Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti
2. dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM.,MARS selaku Direktur RSUD Provinsi NTB
yang telah memberikan ijin dan fasilitas untuk melakukan penelitian di rumah
sakit tersebut.
4. Nenik Kurniawati, S.Kep., Ners selaku Kepala Ruang NICU RSUD Provinsi
ruang NICU, serta perawat di ruang NICU yang telah membantu dalam proses
vi
5. Kusniyati Utami, Ners.,M.Kep. selaku pembimbing I yang juga telah
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
7. Semua Staf pengajar dan tata usaha STIKES YARSI Mataram yang telah
Semoga Tuhan Yang Maha membalas kemurahan hati dan budi baik
Penulis
vii
INTISARI
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. BBLR merupakan salah satu
penyebab angka kematian bayi baru lahir, termasuk di Indonesia, sebesar 13,37%
belum tertangani (RSUDP NTB, 2016). Perawatan metode kanguru dapat
mempertahankan suhu tubuh bayi BBLR yang rentan mengalami penurunan suhu
tubuh. Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan dengan
penerapan metode kanguru dalam mempertahankan termoregulasi pada BBLR di
Ruang NICU RSUD Provinsi NTB. Desain penelitian yang digunakan adalah
desain studi kasus pada 1 pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi BBLR
mengalami ketidakefektifan termoregulasi (suhu tubuh). Kesimpulan penelitian
ini adalah penerapan metode kanguru dapat mempertahankan suhu tubuh
(termoregulasi) pada bayi BBLR. Saran kepada rumah sakit diharapkan rumah
sakit menyediakan fasilitas yang menunjang pada pelaksanaan metode kanguru
seperti kain panjang dan baju kanguru.
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
INTISARI ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Studi Kasus ..................................................................... 4
1.4.1 Masyarakat ....................................................................... 4
1.4.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan 4
1.4.3 Bagi Penulis ...................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
angka kematian bayi (Maryumi, 2013). Salah satu penyebab angka kematian
bayi yaitu bayi lahir dengan asfiksia, hiperbilirubin, SIDS, dan BBLR. World
Health Organization (WHO) menyatakan hampir semua (98%) dari lima juta
rendah. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini
(0-7 hari), yang umumnya dikarenakan Bayi Berat Lahir Rendah kurang dari
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan (Atikah, 2010). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi
yang memiliki berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir tanpa
memandang usia gestasi (Syaifudin, 2011). BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (Intra Uterine
faktor antara lain faktor ibu yang melahirkan pada usia dini, hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan, berat badan ibu yang rendah, kehamilan
salah satu faktor melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Moelock,
1
2016). Hasil penelitian (Suryati, 2014) menyebutkan bahwa salah satu faktor
penyebab bayi BBLR pada ibu yang melahirkan usia < 20 tahun.
pada tahun 2016 di provinsi NTB sebesar 86,47%, hal tersebut diartikan
termasuk penanganan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
kematian bayi. Bayi yang ditimbang pada tahun 2016 sebanyak 102.759 bayi,
didapatkan 4.072 bayi atau 3,96% adalah bayi lahir dengan BBLR. Angka
Utara sebanyak 7,0 % terjadi BBLR pada tahun 2016 (Dikes Provinsi NTB,
2016).
Bayi dengan BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas dan menjadi
(2014) menyatakan bahwa bayi baru lahir dengan berat badan lahir
1.137±257,6 gram dan umur gestasi 29,5±2,0 minggu memiliki suhu rata-rata
35,8±0,6˚C. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi dengan berat badan lahir
2014). Bayi hipotermia adalah bayi yang memiliki suhu tubuh kurang dari
2
36,5 ˚C. Hipotermia pada bayi baru lahir merupakan penurunan suhu tubuh
bayi kurang dari 36,5°C. Untuk suhu tubuh normal pada bayi baru lahir adalah
inkubator untuk bayi BBLR adalah dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan
Tidak ada ketentuan berapa lama perawatan bayi BBLR di dalam inkubator,
metode kanguru. Kanguru Mother Care adalah perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Metode kanguru ini ditemukan
pada tahun 1983. Keunggulan metode ini bayi mendapatkan sumber panas
Meningkatkan bonding antara ibu dan anak (Atikah & Cahyo, 2010).
yang dinilai efektif adalah asuhan kontak kulit dengan kulit/ skin to skin
dengan metode kanguru (kangaroo mother care). Hasil ini didukung oleh
pendapat Sri et al. (2014) menemukan belum ada pengaruh perawatan metode
Lahir Rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2014) menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada observasi suhu tubuh bayi,
3
frekuensi jantung, frekuensi nafas dan saturasi oksigen bayi Berat Badan Lahir
perawatan metode kanguru pada bayi BBLR. Oleh karena itu penulis tertarik
pada BBLR ?
1.4.1 Masyarakat
keperawatan
4
1.4.3 Penulis
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
Cahyo, 2010). Bayi Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru Sofian,
2012).
Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram, bayi berat badan lahir rendah dapat terjadi pada kehamilan
2.1.2 Klasifikasi
6
Klasifikasi BBLR dapat dikelompokkan sebagai berikut (Atikah
gram.
2.1.3 Etiologi
dapat terjadi.
7
Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum
1. Faktor ibu
a. Penyakit :
dan ginjal).
HIV/AIDS, TORCH.
b. Ibu
tahun)
5) Ibu perokok
rendah
8
2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
2. Faktor janin :
a. Kelainan kromosom
c. Radiasi
d. Kehamilan ganda/kembar
3. Faktor plasenta
(hidramnion)
d. Plasenta lepas
e. Tumor
4. Faktor lingkungan
b. Terkena radiasi
9
1. BBLR tipe bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK), disebabkan oleh :
a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
hemorrhage)
10
8. Genetalia belum sempurna labia minora belum tertutup oleh
lemah
10. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
2.1.5 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
11
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi
12
2.1.6 Patways
BBLR
Peningkatan kerja
Kurangnya kemampuan
nafas Peningkatan Resiko infeksi
untuk mencerna
kebutuhan
makanan
kalori
Pola nafas tidak
Reflek menghisap dan menelan efektif Sistem termoregulasi
lemah belum berkembang yang imatur
dengan baik
Hipotermi
Defisit nutrisi
13
MRS
Hospitalisasi Family Center Problem
Defisit Ansietas
Nyeri dan Ansietas Pengetahuan
Injury
Gambar 2.1 Pathway BBLR modifikasi Mitayani, 2009, Wong, 2008, Nelson,
2010, Proverawati dan Ismawati, 2010, SDKI, 2016
14
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
atau maturitas
(normal : 33-38%)
pernafasan.
antara lain :
b. Pada Bayi Berat Lahir Rendah kadar gula darah 40 mg/dl hal ini
mencukupi (hipoglikemi).
pada awalnya.
15
8. Tes kocok/shake test :
Interprestasi :
2.1.8 Penatalaksanaan
dilaksanakan sesuai dengan berat lahir dan umur bayi. Berat lahir
dan umur bayi akan menentukan suhu yang harus di set dalam
inkubator.
16
Tabel : 2.1 Indikasi Penggunaan Inkubator (Anik, 2013)
BERAT SUHU INKUBATOR (OC) MENURUT UMUR
LAHIR 35oC 34 oC 33 oC 32 oC
<1500 g 1-10 hari 11 hari- 3 3-5 minggu >5 minggu
minggu
1500-2000 g 1-10 hari 11 hari –4 >4 minggu
minggu
2100 – 2500 g 1-2 hari 3 hari – 3 >3 minggu
minggu
>2500 g 1-2 hari > 2 hari
dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit
ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat. Keunggulan metode ini
berikut:
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat
17
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
3. Pencegahan Infeksi
18
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
4. Penimbangan Ketat
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab
5. Ikterus
warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus
6. Pernapasan
Pada penyakit ini tanda- tanda gawat pernapasan selalu ada dalam 4
pernapasan.
7. Hipoglikemi
19
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
2. Hipoglikemi Simptomatik
pernafasan berikutnya.
4. Asfiksia Neonatorum
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
20
5. Hiperbilirubinemia (Gangguan Pertumbuhan Hati)
berwarna kuning.
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas / Biodata
21
Biasanya kejadian kasus BBLR pada sosial ekonomi keluarga
yang rendah.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama : Berat badan < 2500 gram, suhu tubuh kurang
penyakit, kurangnya gizi ibu pada saat hamil, ibu yang memiliki
22
penyakit, kurangnya gizi ibu pada saat hamil, ibu yang memiliki
kembar.
1) Antenatal
ibu.
2) Natal
3) Post natal
f. Riwayat Imunisasi
dasar yaitu Hb 0.
23
g. Riwayat Perkembangan
sikap tubuh.
a. Pertumbuhan
2012). Pada bayi BBLR memiliki berat badan kurang dari 2500
gram.
24
b. Perkembangan
4. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
per hari dan BAB 3-4 kali per hari. Warna BAK yang baik
25
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal,
pernafasan (RDS).
d. Pola Istirahat dan tidur : biasa bayi BBLR lebih banyak tidur
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
c. Antropometri
(LILA) : < 11 cm
26
d. Tanda-tanda vital
C.
sianosis
ikterus.
27
kebiruan, tidak ada platum. Membran
mukosa pucat.
memorata.
28
tertutup oleh labia mayora, klitolis
bayi laki-laki)
f. Pemeriksaan refleks
menggerakan ekstremitasnya.
baik
dengan lemah.
ekstremitasnya.
29
6) Menangis : Kemungkinan terjadi pada bayi BBLR
ekstremitasnya
6. Pemeriksaan Penunjang
Ht (normal : 33-38%).
antara lain :
30
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon
2013).
1. Analisa Data
(Potter,2013).
31
No. Symptom Etiologi Problem
transparan dan tipis Sistem termoregulasi
imatur
3. Data Subyektif : Organ pencernaan imatur Defisit nutrisi
1) -
Data Obyektif :
1) Reflek menelan dan Peristaltik belum
menghisap lemah sempurna
2) Berat badan <
3) PB < 45 cm,
4) LD < 30 cm, Kurangnya kemampuan
5) LK < 33 cm untuk mencerna
6) Lila < 11 cm
7) Bising usus 8x/menit
8) Membran mukosa Reflek menghisap dan
pucat menelan lemah
9) Turgor kulit >2 detik
4. Data Subyektif : Sistem imun imatur Resiko infeksi
1) -
Data Obyektif :
1) Adanya kemerahan Penurunan daya tahan
di sekitar tali pusat tubuh
2) BB < 2500 gram
3) PB < 45 cm,
4) LD < 30 cm, Malnutrisi
5) LK < 33 cm
6) Lila < 11 cm
7) Hb kurang dari 12 gr/
dL
32
dikurnpulkan sebelumnya ke dalam identifikasi yang spesifik
akan mengatakan anaknya lemah Suhu tubuh < 36,5 ˚C, kulit
menelan dan menghisap lemah, berat badan < 2500 gr, PB <
45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, Lila < 11 cm, bising usus
33
yang ditandai dengan ibu klien mengatakan cemas dengan
100x/mnt.
2.2.3 Perencanaan
antara lain :
keperawatan.
2. Menentukan tujuan
34
Dalam menentukan tujuan digambarkan kondisi yang
ganda).
ilmiah).
36
Diagnosa
Tujuan dan kriteria
No. kepera Intervensi Rasional
hasil
watan
untuk secara berangur mengalami penurunan
meningkatkan durasi suhu dan meningkatkan
waktu untuk pada setiap kotak antara bayi dan
kontak kulit dengan ibu.
kulit, yang akhirnya
dilakukan terus menerus.
12. Dukung orang tua untuk 12. Membantu orang tua
terus melakukan kontak untuk meningkatkan
kulit ke kulit pada saat suhu bayi ketika di
sudah di rumah. rumah.
13. Observasi adanya 13. Memantau reaksi bayi
sianosis. apakah mengalami
komplikasi.
3. Defisit Setelah dilakukan 1. Observasi intake dan 1. Mengetahui intake dan
nutrisi Tindakan keperawatan output. output pada bayi
selama 3x24 jam 2. Observasi reflek hisap 2. Memantau
diharapkan Tujuan : dan menelan. perkembangan reflek
Nutrisi dapat terpenuhi hisap dan menelan pada
Kriteria hasil: bayi membantu dalam
1. Reflek hisap dan pemberian asi
menelan baik, 3. Beri minum sesuai 3. Mengobservasi
tidak Muntah program kemampuan bayi untuk
2. Perut tidak minum dan melatih
Kembung reflek hisap dan menelan
3. BAB lancar bayi.
4. Berat badan 4. Pasang NGT bila reflek 4. Mengantisipasi apabila
meningkat 15 menghisap dan menelan bayi kemampuan reflek
gr/hr tidak ada. hisap menurun
5. Turgor elastis 5. Monitor tanda-tanda 5. Mengetahui keadaan
intoleransi terhadap reaksi tubuh bayi dalam
nutrisi parenteral. pemberian nutrisi
parental
6. Kaji kesiapan untuk 6. Memantau reflek hisap
pemberian nutrisi enteral dan reflek menelan paa
bayi untuk kelangsungan
pemberian nutrisi
7. Kaji kesiapan ibu untuk 7. Memantau kesiapan ibu
menyusui. untuk menyusui bayinya
secara langsung
8. Timbang BB setiap hari. 8. Memantau
perkembangan berat
badan bayi
4. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda infeksi. 1. Mencegah risiko infekai
infeksi Tindakan keperawatan 2. Isolasi bayi dengan bayi 2. Meminimalisir patogen
selama 3x24 jam lain. disekeliling pasien.
diharapkan tidak 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Mengurangi terjadinya
terjadi infeksi. sesudah kontak dengan penyebaran infeksi pada
Kriteria hasil: bayi. bayi.
4. Gunakan masker setiap 4. Untuk mengurangi
1. Suhu bayi normal kontak dengan bayi. penyebaran
36,5-37,5 ˚C infeksi/penyakit pada
2. Tidak ada tanda- bayi Agar tidak terjadi
tanda infeksi. infeksi dan terpapar oleh
3. Leukosit 5.000- kuman atau bakteri
37
Diagnosa
Tujuan dan kriteria
No. kepera Intervensi Rasional
hasil
watan
10.000 5. Cegah kontak dengan 5. Mengurangi penyebaran
4. Tidak adanya orang yang terinfeksi. infeksi/penyakit pada
kemerahan di bayi Agar tidak terjadi
sekitar tali pusat infeksi dan terpapar oleh
5. Berat badan kuman atau bakteri
meningkat 6. Pastikan semua 6. Mengurangi penyebaran
perawatan yang kontak infeksi/penyakit pada
dengan bayi dalam bayi Agar tidak terjadi
keadaan bersih/steril. infeksi dan terpapar oleh
kuman atau bakteri.
7. Kolaborasi dengan 7. Pemberian antibiotik
dokter. Berikan untu mencegah
antibiotic sesuai timbulnya infeksi
program.
5.Ansietas pada
Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi 1. Meningkatkan
keluarga keperawatan selama 3 secukupnya kepada pengetahuan yang
. x 24 jam diharapkan orang tua tentang dimiliki oleh orang tua
kecemasan keluarga (perawatan dan mengenai penyakit
teratasi dengan pengobatan yang anaknya.
kriteria hasil: diberikan).
1. Keluarga tidak
cemas lagi. 2. Berikan dorongan 2. Dapat menguatkan
2. Keluarga tampak secara moril kepada mental orangtua.
tenang orang tua.
3. Jelaskan terapi yang 3. Memberikan gambaran
diberikan dan respon tentang terapi yang
anak terhadap terapi diberikan kepada
yang diberikan. anaknya.
2.2.4 Pelaksanaan
38
membantu klien dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan yang
2.2.5 Evaluasi
tercapai
melihat keberhasilannya.
dengan pengertian:
39
O : Keadaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
keperawatan.
keperawatan keluarga.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh
2011).
40
1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang
perawat.
rencana.
2.3.1 Pengertian
perawatan bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. Pada tahun
1983 PMK salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian
bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh
41
yang berfungsi untuk melindungi bayinya tidak hanya melindungi
dibawa kemana saja setiap saat tanpa interupsi (Desmawati, 2011 cit
Rahmayanti, 2011).
Atikah & Cahyo (2010) syarat PMK adalah Bayi Berat Lahir
2. Bayi sehat
42
PMK dengan jangka waktu yang pendek (perlekatan lebih
infeksi.
jam sehari. Metode PMK ini bisa dilakukan di unit rawat gabung
1. Tujuan :
BBLR.
43
c. Untuk memberikan kenyamanan pada bayi.
2. Persiapan Peralatan
b. Popok bayi
c. Termometer
d. Topi bayi
e. Pakaian bayi
3. Tahap Prainteraksi
c. Menyiapkan alat
4. Tahap orientasi
/keluarga
dilakukan :
5. Tahap kerja
44
e. Letakan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit
f. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada
g. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar dan bayi
ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak
jatuh.
6. Tahap terminasi
bayi
d. Mencuci tangan
e. Dokumentasi
bayi.
lebih nyaman
pada bayi.
homeostasis.
2. Pada ibu
a. Hubungan antara ibu dan bayi lebih baik, ibu menjadi lebih
pada bayinya
merawat bayinya.
46
d. Terjadinya peningkatan produksi ASI, produksi ASI
3. Pada ayah
antara lain :
bayinya.
Medical Consent
1. Sapalah ibu atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya
47
3 Yakinkan ibu akan keuntungan PMK
9 Bila memakai kain penyangga yang mempunyai kantong celana, masukkan kedua
kaki bayi kelubangnya sehingga bayi nampak seperti memakai celana
Posisi Bayi
11 Arahkan kepala bayi ke kanan / ke kiri dengan sedikit tengadah (ekstensi), agar
jalan napas tidak tersumbat.
48
13 Mintalah ibu untuk mengawasi napas/warna kulit/suhu: pegang telapak kaki bayi
(dengan punggung tangan)
15 Minta ibu untuk melepaskan tangan dari bayinya dan menundukkan badan ke arah
kaki. Bila ibu masih belum dapat melepaskan tangan dari bayinya berarti tali
ikatan belum kuat
16 Bila bayi bangun,minta ibu untuk mengendorkan ikatan kain/selendang dan arahkan
kepala bayi untuk dapat menyusu.
18 Setelah selesai menyusu, arahkan kepala bayi pada sisi yang berlawanan, dan
eratkan lagi tali pengikat.
20 Minta ibu segera membawa bayi ke rumah sakit atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
yang tepat bila ditemukan tanda bahaya
49
BAB 3
METODE PENELITIAN
adalah desain studi kasus. Penelitian desain studi kasus adalah studi yang
informasi.
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian studi kasus ini
Provinsi NTB”.
50
sehingga dilakukan Perawatan Metode Kanguru dalam Mempertahankan
3.4.1 BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram,
bayi berat badan lahir rendah dapat terjadi pada kehamilan cukup bulan
3.4.2 Perawatan Metode Kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan
melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga
Tujuan
51
3.5.2 Persiapan alat
2. Popok bayi
3. Termometer
4. Topi bayi
5. Pakaian bayi
6. leaflet
3. Menyiapkan alat
dilakukan
5. Letakan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu
52
6. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada
7. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar dan bayi
memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jatuh.
8. Setelah posisi bayi baik, baju kanguru diikat untuk menyangga bayi,
lurus di dada ibu (skin to skin contact) seperti kanguru kurang lebih
1-2 jam.
bayi
4. Mencuci tangan
5. Dokumentasi
53
3.6.1 Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis
responden mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan gejala responden,
3.6.3 Wawancara
selain itu peneliti juga akan menggunakan tekhnik tatap muka langsung.
3.6.4 Kuesioner
dengan ini peneliti bisa menengetahui apa yang menjadi harapan dari
responden.
54
Metode ini dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi
tertentu.
Daerah Provinsi NTB di Ruang NICU sejak tanggal 26 april sampai 29 April
2019.
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
1. Pengumpulan data
a. Penyajian data
55
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan
inisial nama.
b. Kesimpulan
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
(Hidayat, 2010).
56
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
(Hidayat,2010).
BAB 4
Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan rumah sakit
4.2.1 Pengkajian
a. Identitas Ibu
Usia : 37 tahun
57
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
b. Antisipatori
kehamilan 5 bulan.
58
Ny. S mengatakan harapanya selama hamil dapat melahirkan
kandunganya sehat.
memeriksakan kandungannya.
c. Formal
mendapatkan bayi yang lahirnya kecil < dari 3 kg. Ny. S merasa
59
7) Adaptasi psikologis ibu : Ny. S mengatakan merasa cemas
d. Informal
NICU.
kali.
e. Personal
60
1) Pandangan ibu terhadap perannya :
Ny. S mengatakan baru pertama kali merawat bayi BBLR dan tidak
4) Pencapaian peran :
f. Pengkajian prenatal
61
1) Faktor maternal
kehamilanya 5 bulan.
2) Faktor keluarga
dapat terpenuhi.
62
umur kehamilan 5 bulan sering mengalami pendarahan hingga sering
h. Pengkajian bayi
1) Temperamen bayi :
3) Penampilan umum
a) Nama : By. S
e) BB : 1820 Gram
f) PB : 42 cm
4) Karakterisktik umum :
d) PBL : 40 cm
63
e) LK : 30 cm
f) LD : 32 cm
g) LILA : 9 cm
badan 42 cm.
Suhu : 36,4 oC
RR : 36 x/menit
m) Kepala /leher :
n) Mata
o) Hidung
palate.
64
p) Telinga
q) Mulut
adanya sianosis.
r) Wajah :
s) Dada :
dan S2 reguler.
t) Abdomen :
u) Genetalia :
kelainan.
v) Integumen :
65
Inspeksi : tampak kulit berwarna kemerahan, turgor kulit > 2
w) Ekstremitas
5) Responsiverness
tidur.
lambat
67
kurang kuat (-)
menggerakan ekstremitasnya.
menggerakan ekstremitasnya.
bayi(-)
gelisah.
68
Kebutuhan minum bayi 130-150 cc.
kuning terang.
2. Pemeriksaan Penunjang
69
MPV 9.0 fL 9.0-13.0
P-LCR 17.8 % 13.0-43.0
PCT 0.22 % 0.17-.0.35
Basofil 0.4 % 0.0-1.0
Eosinofil 0.4% 0.0-0.6
Neutrofil 50.2% 37.0-72.0
Limfosit 31.9% 20.0-50.0
Monosit 17.1% 0.0-14.0
Basofil# 0.05 10 3/uL 0.00-0.10
Eosinofil# 0.05 10 3/uL 0.00-0.40
Neutrofil# 6. 1 10 3/uL 1.50-7.00
Limfosit# 4.08 10 3/uL 1.00-3.70
Monosit# 2.18 10 3/uL 0.00-0.70
Sistem termoregulasi
imatur
letakan di inkubator.
4.2.3 Intervensi
71
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No. Intervensi Rasional
keperawatan hasil
dengan bayinya. kemampuan bayi.
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda 1. Memantau keadaan
Hipotermi Tindakan vital. pasien
keperawatan selama 2. Tempatkan bayi pada 2. Membantu pasien
3x24 jam diharapkan inkubator. dalam mengembalikan
Tujuan: suhu tubuh suhu tubuh dengan
dalam rentang normal 36,5 ˚C
normal dan tidak ada 3. Awasi dan atur control 3. Memantau adanya
penurunan suhu temperature dalam kesalahan dalam alat
tubuh. inkubator sesuai inkubator
Kriteria hasil: kebutuhan.
1) Perfusi jaringan 4. Monitor suhu minimal 4. Memantau
perifer normal 2 jam perkembangan suhu
a. Suhu tubuh setiap 2 jam
normal 36- menunjukan perubahan
37C. suhu pada bayi.
b. Kulit teraba 5. Monitor status 5. Memantau warna
hangat. fisiologis bayi ( warna kulit menunjukan
c. Tidak adanya kulit, suhu tubuh, sirkulasi jantung ke
Sianosis denyut jantung, dan perifer.
d. Ekstremitas nafas)
hangat 6. Hindari bayi dari 6. Mengurangi bayi
e. Hilangnya pengaruh yang dapat mengalami hipotermi
kutis menurunkan suhu dan penurunan suhu
memorata tubuh. tubuh.
2)Keluarga dan orang 7. Ganti pakaian setiap 7. Mencegah terjadi
tua paham tentang : basah infeksi dan
a. Orangtua mengurangi penguapan
mengerti panas pada tubuh bayi.
tentang 8. Jelaskan keuntungan 8. Memberikan
Perawatan metode kanguru informasi keuntungan
Metode diharapkan dapat metode kanguru
Kanguru meningkatkan suhu kepada keluarga bayi.
b. Orangtua tubuh pada bayi bblr.
mengetahui
cara 9. Pastikan bahwa status 9. Meminimalisir
melakukan fisiologi bayi terjadinya reaksi dan
Perawatan memenuhi kondisi keadaan status tanda-
Metode untuk berpartisipasi tanda vital.
Kanguru. dalam perawatan
metode kanguru.
10. Siapkan lingkungan 10. Mendukung
yang tenang, hangat meningkatkan
dengan cukup privasi keamanan dan
kenyamanan pada
bayi.
11. Instrusikan orang tua 11. Meminimalisir bayi
untuk secara berangur mengalami penurunan
meningkatkan durasi suhu dan
waktu untuk pada meningkatkan kotak
setiap kontak kulit antara bayi dan ibu.
dengan kulit, yang
akhirnya dilakukan
terus menerus.
12. Dukung orang tua 12. Membantu orang tua
72
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No. Intervensi Rasional
keperawatan hasil
untuk terus melakukan untuk meningkatkan
kontak kulit ke kulit suhu bayi ketika di
pada saat sudah di rumah.
rumah.
13. Observasi adanya 13. Memantau reaksi bayi
sianosis. apakah mengalami
komplikasi.
4.2.4 Implementasi
No.
Hari/tgl Dx Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf
Kep
Jumat, 1. Jam 09.30 1. Mengidentifikasi kesiapan 1. Ny. S mengatakan siap
26 April wita orang tua untuk belajar dan ingin belajar
Komang
2019 mengenai perawatan bayi merawat bayinya yang
mengalami BBLR
1. Jam 09.40 2. Mengkaji kemampuan 2. Ny. S mengatakan baru
wita orang tua untuk mengenali mengetahui kebutuhan
kebutuhan fisiologis bayi. bayinya yaitu ASI yang Komang
banyak, dan bayi harus
tetap hangat.
1. Jam 09.55 3. Mengkaji faktor yang 3. Ny. S mengatakan
wita dapat menyebabkan merasa berjarak dan
munculnya masalah terpisah dengan bayinya, Komang
perlekatan karena bayi S di rawat di
inkubator.
1. Jam 10.05 4. Membantu orang tua untuk 4. Ny.S antuasias ingin
wita berpartisipasi dalam belajar merawat bayinya
Komang
perawatan bayi dengan perawatan
metode kanguru
1. Jam 10.15 5. Mendorong orang tuauntuk 5. Ny.S mengatakan akan
wita sering melakukan interaksi sering ke ruangan untuk Komang
dengan bayinya. melihat bayinya.
2. Jam 17.00 10. Mengukur suhu bayi 10. Suhu tubuh bayi 36,7 ˚C
Perawat
wita sebelum di lakukannya
jaga
perawatan metode kanguru
2. Jam 17.10 11. Melakukan perawatan 11. Bayi tampak tenang
Perawat
wita metode kanguru selama 2 dalam dekapan ibu
jaga
jam
2. Jam 19.10 12. Mengukur kembali suhu 12. Suhu tubuh bayi 37˚C
Perawat
tubuh bayi setelah
jaga
dilakukan metode kanguru
Sabtu, 2. Jam 09.30 1. Mengukur suhu, 1. S : 36,7 ˚C
27 April 2019 wita menghitung nadi dan DJ : 140x/menit Komang
respirasi. RR : 36 x/menit
2. Jam 09.40 2. Memeriksa keadaan umum 2. Keadaan umum sedang,
wita bayi GCS E4V5M6. Komang
Composmentis
2. Jam 09.50 3. Mempertahankan suhu 3. Bayi tampak bergerak
wita tubuh normal dengan cara aktif Komang
perawatan metode kanguru
2. Jam 10.00 4. Mempersiapkan bayi untuk 4. Bayi tampak tidak
wita perawatan metode kanguru menggunakan baju dan
Komang
hanya menggunakan
popok dan sarung tangan
2. Jam 10.10 5. Mengajarkan pada keluarga 5. Ibu tampak mengikuti
wita terutama ibu tentang metode arahan dari perawat
Komang
kanguru . tentang cara melakukan
metode kanguru
2. Jam 10.20 6. Mempertahankan posisi 6. Bayi tampak tidur
wita metode kanguru selama dengan posisi telungkup Perawat
kurang lebih 1-2 jam. di dada ibu dan bayi jaga &
tampak nyaman di Komang
dekapan ibu.
2. Jam 10.30 7. Mengukur kembali suhu 7. Suhu tubuh bayi 37 ˚C
wita tubuh bayi setelah di Bayi teraba hangat Komang
lakukan metode kanguru .
2. Jam 11.30 8. Menganjurkan ibu untuk 8. Ibu pasien tampak Komang
74
No.
Hari/tgl Dx Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf
Kep
wita menyusui bayinya menyusui bayinya
Senin, 2. Jam 10.00 1. Mengukur suhu bayi 1. Suhu tubuh bayi 36,6 ˚C Perawat
75
No.
Hari/tgl Dx Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf
Kep
29 April 2019 wita sebelum tindakan metode Berat badan bayi 1920 gram jaga
kanguru dan berat badan
bayi
2. Jam 10.10 2. Melakukan perawatan 2. Bayi tampak tenang
Perawat
wita metode kanguru selama 2 dalam dekapan ibu
jaga
jam
2. Jam 12.10 3. Mengukur kembali suhu 3. Suhu tubuh bayi 37˚C
Perawat
wita tubuh bayi setelah
jaga
dilakukan metode kanguru
2. Jam 12.15 4. Menganjurkan ibu untuk 4. Bayi tampak menyusu Perawat
wita menyusui bayinya. pada ibunya jaga
2. Jam 15.40 5. Mengukur suhu, 5. S :36,7 oC
wita menghitung nadi dan DJ : 138 x/menit Komang
respirasi. RR : 36x/menit
2. Jam 15.50 6. Memeriksa Keadaan umum 6. Keadaan umum sedang,
wita bayi GCS E4 V5 Komang
M6.composmentis
2. Jam 16.00 7. Mempertahankan suhu 7. Bayi tampak diam
wita tubuh normal dengan cara Komang
perawatan metode kanguru
2. Jam 16.10 8. Mempersiapkan bayi untuk 8. Bayi tampak tidak
wita perawatan metode kanguru menggunakan baju dan
Komang
. hanya menggunakan
popok dan sarung tangan
2. Jam 16.20 9. Mengajarkan pada keluarga 9. Ibu tampak mengikuti
Perawat
wita terutama ibu tentang arahan dari perawat
jaga &
metode kanguru . tentang cara melakukan
Komang
metode kanguru.
2. Jam 16.30 10. Mempertahankan posisi 10. Bayi tampak tidur
wita metode kanguru selama dengan posisi telungkup
kurang lebih 1-2 jam. di dada ibu, dan bayi Komang
tampak nyaman di
dekapan ibu
2. Jam 17.30 11. Mengukur kembali suhu 11. Suhu tubuh bayi 37,2˚C
wita tubuh bayi setelah di Pasien teraba hangat, tidak Komang
lakukan metode kanguru . tampak sesak
2. Jam 17.50 12. Menganjurkan ibu untuk 12. Ibu pasien tampak
Komang
wita menyusui bayinya menyusui bayinya
4.2.5 Evaluasi
Evaluasi hari ke 4
Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3
No. Senin, 29 april
Jumat , 26 April 2019 Sabtu, 27 April 2019 Minggu, 28 april 2019
Dx 2019
Jam : 13.30 wita Jam : 12.00 wita Jam : 12.10 wita
Jam : 18.00 wita
1. S:
Ny. S mengatakan
merasa berjarak dan
terpisah dengan
bayinya, karena
bayi S di rawat di
76
Evaluasi hari ke 4
Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3
No. Senin, 29 april
Jumat , 26 April 2019 Sabtu, 27 April 2019 Minggu, 28 april 2019
Dx 2019
Jam : 13.30 wita Jam : 12.00 wita Jam : 12.10 wita
Jam : 18.00 wita
inkubator.
O:
a) Tampak by. S
berada di inkubator
b) Tampak Ny. S rutin
setiap 1 jam ke
ruangan melihat
kondisi bayinya.
A : Masalah
keperawatan gangguan
perlekatan teratasi
P : intervensi dihentikan
2. S: S: S: S:
a. Ibu pasien a. Ibu pasien a. Ibu pasien a. Ibu pasien
mengatakan mengatakan tubuh mengatakan tubuh mengatakan
anaknya teraba anaknya teraba anaknya teraba tubuh anaknya
hangat hangat. hangat. teraba hangat.
O: O: O:
O: a. Suhu : 37oC
a. Suhu : 36,9oC a.Suhu : 37,2oC
a. Kulit teraba hangat DJ : 142
DJ: 140 x/menit DJ : 143 x/menit
b. Bayi tampak x/menit
RR : 36 x/menit RR : 36 x/menit
tertidur. RR : 34
b. Pasien tampak b. Pasien tampak
c. Suhu : 36,8oC x/menit
tenang. tenang.
DJ: 140 x/menit b. Pasien tampak
c. Pasien tampak c. Pasien tampak
RR : 36x/menit. tenang.
tidak rewel tidak rewel
d. Pasien tampak c. Kesadaran :
d. Kesadaran : d. Kesadaran :
terpasang infus compos mentis.
compos mentis. compos mentis.
A: d. Pasien tampak
e. Tampak pasien
Masalah keperawatan terpasang infus
sudah tidak
resiko hipotermi tidak terpasang infus A:
terjadi A:
A: Masalah
Masalah keperawatan
Masalah keperawatan keperawatan resiko
P: resiko hipotermi tidak
resiko hipotermi tidak hipotermi tidak
Intervensi dilanjutkan : terjadi
terjadi terjadi .
1. Mengukur suhu, P:
menghitung nadi P : 1. Mengukur suhu, P:
dan respirasi Intervensi dilanjutkan :
menghitung nadi Pasien pulang besok
2. Observasi keadaan 1. Mengukur suhu,
dan respirasi dalam keadaan
umum bayi menghitung nadi
2. Observasi keadaan sehat setelah
3. Mempertahankan dan respirasi
umum bayi diberikan dischare
suhu tubuh nornal 2. Observasi keadaan 3. Mempertahankan planning, Intervensi
dengan cara umum bayi
suhu tubuh nornal dihentikan.
perawatan metode 3. Mempertahankan dengan cara
kanguru suhu tubuh nornal
perawatan metode
4. Mempersiapkan dengan cara
kanguru
bayi untuk perawatan metode
4. Mempersiapkan
perawatan metode kanguru
bayi untuk
kanguru 4. Mempersiapkan
perawatan metode
5. Mengajarkan pada bayi untuk
kanguru
keluarga terutama perawatan metode
5. Mengajarkan pada
ibu tentang metode kanguru
keluarga terutama
kanguru 5. Mengajarkan pada
ibu tentang
77
Evaluasi hari ke 4
Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3
No. Senin, 29 april
Jumat , 26 April 2019 Sabtu, 27 April 2019 Minggu, 28 april 2019
Dx 2019
Jam : 13.30 wita Jam : 12.00 wita Jam : 12.10 wita
Jam : 18.00 wita
6. Mempertahankan keluarga terutama metode kanguru
posisi metode ibu tentang metode 6. Mempertahankan
kanguru selama kanguru posisi metode
kurang lebih 1-2 6. Mempertahankan kanguru selama
jam posisi metode kurang lebih 1-2
7. Mengukur kembali kanguru selama jam
suhu, menghitung kurang lebih 1-2 7. Mengukur kembali
nadi dan respirasi jam suhu, menghitung
setelah dilakukan 7. Mengukur kembali nadi dan respirasi
tindakan metode suhu, menghitung setelah dilakukan
kanguru nadi dan respirasi tindakan metode
8. Menganjurkan ibu setelah dilakukan kanguru
untuk menyusui tindakan metode 8. Menganjurkan ibu
bayinya. kanguru untuk menyusui
8. Menganjurkan ibu bayinya.
untuk menyusui
bayinya.
Sabtu 27
april
2. 2019 1830 1880 36,7 37 140 142 36 34
10.00
By. Ny. S wita
Minggu
28 april
3. 2019 1880 1920 36,6 36,9 136 140 38 36
10.00
wita
Senin, 29
april
4. 2019 1920 - 36,7 37,2 138 143 36 36
15.30
wita
4.3 Pembahasan
yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang ditemukan selama
78
penerapan ”Metode Kanguru Dalam Mempertahankan Termoregulasi Pada
BBLR” dari tanggal 26 April 2019 sampai dengan 29 April 2019 di ruang
Secara teori tanda dan gejala dari bayi BBLR adalah : Umur kehamilan
sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau
kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm,
lingkar dada sama dengan kurang dari 30 cm , rambut lanugo masih banyak,
jaringan lama subkutan tipis atau kering, tulang rawan daun telinga belum
belum sempurna labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitolis
pigmentasi dan rugue pada scrotum kurang (pada bayi laki-laki), tonus otot
rendah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi saraf yang
belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mamae masih
79
kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks
Dalam pengkajian pada tanggal 26 april 2019 di dapatkan pada bayi “S”
BBLR dengan berat badan 1800 gram, panjang badan 40 cm, suhu tubuh bayi
36, ˚C. bayi di lahirkan dalam usia kehamilan 30-32 minggu dengan proses
caesar. Terdapat rambut lanugo yang banyak, jaringan subkutis tipis dan
transparan, kulit berwarna kemerahan, turgor kulit > 3 detik, terdapat kutis
memorata, dan genetalia belum sempurna labia minora belum tertutup oleh
labia mayora, klitolis menonjol. Pergerakan bayi aktif. Bayi “S” sudah dirawat
selama 6 hari di ruang SCN (NICU) RSUD Provinsi NTB, dan di letakan di
Pada saat pengkajian riwayat ibu bayi “S” yaitu ibu bayi “S”
berat dan umur ibu yang berusia 37 tahun. Hasil ini memperkuat bahwa faktor
resiko terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR diantaranya adalah faktor usia
ibu, anemia berat dan pendarahan antepartum (Atikah & Cahyo, 2010). Wanita
yang berusia lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko mengalami persalinan
prematur.
dan merawat bayinya. Tampak Ny. S selalu datang untuk menyusui bayinya.
di inkubator.
80
Dari hasil pengkajian pada tanggal 26 April 2019 didapatkan bahwa
suhu bayi “S” 36, ˚C. Dalam pengkuran suhu tersebut bayi “S” sudah berada
selama 3 hari diletakan di dalam inkubator sehingga suhu tubuh bayi “S”
panas suhu tubuh yaitu konduksi, evaporasi, radiasi dan konveksi. Dimana
rentang normal suhu tubuh yaitu 36,5˚C - 37,5˚C. Bayi BBLR rentan
subkutan yang tipis, berat badan kurang dari normal kurang dari 2500 gram.
Keluarga bayi BBLR juga mengalami adanya perpisahan antara ibu dan
bayinya. Sehingga rumusan diagnosa yang muncul dalam kasus ini yaitu
bayinya, dan mengajarkan ibu untuk menjaga dan merawat bayinya dengan
Apabila kondisi bayi BBLR sudah stabil yaitu bayi tidak gawat napas,
sirkulasi, bayi dapat menyusui dengan baik, bayi tidak bergantung pada alat,
(Atikah & Cahyo, 2010), bayi dapat dilakukan perawatan metode kanguru.
81
Perawatan metode kanguru merupakan perawatan bayi baru lahir dengan
melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu
tubuh bayi tetap hangat. Perawatan metode kanguru ini terbagi menjadi dua
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan
Pelaksanaan dalam kasus ini yaitu perawatan metode kanguru, bayi “S”
dilakukan tindakan metode kanguru dengan meletakan bayi “S” skin to skin di
dada ibunya selama kurang lebih 1-2 jam, untuk meningkatkan suhu tubuh
bayi dan menjaga kehangatan bayi, agar bayi tidak mengalami hipotermi.
Tindakan PMK ini dilakukan selama 4 hari berturut-turut baik pagi, dan sore
hari untuk menstabilkan suhu tubuh bayi agar tidak mengalami hipotermi.
sebelum dilakukan PMK suhu tubuh bayi “S” 36, , detak jantung 138x/menit,
tanggal 27 april sebelum dilakukan PMK suhu tubuh bayi “S” 36,7, detak
82
pada tanggal 28 april sebelum dilakukan PMK suhu tubuh bayi “S” 36,6,
hari ke-4 pada tanggal 29 april sebelum dilakukan PMK suhu tubuh bayi “S”
peningkatan suhu dengan interval 0,1- 2 ˚C. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2014) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pada observasi suhu tubuh bayi, frekuensi jantung,
frekuensi nafas dan saturasi oksigen bayi Berat Badan Lahir Rendah sebelum
pada bayi baru lahir dapat diperoleh dengan adanya kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibunya secara kontinu”. Oleh karena ibu bayi tersebut
yang diukur melalui kenaikan suhu tubuh bayi BBLR, penerapan perawatan
metode kanguru dapat memberikan efek peningkatan suhu pada bayi BBLR
dengan optimal.
83
Selain perubahan suhu perawatan metode kanguru ini juga
perbandingan pada pengukuran berat badan bayi “S” yaitu 1820 gram setelah
meningkatkan berat badan bayi 10-50 gram/hari. Hasil Penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvia, dkk (2015) yang
peningkatan berat badan pada bayi BBLR. Hal ini karena erat kaitanya
dengan peningkatan berat badan bayi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
metode kanguru frekuensi ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat
waktu. Karena bayi selalu berada dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila
bayi sudah mersa haus dan memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri
puting susu ibu dalam baju kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bayi
4 hari peneliti melakukan evaluasi sumatif. Hasil analisa pada evaluasi sumatif
data subyektif dan objektif antara lain : ibu bayi mengatakan tubuh anaknya
teraba hangat, suhu tubuh 37,2 ˚C, detak jantung 143x/menit, pernafasan
inkubator. Ibu bayi tetap menerapkan perawatan metode kanguru (PMK) yang
84
sudah diajarkan oleh peneliti dan perawat di ruangan. Selain itu berat badan
bayi “Ny. S” mengalami peningkatan pada hari pertama berat badan 1820
gram dan pada hari ke empat berat badan bayi 1920 gram. Ny. S merupakan
menengah, oleh karena itu Ny.S ingin mengetahui kondisi anaknya dengan
instrusikan peneliti dan perawat ruangan. Peran ibu bayi “S” yang sangat
berperan aktif dengan rutin melakukan PMK sehingga bayi “S” sehat dan
dapat di perbolehkan pulang. Hal ini bisa tercapai karena terdapat suatu
koordinasi yang baik antara perawat ruangan dan keluarga pasien yang
bekerjasama dengan baik dan kooperatif, pasien bisa sembuh dan di pulangkan
dari ruang NICU RSUD Provinsi NTB dengan keadaan baik dan sehat.
penerapan tindakan keperawatan adalah dari segi waktu, penulis tidak dapat
kesulitan bagi penulis untuk memantau respon klien terhadap tindakan yang
diberikan, dan faktor lainya yaitu peralatan dalam tindakan metode kanguru di
hari pertama karena ibu tidak memiliki kain panjang dan baju berkancing
85
BAB 5
Berdasarkan hasil studi kasus, bayi “S” mengalami BBLR dengan berat
lahir 1800 gram termasuk dalam jenis BBLR dengan prematuritas murni.
Bayi “S” mengalami hipotermi dengan suhu tubuh 36, ˚C. Setelah dilakukan
metode kanguru pada bayi “S” penulis dapat menyimpulkan bahwa asuhan
5.2 SARAN
5.2.1 Masyarakat
Keperawatan
87
Diharapkan rumah sakit/pelayanan kesehatan dapat meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda Dan Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:
EGC
Silvia, Putri, Yelmi & Gusnila, Elharisda. (2015). Pengaruh Perawatan Metode
Kangguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Jurnal
IPTEKS Terapan. Vol. 9, No 11-19
Sudarti & Afroh, (2012). Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Sumiyati, Sri Hesti, SR. (2017). Pengaruh Perawatan Metode Kangguru (PMK)
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah.
Skripsi. STIKES Pekajangan
Suradi dan Yanuarso (2010). Metode Kanguru Sebagai Pengganti Inkubator
Untuk Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Sari Pediatri, Vol. 2, No. 1, Juni
2010: 29 - 35
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
89
90
91
92
93
PENGKAJIAN MENURUT TEORI MERCER
1. Pengkajian Pada Ibu
a. Identitas Ibu
Nama Ibu :
Usia :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal Pengkajian :
b. Antisipatori
1) Riwayat Kehamilan Ibu : dalam riwayat kehamilan ibu yang di kaji
sebagai berikut
Tabel : Riwayat Kehamilan
94
Keadaan Usia anak
No. Tahun Penolong Tindakan Komplikasi anak dan jenis
sekarang kelamin
1.
2.
dst
95
1) Orang yang terlibat dalam perawatan bayi :
Orang-orang yang terlibat dalam perawatan bayi seperti ibu bayi,
keluarga dan dibantu oleh perawat .
2) Peran dalam perawatan bayi :
Peran dalam merawat bayi seperti menganti popoknya, memandikan,
kemudian menyusui bayinya.
3) Pengalaman dalam perawatan bayi :
Pengalaman ibu dalam merawat bayi sebelumnya.
4) Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang :
Harapan ibu untuk merawat bayinya yang mengalami kondisi lahir
dengan kurang bulan dan mengalami berat badan yang kurang atau
dengan kondisi bayi yang normal.
e. Personal
1) Pandangan ibu terhadap perannya :
Pandangan ibu terhadap peranya sebagai seorang ibu yang memiliki anak
dan sebagai istri.
2) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu :
Menjelaskan pengalaman ibu tentang merawat bayi sebelumnya, seperti
menyusui hingga 2 tahun, kemudian menidurkan bayinya, menjaga
hingga memberikan asupan makanan yang bergizi.
3) Percaya diri dalam menjalankan peranya :
Menjelaskan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya sebaik
mungkin agar bayinya sehat dan perkembangan bayinya bagus. Ibu bisa
memandikan bayinya secara mandiri, menyusui bayinya serta
menidurkan bayinya.
4) Pencapaian peran :
Harapan ibu dalam perannya sebagai ibu mampu merawat dan menjaga
bayinya dengan sebaik mungkin hingga bayinya sehat dan berkembang
dengan baik. Peran ibu terganggu karena ibu mengalami perpisahan
dengan bayinya.
f. Pengkajian prenatal
1) Faktor maternal
96
a) Frekuensi perawatan antenatal : riwayat kehamilan ibu seperti
memiliki riwayat anemia dan sering mengalami pendarahan, sering
memeriksakan kandunganya.
b) Status psikologis : keadaan psikologis ibu ketika
mengalami sesuatu tentang kehamilanya, seperti cemas, stress, dll.
c) Penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu : ibu dan
keluarga sangat antusias dengan kehamilan. Ibu dan keluarga tidak
menerima kehamilanya.
2) Faktor keluarga
a) Dukungan keluarga terhadap ibu : dukungan keluarga dengan
kehamilan ibu. Peran keluarga dalam membantu ibu untuk mengurus
anak-anaknya semasa ibu sedang hamil sehingga kehidupan sehari-
hari dapat terpenuhi.
b) Dukungan suami : dukungan suami dengan kehamilanya seperti
selalu menjaganya dan membantu merawat anak- anak yang lain dan
memberikan dukungan saat hamil.
97
rangsangan menyentuh pipi bayi. Bayi mampu berespon dengan mencari
stimulus tersebut.
3) Penampilan umum
a) Nama :
b) Anak yang ke :
c) Tanggal lahir/ umur :
d) Jenis kelamin :
e) BB :
f) PB :
4) Karakterisktik umum :
a) Usia bayi :
b) APGAR Score :
c) BBL :
d) PBL :
e) LK :
f) LD :
g) LILA :
h) Komplikasi Kelahiran:
i) Imunisasi :
j) Postur : keadaan tubuh bayi seperti : kecil, besar.
k) Keadaan umum pasien :
l) Pemeriksaan tanda-tanda vital
o
Suhu : C
Detak Jantung : x/menit
RR : x/menit
m) Kepala /leher :
Inpeksi : fontanel, sutura, muka simetris/ tidak, bentuk kepala .
Palpasi : nyeri tekan/ tidak ada
n) Mata
Inspeksi : bentuk mata, konjugtiva anemis, ada secret/ tidak , tidak
ikterus/ ikterus.
o) Hidung
98
Inpeksi : bentuk hidung, tidak ada kelainan/ada , tidak ada nafas
cuping hidung/ pernafasan cuping hidung.
p) Telinga
Inpeksi : bentuk telinga, tidak ada kelainan/ada kelainan
q) Mulut
Inspeksi : bentuk mulut, tidak ada kelainan/ ada kelainan , tidak
adanya sianosis/sianosis.
r) Wajah :
Inspeksi : tidak sianosis/sianosis, tidak ada kelainan/ada kelainan.
s) Dada :
Inspeksi : bentuk dada, bentuk dada pigeon chess/barel chess,
adanya retraksi dinding dada/NA.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada terdengar suara napas
tambahan. Bunyi jantung terdengar S1 dan S2 reguler.
t) Abdomen :
Inspeksi : bentuk abdomen, tidak ada pembesaran/ adanya
pembesaran. Tali pusat, tidak ada perdarahan dan tidak kelainan.
u) Genetalia :
Inspeksi : tampak labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
tampak tidak ada kelainan. Anus tidak ada kelainan.
v) Integumen :
Inspeksi : warna kulit, turgor kulit > 2 detik dan rambut lanugo.
w) Ekstremitas
Inpeksi : bentuk kaki simetris, pergerakan otot, sianosis/tidak,
pergerakan aktif.
5) Responsiverness
a) Kontak mata : kontak mata bayi pada lingkungan sekitar
b) Refleks primitif bayi
99
(2) Swallowing(menelan Bayi menelan ASI secara lambat/
) kuat (-)/(+)
(3) Rooting (mencari) : Bayi di rangsang dengan sentuhan di
pipi bayi mampu mencari sentuhan
(+)/(-)
(4) Graps(menggengga Bayi dirangsang dengan menyentuh
m): telapak tangan dengan jari dan bayi
menggenggam(+)/(-)
(5) Babinszki : Bayi dirangsang kedua
ekstremitasnya, bayi langsung
menggerakan ekstremitasnya.
Refleks babinski (+) /(-)
(6) Moro/dikagetkan Bayi dikagetkan, bayi langsung
: menggerakan ekstremitasnya. (+)/(-)
(7) Tonik neck Bayi di posisikan tidur dengan posisi
: kepala miring ke salah satu sisi(-)/(+)
c) Tersenyum : refleks senyum bayi
d) Perubahan interaksi konsistensi bayi : ketika BAB, BAK dan haus
konsistensi untuk menangis dan merasa gelisah.
e) Rangsangan yang dapat meningkat pergerakkan :
Bayi diberikan rangsangan ketika di kagetkan atau berisak
berespon dengan kaget.
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111