RICKY ASTAWAN
M1A117046
RICKY ASTAWAN
M1A117046
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai skripsi
atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
RICKY ASTAWAN
NIM. M1A117046
© Hak Cipta milik UHO, tahun 2022
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
UHO.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin UHO.
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II
Niken Pujirahayu, S.Hut., MP., Ph.D Dr. Zakiah Uslinawati, S.Hut., M.Si
NIP. 19731103 200604 2 001 NIP. 19711027 20091 2 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Kehutanan
Tanggal Disetujui :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Seiring dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
skripsi ini. Terima kasih penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta Suhardin
dan Ibunda tercinta Hartina atas perhatian, nasehat, dukungan serta doanya
kepada penulis.
1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc, sebagai Rektor
2. Prof. Dr. Ir. Aminuddin Mane Kandari, M.Si sebagai Dekan Fakultas
3. Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si sebagai Ketua Jurusan Kehutanan yang telah
4. Dosen penguji Bapak Dr. Faisal Danu Tuheteru, S.Hut., M.Si, Ibu Nurhayati
Hadjar, S.Hut., MP, Ibu Dr. Ir. Hj. Sitti Rosmarlinasiah., M.Si, Niken
Pujirahayu, S.Hut., MP., Ph.D, dan Ibu Dr. Zakiah Uslinawati, S.Hut., M.Si
yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
5. Ibu Asrianti Arief, SP., MP sebagai penasehat akademik yang telah banyak
pendidikan.
Pratiwi, Ni Putu Ayu Gangga Putri, Arman Ulfandy, Andi Alamsyah, Dini
dan yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas
bantuan, dukungan dan motivasinya dari awal perkuliahan sampai pada proses
8. Kepada pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat penulis
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan........................................................................ 3
1.4 Kerangka Pikir.................................................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lebah Tanpa Sengat.......................................................................... 7
2.2 Sumber Pakan Lebah Tanpa Sengat................................................. 8
2.3 Produk Lebah Lebah Tanpa Sengat.................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
alam yang melimpah, kekayaan alam ini dapat memberikan keuntungan secara
finansial maupun dalam menjaga kelestarian alam yang begitu melimpah salah
satunya adalah sumber daya alam yang berada di hutan. Hutan adalah suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41 Tahun 1999). Hutan selain penghasil
kayu, hutan juga menghasilkan produk-produk hutan non kayu. Hasil hutan non
kayu itu biasa dimanfaatkan banyak masyarakat terutama masyarakat yang berada
dekat hutan, hasil-hasil hutan non kayu yang biasa dimanfaatkan adalah sagu,
rotan, aren, bambu, jernang, tanaman obat dan produk lebah seperti madu. Madu
merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang sarat manfaat, diantaranya
sebagai suplemen kesehatan dan stamina tubuh. Salah satu penghasil madu adalah
menghasilkan madu dan propolis (Budi dan Hidayat, 2015). Lebah kelulut
banyak manfaat, dan khasisat untuk kesehatan. Lebah ini dapat membuat sarang
rumah (Sadam et al., 2016). Lebah tanpa sengat merupakan salah satu jenis
2
serangga potensial penghasil madu dan propolis sebagai produk utamanya yang
kaya akan manfaat dengan harga jual yang tinggi (Setiawan et al., 2017).
Madu merupakan produk alamiah yang diproduksi oleh lebah madu dari
nektar bunga. Madu dihasilkan dari lebah madu betina yang menghisap nektar
bunga melalui belalainya kemudian mencampurnya dengan air liur dan enzim
(Umamit et al., 2021). Madu merupakan produk alami dari lebah dengan
kandungan air 18 - 20%, glukosa, fruktosa, vitamin, b-karoten, mineral, dan asam
dan antibakteri (Miftahurrahmah et al., 2021). Pada zaman mesir kuno madu
sangat bernilai, sehingga selain digunakan sebagai bahan untuk kesehatan dan
memiliki kandungan gula, vitamin, mineral serta enzim yang sangat bermanfaat
antimikrobia tidak hanya terdapat pada bagian penutup sarang atau propolis,
melainkan terdapat pula pada bagian kantong polen, kantong madu, dan kantong
telur. Bagian dari sarang lebah madu memiliki komponen senyawa yang berbeda
Lebah tak bersengat (stingless bee) saat ini sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Buton Utara dan dikenal dengan sebutan (pulo) dalam bahasa daerah
Buton Utara. Sejauh ini belum ada informasi terkait lebah tanpa sengat di Buton
Buton Utara.
2. Jenis tanaman apa saja yang menjadi sumber pakan lebah tanpa sengat dari
Buton Utara?
3. Bagaimana Komponen Kimia Madu lebah tanpa sengat dari Buton Utara?
1. Mengetahui jenis-jenis lebah tanpa sengat apa saja yang ada di Buton Utara
2. Mengetahui tumbuhan sumber pakan apa saja yang menjadi sumber pakan apa
saja yang menjadi sumber dari Madu lebah tanpa sengat. Mengetahui
Komponen Kimia Penyusun Madu Lebah Tanpa Bersengat dari Buton Utara
Buton Utara
4
Lebah tanpa sengat merupakan genus lebah yang tidak memiliki sengat,
hidup didaerah tropik dan subtropik. Kawasan Asia Tenggara telah teridentifikasi
sekitar 50 jenis lebah tanpa sengat (stingless bee) (Pratama et al., 2018). Beberapa
jenis lebah tak bersengat terdapat di Indonesia yaitu 41 jenis lebah Trigona di
pulau Sumatera, 31 jenis lebah Trigona di pulau Kalimantan, dan 9 jenis lebah
Trigona di pulau Jawa (Suderajat et al., 2021). Serta 4 jenis di Sulawesi Tengah
keragaman jenis lebah tak bersengat. Lebah tak bersengat dapat ditemukan di
Lebah tanpa sengat merupakan lebah yang unik karena lebah ini tidak
memiliki organ untuk menyengat seperti lebah madu yang kita kenal pada
umumnya. tubuh yang sangat kecil dan lebah ini tidak memiliki sengat seperti
lebah madu pada umumnya, dan hidupnya berkoloni dengan jumlah individu
dewasa dapat lebih dari 3000 ekor di dalam satu koloni. Ukuran tubuh lebah
trigona bervariasi antara 3,7 mm – 4,9 mm dengan warna tubuh hitam. Lebah
5
trigona umumnya membuat sarang dalam lubang kayu, lubang pohon, dalam
bambu, dan celah-celah dinding rumah. Lebah trigona menghasilkan produk madu
yang memiliki rasa manis bercampur asam dan produk madunya lebih mahal
Sifat kimia madu lebah tanpa sengat tergantung pada spesies lebah dan
sumber pakan/tumbuhan di sekitar sarang (Vitel et al., 2013). Misalnya rasa dan
warna madu berbeda-beda tergantung pada sumber nektar dan pollen yang
dikumpulkan oleh lebah. Karena perbedaan sumber pakan inilah maka komponen
madu dari tiap jenis atau tiap wilayah dapat berbeda dan bisa menjadi ciri
khasnya. Oleh karena itu, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui
Sarang Lebah
Komponen Kimia
Sumber Madu Penyusun Madu
Lebah tanpa sengat (Stingless bee) adalah jenis lebah yang umum terdapat
di hutan hujan tropis dan merupakan penyerbuk penting dari sebagian besar
lokal dibantu penyerbukannya oleh lebah ini. Lebah ini merupakan lebah sosial
dengan takson terbesar dan dapat ditemukan di bagian Selatan dan Tengah
Amerika, Afrika, Asia Barat Daya, Asia Tenggara dan Australia. Lebah tak
menyengat hidup dalam koloni abadi dengan hingga beberapa ribu individu
Lebah tak bersengat atau lebih dikenal dengan trigona merupakan salah
satu jenis lebah penghasil madu yang tidak bersengat (stingless bee honey)
(Azlan et al., 2016). Kekhasan dalam morfologi, ukuran tubuh dan struktur sarang
menjadikan lebah ini mempunyai keragaman yang tinggi. Bentuk sarang juga
dapat digunakan untuk membedakan antara spesies satu dengan spesies lainnya
yang termasuk genus trigona. Peranan lebah ini lebih dominan sebagai polinator.
Trigona sebagai lebah klanceng, klanceng atau kelulut yang umumnya membuat
Lebah tanpa sengat merupakan salah satu spesies lebah penghasil madu
kecil. Lebah jenis ini masih kurang populer dibanding dengan Famili Apidae,
seperti Apis mellifera dan A. cerana. Lebah tanpa sengat di Indonesia memiliki
klanceng, lenceng (Jawa), dan te’uweul (Sunda) (Sanjaya et al., 2014). Sedangkan
Lebah tanpa sengat merupakan salah satu lebah tanpa sengat yang banyak
ordo Hymenoptera yang artinya memiliki sayap yang transparan, memiliki tipe
biasanya tipe mulut ini dimiliki oleh lebah dan tawon (Saputra et al., 2018). Lebah
Adapun produk-produk yang dihasilkan adalah madu, bee pollen dan propolis.
Sumber pakan lebah madu adalah tanaman yang meliputi tanaman buah,
mengandung nektar dan pollen yang sangat berpengaruh dalam produksi madu
yang akan dihasilkan oleh lebah madu. Potensi tanaman pakan lebah madu di
Indonesia diyakini cukup besar, tetapi belum banyak informasi tentang tanaman-
penghasil madu yang sangat berguna bagi manusia. Lebah mengambil bagian dari
tumbuhan yang menjadi makanan bagi lebah yaitu cairan manis yang disebut
dengan nektar, tepung sari atau polen yang terdapat pada tanaman dan bunga
(Nasution et al., 2019). Jenis tanaman sumber pakan yang paling diandalkan
sebagai penghasil madu adalah kapok randu (Ceiba pentandra). Tanaman ini
Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, Provinsi Jawa
Timur. Tanaman lainnya yang termasuk dalam kelompok utama penghasil madu
Aktivitas lebah Trigona sp dalam mencari makan (nektar, polen, dan resin)
dipengaruhi oleh tersedianya pakan pada tanaman. Jenis tanaman yang sering
hutan (Santiria tomentosa Blume), Kelat (Syzygium ciminii Merr), dan Api-api
tertentu yang dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas nektar pada bunga
(Nugroho dan Soesilohadi, 2015). Aktivitas lebah tanpa sengat mencari tepungsari
setiap hari bekisar 180 menit dengan mengunjungi 8-100 bunga, pada iklim tropis
lebah pekerja mampu mengumpulkan polen sebanyak 22-50% pada pagi, dan
7-10% pada sore hari. Polen pada bunga memang berlimpah dipagi hari dan
berkurang seiring waktu menuju malam. Dalam mencari pakan, lebah tanpa
koloni lainnya, lebah tanpa sengat meninggalkan jejak melalui bau, sepanjang
2.3.1 Madu
Madu merupakan substansi alam yang diproduksi oleh lebah madu yang
berasal dari nektar bunga atau tanaman yang dikumpulkan oleh lebah madu,
diubah dan disimpan di dalam sarang lebah untuk dimatangkan hingga siap untuk
di panen (Wineri et al., 2014). Madu adalah suatu cairan kental, berasa manis dan
11
lezat bewarna kuning terang atau kuning tua keemasan yang dihasilkan oleh
lebah. Madu umumnya terbuat dari nektar yakni cairan manis yang terdapat di
dalam mahkota bunga yang dihisap oleh lebah kemudian dikumpulkan dan
dihasilkan lebah madu dengan bahan baku nektar tanaman, sekresi bagian
(Fatma et al., 2017). Madu cairan menyerupai sirup yang dihasilkan oleh lebah
madu dari sari bunga tanaman (flora nektar) atau bagian lain tanaman. Kandungan
gula pada madu berasal dari fruktosa dengan persentase terbanyak, glukosa dan
bebas, baik dari segi kerusakan DNA yang diinduksi maupun akibat produksi
reactive oxygen species (ROS) yang berlebihan sehingga dengan pemberian madu
pada luka, serta mempertahankan kelembapan luka yang pada akhirnya dapat
dan syaraf, 4. Membantu menghasilkan tenaga baru (Husen et al, 2019). Madu
kadar air, gula pereduksi dan keasaman. Prosedur pengujian beberapa parameter
kualitas madu beberapa parameter kualitas madu. Madu yang terdapat pada suhu
dingin bisa memiliki kadar gula pereduksi lumayan baik ketimbang dari madu
suhu ruang. Kualitas madu yang dimiliki oleh petani dari desa mangkauk yang
memenuhi SNI (01-3545-2004), yaitu kadar sukrosa, padatan tak larut dalam air,
timbal, tembaga, dan arsen. Hasil analisa madu yang tidak memenuhi SNI (01-
3545-2004), yaitu kadar air, kadar gula pereduksi dan kandungan keasaman
madu kelulut hendaknya mengacu kepada parameter yang ada pada SNI madu
menyebutkan bahwa kadar air madu yang baik maksimal 22%. Kadar air dalam
madu menentukan keawetan madu. Kadar air madu yang rendah menyebabkan
13
mikroba pembusuk tidak dapat hidup di dalamnya, ditambah lagi madu juga
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, kertas
label, kertas saring Whatman No 41, lebah tak bersengat, madu, asam klorida HCI
%, cairan xylol, dan cairan toluena. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kamera digital, alat tulis, GPS (Global Positioning System), timbangan
analitik, labu didih 500 ml, aufhauser, penangas listrik, neraca analitik, cawan
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh sarang lebah yang ada di Hutan
Kabupaten Buton Utara. Teknik penarikan sampel yang digunakan terhadap studi
sifat dan sumber madu lebah tak bersengat yaitu dengan teknik Purposive
pertimbangan tertentu.
15
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif yaitu data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa
simbol atau angka bilangan seperti: Jenis lebah tak bersengat dan sumber madu.
Data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung
sebagai variabel angka atau bilangan seperti: Jumlah lebah tak bersengat yang
akan diambil dalam satu sarang, jumlah jenis pakan lebah dan jumlah sarang lebah
tak bersengat. Sumber data terdiri atas dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer pada penelitian ini bersumber dari lokasi penelitian seperti: Jumlah
sarang lebah dan jenis pakan lebah. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini
Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah jenis lebah
Tanpa Sengat, komponen kimia madu yang terdiri atas kadar air, kadar fruktosa,
kadar hidroksimetilfurfural (HMF), dan kadar Abu. Uji komposisi kimia madu
menentukan Kadar air dan kadar abu, SNI 01-2892-1992 yaitu sni yang
menjelaskan cara mentukan kadar gula, SNI 8664:2018 yaitu menjelaskan cara uji
dilihat pada SNI 8664:2018 dan tanaman sumber pakan lebah tanpa sengat
16
dengan cara mengumpulkan lebah pekerja sebanyak 10 ekor tiap sarang dan
dimasukan dalam botol berisi alkohol 70 % untuk dibuat specimen dan dikirimkan
ke Laboratorium Serangga LIPI untuk diamati jenis lebah trigona apa saja yang
Tumbuhan sumber madu yang diamati dan di catat adalah tumbuhan yang
sering di kunjungi lebah tak bersengat dan berada di sekitar sarang dengan radius
500 m.
individu tanaman yang berada pada radius 500 m dari sarang dan di sesuaikan
dengan buku Lebah Tanpa Sengat (Stingless bee) dan Tumbuhan Pakannya
madu mentah dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran. Kemudian disimpan dalam
a. Cara uji kadar air pada madu dengan menggunakan metode destilasi menurut
w
Kadar Air = x 100 %
v
V 2 x fp
% gula sesudahinversi= x 100 %
W
fp = faktor pengenceran
18
W = bobot cuplikan, mg
dibentuk oleh dehidrasi gula pereduksi. Ini merupakan padatan putih dengan
2018:
( )
❑
mg ( A 284− A 336 ) x 14,97 x 5
HMF g madu =
100 Bobot contoh (g)
nm
1 000 = mg/g
10 = sentiliter
d. Cara uji kadar abu dengan menghitung kadar abu total yang berada pada madu
lebah Trigona Sp, dengan menggunakan rumus sebagai berikut menurut SNI
2891-1992.
w 1−w 2
Kadar abu= x 100 %
w
19
Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif
1. Stingless bee atau lebah tak bersengat termasuk ke dalam family Apidae,
Umumnya stingless bee berukuran kecil hingga sedang dengan sengat yang
vestigial (tidak berfungsi). Kelompok lebah ini mengumpulkan polen dan madu
3. Madu adalah sebuah cairan kenyal yang dihasilkan oleh lebah madu dari
Ditinjau dari letak astronomisnya Kabupaten Buton Utara terletak pada 4,60
Luas daratan Kabupaten Buton Utara seluas 1.923,03 km2 yang terletak di
bagian utara Pulau Buton dan luas wilayah perairan sekitar 2.500 km2 .
Kabupaten Buton Utara terdiri dari 6 (enam) kecamatan yang berada di Kabupaten
yang paling luas dibanding kecamatan lainnya, yaitu seluas 491,44 km2 atau
25,56 persen dari seluruh luas Kabupaten Buton Utara. Selanjutnya disusul
Kecamatan Kulisusu Barat seluas 370,47 km2 atau 19,26 persen, Kecamatan
Kulisusu Utara seluas 339,64 km2 atau 17,66 persen Kecamatan Kambowa seluas
303,64 km2 atau 15,78 persen. Selanjutnya dua kecamatan lainnya memiliki
km2 atau 12,75 persen dan yang terakhir adalah Kecamatan Kulisusu seluas
172,78 km2 atau 8,89 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Buton Utara.
yang masih menjadi tanggung jawab Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
4 Bonegunu 491,44 13 2 0 15
5 Kambowa 303,44 10 1 0 11
6 Wakorumba 245,26 11 2 1 14
4.2 Iklim
Secara umum Kabupaten Buton Utara memiliki dua iklim yaitu musim
kemarau dan penghujan. Kabupaten Buton Utara pada umumnya beriklim tropis
dengan suhu antara 25°C -27°C. Seperti halnya daerah lain pada bulan November
sampai Juni. Angin bertiup dari benua asia dan samudera pasifik mengandung
banyak uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah
antara bulan Juli dan Oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua
Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air. pada umumnya, di
Kabupaten Buton Utara angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang
mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu dan keadaan ini dikenal sebagai
musim pancaroba. Curah hujan di Kabupaten Buton Utara disajikan pada Tabel 3.
2.035,02 mm untuk setiap tahunya. Intensitas curah hujan yang paling tinggi
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3.225 mm/tahun dan intesitas curah hujan
yang paling rendah terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 1.472 mm/tahun.
dengan keadaan tanah yang sangat subur terutama yang terletak pada pesisir
pantai sangat cocok untuk pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman
perkebunan. Kabupaten Buton Utara bagian utara terdiri dari barisan pegunungan
dan sedikit melengkung ke arah utara dan mendatar ke arah selatan dengan
ketinggian rata-rata antara 300 – 800 meter di atas permukaan laut, sedangkan
mendatar ke arah pantai timur dengan luas bervariasi. Dataran rendah yang cukup
luas yaitu Cekungan Lambale < 29.000 ha sejajar dengan Sungai Lambale dan
Sungai Langkumbe.
4.4 Tanah
dengan memanfaatkan data tanah pada peta Land Systen ReP Prot dan Analisis
SIG. Selanjutnya sebaran jenis tanah pada KPH Peropa Ea disajikan pada Tabel 4.
25
KPH Peropa Ea adalah Organosol seluas 10.539,04 ha atau (59,42 %) dari total
luas wilayah KPH Perop Ea. Karakteristik jenis-jenis tanah pada wilayah KPH
1. Alluvial merupakan jenis tanah ari endapan baru, yang dibentuk dari lumpur
sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah subur.
umbrik, atau mollik. Tanah yang memiliki ciri-ciri: kandungan bahan organik
sedang, memiliki sifat asam, warna dari kuning hingga kemerahan, mudah
menyerap air.
3. Litosol merupakan Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai
gumpal, gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum
26
dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya
4. Meditran memiliki kemiripan dengan tanah podsolik, pada jenis tanah ini
tanahnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur.
pelapukan bahan organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis
ini subur untuk hampir semua jenis tanaman dan mengandung paling banyak
dan kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison albik. Tanah
podzol terbentuk karena pengaruh suhu rendah dan curah hujan yang tinggi.
4.5 Penduduk
jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton Utara. Menurut
5.1 Hasil
hidroksimetilfurfural (HMF) dan kadar fruktosa yang terdapat pada madu lebah
tanpa sengat asal Buton Utara Kecamatan Kulisusu menunjukkan bahwa ada 4
(empat) sampel madu yang diamati dengan tempat pengambilan sampel yang
berbeda.
Tabel 6. Komponen kimia madu lebah tanpa sengat yang telah diamati.
Parameter
No Kode
Sampe Kadar Air Kadar Abu Kadar HMF Kadar Fruktosa
l (%) (%) (mg/kg) (%)
1 BK I 7,83 0,32 18,41 34,02
Kadar air yang terdapat pada sarang 1 dengan kode sampel BK 1 yaitu 7,83,
sarang 2 dengan kode sampel BK 2 yaitu 9,67, sarang 3 dengan kode BK 3 yaitu
11,39 dan sarang 4 dengan kode sampel BK 4 yaitu 7,18. Dengan rata-rata kadar
Kadar abu yang terdapat madu lebah tanpa sengat asal Buton Utara
menunjukkan bahwa kadar abu yang terdapat pada sarang 1 dengan kode sampel
BK 1 yaitu 0,32, sarang 2 dengan kode sampel BK 2 yaitu 0,38, sarang 3 dengan
28
kode sampel BK 3 yaitu 0,26 dan sarang 4 dengan kode sampel BK 4 yaitu 0,26.
1 dengan kode sampel BK 1 yaitu 18,41, sarang 2 dengan kode sampel BK 2 yaitu
21,86, sarang 3 dengan kode sampel BK 3 yaitu 15,69 dan sarang 4 dengan kode
Kadar Fruktosa pada madu lebah tanpa sengat asal Buton Utara
yaitu 34,02, sarang 2 dengan kode sampel BK 2 yaitu 51,55, sarang 3 dengan
kode sampel BK 3 yaitu 40,99 dan sarang 4 dengan kode sampel BK 4 yaitu 40,99.
5.1 Pembahasan
Kandungan kadar air yang ada pada madu dapat disebabkan beberapa hal,
yaitu kelembapan udara dan jenis dari nektar. nektar mengandung sekitar 70% air
sewaktu dipungut atau ketika pada saat lebah pekerja mengipas dengan sayap hal
tersebut bisa menurunkan kandungan kadar air mencapai 17%, dan menjadikan
madu dengan kandungan kadar air sekitar 17% -21% (Sihombing, 2005). Kadar
Air yang ada pada madu lebah tanpa sengat Asal Kecamatan Kulisusu Kabupaten
BK III 11,39 % dan BK IV 7,18 % dengan jumlah rata-rata kadar air pada madu
lebah tanpa sengat yaitu 9,02 %. Ini menunjukkan bahwa kadar air yang berada
pada madu lebah tanpa sengat Asal Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara
29
merupakan madu yang baik sesuai dengan SNI 8664:2018 dengan maksimal 22%
Kadar abu pada madu dipengaruhi oleh adanya kandungan mineral yang
berasal dari nektar serta sumber makanan lebah yaitu pollen atau serbuk sari.
nektar dan pollennya. Hasil pengujian madu produksi kawasan Tahura Lati
Petangis telah memenuhi persyaratan mutu SNI dengan kadar abu 0 – 0,5 % (Eka
et al., 2021). Kadar abu yang terdapat pada madu lebah tanpa sengat asal
kadar abu tersebut yaitu 0,32 %. Kadar abu yang terdapat pada SNI 8664:2018
menunjukkan 0,5 % sementara rata-rata kadar abu yang terdapat pada madu tanpa
perombakan monosakarida madu, dalam suasana asam dan dengan bantuan kalor
(panas) yang mana sering digunakan untuk menurunkan kadar air madu. Semakin
tinggi kadar HMF maka dapat diduga madu telah mengalami pemanasan
sesuai dengan SNI 8664-2018 yaitu maksimal 50 mg/kg. Pada madu lebah tanpa
berada di bawah nilai SNI 8664-2018, yaitu 65% (Pribadi dan Wiratmoko, 2019).
Kadar gula pereduksi madu lebah tanpa sengat asal Kecamatan Kulisusu
BK 4 40,99 %. Dengan rata-rata 41,89 %. Ini menunjukkan kadar gula yang ada
pada madu lebah tanpa sengat asal Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton utara
adalah madu dengan kadar gula yang baik. Kadar gula madu yang baik maksimal
madu lebah tanpa sengat asal Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara
memiliki kadar air yang baik. Kadar abu yang terdapat pada madu lebah tanpa
sengat menunjukkan kadar abu yang tidak begitu baik dan tidak sesuai SNI 8664-
(fruktosa) menunjukkan nilai kadar yang baik dan sesuai dengan SNI 8664-2018
5.1 Kesimpulan
kesimpulan, yaitu:
1. Kadar Air pada madu lebah tanpa sengat asal Kecamatan Kulisusu Kabupaten
Buton utara merupakan kadar air yang baik sesuai dengan SNI 8664-2018.
Rata-rata kadar air yang ada pada madu lebah tanpa sengat asal Kecamtan
Kulisusu Kabupaten Buton utara yaitu 9,02 % sementara dalam SNI 8664-2018
2. Kadar Abu yang terdapat pada lebah tanpa sengat asal Kecamatan Kulisusu
Kabupaten Buton utara menunjukkan kadar abu yang tidak baik baik dengan
nilai rata-rata kadar abu yaitu 0,32 %. Dalam SNI 8664-2018 menunjukkan
Kulisusu Kabupaten Buton utara dengan nilai rata-rata yaitu 19,14 mg/kg.
4. Kadar Fruktosa yang ada pada madu lebah tanpa sengat asal Kecamatan
Kulisusu Kabupaten Buton utara dengan nilai rata-rata yaitu 41,89 %. SNI
8664-2018 menunjukkan nilai kadar fruktosa yang baik pada madu yaitu 65 %.
32
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian ini mengenai Keragaman
Kabupaten Buton Utara agar ada lagi yang melakukan penelitian lanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Aini, W.N., M. Hidayah dan N.S.A. Silfi. 2019. Pengurangan jerawat pada kulit
wajah dengan madu manuka. Prosiding Seminar Nasional Dan Call For
Papers. 154-160.
Budi, R.N dan R.S. Hidayah. 2014. Identifikasi macam sumber pakan lebah
trigona sp (hymenoptera: apidae) di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal
Biomedika. 7(2):42-45
Budi, R.N dan R.S. Hidayah. 2015. Aktivitas mencari makan lebah pekerja,
trigona sp (hymenoptera: apidae) di Gunung Kidul. Jurnal Biomedika.
8(1):1-5.
Eka, I. R., N. Kurnyawaty, W. Anik dan B. Imam. 2021. Pengujian mutu madu
kawasan Tahura Lati Petangis sebagai upaya peningkatan nilai pasar.
Community Empowerment. 6(9): 1701-1708 .
Fatma, I.I., S. Haryanti dan S.W.S. Agung. 2017. Uji kualitas madu pada beberapa
wilayah budidaya lebah madu di Kabupaten Pati. Jurnal Biologi. 6(2):58-
65
34
Handayani. 2018. Skrining kandungan senyawa aktif madu dan uji potensinya
sebagai antioksidan. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin. Makassar
Harjo, S.S.T., L.R. Eka dan D. Rosyidi. 2015. Perbandingan madu karet dan madu
rambutan berdasarkan kadar air, aktivitas enzim diastase dan
hidroximetilfurfural (HMF). Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.
10(1):18-21.
Husen, N., S. Niapele dan A. Salatalohy. 2019. Budidaya lebah madu Trigona sp
di kecamatan oba tidore kepulauan studi kasus di Desa Kusu Sinopa.
Jurnal Akrab Juara. 4(2):172-182
Kalsi, E dan R. Royani. 2016. Menentukan kemurnian larutan melalui indeks bias
dari beberapa madu. Jurnal Serambi Saintia. 4(1):67-71
Legowo. 2015. Manfaat madu sebagai antioksidan dalam melawan radikal bebas
dari asap rokok untuk menjaga kualitas sperma. Jurnal Majority. 4(8):41-
46.
Mayuna. 2013. Pengaruh pemanfaatan madu dan air perasan jeruk nipis terhadap
penyembuhan jerawat. [Skripsi]. Universitas Negeri Padang.
Mulyono, T., Susdiyanti dan B. Supriono. 2015. kajian ketersediaan pakan lebah
madu lokal (Apis cerana Fabr.). Jurnal Nusa Sylva. 16(2):18-26.
35
Nasution, M.J., Khairul dan R. Hasibuan. 2019. Sumber pakan lebah madu (Apis
cerana Fab.) di Kecamatan Rantau Selatan, kabupaten labuhanbatu. Jurnal
Pembelajaran dan Biologi Nukleus. 5(1): 8-18
Priawandiputra, W., Giffary, M.A., Rismayanti dan K.D. Martha. 2020. Daftar
spesies lebah tanpa (Stingless bees) dan tumbuhan pakannya di lubuk
bintialo dan pangkalan bulian. Sumatera Selatan.
Pribadi, A dan M. E. Wiratmoko. 2019. Karakteristik madu lebah hutan (Apis
dorsata Fabr.) dari berbagai bioregion di riau (Apis dorsata Forest Honey
Characteristics from Bioregions in Riau). Jurnal Penelitian Hasil Hutan.
37(3):185-200.
Putra, H.S., W. Astuti dan R. Kartika. 2018. Aktivitas amilase, protease dan lipase
dari madu lebah Trigona sp, Apis mellifera dan Apis dorsat. Jurnal Kimia
Mulawarman. 16(1): 27-31
Ridoni, R., R. Rosidah dan Fatriani. 2020. Analisis kualitas madu kelulut
(Trigona sp) dari desa mangkauk kecamatan pengaron kabupaten banjar.
Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal Sylva Scienteae. 3(2):346-355.
Sadam, B., N. Hariani dan S. Fachmy. 2016. Jenis lebah madu tanpa sengat
(stingless bee) di tanah merah samarinda. In Prosiding Seminar FMIPA
Universitas Mulawarman : 374-378.
Saleng, A., Syafrizal dan Y.S. Puspita. 2016. Uji aktivitas antibakteri ekstrak
propolis lebah trigona incisa terhadap bakteri Klebsiella pneumonia dan
Staphylococcus aureus. Jurnal Bioprospek. 11(1):42-48.
Sanjaya, V., D. Astiana dan L. Sisillia. 2019. Studi habitat dan sumber pakan
lebah kelulut di kawasan cagar alam gunung nyiut desa pisak kabupaten
bengkayang. Jurnal Hutan Lestari. 7(2):786–798.
36
Saputra, F.A., B. Yusuf dan Syafrizal. 2018. Analisa kadar logam timbal (Pb)
pada beberapa madu alam. Prosiding Seminar Kimia. 39-42
Siok,, P.K., N.C. Ling., Y.Y. Aniza., S.T. Wei dan L.C. Suan. 2017. Classification
of entomological origin of honey based on its physicochemical and
antioxidant properties, International Journal of Food Properties. 20(53):
S2723-S2738.
Vitel, P., S.R. Pedro dan D. Roubik. 2013. Pot-Honey: A Legacy of Stingless
Bees; Springer: New York, USA. pp 654.
Widiarti, A dan Kuntandi. 2012. Budidaya lebah madu Apis Mellifera L. oleh
masyarakat pedesaan kabupaten pati, jawa tengah (Beekeeping of Apis
mellifera L. Honeybees by Rural People in Pati Regency, Central Java).
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 9(4): 351-361.
Wineri, E., R. Rasyid dan Y. Alioes. 2014. Perbandingan daya hambat madu
alami dengan madu kemasan secara in vitro terhadap streptococcus beta
hemoliticus group A sebagai penyebab faringitis. Jurnal Kesehatan
Andalas. 3(3):376-380.
Yanto, S.H., D. Yoza dan E.B. Sri. 2018. Potensi pakan Trigona spp. di hutan
larangan adat desa rumbio kabupaten kampar. JOM Faperta UR. 3(2):1-7.
LAMPIRAN