Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI

STUDI KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN LOTIK SUNGAI NANGA-


NANGA KECAMATAN POASIA KELURAHAN ANDUONOHU KOTA
KENDARI

Oleh:

HASRAWATI
I1A122038

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
LAPORAN PRAKTIKUM LIMNOLOGI

STUDI KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN LOTIK SUNGAI NANGA-

NANGA KECAMATAN POASIA KELURAHAN ANDUONOHU KOTA

KENDARI

OLEH:

HASRAWATI
I1A122038

Diajukan sebagai salah satu syarat lulus pada mata kuliah Limnologi

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2O23
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Limnologi Studi Kondisi Lingkungan


Perairan Lotik Sungai Nanga-Nanga Kecamatan Poasia
Kelurahan Anduonohu Kota Kendari
Laporan Lengkap : Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah
Limnologi
Nama : HASRAWATI
NIM : I1A122038
Kelompok : III
Jurusan : Manajemen Sumber Daya Perairan

Laporan lengkap ini

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

La Ode Rifai Sampulawa,S.Pi Rahul Adzaning Arsyad. S. Pi

Koordinator Mata Kuliah Limnologi

Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si


NIP : 19770114 200012 1 001

Kendari Juni 2023


Tanggal Pengesahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala,

karena berkat rahmat serta hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan Laporan Praktek Lapang Limnologi.

Dengan selesainya penyusunan laporan lengkap ini, saya mengucapkan

terima kasih kepada asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan

praktikum sampai pembuatan laporan dan tak lupa saya ucapkan terima kasih

kepada teman-teman yang juga telah banyak membantu dalam penyusunan

laporan ini.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melimpahkan rahmat serta

petunjuk kepada semua pihak yang telah banyak membantu saya sehingga laporan

ini dapat terselesaikan.

Kendari, Juni 2023

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Hasrawati lahir di Muna Barat 2004. Ia merupakan putri pertama dari 5

bersaudara dari pasangan bapak lahijira dan ibu wasuriani.Hasrawati menamatkan

sekolah dasarnya di SDN 8 Wadaga, lalu melanjutkan sekolah menengah pertama

di SMPN 2 Wadaga, kemudian menamatkan sekolah menengah atas di SMAN 1

Wadaga.

Pada tahun 2022, melalui jalur SMMPTN penulis diterima sebagai

mahasiswa di Universitas Halu Oleo Kendari jurusan Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP PENYUSUN........................................................ v
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................. vii
DAFTAR TABEL.................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Limnologi............................................................................... 3
B. Organisme Sungai yang didapatkan....................................... 3
C. Parameter Kualitas Air........................................................... 7
D. Parameter Fisika..................................................................... 8
G. Parameter Biologi................................................................... 11
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat................................................................. 14
B. Alat dan Bahan....................................................................... 14
C. Prosedur Kerja........................................................................ 15
D. Metode Analisa....................................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi....................................................... 23
B. Hasil Pengamatan................................................................... 24
C. Pembahasan ........................................................................... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................. 32
B. Saran ...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 39
LAMPIRAN........................................................................................... 41
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Neuston ............................................................................................. 4
2. Ular air kelabu ................................................................................... 5
3. Ikan kecil ........................................................................................... 6
4. Katak.................................................................................................. 7
5. Air Terjun Nanga-Nanga.................................................................... 23
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan bahan berserta kegunaanya................................................ 14


2. Metode analisis parameter kimia..................................................... 18
3. Metode analisis parameter fisika suhu............................................. 20
4. Metode analisis paramemeter fisika kedalaman............................... 20
5. Metode analisis parameter fisika kecepatan arus............................. 21
6. Metode analisis parameter fisika kecerahan...................................... 14
7. Hasil pengamatan parameter fisika.................................................. 24
8. Hasil pengamatan parameter kimia.................................................. 25
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelayakan suatu perairan sebagai habitat bagi organisme dipengaruhi oleh

sifat fisika-kimia[faktor abiotik] perairan.suhu, pH, DO,kekeruhan adalah beberapa

parameter fisiks kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran organisme

yang lebih tinggi tingkatnya. Pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi perairan

disuatu wilayah sangat penting diketahui untuk pengolahan sumber daya perairan

secara berkelanjutan . Desa tanjung batu sebuah desa yang terletak di kabupaten orgnl

iril .desa ini memiliki pontensi sumber daya perairan yang tinggi yang terdiri dari

sungai,rawa dan kolam-kolam budidaya. Kondisi perairan rawa yang berada di daerah

tanjung batu seberang merupakan rawa musiman dimana pada musim hujan

tergenang air namun pada musim kemarau akan kering (Aryawati,R.dan Thoha, H.

2015)

Kondisi kualitas perairan dibumi selalu berubah-ubah dalam segi kualitas

maupun kuantitas ,hal ini salah satunya dipengaruhi aktivitas makhluk hidup,

manusia memanfaatkan air berbagai keperluan sehari-hari untuk

mandi,mencuci,memasak industri dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut apabila

tidak dikelola dengan benar dan bijak akan menyebapkan dampak negatif terhadap

sumberdaya air, salah satunya dapat menurunkan kualitas air .kondisi perairan sungai

secara tidak langsung dapat menunjukan kondisi lingkungan.(sari 2017)


Sungai Nanga-Nanga adalah salah satu perairan yang berada di kota Kendari

tepatnya di Desa Nanga-Nanga, Kelurahan Anduonohu, Kecamatan Anduonohu kota

Kendari, Sulawesi Tenggara. Jika berjalan sejauh 500 m, maka kita akan menemukan

air terjun yang menjadi objek wisata di Sungai Nanga-Nanga. Udara segar adalah

sambutan pertama yang kita dapatkan karena area sekitar masih alami dan belum

banyak penduduk bahkan lokasinya relatif jauh dari pemukiman bahkan kota.

Masyarakat di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) memanfaatkan perairan ini

untuk kebutuhan sehari-hari dalam berbagai peruntukan, diantaranya adalah untuk

kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui parameter fisika

(kecepatan arus, kedalaman, kecerahan, suhu, dan debit air), parameter kimia (DO,

BOD, dan TSS) dan parameter biologi (nekton dan bentos) di Sungai Nanga-Nanga.

Manfaat dari praktek lapang ini kita mengetahui parameter fisika, parameter

kimia dan parameter biologi yang terdapat di Sungai Nanga-Nanga.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limnologi

Dalam ilmu limnologi dipelajari berbagai parameter lingkungan sebagai

parameter fisika dan kimia serta indeksinya dengan kehidupan dari berbagai jenis jasad air.

Selain itu dibahas juga berbagai permasalahan yang timbul pada suatu ekosistem air

terutama tentang kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan manusia baik

berupa kerusakan fisik dari ekosistem air tersebut,maupun pencemaran yang timbul yang

menyebapkan penurunan kualitas ekosistem air secara ekologi dan konsep pengolahan yang

dibutuhkan untuk menjaga kelestarian dari ekosistem air yang mempunyai nilai yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup organisme secara umum.[Hudiana Hermawan 2022]

A. Organisme Sungai Yang Didapatkan

a. Neuston

Neuston yaitu bentoas yang hidup dipermukaan air .infauna yang hidup

didalam sedimen bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk

melelui poriri sedimen, sehingga tangapan kelompok bentos ini terdapat

lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka

panjang ( Mustofa et al.2014).


b. Ikan Kepala Timah(Aplocheilus Panchax)

Ikan kepala timah ditemukan di sekitar Paspalum sp. habitat dan makanan

ikan kepala timah sama dengan ikan guppy yaitu hidup ditempat yang berarus tenang,

memiliki air yang bersih dengan vegetasi tumbuhan. Ikan kepala timah banyak

ditemukan mulai dari muara sungai, di persawahan dan selokan yang berhubungan

langsung dengan sungai yang memiliki air yang bersih dengan vegetasi yang

ditumbuhi tanaman, ditemukan pada sungai dengan suhu ini dapat hidup di

permukaan, tengah maupun dasar perairan dengan suhu 27-28 °C dengan pH 6. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Guther (1961) bahwa ikan kepala timah hidup pada

suhu 20-35 °C dengan pH 6,0-8,0 namun ikan ini lebih sering berada di perairan

bagian atas dan makanan ikan ini seperti jentik nyamuk, cacing darah, udang kecil,

dan hewan kecil lainnya, sehingga Paspalum sp. yang hidup di Sungai Parit Belanda

merupakan habitat dan tempat mencari makan ikan kepala timah dan ikan guppy

(Ulfa, 2014).

c. Ikan Guppy (Poecilia Reticula)

Ikan Guppy merupakan salah satu ikan yang melimpah di perairan

khususnya di air tawar dan tersebar luas di daerah tropis. Ikan guppy (Poecilia

Reticulata) saat ini sangat populer sebagai ikan hias. Ikan guppy yang juga banyak

dikenal sebagai Million Fish atau Rainbow Fish, adalah ikan yang cukup banyak

didistribusikan ke berbagai negara. Ikan guppy berasal dari daerah kepulauan Karibia

dan Amerika Selatan, dan dapat digunakan sebagai pengendali nyamuk. Ikan guppy

sendiri pertama kali diteliti oleh Wilhelm C.H. Peters pada tahun 1959 di daerah
Venezuela dan diberi nama Poecilia Reticulata. Nama guppy merupakan hasil

penghargaan terhadap Robert John Lechmere Guppy melalui Albert C.L.G. Gunther

pada tahun 1866 dengan nama Girardinus guppy (Sinonim) yang diteliti di kepulauan

Trinidad ( Wulandari, 2017). .

d. Katak

Katak adalah ambifibi yang secara taksonomi masuk kedalam kelas

Amphibia, ordo Anura. Katak biasanya dijumpai oleh manusia. Katak dapat menjadi

salah satu bioindikator baik buruknya suatu lingkungan. Secara alami katak

menyukai habitat lmbab, bersemak, terdapat genangan air dan berkanopi. Kulit katak

tipis dan berlendir, menjadi katak tidak mampu hidup ditempat panas dan

kering,karena suhu yang panas dan kering akan menyebapkan dehidrasi hingga

menyebapkan kematian. (Kusuma 2017)

B. Parameter kualitas air

Kualitas air sungai merupakan kondisi kualitatif yang diukur berdasarkan

parameter tertentu dan dengan metode tertentu sesuai peraturan perundangan yang

berlaku. Kualitas air sungai dapat dinyatakan dengan parameter yang

menggambarkan kualitas air tersebut. Parameter tersebut meliputi parameter fisika,

kimia dan biologi (Asdak, 2010). Parameter fisika kualitas air menggambarkan

kondisi yang dapat dilihat secara visual/kasat mata yang meliputi kekeruhan, suhu,

kandungan padatan terlarut, rasa, bau, warna dan sebagainya. Parameter kimia

meliputi derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, DO, BOD, COD, dan kandungan

logam.
Kondisi kualitas air perairan dibumi selalu berubah –ubah dalam segi kualitas

ataupun kuantitas,hal ini salah satunya dipengaruhi aktifitas makhluk hidup.kegiatan-

kegiatan tersebut apabila tidak dikelola dengan benar dan bijak akan menyebabkan

dampak negatif terhadap sumber daya air. Kondisi perairan sungai secara tidak

langsung dapat menunjukan kondisi lingkungan.(2017)

C. Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda

dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung mengunakan

indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakan

termometer untuk mengukur suhu dengan falid.(Hidayati 2011)

b. Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati

secara visual mengunakan Secchi Diks. Apabila kecerahan suatu perairan diketahui

maka kita dapat mengetahui sampai dimana masi ada kemungkinan terjadi proses

asimilasi dalam air, lapisan-lapisan maana yang tidak keruh, dan yang paling keruh.

Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat

memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersubsensi

dalam perairan tersebut (Hamuna dkk.,2017

c. Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan massa air yang arah gerakannya horizontal maupun

vertikal. Arus sungai adalah gerakan massa air sungai yang arahnya searus dengan

aliran sungai menuju hilir atau muara. Faktor yang mempengaruhi arus, yaitu tahanan

dasar, gaya Coriolis, perbedaan densitas (Agustini, 2013). Pengukuran kecepatan

arus air memerlukan alat ukur yang memadai untuk mendapatkan hasil pengukuran

yang tepat. Hal ini karena kecepatan arus air bagian permukaan lebih cepat dari pada

bagian bawah permukaan air. Kecepatan arus antara 0,07 -0,29 m/s. Sedang menurut

Effendi (2003), sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan

kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/s. Kadar oksigen terlarut (DO) di Sungai

Wedung selama penelitian berkisar antara 1,37 – 6,65 mg/l. Dilihat dari kandungan

DO lebih besar dari 3 mg/l maka kehidupan ikan dan kebanyakan organisme lainnya

masih dapat hidup dengan layak (Wardoyo, 1982 ; Edhy, 2013).

d. Debit Air

Debit air sungai adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang

tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (m/s). Dalam kegiatan

pengukuran debit air ini digunakan metoda Apung. Metode ini adalah metode tidak

langsung dalam pengukuran debit air, karena hanya kecepatan aliran yang di ukur,

yaitu dengan mengukur waktu yang dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak

yang telah di tentukan pada suatu aliran sungai. Metode ini juga tidak membutuhkan

peralatan yang khusus, tetapi dapat memperoleh hasil yang layak (Sumantry, 2012).

e. Kedalaman

Kedalaman sungai harus selalu diukur secara periodik, karena kedalaman

sungai berperan penting untuk menampung air hujan dalam jumlah besar sehingga
dapat mengurangi terjadinya banjir. Pada saat ini pengukuran kedalaman sungai

sering kali hanya menggunakan sebuah tongkat berskala yang cukup panjang yang

dimasukkan kedalam sungai dan harus dilakukan pengukuran diberbagai tempat agar

mendapatkan data untuk membandingkan bagian-bagian terdalam pada sungai, hasil

pengukuran menggunakan cara ini tidak akurat dan sangat berbahaya karena kita

harus menyeberangi sungai dimana terdapat bagian-bagian sungai yang sangat dalam

yang belum kita ketahui dan juga harus melawan arus sungai yang sangat deras

(Susilo, 2015).

D. Parameter Kimia

a. DO

Banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur dalam satuan

miligram per liter. Oksigen terlarut dijadikan sebagai tanda pderajat pengotoran

limbah yang ada. Semakin besar kadar DO maka drajat pengotoran pada air semakin

kecil.analisis BOD berhubungan dengan analisis DO. Prinsip dari pengukuran BOD

mengukur kandungan oksigen terlarut awal DO dan oksigen setelah ingkubasi 5 hari

pada kondisi gelap atau disebut DO5 (B.yudistira 2016)

b. BOD

BOD merupakan jumblah oksigen terlarut yang diperlukan oleh

mikroorganisme untuk menguangi bahan organik dalam kondisi aeorobik .BOD yang

tinggi akan menyebapkan penurunan oksigen terlarut karena mikroorganisme dalam

air akan menghabiskan oksigen terlarut. Analisis BOD dan DO berhubungan untuk

mengetahui nilai BOD maka ditentukan nilai DO pada penyimpanan ke-0 hari dan
penyimpanan ke-5 hari .metode yang digunakan analisis DO dan BOD adalah metode

winkler.(S.Permatasar 2017).

c. TSS

TSS merupakan sisa padatan total yang tertahan oleh saringan dengan

ukuran partikel maksimal 2 um atau lebih besar dari ukuran partikel kloid.Nilai TSS

yang dihasilkan -410 mg/. nilai negatif dapat disebapkan kesalahan dalam proses

pengujian ataupun kontak udara selama pengujian yang menyebapkan nilai

penimbabngan tidak akurat. Nilai TTS berpengaruh tehadap kekeruhan dan apabila

melebihi ambang batas dan menggangu aktifitasperairan.(M. Septiawan ,S. M.).

E. Parameter Biologi

a. Nekton

Nekton adalah biota yang berenang-renang, yang hanya terdiri dari hewan.

Kelompok ini kurang beraneka ragam di bandingkan dengan dua kelompok lain, yaitu

plankton dan bentos. Kelompok yang termasuk kedalam nekton adalah ikan bertulang

rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular, dan hewan menyusui laut yang kesemuanya

termasuk vertebrata. Sotong dan cumi-cumi yang termasuk mollusca juga termasuk

nekton (Akmal, 2017).

b. Benthos

Bentos adalah biota yang hidup diatas atau di dalam dasar laut, baik itu

tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Bentos mencangkup biota yang menempel,

merayap, dan meliang di dasar laut. Kelompok biota ini hidup didasar perairan mulai
dari pasut sampai dasar abisal. Contoh biota yang menempel ialah spon, tertip dan

tiram; contoh biota yang merayap kepiting dan udang karang dan contoh biota yang

meliang, jenis karang tertentu dan cacing. Selai pembagian seperti yang diterangkan

sebelumnya, biota laut juga dapat di bagi menurut cara makanya. Kelompok biota

yang dapat menghasilkan makanan nya sendiri di sebut biota autotrof (Autotrophic)

termasuk di dalam ini adalah tumbuh-tumbuhan. Biota yang dapat menghasilkan

makananya sendiri tanpa tergantung pada biota lain dengan berfotosintensis. Biota

yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri di sebut Heterotrof (Heterotrophic)

semua hewan adalah heterotrof (Akmal, 2017).

c. Neuston

Neuston yaitu bentos yang hidup di permukaan air. Infauna yang hidup di

dalam sedimen bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk

melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan kelompok bentos ini terhadap

lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka

panjang (Dwirastina, 2018).


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Lapang Limnologi ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 1 juni

2023 pukul 09:00 di perairan sungai Nanga-Nanga Kecamatan Poasia Kelurahan

Anduonohu Kota Kendari dan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Lapang Limnologi dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. .Alat dan Bahan


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
A. Alat
1. Termometer Air Raksa o
C Mengukur suhu perairan
2. Secchi Disk M Mengukur kecerahan perairan
3. Patok Berskala Cm Mengukur kedalaman
4. Bola pimpong - Mengukur kecepatan arus perairan
5. Meteran Rol Cm Mengukur lebar air
6. Stopwatch detik Menghitung waktu
7. Botol UC 1000 - Tempat menyimpan sampel DO, BOD
dan TSS
8. Pipet Tetes - Mengambil larutan
9. Alat Tulis - Mencatat hasil pengamatan
10. Lakban - Memberi tanda pada sampel

B. Bahan
1. Larutan MnSO4 mL Standarisasi larutan tiosulfat
2. Larutan Na.Azida mL Sebagai larutan titrasi
3. Kertas LabelLarutan H2 - Memberi tanda pada label
SO4 - Untuk mengetahui kadar oksigen

C. Prosedur Kerja
1. Prosedur kerja di lapangan

a. Parameter Fisika

a. Suhu

- Menyiapkan termometer

- Mencelupkan termometer ke dalam air sungai dengan kedalaman tertentu.

- Mengamati perubahan yang terjadi pada termometer kemudian mencatat

perubahan suhu yang terjadi.

- Melakukan pengulangan sebanyak tiga kali

b. Kecepatan arus

- Menyiapkan bola pingpong dan mengikatnya dengan tali dengan panjang 2

meter.

- Menyiapkan stopwatch

- Meletakkan bola diatas perairan sungai bersamaan dengan menyalakan

stopwatch

- Membiarkan sampai benang yang mengikat tali tegang.

- Mencatat waktu saat benang tersebut sudah tegang.

- Melakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

c. Kecerahan

- Menyiapkan Secchi disk yang akan digunakan.

- Menurunkan Secchi disk ke dalam perairan.

- Mengukur panjang dari permukaan air sampai ke lempeng Secchi disk

tersebut.
- Menghitung persentase kecerahan perairan.

d. Kedalaman

- Menyiapkan patok yang telah diikat dengan meteran pita.

- Menurunkan patok berskala sampai mencapai dasar sungai kemudian

mencatat kedalamannya.

- Mencatat hasil pengukuran

e. Debit Air

- Menyiapkan alat meteran roll yang akan digunakan

- Mengukur lebar sungai yang diamati

- Menghitung debit air dengan rumus yang ada.

- Mencatat hasil pengukuran.

b. Parameter Kimia

a. DO (Dissolved Oxygen)

- Memasukkan botol sampel ke dalam perairan dalam keadaan tertutup.

- Membuka botol di dalam air dan memasukkan air ke dalam botol.

- Mengangkat botol dari dalam air dan memastikan tidak ada gelembung air di

dalam botol dengan cara membolak balikan botol sampel.

- Memasukkan larutan MnSO4 dan Natrium Asida kedalam botol sampel

sebagai bahan pengawet untuk pengujian di laboratorium.

b. BOD (Biological Oxygen Demand)

- Menyiapkan botol You C1000


- Masukkan botol You C1000 kedalam air, sehingga air masuk kedalam botol

tersebut sampai terisi penuh

- Tutup botol (tutup di dalam air).

c. Parameter Biologi

- Melakukan metode acak untuk pengamatan organisme berupa nekton dan

neuston

- Mencatat hasil pengamatan.

D. Metode Analisa

1. Parameter Fisika

- Kecepatan Arus

= = 0,11 m/s

Keterangan: V = Kecepatan arus

S = Jarak tempuh layangan arus

t = Waktu tempuh layangan arus

- Luas penampang
A=axd

Ket.

a = Luas penampang basah/lebar sungai

d = Kedalaman

mengetahui:
a = (a1 + a2 + a3)/3

d = (d1 + d2+ d3)/3

- Debit Air

Debit air
Q = V.A
Ket.
Q = Debit air (m³/s)
V = Kecepatan arus (m/s)
A = Luas penampang (m²)

- Kecerahan Perairan

Persentase kecerahan menurut Hasriyanti dkk. (2015) dapat dihitung

dengan rumus berikut:

- Suhu

Mengetahui:

Suhu =

2. Parameter Kimia

- DO

DO = F1 x F2 x 4 x ml titrasi

- BOD
BOD = DO – HaCl

- TSS

TSS = ((B-A) / 100) x 1000


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Lokasi Praktikum Limnologi Di Sungai Nanga-Nanga

Sungai Nanga-Nanga salah satu perairan yang berada di kota Kendari.

Masyarkat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) memanfaatkakn perairan ini

untuk kebutuhan sehari-hari dalam berbagai peruntukan, di antaranya adalah sebagai

kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sungai Nanga-Nanga di tempuh

dengan menggunakan kendaraan kurang lebih 15 menit untuk sampai di air terjun

dibutuhkan waktu sekitar kurang lebih 10 menit. Lokasi sungai tersebut dikelilingi

oleh pepohonan dan juga daerah yang berbatu dan bertebing.


26

B. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan dari Praktikum Lapangan Limnologi dapat dilihat

pada Tabel berikut.

1. Parameter Fisika

Tabel 2. Hasil Pengamatan Rata-Rata Parameter Fisika pada Perairan Sungai


Nanga-Nanga.
Stasiun Suhu (˚C) Kecerahan Kecepatan Debit Air Kedalaman
(%) Arus (m/s) (m³/s) (m)
1 24,6 100 36,5 0,064 0,143
2 24 100 47 0,077 0,246
3 25 28,03 10,42 0,133 0,41
4 25 100 0,16 0,030 0,014
5 25 76,26 7,76 0,1390 0,113
6 26 59,9 0,11 0,091 0,28
7 26 100 0,245 0,088 0,123
8 25,3 12,45 0,037 18,74 0,336

SUHU DAN KECERAHAN

120

100

80

60
SUHU
40 KECERAHAN

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 2. Hasil pengamatan pada suhu dan kecerahan
27

KECEPATAN ARUS

50
45
40
35
30
25
20 Series 3
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 3. Hasil pengamatan pada kecepatan arus

DEBIT AIR
20
18
16
14
12
10
8 DEBIT AIR
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 4. Hasil Pengamatan pada debit air
28

KEDALAMAN
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
KEDALAMAN
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6 7 8
N N N N N N N N
IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U IS U
A A A A A A A A
ST ST ST ST ST ST ST ST
Gambar 5. Hasil pengamatan pada kedalaman

2. Parameter Kimia

Tabel 3. Hasil Pengamatan Parameter Kimia pada Perairan Sungai Nanga-


Nanga
Sampe DO (mg/L) BOD (mg/L) TSS (mg/L)
l
1 6,612 2,054 1,2445
2 5,34 3,04 1,2461
3 5,75 4,518
4 6,612 3,287
29

4
DO (mg/L)
3
BOD (mg/L)
TSS (mg/L)
2

0
1 2 3 4

Sampel

Gambar 6. Hasil pengamatan parameter kimia pada DO, BOD dan TSS

3. Parameter Biologi

Tabel 4. Hasil Pengamatan Parameter Biologi pada Perairan Sungai Nanga-


Nanga.
No Jenis Organisme
.
1. Nekton Ikan Julung-Julung (Nomorhamphus sp.)

Ikan Guppy (Poecilia reticulata)

Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax)

2. Neuston Anggang-Anggang (Gerris marginatus)

C. Pembahasan

1. Parameter Fisika
30

Berdasarkan hasil pengamatan suhu perairan Nanga-Nanga pada setiap

stasiun ditemukan kesamaan suhu seperti pada stasiun 6 dan 7 memiliki suhu

tertinggi yakni 26⁰C dan suhu terendah terdapat pada stasiun 2 yakni 24⁰C. Hal ini

dipengaruhi oleh fluktuasi air yang dinamik, sehingga mengakibatkan suhu pada

permukaan air menjadi tidak stabil, yang disebabkan oleh sinar matahari mengenai

air, namun air tetap mengalir. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pratomo, (2001);

Endi et.al, (2016) Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim,

letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan air laut, letak tempat terhadap

garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman udara.

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata dari delapan titik pengambilan sampel

kedalaman sungai diperoleh nilai tertinggi 0,38 m pada stasiun 8 dan terendah terjadi

pada stasiun 6 yaitu dengan kisaran 0,28 m. Faktor yang mempengaruhi kedalam

sungai tersebut akibat pengerukan dan kekuatan arus yang besar. Hal ini tidak sesuai

dengan teori Ma'rufi et.al, (2015) karena seharusnya sudah siang maka kedalamannya

semakin dangkal karena rendah dan tinggi kedalaman kolam dapat disebabkan karena

bahan organik yang berupa ikan dan sisa pakan serta batas pandang manusia karena

cahaya.

Berdasarkan hasil pengamatan debit air pada delapan titik kelompok

pengambilan sampel ditemukan bahwa debit air pada setiap stasiun berbeda, dan nilai

debit air tertinggi terdapat pada stasiun stasiun 8 dengan jumlah 18,74 (m³/s)

sedangkan nilai terendahnya terdapat pada stasiun 4 dengan jumlah 0,030. Tentu saja

hal terjadi karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal yang

mempengaruhi debit air adalah musim panas dan musim hujan. Hal ini sesuai dengan
31

teori Agustiningsih, (2012) Pada musim hujan volume air relatif lebih besar

dibanding dimusim kemarau. Sedangkan pada musim kemarau panas matahari

menyebabkan terjadinya penguapan sehingga debit air berkurang dimusim kemarau.

Selain itu penggunaan air oleh masyarakat juga berpengaruh terhadap berkurangnya

debit air terutama di daerah hilir.

Berdasarkan data rata-rata hasil pengamatan kecerahan perairan dari delapan

titik pengambilan sampel nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1, 2, 4, dan 7 dengan

kisaran 100% sedangkan nilai terendah terdapat pada stasiun 8 dengan kisaran 12%

perbedaan yang terjadi pada beberapa stasiun ini karena banyak faktor yang

mempengaruhi, seperti cuaca, padatan tersuspensi, dan faktor lainnya. Hal ini tidak

sesuai dengan teori Cech, (2016) kecerahan air sungai dipengaruhi oleh banyaknya

materi tersuspensi yang ada di dalam air sungai. Materi ini akan mengurangi

masuknya sinar matahari ke air sungai.

Kecepatan arus sungai Nanga-nanga, rata-rata pada delapan titik pengambilan

sampel didapatkan hasil tertinggi yaitu pada titik 1 dengan kisaran 36,5 m/s dan

terendah terdapat pada titik 8 dengan kisaran 0,037 m/s Ini menunjukan bahwa

kecepatan arus pada sungai ini sangat lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Putra

(2016) yang menyatakan bahwa pergerakan air ini tergantung pada topografi

lingkungan perairan tersebut.

2. Parameter Kimia

Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran DO di Perairan Sungai Nanga-

Nanga ditemukan rata-rata angka tertinggi yaitu 5,34 mg/L sampai 6,612 mg/L.
32

Pengukuran DO disungai Nanga-Nanga mendapatkan hasil bahwa, sungai Nanga-

Nanga memiliki DO yang rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi seperti dinamika permukaan lebih sering terjadi dan pengaruh suhu.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Novonty dan Olem, (1994); Awgchew (2015)

oksigen terlarut tinggi dapat diakibatkan karena daerah tersebut masih bersih

lingkunganya atau bahan organik yang masuk kedalam perairan hanya sedikit.

Sumber utama oksigen terlarut berasal dari hasil proses fotosintesis dan re-areasi

atmosfer.

Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran BOD di Perairan Sungai Nanga-

Nanga ditemukan hasil bahwa angka tertinggi rata-rata selama pengamatan adalah

3,04 mg/L sampai 4,518 mg/L. Hasil pengamatan BOD di sungai Nanga-Nanga

menemukan hasil bahwa, BOD Sungai Nanga-Nanga termaksuk rendah. Hal ini

disebabkan beberapa faktor seperti dinamika permukaan lebih sering terjadi dan

pengaruh perubahan temperatur. Hal ini tidak sesuai dengan teori Yudo, (2010);

Azwar, (2013) nilai BOD dalam suatu perairan dipengaruhi oleh suhu, densitas

plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik.

Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran TSS di Perairan Sungai Nanga-

Nanga diperoleh hasil dari 2 sampel yaitu berkisar antara 1,2445 mg/L dan 1,2461

mg/L. Parameter padatan tersuspensi tersebut masih jauh dari nilai ambang batas

dimana baku mutu air kelas II mensyaratkan bahwa padatan tersuspensi dalam air

sungai maksimal 50 mg/L. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang

ukuran maupun beratnya lebih kecil Yulistiani, (2017) penurunan TSS yang tinggi

disebabkan adanya penggumpalan endapan-endapan dimana zat padat tersuspensi


33

berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat

menghalangi kemampuan produksi zat organik padahal TSS merupakan tempat

berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen.

3. Parameter Biologi

Berdasarkan hasil pengamatan sampel di delapan stasiun pengambilan sampel

ditemukan hasil beberapa organisme di Perairan Sungai Nanga-Nanga seperti Ikan

Julung-Julung (Nomorhamphus sp.), Ikan Guppy (Poecilia reticulata), Kepala Timah

(Aplocheilus armatus), sedangkan organisme neutron yang ditemukan adalah Laba-

Laba Air (Argyroneta Aquatica). Organisme tersebut merupakan organisme yang

sering dijumpai pada perairan sungai dan merupakan habitat dari organisme tersebut.

Hal ini sesuai dengan teori


34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum limnologi yang dilakukan di sungai Nanga-Nanga

adalah sebagai berikut:

1. Parameter Fisika, hasil Pengamatan yang didapat dari Perairan Sungai Nanga-

Nanga diperoleh yaitu suhu 24ºC sampai 26ºC, kecerahan 0,18% sampai

100%, kecepatan arus 0,11 m/detik sampai 36,5 m/detik, debit air 0,030m/s

sampai 18,74 m/s,kedalaman 0,28 cm sampai 101 cm.

2. Parameter Kimia, hasil Pengamatan yang didapat dari perairan Sungai Nanga-

Nanga diperoleh yaitu DO 5,34 mg/L - 6,612 mg/L BOD berkisar antara 3,04

mg/L - 4,518 mg/L, dan TSS berkisar antara 1,2445 mg/L -1,2461 mg/L

3. Parameter Biologi, hasil Pengamatan yang didapat dari Perairan Sungai

Nanga-Nanga diperoleh yaitu nekton berupa ikan Julung-Julung jenis

Nomorhamphus sp. dan Dermogenys, ikan Guppy (Poecilia reticulata),

Kepala Tima (Aplocheilus armatus), dan organisme Neuston yang ditemukan

adalah Anggang-anggang (Gerris marginatus).

B. Saran

Praktikan sebaiknya lebih teliti dan hati-hati dalam menggunakan alat dan

bahan yang digunakan, agar data yang dihasilkan lebih akurat. Kemudian diharapkan

kepada praktikan tidak mengotori sungai yang dijadikan objek penelitian. Serta
35

kepada masyarakat sekitar aliran air agar dapat menjaga kelestariannya. Alat

praktikum diperbanyak untuk memudahkan jalannya praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Aryawati, R. dan Thoha, H. Hubungan antara kandungan klorofil-a dan kelimpahan


Fitoplankton di perairan berau kalimantan timur . Staf pengajar Ilmu
Kelautan.Unifersutas Sriwijaya. Maspari journal 02 (89-94) 2011

Sharijanna, A. Early, S. 2017. Variasi waktu kualitas air pada tambak udang dengan
teknologi integrated multitrhopic aquaaculture (IMTA) Di mamuju sulawesi
barat. Jurnal Ilmu Alam Dan Lingkungan, 8(16): 52-5.

Hidayati, Putri. 2011. Pengaruh setting temperatur terhadap kinerja ac split. Jurnal
Teknik Konversi Energi.

Angraini, N., Simarmata, A. H., Dan Sihotong, C, 2018. Disolved Oxygen


Concentration From The Water Around The Floating Cage Fish Culture Area
And From The Area With No Cage, In The Dam Site Of The Koto Panjang
Reservoir.

Aprisanti, R., Muliyadi, A., Siregar, S. H., 2013. Struktur Komunitas Diatom Epilitik
Perairan Sungai Senapelan Dan Sungai Sayul, Kota Pekanbaru. Jurnal Ilmu
Lingkungan.

Atima, W., 2015. BOD dan COD Sabagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu
Air. JURNAL BIOLOGI. VOL 4 NO 1. ISSN: 2252-858X.

Harlina, 2021. Limnologi.

Hasibuan, R. B., Irawan, H., dan Yulianto, T., 2018. Pengaruh Suhu Terhadap Gaya

Ma’rufi, M., Yunasfi, &A.Muhtadi.2015.Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan


Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Acta Aquatica. 2
(3):89-100.

Muhtadi, M., Dhuha, O. R., Desrita, D., Siregar, T., Dan Muamar, M., 2017. Kondisi
Habitat Dan Keragaman Nekton Di Hulu Daerah Alir Sungai Wampu,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan,
Pesisir Dan Perikanan.

Neno A. K., Herman Harijanto, Abdul Wahid. 2016. Hubungan Debit Air Dan Tinggi
Muka Air Di Sungai Lambagu Kecamatan Tawaeli Kota Palu. Pengukuran
Kedalaman Sungai. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer. ISSN: 2301-8402.

Pinki, T., Dan Sudarti, 2021. Analisis Kualitas Air Sungai Berdasarkan Ketinggian
Sungai Bladak Dan Sungai Kedungrawis Di Kabupaten Blitar.

Pratiwi, a., 2018. Bioindikator Kualitas Sungai.


Puteri, M. F. D., Putra, Y.S Dan Adriat,R. 2019. Penentuan Debit Aliran Di Muara
Sungai Pawan Kabupaten Ketapang Berdasarkan Parameter Kecepatan Arus
Dan Kedalaman Sungai.

Putri, A., Dan Madduppa, H., 2020. Perbandingan Hasil Metode Identifikasi Spesies:
Morfologi Dan Molekuler Pada Ikan Julung-Julung Di Tepi (Tempat
Pelelangan Ikan) Muara Angke, Dki Jakarta. Jurnal Kelautan.

Salindeho, N., Pandey, E., 2019. Karakteristik Fisiko Kimia Dan Polisiklik Arometic
Hidro Karbon Ikan Julung (Hemirhampus Marginatus) Asap Cair Cakalang
Pala. Jurnal MIPA.

Sari, N. R., Dan Khadianto, P., 2014. Kualitas Lingkungan Permukaan Di Tepi
Sungai Kelurahan Pelita Kecamatan Samarinda Ilir. Jurnal Teknik Pwk.

Sumantry, T., 2012. Pengukuran Debit dan Kualitas Air Sungai Cilacak Pada Tahun
2012. Jurnal Hasil Penelitian dan Kegitan PTLR. ISSN: 0852-2979.

Susiso, V., Poekoel, E. V. C., dan Manembu, P. D. K., 2015. Rancang Bangun Sistem

Suwono, H., 2016. Pembelajaran Berbasasis Projek Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Limnologi Di Jurusan Biologi. Tetas Telur Ikan Kakap Putih (Lates
Calcarifer). Intek Akuakultur. Vol 2 N0 2. E-ISSN: 2579-6291. Halaman 49-
57.

Ulfa, F., Efawani, dan widarti, 2014. Akuatik Plant And Fish Assosiation In The Parit
Belanda River, Meranti Pandak Vilage, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru
Regency, Riau Province.

Wulandari, A., 2017. Toksisitas Gas Karbon Monoksida (Co) Terhadap Mortalitas
Ikan Gupyy (Poecilia Reticulata).

Yuliatuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karananyar Dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air.

Zulfia, Naila., Aisyah. 2013. Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau Dari
Kandungan Unsur Hara (No3 Dan Po4) Serta klorofil-A. BAWAL Vol. 5 (3)
Desember 2013: 189-199.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai