Anda di halaman 1dari 57

0

SKRIPSI

ANALISIS PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN


PENGOLAHAN AIR MINUM ISI ULANG DENGAN KUALITAS
BAKTERIOLOGIS ESCHERIA COLI DI KECAMATAN BILAH BARAT
KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2023

OLEH:
AIDA FATMA HASIBUAN
NIM : 2104008

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
1

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul :

ANALISIS PEMELIHARAAN PERALATAN DAN PENGAWASAN


PENGOLAHAN AIR MINUM ISI ULANG DENGAN KUALITAS
BAKTERIOLOGIS ESCHERIA COLI DI KECAMATAN BILAH BARAT
KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2023

Yang Dipersiapkan Oleh

AIDA FATMA HASIBUAN


NIM:2104008

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi Program Studi S-1
Kesehatan Masyarakat INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

Oleh :

Dosen Pembimbing

David Siagian ,SKM,MkES


NIDN :0031088002
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan kasih karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Pemeliharaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan

Air Minum Isi Ulang Dengan Kualitas Bakteriologis Escheria Coli di

Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023 “. Skripsi

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan

Masyarakat pada Program Studi S-1 Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sumatera Utara INKES SUMUT. Selama penulisan skripsi ini penulis

mengalami berbagai hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak baik secara moril maupun materi akhirnya skripsi

ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati perkenankanlah

penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Ketua Yayasan Dr Ferrial Paesha Sirait,M.Sc dan Pengurus Yayasan STIKES


SU Drs Asman R Karo-Karo dan Prof.Dr.H.Paul Sirait,SKM,MM,Mkes yang
sudah menyediakan fasilitas sarana dan prasarana selama menempuh
pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat INKES SUMUT.
2. David Siagian,SKM,M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Masyarakat
Sumatera Utara (INKES SUMUT)
3. Bapak/Ibu (Orang tua/Mertua) tercinta yang Sudah meninggal,semoga
mereka bangga atas perjuangan anaknya, semoga mereka ditempatkan di
JANNAH NYA ALLAH SWT
4. Terkhusus dan teristimewa untuk Suami tercinta dan anak-anaku tersayang
yang selalu setia dan menyayangiku serta berdo’a demi keberhasilanku
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
3

5. Kepada Seluruh rekan-rekan mahasiswi, teman sejawat, adik-adik serta


sahabat-sahabat terbaik khususnya seluruh teman-teman dari Program Studi
S-1 Kesehatan Program ILmu Kesehatan Masyarakat yang selalu
memotivasi, dan tetap memberi semangat untuk terus maju, dan pantang
menyerah.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun saya berharap kiranya
skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, 2023

Penulis

Aida Fatma Hasibuan


4

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ............................................................................ i


PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ vi
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah....................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Depot Air Minum ....................................................... 10
2.1.1 Pengertian .................................................................. 10
2.1.2 Peralatan DAMIU .................................................. 10
2.1.3 Proses Produksi DAMIU ........................................ 12
2.1.4 Desinfeksi .............................................................. 14
2.1.5 Proses Desinfeksi Pada DAMIU ............................ 15
2.1.6 Persyaratan Pembuatan DAMIU ............................ 17
2.2 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Escheria Coli .... 18
2.3 Dampak Penyakit Akibat Depot Air Minum Isi Ulang 21
2.4 Kerangka Konsep ......................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian............................................................. 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 24
3.3 Populasi dan Sampel...................................................... 25
3.4 Defenisi Operasional .................................................... 25
3.5 Aspek Pengukuran ....................................................... 28
3.6 Metode Pengumpulan Data ......................................... 29
3.7 Teknik Analisa Data .................................................... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1 Gambaran ...................................................................... 31
4.2 Hasil ............................................................................. 32

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Antara Pemeliharaan Peralatan dengan
Kualitas Bakteriologis Escheria Coli ............................ 37
5

5.2 Hubungan Antara Pengawasan dengan


Kualitas Bakteriologis Escheria Coli ............................ 39

BAB VI KESIMPULAN DAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan .................................................................. 43
6.2 Saran ............................................................................ 43

Daftar Pustaka
Lampiran
6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ....................................................... 20

xv
7

DAFTAR SINGKATAN

DAMIU : Depot Air Minum Isi Ulang


WHO : World Health Organization
AMDK : Air Minum dalam Kemasan
BTKLPP : Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
MPN : Most Probabel Number
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
RO : Reserve Osmosis
SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum
UV : Ultraviolet

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia setelah

udara. Kebutuhan terhadap air adalah mutlak karena 70% zat pembentuk tubuh

manusia terdiri dari air. Berkurangnya air bersih disebabkan oleh sanitasi yang

buruk dan pengelolaan sumber daya air serta lingkungan yang kurang memadai.

Berat tubuh manusia terdiri dari 75% air sehingga setiap manusia diwajibkan

untuk mengkonsumsi air minimal 8 gelas per hari untuk menjaga kesehatan tubuh.

(1) Kebutuhan air di suatu daerah akan selalu mengalami kecenderungan

meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan taraf hidup

penduduknya. Banyak negara saat ini menghadapi masalah kesehatan masyarakat

yang terkait dengan degradasi kualitas air (Ester, 2022)

Air minum merupakan air dengan kualitas yang sudah memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang aman bagi kesehatan

harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu persyaratan secara fisika,

mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Salah satu media transmisi penularan

penyakit adalah air karena air menjadi media yang sangat baik bagi transmisi

berbagai mikroorganisme. Kandungan total bakteri Escherichia coli merupakan

parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi.(Ester,2022)

Seiring dengan peningkatan aktivitas manusia maka kebutuhan terhadap air

minum juga semakin meningkat. Karena itu, jumlah berbagai sarana penyediaan

air minum juga meningkat sangat pesat, baik Air Minum Dalam Kemasan

1
2

(AMDK) maupun Air Minum Isi Ulang (AMIU). Hal ini karena dari segi

kepraktisan kedua jenis sarana air minum ini memang begitu menjanjikan. Jumlah

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) akan terus meningkat sejalan dengan

dinamika kebutuhan masyarakat terhadap air minum siap saji yang bermutu serta

aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua produk DAMIU

terjamin, terutama dari aspek sanitasinya. Salah satu standar kebersihan dan

kesehatan air diukur dengan ada atau tidaknya bakteri Escherichia coli sebagai

mikroorganisme indikator.

Keberadaan Escherichia coli pada air minum isi ulang juga disebabkan oleh

pemeliharaan sarana produksi peralatan yang kurang baik dan kurangnya

kesadaran pemilik usaha DAMIU terhadap tindakan sanitasi dan hygiene secara

berkala. Pada prinsipnya jadwal pembersihan tabung filter media dan filter

cartridge biasanya dilakukan 2 minggu sekali selain itu juga tetap memperhatikan

lokasi dan kualitas air . Isi tabung filter media umumnya dilakukan penggantian

sekali dalam 1 tahun. Adapun yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik

fasilitas pada depot air minum isi ulang di antaranya adalah sumber air,

pengawasan proses pengolahan, tabung filter, mikrofilter, peralatan pompa dan

pipa penyalur air, peralatan sterilisasi/disinfeksi, pengawasan terhadap serangga,

lantai, dinding dan langit-langit, pencahayaan serta kegiatan lainnya. Bakteri

Escherichia coli yang terdapat pada air minum isi ulang disebabkan karena

sebagian besar usaha depot air tidak memenuhi persyaratan depot air minum isi

ulang, baik dari segi pemeriksaan bakteriologis maupun sumber daya manusianya.
3

Berdasarkan Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air

minum menyebutkan bahwa kandungan bakteri Escherecia Coli dalam air minum

yaitu 0/100 ml. Oleh sebab itu, air bersih dan air minum tidak boleh melebihi

persyaratan yang telah ditentukan

Akibat dari pemeliharan peralatan yang tidak benar pada Air Minum Isi

Ulang dimana tidak melewati proses sesuai standar yang berlaku. Masalah air isi

ulang yang pertama berkaitan dengan standar. Pada umumnya, air minum isi

ulang yang tersedia di depot-depot pinggir jalan hanya melewati proses

sekadarnya, sehingga tidak sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia

(SNI). Selain itu juga kualitas air tidak terjamin dimana Air minum isi ulang

cenderung memiliki rasa yang berbeda daripada air yang direbus hingga matang

atau air kemasan yang melewati sederet proses di pabrik. Beberapa hal yang

menyebabkan perbedaan rasa tersebut adalah kebersihan dan tingkat keasaman

(pH) yang tidak terpantau dengan baik

Salahsatu upaya pengawasan yang dilakukan dalam upaya peningkatan

kualitas air minum isi ulang di Indonesia, yaitu dengan membuat edaran

kembali ke semua Kepala Dinas Kesehatan Provinsi tentang pelaksanaan

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), serta menyempurnakan pedoman

penyelenggaraan Higiene Sanitasi yang sudah ada sejak 2006. Kemudian terus

menjaga mutu Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), yang kini sudah

terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), dan memasukkan kegiatan

ini dalam pilar 3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


4

Hal ini memperbesar kemungkinan air untuk mengandung kontaminasi

kuman atau bakteri berbahaya, yang pada akhirnya malah dapat menyebabkan

sederet masalah kesehatan.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka kebutuhan air juga

semakin meningkat. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota dan

440 kecamatan. Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Sumatera Utara (SUMUT) dengan jumlah penduduk pada tahun 2021 sebesar

707.820 jiwa, yang menempati jumlah penduduk terbesar ke-6 setelah Kabupaten

Serdang Bedagai.

Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bilah Barat dari tahun 2016 ke tahun

2021 mengalami peningkatan, yaitu dari 57.402 jiwa menjadi 69.256 jiwa.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk ini, maka jumlah kebutuhan

konsumsi air minum juga meningkat. Perubahan perilaku masyarakat yang

biasanya mengkonsumsi air yang telah dimasak berubah menjadi mengkonsumsi

Air Minum Isi Ulang.

Survei awal penelitian ini dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada

10 orang pemilik DAMIU yang ada di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten

Labuhanbatu. Dari 6 pemilik DAMIU yang diwawancarai diperoleh data bahwa

semua DAMIU yang di Kecamatan Bilah Barat menggunakan sumur bor sebagai

sumber air baku. Berdasarkan informasi para pemilik 6 DAMIU, ternyata tidak

semua DAMIU memiliki surat izin dari Dinas Kesehatan. Hanya ada 2 DAMIU

yang memenuhi syarat, sedangkan 4 DAMIU lainnya tidak memenuhi syarat. Dari

4 DAMIU yang tidak memenuhi syarat terdapat 1 DAMIU yang sudah berdiri
5

selama 10 tahun dan tidak memiliki surat uji laboratorium. Pemilik DAMIU

tersebut beralasan bahwa surat uji laboratoriumnya ditahan oleh pihak Dinas

Kesehatan. Selain itu, pemeliharaan peralatan dilakukan setiap 1 bulan sekali

untuk pembersihan tabung filter dan untuk penggantian bulu sikat pada alat

pencucian tidak diganti setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan tindakan pengawasan

depot, pemilik tidak memeriksakan kualitas DAMIU setiap 6 bulan sekali ke

Dinas Kesehatan. Satu DAMIU lainnya sudah berdiri selama 3 tahun tetapi hanya

melakukan pemeriksaan di awal berdirinya usaha DAMIU dan 3 DAMIU lainnya

juga tidak memenuhi syarat pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan.

Pemilik DAMIU juga tidak dapat menunjukkan surat uji laboratorium yang sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014

Berdasarkan informasi dari Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2020,

diperoleh data kasus diare di Kabupaten Labuhanbatu pada semua kelompok umur

sebesar 58,24%, sedangkan proporsi diare pada kelompok balita sebesar 12,82%.

Berdasarkan data tersebut di Kecamatan Bilah Barat ada sekitar 526 orang yang

menderita penyakit diare.

Hasil penelitian yang dilakukan Putri (2015) di kecamatan Sebrang Ulu I kota

Palembang menyatakan 76,7% DAMIU tidak memenuhi syarat dan ditemukan

bakteri coliform.(Meldawati, 2017) selain itu hasil penelitian yang dilakukan

M.iqbal prarama, DKK (2016) di Desa Ilie kecamatan Ulee Kareng kota Banda

Aceh menyatakan 5 DAMIU tidak terkontaminasi bakteri coliform.(M.iqbal,

2016) dan juga Penelitian oleh Pakpahan (2015) menunjukkan air minum telah

tercemar mikroba sebanyak 51%, tercemar E. coli 33,33%, dan tercemar total
6

coliform 51%. Selain itu hasil penelitian oleh Telan (2015) menunjukan bahwa

pada kualitas bakteriologis tidak memenuhi syarat oleh karena masih terdapat

20% DAMIU airnya mengandung bakteri e.coli. Penelitian oleh Walingatan

(2016) menunjukkan bahwa tiga dari delapan sampel mengandung bakteri

Coliform dan menunjukkan adanya kandungan bakteri Escherichia coli yaitu

dengan jumlah 240 MPN/100 ml.

Meskipun dinyatakan bahwa air isi ulang sudah melewati proses sterilisasi

namun menurut pengamatan penulis bahwa pengawasan dinas kesehatan terhadap

depot air minum isi ulang sangatlah terbatas. Terdapat sepuluh DAMIU yang

tersebar di Kecamatan Bilah Barat dimana masyarakat di Kecamatan Bilah Barat

saat ini sebagian besar menggunakan air produksi depot air minum isi ulang untuk

dikonsumsi karena tidak perlu dimasak, harganya murah dan terdapat layanan

antar sehingga tidak perlu membeli langsung ke depot, meskipun higiene akan

tetapi sanitasi depot air minum isi ulang tersebut masih diragukan. Karena depot-

depot yang ada jumlahnya cukup banyak dan sangat rawan kecelakaan karena

faktor lokasi, penyajian, dan pewadahan (pengemasan) yang dilakukan secara

terbuka dengan menggunakan wadah botol galon plastik air minum kemasan isi

ulang, serta kurangnya pengetahuan pengelola tentang higiene sanitasi depot.

Bahkan rata-rata beberapa lokasi depot air minum isi ulang letaknya dengan jalan

raya, lingkungan sekitaran depot banyak bertebaran debu, dan karyawan

pengelolaan tidak menggunakan pakaian kerja dan tidak memiliki tutup kepala.

Sehingga dengan ini diperlukan upaya pembinaan dan pengawasan higiene

sanitasi yang memadai agar tidak berdampak buruk terhdap kesehatan konsumen
7

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan di atas, pemeliharaan peralatan dan

pengawasan pengolahan DAMIU yang tidak memenuhi syarat diduga merupakan

salah satu faktor penyebab kontaminasi bakteri. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk mengetahui Analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan

pengolahan depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis

(Escherichia coli) di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun

2023.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Analisis

pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan depot air minum isi ulang

dengan kualitas bakteriologis (Escherichia coli) di Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan depot air

minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis (Escherichia coli) di

Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat

Pendidikan, Lama Usaha

2. Untuk mengetahui Kualitas Bakteriologis Escheria Coli Pada air minum

isi ulang di Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu Tahun

2023.
8

3. Untuk mengetahui Aspek Pemeliharaan Peralatan Air Minum Isi Ulang

dengan Kualitas Bakteriologis Escheria Coli di Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023.

4. Untuk mengetahui aspek Pengawasan Pengolahan Air Minum Isi Ulang

dengan Kualitas Bakteriologis Escheria Coli di Kecamatan Bilah Barat

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian nanti, diharapkan hasil dari

penelitian tersebut dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman dan menjadi

referensi mengenai Analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan

pengolahan depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis

(Escherichia coli).

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dipakai sebagai bahan bacaan atau referensi guna menambah

wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan masyarakat

mengenai Analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan pengolahan

depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis (Escherichia

coli) .
9

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman secara langsung sekaligus sebagai

pegangan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini, serta

sebagai sumber data penelitian mengenai Analisis pemeliharaan

peralatan dan pengawasan pengolahan depot air minum isi ulang

dengan kualitas bakteriologis (Escherichia coli)

c. Bagi Tempat Penelitian

Dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan khususnya Air Minum

Isi Ulang
10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depot Air Minum Isi Ulang

2.1.1 Pengertian

Depot air minum isi ulang (DAMIU) adalah usaha yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual

langsung kepada konsumen (Permenkes RI, 2014).

Proses pengolahan air pada prinsipnya harus mampu menghilangkan

semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Depot air minum isi

ulang harus menjamin standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum

sesuai ketentuan peraturan perundangundangan serta memenuhi persyaratan

higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum (Permenkes RI, 2014).

2.1.2 Peralatan Depot Air Minum Isi Ulang

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian

air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikro filter,

wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran

pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan

desinfeksi harus terbuat dari bahan tara pangan atau tidak menimbulkan racun

yang dapat merubah kualitas air minum isi ulang.

Peralatan depot air minum isi ulang harus di sterilisasi terlebih dahulu

dulu dengan menggunakan ultraviolet untuk mematikan bakteri yang

menempel pada peralatan yang digunakan di depot air minum isi ulang.

Ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang
11

melewati penyinaran ultraviolet, sehingga air terlalu cepat, maka bakterinya

tidak mati. Idealnya untuk air minum kapasitas ultraviolet minimal adalah tipe

8 GPM 9 galon permenit) berarti kran pengisian depot digunakan untuk

mengisi maksimal 1,5 botol per menit.

Keberadaan izin atau rekomendasi filter dan mikrofilter termasuk

didalamnya pencantuman masa kerja filter dan mikrofilter turut berpengaruh bagi

cemaran mikroba pada air minum isi ulang. Masa pakai dari mikro filter sudah di

tentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter. Semakin lengkap

ukuran filter yang digunakan (10-0,1 mikron) maka filter tersebut dapat

menyaring bakteri ataupun partikel-partikel halus lain yang ada di dalam air. Jika

tidak berfungsi pada filtrasi ini maka bakteri tidak mati pada saat pengolahan air

baku menjadi air minum

Dikutip dari Hanifah 2018 Alat yang digunakan untuk mengolah air baku

menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :

1) Storage Tank Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang

dapat menampung air sebanyak 3000 liter.

2) Stainless Water Pump Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa

air baku dari tempat storage tank kedalam tabung filter.

3) Tabung Filter

Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :

a) Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk

menyaring partikel – partikel yang kasar dengan bahan dari pasir

atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.


12

b) Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk

menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

c) Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter

merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu,

rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.

4) Mikro Filter Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari

polyprophylene yang berfungsi untuk menyaring partikel air dengan

diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud

untuk memenuhi persyaratan air minum.

5) Flow Meter Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir

kedalam galon isi ulang.

6) Lampu ultraviolet dan ozon Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai

desinfeksi pada air yang telah diolah. 7) Galon Isi Ulang Galon isi ulang

berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau menyimpan

air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan

alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis

(Hanifah, 2018)

2.1.3 Proses Produksi Depot Air Minum Isi Ulang

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004

tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses

produksi air minum di depot air minum isi ulang adalah sebagai berikut :

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung Air baku yang diambil
13

dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya

ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung

harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-

bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai

persyaratan yang terdiri atas :

a) Khusus digunakan untuk air minum

b) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c) Harus mempunyai manhole

d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus

diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi

dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara

pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari

air.Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi

bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku harus

diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa

terhadap standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan

fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring

partikelpartikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir

silica (SiO2) minimal 80%.


14

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan

organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

2.1.4 Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman pathogen. Proses

desinfeksi dengan menggunakan ozon berlangsung dalam tangka atau alat

pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu

ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 –0,1 ppm. Tindakan desinfeksi

disini selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran

Ultraviolet (UV). Desinfeksi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah Wadah yang digunakan

adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bersih.

Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan

menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai

wadah air minum. Pencucian dilakukan dengan menggunakan berbagai

jenis deterjen tara pangan dan air bersih, kemudian dibilas dengan

menggunakan air minum/ air produk secukupnya untuk menghilangkan

sisa sisa deterjen yang digunakan pada saat pencucian

2. Pengisian Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan

mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang layak dan higienis.

3. Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen


15

atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.

2.1.5 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum Isi Ulang

Proses pengolahan air minum di depot-depot air minum isi ulang yang saat

ini beredar di masyarakat terdiri dari proses ozonisasi, proses ultraviolet (UV),

dan proses reversed osmosis (RO).

a) Ozonisasi

Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri pathogen,

termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan

kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih

terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan, ozon merupakan bahan

sanitasi air yang efektif disamping sangat aman (Hanafiah, 2018)

Proses Ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan

dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan

berubah menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke

dalam air. Segala macam makhluk hidup mikro yang terkandung dalam air

ini tiba-tiba akan berada dalam lingkungan air yang penuh dengan ozon,

sehingga sel-sel mereka menjadi rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap

kandungan makluk hidup mikro dalam air ini tentunya tergantung dari

daya kelarutan ozon dalam air tersebut, yang tentunya tergantung dari

kandungan oksigen dalam air tersebut karena pada dasarnya ozon hanya,

“menempati‟ tempat-tempat kosong yang seharusnya diisi oksigen karena

ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke dalam
16

tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses

pemberian sinar ultraviolet kedalam air yang mengalir untuk merusak

ozon dan mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut dalam air

(Hanafiah, 2018).

b) Ultraviolet (UV) Salah satu metode pengolahan air adalah dengan

penyinaran sina ultraviolet dengan panjang gelombang pendek yang

memiliki daya inti mikroba yang kuat. Cara kerjanya adalah dengan

absorbs oleh asam nukleat tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada

permukaan sel. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet

berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar

ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu ltraviolet yang

dipakai harus cukup, untuk sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas

sebesar 30.000 MW sec/cm2 (Mikcro Watt per sentimeter persegi).

Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila

intensitas dan waktunya cukup, tidak ada residu atau hasil samping dari

proses penyinaran dengan ultraviolet, namun agar efektif, lampu UV harus

dibersihkansecara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air

yang akan disinari dengan UV harus tetap melalui filter halus dan karbon

aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn

jika konsentrasinya cukup tinggi (Elisyah,2019).

c) Reversed Osmosis (RO) Menurut Syafran (dalam Hanafiah,2018)

Reversed Osmosis (RO) adalah suatu proses pemurnian air melalui

membran semipermeabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). Membran


17

semipermeabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat

ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit

dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Membran RO

menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya lebih kecil dari 0,0001

mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut). Fungsinya adalah

untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun virus. Secara

singkat, analogi proses R.O adalah sebagai berikut : air yang akan disaring

ditekan dengan tekanan tinggi melewati membran semipermeable sehingga

yang menembus hanya air murni sedang kandungan cemaran yang

semakin tinggi kemudian dialirkan keluar atau dibuang. Inilah

istimewanya apa yang disebut sebagai membran semipermeable, yang

secara alami memiliki sifat seolah-olah menyeragamkan konsentrasi

larutan air yang berbeda-beda. Sitem pengolahan air sangat tergantung

pada kualitas air baku yang akan diolah. Air baku yang buruk, seperti

kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan

dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat diturunkan atau

dihilangkan (Hanafiah,2018).

2.1.6 Persyaratan Pembuatan Depot Air Minum Isi Ulang

Regulasi perdagangan menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan RI No. 651 Tahun 2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air

Minum Isi Ulang dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang meliputi

1. Depot air minum isi ulang wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan

Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)


18

2. Depot air minum isi ulang wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air

Baku dari PDAM atau perusahaan yang memiliki izin Pengambilan Air

dari Instansi yan berwenang.

3. Depot air minum isi ulang wajib memiliki laporan hasil uji air minum

yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk

Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Escheria Coli pada Air

Minum Isi Ulang

Kualitas Bakteriologis Escheria coli pada depot air minum adalah upaya

untuk mengendalikan faktor resiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari

tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam Depot Air Minum Isi Ulang, adalah

1. Tempat Pada Depot Air Minum Isi Ulang

Bangunan/ gedung depot harus kuat/kokoh, agar tidak memungkinkannya

sebagai tempat berkembangbiaknya vector dan binatang pengganggu,

konstuksi lantai bersih dan tidak licin, bagian yang selalu kontak dengan

air dibuat miring ke arah saluran pembungan air agar tidak membentuk

genangan air, dinding bersih permukaan yang selalu berkontak dengan air

harus kedap air agar tidak menjadi lembab, dinding berwarna terang agar

vector dan binatang pengganggu tidak bersarang karena vector dan

binatang pengganggu lebih suka di tempat yang gelap dan lembab, pintu

dapat dibuka dan ditutup dengan baik serta dapat mencegah masuknya
19

binatang pengganggu,ventilasi dibuat dengan baik agar ada pertukaran

udara yang baik dan tidak lembab.

2. Penjamah Depot Air Minum

Penjamah harus dengan keadaan sehat untuk menghindari kontak dengan

sumber penyakit dan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap air

minum. Penjamah harus berperilaku higienis dan saniter setiap melayani

konsumen yaitu seperti mencuci tangan dengan sabun dan air yang

mengalir setiap melayani konsumen karena meskipun tampaknya ringan

dan sering disepelekan namun terbukti cukup efektif dalam upaya

mencegah kontaminasi pada makanan dan minuman, pencucian tangan

dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangan banyak

mikroba yang terdapat pada tangan, menggunakan pakaian kerja yang

bersih dan tidak merokok pada saat melayani konsumen karena dapat

menyebabkan pencemaran terhadap air minum. Penjamah harus

melakukan pelatihan agar memahami hal-hal yang jika terjadi kontaminasi

dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, atau sumber

lain ke makanan/minuman.

3. Pemeliharaan Peralatan Depot Air Minum

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian air

baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikro filter,

wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran

pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan

desinfeksi harus terbuat dari bahan antara pangan atau tidak menimbulkan
20

racun yang dapat merubah kualitas air minum isi ulang. Peralatan depot air

minum isi ulang harus di sterilisasi terlebih dahulu dulu dengan

menggunakan ultraviolet untuk mematikan bakteri yang menempel pada

peralatan yang digunakan di depot air minum isi ulang. Ultraviolet yang

tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan air yang melewati penyinaran

ultraviolet, sehingga air terlalu cepat, maka bakterinya tidak mati. Idealnya

untuk air minum kapasitas ultraviolet minimal adalah tipe 8 GPM 9galon

permenit) berarti kran pengisian depot digunakan untuk mengisi maksimal

1,5 botol per menit

Usaha yang dilakukan dalam memelihara peralatan yang digunakan dalam

produksi DAMIU yang memenuhi criteria antara lain :

a. peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa

pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan

penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon air baku atau Air Minum,

kran pengisian Air Minum, kran pencucian/pembilasan

wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi harus

terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak

menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat,

tahan pencucian dan tahan disinfeksi ulang.

b. mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;

c. tandon air baku harus tertutup dan terlindung;

d. wadah/galon untuk air baku atau Air Minum sebelum dilakukan

pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu


21

dengan air produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan

setelah pengisian diberi tutup yang bersih; dan

e. wadah/galon yang telah diisi Air Minum harus langsung diberikan

kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari

1x24 jam.

Jika salah satu criteria tersebut tidak terpenuhi, maka pemeliharaan

Peralatan DAMIU tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan

4. Pengawasan Pengolahan Depot Air Minum Isi Ulang

Keberadaan izin atau rekomendasi filter dan mikrofilter termasuk

didalamnya pencantuman masa kerja filter dan mikrofilter turut

berpengaruh bagi cemaran mikroba pada air minum isi ulang. Masa pakai

dari mikro filter sudah di tentukan oleh produsen (pabrik yang membuat)

mikro filter. Semakin lengkap ukuran filter yang digunakan (10-0,1

mikron) maka filter tersebut dapat menyaring bakteri ataupun partikel-

partikel halus lain yang ada di dalam air. Jika tidak berfungsi pada filtrasi

ini maka bakteri tidak mati pada saat pengolahan air baku menjadi air

minum.

2.3 Dampak Penyakit Akibat Depot Air Minum Isi Ulang

Setelah mengetahui masalah-masalah yang mengikuti air isi ulang yang

tidak sesuai standar, berikut sederet bahaya air minum isi ulang bagi tubuh:

1. Infeksi Saluran Cerna

Jika peralatan yang ada pada depot air minum isi ulang, termasuk botol

atau galon yang digunakan sebagai wadah, tidak dibersihkan dengan baik,
22

kemungkinan bakteri Escherichia coli (E. Coli) untuk mengontaminasi

menjadi makin tinggi. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi

saluran cerna, yang bergejala mual, muntah, atau diare.

2. Keracunan

Seperti telah disinggung di atas, sumber air yang digunakan oleh depot

penyedia air minum isi ulang biasanya tidak jelas keberadaannya. Hal ini

membuat kualitas air tidak benar-benar terjamin, dapat mengandung virus

atau bakteri berbahaya, sehingga risiko keracunan juga akan semakin

tinggi.

3. Penyakit Berbahaya Lainnya

Air yang tersimpan di depot air minum isi ulang sering terpapar sinar

matahari. Bila air tersebut sudah tercemar, bakteri atau mikroba lain yang

ada di dalam air semakin mudah berkembang. Keadaan ini pada akhirnya

akan meningkatkan sederet penyakit berbahaya, seperti tifus, disentri,

hepatitis, dan lainnya.


23

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel dependen (X) Variabel Independent (Y)

- Karakteristis Responden
berupa
a.Tingkat Pendidikan Depot Air Minum Isi Ulang
b.Lama Usaha
- Pemeliharaan Peralatan
- Pengawasan Pengolahan
- Kualitas Bakteriologis Escheria
Coli

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Pengaruh

.
24

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya.1 Dan dideskripsikan secara deduksi yang

berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasi untuk menguji validitas

keberlakuan teori tersebut ditariklah kesimpulan. Kemudian di jabarkan secara

deskriptif, karena hasilnya akan kami arahkan untuk mendiskripsikan data yang

diperoleh dan untuk menjawab rumusan. Pada penelitian ini peneliti melakukan

pengamatan dan pengukuran Jumlah Bakteri Escheria Coli, Lama Usaha,

Pemelihaan Peralatan, Pengawasan Pengolahan Air Minum Isi Ulang di

Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan Kecam atan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu

. Penelitian dilakukan karena peneliti bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Janji

dan merupakan area pantauan peneliti dalam kegiatan dan tugas pokok peneliti .

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian direncanakan dilaksanakan mulai dari Bulan November 2022
sampai dengan Juni 2023 dengan rangkaian kegiatan meliputi Perumusan
Masalah, Penyusunan Proposal, Seminar Proposal, Perbaikan Proposal,
pelaksanaan penelitian dan pengolahan data dan seminar hasil
25

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek/objek penelitian dengan karakteristik

tertentu misalnya orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian

(Arikunto,2016).
24
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemiliki DAMIU yang

bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Janji Kecamatan Bilah Barat

sebanyak 10 DAMIU

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebahagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi sampel (Arikunto,2016).

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Total Sampling yaitu tehnik penentuan sampel secara acak pada saat dilakukan

penelitian.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 6 responden

Kriteria Inklusi meliputi :

1. Responden yang memiliki DAMIU

2. Berada di Wilayah Kerja Puskesmas Janji

3. Pengambilan air minum isi ulang bersifat aseptik

Kriteria Eksklusi

1. Pengambilan Air Minum Isi Ulang Lebih dari 24 Jam dari pemeriksaan

2. Pengelolaan sampel yang tidak baik

3.4. Defenisi Operasional


26

Adapun variabel penelitian, definisi operasional dan cara pengukuran dari

variabel yang telah disebutkan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bakteriologi Escheria Coli

Yaitu Kualitas Bakteriologis Escheria Coli yang terdapat didalam Air

MInum Isi Ulang menggunakan lembar observasi dengan Kriteria hasilnya

adalah

- Memenuhi Syarat dan

- Tidak Memenuhi Syarat

2. Pendidikan

Adalah Jenjang Pendidikan yang terakhir yang diperoleh responden

dengan ditandai memiliki ijazah yang dikategorikan menjadi :

- SD

- SMP

- SMA

- PT

3. Lama Usaha

Waktu DAMIU dioperasikan sampai sekarang yang dikategori dalam

beberapa bagian antara lain :

- < 1 Tahun

- 1-4 Tahun

- > 4 Tahun
27

4. Pemeliharaan Peralatan

Usaha yang dilakukan dalam memelihara peralatan yang digunakan dalam

produksi DAMIU yang memenuhi criteria antara lain :

a. peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa

pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan

penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon air baku atau Air Minum,

kran pengisian Air Minum, kran pencucian/pembilasan

wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi harus

terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak

menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat,

tahan pencucian dan tahan disinfeksi ulang.

b. mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;

c. tandon air baku harus tertutup dan terlindung;

d. wadah/galon untuk air baku atau Air Minum sebelum dilakukan

pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu

dengan air produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan

setelah pengisian diberi tutup yang bersih; dan

e. wadah/galon yang telah diisi Air Minum harus langsung diberikan

kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari

1x24 jam.

Jika salah satu criteria tersebut tidak terpenuhi, maka pemeliharaan

Peralatan DAMIU tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan


28

5. Pengawasan dan Pengolahan

Upaya yang dilakukan dalam mengamati jalannya produksi DAMIU

dengan cara mengobservasi langsung ke tempat pengolahan

3.5 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran terhadap pemeliharaan peralatan dan pengawasan

pengolahan DAMIU dapat diukur dengan menggunakan lembar observasi

dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika jawaban ya diberi nilai 1 sedangkan

jawaban tidak diberi nilai 0.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 Tahun 2014

Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum, dinyatakan :

1. Jika nilai pemeriksaan mencapai 70 atau lebih, maka dinyatakan

memenuhi persyaratan kelaikan fisik.

2. Jika nilai pemeriksaan <70 maka dinyatakan belum memenuhi persyaratan

kelaikan fisik dan kepada pengusaha diminta segera memperbaiki objek

yang bermasalah.

3. Jika nilai telah mencapai 70 atau lebih, tetapi pada objek nomor 38 tidak

memenuhi syarat, berarti depot air minum yang bersangkutan tidak

memenuhi syarat kesehatan.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2019) hal yang pertama dilakukan dalam analisa data

yaitu pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Dalam


29

proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang perlu ditempuh,

diantaranya adalah melalui :

1. Editing yaitu data yang masuk diolah secara benar sehingga

pengolahan data dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang

diteliti, kemudian data dikelompokkan dengan menggunakan aspek

pengukuran

2. Coding, yaitu membuat kode dalam rangka mempermudah

perhitungan

3. Tabulating yaitu mengelompokkan data dalam master tabel untuk

mempermudah pendistribusian dan berdasarkan variabel.

4. Scoring yaitu memberikan nilai dalam master tabel untuk

mempermudah dalam pengelompokan data.

Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data

dalam penelitian yang menggunakan alat ukur untuk memperkuat hasil penelitian

(Hidayat, 2009). Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data ini yang

pertama dilakukan adalah membuat proposal penelitian, Setelah proposal

penelitian disetujui, maka dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan izin

penelitian ke Puskesmas Janji dan kemudian menyerahkan surat permohonan izin

penelitian kepada Kepala Puskesmas Janji

Langkah selanjutnya adalah mendapatkan calon responden sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan pendekatan dengan cara

mendatangi responden dan memberikan penjelasan mengenai penelitian ini.

Kemudian jika calon responden bersedia menjadi responden kemudian


30

menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden . Setelah responden

menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya akan diobervasi

3.7 Teknik Analisa Data

Analisis Pemeliharaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan DMIU

adalah analisis univariate dan bivariate yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. pada umumnya analisi

ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo,2017)

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk

menjelaskan dan menyajikan data-data yang ditampilkan

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variabel

baik berupa korelatif asosiatif maupun korelatif (Suharyono,2008) Pada

penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui antara variabel

independen dengan dependen yaitu Analisis Pemeliharaan Peralatan dan

Pengawasan Pengolahan DMIU.


31

BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

Labuhanbatu terletak antara : 101o 14’ – 101o 34’ Bujur Timur dan 0o

25’ – 0 o 45’ Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun

1987 tanggal 07 September 1987 Daerah Labuhanbatu diperluas dari + 62,96

Km2 menjadi + 446,50 Km2 , terdiri dari 15 Kecamatan dan 113

Kelurahan/Desa. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN maka

ditetapkan luas wilayah Labuhanbatu adalah 632,3 Km2 dengan batas wilayah

sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuanbatu Selatan

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Palas .

Secara geografis Labuhanbatu memiliki posisi strategis berada pada jalur

Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa Kota Seperti Medan, Padang

dan Jambi. Labuhanbatu ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara

maksimum berkisar antara 34,1o C hingga 23,0o C. Labuhanbatu merupakan kota

perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota


32

4.2 Hasil

4.2.1 Analisis Univariat

Tabel 4.1.
Jumlah Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang
Tahun 2023
No
. Kode Sampel Kadar E-coli Keterangan Persyaratan Biologi

1. DA >5 CFU/ml Tidak Memenuhi Syarat

2. ZAW 0 Memenuhi Syarat

3. AA 0 Memenuhi Syarat

4. BW 0 Memenuhi Syarat

5. AAW 0 Memenuhi Syarat

6. CAW 0 Memenuhi Syarat

7. RW 0 Memenuhi Syarat

8. AW 0 Memenuhi Syarat

9. RW 0 Memenuhi Syarat

10. ZW >5 CFU/ml Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan data Tabel 4.1 diperoleh bahwa dari 10 DAMIU yang

diambil sampelnya, terdapat 2 sampel DAMIU yang memiliki kadar

Escherichia coli >5 CFU/ml pada air minum isi ulangnya, yang berarti

bahwa 2 DAMIU tersebut tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Kualitas Air


33

Minum, di mana air minum yang aman harus terhindar dari kontaminasi

Escherichia coli dengan standar 0 per 100 ml air minum.

4.2.2 Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 4.2.
Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan,
Lama Usaha, Pemeliharaan Peralatan, Pengawasan Pengelolaan, dan
Kualitas Escherichia coli Pada Air Minum Isi Ulang
No. Karakteristik Responden N %
1 Tingkat Pendidikan
SD 2 20,0
SMA 7 70,0
Perguruan Tinggi 1 10,0
Total 10 100
2 Lama Usaha
<1 Tahun 2 20,0
1-4 Tahun 2 20,0
>4 Tahun 6 60,0
Total 10 100
3 Pemeliharaan Peralatan
Memenuhi Syarat 8 80,0
Tidak Memenuhi Syarat 2 20,0
Total 0 100

4 Pengawasan Pengelolaan
Baik 9 90,0
Tidak Baik 1 10,0
Total 10 100

Kualitas Escherichia coli Pada Air Minum Isi


5 Ulang
Memenuhi Syarat 8 80,0
Tidak Memenuhi Syarat 2 20,0
Total 10 100

Berdasarkan data Tabel 4.2, diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak 7 orang (70,0%), sedangkan dari

lama usaha DAMIU yang dimiliki responden mayoritas adalah >4 tahun,
34

yaitu sebanyak 6 (60,0%). Sementara itu, responden yang memiliki DAMIU

dengan pemeliharaan peralatan yang memenuhi syarat ada sebanyak 8

(80,0%) dan yang tidak memenuhi syarat ada sebanyak 2 (20,0%),

sedangkan berdasarkan aspek pengawasan pengelolaan DAMIU yang baik

ada sebanyak 9 (90,0%) dan yang tidak baik ada 1 (10,0%). Dari hasil

laboratorium diperoleh DAMIU yang memenuhi syarat (bebas dari kualitas

Escherichia coli) ada sebanyak 8 DAMIU (80,0%) dan yang tidak

memenuhi syarat ada sebanyak 2 DAMIU (20,0%).

4.2.3 Analisis Bivariat

Tabel 4.3.
Hubungan Pemeliharaan Peralatan dengan Kualitas Bakteriologis
Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Bilah Barat
Kabupaten Labuhanbatu

Kualitas Bakteriologis
Escherichia coli OR

No. Pemeliharaan p-value (95% CI)


Tidak Total
Peralatan Memenuhi Memenuhi
Syarat Syarat

N % n % N % 17,5

(1,223-
1 Memenuhi Syarat 8 80,0 - - 8 80,0 0,007 250,357)
Tidak Memenuhi
2 Syarat - - 2 2 20,0

Total 8 80,0 2 20,0 10 100


35

Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 4.3 di atas diperoleh data

bahwa pemeliharaan peralatan yang tidak memenuhi syarat dengan kualitas

bakteriologis Escherichia coli pada air minum isi ulang yang tidak

memenuhi syarat sebanyak 2 DAMIU (20,0%). Di sini, ada hubungan yang

signifikan antara pemeliharaan peralatan dengan kontaminasi Escherichia

coli dengan p-value = 0,007 dan OR = 17,5 (95% CI, 1.223 - 250.357).

Artinya, DAMIU dengan pemeliharaan peralatan yang tidak memenuhi

syarat mempunyai peluang 17,5 kali lebih berisiko untuk terkontaminasi

Bakteriologis Escherichia coli dibanding DAMIU dengan pemeliharaan

peralatan yang memenuhi syarat.

dengan Kualitas Bakteriologis Escherichia Coli pada Air Minum Isi


Ulang di Kecamatan Bilah Barat
Kabupaten Labuhanbatu

Kualitas Bakteriologis
Escherichia coli
OR
Tidak Total
No. Memenuhi p- (95% CI)
Memenuhi
Syarat Syarat value
Pemeliharaan
Peralatan N % N % N % 16.000

Memenuhi 0.017 (1.093-234.248)


1 Syarat 8 80,0 - 0 8 80,0

Tidak
Memenuhi
2 Syarat 0 - 2 20,0 2 20,0

Total 8 80,0 2 20,0 10 100


36

Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 4.4 di atas diperoleh data

bahwa pengawasan pengolahan yang tidak memenuhi syarat dengan adanya

kualitas Bakteriologis Escherichia coli pada air minum isi ulang sebanyak 2

depot (20,0%) dan pengawasan pengolahan yang memenuhi syarat dengan

adanya kualitas Bakteriologis Escherichia coli pada air minum isi ulang

sebanyak 8 depot (80,0%). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di

antaranya adalah sumber air baku yang digunakan masih mengandung

Escherichia coli dan proses disinfeksi yang digunakan sudah memenuhi

peraturan yang berlaku misalnya dengan menggunakan ozonisasi atau

menggunakan UV (Ultra Violet), tetapi dalam kenyataannya Escherichia

coli masih belum dapat dihilangkan dari sumber air tersebut. Faktor yang

harus diperhatikan dalam masa pemakaian lampu sinar UV yaitu panjang

gelombang sinar UV dan masa pakai lampu UV (lifetime). Lampu sinar UV

akan efektif apabila selama masa pemakaian sinar UV menghasilkan panjang

gelombang sebesar 254 nm dan masa pakai lampu UV selama 9000 jam

dalam masa pemakaian 3 tahun. Apabila sebelum 3 tahun masa pakai lampu

melebihi 9000 jam maka panjang gelombang yang dihasilkan akan rendah

sehingga kemampuan lampu sinar UV dalam membunuh bakteri akan ikut

berkurang. Sebaliknya, bila lebih dari 3 tahun tetapi masa pakai lampu UV

kurang dari 9000 jam maka lampu tersebut tetap efektif dalam membunuh

bakteri
37

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Antara Pemeliharaan Peralatan dengan Kualitas

Bakteriologis Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang

Ada hubungan yang signifikan antara pemeliharaan peralatan dengan

kualitas bakteriologis Escherichia coli pada air minum isi ulang. Pengusaha

atau pengelola DAMIU harus melakukan pemeliharaan sarana produksi

dan program sanitasi untuk menghindari terkontaminasinya air minum oleh

bakteri yaitu dengan cara bangunan dan bagiannya harus dipelihara dan

dibersihkan secara berkala. Mencegah masuknya binatang pengerat,

serangga, dan binatang kecil lainnya ke dalam bangunan dan tempat

pengisian. Selain itu, mesin peralatan juga harus dirawat secara berkala,

misalnya jika umur pakai mesin sudah habis maka harus diganti sesuai

dengan ketentuan teknisnya. Permukaan peralatan yang kontak dengan

bahan baku dan air minum juga harus bersih dan dibersihkan setiap hari, dan

permukaan yang kontak dengan air minum harus bebas kerak serta residu

lain. Proses pengisian dan penutupan dilakukan di ruang yang higienis

supaya air minum yang dihasilkan benar-benar memenuhi syarat kesehatan.

Begitu juga dengan para pekerja DAMIU yang memberikan layanan kepada

konsumen, mereka harus berperilaku higenis, seperti tidak merokok, selalu

mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum melakukan


38

pengisian galon, dan memakai pakaian khusus yang bersih dan rapi dalam

bekerja.

DAMIU yang memenuhi syarat seharusnya memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi, seperti tempat sampah yang tertutup, saluran pembuangan

air limbah dan tempat cuci tangan yang dilengkapi air yang mengalir dengan

sabun pembersih, dan bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit,

seperti lalat, tikus, dan kecoa. Tidak hanya itu, wadah/galon air minum

sebelum pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu

menggunakan air produksi paling sedikit selama 10 detik, dan setelah

pengisian diberi tutup yang bersih. Wadah/galon yang sudah diisi harus

langsung diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM

lebih dari 1x24 jam. Air minum isi ulang yang sesuai dengan persyaratan

kesehatan perlu memperhatikan higienitas sanitasi dari depot tersebut.

Apabila persyaratan higienitas depot tidak terpenuhi, terutama terhadap

tenaga pengolah air minum serta persyaratan sanitasi, maka akan

menghasilkan produk air minum isi ulang yang tidak memenuhi syarat

kesehatan, khususnya dari kualitas bakteriologis.

Secara teori ada hubungan antara pemeliharaan peralatan dengan

kualitas Escherichia coli. Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung

dengan bahan baku ataupun produk akhir harus dibersihkan dan dipelihara

secara teratur. Mesin dan peralatan DAMIU ini dirawat secara berkala

sesuai dengan jenis alatnya dan apabila umur pakainya sudah habis maka

harus diganti sesuai dengan ketentuan teknisnya. DAMIU yang memenuhi


39

syarat seharusnya memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi, seperti tempat

sampah yang tertutup, saluran pembuangan air limbah, tempat cuci

tangan yang dilengkapi air yang mengalir dengan sabun pembersih, bangunan

tempat depot terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah.

pemeliharaannya. Selain itu, tempat juga harus terbebas dari tikus, lalat, dan kecoa

karena hewan-hewan ini dapat mengotori dan merusak peralatan. Akses jamban

dan aliran pembuangan yang lancar serta fasilitas tempat sampah tertutup, juga

untuk memastikan higienitas tempat DAMIU. DAMIU juga diharapkan memiliki

pencahayaan yang cukup terang, tidak menyilaukan dan tersebar secara merata

5.2 Hubungan Antara Pengawasan Pengolahan dengan Kualitas

Bakteriologis Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang

Ada hubungan yang signifikan antara pengawasan pengolahan dengan

kualitas Bakteriologis Escherichia coli pada air minum isi ulang. Dalam

aturannya, setiap pemilik DAMIU diwajibkan melakukan pengawasan internal

sebagai upaya menghasilkan produk air minum yang sehat dan aman

dikonsumsi. Pengawasan terhadap kualitas air minum isi ulang secara reguler

juga dilakukan oleh pemerintah melalui puskesmas dan dinas kesehatan untuk

menjamin keamanan produk bagi konsumen. Target utama pengawasan ini

adalah sumber air, teknologi produksi, dan proses pengolahan serta

pemeliharaan fasilitas. Kualitas air minum merupakan salah satu hal yang

sangat penting diperhatikan, sehingga aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

masyarakat.
40

Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air minum, dan setiap pelaku usaha

yang memproduksi air minum, termasuk usaha depot air minum, wajib mematuhi

peraturan pemerintah tersebut. Hal ini berarti sudah ada standar jelas yang harus

dicapai, yakni kualitas air minum yang diproduksi harus memenuhi syarat fisik,

kimia, mikrobiologis, dan radiologis. Dalam hal ini, tugas besar yang harus

dilakukan adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh

pemilik usaha depot air minum dan pemerintah untuk mencapai standar

kualitas air minum terebut. Di sinilah pentingnya diperlukan fungsi

pengawasan yang sungguh-sungguh, baik oleh pelaku usaha maupun (lebih-

lebih) oleh pemerintah sebagai regulator.

DAMIU yang tidak memenuhi syarat kemungkinan disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu sumber air baku yang digunakan masih mengandung

Bakteriologis Escherichia coli dan proses disinfeksi yang digunakan sudah

memenuhi peraturan yang berlaku, misalnya dengan menggunakan ozonisasi

atau menggunakan UV (Ultra Violet) tetapi dalam kenyataannya

Bakteriologis Escherichia coli masih belum dapat dihilangkan dari sumber

air tersebut. Efektivitas sinar ultraviolet terhadap daya bunuh bakteri

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pada luas ruangan, panjang

gelombang, usia pakai lampu, panjang lampu, lama waktu penyinaran, jarak

sumber cahaya terhadap bakteri, dan juga jenis bakteri itu sendiri. Radiasi

sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba dengan intensitas dan

waktu yang cukup. Selain itu, karena praktik pengisisan air ke dalam galon

yang menggunakan selang serta tidak ditutupnya pintu kaca pada unit
41

pengisian maka semakin lama pengisian air akan mengkontaminasi air pada

galon. Mikroorganisme bersifat mudah terhembus udara dan menyebar ke

mana-mana karena ukuran selnya kecil dan ringan.

Tata laksana kualitas air minum, baik secara internal maupun eksternal, diatur

dalam Permenkes No. 736 Tahun 2010. Di sana disebutkan bahwa secara

eksternal pengawasan dilakukan oleh Dinas Kesehatan, yaitu dengan

melakukan pemeriksaan laboratorium (Balai POM, dan BTKL). Peran

pemerintah dan pihak terkait, yaitu dinas kesehatan, dalam hal ini sangatlah

penting. Selain itu, penting pula peran serta puskesmas sebagai pelayanan

kesehatan terdekat masyarakat.

Namun demikian, pengawasan terhadap penyelenggara usaha DAMIU

masih harus ditingkatkan karena masih ditemukan banyak depot yang tidak

menjalankan prosedur pemeriksakan kualitas DAMIU-nya kepada dinas

kesehatan. Selain itu, persoalan lain juga ada pada aspek internal DAMIU,

yaitu faktor sumber daya manusia, baik sumber daya manusia pemilik maupun

pekerja. Persoalan SDM ini terkait dengan kurangnya pengetahuan dan

kesadaran para pemilik/pekerja DAMIU terkait dengan pemeriksaan kualitas

depot air minum isi ulang ke Dinas Kesehatan secara rutin, yaitu setiap 6 bulan

sekali. Demikian juga dengan aspek eksternal, yaitu terkait dengan persoalan

pengawasan oleh pemerintah yang kurang efektif, tidak ada sanksi tegas, tidak

ada asosiasi DAMIU, serta kurang kerjasama antarinstansi pemerintah. Faktor

lain yang dapat menyebabkan pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten

Labuhanbatu tidak maksimal adalah kurangnya penyuluhan dan Surat


42

Keterangan Laik Higiene Sanitasi yang tidak ditunjukkan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Labuhanbatu

Kualitas air minum dari DAMIU yang tidak memenuhi standar menunjukkan

lemahnya pengawasan dalam penyelenggaraan depot air minum. Karena itu,

pendekatan sistem manajemen penting diterapkan dalam melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan DAMIU oleh pengusaha depot dan pemerintah

sehingga pengawasan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Air minum

merupakan salah satu sumber dominan yang berpengaruh terhadap kesehatan

masyarakat sehingga sikap selektif dalam memilih air minum sangat diperlukan.

Hal ini guna memastikan bahwa air minum yang dikonsumsi tersebut bebas dari

kandungan bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri

yang dapat menyebabkan beberapa kasus penyakit yang disebabkan melalui

buruknya kualitas air, seperti diare, kolera, dan tipus.


43

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak

7 orang (70,0%), sedangkan dari lama usaha DAMIU yang dimiliki

responden mayoritas adalah >4 tahun, yaitu sebanyak 6 (60,0%).

2. Responden yang memiliki DAMIU dengan pemeliharaan peralatan

yang memenuhi syarat ada sebanyak 8 (80,0%) dan yang tidak

memenuhi syarat ada sebanyak 2 (20,0%).

3. Aspek pengawasan pengelolaan DAMIU yang baik ada sebanyak 9

(90,0%) dan yang tidak baik ada 1 (10,0%).

4. Dari hasil laboratorium diperoleh DAMIU yang memenuhi syarat

(bebas dari kualitas Escherichia coli) ada sebanyak 8 DAMIU (80,0%)

dan yang tidak memenuhi syarat ada sebanyak 2 DAMIU (20,0%).

6.2 Saran

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

pengalaman dan menjadi referensi mengenai Analisis pemeliharaan

peralatan dan pengawasan pengolahan depot air minum isi ulang dengan

kualitas bakteriologis (Escherichia coli).

2. Diharapakn dapat dipakai sebagai bahan bacaan atau referensi guna

menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan

masyarakat mengenai Analisis pemeliharaan peralatan dan pengawasan

pengolahan depot air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis

(Escherichia coli) .
44

3. Diharapakan dapat menambah pengalaman secara langsung sekaligus

sebagai pegangan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini, serta

sebagai sumber data penelitian mengenai Analisis pemeliharaan peralatan

dan pengawasan pengolahan depot air minum isi ulang dengan kualitas

bakteriologis (Escherichia coli)

4 Diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan khususnya Air Minum Isi

Ulang
45

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Jakarta: gramedia pustaka utama, 2016

Elisyah Elisabeth Susanto (2019), Hygiene Sanitasi Air Minum Isi Ulang Di
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, Poltekkes Kesehatan Medan
Jurusan Kesehatan LIngkungan

Ester Saripati Harianja (2022) Pemeliharaan Perawatan, Pengawasan Pengolahan


Depot Air Minum Isi Ulang dengan Kontaminasi Escheria Choli Pada Air
MInum, Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan Volume 15 issue 2 Agustus
2022
Hanifah Afnan ( 2018), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas
Bakteriologis (MPN E-COLI) Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Johor Baru, Fakultas Kesehatan Universitas Respati Indonesia

Kementerian Kesehatan RI. (2014) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta

Notoatmodjo, S. (2017) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Permenkes RI (2014), Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Hygiene Sanitasi Depot Air
Minum

WHO/UNICEF. (2010) Progress on Sanitation and Drinking-water: 2010 Update.


Geneva: WHO. p. 22 – 52
46

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bernama Aida Fatma Hasibuan adalah Mahasiswa di INKES

Sumatera Utara Saat ini sedang melakukan penelitian tentang “Analisis

Pemeliharaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan Air Minum Isi Ulang di

Kecamatan Bilah Barat Tahun 2023 “ . Penelitian ini merupakan salah satu

kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di INKES Sumatera Utara

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Data dan informasi yang diberikan tidak akan

dipublikasikan dan identitas dirahasiakan. Selanjutnya saya mohon kesediaan

bapak/ibu untuk mengisi kuesioner dan menandatangani lembar persetujuan ini.

Partisipasi dan informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk

keperluan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan.

Terimakasih atas partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

No Responden :
47

Lembar Observasi sesuai dengan PERMENKES Nomor 43 Tahun 2014 Formulir 2

INSPEKSI SANITASI DEPOT AIR MINUM (DAM)

1. Nama DAM :
…………………………………
……
2. Nama Pemilik/Penanggung jawab :
…………………………………
……
3. Alamat DAM :
………………………………
……...
4. Tanggal/Bulan/Tahun mulai beroperasi :
…………………………………
.….
5. Lokasi/tempat sumber air baku :
…………………………………
……
6. Jarak dari sumber air baku :………………..Km
7. Luas bangunan :………………..m2

Objek Tanda (🗸) Nilai U R A I AN

I. Tempat
Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit
1 2

Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah


2 2
pemeliharaannya
Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak
3 2 retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta
kemiringan cukup landai

Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak


4 2 retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta
warna yang terang
dan cerah

Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah


5 2 dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata, dan
berwarna terang, serta mempunyai ketinggian cukup

Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,


6 2 pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu
pengunjung/konsumen

Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan


7 2 dan tersebar secara merata

Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara


8 2 dengan baik

Kelembaban udara dapat memberikan mendukung


9 2 kenyamanan dalam melakukan pekerjaan/aktivitas

10 2 Memiliki akses kamar mandi dan jamban

Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya


11 2 lancar dan tertutup
Objek Tanda (🗸) Nilai U R A I AN

12 2 Terdapat tempat sampah yang tertutup

Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir


13 2 dan sabun

14 2 Bebas dari tikus, lalat dan kecoa

II. Peralatan
Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan
15 3
tara pangan
Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam
16 3
masa pakai/tidak kadaluarsa
17 2 Tandon air baku harus tertutup dan terlindung
Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan
18 2
pembersihan
Wadah/galon yang telah diisi air minum harus
19 2 langsung diberikan kepada konsumen dan tidak boleh
disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam
Melakukan sistem pencucian terbalik (back
20 3 washing) secara berkala mengganti tabung
macro filter.
Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan
21 3
ukuran berjenjang
Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau
22 5 ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi
dan digunakan secara
benar

Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol


23 2
(galon)
Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam
24 2
ruangan tertutup
25 2 Tersedia tutup botol baru yang bersih

III. Penjamah

26 3 Sehat dan bebas dari penyakit menular

27 3 Tidak menjadi pembawa kuman penyakit


Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani
28 2
konsumen
Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air
29 2
mengalir setiap melayani konsumen
Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan
30 2
rapi
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara
31 3
berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun
Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki
32 3 sertifikat telah mengikuti kursus higiene sanitasi
depot air minum

IV. Air Baku dan Air Minum


Bahan baku memenuhi persyaratan fisik,
33 5
mikrobiologi dan kimia standar
Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan
34 2
pasok air baku
Objek Tanda (🗸) Nilai U R A I AN
Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak
35 3 dapat melepaskan zat-zat beracun ke
dalam air/harus tara pangan

36 2 Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air


Pengangkutan air baku paling lama 12 jam
37 3 sampai ke depot air minum dan selama
perjalanan dilakukan desinfeksi
Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan
38 10 fisik, mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku
mutu atau
persyaratan kualitas air minum

100

Petunjuk Pengisian :

I. CARA PENGISIAN : Obyek yang memenuhi syarat diberikan tanda


(🗸) pada
kolom ”Tanda” yang tersedia.

Untuk obyek yang tidak memenuhi persyaratan,


kolom tersebut dikosongkan.

II. CARA PENILAIAN : Penilaian adalah merupakan jumlah obyek yang


memenuhi syarat yaitu dengan cara
menjumlahkan nilai yang bertanda (🗸).

1. Jika nilai pemeriksaan mencapai 70 atau lebih, maka dinyatakan


memenuhi persyaratan kelaikan fisik.
2. Jika nilai pemeriksaan di bawah 70 maka dinyatakan belum
memenuhi persyaratan kelaikan fisik, dan kepada pengusaha diminta
segera memperbaiki obyek yang bermasalah.
3. Jika nilai telah mencapai 70 atau lebih, tetapi pada objek nomor
38 tidak memenuhi syarat, berarti DAM yang bersangkutan tidak
memenuhi syarat kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai