Oleh:
Kelompok 12
Oleh: Kelompok 12
Laporan akhir stase keperawatan dasar profesi dengan kasus kebutuhan dasar
Bulan……………… Tahun…………
Malang,
Perseptor Akademik
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas kasih-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan laporan akhir stase keperawatan dasar profesi ini
dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas laporan akhir stase
1. Taufan Arif, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
mendapat rahmat yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis laporan ini dapat
Malang,
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
COVER LUAR.........................................................................................................i
COVER DALAM....................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................8
1.1 Latar Belakang................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................9
1.3 Tujuan ..........................................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................9
BAB II KONSEP KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI..................................11
2.1 Pengertian.....................................................................................................11
2.2 Proses Fisiologis Oksigenasi........................................................................11
2.3 Penyebab / Faktor-Faktor yang mempengaruhi Oksigenasi.........................12
2.4 Tanda dan Gejala..........................................................................................13
2.5 Pohon Masalah Keperawatan.......................................................................16
2.6 Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................16
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................18
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................19
2.8.1 Pengkajian Keperawatan Fokus.............................................................19
2.8.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.....................................23
2.8.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................31
3.1 Pengkajian....................................................................................................31
3.2 Diagnosis Keperawatan................................................................................44
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................47
3.4 Implementasi................................................................................................50
3.5 Evaluasi ........................................................................................................53
BAB IV REVIEW JURNAL DAN PEMBAHASAN...........................................56
4.1 Review Jurnal...............................................................................................56
4.2 Pembahasan..................................................................................................59
4.2.1 Supplemental Oxygen for the Management of Dyspnea in Interstitial
Lung Disease..................................................................................................59
4.2.2 Effect of Yogic Breathing Techniques in New Sputum Positive
Pulmonary Tuberculosis.....................................................................................60
4.2.3 The Intervention of ACBT (Active Cycle Of Breathing Technique)
Exercise Combined with Aromatherapy Mentha Piperita L. as a
Complementary Therapy to Patient with Pulmonary Tb (Tuberculosis) in
Agroindustry Sector...........................................................................................61
BAB V PENUTUP.................................................................................................64
5.1 Kesimpulan...................................................................................................64
5.2 Saran ........................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
DAFTAR TABEL
1.3 Tujuan
2.1 Pengertian
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup
sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh
secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas.
Pada atmosfer gas selain oksigen juga terdapat karbondioksida, nitrogen, dan
unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Oksigenasi meupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup, dan aktivitas berbagai organ dam sel tubuh. Keberadaan oksigen
merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
dan untuk mempertahkan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen (O2) setiap kali
bernapas dari atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan
(Andarmoyo, 2012).
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) terapi oksigen adalah pemberian
oksigen lebih dari udara atsmosfer atau FiO2> 21%. Tujuan terapi oksigen adalah
untuk mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik,
mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2> 60 mmHg atau SaO2 > 90%. Pemberian oksigen / terapi
oksigen dapat dilakukan melalui metode berikut ini yaitu :
a. Sistem Aliran Rendah
Pemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditujukan pada pasien
yang membutuhkan oksigen, tetapi masih mampu bernapas normal karena
tekhnik sistem ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi atau tidak konstan
dan sangat dipengaruhi oleh aliran, reservoir, dan pola napas pasien.
Berikut adalah contoh pemberian oksigen dengan aliran rendah:
1) Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 20-40%. Keunggulan utama nasal kanula adalah
pasien tidak merasa tidak nyaman seperti dengan masker dan ia dapat
bicara dan makan dan ada akses ke wajah. Kanula dapat dipakai terus
menerus untuk waktu yang lama, suatu hal yang penting karena
pemberian oksigen biasanya harus koninu bukan intermiten.
Sedangkan kekurangan kanula adalah konsentrasi oksigen inspirasi
maksimum yang rendah dan konsentrasi yang tidak dapat diperkirakan,
terutama jika pasien bernapas melalui mulut
2) Sungkup muka sederhana (simple mask), diberikan kontinu atau selang
seling 5-10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%
3) Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan saat
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen masuk dari sungkup
melalui lubang antar sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen
dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Aliran oksigen 8-12 liter per menit, dengan konsentrasi 60-80%
4) Sungkup muka dengan kantong non- rebreathing. Sungkup ini
mempunyai 2 katup 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar
masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit, konsentrasi
oksigen 80-100%.
