Hamil. Diakses dari
http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/2474-
mengenal-fetal-non-stress-test-nst-pada-ibu-hamil
Rosa. 2012. Mirena IUD, Definisi, Cara Kerja, Kontra Indikasi, Efek Samping,
diakses dari :
http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296 924-
mirena-iud-definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdws
Rukiyah, A.Y. 2017. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.
Sharma,D. et al. 2019. Late Preterm : A New High RIska Group in Neonatology.
The Journal of Maternal Fetal & Neonatal Medicine.
https://doi.org/10.1080/14767058.2019.1670796
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi
Offset.
Varney, H., Jan, M. K., Carolyn,L.G.. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Vivian, N.L, Dewi, Sunarsih, T. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
LAMPIRAN
Lampiran 5. SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN (PENKES)
TANDA BAHAYA KEHAMILAN
DISUSUN OLEH :
NOOR MALA
NIM.P07224323076
TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA KEHAMILAN
A. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan, di harapkan ibu hamil trimester 3 terutama
ibu primigravida mengerti tentang tanda bahaya kehamilan.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan sasaran dapat :
1. Mengetahui tanda bahaya kehamilan
2. Mengetahui cara mencegah terjadinya bahaya kehamilan
3. Mengetahui tujuan dari informasi mengenai tanda bahaya kehamilan
C. Materi
1. Tanda Bahaya Kehamilan
2. Pencegahan terjadinya bahaya kehamilan
3. Tujuan mengetahui informasi dari tanda bahaya kehamilan
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
183
E. Media danAlat
1. Leaflet
2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
F. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1 2 menit Pembukaav Mengucapkan salam Menjawab salam
n v Memperkenalkan diri Memperhatikan
v Menyapa peserta Memperhatikan
v Membuat kontrak waktu Memperhatikan
2 5 menit Isi v Menjelaskan tentang Tanda Memperhatikan
Bahaya Kehamilan
v Menjelaskan tentang Pencegahan Memperhatikan
Tanda Bahaya Kehamilan
v Menjelaskan tentang Tujuan Memperhatikan
Mengetahui Tanda Bahaya Memperhatikan
Kehamilan
G. Evaluasi
1. Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan !
2. Sebutkan Tanda Bahaya Kehamilan ?
3. Jelaskan Tujuan Mengetahui Tanda Bahaya Kehamilan!
184
MATERI
TANDA BAHAYA KEHAMILAN
A. Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal,
yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2013). Menurut Kusmiyati dkk (2013),
kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu
melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil
B. Tanda Bahaya Kehamilan
1. Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala
adanya infeksi dalam kehamilan. Menurut SDKI (2012) penyebab
kematian ibu karena infeksi (11%). Penanganan demam antara lain
dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk
menurunkan suhu (Saifuddin, 2012). Demam dapat disebabkan oleh
infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen
ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan
timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat
terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi
selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2013).
2. Perdarahan Pervaginam
Dilihat dari SDKI (2012) penyebab kematian ibu dikarenakan
perdarahan (28%). Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tidak disertai
dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa.
185
DISUSUN OLEH :
NOOR MALA
NIM.P07224323076
D. Materi
1. Pengertian nutrisi pada ibu masa nifas
2. Fungsi gizi pada ibu masa nifas
3. Bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
4. Makanan yang harus dihindari ibu nifas
5. Dampak apabila ibu nifas kurang gizi
189
E. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
F. Media
1. Ceramah
2. Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan
6 Penutup
Memberikan pertanyaan akhir sebagai Menjawab
evaluasi
7 Menyimpulkan bersama-sama hasil Mendengarkan 3 menit
kegiatan pengajaran
8 Menutup pengajaran dan mengucapkan Menjawab salam
salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
b) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
c) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
2. Evaluasi Proses
a) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
b) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
c) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
d) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil
a) Sebutkan kembali pengertian dari nutrisi pada ibu nifas
b) Sebutkan Fungsi gizi pada ibu masa nifas
c) Sebutkan bentuk makanan gizi seimbang bagi ibu nifas
d) Sebutkan makanan yang harus dihindari ibu nifas
e) Sebutkan dampak apabila ibu nifas kurang gizi.
191
MATERI PENYULUHAN
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum (Pil zat besi
(sulfas/glukonas ferrosus) untuk menambah zat gizi.
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit, agar bisa memberikan
vitamin A kepada anaknya melalui ASI (Air Susu Ibu-nya).
perut bayi menjadi perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi
terkena iritasi.Pada umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka
akan dibuang melalui sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak
akan berbahaya. Akan tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem
pencernaan mereka belum bekerja dengan baik sehingga kelebihan
vitamin C akan tersimpan lama di dalam tubuh dan menimbulkan efek
negatif.Konsumsi vitamin C sewajarnya saja, sekitar 60 mg / hari, sesuai
kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi terlalu banyak, khawatir
berefek negatif untuk bayi.
5. Lemak Jenuh & Lemak Trans Makanan yang mengandung lemak jenuh
dan lemak trans akan dapat berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal
itu dikarenakan lemak jenuh dan lemak trans (trans fat) terbukti
menghambat produksi omega 3, yang sangat dibutuhkan oleh
perkembangan otak bayi. Hindari makanan gorengan yang memakai
minyak bekas karena mengandung lemak jenuh yang tinggi. Selain itu,
hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot dog karena
mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya.
6. Alkohol & Nikotin alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan
terkonsumsi oleh bayi.Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras)
dan nikotin (rokok) akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap
kedua hal tersebut. Hal ini akan membuat bayi pusing, lemah, sulit
bangun dan juga produksi ASI pun akan berkurang.
DISUSUN OLEH :
NOOR MALA
NIM.P07224323076
tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar
tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
b. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi
lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya
kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain.
Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.
Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir
yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
c. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu.
oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,
ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
d. Kebersihan vulva dan sekitarnya
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin
atau cuci menggunakan sabun.
200
DAFTAR PUSTAKA
www.lusa.web.id/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-kebersihan-diri
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/kebutuhan-dasar-ibu-nifas
DISUSUN OLEH :
NOOR MALA
NIM.P07224323076
202
C. Materi : Terlampir
D. Metode : 1. Ceramah
2. Diskusi dan Tanya Jawab
3.
203
E. Media : 1. Leaflet
2. Materi SAP
F. Kegiatan Penyuluhan
penyuluhan Merespon/mengulang
Melakukan evaluasi
sumatif Merespon/menjawab
Melakukan refleksi Menjawab
perasaan Ibu
Mengucapkan salam
penutup
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
Kelengkapan media-alat tersedia dan siap digunakan
Pelaksana siap melakukan penkes
2. Evaluasi proses :
Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu
Sasaran aktif dalam penkes
Sasaran mampu menjawab pertanyaan
Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap
3. Evaluasi hasil :
a. Peserta mengetahui pengertian ASI eksklusif
b. Peserta mengetahui manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
c. Peserta mengetahui cara menyusui yang benar
d. Peserta mengetahui cara penyimpanan ASI yang benar
e. Peserta mengetahui factor penyebab kegagalan pemberian ASI
eksklusif
205
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
NOOR MALA
NIM.P07224323076
209
210
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang perawatan tali pusat
selama 30 menit peserta penyuluhan mampu melakukan perawatan tali
pusat.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1. Menyebutkan pengertian perawatan tali pusat.
2. Menyebutkan tujuan perawatan tali pusat.
3. Menyebutkan alat dan bahan perawatan tali pusat.
4. Menyebutkan tanda-tanda infeksi tali pusat.
5. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tali
pusat.
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab.
E. Media
Leaflet
211
F. Kegiatan Penyuluhan
N KEGIATAN
WAKTU
O PENYULUH PESERTA
1. 2 Menit Pembukaan:
a. Salam pembukaan a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang d. Berpartisipasi aktif
akan diberikan
2. 10 Menit Pelaksanaan:
a. Menjelaskan a. Memperhatikan dan
tentang pengertian mendengarkan
perawatan tali pusat, penyuluh dengan
cermat
b. Menanyakan hal-hal
b. Menjelaskan tentang tujuan yang belum jelas
perawatan tali pusat c. Memperhatikan
c. Menjelaskan alat dan bahan penjelasan
untuk perawatan tali pusat d. Memperhatikan
d. Menjelaskan tanda-tanda penjelasan
infeksi tali pusat e. Memperhatikan
e. Menjelaskan hal yang perlu penjelasan
diperhatikan dalam
perawatan tali pusat f. Menanyakan hal
f. Memberikan kesempatan yang belum
untuk bertanya dimengerti
Evaluasi a. Menjawab
a. Menanyakan kepada peserta
212
Terminasi
a. Mengucapkan terima kasih a. Mendengarkan
atas partisipasi peserta
3. 3 menit b. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
penutup
G. Evaluasi
Pertanyaan:
1. Apa pengertian perawatan tali pusat?
2. Apa tujuan perawatan tali pusat?
3. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perawatan tali pusat?
4. Apa saja tanda-tanda infeksi tali pusat?
5. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan tali pusat.
213
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN TALI PUSAT
A. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi
baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering
dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan
mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin,
2009).
Pendapat lain mengatakan bahwa perawatan tali pusat adalah suatu
aktivitas pemeliharaan tali pusat sampai tali pusat mengering dan lepas
dengan spontan untuk menjaga kebersihan tali pusat dan mencegah
terjadinya infeksi pada potongan tali pusat yang tersisa pada bayi (Farrer,
2001).
Perawatan tali pusat bayi baru lahir merupakan hal yang penting dan
harus dilakukan dengan hati-hati karena sebelum puput memerlukan
perawatan ekstra. Tali pusat bayi baru lahir umumnya berwarna kebiruan
dan panjangnya 2,5 sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem plastik akan
dipasang pada potongan tali pusat untuk menghentikan perdarahan. Klem
tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum bayi pulang
dari rumah sakit atau dalam waktu 24-48 jam sesudah lahir. Tali pusat
biasanya kering dalam waktu 2 minggu sesudah lahir. Pada dasarnya, tali
pusat bisa dibiarkan terbuka atau tidak perlu ditutup kain kasa dan harus
dijaga agar selalu dalam keadaan kering. Yang penting selalu cuci tangan
dahulu sebelum melakukan perawatan tali pusat (Simkin dkk, 2009).
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa
ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang
tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan
dapat mengakibatkan kematian (Hidayat, 2008).
B. Tujuan
214
Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat,
yaitu:
1. Mencegah terjadinya infeksi.
Bila tali pusat basah, berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi,
harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus segera
diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat. Dimana infeksi
tali pusat pada bayi dapat menyebabkan sepsis, meningitis dantetanus.
Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan
perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip
perawatan kering dan bersih.
2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
3. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
4. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.
Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke
dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga
dapat mengakibatkan infeksi.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan tali
pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :
1. Air Hangat.
2. Kapas.
3. Sarung tangan steril.
D. Cara Perawatan Tali Pusat
Langkah-langkah cara merawat tali pusat pada bayi menurut Haws
(2008), yaitu :
1. Cuci tangan dengan sabun sampai bersih, keringkan dengan handuk
bersih.
2. Turunkan sedikit bagian atas popok agar tidak bersentuhan dengan tali
pusat.
215
3. Bersihkan tali pusat dan daerah sekitar tali pusat menggunakan kapas
yang dibasahi air hangat dengan lembut dan hati-hati.
4. Keringkan tali pusat
E. Waktu Perawatan Tali Pusat
Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut Sodikin
(2009), yaitu :
1. Sehabis mandi pagi atau sore
2. Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya
perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar
tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering. Tali pusat
harus selalu dilihat pada waktu mengganti popok sampai tali pusat
tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya sembuh (Sodikin, 2009).
F. Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat
Tanda-tanda infeksi pada tali pusat:
1. Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak.
2. Keluar cairan yang berbau dan bernanah.
3. Ada darah yang keluar terus menerus.
4. Kejang.
5. Bayi mengalami demam
G. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Tali Pusat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut
Sodikin (2009), yaitu :
3. Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena
dapat menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
4. Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih,
5. Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
6. Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
216
7. Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan.
8. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat.
217
Daftar Pustaka
Lampiran 6. Pretest-Posttest
219
220
221
222
223
224
225
Lampiran 7. Leaflet
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi