Oleh:
HASRAWATI
I1A122038
KENDARI
2023
LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI
KENDARI
OLEH:
HASRAWATI
I1A122038
Diajukan sebagai salah satu syarat lulus pada mata kuliah Limnologi
KENDARI
2O23
HALAMAN PENGESAHAN
praktikum sampai pembuatan laporan dan tak lupa saya ucapkan terima kasih
laporan ini.
petunjuk kepada semua pihak yang telah banyak membantu saya sehingga laporan
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Hasrawati lahir di Muna Barat 2004. Ia merupakan putri pertama dari 5
Wadaga.
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP PENYUSUN........................................................ v
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vii
DAFTAR TABEL.................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Limnologi............................................................................... 3
B. Organisme Sungai yang didapatkan....................................... 3
C. Parameter Kualitas Air........................................................... 7
D. Parameter Fisika..................................................................... 8
G. Parameter Biologi................................................................... 11
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat................................................................. 14
B. Alat dan Bahan....................................................................... 14
C. Prosedur Kerja........................................................................ 15
D. Metode Analisa....................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi....................................................... 23
B. Hasil Pengamatan................................................................... 24
C. Pembahasan ........................................................................... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................. 32
B. Saran ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 39
LAMPIRAN........................................................................................... 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Neuston ............................................................................................. 4
2. Ular air kelabu ................................................................................... 5
3. Ikan kecil ........................................................................................... 6
4. Katak.................................................................................................. 7
5. Air Terjun Nanga-Nanga.................................................................... 23
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
A. Latar Belakang
yang lebih tinggi tingkatnya. Pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi perairan
disuatu wilayah sangat penting diketahui untuk pengolahan sumber daya perairan
secara berkelanjutan . Desa tanjung batu sebuah desa yang terletak di kabupaten orgnl
iril .desa ini memiliki pontensi sumber daya perairan yang tinggi yang terdiri dari
sungai,rawa dan kolam-kolam budidaya. Kondisi perairan rawa yang berada di daerah
tanjung batu seberang merupakan rawa musiman dimana pada musim hujan
tergenang air namun pada musim kemarau akan kering (Aryawati,R.dan Thoha, H.
2015)
maupun kuantitas ,hal ini salah satunya dipengaruhi aktivitas makhluk hidup,
tidak dikelola dengan benar dan bijak akan menyebapkan dampak negatif terhadap
sumberdaya air, salah satunya dapat menurunkan kualitas air .kondisi perairan sungai
Kendari, Sulawesi Tenggara. Jika berjalan sejauh 500 m, maka kita akan menemukan
air terjun yang menjadi objek wisata di Sungai Nanga-Nanga. Udara segar adalah
sambutan pertama yang kita dapatkan karena area sekitar masih alami dan belum
banyak penduduk bahkan lokasinya relatif jauh dari pemukiman bahkan kota.
Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui parameter fisika
(kecepatan arus, kedalaman, kecerahan, suhu, dan debit air), parameter kimia (DO,
BOD, dan TSS) dan parameter biologi (nekton dan bentos) di Sungai Nanga-Nanga.
Manfaat dari praktek lapang ini kita mengetahui parameter fisika, parameter
A. Limnologi
parameter fisika dan kimia serta indeksinya dengan kehidupan dari berbagai jenis jasad air.
Selain itu dibahas juga berbagai permasalahan yang timbul pada suatu ekosistem air
terutama tentang kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan manusia baik
berupa kerusakan fisik dari ekosistem air tersebut,maupun pencemaran yang timbul yang
menyebapkan penurunan kualitas ekosistem air secara ekologi dan konsep pengolahan yang
dibutuhkan untuk menjaga kelestarian dari ekosistem air yang mempunyai nilai yang sangat
a. Neuston
Neuston yaitu bentoas yang hidup dipermukaan air .infauna yang hidup
didalam sedimen bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk
Ikan kepala timah ditemukan di sekitar Paspalum sp. habitat dan makanan
ikan kepala timah sama dengan ikan guppy yaitu hidup ditempat yang berarus tenang,
memiliki air yang bersih dengan vegetasi tumbuhan. Ikan kepala timah banyak
ditemukan mulai dari muara sungai, di persawahan dan selokan yang berhubungan
langsung dengan sungai yang memiliki air yang bersih dengan vegetasi yang
ditumbuhi tanaman, ditemukan pada sungai dengan suhu ini dapat hidup di
permukaan, tengah maupun dasar perairan dengan suhu 27-28 °C dengan pH 6. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Guther (1961) bahwa ikan kepala timah hidup pada
suhu 20-35 °C dengan pH 6,0-8,0 namun ikan ini lebih sering berada di perairan
bagian atas dan makanan ikan ini seperti jentik nyamuk, cacing darah, udang kecil,
dan hewan kecil lainnya, sehingga Paspalum sp. yang hidup di Sungai Parit Belanda
merupakan habitat dan tempat mencari makan ikan kepala timah dan ikan guppy
(Ulfa, 2014).
khususnya di air tawar dan tersebar luas di daerah tropis. Ikan guppy (Poecilia
Reticulata) saat ini sangat populer sebagai ikan hias. Ikan guppy yang juga banyak
dikenal sebagai Million Fish atau Rainbow Fish, adalah ikan yang cukup banyak
didistribusikan ke berbagai negara. Ikan guppy berasal dari daerah kepulauan Karibia
dan Amerika Selatan, dan dapat digunakan sebagai pengendali nyamuk. Ikan guppy
sendiri pertama kali diteliti oleh Wilhelm C.H. Peters pada tahun 1959 di daerah
Venezuela dan diberi nama Poecilia Reticulata. Nama guppy merupakan hasil
penghargaan terhadap Robert John Lechmere Guppy melalui Albert C.L.G. Gunther
pada tahun 1866 dengan nama Girardinus guppy (Sinonim) yang diteliti di kepulauan
d. Katak
Amphibia, ordo Anura. Katak biasanya dijumpai oleh manusia. Katak dapat menjadi
salah satu bioindikator baik buruknya suatu lingkungan. Secara alami katak
menyukai habitat lmbab, bersemak, terdapat genangan air dan berkanopi. Kulit katak
tipis dan berlendir, menjadi katak tidak mampu hidup ditempat panas dan
kering,karena suhu yang panas dan kering akan menyebapkan dehidrasi hingga
parameter tertentu dan dengan metode tertentu sesuai peraturan perundangan yang
kimia dan biologi (Asdak, 2010). Parameter fisika kualitas air menggambarkan
kondisi yang dapat dilihat secara visual/kasat mata yang meliputi kekeruhan, suhu,
kandungan padatan terlarut, rasa, bau, warna dan sebagainya. Parameter kimia
meliputi derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, DO, BOD, COD, dan kandungan
logam.
Kondisi kualitas air perairan dibumi selalu berubah –ubah dalam segi kualitas
kegiatan tersebut apabila tidak dikelola dengan benar dan bijak akan menyebabkan
dampak negatif terhadap sumber daya air. Kondisi perairan sungai secara tidak
C. Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam
b. Kecerahan
secara visual mengunakan Secchi Diks. Apabila kecerahan suatu perairan diketahui
maka kita dapat mengetahui sampai dimana masi ada kemungkinan terjadi proses
asimilasi dalam air, lapisan-lapisan maana yang tidak keruh, dan yang paling keruh.
Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat
c. Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan massa air yang arah gerakannya horizontal maupun
vertikal. Arus sungai adalah gerakan massa air sungai yang arahnya searus dengan
aliran sungai menuju hilir atau muara. Faktor yang mempengaruhi arus, yaitu tahanan
arus air memerlukan alat ukur yang memadai untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang tepat. Hal ini karena kecepatan arus air bagian permukaan lebih cepat dari pada
bagian bawah permukaan air. Kecepatan arus antara 0,07 -0,29 m/s. Sedang menurut
Effendi (2003), sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan
kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/s. Kadar oksigen terlarut (DO) di Sungai
Wedung selama penelitian berkisar antara 1,37 – 6,65 mg/l. Dilihat dari kandungan
DO lebih besar dari 3 mg/l maka kehidupan ikan dan kebanyakan organisme lainnya
d. Debit Air
Debit air sungai adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang
tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (m/s). Dalam kegiatan
pengukuran debit air ini digunakan metoda Apung. Metode ini adalah metode tidak
langsung dalam pengukuran debit air, karena hanya kecepatan aliran yang di ukur,
yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak
yang telah di tentukan pada suatu aliran sungai. Metode ini juga tidak membutuhkan
peralatan yang khusus, tetapi dapat memperoleh hasil yang layak (Sumantry, 2012).
e. Kedalaman
sungai berperan penting untuk menampung air hujan dalam jumlah besar sehingga
dapat mengurangi terjadinya banjir. Pada saat ini pengukuran kedalaman sungai
sering kali hanya menggunakan sebuah tongkat berskala yang cukup panjang yang
dimasukkan kedalam sungai dan harus dilakukan pengukuran diberbagai tempat agar
pengukuran menggunakan cara ini tidak akurat dan sangat berbahaya karena kita
harus menyeberangi sungai dimana terdapat bagian-bagian sungai yang sangat dalam
yang belum kita ketahui dan juga harus melawan arus sungai yang sangat deras
(Susilo, 2015).
D. Parameter Kimia
a. DO
Banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan
miligram per liter. Oksigen terlarut dijadikan sebagai tanda pderajat pengotoran
limbah yang ada. Semakin besar kadar DO maka drajat pengotoran pada air semakin
kecil.analisis BOD berhubungan dengan analisis DO. Prinsip dari pengukuran BOD
mengukur kandungan oksigen terlarut awal DO dan oksigen setelah ingkubasi 5 hari
b. BOD
mikroorganisme untuk menguangi bahan organik dalam kondisi aeorobik .BOD yang
air akan menghabiskan oksigen terlarut. Analisis BOD dan DO berhubungan untuk
mengetahui nilai BOD maka ditentukan nilai DO pada penyimpanan ke-0 hari dan
penyimpanan ke-5 hari .metode yang digunakan analisis DO dan BOD adalah metode
winkler.(S.Permatasar 2017).
c. TSS
TSS merupakan sisa padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel maksimal 2 um atau lebih besar dari ukuran partikel kloid.Nilai TSS
yang dihasilkan -410 mg/. nilai negatif dapat disebapkan kesalahan dalam proses
penimbabngan tidak akurat. Nilai TTS berpengaruh tehadap kekeruhan dan apabila
E. Parameter Biologi
a. Nekton
Nekton adalah biota yang berenang-renang, yang hanya terdiri dari hewan.
Kelompok ini kurang beraneka ragam di bandingkan dengan dua kelompok lain, yaitu
plankton dan bentos. Kelompok yang termasuk kedalam nekton adalah ikan bertulang
rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular, dan hewan menyusui laut yang kesemuanya
termasuk vertebrata. Sotong dan cumi-cumi yang termasuk mollusca juga termasuk
b. Benthos
Bentos adalah biota yang hidup diatas atau di dalam dasar laut, baik itu
merayap, dan meliang di dasar laut. Kelompok biota ini hidup didasar perairan mulai
dari pasut sampai dasar abisal. Contoh biota yang menempel ialah spon, tertip dan
tiram; contoh biota yang merayap kepiting dan udang karang dan contoh biota yang
meliang, jenis karang tertentu dan cacing. Selai pembagian seperti yang diterangkan
sebelumnya, biota laut juga dapat di bagi menurut cara makanya. Kelompok biota
yang dapat menghasilkan makanan nya sendiri di sebut biota autotrof (Autotrophic)
makananya sendiri tanpa tergantung pada biota lain dengan berfotosintensis. Biota
c. Neuston
Neuston yaitu bentos yang hidup di permukaan air. Infauna yang hidup di
dalam sedimen bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk
Praktikum Lapang Limnologi ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 1 juni
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Lapang Limnologi dapat
B. Bahan
1. Larutan MnSO4 mL Standarisasi larutan tiosulfat
2. Larutan Na.Azida mL Sebagai larutan titrasi
3. Kertas LabelLarutan H2 - Memberi tanda pada label
SO4 - Untuk mengetahui kadar oksigen
C. Prosedur Kerja
1. Prosedur kerja di lapangan
a. Parameter Fisika
a. Suhu
- Menyiapkan termometer
b. Kecepatan arus
meter.
- Menyiapkan stopwatch
stopwatch
c. Kecerahan
tersebut.
- Menghitung persentase kecerahan perairan.
d. Kedalaman
mencatat kedalamannya.
e. Debit Air
b. Parameter Kimia
a. DO (Dissolved Oxygen)
- Mengangkat botol dari dalam air dan memastikan tidak ada gelembung air di
c. Parameter Biologi
neuston
D. Metode Analisa
1. Parameter Fisika
- Kecepatan Arus
= = 0,11 m/s
- Luas penampang
A=axd
Ket.
d = Kedalaman
mengetahui:
a = (a1 + a2 + a3)/3
- Debit Air
Debit air
Q = V.A
Ket.
Q = Debit air (m³/s)
V = Kecepatan arus (m/s)
A = Luas penampang (m²)
- Kecerahan Perairan
- Suhu
Mengetahui:
Suhu =
2. Parameter Kimia
- DO
DO = F1 x F2 x 4 x ml titrasi
- BOD
BOD = DO – HaCl
- TSS
dengan menggunakan kendaraan kurang lebih 15 menit untuk sampai di air terjun
dibutuhkan waktu sekitar kurang lebih 10 menit. Lokasi sungai tersebut dikelilingi
B. Hasil Pengamatan
1. Parameter Fisika
120
100
80
60
SUHU
40 KECERAHAN
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 2. Hasil pengamatan pada suhu dan kecerahan
27
KECEPATAN ARUS
50
45
40
35
30
25
20 Series 3
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 3. Hasil pengamatan pada kecepatan arus
DEBIT AIR
20
18
16
14
12
10
8 DEBIT AIR
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 4. Hasil Pengamatan pada debit air
28
KEDALAMAN
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
KEDALAMAN
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 5. Hasil pengamatan pada kedalaman
2. Parameter Kimia
4
DO (mg/L)
3
BOD (mg/L)
TSS (mg/L)
2
0
1 2 3 4
Sampel
Gambar 6. Hasil pengamatan parameter kimia pada DO, BOD dan TSS
3. Parameter Biologi
C. Pembahasan
1. Parameter Fisika
30
stasiun ditemukan kesamaan suhu seperti pada stasiun 6 dan 7 memiliki suhu
tertinggi yakni 26⁰C dan suhu terendah terdapat pada stasiun 2 yakni 24⁰C. Hal ini
dipengaruhi oleh fluktuasi air yang dinamik, sehingga mengakibatkan suhu pada
permukaan air menjadi tidak stabil, yang disebabkan oleh sinar matahari mengenai
air, namun air tetap mengalir. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pratomo, (2001);
Endi et.al, (2016) Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim,
letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan air laut, letak tempat terhadap
kedalaman sungai diperoleh nilai tertinggi 0,38 m pada stasiun 8 dan terendah terjadi
pada stasiun 6 yaitu dengan kisaran 0,28 m. Faktor yang mempengaruhi kedalam
sungai tersebut akibat pengerukan dan kekuatan arus yang besar. Hal ini tidak sesuai
dengan teori Ma'rufi et.al, (2015) karena seharusnya sudah siang maka kedalamannya
semakin dangkal karena rendah dan tinggi kedalaman kolam dapat disebabkan karena
bahan organik yang berupa ikan dan sisa pakan serta batas pandang manusia karena
cahaya.
pengambilan sampel ditemukan bahwa debit air pada setiap stasiun berbeda, dan nilai
debit air tertinggi terdapat pada stasiun stasiun 8 dengan jumlah 18,74 (m³/s)
sedangkan nilai terendahnya terdapat pada stasiun 4 dengan jumlah 0,030. Tentu saja
hal terjadi karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal yang
mempengaruhi debit air adalah musim panas dan musim hujan. Hal ini sesuai dengan
31
teori Agustiningsih, (2012) Pada musim hujan volume air relatif lebih besar
Selain itu penggunaan air oleh masyarakat juga berpengaruh terhadap berkurangnya
titik pengambilan sampel nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1, 2, 4, dan 7 dengan
kisaran 100% sedangkan nilai terendah terdapat pada stasiun 8 dengan kisaran 12%
perbedaan yang terjadi pada beberapa stasiun ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi, seperti cuaca, padatan tersuspensi, dan faktor lainnya. Hal ini tidak
sesuai dengan teori Cech, (2016) kecerahan air sungai dipengaruhi oleh banyaknya
materi tersuspensi yang ada di dalam air sungai. Materi ini akan mengurangi
sampel didapatkan hasil tertinggi yaitu pada titik 1 dengan kisaran 36,5 m/s dan
terendah terdapat pada titik 8 dengan kisaran 0,037 m/s Ini menunjukan bahwa
kecepatan arus pada sungai ini sangat lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Putra
(2016) yang menyatakan bahwa pergerakan air ini tergantung pada topografi
2. Parameter Kimia
Nanga ditemukan rata-rata angka tertinggi yaitu 5,34 mg/L sampai 6,612 mg/L.
32
Nanga memiliki DO yang rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti dinamika permukaan lebih sering terjadi dan pengaruh suhu.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Novonty dan Olem, (1994); Awgchew (2015)
oksigen terlarut tinggi dapat diakibatkan karena daerah tersebut masih bersih
lingkunganya atau bahan organik yang masuk kedalam perairan hanya sedikit.
Sumber utama oksigen terlarut berasal dari hasil proses fotosintesis dan re-areasi
atmosfer.
Nanga ditemukan hasil bahwa angka tertinggi rata-rata selama pengamatan adalah
3,04 mg/L sampai 4,518 mg/L. Hasil pengamatan BOD di sungai Nanga-Nanga
menemukan hasil bahwa, BOD Sungai Nanga-Nanga termaksuk rendah. Hal ini
disebabkan beberapa faktor seperti dinamika permukaan lebih sering terjadi dan
pengaruh perubahan temperatur. Hal ini tidak sesuai dengan teori Yudo, (2010);
Azwar, (2013) nilai BOD dalam suatu perairan dipengaruhi oleh suhu, densitas
Nanga diperoleh hasil dari 2 sampel yaitu berkisar antara 1,2445 mg/L dan 1,2461
mg/L. Parameter padatan tersuspensi tersebut masih jauh dari nilai ambang batas
dimana baku mutu air kelas II mensyaratkan bahwa padatan tersuspensi dalam air
ukuran maupun beratnya lebih kecil Yulistiani, (2017) penurunan TSS yang tinggi
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
3. Parameter Biologi
sering dijumpai pada perairan sungai dan merupakan habitat dari organisme tersebut.
A. Kesimpulan
1. Parameter Fisika, hasil Pengamatan yang didapat dari Perairan Sungai Nanga-
Nanga diperoleh yaitu suhu 24ºC sampai 26ºC, kecerahan 0,18% sampai
100%, kecepatan arus 0,11 m/detik sampai 36,5 m/detik, debit air 0,030m/s
2. Parameter Kimia, hasil Pengamatan yang didapat dari perairan Sungai Nanga-
Nanga diperoleh yaitu DO 5,34 mg/L - 6,612 mg/L BOD berkisar antara 3,04
mg/L - 4,518 mg/L, dan TSS berkisar antara 1,2445 mg/L -1,2461 mg/L
B. Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti dan hati-hati dalam menggunakan alat dan
bahan yang digunakan, agar data yang dihasilkan lebih akurat. Kemudian diharapkan
kepada praktikan tidak mengotori sungai yang dijadikan objek penelitian. Serta
35
kepada masyarakat sekitar aliran air agar dapat menjaga kelestariannya. Alat
Sharijanna, A. Early, S. 2017. Variasi waktu kualitas air pada tambak udang dengan
teknologi integrated multitrhopic aquaaculture (IMTA) Di mamuju sulawesi
barat. Jurnal Ilmu Alam Dan Lingkungan, 8(16): 52-5.
Hidayati, Putri. 2011. Pengaruh setting temperatur terhadap kinerja ac split. Jurnal
Teknik Konversi Energi.
Aprisanti, R., Muliyadi, A., Siregar, S. H., 2013. Struktur Komunitas Diatom Epilitik
Perairan Sungai Senapelan Dan Sungai Sayul, Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu
Lingkungan.
Atima, W., 2015. BOD dan COD Sabagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu
Air. JURNAL BIOLOGI. VOL 4 NO 1. ISSN: 2252-858X.
Hasibuan, R. B., Irawan, H., dan Yulianto, T., 2018. Pengaruh Suhu Terhadap Gaya
Muhtadi, M., Dhuha, O. R., Desrita, D., Siregar, T., Dan Muamar, M., 2017. Kondisi
Habitat Dan Keragaman Nekton Di Hulu Daerah Alir Sungai Wampu,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan,
Pesisir Dan Perikanan.
Neno A. K., Herman Harijanto, Abdul Wahid. 2016. Hubungan Debit Air Dan Tinggi
Muka Air Di Sungai Lambagu Kecamatan Tawaeli Kota Palu. Pengukuran
Kedalaman Sungai. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. ISSN: 2301-8402.
Pinki, T., Dan Sudarti, 2021. Analisis Kualitas Air Sungai Berdasarkan Ketinggian
Sungai Bladak Dan Sungai Kedungrawis Di Kabupaten Blitar.
Putri, A., Dan Madduppa, H., 2020. Perbandingan Hasil Metode Identifikasi Spesies:
Morfologi Dan Molekuler Pada Ikan Julung-Julung Di Tepi (Tempat
Pelelangan Ikan) Muara Angke, Dki Jakarta. Jurnal Kelautan.
Salindeho, N., Pandey, E., 2019. Karakteristik Fisiko Kimia Dan Polisiklik Arometic
Hidro Karbon Ikan Julung (Hemirhampus Marginatus) Asap Cair Cakalang
Pala. Jurnal MIPA.
Sari, N. R., Dan Khadianto, P., 2014. Kualitas Lingkungan Permukaan Di Tepi
Sungai Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir. Jurnal Teknik Pwk.
Sumantry, T., 2012. Pengukuran Debit dan Kualitas Air Sungai Cilacak Pada Tahun
2012. Jurnal Hasil Penelitian dan Kegitan PTLR. ISSN: 0852-2979.
Susiso, V., Poekoel, E. V. C., dan Manembu, P. D. K., 2015. Rancang Bangun Sistem
Ulfa, F., Efawani, dan widarti, 2014. Akuatik Plant And Fish Assosiation In The Parit
Belanda River, Meranti Pandak Vilage, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru
Regency, Riau Province.
Wulandari, A., 2017. Toksisitas Gas Karbon Monoksida (Co) Terhadap Mortalitas
Ikan Gupyy (Poecilia Reticulata).
Yuliatuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karananyar Dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air.
Zulfia, Naila., Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau Dari
Kandungan Unsur Hara (No3 Dan Po4) Serta klorofil-A. BAWAL Vol. 5 (3)
Desember 2013: 189-199.
LAMPIRAN