b. Sistem Aliran Tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil
dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan sehingga dapat menambah
konsetrasi oksigen yang lebih cepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran
tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2-15 liter per menit. Prinsip pemberian oksigen
dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat
yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga (oranye) 31%, kuning 35%,
merah 40% dan hijau 60%
3.1 Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Tn. A
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 56 tahun
4. Status Kawin : Menikah
5. Suku/ Bangsa : Jawa
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : Tukang Ojek
9. Alamat : Jl. Melati
10. Sumber Biaya : PBI
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: Batuk dan sesak nafas
Hasil pengkajian lain: aktivitas pasien saat di rumah sakit dibantu oleh istri pasien
POLA NUTRISI DAN METABOLIK
POLA ELIMINASI
Kebiasaan defekasi (BAB) : kali/hari 2-3 kali/minggu Tgl. Defekasi terakhir:27/09/2021
Pola BAB saat ini : dalam batas normal Konstipasi Diare Inkontinensia
Nyeri Keluar darah Warna faeces:
Colostomy : tidak Ya Dapat merawat sendiri Tidak
Kebiasaan BAK : 4-5 kali/hari Jumlah: 900 cc/hari......................Malam sering berkemih
Kesukaran menahan/beser tidak ada
Warna Urin : Kekuningan Alat Bantu: Folley kateter kondom kateter
Hasil pengkajian lain:
POLA TIDUR-ISTIRAHAT
Kebiasaan tidur : 5-6 jam/malam hari 1-2 jam/tidur siang
Nyenyak tidur : Ya tidak
Masalah tidur : Tidak ada Ya terbangun malam hari Sulit
tidur/Insomnia Mimpi buruk Nyeri/tdk nyaman Gangg. Psikologis, Sebutkan:
tidak ada
Hasil pengkajian lain:
POLA KOGNITIF-PERSEPTUAL
Keadaan mental : stabil Afasia Sukar bercerita Disorientasi
Kacau mental Menyerang/agresif Tidak ada respons
Berbicara : v Normal Bicara tidak jelas Berbicara inkoheren
Tidak dapat berkomunikasi verbal
Bahasa yang dikuasai : Indonesia Lain-lain: Jawa
Kemampuan memahami : Ya Tidak
Ansientas : Ringan Sedang Berat
Panik Ketakutan : Tidak Ya
Pendengaran : DBN Terganggu ( Ka Ki) Tuli ( Ka Ki)
Alat Bantu dengar Tinitus
Penglihatan : DBN Kacamata Lensa kontak Mata kabur ( Ka Ki)
Buta ( Ka Ki) Vertigo: Ya Tidak
Nyeri : Tidak Ya Akut
Kronis Lokasi Nyeri :
Nyeri berkurang dengan cara............................................................................. Tidak Dapat
Hasil pengkajian lain:
POLA PERAN-HUBUNGAN
Peran saat ini yang dijalankan : Sebagai kepala keluarga
Penampilan peran sehubungan dengan sakit : Tidak ada masalah Ada
masalah, Sebutkan:
Sistem pendukung : Pasangan(Istri/Suami)
Saudara/famili Orang tua/wali teman dekat tetangga
Interaksi dengan orang lain : Baik Ada masalah
Menutup diri : Tidak Ya
Mengisolasi diri/diisolasi orang lain : Tidak Ya
Hasil pengkajian lain:
POLA NILAI-KEYAKINAN
OD OS
Visus
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO
b. Keluhan nyeri
P:-
Q:-
R:-
S:-
T:-
c. Luka operasi: ada Tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
d. Pemeriksaan penunjang lain : -
e. Lain-lain :
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior : DBN Masalah Keperawatan :
OD OS
Aurcicula
MAE
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach
b. Tes Audiometri
Tidak dilakukan
c. Keluhan nyeri ya tidak
P:-
Q:-
R:-
S:-
T:-
d. Luka Operasi : ada tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
e. Alat bantu dengar: . -
f. Lain-lain :
7. Sistem muskuloskeletal (B6)
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot :
5 5
5 5
c. Kelainan ekstremitas: ya Masalah
tidak Keperawatan :
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
Frankel: .....
e. Fraktur: ya tidak
- Jenis
f. Traksi: ya tidak
- Jenis :-
- Beban :-
- Lama pemasangan :-
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri: ya tidak
P:-
Q:-
R:-
S:-
T:-
i. Sirkulasi perifer: CRT < 2 detik
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : -
Jenis operasi :-
Lokasi :-
Keadaan :-
Drain : ada tidak
- Jumlah :-
- Warna :-
- Kondisi area sekitar insersi : -
n. ROM : DBN
o. Cardinal Sign :-
p. Lain-lain:
Pasien nampak bersih dan rapi, setiap pagi dan sore pasien diseka dan
mengganti baju yang dibantu oleh istri pasien
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
TERAPI MEDIS
Infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, injeksi ceftriaxon 1 gram per 12 jam, fentolin nebul
(……………………………)
ANALISA DATA
Tabel 3. 1 Analisa Data
Hari/
Tgl/ Jam DATA ETIOLOGI MASALAH
Selasa, S:
28 Sept - Pasien mengatakan
2021 batuk sejak 3 bulan lalu
08.00 - Pasien mengatakan
dahak tidak bisa keluar Mycobacterium tuberculosis
- Pasien mengatakan ↓
kebiasaan merokok 1 Airbone / inhalasi droplet
pack perhari ↓
Proses Infeksi
- Pasien mengeluh sesak D.0001 Bersihan Jalan
↓
nafas Mucus dalam jumlah Napas Tidak Efektif
O: berlebihan
- RR 26x/menit ↓
- Suara nafas tambahan Bersihan Jalan Napas Tidak
Ronkhi Efektif
- Pola nafas tackipneu
- Hasil pemeriksaan
rontgen Tuberculosis paru
aktif kiri
Selasa, S:
28 Sept - Pasien mengatakan sesak
2021 - Batuk sejak 3 bulan lalu
08.00 O: Sesak nafas
- RR 26x/menit ↓
Penggunaan otot bantu
- Nampak pernafasan
pernafasan D.0005 Pola Napas
cuping hidung
↓ Tidak Efektif
- Nampat retraksi dinding Hambatan upaya napas
dada ↓
- Irama nafas tidak teratur Pola Napas Tidak Efektif
- Pola napas takipneu
- Nadi 95x/menit
- TD 140/90 mmHg
Selasa, S:
28 Sept - Pasien mengatakan sesak Mycobacterium tuberculosis
2021 O: ↓
08.00 - Pernafasan cuping Airbone / inhalasi droplet
hidung ↓
Proses Infeksi
- Pola napas ireguler D.0003 Gangguan
↓
- PH 7,2 (7,35-7,45) Perubahan membran alveolus Pertukaran Gas
- PCO2 43 mmHg (45- kapiler
45mmHg) ↓
- SaO2 96 % (>95%) Gangguan Pertukaran Gas
- HCO3 30 mEq/L (22-26
mEq/L
3.2 Diagnosis Keperawatan
1. D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan RR
26x/menit, suara nafas tambahan ronkhi, pola nafas tackipneu, hasil pemeriksaan rontgen
Tuberculosis paru aktif kiri.
2. D.0003 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler
ditandai dengan pernafasan cuping hidung, pola napas ireguler, PH 7,2, PCO2 43 mmHg, SaO2 96
%, dan HCO3 30 mEq/L.
3. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai dengan
RR 26x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada, irama nafas tidak teratur,
takipneu, nadi 95x/menit, TD 140/90 mmHg.
PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Hari/
DIAGNOSIS INTERVENSI
No. Tgl/ LUARAN
Jam KEPERAWATAN
1. Selasa, D.0001 Bersihan Jalan Tujuan: I.01001 Manajemen Jalan Napas
28/09/21 Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
08.10 selama 3x24 jam diharapkan bersihan - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
jalan napas meningkat dengan kriteria napas)
hasil: - Monitor bunyi napas tambahan (misal gurglling,
L.01001 Bersihan Jalan Napas mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Batuk efektif meningkat - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Produksi sputum menurun Terapeutik:
- Ronkhi menurun - Atur posisi semi-fowler atau fowler
- Frekuensi napas membaik - Berikan minum hangat
- Pola napas membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
I.01006 Latihan Batuk Efektif
Observasi:
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
Terapeuntik:
- Atur posisi semi-fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok
47
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, dan ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi:
- Kolaborassi pemberian mukolitik atau ekspetoran,
jika perlu
2. Selasa, D.0003 Gangguan Tujuan: I.01026 Terapi Oksigen
28/09/21 Pertukaran Gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi:
08.10 selama 3x24 jam diharapkan - Monitor kecepatan aliran oksigen
pertukaran gas meningkat dengan - Monitor posisi alat terapi oksigen
kriteria hasil: - Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan
L.01003 Pertukaran Gas fraksi yang diberikan cukup
- Napas cuping hidung menurun - Monitor efektifitas terapi oksigen (misal oksimetri,
- PCO2 membaik analisa gas darah), jika perlu
- PO2 membaik Terapeutik:
- PH arteri membaik - Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika
- Pola napas membaik perlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
Edukasi:
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
48
Kolaborasi:
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
3. Selasa, D.0005 Pola Napas Tidak Tujuan: I.01014 Pemantauan Respirasi
28/09/21 Efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
08.10 selama 3x24 jam diharapkan pola - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas membaik dengan kriteria hasil: napas
L.01004 Pola Napas - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
- Penggunaan otot bantu napas hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
menurun ataksik
- Pernapasan cuping hidung - Monitor kemampuan batuk efektif
menurun - Monitor adanya produksi sputum
- Frekuensi napas membaik - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
49
3.4 Implementasi
Tabel 3. 4 Implementasi
Hari/
Tgl/ Diagnosa Kep. Jam Implementasi Paraf
Shift
Selasa, 28 September 2021
Selasa, D.0001 Bersihan 08.10 - Mengatur posisi semi-fowler
28/09/21 Jalan Napas - Berkolaborasi pemberian fentolin nebul
Tidak Efektif - Berkolaborasi pemberi ceftriaxone 1
mg/12 jam
- Berkolaborasi pemberian oksigen simple
mask 6 lpm
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Memasang perlak dan bengkok
- Menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, dan ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3
- Menbuang sekret pada tempat sputum
- Mengevaluasi bunyi napas tambahan
- Menonitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Selasa, D.0003 08.10 - Berkolaborasi penentuan dosis oksigen,
28/09/21 Gangguan Simpel mask 6 lpm
Pertukaran Gas - Mempertahankan kepatenan jalan napas
- Memposisikan pasien semi fowler
- Menyiapkan dan mengatur peralatan
pemberian oksigen
- Memonitor kecepatan aliran oksigen
- Memonitor aliran oksigen secara periodik
- Mengevaluasi RR, pola napas
- Memonitor nilai AGD
Selasa, D.0005 Pola 08.10 - Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
28/09/21 Napas Tidak dan upaya napas
Efektif - Memonitor pola napas
- Memonitor kemampuan batuk efektif
- Memonitor adanya produksi sputum
- Memonitor saturasi oksigen
50
- Mengevaluasi RR, pola napas,
pernapasan cuping hidung, dan retraksi
dinding dada
Rabu, 29 September 2021
Rabu, D.0001 Bersihan 08.00 - Mengatur posisi semi-fowler
29/09/21 Jalan Napas - Berkolaborasi pemberian fentolin nebul
Tidak Efektif - Berkolaborasi pemberi ceftriaxone 1
mg/12 jam
- Berkolaborasi pemberian oksigen simple
mask 6 lpm
- Menganjurkan melakukan batuk efektif
setelah dilakukan nebul
- Memasang perlak dan bengkok
- Menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, dan ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Menganjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3
- Membuang sekret pada tempat sputum
- Mengevaluasi bunyi napas tambahan
- Menonitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
- Melatih pasien agar dapat melakukan
batuk efektif secara mandiri
Rabu, D.0003 08.00 - Mempertahankan kepatenan jalan napas
29/09/21 Gangguan - Memposisikan pasien semi fowler
Pertukaran Gas - Memberikan O2 simpel mask 6 lpm
- Memonitor kecepatan aliran oksigen
- Memonitor aliran oksigen secara periodik
- Memonitor SPO2
- Memonitor nilai AGD
- Mengevaluasi RR, pola napas
Rabu, D.0005 Pola 08.00 - Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
29/09/21 Napas Tidak dan upaya napas
Efektif - Memonitor pola napas
- Memonitor kemampuan batuk efektif
- Memonitor adanya produksi sputum
- Memonitor saturasi oksigen
- Mengevaluasi RR, pola napas,
pernapasan cuping hidung, dan retraksi
dinding dada
Kamis, 30 September 2021
Kamis, D.0001 Bersihan 08.00 - Mengatur posisi semi-fowler
51
30/09/21 Jalan Napas - Berkolaborasi pemberian fentolin nebul
Tidak Efektif - Berkolaborasi pemberi ceftriaxone 1
mg/12 jam
- Berkolaborasi pemberian oksigen simple
mask 6 lpm
- Berkolaborasi pemberian OAT
- Mendampingi pasien melakukan batuk
efektif secara mandiri
- Menbuang sekret pada tempat sputum
- Mengevaluasi bunyi napas tambahan
- Menonitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Kamis, D.0003 08.00 - Mempertahankan kepatenan jalan napas
30/09/21 Gangguan - Memposisikan pasien semi fowler
Pertukaran Gas - Memberikan O2 simpel mask 6 lpm
- Memonitor kecepatan aliran oksigen
- Memonitor aliran oksigen secara periodik
- Memonitor SPO2
- Memonitor nilai AGD
- Mengevaluasi RR, pola napas
Kamis, D.0005 Pola 08.00 - Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
30/09/21 Napas Tidak dan upaya napas
Efektif - Memonitor pola napas
- Memonitor kemampuan batuk efektif
- Memonitor adanya produksi sputum
- Memonitor saturasi oksigen
- Mengevaluasi RR, pola napas,
pernapasan cuping hidung, dan retraksi
dinding dada
52
3.5 Evaluasi
Tabel 3. 5 Evaluasi
Hari/
Tgl/ Diagnosa Kep. Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Shift
Selasa, 28 September 2021
Selasa, D.0001 Bersihan 10.00 S:
28/09/21 Jalan Napas Tidak - Pasien mengatakan nyaman setelah dilakukan
Efektif nebul dan batuk efektif
O:
- Posisi pasien semi fowler
- Pasien kooperatif saat dilakukan batuk efektif
- Sekret bisa keluar, warna kuning, konsisntensi
berlendir
- Suara nafas tambahan terdengar ronkhi
- RR 24x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Selasa, D.0003 Gangguan 10.00 S :
28/09/21 Pertukaran Gas - Pasien mengatakan sesak sedikit berkurang
O:
- Terpasang O2 simpel mask 6 lpm
- Posisi pasien semi fowler
- RR 24x/menit
- Pernafasan cuping hidung (+)
- Pola napas ireguler
- PH 7,2
- PCO2 43 mmHg
- SaO2 96 %
- HCO3 30 mEq/L
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Selasa, D.0005 Pola 10.00 S:
28/09/21 Napas Tidak - Pasien mengatakan sesak sedikit berkurang
Efektif O:
- RR 24x/menit
- Pola napas ireguler
- Pernafasan cuping hidung (+)
- Retraksi dinding dada (+)
- Nafas tachipneu
- Nafas cepat dangkal
- Pasien mampu melakukan batuk efektif
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Rabu, 29 September 2021
53
Rabu, D.0001 Bersihan 10.00 S:
29/09/21 Jalan Napas Tidak - Pasien mengatakan batuk berkurang
Efektif - Pasien mengatakan dahak berkurang
O:
- Posisi pasien semi fowler
- Pasien kooperatif saat dilakukan batuk efektif
- Sekret bisa keluar, warna kuning, konsisntensi
berlendir
- Suara nafas tambahan ronkhi berkurang
- RR 21 x/menit
- Pasien dapat melakukan batuk efektif secara
mandiri
A: Masalah belum
P: Lanjutkan Intervensi
Rabu, D.0003 Gangguan 10.00 S :
29/09/21 Pertukaran Gas - Pasien mengatakan sesak berkurang
O:
- Terpasang O2 simpel mask 6 lpm
- Posisi pasien semi fowler
- RR 21x/menit
- PH 7,2
- PCO2 43 mmHg
- SaO2 98 %
- HCO3 30 mEq/L
- Pola nafas ireguler
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, D.0005 Pola 12.00 S:
29/09/21 Napas Tidak - Pasien mengatakan sesak berkurang
Efektif O:
- Pernafasan cuping hidung (+)
- Pola napas ireguler
- Pasien mampu melakukan batuk efektif
- Pernafasan cuping hidung (-)
- Retraksi dinding dada (+)
- SPO2 98%
A: Masalah belum teratasi
- P: Lanjutkan intervensi
Kamis, 30 September 2021
Kamis, D.0001 Bersihan 10.00 S:
30/09/21 Jalan Napas Tidak - Pasien mengatakan batuk berkurang
Efektif - Pasien mengatakan dahak dapat keluar
O:
- Posisi pasien semi fowler
- Sekret bisa keluar, warna kuning, konsisntensi
berlendir
- Suara nafas tambahan ronkhi berkurang
54
- RR 21 x/menit
- Pasien dapat melakukan batuk efektif secara
mandiri
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan Intervensi
Kamis, D.0003 Gangguan 10.00 S :
30/09/21 Pertukaran Gas - Pasien mengatakan sesak berkurang
O:
- Terpasang O2 simpel mask 6 lpm
- Posisi pasien semi fowler
- RR 21x/menit
- PH 7,3
- PCO2 43 mmHg
- SaO2 99 %
- HCO3 28 mEq/L
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kamis, D.0005 Pola 12.00 S:
30/09/21 Napas Tidak - Pasien mengatakan sesak berkurang
Efektif O:
- Pernafasan cuping hidung (-)
- Pola napas reguler
- Pasien mampu melakukan batuk efektif
- Pernafasan cuping hidung (-)
- Retraksi dinding dada (+)
- SPO2 99%
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
55
BAB IV
REVIEW JURNAL DAN PEMBAHASAN
56
Techniques in New departemen rawat jalan rumah (Teknik FEF75% dan FEF25-75% dengan konversi
Sputum Positive sakit pernapasan yoga) sputum positif ke negatif-FME pada pasien
Pulmonary Variabel : BB, Mengukur pada Pasien Tb.
Tuberculosis kapasitas udara yang dihirup, dengan NSP PTB Teknik pernafasan yoga untuk PTB
pemeriksaan mikroskopis pada berat badan , menunjukkan kenaikan berat badan yang
fluoresensi sputum (FME) indeks massa lebih baik, pengurangan gejala, peningkatan
Instrumen : Spirometri, tubuh (BMI), skor kapasitas paru-paru dan konversi dahak yang
timbangan digital, beaker glass gejala, fungsi lebih baik selama fase intensif ATT.
dan sample sputum paru (PF),
pemeriksaan
mikroskopis
fluoresensi
sputum (FME)
dan kualitas hidup
terkait kesehatan
(HRQL)
3 (Lutfian & Akbar, Pubmed Desain : Literatur review untuk Hasil analisis menyebutkan bahwa Intervensi
2019) dan The Sampel : Pasien dengan tb mengeksplorasi latihan ACBT dikombinasikan dengan
Intervention of positif intervensi ACBT aromaterapiMentha piperita meningkatkan
ACBT (Active Cycle Analisis : review terkonjugasi kestabilan pasien, pada 5 hari terapi dapat
Of Breathing dengan Mentha mengurangi sesak nafas, Menurunkan
Technique) Exercise piperita sebagai Respirasi Rate (RR) dari 28,86 x/mnt menjadi
Combined with terapi pada pasien 24,86 x/mnt, meningkatkan relaksasi akibat
Aromatherapy TB paru. ekskresi Serotonin dan dopamin hormon,
Mentha Piperita L. meningkatkan jumlah FEV1 (2,355-2,855)
as a Complementary dan FVC (3,22-3,47), memperlancar ekskresi
Therapy to Patient sputum karena peningkatan volume tidal dan
with Pulmonary Tb pembukaan sistem kolateral dari 13% menjadi
57
(Tuberculosis) in 36,1% dan aktivitas antibakteri in vitro
Agroindustry Sector ekstrak etanol menunjukkan konsistensi
100mg/ml M.piperita menghambat
pertumbuhan M.tuberkulosis. Intervensi
berdasarkan penelusuran literatur ini dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak
diinginkan pada pasien TB paru di kalangan
komunitas agroindustri.
58
4.2 Pembahasan
59
2012).
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2) dibawah normal
(normal PaO 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus PaO2 < 50 mmHg atau
SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi,
pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen (Tarwoto &
Wartonah, 2015).
Oksigenasi standar biasanya diberikan melalui nasal kanula, masker wajah
atau masker reservoir nonrebreathing sesuai dengan keparahan pasien dan dengan
keputusan dokter yang bertanggung jawab. Laju aliran oksigen harus disesuaikan
untuk menjaga saturasi oksigen minimal 92% (Arofah & Sudaryanto, 2020).
Penyakit Tuberculosis (TBC) termasuk ke dalam penyakit Interstitial Lung
Disease (ILD) dimana salah satu gejala yang dialami adalah dispnea. Dispnea
pada pasien TBC dapat dikurangi menggunakan intervensi oksigenasi yaitu
pemberian oksigen tambahan baik melalui nasal kanul, ventury mask, atau masker
dengan reservoir bags. Tetapi, dari ketiga terapi oksigen tersebut, masker dengan
reservoir bags lebih dianjurkan karena dapat mengurangi dispnea dan
meningkatkan saturasi oksigen secara maksimal sehingga resiko pasien terkena
hipoksemia akan menurun.
60
relaksasi (Mooventhan, 2014).
Pemeriksaan dahak pada penderita TBC bisa berubah dari positif ke
negatif. Hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan kekebalan dengan
pengurangan tingkat stres. Latihan yoga sendiri diketahui dapat mengurangi stres
yang dapat mengurangi kerentanan terhadap infeksi. Selain itu, studi terdahulu
tentang yoga pada pasien TBC menunjukkan hasil bahwa pasien TBC
menunjukkan peningkatan berat badan yang signifikan, pengurangan gejala,
peningkatan kapasitas paru, dan konversi dahak yang baik selama fase pengobatan
TBC intensif (Mooventhan, 2014).
Pranayama yoga adalah jembatan antara pikiran dan hal-hal fisik antara
tubuh dan roh. Pranayama dalam yoga meningkatkan pernafasan dan
menurunkan detak jantung. Syaraf otonom yang aktif adalah syaraf parasimpatis
yang berfungsi memperlambat detak jantung dan mengatur sekresi kelenjar
adrenalin. Aktivitas syaraf simpatis dapat menurunkan tingkat kecemasan
sehingga akan meningkatkan kualitas hidup klien (Astuti dkk, 2017).
Latihan yoga khususnya pranayama atau pernafasan yoga dapat membuat
individu mengidentifikasi pemikiran negatif yang jauh berkembang dalam
pikiran mereka. Saat menarik dan menghembuskan nafas udara masuk dalam
tubuh membawa oksigen yang berfungsi sebagai bahan bakar untuk
mengaktifkan sel di dalam tubuh (Astuti dkk, 2017).
Yoga merupakan terapi komplementer yang dalam pelaksanaannya harus
tetap memperhatikan terapi utama yaitu pengobatan anti tuberculosis. Yoga
breathing yang dilakukan pada penderita TBC bekerja dengan cara menurunkan
tingkat stres sehingga hasil sputum negatif, peningkatan berat badan, penurunan
gejala, dan peningkatan ekspansi paru bisa tercapai dengan baik.
61
relaksasi, meningkatkan nilai FEV1 dan FVC, memperlancar pengeluaran sputum
dan menjaga kebugaran. Sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang
tidak diinginkan pada penderita TB paru di kalangan masyarakat agroindustri
(Lutfian & Akbar, 2019).
Latihan pernapasan ACBT dapat mengembalikan pernapasan normal dan
dapat mencegah bronkospasme pada saluran pernapasan sehingga tetap terbuka
bahkan selama ekspirasi. Selain itu, latihan pernapasan dapat meningkatkan inflasi
alveolar maksimal dan mengendurkan otot, menghilangkan kecemasan,
menghilangkan pola aktivitas otot pernapasan yang tidak terkoordinasi,
memperlambat frekuensi dan mengurangi kerja pernapasan. Latihan pernapasan
akan meningkatkan kapasitas inspirasi dan merangsang kerja otot-otot pernapasan.
Latihan pernapasan dilakukan dengan menarik dan menahan napas selama 3 detik
untuk mendapatkan lebih banyak O2 dari atmosfer dan mengeluarkan CO2 dari
mulut seperti meniup. Saat melakukan teknik pernapasan dalam dianjurkan untuk
meletakkan tangan kanan di dada dan tangan kiri di atas perut (Lutfian & Akbar,
2019).
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak
atsiri yang berguna untuk memperbaiki kondisi fisik dan psikis agar menjadi lebih
baik. Ketika esensial dihirup, molekul akan memasuki rongga hidung dan
merangsang sistem limbik. Sistem limbik merupakan area yang mempengaruhi
emosi dan memori dan berhubungan langsung dengan adrenal, kelenjar pituitari,
hipotalamus, bagian tubuh yang mengatur detak jantung, tekanan darah, stres
memori, keseimbangan hormonal, dan sistem pernapasan (Lutfian & Akbar,
2019).
Mental ( Mentha piperita) adalah tanaman herbal tahunan milik keluarga
Lamiaceae. Jenis ini adalah spesies steril yang dihasilkan dari persilangan antara
Mentha spicata dan Mentha Aquatica Kandungan mentol tertinggi dari beberapa
jenis mentha adalah dari Papirus Mentha. (Yuli Widiyastuti dkk, 2018). . Aroma
mentol yang terdapat pada daun mint memiliki sifat anti inflamasi sehingga akan
membuka saluran pernafasan dan memperluas bronkus. Selain itu, daun mint juga
akan membantu mengobati infeksi akibat serangan bakteri. Karena daun mint
memiliki sifat anti bakteri. Untuk meredakan pernapasan, minumlah mint secara
62
langsung. Terapi inhalasi ditunjukkan untuk mengobati infeksi. Penggunaan terapi
inhalasi diindikasikan untuk pengobatan asma, PPOK, dan TBC (Rasmin, M,
2012).
Penderita TB paru akan diberikan terapi latihan pernapasan ACBT yang
akan dikonjugasi dengan aromaterapi selama 30 hari Mentha Piperita. Ada tiga
teknik yang digunakan dalam pernapasan ACBT yaitu Teknik Deep Breathing
Exercise, Huffing Exercise dan Breathing Control yang dilakukan ± 2 menit pada
masing-masing teknik. Latihan pernapasan ACBT dikombinasikan denganMentha
Piperita dapat menciptakan suasana relaksasi sehingga akan membuka saluran
pernafasan dan melebarkan bronkus. Selain itu, daun mint juga akan membantu
mengobati infeksi akibat serangan bakteri. Karena daun mint memiliki sifat anti
bakteri. Mentha Piperita teknik aromaterapi dengan inhalasi sederhana dilakukan
1x sehari dalam 2-3 menit setiap inhalasi 4x. Terapi latihan pernapasan ACBT
kombinasi dengan aromaterapi Mentha Piperita adalah untuk membantu klien
yang mengalami Tuberkulosis untuk rileks dan mengurangi manifestasi klinis
klien dengan TB paru (Lutfian & Akbar, 2019).
ACBT merupakan teknik siklus aktif pernapasan merupakan
intervensi non farmakologis untuk membantu mengatasi atau mengurangi
gangguan pernafasan. sedangkan pemberian aromaterapi merupakan terapi
komplementer. Latihan Breathing Control bertujuan untuk mengedukasi kembali
pola pernapasan yang tenang dan berirama sehingga penderita dapat menghemat
energi untuk bernafas dan penderita akan terbiasa melakukan pernafasan yang
teratur saat serangan pernafasan datang. Aromaterapi dihirup melalui hidung dan
diteruskan melalui silia ke saraf olfaktorius kemudian rangsangan diteruskan ke
neuron di medula oblongata dan spons batang otak yang kemudian merangsang
sistem limbik untuk menghasilkan hormon serotonin yang bertanggung jawab
untuk stabilisasi dan relaksasi emosi.
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyakit Tuberculosis (TBC) termasuk ke dalam penyakit Interstitial
Lung Disease (ILD) dimana salah satu gejala yang dialami adalah dispnea.
Dispnea pada pasien TBC dapat dikurangi menggunakan intervensi
oksigenasi yaitu pemberian oksigen tambahan terutama dengan
penggunaan masker reservoir bags.
2. Yoga breathing terbukti efektif dilakukan pada penderita TBC bekerja
karena dapat menurunkan tingkat stres sehingga hasil sputum negatif,
peningkatan berat badan, penurunan gejala, dan juga peningkatan ekspansi
paru bisa tercapai dengan baik.
3. Active Cycle Of Breathing Technique yang dikombinasikan dengan
aromaterapi Mentha Piperita L. ekstrak terbukti dapat meningkatkan
kestabilan pasien dengan TB paru, mengurangi sesak nafas, menstabilkan
frekuensi pernafasan (RR), sebagai relaksasi, meningkatkan nilai FEV1
dan FVC, memperlancar pengeluaran sputum dan menjaga kebugaran.
5.2 Saran
1. Institusi Pengambil Kebijakan Rumah Sakit
Dengan hasil laporan ini diharapkan Institusi Pengambil Kebijakan Rumah
Sakit dapat menjadikan refrensi sebagai salah satu cara yang dapat
dikembangkan dalam pelaksanaan perawatan sistem oksigenasi pada
penderita Tubercolosis guna meningkatkan tingkat kesembuhan pasien
Tubercolosis.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Malang
Bagi Poltekkes Kemenkes Malang diharapkan dengan hasil laporan ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang perawatan sistem oksigenasi pada pasien
Tubercolosis.
3. Bagi Peneliti Selajutnya
64
Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi kajian ilmiah dari teori yang didapat dan
implementasi perawatan sistem oksigenasi dalam penelitian selanjutnya
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti diharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk kajian ilmiah dari teori yang didapat dan implementasi
dalam perawatan sistem oksigenasi pada pasien Tubercolosis.
65
DAFTAR PUSTAKA
Alie, Y., & Rodiyah. (2013). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Pasien Tb. 15-21.
Mooventhan, A., Khode, V., & Nivethitha, L. (2014). Effect of yogic breathing
techniques in new sputum positive pulmonary tuberculosis. International
journal of preventive medicine, 5(6), 787.
66
Price, S. A. (2015). Nanda NIC-NOC Edisi I (Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis). Jakarta: Penerbit Mediaction.
Yoon, H. K., Park, Y. B., Rhee, C. K., Lee, J. H., & Oh, Y. M. (2017). Summary
of the chronic obstructive pulmonary disease clinical practice guideline
revised in 2014 by the Korean Academy of Tuberculosis and Respiratory
Disease. Tuberculosis and respiratory diseases, 80(3), 230-240.
67