Anda di halaman 1dari 37

0

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI SANITASI JAMBAN PADA MASYARAKAT


DUSUN LUBUK NOR-NOR DESA JANJI KECAMATAN
BILAH BARAT KABUPATEN LABUHANBATU
TAHUN 2022

OLEH:
MELISA ERBINA BR GINTING
NIM : KK2104011

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan kasih karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “Identifikasi Sanitasi Jamban Pada Masyarakat

Dusun Lubuk Nor-Nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2022 “. Proposal Penelitian merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S-1

Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Sumatera Utara INKES SUMUT. Selama

penulisan proposal penelitian ini penulis mengalami berbagai hambatan, namun

berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak baik secara moril

maupun materi akhirnya proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena

itu dengan kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan

dan ucapan terimakasih kepada :

1. Ketua Yayasan Dr Ferrial Paesha Sirait,M.Sc dan Pengurus Yayasan STIKES


SU Drs Asman R Karo-Karo dan Prof.Dr.H.Paul Sirait,SKM,MM,Mkes yang
sudah menyediakan fasilitas sarana dan prasarana selama menempuh
pendidikan Sarjana Kebidanan INKES SUMUT
2. David Siagian SKM,M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Sumatera Utara
(INKES SUMUT)
3. Bapak/Ibu (Orang tua/Mertua) tercinta yang dengan penuh kasih sayang
serta selalu memberikan dukungan dan do’a hingga saya dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
4. Terkhusus dan teristimewa untuk Suami tercinta dan anak-anaku tersayang
yang selalu setia dan menyayangiku serta berdo’a demi keberhasilanku.
2

5. Kepada Seluruh rekan-rekan mahasiswi, teman sejawat, adik-adik serta


sahabat-sahabat terbaik khususnya seluruh teman-teman dari Program Studi
S-1 Kesehatan Program ILmu Kesehatan Masyarakat yang selalu
memotivasi, dan tetap memberi semangat untuk terus maju, dan pantang
menyerah.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini. Saya sadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari sempurna,
namun saya berharap kiranya proposal penelitian ini bermanfaat bagi
pembacanya.

Medan, 2022

Penulis

Melisa Erbina Br Ginting


3

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ............................................................................ i


PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ vi
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah....................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sanitasi ......................................................................... 8
2.1.1 Pengertian .................................................................. 8
2.2 Jamban ......................................................................... 9
2.2.1 Pengertian ............................................................... 9
2.2.2 Pemanfaatan Jamban ............................................. 10
2.2.3 Jenis Jamban ........................................................... 10
2.2.4 Syarat Jamban Sehat .............................................. 12
2.2.5 Pemelihaan Jamban ................................................ 15
2.3 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sanitasi Jamban 16
2.4 Kerangka Konsep ......................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian............................................................. 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel...................................................... 24
3.4 Defenisi Operasional .................................................... 25
3.5 Aspek Pengukuran ....................................................... 26
3.6 Metode Pengumpulan Data ......................................... 27
3.7 Teknik Analisa Data .................................................... 28

Daftar Pustaka
Lampiran
4

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ....................................................... 25


5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ....................................................... 22


6

DAFTAR SINGKATAN

BABS : Buang Air Besar Sembarang


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sanitasi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi beberapa faktor

lingkungan fisik yang dibutuhkan makhluk-makhluk utama yang mempunyai

dampak merusak bagi perkembangan fisik, kesehatan dan kesehatan dan

kelangsungan hidup (Mukhlasin, Fitri, & Elengoe, 2020).

Istilah sanitasi juga mengacu kepada pemeliharaan kondisi higienis melalui

upaya penyediaan sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran manusia

seperti urine dan faeces. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan

berdampak negative di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualias

lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,

meningkatnya jumlah kejadian diare dan muncunya beberapa penyakit (Zenni,

2020)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan, Pasal 31 menyatakan bahwa penyehatan dilakukan terhadap media

lingkungan berupa air, udara, tanah, pangan, serta sarana dan bangunan.

Pengaturan kesehatan lingkungan bertujuan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.


2

Oleh sebab itu, penyehatan lingkungan perlu diawali dari penyehatan lingkungan

yang ada masyarakat terlebih dahulu.

Masyarakat memandang jamban keluarga dan sarana air bersih bukan

sebagai suatu kebutuhan yang penting bagi kesehatan. Kegiatan BAB masih

banyak dilakukan masyarakat di sungai-sungai sekitar rumah mereka. Kebiasaan

yang sudah melekat sejak lama itu yang masih belum bisa dirubah meskipun

secara tidak langsung banyak kerugian yang ditimbulkan akibat kebiasaan

perilaku tersebut. Sementara itu, kondisi air bersih juga belum menjadi perhatian

utama masyarakat, masih minimnya sarana air bersih yang memenuhi syarat

sehingga mengakibatkan masih adanya masyarakat yang melakukan aktivitas

mencuci pakaian ataupun makanan di daerah sungai. Banyak faktor yang secara

langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong terjadinya diare yaitu faktor

agent, penjamu, lingkungan dan perilaku (1). Faktor lingkungan merupakan faktor

yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja,

kedua faktor berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor

lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan

perilaku manusia yang tidak sehat, maka penularan diare dengan mudah dapat

terjadi (Ridha,2021) .

Kepemilikan jamban termasuk kedalam sanitasi dasar maka seharusnya

semua orang sudah memiliki jamban, jika kepemilikan jamban dimasyarakat

rendah akan semakin tinggi yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan

(BABS), dimana hal tersebut dapat mengganggu kesehatan serta dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan.Berdasarkan konsep dan definisi MDGs,


3

rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang

digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan jenis kloset

leher angsa atau plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat pembuangan

akhir tinja tangki (septic tank) atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dan

merupakan fasilitas buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama

(Kemenkes, 2017).

Data Badan Pusat Statistik 2019 menunjukkan capaian akses sanitasi layak

diposisi 75 persen. Meskipun terus mengalami peningkatan setiap tahun tetapi

masih terdapat selisih 67 juta jiwa penduduk yang belum terlayani akses sanitasi

layak. Capaian ini menunjukkan perlunya upaya peningkatan akses dua hingga

tiga kali lipat per tahun untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan /

Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di 2030. Jika sanitasi lingkungan

buruk, maka penerapan hidup sehatnya juga buruk. Hal ini didukung dengan

keberadaan Indonesia yang ada di daerah tropis dan berada digaris khatulistiwa,

dan perubahan iklim yang semakin buruk membuat pertumbuhan agen-agen

penyakit semakin meningkat. Sanitasi yang baik dapat dikatakan cerminan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang baik juga. Menurut Raksanagara

Zhafirah mengatakan bahwa untuk menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-

hari diperlukan kontribusi dari seluruh anggota keluarga, untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat mengenai hidup bersih dan sehat sehingga berperan aktif

dalam bidang kesehatan masyarakat ( Misdayanti,2019)

Berdasarkan data STBM smart akses kepemilikan jamban Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2020 sebesar 75,17% dimana Labuhanbatu akses


4

jamban yaitu 53,40% dan Kabupaten Labuhanbatu tertinggal dengan cakupan

kepemilikan jamban 54,91% (Dinkes Sumut, 2021).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2021 dari

15 Puskesmas yang ada di Kabupaten Labuhanbatu terdapat dua puskesmas

dengan persentase cakupan kepemilikan jamban terendah yaitu Puskesmas Janji

42,6%, Puskesmas Labuhan Bilik 49,2% (Dinkes Kabupaten Labuhanbatu,

2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Janji tahun 2021 dari 7

Desa yang ada di Kecamatan Janji terdapat satu Dusun dengan presentase

keluarga yang mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat terendah yaitu

Dusun Lubuk Nor-nor 42,6%. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat Lubuk

Nor-Nor 3 dari 5 kepala keluarga yang diwawancarai mengatakan akses

penyedian air bersih yang masih minim dan wilayah Lubuk Nor-Nor yang

merupakan dataran rendah (Dinkes Kabupaten Labuhanbatu, 2021).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sanitasi jamban pada

masyarakat di Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu yang dikaitkan dengan,Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Masyarakat serta ketersediaan air bersih, ketersediaan lahan dan pendapatan

masyarakat.

Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yaitu “Identifikasi Sanitasi Jamban Pada Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor

Desa Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2022”


5

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Identifikasi

Sanitasi Jamban Pada Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan

Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2022?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui Identifikasi Sanitasi Jamban Pada

Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2022?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi factor pendidikan mayarakat terhadap sanitasi jamban

Pada Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah

Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2022

2. Mengidentifikasi factor pengetahuan mayarakat terhadap sanitasi jamban

Pada Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah

Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2022

3. Mengidentifikasi kesedian air bersih mayarakat terhadap sanitasi jamban

Pada Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah

Barat Kabupaten Labuhanbatu

4. Mengidentifikasi kesediaan lahan mayarakat terhadap sanitasi jamban

Pada Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah

Barat Kabupaten Labuhanbatu


6

5. Mengidentifikasi pendapatan mayarakat terhadap sanitasi jamban Pada

Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu

6. Mengidentifikasi Pengetahuan mayarakat terhadap sanitasi jamban Pada

Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu

7. Mengidentifikasi Sikap mayarakat terhadap sanitasi jamban Pada

Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu

8. Mengidentifikasi Perilaku mayarakat terhadap sanitasi jamban Pada

Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian nanti, diharapkan hasil dari

penelitian tersebut dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dan menjadi

referensi mengenai mengetahui Identifikasi Sanitasi Jamban Pada

Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2022


7

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dipakai sebagai bahan bacaan atau referensi guna menambah

wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan masyarakat

mengenai Identifikasi Sanitasi Jamban Pada

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman secara langsung sekaligus sebagai

pegangan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini, serta

sebagai sumber data penelitian mengenai sanitasi jamban

c. Bagi Tempat Penelitian

Dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan khususnya sanitasi

jamban.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi

2.1.1 Pengertian

Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari kata sanitation yang diartikan

sebagai penjagaan kesehatan. Ehler dan Steel mengemukakan bahwa sanitasi

adalah usahausaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang

dapat menjadi mata rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar

mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik

beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia

(Igayuas,2018 ).

Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha

yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada

manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak

perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup (Huda, 2016).

Sedangkan menurut Notoatmodjo, sanitasi itu sendiri merupakan perilaku

disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia

bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya

dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia,

sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah

status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan

kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya (Huda, 2016)

Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah pembuangan tinja. Termasuk


9

dalam pengertian ini  meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air

besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja.

Sedangkan kriteria akses terhadap sanitasi layak jika penggunaan fasilitas tempat

BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis ‘latrine’ dan

tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana

pembuangan air limbah (SPAL). Sedangkan kriteria yang digunakan JMP WHO-

UNICEF 2008, sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu ‘improved’, ‘shared’,

‘unimproved’ dan ‘open defecation’. (Depkes RI, 2010)

2.2 Jamban

2.2.1 Pengertian

Dikutip oleh Firdausiah (2019) dari DEPKES RI Jamban adalah suatu

bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran

atau najis manusia, biasa disebut kakus/ wc. Sehingga kotoran tersebut akan

tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau

penyebaran penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman

Menurut Firduasiah(2019) dalam Simatupang (2014), jamban adalah

suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang

terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa

leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan

air untuk membersihkan. Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya

kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga.
10

Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang kedalam tempat penampungan

kotoran yang disebut jamban

2.2.2 Pemanfatan Jamban

Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau memakai jamban dalam hal

buang air besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh lingkungan

yang sehat. Dimulai dari bagaimana masyarakat mengetahui pengertian jamban,

syarat jamban sehat hingga cara pemeliharaan jamban serta partisipasi aktif

masyarakat untuk memanfaatkannya (Firdausiah,2019).

Menurut Firdausiah(2019) dalam Tarigan upaya pemanfaatan jaman yang

dilakukan oleh keluarga akan berdampak besar pada penurunan penyakit, karena

setiap anggota keluarga sudah buang air besar di jamban. Maka dari itu perlu

diperhatikan oleh kepala keluarga dan setiap anggota keluarga yaitu:

1) Jamban keluarga layak digunakan oleh setiap anggota keluarga

2) Membiasakan diri untuk menyiram menggunakan air bersih setelah

menggunakan jamban.

3) Membersihkan jamban dengan alat pembersih minimal 2-3 kali seminggu.

2.2.3 Jenis Jamban

Menurut Igayuas (2018) dalam Mubarak , berdasarkan bentuknya dan cara

mempergunakannya terdapat beberapa jenis jamban antara lain :

1) Jamban cemplung (Pit Latrine)

Merupakan kakus paling sederhana yang digunakan masyarakat, namun

kurang sempurna. Dinamakan kakus cemplung karena hanya terdiri dari


11

galian dan atasnya diberi lantai sehingga kotoran langsung masuk ke

tempat penampungan dan dapat mengotori tanah.

2) Jamban plengsengan

Merupakan tempat untuk membuang kotoran dimana terdapat saluran yg

bentuknya miring penghubung antara tempat jongkok ke tempat

pembuangan kotoran. Kakus plengsengan lebih baik jika dibandingkan

dengan kakus cemplung karena baunya lebih berkurang dan lebih aman

bagi pemakai jamban. Namun seharusnya baik kakus cemplung atau

plengsengan ada baiknya tempat jongkok harus dibuatkan tutup.

3) Jamban Bor

Jamban jenis bor mempunyai lubang pembuangan kotoran yang lebih

dalam jika dibandingkan dengan jamban cemplung dan plengsengan.

Jamban ini tidak cocok untuk daaerah dengan kontur tanah

berbatu.Keuntungan dari jamban bor adalah bau yang ditimbulkan makin

berkurang, namun kerugiannya adalah kotoran lebih mencemari tanah.

4) Angsatrine (Water Seal Latrine)

Jamban yang bentuknya leher dengan lubang closet melengkung, lebih

baik jika dibandingkan dengan jamban sebelum sebelumnya karena

kotoran tidak berbau, hal ini dikarenakan selalu ada air pada bagian yang

melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan

kotoran. Sehingga dianjurkan jamban jenis ini didirikan di dalam rumah.

5) Jamban empang (Overhung Latrine)

Jamban yang dibangun diatas sungai, rawa, empang, dan sebagainya.


12

Kotoran dari jamban ini jatuh ke air dan akan di makan oleh ikan atau di

kumpulkan melalui saluran khusus dari bambu atau kayu dan ditanam

mengelilingi jamban.

6) Jamban septic tank

Jamban yang pembuangan kotorannya mengalami proses pembusukan

oleh kuman kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Biasanya jamban

jenis ini menggunakan satu bak atau lebih yang nantinya dipasang sekat

atau tembok penghalang. Dalam bak pertama akan terjadi proses

penghancuran, pembususkan dan pengendapan

2.2.4 Syarat Jamban Sehat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, standar dan persyaratan

kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

1) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari

gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

2) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

a) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter

dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana

(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,

tetapi harus diberi tutup


13

b) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan

mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem

Pembuangan Air Limbah (SPAL).

3) Bangunan bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan

pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran

atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk

bangunan bawah jamban, yaitu :

a) Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian

padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,

sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan

diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak

memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk

mengelola cairan tersebut.

b) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah

padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan

meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak

mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut

akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar

atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika

diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu

kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.


14

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut (Depkes RI,2004) :

(1) Tidak mencemari sumber air sumber air minum, letak lubang penampung

berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

(2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

(3) Cukup luas dan landai/miring kearah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah disekitarnya.

(4) Mudah dibersihkan dan aman penggunanya.

(5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

(6) Cukup penerangan.

(7) Lantai kedap air.

(8) Ventilasi cukup baik.

(9) Tersedia air dan alat pembersih.

Menurut Enjang dalam Igayuas (2018), ciri-ciri bangunan jamban yang

memenuhi syarat kesehatan yaitu harus memiliki :

(a) Rumah jamban

Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya

dari pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun

estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi

rumah tangga.
15

(b) Lantai

jamban Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang

sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air.

Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah jamban.

(c) Slab (tempat kaki berpijak waktu sipemakai jongkok).

(d) Closet (lubang tempat feaces masuk).

(e) Pit (sumur penampungan feaces).

2.2.5 Pemeliharaan Jamban

Agar jamban tidak menjadi sumber penyakit, jamban sebaiknya dipelihara

dengan baik dengan cara (Igayuas ,2018) :

1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2) Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih

3) Tidak ada genangan air disekitar jamban

4) Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa

5) Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6) Tersedia air bersih dan alat pembersih di dekat jamban

7) Bila ada bagian yang rusak harus sgera diperbaiki

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sanitasi Jamban

Menurut Green (2000) dalam Atin (2018) perilaku manusia berangkat dari

tingkat kesehatan dimana kesehatan itu dipengaruhi dua faktor pokok yaitu faktor
16

perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari

3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin.

1. Faktor yang mempermudah (Predisposising factors)

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mendorong

terjadinya suatu perilaku yang terwujud dalam umur, pengetahuan, jenis

kelamin pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, jumlah keluarga, nilai dan

persepsi (Atin, 2018).

a. Pengetahuan Kemampuan seseorang dalam tingkat menyerap

pengetahuan akan meningkat sesuai dengan pendidikan seseorang

(Atin,2018). Menurut Notoatmodjo (2017) dalam Ridha(2021)

bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pula

wawasannya.

b. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2017), sikap merupakan respon yang

masih tertutup setelah adanya rangsang atau stimulus, belum

termasuk tindakan karena masih merupakan faktor predisposisi

dari perilaku. Sikap akan memberikan respon positif atau negatif.

Sikap diri seseorang nanti akan membentuk suatu tindakan yang

positif yaitu menerima dan tindakan negatif yaitu menolak. Sikap

berbeda dengan tindakan, sikap merupakan reaksi tertutup, belum

reaksi terbuka. Karena sikap merupakan kesiapan untuk


17

menghadapi suatu objek tertentu. Maka dari itu sikap masih

merupakan faktor predisposisi tindakan suatu perilaku.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu pembentukan watak berupa sikap

disertai dengan kemampuan dalam ketrampilan, pengetahuan, dan

kecerdasan. Di Indonesia pendidikan formal dimulai dari SD

hingga Perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala

keluarga, semakin mudah menyerap informasi yang didapat guna

menanggapi masalah yang di hadapi (Ridha, 2021)

Menurut Widowati (2015), persentase yang berpendidikan tinggi

dengan perilaku BABS lebih sedikit dibanding persentase yang

berpendidikan rendah. Responden dengan pendidikan rendah

memiliki risiko perilaku 4.230 kali lebih besar untuk berperilaku

Buang Air Besar Sembarangan (BABS) daripada responden

dengan pendidikan tinggi.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin yaitu faktor- faktor yang memudahkan individu atau

populasi untuk merubah perilaku dan lingkungan mereka tinggal. Faktor

pemungkin dapat terwujud dalam pekerjaan, tingkat pendapatan,

ketersediaan air bersih, kepemilikan jamban, luas lahan, jarak jamban ke

sumber air, peran serta responden (Ridha,2021). Tingkat pendapatan yang

tinggi memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang baik jika dibandingkan dengan seseoarang berpenghasilan


18

rendah yang cenderung kurang memanfaatkan kesehatan serta

pemeliharaan kesehatan untuk membeli obat ataupun untuk ongkos

transportasi yang dirasa berat.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor yang ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya suatu perilaku

yang terwujud dalam kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Perilaku kepala keluarga dalam memanfaatkan jamban dipengaruhi oleh

dukungan keluarga, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama

(Kurniawati,2015). Menurut Pane (2009), dalam pembangunan kesehatan

di wilayah pedesaan, adanya dukungan dari aparat desa (kepala desa dan

perangkat desa) dianggap penting oleh masyarakat, sehingga segala

ucapannya akan mendapat perhatian dan diikuti oleh warganya. Selain

aparat desa, kader posyandu dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

yang bergerak dibidang kesehatan dapat pula memberikan dukungan

terhadap warga desa dalam pembangunan kesehatan.


19

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen (X) Variabel Dependent (Y)

- Pendidikan
Sanitasi Jamban
- Pengetahuan
- Ketersedian Air Bersih
- Ketersedian Lahan
- Pendapatan Masyarakat
- Sikap
- Perilaku

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Pengaruh
20

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif yaitu bersifat deskriftif

dengan rancangan penelitian cross sectional study. Pada penelitian ini peneliti

melakukan pengukuran pendidikan, pengetahuan, ketersediaan Air Bersih,

ketersediaan lahan dan pendapatan, sikap dan perilaku masyarakat di Lubuk Nor-

nor Desa Janji Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji Kecamatan

Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu . Penelitian dilakukan karena peneliti

bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Janji dan merupakan area pantauan peneliti

dalam kegiatan dan tugas pokok peneliti .

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian direncanakan dilaksanakan mulai dari Bulan November 2022
sampai dengan April 2023 dengan rangkaian kegiatan meliputi Perumusan
Masalah, Penyusunan Proposal, Seminar Proposal, Perbaikan Proposal,
pelaksanaan penelitian dan pengolahan data dan seminar hasil
3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek/objek penelitian dengan karakteristik

tertentu misalnya orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian

(Arikunto,2016).
21

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat Dusun

Lubuk Nor-nor Desa Janji yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas

Janji Kecamatan Bilah Barat

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebahagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi sampel (Arikunto,2016).

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Total Sampling yaitu tehnik penentuan sampel secara acak pada saat dilakukan

penelitian.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 responden

Kriteria Inklusi meliputi :

1. Responden yang memiliki Jamban

2. Berada di Wilayah Kerja Puskesmas Janji

Kriteria Eksklusi

1. Responden dengan Kepemilikan Jamban

3.4. Defenisi Operasional

Adapun variabel penelitian, definisi operasional dan cara pengukuran dari


variabel yang telah disebutkan diatas bisa dijelaskan dalam tabel dibawah ini
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Variabel penelitian, Defensi Operasional dan Cara Pengukuran
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Independent
Sanitasi Keberrsihan Observasi Kuesioner 1.Memiliki Ordinal
Jamban dalam Sanitasi
penggunakan 2.Tidak
kepemilikan memiliki
jamban sanitasi
22

Dependen
Pendidikan Jenjang Observasi Kuesioner 1. SD Ordinal
pendidikan 2SLTP
terakhir yang 3.SLTA
diperoleh 4.PT 40 Tahun
Responden
yang ditandai
dengan
memilik ijazah
Pengetahuan Kemampuan Observasi Kuesioner 1.Baik
yang dimiliki 2.Cukup.
responden 3.Kurang
terhadap
sanitasijamban
Ketersediaan Adanya Observasi Kuesioner 1. Ada Ordinal
Air Bersih sediaan air 2.Tidak Ada
bersih untuk
pengelolaan
sanitasi
jamban
Ketersedian Tersedianya Observasi Kuesioner 1. < 10 meter Ordinal
Lahan area yang 2..>10 meter
cukup antara
rumah dengan
lahan jamban
Pendapatan Penghasilan Observasi Kuesioner 1. >UMR Ordinal
yang diperolah 2.< UMR
responden dari
pekerjaan dan
profesi yang
dilakukannya
Perilaku Kebiasaan Observasi Kuesioner 1. Baik Ordinal
yang 2.Tidak Baik
dilakukan
responden
dalam hal
sanitasi
jamban
23

3.5 Aspek Pengukuran

1. Aspek pengukuran terhadap tingkat pengetahuan dapat diukur dengan

menggunakan skala pengukuran pengetahuan yang dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76% - 100% (7-10) dari

yang diharapkan.

b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% - 75% (4-6) dari

yang diharapkan.

c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <55%).

2. Aspek pengukuran terhadap sikap dapat diukur dengan menggunakan

skala. Ada dua bentuk skala yaitu jawaban setuju dan Jawaban tidak

setuju. Jawaban setuju diberi skor : 1 Sementara Jawaban tidak setuju

diberi skor : 0. Rentang nilai yang diperoleh antara lain dengan kategori

baik (76-100%), tidak baik (<55%).

3. Aspek pengukuran terhadap perilaku dapat diukur dengan

menggunakan skala. Ada dua bentuk skala yaitu jawaban Ya dan

jawaban Tidak . Jawaban Ya diberi skor : 1 Sementara Jawaban Tidak

diberi skor : 0. Rentang nilai yang diperoleh antara lain dengan kategori

baik (76-100%), tidak baik (<55%).


24

3.6 Metode Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2019) hal yang pertama dilakukan dalam analisa data

yaitu pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Dalam

proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang perlu ditempuh,

diantaranya adalah melalui :

1. Editing yaitu data yang masuk diolah secara benar sehingga pengolahan data

dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti,

kemudian data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengukuran

2. Coding, yaitu membuat kode dalam rangka mempermudah perhitungan

3. Tabulating yaitu mengelompokkan data dalam master tabel untuk

mempermudah pendistribusian dan berdasarkan variabel.

4. Scoring yaitu memberikan nilai dalam master tabel untuk mempermudah

dalam pengelompokan data.

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data

dalam penelitian yang menggunakan alat ukur untuk memperkuat hasil penelitian

(Hidayat, 2009). Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data ini yang

pertama dilakukan adalah membuat proposal penelitian, Setelah proposal

penelitian disetujui, maka dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan izin

penelitian ke Puskesmas Janji dan kemudian menyerahkan surat permohonan izin

penelitian kepada Kepala Puskesmas Janji

Langkah selanjutnya adalah mendapatkan calon responden sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan pendekatan dengan cara

mendatangi responden dan memberikan penjelasan mengenai penelitian ini.


25

Kemudian jika calon responden bersedia menjadi responden kemudian

menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden . Setelah responden

menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya akan diobervasi

3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data pada Identifikasi Sanitasi Jamban Masyarakat Dusun Lubuk

Nor-nor adalah analisis univariate dan bivariate yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. pada

umumnya analisi ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari

setiap variabel (Notoatmodjo,2017)

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk

menjelaskan dan menyajikan data-data yang ditampilkan

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variabel

baik berupa korelatif asosiatif maupun korelatif (Suharyono,2008) Pada

penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui antara variabel

independen dengan dependen yaitu Identifikasi Sanitasi Jamban . Pada

penelitian ini data yang diperoleh adalah data yang tidak berdistribusi normal,

sehingga penggunaan uji hipotesis akan dirubah dengan menggunakan

metode statistika nonparametrik,


26

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bernama Melisa Erbina Br Ginting adalah Mahasiswa di

INKES Sumatera Utara Saat ini sedang melakukan penelitian tentang

“Identifikasi Sanitasi Jamban di Masyarakat Dusun Lubuk Nor-nor Desa Janji

Kecamatan Bilah Barat Tahun 2022 “ . Penelitian ini merupakan salah satu

kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di INKES Sumatera Utara

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Data dan informasi yang diberikan tidak akan

dipublikasikan dan identitas dirahasiakan. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu

untuk mengisi kuesioner dan menandatangani lembar persetujuan ini.

Partisipasi dan informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk

keperluan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan.

Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

No Responden :
27

Lampiran 2

Kuesioner Sanitasi Jamban

I. DATA UMUM

1. Inisial Pemilik Sarana (Jamban) :

2. Jumlah Pemakai :

3. Pendidikan :SD sederajat


SLTP sederajat
SLTA sederajat
PT
4. Ketersedian Air Bersih : Ada
Tidak Ada
5. Ketersediaan Lahan : Ada < 10 Meter
Ada > 10 meter
Tidak Ada
6 Penghasilan per Bulan : Rp ………………..

II. JENIS JAMBAN YANG DIMILIKI

1. Tidak Ada

2. Cemplung tanpa tutup

3. Cemplung dengan tutup

4. Plengsengan

5. Leher angsa tanpa septitank

6. Leher angsa dengan septitank dan resapan


28

III. URAIAN SANITASI JAMBAN

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Jarak cubluk/resapan kurang dari 10 meter dari sumur

2 Lantai jamban tidak rapat sehingga memungkinkan


serangga dan binatang penular penyakit dapat masuk
ke dalam cubluk/resapan serta menimbulkan bau

3 Lubang masuk kotoran terbuka/bukan closet

4 Jamban belum dilengkapi dengan rumah jamban

5 Lantai licn dan tidak mudah dibersihkan

6 Panjang/lebar lantai , 1 meter

7 Rumah Jamban Tanpa atap


Sumber: Kuesioner Jamban Sehat Zakky Fananie (2019)

Penilaian
Sanitasi resiko tinggi (T) : Bila jumlah Jawaban Ya 5-7 atau
Bila jumlah jawaban Ya 1-4 tapi terdapat pada
nomor 1 dan 2
Sanitasi Resiko Sedang (S) : Bila jumlah Jawaban Ya 1-4 tapi tidak terdapat
pada no 1 # 2
Sanitasi Resiko Rendah(R) : Bila jumlah jawaban Ya 0

PENGETAHUAN
No Pernyataan Benar Salah
1 Jamban adalah tempat untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia
2 Jamban adalah sarana pokok yang harus dimiliki oleh
setiap keluarga
3 Penularan penyakit muntah-berak dapat dicegah
dengan membiasakan menggunakan jamban
4 Jamban harus dibangun jauh dari rumah
5 Septi tank bukan merupakan tempat untuk menampung
kotoran manusia (feces)
6 Selain dapat mencegah penularan penyakit, manfaat
yang dapat diperoleh dengan menggunakan jamban
adalah terciptanya lingkungan yang sehat bersih dan
sehat
Sumber : Jevri Nuvika Ratma,2018
29

SIKAP

No Pernyataan Setuju Tidak


Setuju
1 Mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus
rantai terhadap penularan penyakit dari tinja
2 BAB tidak dijamban dapat menimbulan penyakit
3 BAB tidak dijamban dapat menyebabkan pencemaran
lingkunga
4 Jarak penampungan tinja dengan sumber air minimal
10 meter
5 Pemerintah memiliki peraturan untuk memiliki atau
membuat jamban yang sehat
Sumber : Jevri Nuvika Ratma,2018

PERILAKU

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah selalu tersedia air bersih yang digunakan
dalam jamban rumah
2 Apakah terdapat ventilasi yang cukup pada jamban
dirumah
3 Pada jamban cemplung apakah lubang jamban ditutup
kembali setelah digunakan
4 Apakah saudara rutin membersihkan jamban
5 Apakah jarak septitank jamban lebih dari 10 meter
6 Apakah selalu tersedia sabun yang digunakan dalam
jamban dirumah
Sumber : Jevri Nuvika Ratma,2018
1

Anda mungkin juga menyukai