Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH APLIKASI DAN PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA


KEGAWATDARURATAN MATERNAL
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Pencatatan dan Pelaporan dalam Praktik Kebidanan”
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMESTER I
KELAS A

Disusun Oleh:
1. Gumyanti Nurjannati
2. Hilya Aeni Saeru Salik
3. Sarah Nur Fadhilah
4. Siti Hindun Nurjannah
5. Yuli Octapiani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN TASIKMALAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya serta hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan laporan mata kuliah Pencatatan dan Pelaporan dalam Praktik
Kebidanan dengan judul “Aplikasi dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
pada Kegawatdaruratan Maternal”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Pencatatan dan
Pelaporan dalam Praktik Kebidanan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:

1. Dr. Meti Widiya L, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Tasikmalaya.
2. Yulia Herliani, SST, M.Keb selaku dosen koordinator mata kuliah Pencatatan
dan Pelaporan dalam Praktik Kebidanan.
3. Etin Rohmatin, SST, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Pencatatan dan
Pelaporan dalam Praktik Kebidanan.
4. Siti Saadah Mardiah, S.SiT, MPH, selaku dosen mata kuliah Pencatatan dan
Pelaporan dalam Praktik Kebidanan
5. Seluruh teman seperjuangan mahasiswi D IV Kebidanan Tasikmalaya atas
dukungan dan dorongannya.
Penulis menyadari bahwa makalah masih belum sempurna, Penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah. Akhirnya semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk penulis, umumnya untuk
para pembaca.

Tasikmalaya, 10 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................................................
BAB I .....................................................................................................................................................
PENDAHULUAN .................................................................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Penyusunan Laporan ........................................................................2
D. Manfaat Penyusunan Laporan .....................................................................3
BAB II ....................................................................................................................................................
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................
A. Konsep Dasar Komunikasi ...........................................................................4
1. Pengertian Dokumentasi ......................................................................4
2. Tujuan Dan Fungsi Dokumentasi ........................................................5
3. Prinsip-Prinsip Dokumentasi ...............................................................7
4. Metode Dokumentasi Subjektif, Objektif, Analysis, Planning (SOAP)
......................................................................................................................9
5. Tujuan Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney ................10
6. Standar Asuhan Kebidanan ................................................................12
B. Kegawatdaruratan Maternal .......................................................................15
1. Pengertian Kegawatdaruratan Maternal ............................................15
2. Cara Mencegah Kegawatdaruratan ....................................................16
3. Cara Merespon Kegawatdaruratan ....................................................16
4. Penatalaksanaan Awal Terhadap Kasus Kegawatdaruratan Maternal
....................................................................................................................17
5. Pengkajian Awal Kasus Kegawatdaruratan Maternal Secara Cepat ..17
6. Peran Bidan Pada Kegawatdaruratan Kebidanan ..............................18
7. Kasus Kegawatdaruratan Maternal ....................................................19
BAB III ..................................................................................................................................................
PENUTUP .............................................................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................27
B. Saran ...........................................................................................................27

ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara


tiba-tiba, sering kali merupakan kejadian yang berbahaya. Kegawatdaruratan
dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera
guna menyelamatkan jiwa/nyawa.

Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang


mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan
dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Kasus gawat
darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu janin dan bayi baru lahir. Masalah kedaruratan selama kehamilan
dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau
bedah yang timbul secara bersamaan.

Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu


pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan.
Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respons time)
dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita
yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga
diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera.

Kegawatdaruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses


kehamilan, persalinan merupakan masa nifas. Sebelum Anda melakukan
deteksi terhadap kegawatdaruratan maternal, maka perlu mengetahui apa saja
penyebab kematian ibu.

1
Penyebab kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab langsung
seperti toksemia gravidarum, perdarahan, dan infeksi harus segera ditangani
oleh tenaga kesehatan. Oleh karena penyebab terbanyak kematian ibu
preeklamsia/eklamsia maka pada pemeriksaan antenatal nantinya harus lebih
seksama dan terencana persalinannya. Dengan asuhan antenatal yang sesuai,
mayoritas kasus dapat dideteksi secara dini dan minoritas kasus ditemukan
secara tidak sengaja sebagai pre eklamsia berat.

Skrining bertujuan mengidentifikasi anggota populasi yang tampak


sehat yang memiliki risiko signifikan menderita penyakit tertentu. Syarat suatu
skrining adalah murah dan mudah dikerjakan. Akan tetapi, skrining hanya
dapat menunjukkan risiko terhadap suatu penyakit tertentu dan tidak
mengkonfirmasi adanya penyakit.

Berdasarkan permasalahan diatas penyusun tertarik untuk membahas


terkait apa saja contoh kasus kegawatdaruratan maternal, sehingga perlu upaya
untuk mencegah kasus tersebut

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Kegawatdaruratan
Maternal dan Bagaimana cara mengaplikasikan nya dalam bentuk
dokumentasi?”
C. Tujuan Penyusunan Laporan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan
maternal dan mampu mengaplikasikan nya dalam bentuk dokumentasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan tersebut penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian data subjektif terfokus asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan maternal.
b. Melakukan pengkajian data objektif terfokus asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan maternal.

2
c. Membuat analisis dan kebutuhan berdasarkan pengkajian data subjektif
dan objektif terfokus asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan
maternal.
d. Melakukan Penatalaksanaan secara tepat dan sesuai kebutuhan terfokus
asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal.
e. Mampu melakukan evaluasi asuhan terkait asuhan kebidanan pada
terfokus asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal.
D. Manfaat Penyusunan Laporan
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya bagi
mahasiswa dan umumnya bagi pembaca lainnya dalam memberikan
asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
selama perkuliahan pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan maternal.
b. Bagi Institusi
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
menilai mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan selama perkuliahan pada pelaksanaan asuhan kebidanan
pada kegawatdaruratan maternal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Dokumentasi


1. Pengertian Dokumentasi

Dalam bukunya Wildan dan Hidayat (2009) menyatakan bahwa secara


umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang
dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sementara itu, sumber lain oleh
Fauziah, Afroh, & Sudarti (2010), menjelaskan bahwa dokumentasi berasal
dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan
maupun rekaman lainnya seperti dengan pita suara/cassete, vidio, film, gambar,
dan foto. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dokumentasi adalah
surat yang tertulis/tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan (seperti
akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya). Dokumen dalam
Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi (offical) dengan
tulisan di atasnya. Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan
informasi data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan. Secara
umum dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua
surat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan


pelaporan yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan
merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses
asuhan kebidanan) Muslihatun, Mudlilah, Setyawati, 2009). Dokumentasi
kebidanan juga diartikan sebagai bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan
komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam

4
melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan bidan sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


Dokumentasi Kebidanan adalah proses pencacatan dan penyimpanan data-data
yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan asuhan kebidanan dan pelayanan
kebidanan. Untuk memperjelas perbedaan arti antara istilah asuhan kebidanan
dengan pelayanan kebidanan, maka akan kita bahas sebagai berikut. Asuhan
kebidanan diartikan sebagai asuhan kebidanan yang diberikan kepada
individu/satu klien. Contohnya yaituasuhan kebidanan pada ibu hamil. Dalam
hal ini bidan melakukan asuhan kebidanan pada satu ibu hamil. Sedangkan
yang dimaksud dengan pelayanan kebidanan adalah asuhan kebidanan yang
dilakukan oleh bidan kepada sekelompok invidividu atau kepada masyarakat.
Contohnya yaitu asuhan kebidanan yang diberikan kepada sekelompok ibu ibu
hamil seperti penyuluhan kepada sekelompok ibu PKK.

Isi dan kegiatan dokumentasi apabila diterapkan dalam asuhan kebidanan


meliputi beberapa hal sebagai berikut.

a. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk


menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode
tertentu.
b. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang diperhitungkan
melalui gambaran, catatan/dokumentasi.
c. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan kebidanan.
d. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan kebidanan.
e. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan perawatan
pada pasien yang hampir meninggal dunia.

2. Tujuan Dan Fungsi Dokumentasi


Fungsi pentingnya melakukan dokumentasi kebidanan meliputi dua hal
berikut ini.

5
a. Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan bidan.
b. Sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan terhadapanya.
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat
berguna untuk beberapa hal berikut ini.
1. Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan.
a. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, atau tindakan yang mungkin
tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.
b. Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya karena
dengan pendokumentasian, bidan tidak banyak menghabiskan waktu
untuk berkomunikasi secara oral.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.
3. Sebagai informasi statistik.
4. Sebagai sarana pendidikan.
5. Sebagai sumber data penelitian.
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan.
7. Sebagai sumber data asuhan kebidanan berkelanjutan.
8. Untuk menetapkan prosedur dan standar.
9. Untuk mencatat.
10. Untuk memberi instruksi.
Selanjutnya, tujuan dari dilakukannya dokumentasi kebidanan menurut
Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010) meliputi dua hal berikut ini.
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan
klien, merencanakan, melaksanakan tindakan, mengevaluasi tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.
Terkait penelitian, keuangan, hukum, dan etika, dokumentasi memiliki
tujuan sebagaiberikut.
a. Bukti kualitas asuhan kebidanan.
b. Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien.
c. Informasi terhadap perlindungan individu.

6
d. Bukti aplikasi standar praktik kebidanan.
e. Sumber informasi statistik untuk standar dan riset kebidanan.
f. Pengurangan biaya informasi.
g. Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.
h. Komunikasi konsep risiko tindakan kebidanan.
i. Informasi untuk mahasiswa.
j. Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab etik.
k. Mempertahankan kerahasiaan informasi klien.
l. Suatu data keuangan yang sesuai.
m. Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang.
Pentingnya pengetahuan bidan tentang unsur-unsur manajemen yaitu:
a. Penurunan AKI dan peningkatan kesh. Ibu dan anak dibutuhkan
profesionalisme kebidanan sehingga merujuk pada sebuah konsep dimana
bidan harus mampu membuat sebuah perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan kebidanan yang berkualitas.
b. Dibutuhkan bidan yang mampu mengorganisir pelaksanaan manajemen
kebidanan baik secara individu maupun kelompok.
c. Dengan penerapan manajemen yang baik, diharapkan tercapainya tujuan
dari penyelenggaraan kesehatan.

3. Prinsip – Prinsip Dokumentasi


Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wildan dan Hidayat (2009),
prinsip-prinsip pendokumentasian harus memenuhi prinsip lengkap, teliti,
berdasarkan fakta, logis dan dapat dibaca. Masing-masing prinsip tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Lengkap
Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip
lengkap. Prinsip lengkap di sini berarti:
a. Mencatat semua pelayanan kesehatan yang diberikan.
b. Catatan kebidanan terdiri dari semua tahap proses kebidanan.
c. Mencatat tanggapan bidan/perawat.

7
d. Mencatat tanggapan pasien.
e. Mencatat alasan pasien dirawat.
f. Mencatat kunjungan dokter.
2. Teliti
Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip
teliti. Prinsip teliti meliputi:
a. Mencatat setiap ada perubahan rencana kebidanan.
b. Mencatat pelayanan kesehatan.
c. Mencatat pada lembar/bagan yang telah ditentukan.
d. Mencantumkan tanda tangan/paraf bidan.
e. Setiap kesalahan dikoreksi dengan baik.
f. Catatan hasil pemeriksaan ada kesesuaian dengan hasil
laboratorium/instruksi dokter.
3. Berdasarkan fakta
Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip
berdasarkan fakta. Prinsip berdasarkan fakta mencakup hal berikut ini:
a. Mencatat fakta daripada pendapat.
b. Mencatat informasi yang berhubungandalam bagan/laboratorium.
c. Menggunakan bahasa aktif.
4. Logis
Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip
logis. Prinsip logis meliputi:
a. Jelas dan logis.
b. Catatan secara kronologis.
c. Mencantumkan nama dan nomor register pada setiap lembar.
d. Penulisan dimulai dengan huruf besar.
e. Setiap penulisan data memiliki identitas dan waktu (jam, hari, tanggal,
bulan dan tahun).
5. Dapat dibaca
Maksudnya bahwa ketika mendokumentasikan data harus memenuhi prinsip
dapat dibaca. Prinsip dapat dibaca meliputi:

8
a. Tulisan dapat dibaca.
b. Bebas dari catatan dan koreksi.
c. Menggunakan tinta.
d. Menggunakan singkatan/istilah yang lazim digunakan.

4. Metode Dokumentasi Subjektif, Objektif, Analysis, Planning (SOAP)


Saat ini kita memasuki metode dokumentasi yang terakhir yang akan kita
pelajari yaitu metode SOAP. Mungkin sebagain besar dari Anda sudah familiar
dengan metode dokumentasi ini karena metode ini lebih umum dan lebih sering
digunakan dalam pendokumentasian layanan kebidanan.
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif,
A adalah analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi yang
sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah yang
dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode SOAP
adalah sama dengan metode dokumntasi yang lain seperti yang telah dijelaskan
diatas. Sekarang kita akan membahas satu persatu langkah metode SOAP.
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data
dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan
menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

9
3. Analysis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan
pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun
data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.
Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan
data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah
melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,
masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraanya.

5. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney


Terdapat 7 langkah manajemen kebidanna menurut Varney yang meliputi
langkah I pengumpuan data dasar, langkah II interpretasi data dasar, langkah
III mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, langkah IV identifikasi
kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan
asuhan yang menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan langkah
VII evaluasi.
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

10
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kata “masalah dan diagnose” keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
kebidanan terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan
adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien, baik klien
tahu ataupun tidak tahu.
c. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan
asuhan yang aman.
d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan
aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

11
g. Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam
masalah dan diagnosa.

6. Standar Asuhan Kebidanan


Standar Asuhan Kebidanan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan. Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.
STANDAR I: Pengkajian.
1) Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Kriteria Pengkajian.
a. Data tepat, akurat dan lengkap.
b. Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya).
c. Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan pemeriksaan
penunjang).

STANDAR II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.


1) Pernyataan Standar.
Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan masalah kebidanan yang tepat.

12
2) Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan.
a) Diagnoa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi,
dan rujukan.

STANDAR III: Perencanaan.


a. Pernyataan Standar.
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
b. Kriteria Perencanaan.
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada.

STANDAR IV: Implementasi.


a. Pernyataan Standar.
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
b. Kriteria Implementasi.
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.

13
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan
atau keluarganya (inform consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privacy klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10)Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

STANDAR V: Evaluasi.
a. Pernyataan Standar.
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria Evaluasi.
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien.
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau
keluarga.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

STANDAR VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan.


a. Pernyataan Standar.
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan.

14
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia (Rekam Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA).
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
3) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa.
4) O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
5) A adalah hasil analisis, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

B. KEGAWATDARURATAN MATERNAL
1. Pengertian Kegawatdaruratan Maternal
Gawat adalah mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa pasien. Jadi gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa
yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan
kematian pasien (Hutabarat & Putra, 2016). Keadaan darurat juga dapat
didefinisikan sebagai situasi serius dan terkadang berbahaya yang terjadi secara
tiba-tiba dan tidak terduga serta membutuhkan tindakan segera untuk
menyelamatkan nyawa (Campbell, 2000).
Kegawatdaruratan dalam obstetri adalah suatu keadaan atau penyakit
yang menimpa seorang wanita hamil atau 20 dalam persalinan atau akibat
komplikasi dari kehamilan atau persalinan yang mengancam nyawa ibu
tersebut dan atau bayi dalam kandungannya apabila tidak secepatnya mendapat
tindakan yang tepat (Krisanty, 2011). Kegawatdaruratan obstetrik adalah suatu
keadaan yang datangnya tidak diharapkan, mengancam nyawa sehingga perlu
penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas maupun
mortalitas. Kedaruratan Obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam
jiwa yang terjadi selama kehamilan atau selama dan setelah persalinan dan
persalinan. Ada beberapa penyakit dan gangguan selama kehamilan yang

15
mengancam keselamatan ibu dan anak (Chamberlain dkk, 1999).
Kegawatdaruratan Obstetri adalah peristiwa kelahiran yang jika tidak segera
ditangani akan mengakibatkan kematian ibu dan janin. Peristiwa ini merupakan
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi (Saifuddin, 2002).
Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah
penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat,
sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena
waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara
sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan
urutan ABC, yaitu :
a. A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan
b. B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
c. C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah

2. Cara Mencegah Kegawatdaruratan


Cara mencegah terjadinya kegawatdaruratan adalah dengan melakukan
perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan
pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/klien.

3. Cara Merespon Kegawatdaruratan


Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui
peran mereka dan bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk berespon
terhadap kegawatdaruratan secara paling efektif. Anggota tim seharusnya
mengetahui situasi klinik dan diagnosa medis, juga tindakan yang harus
dilakukannya. Selain itu juga harus memahami obat-obatan dan
penggunaannya, juga cara pemberian dan efek samping obat tersebut. Anggota
tim seharusnya mengetahui peralatan emergensi dan dapat menjalankan atau
memfungsikannya dengan baik.

16
4. Penatalaksanaan Awal Terhadap Kasus Kegawatdaruratan Maternal
Petugas kesehatan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan
membiarkan ibu sendirian tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain,
berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu tidak 22 sadar, lakukan
pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika dicurigai
adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan
bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak
bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan
dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan yang
keluar.

5. Pengkajian Awal Kasus Kegawatdaruratan Maternal Secara Cepat


a. Jalan nafas dan pernafasan
Perhatikan adanya sianosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit:
adakah pucat, suara paru: adakah wheezing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji
kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit dan lemah), tekanan darah
(rendah, sistolik < 90 mmHg).
b. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu sedang hamil, usia
kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang, bagaimana proses
kelahiran plasenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, placenta
tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah
penuh).
c. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa:
tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC)
d. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa
temperatur (lebih dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru

17
(pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen),
payudara bengkak.
e. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan
darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit)
temperatur (lebih dari 38oC), uterus (status kehamilan).
f. Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala,
pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.

6. Peran Bidan Pada Kegawatdaruratan Kebidanan


Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan,
pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan pada
persalinan, ibu post partum serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari
kehamilan dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang tepat
termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat. Pengenalan dan
penanganan kasus kasus yang gawat seharusnya mendapat prioritas utama
dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka kematian ibu,
walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan.
Dalam kegawatdaruratan, peran anda sebagai bidan antara lain:
1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
dengan :
a. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi
dan sirkulasi
b. Menghentikan perdarahan
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Mengatasi nyeri dan kegelisahan
3. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:

18
a. Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan
panas pada bayi
b. Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c. Menyiapkan alat pelindung diri
d. Menyiapkan obat obatan emergensi
4. Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:
a. Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang
berkesinambungan. Peran organisasi sangat penting didalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
keahlian
b. Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu
dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe
motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain lainnya.

7. Kasus Kegawatdaruratan Maternal


Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal diantaranya sebagai berikut :
a. Kehamilan Muda :
1) Abortus
2) KET
3) Mola Hidatidosa
b. Asuhan Kehamilan Lanjut
1) Asuhan Perdarahan ante partum :
 Solutio Plasenta
 Plasenta Previa
2) Asuhan Pre Eklamsia/Eklamsia
3) Asuhan dengan kehamilan ganda
4) Asuhan dengan kelainan dalam lamanya kehamilan
 Prematur
 Postmatur
 IUGR
5) Asuhan dengan kelainan air ketuban

19
 KPSW
 Polihidramnion
 Oligohidramnion
c. Syok obstetric

20
21
22
23
24
25
26
27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi
data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan. Secara umum
dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli
yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan
yang di miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna
untuk kepentingan Klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis dengan tanggung jawab bidan.

Gawat adalah mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu


mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa pasien. Jadi gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa
yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan
kematian pasien (Hutabarat & Putra, 2016). Kegawatdaruratan obstetrik adalah
suatu keadaan yang datangnya tidak diharapkan, mengancam nyawa sehingga
perlu penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas maupun
mortalitas. Kedaruratan Obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam
jiwa yang terjadi selama kehamilan atau selama dan setelah persalinan dan
persalinan.

B. Saran
Penyusunan tentang aplikasi dan pendokumentasian asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal ini perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan
selanjutnya pada aspek yang belum disusun. Oleh karena itu, perlu adanya
penyusunan yang jauh lebih lengkap dan sistematis untuk menunjang landasan
dan konteks nilai agar lebih dipahami oleh pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dian Permatasari, R. I. (2015). Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan


Neonatal. Sumenep.
Didien Ika Setyarini, S. (2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta Selatan.
Meidya, A. (2016). Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. 76.
Sih Rini Handayani, T. S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Selatan.

iii

Anda mungkin juga menyukai